OLEH
KELOMPOK 10
Indra 11020140002
Fifi Alfiah 11020140020
Nur Siamu Ramadhani 11020140029
Dian Hariati 11020140039
Kamila Furqani 11020140044
Fitrah Hanafi 11020140055
St.Mardayanti Marzuki 11020140071
Aridayanti Arifin 11020140090
Sitti Aisyah Jusmadil 11020140095
Fenny Putriana Salim 11020140106
Afifah Fatimah Azzahra 11020140144
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya sehingga kami masih tertuntun dalam menyelesaikan laporan hasil tutorial
kedua pada skenario ini. Dan tak lupa shalawat dan salam tertuju kepada junjungan kita, Nabi
Besar Muhammad SAW., yang menjadi uswatun hasanah dan rahmatan lilalamin.
Kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada setiap pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan ini, maupun selama masa tutorial khususnya kepada
dosen pembimbing kami, yang telah banyak membantu selama proses PBL berlangsung.
Kepada orang tua dan teman-teman, yang telah membantu dalam bentuk materi maupun
support kepada kami.
Akhir kata, kami menyadari “tiada gading yang tak retak”, demikian pula dengan
laporan ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun tetap kami nantikan demi
kesempurnaan laporan ini. Harapan kami, semoga laporan ini dapat berguna bagi kami secara
khusus dan bagi pembaca secara umum.
Kelompok 10
BAB I
PENDAHULUAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah selesai mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan tentang
penyakit-penyakit yang menyebakan gejala anemia, menjelaskan tentang patomekanisme
penyakit dengan anemia, menjelaskan proses hematopoeisis, menggambarkan sel-sel darah,
menjelaskan mekanisme metabolisme darah, menyebutkan penyebab, menjelaskan cara
diagnostic, penatalaksanaan, komplikasi, pencegahan, dan pengendalian penyakit-penyakit
dengan anemia.
Seven Jump
1. Mengklarifikasi istilah yang tidak jelas dalam skenario diatas, kemudian tentukan
kata/kalimat kunci skenario diatas.
2. Mengidentifikasi problem dasar skenario diatas dengan membuat beberapa pertanyaan
penting.
3. Melakukan analisis dengan mengklarifikasi semua informasi yang didapat.
4. Melakukan sintesis informasi yang terkumpul.
5. Mahasiswa tujuan pembelajaran yang ingin dicapai oleh kelompok mahasiswa atas kasus
diatas bila informasi belum cukup. Langkah 1 s/d 5 dilakukan dalam diskusi mandiri dan
diskusi pertama bersama tutor.
6. Mahasiswa mencari informasi tambahan informasi tentang kasus diatas diluar kelompok
tatap muka.
7. Mahasiswa melaporkan hasil diskusi dan sintesis informasi-informasi baru yang
ditemukan.
BAB II
PEMABAHASAN
A. SKENARIO
Seorang laki-laki berusia 47 tahun datang ke UGD RS dengan keluhan nyeri dada
sudah dirasakan sejak 3 jam yang lalu. Nyeri dada menjalar ke lengan kiri, disertai rasa
sulit bernapas dan keringat dingin. Pasien sudah mengalami nyeri dada selama 1 minggu
terakhir tetapi biasanya menghilang dengan istirahat.
Tanda vital pada saat masuk yaitu Tekanan darah 190/100 kali/menit, nadi 110
kali/menit, pernapasan 26 kali/menit, dengan skala nyeri 8/10.
riwayat penyakit sebelumnya, pasien sudah control teratur di dokter praktik, riwayat
hipertensi sejak 5 tahun, dan berobat teratur dengan Ramipril 5 mg. Ada riwayat PPOK
sebelumnya. Riwayat merokok 2 bungkus perhari. Profil lipid pasien kolesterol low –
density lipoprotein (LDL) 8.2 mmol/L, kolesterol high – density lipoprotein (HDL), dan
trigliserida 5.1 mmol/L.
B. KATA SULIT
Kami tidak menemukan kata sulit pada kasus dalam skenario
C. KALIMAT KUNCI
1. Seorang Laki-laki, usia 47 tahun
2. Mengeluh nyeri dada sudah dirasakan sejak 3 jam yang lalu
3. Nyeri dada menjalar ke lengan kiri, disertai rasa sulit bernapas dan keringat dingin.
4. Nyeri dada selama 1 minggu terakhir tetapi biasanya menghilang dengan istirahat
5. Tanda Vital : TD 190/100 kali/mnt, Nadi 110 kali/mnt, Pernapasan 26 kali/mnt,
dengan skala nyeri 8/10
6. Riwayat hipertensi sejak 5 tahun
7. Berobat teratur dengan Ramipril 5 mg
8. Ada riwayat PPOK sebelumnya
9. Riwayat merokok 2 bungkus perhari
10. LDL 8.2 mmol/L, HDL , dan trigliserida 5.1 mmol/L
D. PERTANYAAN
1. Bagaimanakah gejala penyakit secara umum serta cara menghitung skala nyeri ?
2. Jelaskan tentang nyeri dada serta klasifikasinya !
3. Bagaimanakah Patofisiologi secara umum pada kasus dalam skenario !
4. Mengapa nyeri dada menjalar ke lengan kiri dan menghilang saat beristirahat ?
5. Apakah yang menyebabkan kesulitan bernapas disertai keringat dingin dan hubungan
dari keluhan pasien yang sulit bernapas dengan kebiasaan merokok 2 bungkus
perhari ?
6. Mengapa keluhan baru diarasakan saat 1 minggu terakhir ?
7. Langkah – langkah Diagnosis pada kasus dalam skenario !
8. Bagaimanakah hubungan antara riwayat penyakit terdahulu dengan keluhan yang
dirasakan oleh pasien ?
9. Apakah hubungan interpretasi LDL, HDL, dan trigliserida beserta keluhan yang
dirasakan oleh pasien ?
10. Bagaimanakah terapi secara umum serta pengaruh yang diberikan dari pemberian
ramipril terhadap keluhan yang dirasakan oleh pasien ?
11. Sebutkan dan Jelaskan diagnosis banding dari kasus dalam skenario !
E. PEMBAHASAN
1. Bagaimanakah gejala penyakit secara umum serta cara menghitung skala
nyeri?
Jawaban :
a. Gejala Penyakit
Berdasarkan dalam skenario gejala umum untuk diagnosa penyakit pada pasien
merujuk kepada Angina pektoris stabil yang merupakan suatu angina yang terjadi
akibat iskemia miokard yang ditimbulkan oleh tidak adekuatnya perfusi koroner dan
biasanya di induksi oleh meningkatnya kebutuhan oksigen miokard.
Diagnosis angina pektoris dapat dilakukan dengan anamnesis yang baik dan cermat.
Adanya faktor risiko koroner seperti hipertensi, merokok, diabetes melitus, Riwayat
keluarga menderita penyakit jantung koroner, dislipidemia dan umur lanjut. Sangat
menyokong diagnosis angina tersebut disebabkan oleh iskemia miokard.
Gambaran klinis
Gambaran klinik : lokasi nyeri dada pada daerah retrosternal yang menyebar ke
leher, bahu, lengan, rahang, epigastrium atau belakang dada. Keluhan nyeri dada
tersebut di cetuskan oleh aktifitas fisik, stres emosional, cuaca dingin, makan yang
banyak, ataupun merokok. Sebagian penderita merasakan rasa tidak nyaman di
dada. Rasa terbakar, rasa sesak, kadang rasa panas atau dingin.
Lamanya nyeri berkisar 3 sampai 5 menit, dan tidak lebih dari 10 menit, dan angina
cepat berkurang dengan pemberian nitrat baik nukkal maupun sublingual
Selama perlangsungan nyeri dada dapat ditemukan adanya ronki S3 atau S4 atau
bising sistolik akibat regurgitasi mitral iskemik. Dan dapat menghilang setelah
hilangnya nyeri dada.1
Kualitas nyeri biasanya merupakan nyeri yang tumpul seperti rasa tertindih/berat di
dada, rasa desakan yang kuat dari dalam atau dari bawah diafragma, seperti diremas-
remas atau dada mau pecah dan biasanya pada keadaan yang berat disertai keringat
dingin dan sesak napas serta perasaan takut mati. Biasanya bukanlah nyeri yang tajam,
seperti rasa ditusuk-tusuk/diiris sembilu, dan bukan pula mules. Tidak jarang pasien
mengatakan bahwa ia hanya merasa tidak enak di dadanya.
Nyeri berhubungan dengan aktivitas, hilang dengan istirahat akan tetapi tak
berhubungan dengan gerakan pernapasan atau gerakan dada ke kiri dan kekanan.
Nyeri juga dapat dipicu oleh stres baik fisik maupun emosional.
Kuantitas: nyeri yang pertama muncul biasanya agak nyata, dari beberapa menit
sampai kurang dari 20 menit. Bila lebih dari 20 menit dan berat maka harus
dipertimbangkan sebagai angina tak stabil sehingga dimasukkan kedalam sindrom
kororner akut yang memerlukan perawatan khusus.
Secara klinis beratnya AP menggambarkan beratnya iskemik otot jantung yang dialami
oleh pasien. Untuk itu diperlukan gradasi beratnya AP yang berguna untuk
penatalaksanaan selanjutnya dan juga sebagai prediktor dan prognosis pasien yang
mengalami AP. Gradasi beratnya nyeri dada telah dibuat oleh “Canadian
Cardiovascular Society” (CCS) sebagai berikut:
CCS Kelas I
Aktivitas sehari-hari seperti jalan kaki, berkebun, naik tangga 1-2 lantai dan lain-
lain tak menimbulkan nyeri dada. Nyeri dada baru timbul pada saat latihan yang
berat, berjalan cepat, terburu-buru waktu kerja atau berpergian.
CCS Kelas II
Aktivitas sehari-hari agak terbatas, misalnya AP timbul bila melakukan aktivitas
lebih berat dari biasanya, seperti jalan kaki dua blok, naik tangga lebih dari satu
lantai atau terburu-buru, berjalan menanjak atau melawan angin dan lain-lain.
1
Ellis K and Kapadia SR. Stable angina. In : Griffin BP, Topol EJ ed. Manual of Cardiovascular
Medicine. 2nd edition. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins ,2004 : 74-93
CCS Kelas III
Aktivitas sehari-hari terbatas. AP timbul bila berjalan satu sampai dua blok, naik
tangga satu lantai dengan kecepatan yang biasa.
CCS Kelas IV
AP bisa timbul waktu istirahat sekalipun. Hampir semua aktivitas dapat
menimbulkan angina termasuk mandi,menyapu, dan lain-lain.2
Skala Keterangan
0 Tidak nyeri
1-3 Nyeri ringan
4-6 Nyeri sedang
7-9 Sangat nyeri, tapi masih terkontrol
10 Nyeri tidak terkontrol
Skala Keterangan
0 Tidak nyeri
1 Nyeri ringan
2 Nyeri sedang
3 Nyeri berat
4 Nyeri sangat berat
5 Nyeri hebat
2
Setiati, siti, dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : InternaPublishing. Hal : 1436-
1437
Skala nyeri yang satu ini tergolong mudah untuk dilakukan karena hanya
dengan melihat ekspresi wajah pasien pada saat bertatap muka tanpa kita menanyakan
keluhannya. Berikut skala nyeri yang kita nilai berdasarkan ekspresi wajah:
3
Anwar, T Bahri. Nyeri Dada. Fakultas Kedokteran Univeritas Sumatera Utara. Online (29 Maret
2016). URL http://library.usu.ac.id/download/fk/gizi-bahri7.pdf
dan rahang. Berbeda dengan angina pektoris, timbulnya nyeri dada tidak ada
hubungannya dengan aktivitas fisik dan bila tidak diobati berlangsung dalam
beberapa jam. Disamping itu juga penderita mengeluh dispea, palpitasi dan
berkeringat. Diagnosa ditegakan berdasarkan serioal EKG dan pemeriksa enzym
jantung.
b. Prolaps katup mitral dapat menyebabkan nyeri dada prekordinal atau substernal yang
dapat berlangsung sebentar maupun lama. Adanya murmur akhir sisttolik dan mid
sistolik-click dengan gambaran echokardiogram dapat membantu menegakan
diagnosa.
c. Stenosis aorta berat atau substenosis aorta hipertrofi yang idiopatik juga dapat
menimbulkan nyeri dada iskemik.
2. Perikardikal
Saraf sensoris untuk nyeri terdapat pada perikardium parietalis diatas diafragma.
Nyeri pericardial lokasinya didaerah sternal dan area preokordinal, tetapi dapat
menyebar ke epigastrium, leher, bahu dan punggung. Nyeri bisanya seperti ditusuk
dan timbul pada waktu menarik nafas dalam, menelan, miring atau bergerak.
Nyeri hilang bila penderita duduk dan berdandar ke depan. Gerakan tertentu dapat
menambah rasa nyeri yang membedakannya dengan rasa nyeri angina.
Radang perikardial diafragma lateral dapat menyebabkan nyeri epigastrum dan
punggung seperti pada pankreatitis atau kolesistesis.
3. Aortal
Penderita hipertensi, trauma dinding dada merupakan resiko tinggi untuk pendesakan
aorta. Diagnosa dicurigai bila rasa nyeri dada depan yang hebat timbul tiba- tiba atau
nyeri interskapuler. Nyeri dada dapat menyerupai infark miokard akan tetapi lebih
tajam dan lebih sering menjalar ke daerah interskapuler serta turun ke bawah
tergantung lokasi dan luasnya pendesakan.
4. Gastrointestinal
Refluks geofagitis, kegansan atau infeksi esofagus dapat menyebabkan nyeri
esofageal. Nyeri esofageal lokasinya ditengah, dapat menjalar ke punggung, bahu
dan kadang – kadang ke bawah ke bagian dalam lengan sehingga seangat
menyerupai nyeri angina. Perforasi ulkus peptikum, pankreatitis akut distensi gaster
kadang– kadang dapat menyebabkan nyeri substernal sehingga mengacaukan nyeri
iskemik kardinal. Nyeri seperti terbakar yang sering bersama–sama dengan disfagia
dan regurgitasi bila bertambah pada posisi berbaring dan berurang dengan antasid
adalah khas untuk kelainan esofagus, foto gastro intestinal secara serial,
esofagogram, test perfusi asam, esofagoskapi dan pemeriksaan gerakan esofageal
dapat membantu menegakan diagnosa.
5. Muskuloskletal
Trauma lokal atau radang dari rongga dada otot, tulang kartilago sering
menyebabkan nyeri dada setempat.Nyeri biasanya timbul setelah aktivitas
fisik,berbeda halnya nyeri angina yang terjadi waktu exercis. Seperti halnya nyeri
pleuritik. Neri dada dapat bertambah waktu bernafas dalam.Nyeri otot juga timbul
pada gerakan yang berpuitar sedangkan nyeri pleuritik biasanya tidak demikian.
6. Fungsional
Kecemasan dapat menyebabkan nyeri substernal atau prekordinal,rasa tidak enak di
dada, palpilasi, dispnea, using dan rasa takut mati. Gangguan emosi tanpa
adanya klealinan objektif dari organ jantung dapat membedakan nyeri fungsional
dengan nyeri iskemik miokard.
7. Pulmonal
Obstruksi saluran nafas atas seperti pada penderita infeksi laring kronis dapat
menyebakan nyeri dada, terutama terjadi pada waktu menelan.Pada emboli paru akut
nyeri dada menyerupai infark miokard akut dan substernal. Bila disertai dengan
infark paru sering timbul nyeri pleuritik. Pada hipertensi pulmoral primer lebih dari
50% penderita mengeluh nyeri prekordial yang terjadi pada waktu exercise. Nyeri
dada merupakan keluhan utama pada kanker paru yang menyebar ke pleura, organ
medianal atau dinding dada.4
3. Jelaskan Patofisiologi secara umum !
Jawaban :
Nyeri yang dirasakan akibat terjadinya disfungsi endotel pada arteri coronaria. Dapat
terjadi secara alamiah melalui proses degenerasi atau disebabkan oleh beberapa faktor
resiko seperti merokok. Disfungsi endotel dapat mengakibatkan peningkatan
permeabilitas, peningkatan adhesi dan infiltrasi monosit, dan dapat juga mengakibatkan
molekul-molekul LDL dengan mudah masuk ke tunica intima pembuluh darah. Karena
adanya LDL yang masuk ke tunika intima, monosit-monosit berusaha membersihkan
LDL di pembuluh darah dengan memfagositnya, sehingga makrofag berisi LDL-LDL dan
mengalami lisis. Hal tersebut dapat menyebabkan penimbunan lemak pada tunica intima
4
Rilantono, Lily L. Penyakit Kardivaskular (PKV). Jakarta : Badan Penerbit FK UI. Hal 43. 2015.
atau dinding pembuluh darah yang akan menjadi plak. Plak semakin lama akan semakin
menumpuk dan akan menghambat aliran darah, sehingga suplai darah yang mengangkut
oksigen ke jaringan menjadi kurang. Oleh karena itu terjadi kompensasi tubuh agar
jaringan yang kurang teraliri darah akan tetap memperoleh oksigen dari proses anaerob.
Dimana proses anaerob tersebut menghasilkan asam laktat. Asam laktat mengaktifkan
rangsangan nyeri pada tempat terjadinya hambatan, yaitu di arteri coronaria. Arteri
coronaria yang berjalan parallel dengan saraf simpatis, menjadi jalur sensoris aferen pada
nyeri dada, dimana saraf ini akan masuk ke medulla spinalis pada segmen C8 sampai T4.
Impuls nyeri akan dilanjutkan ke ganglia spinalis menuju thalamus dan cortex cerebri.5,6
4. Mengapa nyeri dada menjalar ke lengan kiri dan menghilang saat beristirahat ?
Jawaban :
Nyeri dada yang menjalar ke lengan kiri berkaitan dengan masukan sensoris, setiap
daerah spesifik di tubuh yang dipersarafi oleh saraf spinalis tertentu yang disebut
dermatom.
Saraf spinalis ini juga membawa serat-serat yang bercabang untuk mempersarafi organ-
organ dalam, kadang-kadang nyeri yang berasal dari organ tersebut dialihkan ke
dermatom yang dipersarafi oleh saraf spinalis yang sama.
Nyeri yang seperti ini disebut nyeri alih. Nyeri yang berasal dari jantung mungkin
terasa berasal dari lengan serta bahu kiri dan diperkirakan masukan yang berasal dari
jantung sama-sama menggunakan suatu jalur yang sama ke otak dengan masukan dari
ekstremitas atas kiri. Pusat persepsi yang lebih tinggi, karena lebih terbiasa menerima
masukan sensorik dari lengan kiri dari pada jantung, mungkin menginterpretasikan
masukan dari jantung berasal dari lengan kiri.7
Nyeri dada disebabkan oleh timbulnya iskemia miokard karena suplai darah
dan oksigen ke miokard berkurang. Aliran darah berkurang karena terjadi penyempitan
pembuluh darah koroner (arteri koronaria). Penyempitan terjadi karena proses
aterosklerosis atau spasme pembuluh koroner atau kombinasi dari keduanya. Pada
mulanya suplai darah tersebut walaupuin berkurang masih cukup untuk memenuhi
kebutuhan miokard pada waktu istirahat, tetapi tidak cukup bila kebutuhhan oksigen
miokard meningkatseperti pada waktu pasien melakuikan aktivitas fisis yang cukup berat.
5
Rilantono, Lily I. 2015. 5 Rahasia Penyakit Kardiovaskuler (PVK). Jakarta : Badan Penerbit FK-UI. Hal. 42.
6
Anwar, T Bahri. 2014. Nyeri Dada. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara
7
Mansjoer, Arif, dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta : FKUI
Oleh karena itu, nyeri dada pada pasien tersebut timbul pada waktu pasien melakukan
aktivitas.8
5. Apakah yang menyebabkan kesulitan bernapas disertai keringat dingin dan hubungan dari
keluhan pasien yang sulit bernapas dengan kebiasaan merokok 2 bungkus perhari ?
Jawaban :
keluhan sulit bernafas bisa dikaitkan dengan riwayat PPOK dan riwayat merokok 2
bungkus per hari. rokok memiliki zat kimia yang dapat merusak lapisan endotel
pembuluh darah sehingga rentan terhadap penumpukan plag yang dapat menghambat
aliran darah. ditambah lagi dengan adanya nikotin yang memberikan efek vasokonstriksi
di pembuluh darah. jika hal ini disertai dengan riwayat PPOK pada pasien yang
menyebabkan banyaknya sel di paru - paru yang rusak, sehingga jantung harus bekerja
memompa lebih keras. beban ekstra ini dapat memperlemah dan melebarkan jantung
sehingga terjadilah sulit bernafas dan bisa mengakibatkan hipoksia.
Selain itu, pasien juga mengeluh keringat dingin. hal ini bisa dikaitkan sebagai efek
samping dari obat yang dikonsumsi pasien, yaitu ramipril. ramipril adalah salah satu
golongan obat ACE-inhibitor yang mengandung carboxyl. ramipril berguna untuk
menurunkan tekanan darah dengan cara memproduksi substansi vasodilatasi untuk
pembuluh darah seperti bradikinin dan NO. pembuluh darah yang berdilatasi dan
8
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
kemungkinan terjadinya hipoksia karena kesulitan bernafas bisa menyebabkan terjadinya
keluhan pasien yaitu keringat dingin.9,10,11
Anamnesis :
Tanyakan :
9
Kabo, Peter. bagimana menggunakan obat-obat kardiovaskuler secara rasional.2010.
10
Jakarta : badan penerbit FK UI. Rilantono, Lily I. 5 rahasia penyakit kardiovaskuler. 2012. jakarta : badan
penerbit FK UI
11
price, sylvia A. patofisiologi konsep klinis proses proses penyakit. edisi 6. volume 1. 2005. Jakarta : EGC
menilai apakah penyakit sekarang ada hubungannya dengan yang lalu
INSPEKSI
Ictus Cordis
Pada orang dewasa normal yang agak kurus, seringkali tampak dengan mudah pulsasi yang
disebut ictus cordis pada intercostal V, linea medioclavicularis kiri. Pulsasi ini letaknya
sesuai dengan apeks jantung. Diameter pulsasi kira-kira 2 cm, dengan punctum maksimum di
tengah-tengah daerah tersebut. Pulsasi timbul pada waktu sistolis ventrikel. Bila ictus kordis
bergeser ke kiri dan melebar, kemungkinan adanya pembesaran ventrikel kiri. Pada
pericarditis adhesive, ictus keluar terjadi pada waktu diastolis, dan pada waktu sistolis terjadi
retraksi ke dalam. Keadaan ini disebut ictus kordis negatif. Pulsasi yang kuat pada sela iga III
kiri disebabkan oleh dilatasi arteri pulmonalis. Pulsasi pada supra sternal mungkin akibat
kuatnya denyutan aorta. Pada hipertrofi ventrikel kanan, pulsasi tampak pada sela iga IV di
linea sternalis atau daerah epigastrium. Perhatikan apakah ada pulsasi arteri intercostalis yang
dapat dilihat pada punggung. Keadaan ini didapatkan pada stenosis mitralis. Pulsasi pada
leher bagian bawah dekat scapula ditemukan pada coarctatio aorta.
PALPASI
Palpasi precordium dilakukan dengan cara meletakkan telapak tangan pada dinding
dada di sebelah kiri sternum. Pertama kali, tentukan letak ‘apex’. Yaitu tempat pulsasi yang
paling luar dan paling bawah. Biasanya tempatnya ditentukan dari intercostal, clavicula dan
axilla. Apex orang dewasa normal yang berbaring 45°, lokasi point of maximal impulse,
normal terletak pada ruang sela iga (RSI) V kira-kira 1 jari medial dari garis midklavikular
(medial dari apeks anatomis). Pada keadaan normal lebar iktus kordis yang teraba adalah 1 –2
cm. Bila kekuatan volum dan kualitas jantung meningkat maka terjadi sysolic lift, systolic
heaving, dan dalam keadaan ini daerah iktus kordis akan teraba akan lebih melebar. Kadang-
kadang jantung dapat bergeser, bila pasien miring ke kiri, maka apex akan bergeser keluar.
Pada pasien obesitas atau pasien emfisema, pasien diminta miring ke kiri pada saat
pemeriksaan prekordium. Pada pasien ini posisi apex tidak dapat ditentukan, jadi hanya untuk
memeriksa kualitas denyut apex (Gambar 22). Untuk menentukan letak apex, pasien
berbaring terlentang, sedangkan untuk memeriksa kualitas impuls, pasien miring ke kiri.
Kualitas denyut apex yang normal dan yang tidak, hanya bisa didapatkan dengan
banyak latihan. Jenis impul apical dapat terlihat pada gambar 23. Apex yang berdenyut keras
menunjukkan adanya peningkatan cardiac output (misalnya pada pasien yang demam atau
setelah olah raga). Apex yang difus menandakan adanya kerusakan muskulus ventrikel, yang
biasanya disebabkan karena inkark myocard atau cardiomyopathy. Impuls difus ini dapat
dilihat dengan inspeksi precordium. Sifat impuls jantung pada hipertrofi ventrikel kiri sangat
khas, yaitu sangat kuat dan menetap, bukan impuls tajam dan pendek. Pada stenosis mitral,
apex jantung berupa tepukan (tapping). Hal ini disebabkan ventrikel kiri membesar sehingga
bergeser menjadi lebih dekat ke dinding dada. Selain itu suara jantung pertama menjadi
keras, sehingga dapat dipalpasi. Hipertrofi ventrikel kanan atau dilatasi, dirasakan dekat
dengan garis sternal kiri.
Palpasi pericordium
PERKUSI
Batas atau tepi kiri pekak jantung yang normal terletak pada ruang interkostal III/IV
pada garis parasternal kiri pekak jantung relatif dan pekak jantung absolut perlu dicari untuk
menentukan gambaran besarnya jantung. Pada kardiomegali, batas pekak jantung melebar ke
kiri dan ke kanan. Dilatasi ventrikel kiri menyebabkan apeks kordis bergeser ke lateral-
bawah. Pinggang jantung merupakan batas pekak jantung pada RSI - 3 pada garis para sternal
kiri. Hipertrofi atrium kiri menyebabkan pinggang jantung merata atau menonjol ke arah
lateral. Pada hipertrofi ventrikel kanan, batas pekak jantung melebar ke lateral kanan dan ke
kiri atas. Pada perikarditis pekak jantung absolut melebar ke kanan dan ke kiri. Pada
emfisema paru, pekak jantung mengecil bahkan dapat menghilang pada emfisema paru yang
berat, sehingga batas jantung dalam keadaan tersebut sukar ditentukan. Untuk menentukan
batas kiri jantung lakukan perkusi dari arah lateral ke medial. Batas jantung kiri memanjang
dari garis medioklavikularis di ruang interkostal III sampai V. Perubahan antara bunyi sonor
dari paru-paru ke redup relative kita tetapkan sebagai batas jantung kiri. Batas kanan terletak
di bawah batas kanan sternum dan tidak dapat dideteksi. Pembesaran jantung baik ke kiri
maupun ke kanan biasanya akan terlihat. Pada beberapa orang yang dadanya sangat tebal
atau obes atau menderita emfisema, jantung terletak jauh dibawah permukaan dada sehingga
bahkan batas kiri pun tidak jelas kecuali bila membesar.12
AUSKULTASI
Auskultasi ialah merupakan cara pemeriksaan dengan cara mendengar bunyi akibat
vibrasi (getaran suara) yang ditimbulkan karea kejadian dan kegiatan jantung dan kejadian
hemodinamik darah dalam jantung.
Alat yang dipergunakan ialah stetoskop yang terdiri atas earpiece, tubing dan chest
piece. Macam-macam chest piece yaitu bowl type dengan membran, digunakan terutama
untuk mendengar bunyi dengan fekuensi nada yang tinggi : bel type, digunakan untuk
mendengar bunyi-bunyi dengan fekuensi yang lebih rendah. Perhatikan proyeksi katup
jantung dan cara melakukan pemeriksaan auskutasi dalam Gambar 25.
Auskultasi jantung yang baik adalah dengan menggunakan stethoscope yang mutunya baik
pula. Ada 2 fungsi utama stethoscope. Pertama, mengantarkan suara dari dada pasien dan
membantu mengurangi suara dari luar. Kedua, secara selektif mengantarkan suara pada
frekwensi tertentu.
12
At a Glance Anamnesis.Penerbit Erlangga.hal:135
Stethoscope terdiri dari dua bagian
telinga yang disambungkan dengan selang ke
dada dan mempunyai bagian diaphragma dan
bell. Bell dan diaphragma memperkuat suara
dari berbagai frekwensi. Bell digunakan
untuk mendengarkan low-pitched sound
seperti mid-diastolic murmur pada mitral
stenosis atau suara jantung ketiga pada payah
1. Pemeriksa berada di sebelah kanan pasien dan pasien tidur telentang dalam
keadaan rileks dan dada terbuka
5. Tentukan lokasi dan palpasi arteri brachialis, tentukan sifatnya. Bila ada
kecurigaan ada masalah pada arcus aorta, maka bandingkan denyutnya pada
kedua lengan.
6. Pasien berbaring 45°, tentukan tekanan vena jugularis dan bentuk denyut-nya.
10. Palpasi precordium, tentukan lokasi denyut apex dan sifatnya. Perhatikan
precordium saat istirahat, apakah ada fibrilasi atau trill yang abnormal
11. Perkusi precordium, dimulai pada tiap sela iga mulai dari bawah clavicula ke
arah bawah untuk menentukan batas atas, ke arah lateral (ke arah aksila)
menentukan batas jantung kiri, kemudian perkusi ke arah sternum untuk
menetukan batas jantung kanan.
14. Perkusi dan auskultasi dada di depan dan belakang, carilah apakah ada efusi
pleura.
15. Periksalah denyut femoralis, popliteal dan kaki. Apakah ada edema sakral ? 13
1. Hipertensi
Hipertensi adalah suau kondis medis yang kronis dimana tekanan darah
(TD) meningkat diatas normal (120/80). Data epidemiologi menunjukkan
bahwa peningkatan TD sistolik, dan/atau diastolik , atau pulse Pressure
meningkatkan kejadian kardiovaskuler. Semakin tinggi tekanan darah ,
semakin tinggi risiko terjadinya penyakit jantung koroner (PJK), gagal
jantung, stroke, atau gagal ginjal. Oleh karena itu hipertensi harus diobati
atau kontrol. Mekainsme bagaimana hipertensi menimbulkan kelumpuhan
atau kematian berkaitan langsung degan pengaruhnya pada jantung dan
pembuluh darah. Peningkatan tekanan darah sistemik meningkatkan
resistensi terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri ; sehingga beban
kerj ajantung bertambah. Sebagai akiibatnya, terjadi hipertrofi ventrikel
untuk meningkatkan keuatan kontraksi. Akan tetapi kemampuan ventikel
untuk mepertahanka curah jantung dengan hipertrofi kompensasi akhirnya
terlampaui, dan terjadi dilatasi payah jantung. Jantung menjadi semakin
terancam oleh semain parahnya atherosklerosis koroner. Bila proses
13
Buku panduan Clinical skill lab sistem cardiovaskuler.universitas Muslim Indonesia.2016
aterosklerosis berlanjut, penyediaan oksigen miokardium berkurang.
Peningkatan kebutuhan oksigen pada miokardium terjadi akibat hipertrofi
ventrikel dan peningkatan beban kerja jantung sehingga akhirnya akan
menyebakan Angina atau infark miokardium.
2. PPOK
Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) adalah suatu penyakit yang
dikarakteristikkan oleh adanya hambatan aliran udara secara kronis dan
perubahan-perubahan patologi pada paru, dimana hambatan aliran udara
saluran napas bersifat progresif dan tidak sepenuhnya reversibel dan
berhubungan dengan respon inflamasi yang abnormal dari paru-paru
terhadap gas atau partikel yang berbahaya.
Merokok merupakan factor resiko terpenting penyebab PPOK disamping
faktor resiko lainnya seperti polusi udara, factor genetic dan lain-lainnya.
Inflamasi pada saluran napas pasien PPOK merupakan suatu respon
inflamasi yang diperkuat terhadap iritasi kronik seperti rokok. Dimana
asap rokok dapat memancing reaksi inflamasi yang ditandai dengan
infiltrasi sel-sel limfosit T, neutrofil, dan makrofag pada dinding saluran
napas. Selain menyebabkan inflamasi pada saluran napas, asap rokok
sendiri secara independen menyebabkan efek ekstra pulmoner seperti
kejadian kardiovaskuler dan inflamasi sistemik melalui stres oksidatif
sistemik dan disfungsi endotel vascular dan menariknya kejadian ini juga
akan dialami oleh perokok pasif meski hanya terpapar beberapa tahun.
Gejala respirasi yaitu berupa sesak napas yang semakin bertambah berat,
peningkatan volume dan purulensi sputum, batuk yang semakin sering
dan napas yang dangkal dan cepat. Adapun gejala sistemik ditandai
dengan peningkatan suhu tubuh,peniongkatan denyut nadi, serta gangguan
status mental pasien.14
14
Price A Sylvia dan Lorraine m.wilson.2015. patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit.
Jakarta: EGC. Hal 584-585
A. Faktor Utama
1. Hipertensi
15
Prof. dr. Peter Kabo PHD, MD (melb Uni).2010. Bagaimana menggunakan obat-obat
kardiovaskuler secara rasional.jakarta: Balai penerbit FK UI. Hal: 31,32,63
Resiko PJK pada orang jepang masih tetap merupakan salah satu yang
rendah di dunia. Akan tetapi ternyata resiko PJK yang meningkat pada
orang Jepang yang melakukan imigraasi ke Hawai dan California .
hal ini menunjukkan faktor lingkungan lebih besar daripada genetic.
4. Ras
Perbedaan resiko PJK antara ras didapatkan sangat menyolok ,
walaupun bercampur baur dengan geografis, sosial, dan ekonomi. Di
Amerika Serikat perbedaan ras antara ras caucasia dengan noncaucasia
(tidak termasuk Negro) didapatkan resiko PJK pada noncaucasia kira-
kira separuhnya .
5. Diet
Didapatkan hubungan antara kolesterol darah dengan jumlah lemak
dalam susunan makanan sehari-hari (diet). Makanan orang Amerika
rata-rata mengandung lemak dan kolesterol yang tinggi sehingga kadar
kolesterol cenderung tinggi. Sedangkan orang Jepang umumnya nasi
dan sayur-sayuran dan ikan sehingga orang Jepang rata-rata kadar
kolesterol rendah sehingga didapatkan resiko PJK yanglebih rendah
daripada Amerika.
6. Obesitas
Adalah kelebihan lemak jumlah tubuh >19% pada laki-laki dan 21%
pada perempuan. Obesitas didapatkan bersama-sama dengan
hipertensi, DM dan hipertrigliseridemi. Obesitas juga dapat
meningkatkan kadar koleterol dan LDL kolesterol. Resiko PJK akan
jelas bila BB mulai melebihi >20% dari BB ideal.
7. Diabetes
Intoleransi terhadap glukosa sejak dulu telah diketahui sebagai
predisposisi penyakit pembuluh darah. Penelitian menunjukkan laki-
laki yang menderi DM resiko PJK 50% lebih tinggi dari orang normal,
sedangkan pada perempuan resikonya menjadi 2x lipat.
8. Exercise
Exercise dapat menbingkatkan kadar HDL kolesterol dan memperbaiki
kolaterol koroner sehingga resiko PJK dapat dikurangi.
9. Perilaku dan kebiasaan lainnya
Dua macam perilaku seseorang telah dijelaskan sejak tahun 1950 yaitu:
tipe A dan tipe B. tipe A umunya berupaya kuat untuk berhasil, gemar
berkompetisi, agresif, ambisi, ingin cepat menyelesaikan pekerjaan dan
tidak sabar. Sedangkan tipe B lebih santai dan tidak terikat waktu .
resiko PJK pada tipe A lebih besar daripada tipe B.
10. Perubahan keadaan sosial dan stress
Perubahan angka kematian yang mencolok terjadi di Inggris dan
Wallas. Korban serangan jantung terutama terjadi pada pusat
kesibukan yang banyak menderita stress.
Penelitian Supargo dkk (1981-1985) di FK UI menunjukkan orang
yang stress 1 1/2x lebih besar mendapatkan resiko PJK. Disamping
dapat menaikkan tekanan darah juga dapat meningkatkan kadar
kolesterol darah.
11. Keturunan Hipertensi dan hiperkolesteromia juga dipengaruhi oleh
faktor genetic.16
Kolesterol Total
17
Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Edisi 11. Jakarta : EGC. Halaman 158
Kolesterol HDL
Kurang dari 40 mg/dL Rendah
41-59 mg/Dl Mengkhawatirkan
Lebih dari 60 mg/dL Tinggi / Diharapkan
Kolesterol LDL
Kurang dari 100 mg/dL Normal
100 - 129 mg/dL Optimal / Melebihi Optimal
130 - 159 mg/dL Batas Tinggi
160 - 189 mg/dL Tinggi
190 mg/dL dan lebih Sangat Tinggi
Trigliserida
Kurang dari 150 mg/dL Normal
150 - 199 mg/dL Batas tinggi
200 - 499 mg/dL Tinggi
Lebih dari 500 mg/dL Sangat Tinggi
10. Bagaimanakah terapi secara umum serta pengaruh yang diberikan dari
pemberian ramipril terhadap keluhan yang dirasakan oleh pasien ?
Jawaban :
11. Sebutkan dan Jelaskan diagnosis banding dari kasus dalam skenario !
Jawaban :
ETIOLOGI
20
Lily I. Rilianto. 2015. Penyakit kardiovaskular. Jakarta. Badan Penerbit FK UI. Hal 135-137
kemudian gangguan pada otot regulasi jantung dan lain sebagainya. Manifestasi
klinis dan penyakit jantung koroner ada berbagai macam, yaitu iskemia mycocard
akut, gagal jantung disritmia atau gangguan irama jantung dan mati mendadak.
PATOFISIOLOGI
GEJALA KLINIS
Gejala klinis akan timbul apabila sudah terjadi penyumbatan pada arteri
koronaria, dapat diakibatkan oleh plak yang sudah menutupi pembuluh darah atau
plak terlepas membentuk trombosis sehingga perfusi darah atau plak terlepas
membentuk trombus sehingga perfusi darah ke miokard menjadi sangat minim
dan dapat menimbulkan tanda-tanda infark miokard. Tanda- tanda tersebut adalah:
a. nyeri dada: jika miokardium tidak dapat asupan darah yang cukup, maka
okseigen tidak memadai dan hasil metabolisme yang berlebihan
menyebabkan kram ayau kejang. Angina merupakan perasaan sesak di
dada atau perasaan dada diremas-remas, yang ti,bul jika otot jantung
mendapatkan darah yang cukup
b. sesak nafas: gejala yang biasa ditemukan pada gagal jantung. Sesak
merupakan akibat dari masuknya cairan ke dalam rongga udara di paru-
paru.
c. Kelelahan atau kepenatan: jika jantung tidak efektif memompa, maka
aliran darah ke otot selama melakukan aktifitas akan berkuran,
menyebabkan penderita merasa lemah dan lelah. Gejala ini seringkali
bersifat ringan.
d. Palpitasi
e. Pusing & pingsan: penurunan aliran darah karena denyut atau aritmia serta
kemampuan memompa yang buruk dapat menyebabkan pusing dan
pingsan.
Diagnosis:
1. Anamnesus
2. Pemeriksaan penunjang:
- Laboratorium
- Foto thorax
- Pemeriksaan jantung non invasif:
a. EKG istrahat
b. Treadmill
c. Uji latih jasmani kombinasi pencitraan
aa. stress echo
bb. scintigrafi perfusi miokard
cc.farmakologi kombinasi teknik imaginig
- Echo Istrahat
- Monitoring EKG Ambultor
- Computed tomography
- MRA
- Arteriography koroner
- IVUS
PENATALAKSANAAN
1. Farmokologi
Analgetik yang diberikan biasanya golongan narkotik (morfin)
diberikan secara intravena dengan pengenceran dan diberikan secara
pelan-pelan. Dosisnya awal 2,0 – 2,5 mg dapat diulangi jika perlu.
Nitrat dengan efek vasodilatasi (terutama venodilatasi) akan
menurunkan venous return akan menurunkan preload yang berarti
menurunkan oksigen demam. Di samping itu nitrat juga mempunyai
efek dilatasi pada arteri koroner sehingga akan meningkatakan
suplai oksigen. Nitrat dapat diberikan dengan sediaan spray atau
sublingual, kemudian dilanjutkan dengan peroral atau intravena.
Aspirin sebagai antitrombotik sangat penting diberikan. Dianjurkan
diberikan sesegera mungkin (di ruang gawat darurat) karena terbukti
menurunkan angka kematian.
Trombolitik terapi, prinsip pengelolaan penderita infark miokard
akut adalah melakukan perbaikan aliran darah koroner secepat
mungkin (Revaskularisasi / Reperfusi).Hal ini didasari oleh proses
patogenesanya, dimana terjadi penyumbatan / trombosis dari arteri
koroner. Revaskularisasi dapat dilakukan (pada umumnya) dengan
obat-obat trombolitik seperti streptokinase, r-TPA (recombinant
tissue plasminogen ativactor complex), Urokinase, ASPAC
( anisolated plasminogen streptokinase activator), atau Scu-PA
(single-chain urokinase-type plasminogen activator).Pemberian
trombolitik terapi sangat bermanfaat jika diberikan pada jam
pertama dari serangan infark. Dan terapi ini masih masih
bermanfaat jika diberikan 12 jam dari onset serangan infark.
Betablocker diberikan untuk mengurangi kontraktilitas jantung
sehingga akan menurunkan kebutuhan oksigen miokard. Di samping
itu betaclocker juga mempunyai efek anti aritmia.21
21
Gray, huon h. Et all. Lecture notes kardiologi. 2002. Ed. 4. Penerbit erlangga
2. Non-farmakologi
Merubah gaya hidup, memberhentikan kebiasaan merokok
Olahraga dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol dan
memperbaiki kolateral koroner sehingga PJK dapat dikurangi,
olahraga bermanfaat karena :
Memperbaiki fungsi paru dan pemberian O2 ke miokard
Menurunkan berat badan sehingga lemak lemak tubuh yang
berlebih berkurang bersama-sama dengan menurunnya LDL
kolesterol
Menurunkan tekanan darah
Meningkatkan kesegaran jasmani
Diet merupakan langkah pertama dalam penanggulangan
hiperkolesterolemi.
3. Tindakan operatif
a. Percutaneus Transluminal Coronary Angioplasty
PTCA adalah suatu tehnik menggunakan balon halus yang dirancang
khusus untuk melebarkan lumen arteri koroner yang stenosis.
b. Coronary Artery Bypass Graft
Coronary Artery Bypass Grafting, atau Operasi CABG, adalah teknik yang
menggunakan pembuluh darah dari bagian tubuh yang lain untuk
memintas (melakukan bypass) arteri yang menghalangi pemasokan darah
ke jantung.
c. Enchaced external counterpulsation
EECP yang artinya kontra pulsasu yang diperkuat dari luar, merupakan
tehnik pengobatan non invasif yang saat ini sudah digunakan di sebagian
besar negara untunk mengobati PJK.
SINDROM KORONER AKUT
Istilah Sindrom Koroner Akut (SKA) banyak digunakan saat ini untuk
menggambarkan kejadian kegawatan pada pembuluh darah koroner. Alasan
rasional menyatukan semua penyakit itu dalam satu sindrom adalah karena
mekanisme patofisiologi yang sama. SKA disebabkan oleh terlepasnya plak yang
merangsang terjadinya agregasi trombosit dan trombosis, sehingga pada akhirnya
akan menimbulkan stenosis berat atau oklusi pada arteri koroner dengan atau
tanpa emboli.
DEFINISI
Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah gabungan gejala klinik yang
menandakan iskemia miokard akut, terdiri dari infark miokard akut dengan elevasi
segmen ST (ST segment elevation myocardial infarction = STEMI), infark
miokard akut tanpa elevasi segment ST ( non ST segemnt elevation myocardial
infarction = NSTEMI), dan angina pektoris tidak stabil (unstable angina pectoris =
UAP).
EPIDEMIOLOGI
The American Heart Association memperkirakan bahwa lebih dari 6 juta
penduduk Amerika, menderita penyakit jantung koroner (PJK) dan lebih dari 1
juta orang yang diperkirakan mengalami serangan infark miokardium setiap
tahun. Kejadiannya lebih sering pada pria dengan umur antara 45 sampai 65
tahun, dan tidak ada perbedaan dengan wanita setelah umur 65 tahun.4–6 Penyakit
jantung koroner juga merupakan penyebab kematian utama (20%) penduduk
Amerika.
Di Indonesia data lengkap PJK belum ada. Pada survei kesehatan rumah tangga
(SKRT) tahun 1992, kematian akibat penyakit kardiovaskuler menempati urutan
pertama (16%) untuk umur di atas 40 tahun. SKRT pada tahun 1995 di Pulau
Jawa dan Pulau Bali didapatkan kematian akibat penyakit kardiovaskuler tetap
menempati urutan pertama dan persentasenya semakin meningkat (25%)
dibandingkan dengan SKRT tahun 1992. Di Makassar, didasari data yang
dikumpulkan oleh Alkatiri7 diempat rumah sakit (RS) selama 5 tahun (1985
sampai 1989), ternyata penyakit kardiovaskuler menempati urutan
ke 5 sampai 6 dengan persentase berkisar antara 7,5 sampai 8,6%. PJK terus-
menerus menempati urutan pertama di antara jenis penyakit jantung lainnya. dan
angka kesakitannya berkisar antara 30 sampai 36,1%.7.
PATOFISIOLOGI
IMA STE umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak
setelah oklusi trombus pada plak aterosklerosis yang sudah ada sebelumnya.
Stenosis arteri koroner berat yang berkembang secara lambat biasanya tidak
memicu IMA STE karena timbulnya banyak kolateral sepanjang waktu. Pada
sebagian besar kasus, infark terjadi jika plak aterosklerotik mengalami fisur,
ruptur atau ulserasi dan jika kondisi ruptur lokal akan menyebabkan oklusi arteri
koroner. Penelitian histologi menunjukkan plak koroner cenderung mengalami
ruptur jika mempunyai fibrous cap yang tipis dan inti kaya lipid. Pada IMA STE
gambaran klasik terdiri dari fibrin rich red trombus yang dipercaya menjadi dasar
sehingga IMA STE memberikan respon terhadap terapi trombolitik.
FAKTOR RESIKO
Peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia) pada saat serangan nyeri dada
merupakan faktor risiko independen yang kuat (Koon-Hou & Topol EJ, 2000) dan
prognostik yang jelek untuk pasien dengan SKA bahkan pada pasien non diabetik
(Bilal dkk,2007). Sean dkk (2007) menunjukkan bahwa angka kematian dalam 30
hari lebih tinggi pada pasien diabetes dibandingkan tanpa diabetes pada IMA non
STE/APTS (2.1% vs 1.1%, P 11.0 mmol/l ternyata memberikan keuntungan
dalam menekan angka kematian setahun menjadi lebih rendah (18.6%
dibandingkan 26.1%). Saman dkk (2007) menganalisis bahwa umur, DM,
hipertensi dan tidak dilakukan terapi reperfusi ternyata didapatkan bermakna
berhubungan dengan peningkatan risiko kematian dalam 30 hari (tabel 3). Pada
laki-laki usia pertengahan (45-65 tahun) dengan tingkat serum kolesterol yang
tinggi (kolesterol : >240 mg/dL dan LDL kolesterol : >160 mg/dL) risiko
terjadinya SKA akan meningkat (Sacks dkk,1996).
Riwayat/ Anamnesis Diagnosa adanya suatu SKA harus ditegakkan secara cepat
dan tepat dan didasarkan pada tiga kriteria, yaitu; gejala klinis nyeri dada spesifik,
gambaran EKG (elektrokardiogram) dan evaluasi biokimia dari enzim jantung.
Nyeri dada tipikal (angina) merupakan gejala kardinal pasien SKA. Nyeri dada
atau rasa tidak nyaman di dada merupakan keluhan dari sebagian besar pasien
dengan SKA. Seorang dokter harus mampu mengenal nyeri dada angina dan
mampu membedakan dengan nyeri dada lainnya karena gejala ini merupakan
petanda awal dalam pengelolaan pasien SKA. Sifat nyeri dada yang spesifik
angina sebagai berikut :
Pada beberapa pasien dapat ditemukan tanda-tanda gagal ventrikel kiri akut.
Gejala yang tidak tipikal seperti rasa lelah yang tidak jelas, nafas pendek, rasa
tidak nyaman di epigastrium atau mual dan muntah dapat terjadi, terutama pada
wanita, penderita diabetes dan pasien lanjut usia. Kecurigaan harus lebih besar
pada pasien dengan faktor risiko kardiovaskular multipel dengan tujuan agar tidak
terjadi kesalahan diagnosis
Pemeriksaan Fisik
Tujuan dari pemeriksaan fisik adalah untuk mengidentifikasi faktor pencetus dan
kondisi lain sebagai konsekuensi dari APTS/NSTEMI. Hipertensi tak terkontrol,
anemia, tirotoksikosis, stenosis aorta berat, kardiomiopati hipertropik dan kondisi
lain, seperti penyakit paru. Keadaan disfungsi ventrikel kiri (hipotensi, ronki dan
gallop S3) menunjukkan prognosis yang buruk. Adanya bruit di karotis atau
penyakit vaskuler perifer menunjukkan bahwa pasien memiliki kemungkinan juga
penderita penyakit jantung koroner (PJK).
Elektrokardiografi
EKG memberi bantuan untuk diagnosis dan prognosis. Rekaman yang dilakukan
saat sedang nyeri dada sangat bermanfaat. Gambaran diagnosis dari EKG adalah :
Perubahan EKG lainnya termasuk bundle branch block (BBB) dan aritmia
jantung, terutama Sustained VT. Serial EKG harus dibuat jika ditemukan adanya
perubahan segmen ST. Namun EKG yang normal pun tidak menyingkirkan
diagnosis APTS/NSTEMI
TERAPI
Keberhasilan terapi SKA bergantung pada pengenalan dini gejala dan transfer
pasien segera ke unit/instalasi gawat darurat. Terapi awal untuk semua SKA, yang
diberikan oleh tenaga medik ataupun pada unit/instalasi gawat darurat sebenarnya
sama. Manifestasi unstable angina dan MI akut seringkali berbeda. Umumnya,
gejala MI akut bersifat parah dan mendadak, sedangkan infark miokard non‐ST
elevasi (NSTEMI) atau unstable angina berkembang dalam 24‐72 jam atau lebih.
Pada kedua kasus tersebut tujuan awal terapi adalah untuk menstabilkan kondisi,
mengurangi rasa nyeri dan kecemasan pasien. Stabilisasi akan tercapai dengan
berbagai tindakan. Oksigen diberikan untuk menjaga kadar saturasi dan
memperbaiki oksigen yang sampai ke miokard.
Tata Laksana Pra Rumah Sakit
a. Bagi orang awam mengenali gejala serangan jantung dan segera mengantar
pasien mencari pertolongan ke Rumah sakit atau menelpon RS terdekat
meminta dikirimkan ambulan beserta petugas kesehatan terlatih.
b. Petugas kesehatan atau dokter umum di klinik:
mengenali gejala SKA dan pemeriksaan EKG bila ada
Tirah baring dan pemberian oksigen 2-4 L/menit
Berikan aspirin 160- 325 mg tablet kunyah bila tidak ada riwayat
alergi aspirin.
Berikan preparat nitrat sublingual misalnya isosorbid dinitrat 5 mg
dapat diulang setiap 5-15 menit sampai 3 kali.
Bila memungkinkan pasang infus.
Segera kirim ke RS terdekat dengan fasilitas ICCU yang memadai
dengan pemasangan selang oksigen dan didampingi
dokter/paramedik yang terlatih.
Tata Laksana Di Unit Gawat Darurat
Tirah baring
Pemberian oksigen 2-4 L/menit untuk mempertahankan saturasi
oksigen > 95%.
Pasang infus dan pasang monitor.
Pemberian aspirin 150-325 mg tablet kunyah bila belum diberikan
sebelumnya dan tidak ada riwayat alergi aspirin.
Pemberian nitrat: bisa diberikan nitrat oral sublingual yaitu
isosorbid dinitrat 5 mg dapat diulang setiap 5 menit sampai 3 kali
untuk mengatasi nyeri dada.
Klopidogrel dosis awal 300 mg, kemudian dilanjutkan 75 mg/ hari
Segera pindahkan ke ICCU.
Tata Laksana Di ICCU
Pasang monitor 24 jam
Tirah baring
pemberian oksigen 3-5 L/menit
Pemberian nitrat, bila nyeri belum berkurang dapat diberikan
nitrogliserin drip intravena secara titrasi sesuai respon tekanan
darah, dimulai 5-10 mikrogram/menit dan dosis dapat ditingkatkan
5-20 mikrogram/menit sampai nyeri berkurang atau Mean Arterial
Pressure (MAP) menurun 10% pada normotensi dan 30% pada
hipertensi, tetapi tekanan darah sistolik harus > 90 mmHg.
Penyekat Beta bila tidak ada kontraindikasi terutama pada pasien
SKA dengan hipertensi dan takiaritmia yaitu bisoprolol mulai 2,5-
5mg atau metoprolol 25-50mg atau atenolo 25-50mg.
ACE inhibitor, diberikan pada pasien infark anterior, kongesti paru
atau fungsi ventrikel kiri yang rendah dengan EF <>100mmHg.
Pemberian ARB bila pasien intoleran dengan ACE inhibitor.
Atasi nyeri dengan morfin sulfat IV 2-4 mg dengan interval 5-15
menit bila nyeri belum teratasi.
Pemberian Laksantif untuk memperlancar defekasi.
Anti ansietas: diazepam 2x5mg atau alprazolam 2x0,25mg
Heparinisasi pada kondisi: infark anterior luas, fungsi ventrikel
buruk, resiko tinggi trmbosis, fibrilasi atrial, trombus intra kardiak
dan onset nyeri dada >12 jam tanpa tindakan revaskularisasi.
Terapi perfusi: fibrinolitik dan intervensi koroner perkutan (PCI).
KOMPLIKASI
Angina pektoris tidak stabil : payah jantung, syok kardiogenik, aritmia,
infark miokard akut.
Infark miokard akut (dengan atau tanpa ST elevasi) : gagal jantung, syok
kardiogenik, ruptur korda, ruptur septum, ruptur dinding bebas, aritmia
gangguan hantaran, aritmia gangguan pembentukkan rangsang,
perikarditis, sindrom Dresler, emboli paru.
PROGNOSIS
Prognosis tergantung daerah jantung yang terkena, beratnya gejala, ada tidaknya
komplikasi.23,24
23
Perhimpunan dokter spesialis kardiovaskuler indonesia. Pedoman tatalaksana sindrom koroner
akut. Ed.3. 2015
24
Kaligis RWM. Diagnosis dan tatalaksana hipertensi, sindrom koroner akut dan gagal jantung.
Balai penerbit rumah sakit jantung harapan kita. Jakarta. 2001
paru dan bendungan di system vena, maka keadaan ini disebut gagal jantung
kongestif
Etiologi CHF
Gagal jantung kongestif dapat disebabkan oleh :
1. Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari
penyebab kelainan fungsi otot mencakup ateriosklerosis koroner,
hipertensi arterial, dan penyakit degeneratif atau inflamasi.
2. Aterosklerosis koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah
ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam
laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului
terjadinya gagal jantung. Peradangan dan penyakit miokardium
degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi yang secara
langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
GEJALA KLINIS
Manifestasi klinis gagal jantung bervariasi, tergantung dari umur pasien, beratnya
gagal jantung, etiologi penyakit jantung, ruang-ruang jantung yang terlibat,
apakah kedua ventrikel mengalami kegagalan serta derajat gangguan penampilan
jantung.
Pada penderita gagal jantung kongestif, hampir selalu ditemukan :
1) Gejala paru berupa dyspnea, orthopnea dan paroxysmal nocturnal
dyspnea.
2) Gejala sistemik berupa lemah, cepat lelah, oliguri, nokturi, mual, muntah,
asites, hepatomegali, dan edema perifer.
3) Gejala susunan saraf pusat berupa insomnia, sakit kepala, mimpi buruk
sampai delirium
DIAGNOSIS
Akibat bendungan di berbagai organ dan low output pada penderita gagal
jantung kongestif hampir selalu di temukan:
a. Gejala paru berupa: dyspnea, orthopnea, dan paroxysmal noctural
dsypnea. Selain itu bbatuk-batuk non produktif yang timbul pada waktu
berbaring
b. Gejala dan tanda sistemik: lemah, cepat capek, oliguri, nokturi, mual,
muntah, desakan vena sentralis meningkat, takikardi, pulse pressure
sempit, asister, hepatomegali dan edema perifer.
c. Gejala susunan saraf pusat berupa : insomnia, sakit kepala, mimpi buruk
sampai delirium.
Diagnosis dapat ditegakkan dengan 2 kriteria mayor atau 1 mayor 2 minor.
PEMERIKSAAN PENUNJANG:
1. Radiography thoraks: seringkali menunjukan kardiomegali bila gagal
jantung sudah kronis
2. EKG: memperlihatkan beberapa abnormalitas pada sebagian besar pasien,
termasuk gelombang Q, perubahan ST-T, hipertofi LV, gangguan
konduksi, aritmia
3. Echocardiography: harus dilakukan pada semua pasien dengan dugaan
klinis gagal jantung.
4. Tes Darah: direkomendasikan untuk menyingkirkan aritmia dan menilai
fungsi ginjal sebelum terapi dimulai. Disfungsi tiroid dapat menyebabkan
gagal jantung sehingga fungsi tiroid harus diperiksa.
5. Tes latihan fisik : untuk menilai adanaya iskemia miokard dan pada
beberapa kasus untuk mengukur VO2 max.
PENATALAKSANAAN :
A. Terapi farmakologik
1) Diuretik (Diuretik tiazid dan loop diuretik)
Mengurangi kongestif pulmonal dan edema perifer, mengurangi gejala
volume berlebihan seperti ortopnea dan dispnea noktural peroksimal,
menurunkan volume plasma selanjutnya menurunkan preload untuk
mengurangi beban kerja jantung dan kebutuhan oksigen dan juga
menurunkan afterload agar tekanan darah menurun
2) Antagonis aldosteron
Menurunkan mortalitas pasien dengan gagal jantung sedang sampai berat
3) Obat inotropik
Meningkatkan kontraksi otot jantung dan curah jantung.
4) Glikosida digitalis
Meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung menyebabkan penurunan
volume distribusi
5) Vasodilator (Captopril, isosorbit dinitrat)
Mengurangi preload dan afterload yang berlebihan, dilatasi pembuluh
darah vena menyebabkan berkurangnya preload jantung dengan
meningkatkan kapasitas vena.
6) Inhibitor ACE
Mengurangi kadar angiostensin II dalam sirkulasi dan mengurangi sekresi
aldosteron sehingga menyebabkan penurunan sekresi natrium dan air.
Inhibitor ini juga menurunkan retensi vaskuler vena dan tekanan darah yg
menyebabkan peningkatan curah jantung.25
B. Terapi non-farmakologik
Penderita dianjurkan untuk membatasi aktivitas sesuai beratnya keluhan
seperti: diet rendah garam, mengurangi berat badan, mengurangi lemak,
mengurangi stress psikis, menghindari rokok, olahraga teratur.26
C. Tindakan dan pembedahan:
25
Prof. dr. peter kabo, PhD,MD. Bagaiman menggunakan obat-obat kardiovaskuler secara
rasional. Balai penerbit fakultas kedokteran universitas indonesia.2010
26
RWM Kaligis, DKK. Hipertensi sindrom koroner akut dan gagal jantung. Balai penerbit rumah
sakit jantung harapan kita. 2001
1. Revaskularisasi (intervensi kateter dan pembedahan)
2. Perbaikan katup
3. Pacu jantung biventrikel
4. Transplantasi jantung
Bare Metal Stent (BMS) Terdiri dari Stent yang terbuat dari stainless
steel atau cobalt cromium
Drug Eluting Stent (DES) Stent berlapis obat, dapat mencegah
penyempitan pembuluh darah kembali.