Anda di halaman 1dari 6

Rasisme Terhadap Etnis Tiongha Karena Wabah Covid-19

Di Dunia

Sabda Fachri Zagarini Basri


183112351650281
Komunikasi Antarpribadi dan Budaya

Universitas Nasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi Ilmu Komunikasi
Muncul Rasisme terhadap Etnis Tionghoa setelah Wabah
Virus Corona

KOMPAS.com - Kecenderungan rasisme mulai terjadi di sejumlah negara pada etnis Tionghoa
atau warga China setelah wabah infeksi virus corona merebak sebulan terakhir. Kini, masyarakat
China atau Asia diidentikkan dengan pembawa virus dan potensial untuk menularkannya pada
bangsa lain. Dikutip dari CGTN, seorang netizen asal China mengunggah sebuah foto yang
menunjukkan ayahnya tengah berpose di depan mobil yang diberikan oleh si anak sebagai
kejutan. Di kolom komentar terdapat sebuah kalimat yang kurang pantas, intinya ia meminta
mereka untuk tetap berada di China sampai persebaran virus benar-benar bisa diatasi. Selain itu,
banyak juga restoran Vietnam yang menuliskan pengumuman "Tidak menerima orang China" di
depan tempat mereka berusaha.

Beralih ke media sosial, di Twitter Jepang tagar #ChineseDon'tComeToJapan sempat menjadi


topik perbincangan paling banyak diunggah.
#ChineseDontComeToJapan they have every right to say what they feel Japan should close it
borders completely until this Virus is contained It is the fault of Mainlanders who brought this
Virus to the world and the CCP are solely responsible for the Virus outbreak. — FREE HONG
KONG!!!!!! 8964 Never Forget!!!!! (@Anzactrooper) February 1, 2020
Yellow Allert
Sementara itu, di Kanada dilaporkan terjadi beberapa kasus perundungan terhadap anak-
anak yang berdarah China di sekolah. Di belahan dunia yang lain, di Perancis. Sebuah koran
menampilkan wajah seorang perempuan China di halaman sampul dan membubuhkan "Yellow
Allert" di sebelah foto tersebut. "Yellow Alert" berarti peringatan untuk berhati-hati dan
waspada. University of California menyatakan rasa takut atau phobia yang disebut sebagai
xenophobia sebagai reaksi yang normal mengingat krisis kesehatan yang masih terus
berlangsung. Mendapat banyak protes, universitas yang memiliki banyak mahasiswa dari Asia
ini kemudian meminta maaf. Sebagaimana dikutip dari Business Insider, seorang mahasiswa asal
Asia yang bersekolah di Arizona State University mengaku takut jika ingin batuk. Mahasiswa
yang tidak ingin disebutkan namanya menceritakan pengalamannya yang pernah dipandang oleh
semua orang saat ia batuk di dalam kelas. Ia merasa wabah virus corona sudah melahirkan
kesenjangan budaya antara orang-orang Asia dan penduduk asli Amerika di lingkungan kampus.

Walikota Toronto berikan dukungan Di lain pihak


Walikota Toronto, John Tory menyatakan akan berdiri bersama komunitas masyarakat
China melawan stigma yang dilekatkan pada mereka terkait virus corona. "Kita tidak boleh
membiarkan rasa takut menang atas nilai-nilai kita sebagai sebuah kota," katanya. Kepala
Kesehatan Masyarakat Toronto, Eileen de Villa meyakini informasi yang salah tentang virus
corona telah menciptakan stigma yang tidak tepat. "Saya sangat prihatin dan merasa kecewa
bahwa ini terjadi. Diskriminasi tidak dapat diterima. Tidak membantu dan justru menyebarkan
informasi yang salah, tidak membawa manfaat untuk siapapun," kata dia dalam sebuah
kesempatan.

Pemicu terjadinya konflik :


Pada Desember 2019 lalu muncul sebuah virus baru yang sangat berbahaya yang dikenal
sebagai virus corona atau nama ilmiahnya adalah Covid-19 (Corona Virus Disease 2019). Virus
ini pertamakali muncul di Kota Wuhan, China.
Coronavirus adalah suatu kelompok virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan
atau manusia. Beberapa jenis coronavirus diketahui menyebabkan infeksi saluran nafas pada
manusia mulai dari batuk pilek hingga yang lebih serius seperti Middle East Respiratory
Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus jenis baru
yang ditemukan menyebabkan penyakit COVID-19.
Covid-19 menjadi virus yang bisa dikatakan sangat bahaya karna penyebarannya
.COVID-19 dapat menyebar dari orang ke orang melalui percikan-percikan dari hidung atau
mulut yang keluar saat orang yang terjangkit COVID-19 batuk atau mengeluarkan napas.
Percikan-percikan ini kemudian jatuh ke benda-benda dan permukaan-permukaan di sekitar.
Orang yang menyentuh benda atau permukaan tersebut lalu menyentuh mata, hidung atau
mulutnya, dapat terjangkit COVID-19. Penularan COVID-19 juga dapat terjadi jika orang
menghirup percikan yang keluar dari batuk atau napas orang yang terjangkit COVID-19. Oleh
karena itu, penting bagi kita untuk menjaga jarak lebih dari 1 meter dari orang yang sakit. WHO
terus mengkaji perkembangan penelitian tentang cara penyebaran COVID-19 dan akan
menyampaikan temuan-temuan terbaru.
Adapun gejala dari virus ini seperti demam, rasa lelah, dan batuk kering. Beberapa pasien
mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, pilek, sakit tenggorokan atau diare,
Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara bertahap. Beberapa orang
yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apa pun dan tetap merasa sehat. Sebagian besar (sekitar
80%) orang yang terinfeksi berhasil pulih tanpa perlu perawatan khusus. Sekitar 1 dari 6 orang
yang terjangkit COVID-19 menderita sakit parah dan kesulitan bernapas. Orang-orang lanjut usia
(lansia) dan orang-orang dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya seperti tekanan darah
tinggi, gangguan jantung atau diabetes, punya kemungkinan lebih besar mengalami sakit lebih
serius. Mereka yang mengalami demam, batuk dan kesulitan bernapas sebaiknya mencari
pertolongan medis.
Penyebab utama konflik atau rasisme yang terjadi di berbagai daerah adalah covid-19 ini.
Masyarakat seperti yang terjadi di Vietnam, Jepang, Kanada Dan mungkin masih banyak lagi.
Menganggap bahwa Orang China atau etnis China yang membawa virus ini sehingga mereka
mengucilkan hingga menghina China, bahkan imbasnya tidak hanya masyarakat China yang
berada di China saja tetapi juga masyarakat China atau Tiongha yang tinggal di negara lain.
Bahkan mereka melarang Warga China atau keturunan Tiongha untuk masuk kerestoran, dan
masyarakat lain disuruh menjauh dari Warga China atau keturunan Tiongha dan memberi juluka
Yellow Allert.

Dampak dari rasisme terhadap Orang China atau keturunan


Tiongha :
Banyak sekali dampak negative yang diterima oleh Orang China atau keturunan Tiongha yang
terkena rasisme di beberapa tempat, diantaranya ;
1. Dikucilkan
Warga China atau keturunan Tiongha yang berada di negara lain banyak yang dikucilkan
atau dijauhi, dikarenakan, mereka menganggap bahwa Orang China atau keturunan Tiongha
membawa virus ini dan mereka takut mereka akan terjangkit virus ini dikarenakan dekat atau
bergaul dengan orang China. Bahkan seperti berita diatas beberapa restoran di Vietnam melarang
atau tidak menerima orang Cina untuk masuk kedalam restoran. Sedangkan yang terjadi di
Jepang adalah masyarakat Jepang khususnya yang bermain twitter membuat tagar
#ChineseDontComeToJapan yang berarti “Orang China jangan datang ke Jepan” hal ini
menunjukkan bahwa rasisme sedang terjadi.
2. Mendapatkan Hinaan
Orang China atau keturunan Tiongha banyak sekali hinaan dan bahkan dijuluk pembawa
masalah. Seperti yang terjadi di Prancis Warga China atau keturunan Tiongha mendapat julukan
“Yello Allert” yang berarti tanda untuk berhati hati, julukkan ini ditunjukan kepada Orang China
atau keturunan Tiongha, seperti yang tertulis di koran Prancis tersebut.
3. Rasa ketakutan dan tidak nyaman
Pada saat ini mungkin kita semua merasakan rasa takut dan ketidak nyamanaan Ketika
dipandang aneh orang seseorang hanya karna batuk dan bersin, hal ini memang termasuk wajar
di tengah wabah covid-19 ini. Tetapi hal ini tentu membuat kita takut Ketika memang kita tiba
tiba batuk ataupun bersih di tempat umum. Hal ini terjadi oleh salah satu Mahasiswa Asia yang
berkuliah di Arizona State University, ia menceritakan bagai mana orang memandangnya ketia ia
batuk saat sedang berada di kelas.

Solusi dari kasus Rasisme terhadap Orang China atau Keturunan


Tiongha :
Solusi sangat diperlukan dalam kasus rasisme, karna bagaimanapun kasus Rasisme terhadap
Orang China atau Keturunan Tiongha tidak bisa dianggap remeh, karna menyangkut suatu etnis
dan bisa berdampak buruk bagi mental korba rasisme tersebut. Adapun solusi yang saya beritan
yaitu;
1. Pengetahuan Dasar
Pengetahuan dasar yang saya maksud disini adalah pengetahuan tenta ap aitu virus corona itu
sendiri bagaimana penyebarannya, apa gejalanya , apa Tindakan pencegahannya dan Tindakan
apa yang harus dilakukan jika kita terjangkit atau orang sekitar kita terjangkit. Dengan pahamnya
kita tentang virus tersebut tentu hal hal seperti kasus rasisme seperti mengucilkan akan
berkurang, dikarenakan masyarakat sudah tau hal hal apa ayng menyebabkan penyebaran.
2. Sikap Toleransi
Sikap toleransi sangat dibutuhkan, dikarenakan bagaimanapun virus ini tidak ada kaitannya
dengan ras manapun. Kita tidak bisa mengaggap virus ini adalah virus orang Cina. Walaupun
awal mula virus ini berasal dari Wuhan China. Kita tidak serta merta menganggap bahwa semua
orang Cina membawa virus ini.
3. Dukungan moril dan mental
Saat in tidak hanya China yang terjangkit oleh covid-19 , saat ini kurang lebih 152 Negara
sudah terjangkit, maka dari itu saat ini kita sangat butuh dukungan mental, di keadaan seperti
ini bukan saatnya kita menyalahkan suatu negara atau ras, hal yang kita perlukan saat ini
adalah sikap saling tolong menolong dan dukungan dari satu sama lain terlepas dari negara
manapun ia atau dari ras manapun ia.
Daftar Pustaka
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Muncul Rasisme terhadap Etnis Tionghoa
setelah Wabah Virus Corona",
https://www.kompas.com/tren/read/2020/02/01/200000165/muncul-rasisme-terhadap-etnis-
tionghoa-setelah-wabah-virus-corona?page=1.
Penulis : Luthfia Ayu Azanella
Editor : Rizal Setyo Nugroho

Anda mungkin juga menyukai