Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA LUKA BAKAR

DISUSUN OLEH :
1. Kismi Handayani (1702107)
2. Kunto Wardoyo (1702108)
3. Lufiya Febriyana (1702109)

PRODI DIII KEPERAWATAN


STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
TA.2019/2020

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI (2008), prevalensi luka bakar
di Indonesia adalah 2,2 %. Menurut Tim Pusbankes118 Persi DIY (2012) angka
kematian akibat luka bakar di RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta berkisar
37%-39% pertahun sedangkan diRSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, rata-rata dirawat 6
pasien luka bakar perminggu setiap tahun. Penanganan luka bakar yang cepat dan
tepat, tidak akan menimbulkan dampak yang berbahaya bagi tubuh. Akan tetapi, jika
luka bakar tidak ditangani sesegera mungkin, maka akan menyebabkan berbagai
komplikasi seperti infeksi, syok, dan ketidakseimbangan elektrolit (imbalance
electrolit). Selain komplikasi yang berbentuk fisik, luka bakar juga dapat
menyebabkan distress emotional (trauma) dan psikologis yang berat karena cacat
akibat luka bakar dan bekas luka (scar). Luka bakar dapat diklasifikasikan ke dalam
beberapa derajat berdasarkan dalamnya jaringan yang rusak. Luka bakar dapat
merusak jaringan otot, tulang, pembuluh darah, dan jaringan epidermal yang
mengakibatkan kerusakan yang berada di tempat yang lebih dalam dari akhir system
persarafan.
Setelah terjadi luka, jaringan tubuh akan memulai proses penyembuhan luka.
Secara histologi, proses penyembuhan luka menyebabkan beberapa perubahan pada
vaskularisasi, epitel, serat kolagen, sel-sel fagosit, dan melibatkan peran fibroblas.
Sel epitel kulit berbentuk polyhedral tak teratur yang menggepeng ke arah
permukaan, dan pada lapisan superfisial berupa sel gepeng. Proses penyembuhan
luka, epitel sel basal di tepian luka akan terlepas dari dasarnya dan berpindah
menutupi dasar luka, lalu tempatnya diisi oleh hasil mitosis sel epitel lainnya
(Bloom & Fawcett, 2002). Fibroblas dan epitel memiliki peranan besar dalam
penyembuhan luka. Proses reepitelisasi adalah proses yang pertama kali tercetus
untuk menutupi jaringan luka sehingga mencegah infeksi. Hal ini dapat dicegah
dengan penatalaksanaan luka faseawal yang meliputi kehilangan atau kerusakan epitel
maupun jaringan yang menjadi struktur di bawahnya (Moenajat, 2003). Fibroblas
mencetuskan terbentuknya kolagen yang memperkuat jaringan luka (Kumar et al,

2
2005). Fibroblas berproliferasi dan lebih aktif mensintesis komponen ekstrasel
jaringan ikat sebagai respon terhadap cedera. Pada sediaan histologi, fibroblas
mengandung banyak granulbersitoplasma kecil yang diduga menjadi prekursor
kolagen (Bloom &Fawcet, 2002).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah:
1. Bagaimana konsep dasar penyakit pada pasien dengan luka bakar?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan luka bakar?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Memahami konsep dasar penyakit pada pasien dengan luka bakar.
2. Memahami konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan luka bakar.

D. Manfaat
Manfaat yang bisa kita dapat sebagai mahasiswa dalam makalah ini, yaitu:
1. Bisa memahami konsep dasar penyakit pada pasien dengan luka bakar.
2. Bisa memahami konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan luka bakar.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Luka bakar merupakan salah satu jenis luka, dimana terjadi kerusakan jaringan/
diskontinuitas jaringan yang diakibatkan sumber panas ataupun suhu dingin yang
tinggi, sumber listrik, bahan kimiawi, cahaya, radiasi dan friksi. Jenis luka dapat
beraneka ragam dan memiliki penanganan yang berbeda tergantung jenis jaringan
yang terkena luka bakar, tingkat keparahan, dan komplikasi yang terjadi akibat luka
tersebut. Luka bakar dapat merusak jaringan otot, tulang, pembuluh darah, jaringan
epidermal dan jaringan lainnya. Korban luka bakar dapat mengalami komplikasi
lokal berupa pembentukan parut dan kontraktur, maupun komplikasi sistemik.
Faktor kontribusi utama dari komplikasi sistemik ini adalah rusaknya integritas kulit
dan kehilangan cairan (Kristanto, 2013).
Luka bakar adalah kerusakan jaringan tubuh terutama kulit akibat langsung atau
perantara dengan sumber panas (thermal), kimia, elektrik, dan radiasi luka bakar
adalah luka yang disebabkan oleh trauma panas yang memberikan gejala, tergantung
luas, dalam, dan lokasi lukanya (Andara & Yessie, 2013).
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas dan suhu sangat rendah. Luka bakar
memicu inflamasi tidak terkontrol dan menekan sistem imun yang cenderung
menyebabkan infeksi, sepsis dan kegagalan multi organ dengan tingkat kematian
tinggi (Awan, dkk, 2014).

B. Jenis cidera luka bakar


1. Luka bakar Termal
Luka bakar termal terjadi akibat pajaan terhadap panas kering (nyala api) atau
panas lembab (uap air dan cairan panas). Luka bakar ini merupakan cedera luka
bakar yang paling umum dan paling sering terjadi pada anak-anak dan lansia.
Pajaan langsung terhadap sumber panas menyebabkan destruksi sel yang dapat
menyebabkan hangusnya vascular, tulang, otot, dan jaringan syaraf.

4
2. Luka Bakar Kimia
Disebabkan oleh kontak langsung antara kulit dengan asam, agen alkali
(basa), atau senyawa organik. Lebih dari 25.000 produk yang ditemukan
dirumah atau tempat kerja dapat menyebabkan luka bakar kimia. Bahan kimia
merusak protein jaringan sehingga menyebabkan nekrosis. Luka bakar yang
disebabkan oleh alkali (seperti cairan alkali) lebih sulit dinetralkan dibandingkan
luka bakar yang disebabkan oleh asam. Luka bakar tersebut juga cenderung
mengalami penetrasi yang lebih dalam. Luka bakar senyawa organik, seperti
akibat hasil sulingan minyak tanah, menyebabkan kerusakan kutan melalui kerja
pelarut lemak dan juga dapat menyebabkan gagal ginjal dan hati jika diserap.

3. Luka bakar listrik


Keparahan luka bakar listrik bergantung pada jenis dan durasi arus, dan
jumlah voltase. Sangat sulit mengkaji luas cedera luka bakar listrik karena prses
destruktif yang dimulai dengan sengatan listrik tersembunyi dan dapat menetap
selama berminggu – minggu melebihi waktu insiden. Nekrosis jaringan terjadi
akibat gangguan aliran darah, sekunder akibat koagulasi darah ditempat cedera
listrik. Karena luka bakar listrik pada ekstermitas dapat menyebabkan nekrosis
jaringan yang berat, luka bakar tersebut serig mengalami gengren yang
mengharuskan amputasi.
Arus bolak – balik listrik berulang yang menyebabkan kontraksi otot
tertarik. Kontraksi otot yang terus menerus menghambat upaya pernapasan
selama durasi kontak dan menyebabkan henti napas. Arus searah seperti
tersambar petir, memajankan tubuh terhadap voltase yang sangat tinggi selama
periode waktu seketika itu juga. Henti jantung – paru adalah penyebab keatian
paling umum akibat tersambar petir.

4. Luka Bakar Radiasi


Biasanya dikaitkan dengan luka terbakar matahari atau terai radiasi untuk
kanker. Jenis luka bakar ini cenderung superficial, hanya mencakup lapisan yang
paling jauh dengan epidermis. Semua fungsi kulit tetap utuh. Gejala terbatas
pada reksi sistemik ringan: Sakit kepala, menggigil, ketidaknyamannan lokal,

5
mual, dan muntah. Pajanan yang lebih luas terhadap radiasi atau bahan
radioaktif, seperti pada kecelakaan enaga nuklir, menyebabkan derajat kerusakan
jaringan yang sama dan keterlibata multisystem yang berkaitan dengan jenis
luka bakar lain.

Jenis, Agen penyebab, dan tindakan terapi prioritas untuk luka bakar
Jenis Penyebab Terapi Prioritas
Termal Nyala api terbuka (langsung) Padamkan nyala api
Uap air Bilas dengan air dingin
Cairan Panas Hubungi pemadam
kebakaran
Kimia Asam Netralkan encerkan
bahan kimia
Alkali kuat Lepaskan pakaian
Senyawa organik Hubungi pusat
pengendalian racun
Listrik Arus searah Leaskan sumber arus
listrik
Arus bolak balik Mulai RJP jika perlu
Halilintar Pindahkan kearea yang
aman
Hubungi petugas listrik
Radiasi Matahari (ultraviolet) Lindungi kulit dengan
tepat
Sinar - X Batasi waktu ajanan
Agen Radioaktif Jauhkan klien dari
sumber radiasi
Hubungi ahli radiasi

C. Klasifikasi
1. Kedalaman luka bakar
a. Luka bakar derajat I (super ficial partial-thickness)
Luka bakar derajat pertama adalah setiap luka bakar yang di dalam
prosespenyembuhannya tidak meninggalkan jaringan parut. Luka bakar
6
derajat pertama tampak sebagai suatu daerah yang berwarna kemerahan,
terdapat gelembung gelembung yang ditutupi oleh daerah putih, epidermis
yang tidak mengandung pembuluh darah dan dibatasi oleh kulit yang
berwarna merah serta hiperemis.
Luka bakar derajat pertama ini hanya mengenai epidermis dan biasanya
sembuh dalam 5-7 hari, misalnya tersengat matahari. Luka tampak sebagai
eritema dengan keluhan rasa nyeri atau hipersensitivitas setempat. Luka
derajat pertama akan sembuh tanpa bekas.
b. Luka bakar derajat II (Deep Partial-Thickness)
Kerusakan yang terjadi pada epidermis dan sebagian dermis, berupa
reaksi inflamasi akut disertai proses eksudasi, melepuh, dasar luka berwarna
merah atau pucat, terletak lebih tinggi di atas permukaan kulit normal, nyeri
karena ujung-ujung saraf teriritasi. Luka bakar derajat II ada 2:
1. Derajat II dangkal (superficial)
Kerusakan yang mengenai bagian
superficial dari dermis, apendises kulit
seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea masih utuh. Luka sembuh
dalam waktu 10-14 hari.
2. Derajat II dalam (deep)
Kerusakan hampir seluruh bagian dermis. Apendises kulit seperti
folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian masih utuh.
Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung apendises kulit yang tersisa.
Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.

c. Luka bakar derajat III ( Full Thickness)


Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis
dan lapisan yang lebih dalam, apendises kulit seperti
folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
rusak, tidak ada pelepuhan, kulit berwarna abu-abu

7
atau coklat, kering, letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar karena
koagulasi protein pada lapisan epidermis dan dermis, tidak timbul rasa
nyeri. Penyembuhan lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan.

Tabel Derajat Luka Bakar


2. Keparahan luka bakar

8
Cedera luka bakar dapat berkisar dari lepuh kecil sampai luka bakar masif
derajat III. Luka bakar dikategorikan kedalam luka bakar:
a. Cedera luka bakar minor/ ringan
Cedera ketebalan partial <15% dari luas permukaan tubuh total orang
dewasa, <10% luas permukaan tubuh total anak-anak, atau cedera ketebalan
penuh <2% luas permukaan tubuh total.Biasanya mendapat perawatan awal
di UGD,kemudian dipulangkan dengan instruksi dibagian rawat jalan.
b. Cedera luka bakar sedang/ moderat/ pertengahan
Cedera ketebalan partial dengan 15% sampai 25% dari luas permukaan
tubuh total (LPTT) pada orang dewasa, 10% sampai 20% LPTT pada anak-
anak, atau cedera dengan ketebalan penuh kurang dari 10%LPTT yang tidak
berhubungan dengan komplikasi. Umumnya ditangani dibagian rawat inap.

c. Cedera luka bakar berat/mayor


Biasanyadibawa ke fasilitas perawatan luka bakar khusus, setelah
mendapatkan perawatan kedaruratan ditempat kejadian.Cedera luka bakar
mayor adalah:
- cedera ketebalan partial >25%LPTT orang dewasa atau 20%LPTT anak-
anak
- cedera ketebalan penuh 10%LPTT atau lebih
- Luka bkar yang mengenai tangan, wajah, mata, telinga, kaki, dan
perineum
- cedera inhalasi
- cedera listrik
- luka bakar yang berkaitan dengan cedera lain misalnya: cedera jaringan
lunak, fraktur, trauma lain.
3. Ukuran luka bakar
Ukuran luas luka bakar (presentasi cedera pada kulit) ditentukan dengan
salah satu dari dua metode Rule of nine dan Diagram bagan Lund dan Browder
yang spesific dengan usia.Ukuran luka ditunjukkan dengan presentasi LPTT
(luas permukaan tubuh total).Rule of nine digunakan sebagai alat untuk
memperkirakan ukuran luka bakar yang cepat. Dasar dari penghitungan ini

9
adalah membagi tubuh ke dalam bagian-bagian anatomi, yang setiap bagian
tersebut mencerminkan luas 9 % dari LPT (luas permukaan tubuh), atau
kelipatan dari 9 %.Metode ini mudah di gunakan, dalam penggunaannya tidak
membutuhkan diagram untuk menentukan presentasi LPTT yang mengalami
cedera.
Perhitungan Rule of Nine
Area Prosentase
- Kepala dan leher 9%
- Dada depan dan belakang 18 %
- Abdomen depan dan belakang 18 %
- Ektremitas atas kanan 9%
- Ektremitas atas kiri 9%
- Perineum 1%
- Ekstremitas bawah kanan 18 %
- Ektremitas bawah kiri 18 %

Penggunaan diagram bagan Lund dan Browder biasanya di tujukan untuk


menentukan keluasan luka bakar yang terjadi pada anak-anak dan bayi di mana
dalam bagan ini kelompok usia yang berbeda mempunyai keluasan yang
berbeda. Bagan ini memberikan hasil penghitungan yang akurat.
Umur
Area 0 1 5 10 15
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
- Setengah bagian kepala 9½ 8½ 6½ 5½ 4½
- Setengah bagian tungkai 2¾ 3¼ 4 4¼ 4½
atas
- Setengah bagian tungkai 2½ 2½ 2¾ 3 3¼
Bawah

Perhitungan Luka Bakar Menurut Rule Of Nine

10
D. Etiologi
Etiologi dari luka bakar adalah antara lain sebagai berikut (Andra & Yessie,
2013) :
 Luka bakar thermal
Agen pencedera dapat berupa api, air panas, atau kontakdengan objek panas,
lukabakar api berhubungan dengan asap/cedera inhalasi (cedera terbakar, kontak
dan kobaran api).
 Luka bakar listrik
Cedera listrik yang disebabkan oleh aliran listrik dirumah merupakan insiden
tertinggi pada anak-anak yang masih kecil, yang sering memasukkan benda
konduktif kedalam colokan listrik dan digigit atau menghisap kabel listrik
yangtersambung.
 Luka bakar kimia
Terjadi dari tite/kandungan agen pencedera, serta konsentrasidan suhu agen.
 Luka bakar radiasi
Luka bakar bila terpapar pada bahan radioaktif dosis tinggi

E. Patofisiologi
Luka bakar (Combustio) disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber
panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi
11
elektromagnetik. Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein atau
ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran nafas atas merupakan lokasi destruksi
jaringan. Jaringan yang dalam termasuk organ visceral dapat mengalami kerusakan
karena luka bakar elektrik atau kontak yang lamadengan burning agent. Nekrosis
dan keganasan organ dapat terjadi. Kedalaman luka bakar bergantung pada suhu
agen penyebab luka bakar dan lamanya kontak dengan agen tersebut. Pajanan
selama 15 menit dengan air panas dengan suhusebesar 55°C mengakibatkan cidera
full thickness yangserupa. Perubahan patofisiologik yang disebabkan oleh luka
bakar yang berat selama awal periode syok luka bakar mencakup hipoperfusi
jaringan dan hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung
dengan diikuti oleh fase hiperdinamik serta hipermetabolik. Kejadian sistemik awal
sesudah luka bakar yang berat adalah ketidakstabilan hemodinamika akibat
hilangnya integritas kapiler dan kemudian terjadi perpindahan cairan, natrium serta
protein dari ruang intravaskuler ke dalam ruang interstisial.
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume
darah terlihat dengan jelas.Karena berkelanjutnya kehilangan cairan dan
berkurangnya volume vaskuler, maka curah jantung akan terus turun danterjadi
penurunan tekanan darah. Sebagai respon, system sarafsimpatik akan melepaskan
ketokelamin yang meningkatkanvasokontriksi dan frekuensi denyut nadi.
Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah perifer menurunkan curah jantung.
Umumnya jumlah kebocoran cairan yang tersebar terjadi dalam 24 hingga 36 jam
pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya dalam tempo 6-8 jam. Dengan
terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan
mengalir kembali ke dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat.
Karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan
terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan
obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia. Komplikasi ini dinamakan sindrom
kompartemen.Volume darah yang beredar akan menurun secara dramatis pada saat
terjadi syok luka bakar. Kehilangan cairandapat mencapai 3-5 liter per 24 jam
sebelum luka bakar ditutup. Selama syok luka bakar, respon luka bakar respon kadar
natrium serum terhadap resusitasi cairan bervariasi.Biasanya hipnatremia terjadi

12
segera setelah terjadinya lukabakar, hiperkalemia akan dijumpai sebagai akibat
destruksi selmassif.
Hipokalemia dapat terjadi kemudian dengan berpindahnya cairan dan tidak
memadainya asupan cairan.Selain itu juga terjadi anemia akibat kerusakan sel darah
merah mengakibatkan nilai hematokrit meninggi karena kehilangan plasma.
Abnormalitas koagulasi yang mencakup trombositopenia dan masa pembekuan serta
waktu protrombin memanjang juga ditemui pada kasus luka bakar. Kasus luka bakar
dapat dijumpai hipoksia. Pada luka bakar berat, konsumsi oksigen oleh jaringan
meningkat 2 kali lipat sebagai akibat hipermetabolisme dan respon lokal. Fungsi
renal dapat berubah sebagai akibat dari berkurangnya volume darah. Destruksi sel-
sel darah merah pada lokasi cidera akan menghasilkan hemoglobin bebas dalam
urin. Bila aliran darah lewat tubulus renal tidak memadai, hemoglobin dan
mioglobin menyumbat tubulus renal sehingga timbul nekrosis akut tubuler dan
gagal ginjal. Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-
faktor inflamasi yang abnormal, perubahan immunoglobulin serta komplemen
serum, gangguan fungsineutrofil, limfositopenia. Imunosupresi membuat pasien
luka bakar beresiko tinggi untuk mengalami sepsis. Hilangnya kulit menyebabkan
ketidakmampuan pengaturan suhunya.Beberapa jam pertama pasca luka bakar
menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jam-jam berikutnya menyebabkan
hipertermi yang diakibatkan hipermetabolisme. (Arief, 2000 : 365)

13
F. Pathway

G. Manifestasi
Tanda dan gejala luka bakar berdasarkan derajat luka bakar:
1. Luka bakar derajat 1 (superficial thicknessburn)
Yaitu jika luka bakar hanya mengenai lapisan kulit paling luar (epidermis).
Tanda dan gejalanya hanya berupa kemerahan (eritema), pembengkakan dan
disertai rasa nyeri pada lokasi luka. Tidak dijumpai adanya lepuhan (blister).
14
Kebanyakan luka bakar akibat radiasi sinar ultra violet (sunburn) termasuk
dalam luka bakar derajat 1.
2. Luka bakar derajat 2 (partial thickness burn)
Yaitu jika luka bakar mengenai epidermis hingga lapisan kulit di bawahnya
(dermis).Lukabakar derajat 2 dibagi menjadi:
1. Luka bakar derajat 2 dangkal (superficial partial thickness burn), jika luka
bakar mengenai hingga lapisan dermisbagian atas. Tanda dan gejalanya
berupa kemerahan (eritema), tampak ada lepuhan (blister), yaitu gelembung
yang berisi cairan, dan disertai rasa nyeri.
2. Luka bakar derajat 2 dalam (deep partial thickness burn), jika luka bakar
mengenai hingga lapisan dermis bagian bawah.Tanda dan gejalanya berupa
kemerahan (eritema), tampak ada lepuhan (blister), tetapi kadang-kadang
tidak disertairasa nyeri jika ujung saraf sudah rusak.
3. Luka bakar derajat 3 (full thickness burn)
Yaitu jika luka bakar mengenai seluruh lapisan kulit (epidermis, dermis dan
jaringan subkutan).Tanda dan gejalanya berupa luka bakar yang tampak putih
pucat atau justru tampak hangus, dan kadang-kadang disertai jaringan nekrotik
yang keras berwarna hitam, tetapi tanpa disertai rasa nyeri karena ujung saraf
sudah rusak. Tidak tampak ada lepuhan (blister). Pada luka bakar derajat 3,
kapiler darah, folikel rambut dan kelenjar keringat juga sudah rusak. Biasanya
luka bakar derajat 3 dikelilingi oleh luka bakar derajat 1 dan 2. Luka bakar yang
sangat berat dapat mengenai otot dan tulang.
a. Luka bakar grade II
b. Dewasa > 20%
c. Anak/orang tua > 15%
d. Luka bakar grade III.
e. Luka bakar dengan komplikasi: jantung, otak dll.

H. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik dari luka bakar sebagai penunjang untuk menggunakkan
diagnosa keperawatan antara lain sebagai berikut:

15
1. Hitung darah lengkap
Peningkatan HT awal menunjukkan hemokonsentrasi sehubungan dengan
pemindahan atau kehilangan cairan.
2. Sel darah putihLeukositosis dapat terjadi sehubungan dengan kehilangan sel
pada sisi luka.
3. GDA (Gas Darah Arteri)
Penurunan Pa O2 atau peningkatan Pa CO2 mungkin terlihat pada retensi karbon
monoksida.Asidosis dapat terjadi sehubungan dengan penurunan fungsi ginjal
dan kehilangan kompensasi pernapasan.
4. CoHbg (Karboksi Hemoglobin)
Peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan keracunan karbon monoksida atau
cedera inhalasi.
5. Elektrolit Serum
Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera jaringan
danpenurunan fungsi ginjal: hipokalemi dapat terjadi apabila mulai terjadi
diuresis. Magnesium mungkin menurun, Natrium pada awal juga menurun.
6. Natrium Urine Random
Lebih besar dari 20 mEq/L, mengindikasikan kelebihan resusitasi cairan, kurang
dari 10 mEq/L, menduga ketidakadekuatan resusitasi cairan.
7. BUN
Untuk mengetahui apakah ada penurunan fungsi ginjal/tidak

I. Penatalaksanaan
Penatalaksaan luka bakar daat dibagi mnjadi dua antara lain :
1. Penatalaksanaan medis
a. Debridemen
1) Debridemen alami, yaitu jaringan mati yang akan memisahkan diri
secara spontandari jaringan di bawahnya.
2) Debridemen mekanis yaitu dengan penggunaan gunting dan forcep untuk
memisahkan, mengangkat jaringan yang mati.
3) Dengan tindakan bedah yaitu dengan eksisi primer seluruh tebal kulit
atau dengan mengupas kulit yang terbakar secara bertahap hingga

16
mengenai jaringan yang masih viabel.
b. Graft pada luka bakar
Biasanya dilakukan bila re-epitelisasi spontan tidak mungkin terjadi:
1) Autograft: dari kulit penderita sendiri.
2) Homograft: kulit dari manusia yang masih hidup/ atau baru saja
meninggal (balutan biologis).
3) Heterograft: kulit berasal dari hewan, biasanya babi (balutan biologis).
2. Penatalaksaan keperawatan
Penatalaksaan keperawatan luka bakar dibagi menjadi sebagai berikut :
1. Perawatan luka umum
a. Pembersihan luka
b. Terapi antibiotik local
c. Ganti balutan
d. Perawatan luka tertutup/tidak tertutup
2. Resusitasi cairan
Pada luka bakar mayor terjadi perubahan permeabilitas kapiler yang akan
diikuti dengan ekstrapasasi cairan (plasma protein dan elektrolit) dari
intravaskuler ke jaringan interstisial mengakibatkan terjadinya hipovolemik
intravaskuler dan edema interstisial. Keseimbangan tekanan hidrostatik dan
onkotik terganggu sehingga sirkulasi kebagian distal terhambat,
menyebabkan gangguan perfusi sel atau jaringan atau organ. Pada luka bakar
yang berat dengan perubahan permeabilitas kapiler yang hampir
menyeluruh, terjadi penimbunan cairan massif di jaringan interstisial
menyebabkan kondisi hipovolemik. Volume cairan intravaskuler mengalami
defisit, timbul ketidakmampuan menyelenggarakan proses transportasi
oksigen ke jaringan. Keadaan ini dikenal dengan sebutan syok.
Syok yang timbul harus diatasi dalam waktu singkat,untuk mencegah
kerusakan seldan organ bertambah parah,sebab syok secara nyata bermakna
memiliki korelasi dengan angka kematian. Beberapa penelitian membuktikan
bahwa penatalakanaan syok dengan menggunakan metode resusitasi cairan
konvensional (menggunakan regimen cairan yang ada) dengan
penatalaksanaan syok dalam waktu singkat, menunjukan perbaikan

17
prognosis, derajat kerusakan jaringan diperkecil (pemantauan kadar asam
laktat), hipotermi dipersingkat dan koagulatif diperkecil kemungkinannya,
ketiganya diketahui memiliki nilai prognostik terhadap angka mortalitas.
Pedoman dan rumus untuk penggantian cairan luka bakar :
a. Rumus Evans
Untuk menghitung kebutuhan airan pada hari pertamahitunglah:
 BB(kg) x % luka bakar x 1 cc NaCL
 BB(kg) x % luka bakar x 1cc Larutan KoloidCc Glukosa 5 %
Separuh dari jumlah (1), (2), (3) diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya
diberikan 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah
cairan hari pertama.Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan
hari kedua, sebagai monitor pemberian cairan lakukan penghitungan
diuresis. Maksimum 10.000 ml selama 24 jam. Luka bakar derajat dua
dan tiga yang melebihi 50 % luas permukaan tubuh dihitung berdasarkan
50 % luas permukaan tubuh.
b. Rumus Baxter
Merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak dipakai. Jumlah
cairan hari pertama dihitung dengan rumus = %luka bakar x BB (kg) x
4cc. Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama,
sisanya diberikan dalam 16 jam selanjutnya. Hari pertama diberikan
larutan ringer laktat karena terjadi hipotermi. Untuk hari kedua di
berikan setengah dari jumlah hari pertama ditambahkan dengan cairan
koloid.
c. Nutrisi yang cukup
Dengan banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung protein,
dapat mempercepat proses penyembuhan luka bakar,karena protein
berperan penting dalam pembentukkan sel- sel jaringan tubuh yang rusak
contohnya sepeti : ikan dan telur.

J. Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat luka bakar yaitu, adalah:
1. Syok Hipovolemik

18
Pembuluh darah yang yang terpajan suhu tinggi akan rusak DNA permeabilitas
meninggi. Sel darah yang ada didalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi
anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan oedem dan menimbulkan
bula dengan membawa serta elektrolit. Hal ini menyebabkan berkurangnya
volume cairan intravaskular.
2. Sindrom kompartemen
Merupakan proses penyembuhan intergritas kapiler, syok luka bakar akan hilang
dan cairan mengalir kebalikedalam kompartemen vaskuler volume darah akan
meningkat. Karena edema akan bertambah berat pada luka bakar melingkar.
Tekanan pembuluh darah kecil pada syaraf dan ekstermitas distal menyebabkan
obstruksi aliran darahsehingga terjadi iskemia.
3. Gagal Ginjal Akut= tidak ada plasma dalam darah anuri
Pengeluaran urin yang tidak memadai dapat menunjukkan resusitasi cairan yang
tidak adekuat khususnya hemoglobin atau mioglobin terdektis dala urine
4. Deformitas ( perubahan bentuk tubuh)
5. Aduklt Respiratory Distress Syndrome
Akibat kegagalan respirasi terjadi jika derajat gangguan ventilasi dan pertukaran
gas sudah mengancam jiwa pasien.
6. Kontraktur (lengketnya)
Merupakan gangguan fungsi pergerakan
7. Ileus Paralitik (distensi abdomen, mual).
Berkurangnya peristaltic dan bising usus merupakan tanda – tanda ileus
peristaltik akibat luka bakar.

19
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian
1. Identitas klien dan keluarga
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, suku
bangsa, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor registrasi dan adekuat.
2. Identitas penanggung jawab.
Meliputi nama, jenis kelamin, pekerjaan, hubungan dengan klien dan
alamat.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Biasanya pasien dengan luka bakar mengeluh adanya nyeri, tergantung
dari derajat luka bakar dan luasnya luka bakar juga menentukan beratnya
nyeri. Misalnya daerah wajah akan lebih mengalami nyeri yang lebih berat
bila dibandingkan dengan daerah ekstrimitas. Selain itu luka bisa disertai
dengan tanda-tanda syok seperti penurunan kesadaran, tanda-tanda vital
yang tidak stabil.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Saat dikaji pasien mengeluh Nyeri pada daerah yang terkena luka bakar,
napas sesak, sering merasa haus dan tidak napsu makan.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu dikaji apakah pernah mengalami luka bakar sebelumnya, riwayat
pengobatan luka bakar terdahulu.Kaji riwayat penyakit jantung, ginjal,
paru-paru dan DM.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adakah riwayat penyakit yang sama pada keluarga klien seperti yang
dialaminya sekarang. Apakah dalam keluarga klien ada yang punya
penyakit keturunan seperti asma, jantung dan DM.
e. Struktur keluarga
Menggambarkan kedudukan klien dalam keluarga.

20
3. Riwayat psiko sosial
Pada klien dengan luka bakar sering muncul masalah konsep diri body
image yang disebabkan karena fungsi kulit sebagai kosmetik mengalami
gangguan perubahan. Selain itu juga luka bakar juga membutuhkan
perawatan yang laam sehingga mengganggu klien dalam melakukan
aktifitas. Hal ini menumbuhkan stress, rasa cemas, dan takut.
a. Bernafas
Pada klien yang terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama
(kemungkinan cedera inhalasi). Yang dikaji adalah serak; batuk mengii;
partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan
sianosis; indikasi cedera inhalasi. Pengembangan torak mungkin terbatas
pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii
(obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi
nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan
nafas dalam (ronkhi).
b. Makan dan Minum
Meliputi kebiasaan klien sehari-hari dirumah dan di RS dan apabila terjadi
perubahan pola menimbulkan masalah bagi klien. Pada pemenuhan
kebutuhan nutrisi kemungkinan didapatkan anoreksia, mual, dan muntah.
c. Eliminasi:
haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam
kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam;
diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam
sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar
kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik
gastrik.
d. Gerak dan Aktifitas :
Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang
sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.

21
e. Istirahat dan Tidur
Pola tidur akan mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh kondisi klien
ddan akan mempengaruhi proses penyembuhan
f. Pengaturan Suhu
Klien dengan luka bakar mengalami penurunan suhu pada beberapa jam
pertama pasca luka bakar, kemudian sebagian besar periode luka bakar akan
mengalami hipertermia karena hipermetabolisme meskipun tanpa adanya
infeksi
g. Kebersihan diri
Pada pemeliharaan kebersihan badan mengalami penurunan karena klien
tidak dapat melakukan sendiri.
h. Rasa Aman
Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5
hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian
kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan
kehilangan cairan/status syok.
1) Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan
variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung
gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring
posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
2) Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab.Kulit
mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus;
lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum
ebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan
dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
3) Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di
bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran
masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal
tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian
terbakar. Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor,
kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok listrik).

22
i. Rasa Nyaman
Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif
untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar
ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka
bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka
bakar derajat tiga tidak nyeri.
j. Sosial

masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan. Sehingga klien


mengalami ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri,
marah.
k. Rekreasi

Mengetahui cara klien untuk mengatasi stress yang dialami


l. Prestasi

Mempengaruhi pemahaman klien terhadap sakitnya


m. Pengetahuan

Pengetahuan yang dimiliki oleh klien akan mempengaruhi respon klien


terhadap penyakitnya
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh panas sakit
dan gelisah sampai menimbulkan penurunan tingkat kesadaran bila luka
bakar mencapai derajat cukup berat
b. TTV
Tekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah sehingga
tanda tidak adekuatnya pengembalian darah pada 48 jam pertama
c. Pemeriksaan kepala dan leher
1. Kepala dan rambut
Catat bentuk kepala, penyebaran rambut, perubahan warna rambut
setalah terkena luka bakar, adanya lesi akibat luka bakar, grade dan luas
luka bakar

23
2. Mata
Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi adanya
benda asing yang menyebabkan gangguan penglihatan serta bulu mata
yang rontok kena air panas, bahan kimia akibat luka bakar
3. Hidung
Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan bulu
hidung yang rontok.
4. Mulut
Sianosis karena kurangnya supplay darah ke otak, bibir kering karena
intake cairan kurang
5. Telinga
Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan
dan serumen
6. Leher
Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan sebagai
kompensasi untuk mengataasi kekurangan cairan
d. Pemeriksaan thorak / dada
Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi dada tidak
maksimal, vokal fremitus kurang bergetar karena cairan yang masuk ke
paru, auskultasi suara ucapan egoponi, suara nafas tambahan ronchi
e. Abdomen
Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya nyeri
pada area epigastrium yang mengidentifikasi adanya gastritis.
f. Urogenital
Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi merupakantempat
pertumbuhan kuman yang paling nyaman, sehingga potensi sebagai sumber
infeksi dan indikasi untuk pemasangan kateter.
g. Muskuloskletal
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada
muskuloskleletal, kekuatan oto menurun karen nyeri

24
h. Pemeriksaan neurologi
Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan GCS. Nilai bisa
menurun bila suplay darah ke otak kurang (syok hipovolemik) dan nyeri
yang hebat (syok neurogenik)
i. Pemeriksaan kulit
1. Luas luka bakar
Untuk menentukan luas luka bakar dapat digunakan salah satu metode
yang ada, yaitu metode “rule of nine” atau metode “Lund dan Browder”
2. Kedalaman luka bakar
Kedalaman luka bakar dapat dikelompokan menjadi 4 macam, yaitu luka
bakar derajat I, derajat II, derajat III dan IV, dengan ciri-ciri seperti telah
diuraikan dimuka.
3. Lokasi/area luka
Luka bakar yang mengenai tempat-tempat tertentu memerlukan perhatian
khusus, oleh karena akibatnya yang dapat menimbulkan berbagai
masalah. Seperti, jika luka bakar mengenai derah wajah, leher dan dada
dapat mengganggu jalan nafas dan ekspansi dada yang diantaranya
disebabkan karena edema pada laring . Sedangkan jika mengenai
ekstremitas maka dapat menyebabkan penurunan sirkulasi ke daerah
ekstremitas karena terbentuknya edema dan jaringan scar. Oleh karena
itu pengkajian terhadap jalan nafas (airway) dan pernafasan (breathing)
serta sirkulasi (circulation) sangat diperlukan. Luka bakar yang mengenai
mata dapat menyebabkan terjadinya laserasi kornea, kerusakan retina dan
menurunnya tajam penglihatan.

Bagian tubuh 1 th 2 th Dewasa


Kepala leher 18% 14% 9%
Ekstrimitas atas 18% 18% 18 %
(kanan dan kiri)
Badan depan 18% 18% 18%
Badan belakang 18% 18% 18%
Ektrimitas bawah 27% 31% 30%

25
(kanan dan kiri)
Genetalia 1% 1% 1%

II. Diagnosa Keperawatan yang muncul

1. Kekurangan volume cairanberhubungan dengan kehilangan cairan melalui rute


abnormal luka.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan hilangnya barier kulit dan terganggunya
respons imun.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka bakar terbuka.
4. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan saraf yang terbuka, kesembuhan luka dan
penanganan luka bakar.
5. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan deformitas dinding dada,
keletihan otot-otot pernafasan, hiperventilasi.

III. Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Rencana Keperawatan


Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
Kekurangan NOC NIC
volume cairan  Fluid balance Fluid Management
 Hydration  Timbang popok/pembalut jika
 Nutritional Status: diperlukan
Food and Fluid Intake  Pertahankan catatan intake
Kriteria Hasil : dan output yang akurat
 Mempertahankan urine  Monitor status hidrasi
output sesuai dengan usia (kelembaban membran
dan BB, BJ urine normal, mukosa, nadi adekuat,
HT normal tekanan darah ortostatik), jika
 Tekanan darah, nadi, diperlukan
suhu tubuh dalam batas  Monitor vital sign
normal  Monitor masukan
 Tidak ada tanda-tanda makanan/cairan dan hitung

26
dehidrasi, elastisitas intake kalori harian
turgor kulit baik,  Kolaborasikan pemberian
membran mukosa cairan IV
lembab, tidak ada rasa  Monitor status nutrisi
haus yang berlebihan  Berikan cairan IV pada suhu
ruangan
 Dorong masukan oral
 Berikan penggantian
nesogatrik sesuai output
 Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
 Tawarkan snack (jus buah,
buah segar)
 Kolaborasi dengan dokter
 Atur kemungkinan tranfusi
 Persiapan untuk tranfusi
Hypovolemia Management
 Monitor status cairan
termasuk intake dan output
cairan
 Pelihara IV line
 Monitor tingkat Hb dan
hematokrit
 Monitor tanda vital
 Monitor respon pasien
terhadap penambahan cairan
 Monitor berat badan
 Dorong pasien untuk
menambah intake oral
 Pemberian cairan IV monitor
adanya tanda dan gejala

27
kelebihan volume cairan
 Monitor adanya tanda gagal
ginjal
Resiko infeksi NOC NIC
berhubungan  Immune Status Infection Control (Kontrol Infeksi)
dengan  Knowledge : Infection  Bersihkan lingkungan setelah
hilangnya control dipakai pasien lain
barier kulit dan  Risk control  Pertahankan teknik isolasi
terganggunya Kriteria Hasil :  Batasi pengunjung bila perlu
respons imun.  Klien bebas dari tanda  Instruksikan pada pengunjung
dan gejala infeksi untuk mencuci tangan saat
 Mendeskripsikan proses berkunjung dan setelah
penularan penyakit, berkunjung meninggalkan
faktor yang pasien
mempengaruhi penularan  Gunakan sabun antimikrobia
serta penatalaksanaannya untuk cuci tangan
 Menunjukkan  Cuci tangan setiap sebelum
kemampuan untuk dan sesudah tindakan
mencegah timbulnya keperawatan
infeksi  Gunakan baju, sarung tangan
 Jumlah leukosit dalam sebagai alat pelindung
batas normal  Pertahankan lingkungan
 Menunjukkan perilaku aseptik selama pemasangan
hidup sehat alat
 Ganti letak IV perifer dan line
central dan dressing sesuai
dengan petunjuk umum
 Gunakan kateter intermiten
untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
 Tingkatkan intake nutrisi
 Berikan terapi antibiotik bila
28
perlu infection protection
(proteksi terhadap infeksi)
 Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
 Monitor hitung granulosit,
WBC
 Monitor kerentanan terhadap
infeksi
 Pertahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko
 Pertahankan teknik isolasi k/p
 Berikan perawatan kulit pada
area epidema
 Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
 Inspeksi kondisi luka/insisi
bedah
 Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
 Dorong masukkan cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai resep
 Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara menghindar
infeksi
 Laporkan kecurigaan infeksi
 Laporkan kultur positif
Cari etiologi NOC : NIC :
yg sesuai di  Pain Level,  Paint management
29
nanda Untuk  pain control, 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
semua  comfort level komprehensif termasuk lokasi,
diagnosa Setelah dilakukan tindakan karakteristik, durasi, frekuensi,
Nyeri akut keperawatan selama …. kualitas dan faktor presipitasi.
berhubungan Pasien tidak mengalami 2. Observasi reaksi nonverbal dari
dengan nyeri, dengan kriteria hasil: ketidaknyamanan.
inflamasi dan 1. Mampu mengontrol 3. Bantu pasien dan keluarga untuk
kerusakan nyeri (tahu penyebab mencari dan menemukan
jaringan nyeri, mampu dukungan.
menggunakan tehnik 4. Kontrol lingkungan yang dapat
nonfarmakologi untuk mempengaruhi nyeri seperti
mengurangi nyeri, suhu ruangan, pencahayaan dan
mencari bantuan). kebisingan.
2. Melaporkan bahwa nyeri 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri.
berkurang dengan 6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menggunakan menentukan intervensi.
manajemen nyeri. 7. Ajarkan tentang teknik non
3. Mampu mengenali nyeri farmakologi: napas dala,
(skala, intensitas, relaksasi, distraksi, kompres
frekuensi dan tanda hangat/ dingin.
nyeri). 8. Berikan analgetik untuk
4. Menyatakan rasa mengurangi nyeri: ……...
nyaman setelah nyeri 9. Tingkatkan istirahat.
berkurang. 10. Berikan informasi tentang
5. Tanda vital dalam nyeri seperti penyebab nyeri,
rentang normal. berapa lama nyeri akan
6. Tidak mengalami berkurang dan antisipasi
gangguan tidur ketidaknyamanan dari prosedur.
11. Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali

30
Kerusakan NOC : NIC :
integritas kulit  Tissue Integrity : Skin  Pressure Management
berhubungan and Mucous Membranes 1. Anjurkan pasien untuk
dengan lesi Setelah dilakukan tindakan menggunakan pakaian yang
pada kulit keperawatan selama….. longgar.
kerusakan integritas kulit 2. Hindari kerutan pada tempat
pasien teratasi dengan kriteria tidur.
hasil: 3. Jaga kebersihan kulit agar
1. Integritas kulit yang tetap bersih dan kering.
baik bisa 4. Mobilisasi pasien (ubah
dipertahankan posisi pasien) setiap dua
(sensasi, elastisitas, jam sekali.
temperatur, hidrasi, 5. Monitor kulit akan adanya
pigmentasi) kemerahan .
2. Tidak ada luka/lesi 6. Oleskan lotion atau
pada kulit. minyak/baby oil pada derah
3. Perfusi jaringan baik. yang tertekan .
4. Menunjukkan 7. Monitor aktivitas dan
pemahaman dalam mobilisasi pasien.
proses perbaikan kulit 8. Monitor status nutrisi
dan mencegah pasien.
terjadinya sedera 9. Memandikan pasien dengan
berulang. sabun dan air hangat.
5. Mampu melindungi 10. Kaji lingkungan dan
kulitdan peralatan yang
mempertahankan menyebabkan tekanan.
kelembaban kulit dan
perawatan alami
Ketidakefektif NOC : NIC :
an pola nafas  Respiratory status : Airway Management
berhubungan Ventilation 1. Buka jalan nafas, gunakan teknik
dengan  Respiratory status : chin lift atau jaw thrust bila perlu
deformitas Airway patency 2. Posisikan pasien untuk
31
dinding dada,  Vital sign Status memaksimalkan ventilasi
keletihan otot- Setelah dilakukan tindakan 3. Identifikasi pasien perlunya
otot keperawatan pemasangan alat jalan nafas
pernafasan, selama….ketidakefektifan buatan
hiperventilasi pola nafas pasien teratasi 4. Pasang mayo bila perlu
dengan kriteria hasil : 5. Lakukan fisioterapi dada jika
1. Mendemonstrasikan perlu
batuk efektif dan 6. Keluarkan sekret dengan batuk
suara nafas yang atau suction
bersih, tidak ada 7. Auskultasi suara nafas, catat
sianosis dan dyspneu ( adanya suara tambahan
mampu mengeluarkan 8. Lakukan suction pada mayo
sputum, mampu 9. Berikan bronkodilator bila perlu
bernafas dengan 10. Berikan pelembab udara kassa
mudah, tidak ada basah NACl Lembab
pursed lips ) 11. Atur intake untuk cairan
2. Menunjukkan jalan mengoptimalkan keseimbangan
nafas yang paten 12. Monitor respirasi dan status O2
( klien tidak merasa
tercekik, irama nafas, Oxygen Therapy
frekuensi pernafasan 1. Bersihkan mulut, hidung dan
dalam rentang sekret trakea
normal , tidak da 2. Pertahankan jalan nafas yang
suara nafas abnormal ) paten
3. Tanda Tanda vital 3. Atur peralatan oksigenasi
dalam rentang normal 4. Monitor aliran oksigen
( tekanan darah, nadi, 5. Pertahankan posisi pasien
pernafasan ) 6. Observasi adanya tanda-tanda
hipoventilasi
7. Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring

32
1. Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
2. Catat adanya fuktuasi tekanan
darah
3. Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor frekuensi dan irama
pernafasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola pernafasan
abnormal
10. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
11. Monitor sianosis perifer
12. Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
13. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

BAB IV
PENUTUP
33
A. Kesimpulan
Mengingat kasus luka bakar merupakan suatu cidera berat yang memerlukan
penanganan dan penatalaksanaan yang sangat komplek dengan biaya yang cukup
tinggi serta angka morbiditas dan mortalitas karena beberapa faktor penderita, factor
pelayanan petugas, factor fasilitas pelayanan dan faktor cideranya. Untuk
penanganan luka bakar perlu perlu diketahui fase luka bakar, penyebab luka bakar,
derajat  kedalaman luka bakar, luas luka bakar. Pada penanganan luka bakar seperti
penanganan trauma yang lain ditangani secara teliti dan sistematik. Penatalaksanaan
sejak awal harus sebaik-baiknya karena pertolongan pertama kali sangat
menentukan perjalanan penyakit ini.Prinsip-prinsip penanganan pasien luka bakar
selama perawatan dirumah sakit termasuk:
1. Pemberian terapi cairan dan nutrisi yang adekuat

2. Pencegahan infeksi
3. Penanganan/penyembuahn luka
4. Pencegahan kontraktur/ deformitas
5. Rehabilitasi lanjut

B. Saran
Adapun saran penulis kepada para pembaca, diharapkan dapat memahaminya
dan mengetahui tentang luka bakar khususnya pada luka bakar dengan traumra
inhalasi dan dapat memahami tindakan, khususnya dalam tindakan sebagai seorang
perawat profesinal dan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan tehnologi
maka makin berkembang pula tehnik/ cara penanganan luka bakar sehingga makin
meningkatkan kesempatan untuk sembuh bagi penderita luka baka

DAFTAR PUSTAKA

34
Amin & Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medisdan Nanda NIC-NOC. Yogyakarta: Percetakan Mediaction Publishing
Jogjakarta.
Andra & Yessie. 2013. Kamus Asuhan Keperawatan. Bandung: Sailemba.
Awan, Syuma A, Astuti, N dan Bukhari, A. 2014. Manfaat Suplementasi Ekstrak
Ikan Gabus Terhadap Kadar Albumin, MDA pada Luka Bakar Derajat II. JST
Kesehatan, 4 (4) 385-393.
Dewi, Yulia Ratna Sintia. 2013. Luka Bakar: Konsep Umum dan Investigasi
Berbasis Klinis Luka Antemortem dan Postmortem. Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana.
Gurnida, Dida dan Melisa Lilisari. 2011. Dukungan Nutrisi pada Penderita Luka
Bakar. Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas
Padjajaran, Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung.
Hardisman. 2014. Gawat Darurat Medis Praktis. Yogyakarta: Gosyen Publising.
Kristanto, Erwin G. 2013. Penentuan Derajat Luka dalam Visum ET Repertum pada
Kasus Luka Bakar. Jurnal Biomedik. 5 (3).
Moenadjat Y. 2009. Luka Bakar Masalah dan Tatalaksana. Jakarta: Balai penerbit
FKUI.

35

Anda mungkin juga menyukai