Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Makalah ini mempunyai latar belakang masalah tentang EKSPLORASI dan EKSPLOITASI sumber
daya mineral dan strategi pengolahan sumber daya mineral.

EKSPLORASI dan EKSPLOITASI adalah kata yang sudah tidak asing ditelinga kita, kedua istilah
tersebuat sebenarnya memiliki istilah yang sangat erat sekali jika dikaitkan dengan sebuah
kepentingan atau tujuan kegiatan. Eksplorasi pengertian suatu bentuk kegiatan penggalian informasi
atau kumpulan data - data yang dilakukan dengan tujuan untuk mengumpulkan beberapa data maupun
informasi - informasi yang nantinya akan diteliti atau di informasikan kepada pihak - pihak lain yang
membutuhkanya.

1.2 PENGERTIAN EKSPLORASI & EKSPLOITASI

EKSPLORASI adalah penyelidikan lapangan untuk mengumpulkan data / informasi selengkap


mungkin tentang keberadaan sumber daya alam di suatu tempat. Kegiatan eksplorasi sangat penting
dilakukan sebelum pengusahaan bahan tambang dilaksanakan mengingat keberadaan bahan galian
yang penyebarannya tidak merata dan sifatnya sementara yang suatu saat akan habis tergali. Sehingga
untuk menentukan lokasi sebaran, kualitas dan jumlah cadangan serta cara pengambilannya
diperlukan penyelidikan yang teliti agar tidak membuang tenaga dan modal, disamping untuk
mengurangi resiko kegagalan, kerugian materi, kecelakaan kerja dan kerusakan lingkungan.

Sedangkan pengertian dari EKPLOITASI sendiri adalah upaya atau bentuk kegiatan yang sifatnya
cenderung pada penggalian potensi - potensi yang terdapat pada suatu obyek sebagai tingkat lanjut
dari kegiatan eksplorasi.

Kedua bentuk kegiatan ini memiliki kaitan yang sangat erat sekali jika kita memandangnya dari segi
kepentingan tertentu atau yang biasa kita kenal dengan ungkapan mencari uang. Tetapi tanpa kita
sadari sudah banyak dari kita juga melakukan kedua hal tersebut demi kepentingan pribadi, yang
memiliki dampak negatif bagi kehidupan kita atau bagi orang lain.
BAB II
EKSPLORASI

1.1 PENGERTIAN EKSPLORASI


Eksplorasi adalah penyelidikan lapangan untuk mengumpulkan data/informasi selengkap mungkin
tentang keberadaan sumberdaya alam di suatu tempat.

Kegiatan eksplorasi sangat penting dilakukan sebelum pengusahaan bahan tambang dilaksanakan
mengingat keberadaan bahan galian yang penyebarannya tidak merata dan sifatnya sementara yang
suatu saat akan habis tergali. Sehingga untuk menentukan lokasi sebaran, kualitas dan jumlah
cadangan serta cara pengambilannya diperlukan penyelidikan yang teliti agar tidak membuang
tenaga dan modal, disamping untuk mengurangi resiko kegagalan, kerugian materi, kecelakaan kerja
dan kerusakan lingkungan. 

Eksplorasi, disebut juga penjelajahan atau pencarian, adalah tindakan mencari atau melakukan
penjelajahan dengan tujuan menemukan sesuatu; misalnya daerah tak dikenal, termasuk antariksa
(penjelajahan angkasa), minyak bumi (eksplorasi minyak bumi), gas alam, batubara, mineral, gua, air,
ataupun informasi.

Suatu kegiatan eksplorasi harus direncanakan sebaik - baiknya dengan memperhitungkan untung -
ruginya, efisiensi, ekonomis serta kelestarian lingkungan daerah eksplorasi tersebut.

Perencanaan eksplorasi meliputi beberapa hal sebagai berikut :

 Pemilihan daerah eksplorasi.

 Studi pendahuluan.

 Perencanaan eksplorasi dan pembiayaannya.

 Hasil serta tujuan yang didapatkan dari seluruh operasi.

Pengertian eksplorasi di "Abad Informasi dan Spiritual" saat ini, juga meliputi tindakan pencarian
akan pengetahuan yang tidak umum atau pencarian akan pengertian metafisika-spiritual; misalnya
tentang kesadaran (consciousness), cyberspace atau noosphere. Istilah ini dapat digunakan pula
untuk mengambarkan masuknya budaya suatu masyarakat untuk pertama kalinya ke dalam
lingkungan geografis atau budaya dari masyarakat lainnya. Meskipun eksplorasi telah terjadi sejak
awal keberadaan manusia, kegiatan eksplorasi dianggap mencapai puncaknya pada saat terjadinya
Abad Penjelajahan, yaitu ketika para pelaut Eropa menjelajah ke seluruh penjuru dunia untuk
menemukan berbagai daerah dan budaya baru. Kegiatan eksplorasi terdiri atas berbagai
penyelidikan yang mendukungnya.

Penyelidikan tersebut adalah :

a) PENYELIDIKAN GEOLOGI
b) PENYELIDIKAN GEOKIMIA
Penyelidikan ini dilaksanakan untuk mengetahui perkiraan kadar logam, senyawa kimia dan
unsur-unsur penyerta dimana logam tersebut berada.
c) PENYELIDIKAN GEOFISIKA
Penyelidikan ini terdiri atas 4 metode yaitu :
 Metode Geolistrik
 Metode Seismik
 Metode Magnet
 Metode Gaya berat/Gravitasi
d) PEMBIRAN EKSPLORASI
Dilaksanakan untuk mengetahui kedalaman mineral, kualitas dan kalkulasi cadangan
kasar/minimum untuk dapat ditambang secara ekonomis.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN EKSPLORASI


Tujuan dilakukannya eksplorasi adalah untuk mengetahui sumber daya cebakan mineral secara rinci,
yaitu untuk mengetahui, menemukan, mengidentifikasi dan menentukan gambaran geologi dalam
pemineralaran berdasarkan ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitas suatu endapan mineral
untuk kemudian dapat dilakukan pengembangan secara ekonomis.
 Kegiatan untuk mengetahui keberadaan endapan bahan galian dengan menggunakan metode
tertentu.

 Mengetahui jenis bahan galian dan sebaran di permukaan.

 Mengetahui sebaran bahan galian kearah dalam dan bentuknya.

 Mengetahui besaran dannilai ekonominya (sumber daya mineral dan cadangan)

1.3 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN CARA EKSPLORASI


Penggunaan atau pemilihan cara eksplorasi tergantung pada :
 Tahap eksplorasi.

 Jenis bahan galian.

Bentuk endapan dan sebaran bahan berharganya

1.3.1 TAHAPAN EKSPLORASI


Tahapan dalam pekerjaan eksplorasi :

1. PENYELIDIKAN UMUM
a) STUDY PUSTAKA
 Keadaan geologi regional
 Keadaan tektonik
 Keadaan paleogeography setting
 Batasan luas daerah kerja
b) PENGECEKAN DILAPANGAN
 Mencari singkapan batuan dan batubara
 Mengambil contoh batuan dan batubara

2. PENYELIDIKAN PENDAHULUAN
a) MEMETAKAN DAERAH KEGIATAN
 Pemetaan Topografi
 Pemetaan Foto Udara
b) INTERPRETASI KEADAAN GEOLOGI
 Stratigrafi Kedudukan Batubara
 Struktur Geologi
c) PEMBORAN
 Korelasi
 Hasil Perhitungan Cadangan
 Bentuk Geometri Cadangan
 Perkiraan Kualitas

3. PENYELIDIKAN DETAIL
a) PEMBORAN
 Bentuk geometri endapan batubara lebih teliti dan perhitungan cadangan
 Anomaly geologi (sesar)
 Kualitas batubara (Analisa laboratorium dan sifat batubara)
b) GEOFISIKA
 Stratigrafi kedudukan batubara lebih teliti
 Struktur geologi
 Bentuk endapan batubara
c) PENENTUAN METODE PENAMBANGAN

4. COMMERCIAL EXPLORATION PROGRAMME


1.3.2 JENIS BAHAN GALIAN

 Bahan galian logam: bahan galian yang dalam proses penambangan dan pengolahan diambil
logamnya. Bentuk tubuh bijih dan sebaran bahan berharga di dalamnyabermacam-macam,
mulai dari sederhana sampai sangat bervariasi.

 Bahan galian industri: bahan galian yang dalam proses penambangan dan pengolahan dalam
bentuk mineral atau batuan. Bentuk tubuh bahan galian biasanya teratur.

 Bahan galian energi: bahan galian yang digunakan sebagai sumber energi. Bentuk tubuh bahan
galiannya biasanya teratur.

 Bentuk dan sebaran bahan galian.

1.3.3 PENGELOMPOKAN ENDAPAN BAHAN GALIAN

Endapan bahan galian dapat dikelompokkan berdasarkan keadaan geologinya seperti bentuk
endapan dan sebaran bahan berharga di dalamnya. Kreiter (1961) mengelompokkan menjadi 5yaitu
kelompok a, b, c, d, dan e (Lampiran 2). Pengelompokan ini berkaitan dengan koefisien variasi
bentuk.

 Isometrik : ukuran panjang, lebar, dan ketebalannya relatif sama atau berbentuk seperti bola.

 Lapisan : ukuran panjang dan lebarnya relatif sama, ketebalan relatif kecil.

 Tabung : ukuran lebar dan ketebalannya relatif sama dan lebih pendek dari ukuran panjangnya.

1.3.4 SEBARAN BAHAN BERHARGA

 Merata : pejal (massif), terserak merata. Koefisien variasi kecil.

 Tidak merata: terserak tidak merata. Koefisien variasi sebaran besar.

 Sangat tidak merata. Koefisien variasi sangat besar.

Koefisien variasi dapat dihitung dengan rumus pada (Lampiran 3), sedangkan pengelompokan
endapan bahan galian berdasarkan variasi kadar, ketebalan, dan cadangan linier tertera pada
(Lampiran 4).
1.4 METODE EKSPLORASI
Metoda dalam eksplorasi dapat digolongkan dalam dua kelompok besar, yaitu :

1) Metoda langsung, terdiri dari :

a) Metoda langsung di permukaan

b) Metoda langsung di bawah permukaan

2) Metoda tidak langsung, terdiri dari :

a) Metoda tidak langsung cara geokimia yang mencakup antara lain mengenai bed rock, soil, air,
vegetasi dan stream deposit.

b) Metoda tidak langsung cara geofisika yang mencakup beberapa cara yaitu cara magnetik
(sudah jarang digunakan), gravitasi (sudah jarang digunakan), cara seismik yang terdiri dari
cara reflaksi dan refleksi, cara listrik (resistifity), dua cara yang terakhir yaitu cara radiokatif
yang masih jarang digunakan, hal ini disebabkan karena cara ini relatif lebih mahal dan lebih
rumit dari cara - cara sebelumnya.

1.4.1 METODE LANGSUNG

A). METODE LANGSUNG PERMUKAAN


Metoda ini dapat dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu :

a) Penyelidikan Singkapan (Out Crop)

Singkapan segar umumnya dijumpai pada :

1) Lembah-lembah sungai, hal ini dapat terjadi karena pada lembah sungai terjadi pengikisan
oleh air sungai sehingga lapisan yang menutupi tubuh batuan tertransportasi yang
menyebabkan tubuh batuan nampak sebagai singkapan segar

2) Bentuk-bentuk menonjol pada permukaan bumi, hal ini terjadi secara alami yang umumnya
disebabkan oleh pengaruh gaya yang berasal dari dalam bumi yang disebut gaya endogen
misalnya adanya letusan gunung berapi yang memuntahkan material ke permukaan bumi dan
dapat juga dilihat dari adanya gempa bumi akibat adanya gesekan antara kerak bumi yang
dapat mengakibatkan terjadinya patahan atau timbulnya singkapan ke permukaan bumi yang
dapat dijadikan petunjuk letak tubuh batuan.

b) Tracing Float (Penjejakan)

Float adalah fragmen-fragmen atau potongan-potongan biji yang berasal dari penghancuran
singkapan yang umumnya disebabkan oleh erosi, kemudian tertransportasi yang biasanya dilakukan
oleh air, dan dalam melakukan tracing kita harus berjalan berlawanan arah dengan arah aliran
sungai sampai float dari bijih yang kita cari tidak ditemukan lagi, kemudian kita mulai melakukan
pengecekan pada daerah antara float yang terakhir dengan float yang sebelumnya dengan cara
membuat parit yang arahnya tegak lurus dengan arah aliran sungai, tetapi jika pada pembuatan parit
ini dirasa kurang dapat memberikan data yang diinginkan maka kita dapat membuat sumur uji
sepanjang parit untuk mendata tubuh batuan yang terletak jauh dibawah over burden.
c) Tracing dengan Panning (Mendulang)

Caranya sama seperti tracing float, tetapi bedanya terdapat pada ukuran butiran mineral yang
dicara biasanya cara ini digunakan untuk mencari jejak mineral yang ukurannya halus dan
memiliki masa jenis yang relatif besar. Persamaan dari cara tracing yaitu pada kegiatan lanjutan
yaitu trencing atau test pitting.

Cara-cara tracing, baik tracing float maupun tracing dengan panning akan dilanjutkan dengan
cara trenching atau test pitting.

1) Trenching (Pembuatan Parit)

Pembuatan parit memiliki keterbatasan yaitu hanya bisa dilakukan pada overburden yang
tipis, karena pada pembuatan parit kedalaman yang efektif dan ekonomis yang dapat dibuat
hanya sedalam 2 - 2,5 meter, selebih dari itu pembuatan parit dinilai tidak efektif dan
ekonomis. Pembuatan parit ini dilakukan dengan arah tegak lurus ore body dan jika
pembuatan parit ini dilakukan di tepi sungai maka pembuatan parit harus tegak lurus dengan
arah arus sungai.

Paritan dibangun dengan tujuan untuk mengetahui tebal lapisan permukaan, kemiringan
perlapisan, struktur tanah dan lain-lain.

2) Test Pitting (Pembuatan Sumur Uji)

Jika dengan trenching tidak dapat memberikan data yang akurat maka sebaiknya dilakukan
test pitting untuk menyelidiki tubuh batuan yang letaknya relatif dalam. Kita harus ingat
bahwa pada test pitting kita harus memilih daerah yang terbebas dari bongkahan-bongkahan
maka hal ini akan menyulitkan kita pada waktu pembuatan sumur uji dan juga daerah yang
hendak kita buat sumur uji harus bebas dari air, karena dengan adanya air dapat menyulitkan
kita pada waktu melakukan penyelidikan struktur batuan yang terdapat pada sumur uji yang
kita buat. Pada pembuatan sumur uji ini kita juga harus mempertimbangkan faktor keamanan,
kita harus dapat membuat sumur dengan penyangga sesedikit mungkin tetapi tidak mudah
runtuh. Hal ini juga akan mempengaruhi kenyamanan pada waktu melakukan penelitian.
Kedalaman sumur uji yang kita buat bisa mencapai kedalaman sampai 30 meter.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dari penggalian sumur adalah gejala longsoran, keluarnya gas
beracun, bahaya akan banjir dan lain-lain.

B). METODE LANGSUNG BAWAH PERMUKAAN


Eksplorasi langsung bawah permukaan dilakukan bila tidak ada singkapan di permukaan atau pada
eksplorasi permukaan tidak dapat memberikan informasi yang baik, karena pada eksplorasi langsung
permukaan, kedalaman maksimum yang dapat dicapai + 30 meter. Eksplorasi langsung bawah
permukaan juga dapat dilakukan apabila keadaan permukaan memungkinkan untuk diadakan
eksplorasi bawah permukaan, sebab apabila permukaan tidak memungkinkan, misalnya permukaan
itu tergenang air atau tertutup bongkah batu yang tidak stabil, maka hal ini akan memberikan resiko
yang besar jika dilakukan eksplorasi permukaan.

Dalam eksplorasi bawah permukaan ada hal-hal yang harus diperhatikan misalnya, pekerjaan harus
berlangsung tetap didalam badan bijih, hal ini untuk memudahkan diadakan pengamatan dan proses
sampling pekerjaan juga diusahakan dimulai dari daerah-daerah yang memiliki singkapan yang baik,
karena dengan singkapan yang baik dapat memudahkan kita untuk menentukan strike atau dipnya,
yang tidak kalah pentingnya yang harus diperhatikan adalah masalah biaya, dimana dalam pekerjaan
eksplorasi ini biaya tidak boleh terlalu besar, hal ini bertujuan untuk menghindari adanya dana yang
terbuang percuma jika nantinya eksplorasi yang dilakukan hasilnya mengecewakan.

Eksplorasi bawah permukaan dapat dilakukan dengan membuat Tunel, Shaft, Drift, Winse dan lain-
lain.

Tunnel = Suatu lubang bukaan mendatar atau hampir mendatar yang menembus kedua kaki
bukit.

Shaft = Suatu lubang bukaan yang menghubungkan tambang bawah tanah dengan permukaan
bumi dan berfungsi sebagai jalan pengangkutan karyawan serta alat-alat kebutuhan
tambang, ventilasi dan penirisan.

Drift = Suatu bukaan mendatar yang dibuat dekat atau pada endapan bijih yang arahnya
sejajar dengan jurus atau dimensi terpanjang dari endapan bijihnya (dalam
pengeboran).

Winze = Lubang bukaan vertikal atau arah miring yang dari “level” ke arah “level” yang
dibawahnya.

Eksplorasi bawah tanah juga dapat dilakukan dengan pengeboran inti. Pengeboran sumur minyak
yang pertama dilakukan oleh Kol. Drake pada tahun 1959 dengan menggunakan bor (RIG) permanen
(tidak dapat dipindah-pindah) dan pada pengeborannya menggunakan sistem perkusif (tumbuk),
pada pengeboran ini kedalaman maximum yang dapat dicapai adalah 60 ft (+ 20 m) dengan bor lurus
(vertical drilling).

Saat ini pengeboran dilakukan dengan teknik bor putar (rotary drilling) dengan menara bor yang
dapat dipindah-pindah (portablering) dan dilakukan dengan beberapa cara pengeboran yaitu dengan
cara perkusif, rotasi atau dengan perkusif-rotasi. Pemboran dapat dilakukan di darat maupun di laut
(on shore atau off shore). Pemboran tidak terbatas pada pemboran decara vertikal saja tetapi dapat
dilakukan secara miring (kemiringan dapat mencapai 90 o), apabila saat pengeboran kita menemukan
batuan yang keras dan susah ditembus oleh mata bor, maka dengan teknologi sekarang, pipa yang
berada jauh di dalam tanah dapat dirubah arahnya (dibelokkan) untuk menghidari batuan yang keras
tersebut.

Pengeboran yang dilakukan pada eksplorasi bertujuan untuk mengambil contoh (sampling) untuk
diamati, pengeboran juga bisa bertujuan untuk produksi atau konstruksi (misalnya air tanah, minyak
bumi) dan pemboran dapat juga untuk memudahkan proses peledakan (pada kegiatan
penambangan material keras). Dari data pengeboran dan sampling kita dapat membuat peta
stratigrafi daerah pengeboran. Dari peta ini kita dapat mengetahui susunan batuan dan ketebalan
cadangan dan akhirnya kita dapat memperkirakan besar cadangan secara keseluruhan.
1.4.2 METODE TIDAK LANGSUNG

A). METODE TIDAK LANGSUNG CARA GEOFISIKA


Geofisika merupakan disiplin ilmu atau metoda untuk memperkirakan lokasi akumulasi
bahan/tambang dengan cara pengukuran besaran-besaran fisik batuan bawah permukaan bumi.
Metoda yang dapat dilakukan eksplorasi geofisika diantaranya :

a) METODA GRAVITASI

Metoda ini berdasarkan hukum gaya tarik antara dua benda di alam. Bumi sebagai salah satu
benda di alam juga menarik benda-benda lain di sekitarnya. Kalau sebuah bandul digantung
dengan sebuah pegas, maka pegas tersebut akan merengganng akibat bandulnya mengalami
gravitasi, di tempat yang gravitasinya rendah maka regangan tadi kecil dan di tempat yang
gravitasinya besar maka regangan tadi juga lebih besar. Dengan demikian dapat diperkirakan
bentuk struktur bawah tanah dari melihat besarnya nilai gravitasi dari bermacam-macam lokasi
dari suatu daerah penyelidikan.

Di lapangan besarnya gravitasi ini diukur dengan alat yang disebut gravimeter, yaitu suatu alat
yang sangat sensitif dan presisi. Gravimeter bekerja atas dasar “torsion balance”, maupun bantuk
atau pendulum, dan dapat mengukur perbedaan yang kecil dalam gravitasi bumi di berbagai
lokasi pada suatu daerah penyelidikan. Gaya gravitasi bumi dipengaruhi oleh besarnya ukuran
batuan, distribusi atau penyebaran batuan, dan kerapatan (density) dari batuan. Jadi kalau ada
anomali gravitasi pada suatu tempat, mungkin di situ terdapat struktur tertentu, seperti lipatan,
tubuh intrusi dangkal, dan sebagainya. Juga jalur suatu patahan besar, meskipun tertutup oleh
endapan aluvial, sering dapat diketahui karena adanya anomali gravitasi.

b) METODA MAGNETIK
Bumi adalah suatu planet yang bersifat magnetik, dimana seolah-olah ada suatu barang magnet
raksasa yang membujur sejajar dengan poros bumi. Teori modern saat ini mengatakan bahwa
medan magnet tadi disebabkan oleh arus listrik yang mengalir pada inti bumi. Setiap batang
magnet yang digantung secara bebas di muka bumi. Di setiap titik permukaan bumi medan
magnet ini memiliki dua sifat utama yang penting di dalam eksplorasi, yaitu arah dan intensitas.
Arah dari medan magnet dinyatakan dalam cara-cara yang sudah lazim, sedang intensitas
dinyatakan dalam apa yang disebut gamma. Medan magnet bumi secara normal memiliki
intensitas 35.000 sampai 70.000 gamma jika diukur pada permukaan bumi. Bijih yang
mengandung mineral magnetik akan menimbulkan efek langsung pada peralatan, sehingga
dengan segera dapat diketahui.

Metoda eksplorasi dengan magneti sangat berguna dalam pencarian sasaran eksplorasi sebagai
berikut :
 Mencari endapan placer magnetik pada endapan sungai
 Mencari deposit bijih besi magnetik di bawah permukaan
 Mencari bijih sulfida yang kebetulan mengandung mineral magnetit sebagai mineral
ikutan
 Intrusi batuan basa dapat diketahui kalau kebetulan mengandung magnetit dalam jumlah
cukup
 Untuk dapat mengetahui ketebalan lapisan penutup pada suatu batuan beku yang
mengandung mineral magnetik.
c) METODA SEISMIK

Metoda ini jarang dipergunakan dalam penyelidikan pertambangan bijih tetapi banyak
dipergunakan dalam penyelidikan minyak bumi. Suatu gempa atau getaran buatan dibuat dengan
cara meledakan dinamit pada kedalaman sekitar 3 meter dari permukaan bumi dan kecepatan
merambatnya getaran yang terjadi diukur. Untuk mengetahui kecepatan rambatan getaran
tersebut pada perlapisan-perlapisan batuan, disekitar titik ledakan dipasang alat penerima
getaran yang disebut geofon (seismometer). Geofon-geofon yang dipasang secara teratur di
sekitar lobang ledakan tadi akan terbias atau refraksi. Dengan mengetahui waktu ledakan dan
waktu kedatangan gelombang-gelombang tadi, maka dapat diketahui kecepatan rambatan waktu
getaran melalui perlapisan-perlapisan batuan. Dengan demikian konfigurasi struktur bahwa
permukaan dapat diketahui. Gelombang akan merambat dengan kecepatan yang berbeda pada
batuan yang berbeda-beda. Geophone merupakan alat penerima gelombang yang dipantulkan
kepermukaan, hidrophone untuk gelombang di dasar laut.

Cepat rambat gelombang seismik pada batuan tergantung pada :

 Jenis batuan

 Derajat pelapukan

 Derajat pergerakan

 Tekanan

 Porositas (kadar air)

 Umur (diagenesa, konsolidasi, dll)

d) METODE GEOLISTRIK

Dalam metoda ini yang diukur adalah tahanan jenis (resistivity) dari batuan. Yang dimaksud
dengan tahanan jenis batuan adalah tahanan yang diberikan oleh masa batuan sepanjang satu
meter dengan luas penampang satu meter persegi kalau dialiri listrik dari ujung ke ujung,
satuannya adalah Ohm-m2/m atau disingkat Ohm-meter.

 Dalam cara pengukuran tahanan jenis batuan di dalam bumi biasanya dipakai sistem
empat elektrode yang dikontakan dengan baik pada bumi. dua elektrode dipakai untuk
memasukan arus listrik ke dalam bumi, disebut elektrode arus (current electrode)
disingkat C, dan dua elektrode lainnya dipakai untuk mengukur voltage yang timbul
karena arus tadi, elektrode ini disebut elektrode potensial atau “potential electode”
disingkat P. ada beberapa cara dalam penyusun ke empat elektode tersebut, dua
diantaranya banyak yang dipakai adalah cara Wenner dan cara Shlumberger

B). METODE TIDAK LANGSUNG CARA GEOKIMIA


Pengukuran sistimatika terhadap satu atau lebih unsur jejak (trace elements) pada batuan, tanah,
stream, air atau gas.

Tujuannya untuk mencari anomali geokimia berupa konsentrasi unsur-unsur yang kontras terhadap
lingkungannya atau background geokimia.
Anomali dihasilkan dari mobilitas dan dispresi unsur-unsur yang terkonsentrasi pada zona
mineralisasi. Anomali merupakan perbedaan-perbedaan yang mencolok antara satu titik atau batuan
dengan titik lainnya.

Pada dasarnya eksplorasi jenis ini lebih cenderung untuk menentukan perbedaan mendasar
(anomali) unsur-unsur yang terdapat pada tanah atau sampel yang kita cari. Proses untuk
membedakan unsur ini dilakukan dengan beberapa reaksi kimia.

Setelah mengetahui metodanya kita memasuki pemilihan alat dan pemilihan anggota serta apa-apa
yang mesti dipersiapkan, misalkan sbb :

a) Pemilihan Anggota Tim atau Tenaga Ahli

 Geologist.

 Geophysist.

 Exploration Geologist.

 Geochemist.

 Operator Alat, dll.

b) Rencana Biaya

c) Pemilahan waktu yang tepat

d) Penyiapan Peralatan atau Perbekalan

 Peta Dasar.

 Alat Surveying, Alat Ukur atau GPS.

 Alat kerja (Palu, Alat Geofisika, Kompas, Alat Sampling, Meteran, Altimeter, Kantong sampel, Alat
bor)

 Alat Tulis.

 Alat Komunikasi.

 Keperluan sehari - hari.

 Obat - obatan atau P3K.

e) Sesampai di Lapangan :

 Membuat base camp (perkemahan).

 Mencek peralatan atau perbekalan.

 Melakukan quick survey di daerah penelitian untuk menentukan langkah-langkah lebih lanjut.

 Menentukan evaluasi rencana dan perubahan-perubahan sesuai dengan keadaan sebenarnya


(bila perlu).
1.5 KEGIATAN EKSPLORASI
Pengkajian data sekunder, Pengkajian data primer, pengolahan data, dan penyusunan laporan.

Pengkajian data sekunder:

 Mempelajari laporan terdahulu.

 Mempelajari peta - peta.

⇒ Menentukan rencana kegiatan atau eksplorasi.

Pengkajian data primer :

 Pengamatan dan pencatatan data di lapangan : singkapan, bongkah, parit dan sumur uji, hasil
pemboran.

 Pengambilan percontoh (pemercontohan).

Pengolahan data :

 Analisis petrografi, mineragrafi, kimia.

 Pengambaran peta sebaran bahan galian.

 Rekonstruksi data permukaan dan bawah permukaan.

1.6 PENYUSUNAN LAPORAN


Kerangka penyusunan laporan adalah sebagai berikut :

 Tempat dan kesampaian daerah penyelidikan,

 Latar belakang dilakukannya penyelidikan,

 Geologi dan bahan galian,

 Kegiatan yang dilakukan,

 Pengolahan data,

 Hasil penyelidikan,

 Kesimpulan dan saran,

 Daftar pustaka,

 Lampiran dan gambar.


BAB II
EKSPLOITASI
2.1 PENGERTIAN EKSPLOITASI
Eksploitasi adalah usaha penambangan dengan maksud untuk menghasilkan bahan galian dan
memanfaatkannya. Kegiatan ini dapat dibedakan berdasarkan sifat bahan galiannya yaitu, galian
padat dan bahan galian cair serta gas.

EKSPLOITASI berasal dari bahasa Inggris, eksploitasi adalah politik pemanfaatan, eksploitasi adalah
untuk kepentingan ekonomi atau kesejahteraan. Ekspolitasi sumberdaya alam berarti mengambil
dan menggunakan sumber daya alam itu untuk tujuan pemenuhan kebutuhan hidup manusia.

Eksploitasi sumberdaya alam yang mengabaikan lingkungan akan mengancam keberlajutan dan
ketersedian sumber daya alam itu. pasal 33 ayat (3) Undang - undang Dasar 1945 menggariskan
bahwa “Bumi dan air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Salah satu asas penting dalam pemanfaatan kekayaan alam dalam pembangunan Indonesia adalah
pengutamaan pengelolaan sumber daya alam yang dapat diperbarui. Oleh karena itu, agar
pemanfaatannya dapat berkesinambungan, maka tindakan eksploitasi sumber daya alam harus
disertai dengan tindakan perlindungan.

Pemeliharaan dan pengembangan lingkungan hidup harus dilakukan dengan cara yang rasional
antara lain sebagai berikut:

a) Memanfaatkan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui denganhati-hati dan efisien, misalnya:
air, tanah, dan udara.

b) Menggunakan bahan pengganti, misalnya hasil metalurgi (campuran)

c) Mengembangkan metoda menambang dan memproses yang efisien,serta pendaur-ulangan


(recycling)

d) Melaksanakan etika lingkungan berdasarkan falsafah hidup secara damai dengan alam.

2.2 FAKTOR PENDORONG EKSPLOITASI


Eksploitasi alam terjadi karena kebutuhan manusia yang tidak terbatas.dimasa modern seperti saat
ini kebutuhan manusia akan sumber daya alam sangatlah tinggi. Padahal tanpa mereka sadari
eksploitasi yang mereka lakukan itu telah merusak lingkungan tempat mereka hidup sendiri. Salah
satu faktor yang mendorong eksploitasi ini terjadi adalah kebutuhan manusia yang tidak terbatas.
Selain itu faktor ekonomi sangatlah berpengaruh penting dalam usaha eksploitasi alam ini.
Eksploitasi alam seperti pertambangan batu kapur di daerah padalarang adalah salah satunya,
kebutuhan akan bahan mentah odol, semen dll. Menjadikan gunung kapur itu sebagai lahan
pengeruk rupiah yang cukup menjanjikan, selain karena faktor masyarakat sekitar yang
menggantungkan kehidupan mereka dari hasil pengolahan tambang batu kapur tersebut.
2.3 PERTAMBANGAN & KARAKTERISTIK DESA PERTAMBANGAN

Pada umumnya jika kita berbicara masalah desa, maka secara tidak langsung kita akan membahas
masyarakat  pertanian. Hal ini karena mayoritas masyarakat desa bekerja dalam sektor pertanian.
Sebagaimana diungkapkan oleh Wibberly dalam Tjondronegoro (1999 : 59) yang mendefinisikan
desa sebagai suatu negeri yang memperlihatkan penggunaan tanah yang luas sebagai ciri penentu,
baik pada waktu sekarang maupun beberapa waktu yang lampau. Jadi pedesaan merupakan
kesatuan wilayah yang diorganisir dengan wewenang otonomi untuk mengatur masyarakat dan
wilayah yang dibatasi serta menggambarkan penggunaan tanahnya untuk kehidupan pertanian,
peternakan dan perikanan.

Selain identik dengan pertanian kita juga bisa melihat desa dari segi masyarakat yang tinggal di
daerah pedesaan dan dikategorikan sebagai masyarakat yang masih hidup dalam suasana dan arah
pemikiran pedesaan. Biasanya mereka pekerja, berbicara, berpikir dan melakukan kegiatan apapun
selalu mendasarkan diri pada apa-apa yang biasanya berlaku di daerah pedesaan (Siswopangripto
dan Sastrosupono, 1984:20).

Pada umumnya desa-desa di Indonesia dikelompokkan menjadi beberapa jenis. Berdasarkan


pengertian administratif, kita dapat menjumpai berbagai jenis desa, misalnya bila dilihat dari jenis
tofografi ada desa pegunungan, dataran rendah, dataran tinggi dan pantai. Berdasarkan usahanya,
ada desa petani sawah menetap, kampung peladang berpindah-pindah, desa perkebunan rakyat dan
desa nelayan. Namun ada juga desa yang mengadakan usaha spesifik misalnya desa penghasil buah-
buahan, desa industri kapur, genting, desa kerajinan tangan dan sebagainya. Tetapi satu ciri yang
mereka memiliki banyak biasanya masih ada (Tjondronegoro, 1999:19).

Desa-desa yang memiliki usaha spesifik sebagaimana disebutkan diatas jumlahnya sangat sedikit,
karena pada umumnya desa-desa di Indonesia berada dalam sektor pertanian. Salah satu desa yang
tergolong dalam desa pemilik usaha spesifik adalah desa pertambangan. Jumlah desa yang bergerak
dalam bidang pertambangan di Indonesia memang sangat sedikit, hal ini karena potensi sumber
daya alam berupa bahan galian tambang hanya tersebar pada daerah-daerah tertentu saja. Sehingga
tidak semua daerah sumber daya alamnya dapat dijadikan sebagai bahan galian tambang.

Pertambangan pada hakikatnya merupakan upaya pengembangan sumber daya alam mineral dan
energi yang potensisal untuk dimanfaatkan secara hemat dan optimal bagi kepentingan dan
kemakmuran rakyat, melalui serangkaian kegiatan eksplorasi, pengusahaan, dan pemanfaatan  hasil
tambang. Upaya tersebut bertumpu pada pendayagunaan berbagai sumber daya, tertutama sumber
daya alam mineral dan energi, didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas, penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemampuan manajemen (Ruchiyat, 1980: 162).

Pengolahan dalam bidang pertambangan berbeda halnya dengan pertanian yang ditentukan oleh
musim. Selama sumber bahan galian masih tersedia di alam maka eksploitasi terhadap sumber daya
alam tersebut terus dilakukan. Oleh karena itu etika lingkungan sangat diperlukan sebagai
pengendali dalam pelaksanaan kegiatan pertambangan. Etika lingkungan merupakan petunjuk atau
perilaku praktis manusia dalam mengusahakan terwujudnya moral lingkungan. Melalui etika
lingkungan, kita tidak saja mengimbngi hak dengan kewajiban terhadap lingkungan tetapi etika
lingkungan juga membatasi tingkah laku dan upaya untuk mengendalikan berbagai kegiatan agar
tetap berada dalam bata kepentingan hidup kita (Soerjani, 1987 : 15).

2.4 KETERKAITAN EKSPLOITASI DENGAN PENYIMPANGAN SOSIAL

Dari penjelasan diatas bahwa eksploitasi ada keterkaitanya dengan penyimpangan sosial. Kegiatan
penambangan ini disatu sisi menjadi penghasilan utama masyarakat/para penambang batu kapur
tetapi di lain sisi aktifitas penambangan yang berlebihan ini tanpa disadari telah mengakibatkan
kerusakan alam yang berakibat pada kelangkaan sumber daya alam seperti: berdasarkan penuturan
masyarakat sekitar daerah penambangan batu kapur di sana sering terjadi kesulitas mendapatkan air
tanah ketika musim kemarau, polusi udara akibar dari aktifitas pembakaran dan pengolahan batu
kapur, hilangnya daerah resanpan air, dan menyebabkan dearah tersebut menjadi rawan bencana
alam.

Akhirnya dari kerusakan alam ini akan berdampak kembali kepada masyarakat itu sendiri. Dan tanpa
disadari masyarakat penambang tersebut telah melakukan penyimpangan sosial karena merugikan
masyarakat banyak akibat dari rusaknya lingkungan, padahal pemerintah daerah telah mengatur
sebagaimana dalam perda no 10 tahun 2010 Tentang Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batu
Bara Poin a: ”Bahwa mineral dan batu bara merupakan potensi sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui, sehingga pengelolaannya perlu dilakukan secara beryada guna, bertanggung jawab,
berwawasan lingkungan, berkelanjutan, berdaya saing, efesien, guna menjamin pembangunan
daerah yang berkelanjutan, serta pemanfaatanya ditunjukan bagi sebesar-besarnya kesejahteraan
rakyat.” Namun dalam implemantasinya, penambangan yang dilakukan di daerah padalarang tidak
mempertimbangkan kelestarian lingkungan. Para penambang lebih mengutamakan hasil tambang
yang optimal dan terkesan berlebih karena tidak ada regulasi pembatasan penambangan batu kapur
yang jelas.

2.5 ISTILAH TAMBANG DALAM EKSPLOITASI


 Penyiapan Tambang ( Mine Development )

Tahap kegiatan untuk menyiapkan prasarana dan sarana yang akan diperlukan pada tahap
kegiatan penambangan.

 Eksploitasi ( Exploitation )

Penggatian endapan bahan galian dari kulit bumi secara ekonomis dengan menggunakan sistem
penambangan tertentu.

 Batuan Samping ( Country Rock )

(1) Batuan yang mengelilingi massa intrusi batuan beku atau urat bijih; (2) batuan yang tidak
mengandung mineral berharga (berkadar rendah) yang mengelilingi tubuh bijih.

 Mineral Ikutan ( Accessory Mineral; Gangue Mineral )

Mineral pembentuk batuan hasil kristalisasi magma, terdapat dalam jumlah relatif sedikit
(kurang dari 5%), ada tidaknya mineral tersebut dalam batuan tidak berpengaruh dalam
penentuan nama batuan, msl. apatit, zirkon, magnetit, rutil, dan sebagainya.

 Limbah ( Waste )
Zat padat, cair, atau gas yang dibuang, diemisi, atau diendapkan pada lingkungan hidup dalam
jumlah tertentu yang dapat menyebabkan perubahan kualitas lingkungan hidup.

 Mineral Urat ( Vein Mineral )

Mineral-mineral yang mengisi atau membentuk urat.

 Urat Bernas ( Oreshoot )

Bagian dari urat bijih yang memiliki konsentrasi bijih lebih kaya dari sekelilingnya.

 Endapan Berlapis ( Bedded Deposit )

Endapan bijih yang letaknya relatif datar dan sejajar dengan perlapisan batuan induknya.

 Singkapan ( Out Crops )

Bagian dari satuan batuan atau bahan galian berharga yang tersingkap di permukaan bumi.

 Apungan ( Float )

Potongan-potongan lepas dari batuan atau bijih yang terdapat pada atau dekat permukaan
tanah, atau dasar sungai; dapat digunakan sebagai petunjuk adanya mineralisasi; sin. Serpihan.

 Lapisan Penutup ( Overburden )

Lapisan tanah atau batuan yang berada di atas dan langsung menutupi lapisan bahan galian
berharga sehingga perlu disingkirkan terlebih dahulu sebelum dapat menggali bahan galian
berharga itu.

 Batuan Berlapis ( Bedded Rock )

Batuan sedimen yang terdiri dari beberapa lapisan batuan.

 Batuan Dasar ( Bedrock; Base Rock )

Batuan yang berada langsung di bawah lapisan batuan yang ekonomis untuk ditambang; sin.
batuan landas.

 Dinding Atas ( Hanging Wall )

Batuan yang terletak di atas endapan bijih atau urat bijih yang miring.

 Dinding Bawah ( Foot Wall )

Batuan yang terletak di bawah endapan bijih atau urat bijih yang miring.

 Miring,Kemiringan ( Dip; Grade; Slope )

(1) sudut yang dibentuk antara bidang perlapisan batuan dengan bidang horizontal; (2)
besarnya kenaikan atau penurunan jalan/lereng untuk setiap jarak horizontal 100 m (ft),
dinyatakan dalam %; (3) sudut yang dibuat antara bidang horizontal dengan bidang aliran
material pada suatu alat pengolahan bahan galian, dinyatakan dalam derajat.

 Jurus ( Strike )
Garis perpotongan antara bidang perlapisan dan bidang horizontal yang dinyatakan dalam arah
azimut dan tegak lurus terhadap arah kemiringan (dip).
 Terowongan ( Tunnel )

(1) lubang bukaan mendatar atau hampir mendatar yang menembus kedua lereng bukit; (2)
lubang bukaan yang berada di bawah tanah atau air, kedua ujungnya berhubungan langsung
dengan udara luar.

 Terowongan Buntu ( Adit, )

Jalan masuk utama ke tambang bawah tanah, berupa terowongan buntu yang dibuat mendatar
dan menghubungkan tempat bawah tanah dengan udara luar atau permukaan bumi; sin.
terowongan buntu.

 Terowongan Silang ( Cross Cut )

Terowongan atau jalan dalam tambang bawah tanah yang menyilang jurus cebakan atau urat.

 Lorong Angkut ( Haulage Drift )

Lubang bukaan yang relatif mendatar pada tambang bawah tanah yang dipergunakan untuk
pengangkutan bijih berai.

 Lorong Angkut Utama ( Main Haulage Way )

Jalan utama pada tambang bawah tanah yang berfungsi untuk pengangkutan bijih berai.

 Lorong Naik ( Raise )

Lubang bukaan miring atau tegak di tambang bawah tanah yang digali dari paras (level) bawah
menuju ke paras diatasnya (lihat juga lorong turun).

 Lorong Turun ( Winze )

Lubang bukaan tegak atau miring di tambang bawah tanah yang digali dari paras (level) atas
menuju ke paras dibawahnya.

 Sumuran Buntu ( Blind Shaft )

Sumuran pada tambang bawah tanah yang tidak berhubungan langsung dengan udara luar lihat
juga sumuran tegak; sin. sumuran buta.

 Lombong ( Stope )

Lubang bukaan dalam tambang bawah tanah tempat penambangan berlangsung.

 Lopak ( Sump )

Sumuran dangkal tempat penampungan air atau lumpur yang bersifat sementara di dalam
tambang sebelum dipompa ke luar; sin. pelimbahan; ceruk.

 Pelombongan Terbuka ( Open Stope )

Cara pelombongan pada cebakan bijih dan batuan samping yang kuat sehingga tidak
memerlukan penyangga buatan; hanya bila diperlukan dapat ditinggalkan sebagian kecil bijih
sebagai pilar-pilar.

 Kribing ( Cribbing )
Penyangga kayu yang terdiri atas susunan balok kayu persegi panjang yang yang dipasang
secara beraturan menutupi dinding sumuran.

 Muka,Permuka Kerja ( Face; Front, )

Permukaan batuan atau bahan galian yang sedang digali (ditambang); sin. medan kerja.

 Sumuran Kombinasi ( Combination Shaft )

Lenis sumuran yang merupakan kombinasi sumuran tegak dan sumuran miring, berfungsi
sebagai jalan keluar masuk utama ke tambang bawah tanah.

 Batuan Tudung ( Cap Rock )

Batuan kurang telap berstruktur cembung yang menutupi batuan waduk atau akuifer

 Pasca Tambang ( Post Mining )

Pasca tambang adalah masa setelah berhentinya kegiatan tambang pada seluruh atau sebagian
wilayah usaha pertambangan eksploitasi/operasi produksi, baik karena berakhirnya izin usaha
pertambangan dan atau karena dikembalikannya seluruh atau sebagian wilayah usaha
pertambangan eksploitasi/operasi produksi.

 Tiang ( Posts )

Bagian dari sistem penyanggaan yang dipasang tegak atau agak miring pada tambang bawah
tanah.

 Penyanggaan Tunggal ( One Piece Set )

Sebutan untuk sebatang balok kayu yang digunakan untuk penyanggaan tambang bawah tanah
ditempat yang rawan ambruk; sin. Prop.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Sumber daya alam merupakan anugrah terindah dari yang maha kuasa yang harus kita jaga,
lestarikan dan dimanfaatkan. Akan tetapi dimanfaatkan di sini bukan berarti menguras habis
sumberdaya alam yang tersedia namun kita juga harus bias memberdayakanya untuk anak cucu kita
kelak dimasa yang akan datang. Eksploitasi yang berlebihan dapat menimbulkan bencana alam yang
sangat dasyat, contohnya seperti tanah longsor, gempa bumi (local) dan bencana - bencana lainya
yang tentunya bisa membahayakan kehidupan manusia dimuka bumi ini.

Penulis menyarankan kepada para pembaca khususnya mereka yang menggeluti bidang
pengekploitasian sumber daya alam dalam melakukan karirnya agar lebih berhati - hati dan tidak
mengeksploitasi sumberdaya alam secara berlebihan. Tentu kita tau akibatnya apa bila melakukan
eksploitasi berlebihan, telah kita bahas di atas.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/7302599/Laporan_Makalah_Eksplorasi_dan_Eksploitasi_-
_Johan_Edwart
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 PENGERTIAN EKSPLORASI & EKSPLOITASI
BAB II
EKSPLORASI
1.1 PENGERTIAN EKSPLORASI
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN EKSPLORASI
1.3 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN CARA EKSPLORASI
1.3.1 TAHAPAN EKSPLORASI
1.3.2 JENIS BAHAN GALIAN
1.3.3 PENGELOMPOKAN ENDAPAN BAHAN GALIAN
1.3.4 SEBARAN BAHAN BERHARGA
1.4 METODE EKSPLORASI
1.4.1 METODE LANGSUNG
1.4.2 METODE TIDAK LANGSUNG
1.5 KEGIATAN EKSPLORASI
1.6 PENYUSUNAN LAPORAN
BAB II
EKSPLOITASI
2.1 PENGERTIAN EKSPLOITASI
2.2 FAKTOR PENDORONG EKSPLOITASI
` 2.3 PERTAMBANGAN & KARAKTERISTIK DESA PERTAMBANGAN
2.4 KETERKAITAN EKSPLOITASI DENGAN PENYIMPANGAN SOSIAL
2.5 ISTILAH TAMBANG DALAM EKSPLOITASI
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
TUGAS

PENGENALAN TEKNOLOGI PERTAMBANGAN

DISUSUN OLEH:

NAMA : FIRDAUS

NIM : 13.31.2.017

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

UNIVERSITAS PEJUANG REPUBLIK INDONESIAMAKASSAR

2019

Anda mungkin juga menyukai