Anda di halaman 1dari 5

- data konsumsi buah dan sayur masyarakat Indonesia

- data biaya pengobatan penyakit indonesia


- data penyakit yang ditimbulkan akibat gaya hidup tidak sehat
- data lainnya yang kira2 berhubungan dengan promosi pola hidup sehat :)

DATA KONSUMSI BUAH SAYUR INDONESIA


Konsumsi kelompok sayur dan olahan serta buah-buahan dan olahan penduduk masih rendah yaitu

57,1 gram per orang per hari dan 33,5 gram per orang per hari.

Dalam kelompok sayur, sayuran hijau dikonsumsi paling banyak (79,1%) dibandingkan sayur lainnya.

Sedangkan sayuran buah/sayuran akar maupun sayuran polong dan sayuran lainnya terlihat

dikonsumsi sangat sedikit atau kurang dari 1 gram per orang per hari. Pada semua kelompok umur,

terlihat pola yang sama yaitu jenis sayuran daun dikonsumsi paling banyak dari jenis sayuran lainnya.

Sebaliknya untuk kelompok buah-buahan dan olahan, buah pisang terbanyak dikonsumsi oleh

penduduk (15,1%). Sedangkan konsumsi jeruk, mangga, pepaya, semangka maupun buah lainnya

terlihat dikonsumsi sangat rendah atau kurang dari 10 gram per orang per hari. Konsumsi sayur

dan olahan serta buah-buahan dan olahan yang belum memadai berpengaruh terhadap

suplai vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh.


PENTINGNYA KONSUMSI PANGAN LOKAL BEBAS PENGAWET

Paparan kronis terhadap makanan yang mengandung bahan kimia berbahaya seperti logam

berat dan mikotoksin dapat menimbulkan Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti penyakit

kardiovaskular (penyakit jantung dan pembuluh darah, hipertensi, stroke), diabetes dan

kanker (Williams et al., 2004; Jorhem 2003; Islam et al. 2012). Paparan cemaran kimia pada

bahan makanan juga dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak (Smith et al., 2012). Selain

itu, konsumsi makanan dan atau minuman bergula, bergaram dan

berlemak-jenuh tinggi disertai dengan konsumsi sayur dan buah yang

rendah, merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit tidak menular terkait gizi

(Beaglehole et al., 2011).

PENYAKIT YANG TIMBUL AKIBAT POLA HIDUP TIDAK SEHAT

Data mortalitas menurut kelompok penyakit berdasarkan kajian hasil survei kesehatan

nasional 1995-2007 (Depkes, 2008: Djaja dkk., 2002) menunjukkan terjadinya pergeseran

pola penyakit penyebab kematian pada berbagai golongan umur. Kasus kematian akibat PTM

seperti penyakit jantung, hipertensi, kanker dan diabetes melitus semakin

meningkat dibandingkan dengan kasus kematian akibat penyakit menular.


Kekurangan konsumsi sayur dan buah sebagai sumber serat, vitamin dan mineral dapat

memicu terjadinya obesitas dan kejadian penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan

pembuluh darah, kanker kolon, diabetes, hipertensi dan stroke

PENTINGNYA DUKUNGAN KELUARGA UNTUK MAKAN SAYUR BUAH

Pengetahuan gizi masyarakat terutama yang tahu manfaat sayur dan buah pada semua kelompok

umur masih rendah (<30%)

Dari hasil analisis lanjut ini diperoleh bahwa sebanyak 97,1% penduduk Indonesia pada semua

kelompok umur, konsumsi sayur dan buah masih rendah bila dibandingkan dengan anjuran konsumsi

sayur dan buah dalam pedoman gizi seimbang 2014. Proporsi penduduk terbanyak yang kurang

mengonsumsi sayur dan buah adalah pada kelompok remaja (13- 18 tahun) yaitu sebesar 98,4 persen.

Demikian juga pada kelompok umur dewasa (96,9%) dan lansia (97,2%).

Masih rendahnya perilaku konsumsi makanan yang beragam pada anak usia sekolah (5-12 tahun) dan

masih rendahnya konsumsi sayur dan buah pada anak remaja (13-18 tahun) ada kaitannya dengan

masih rendahnya pengetahuan mereka tentang manfaat sayur dan buah. Kondisi ini

menunjukkan bahwa anak usia sekolah dan remaja sebagai kelompok usia muda sebagian besar

kurang tahu manfaat sayuran dan buahbuahan bagi tubuh.7,8,17 Pengetahuan gizi dan kesehatan pada

anak sekolah dan remaja ini tidak terlepas dari lingkungan di sekolah. Untuk meningkatkan

konsumsi sayur dan buah pada kelompok umur muda ini diperlukan “Kampanye

makan sayur dan buah yang cukup setiap hari” agar bisa menjadi gaya hidup sehat

dan bisa menjadi pembawa kebaruan (agent of change) dalam keluarga.

DATA BIAYA PENGOBATAN/RAWAT INAP RUMAH SAKIT

Hasil penelitian Pembiayaan Kesehatan tahun 2016 menunjukkan bahwa BPJS harus

menanggung biaya pelayanan pengobatan yakni rawat inap sebesar 61,13% dan rawat
jalan sebesar 62,03% dibandingkan sumber pembiayaan yang lain seperti Jamkesda

ataupun asuransi lainnya. Lebih separoh RS pernah mengalami masalah dalam pengadaan

obat, yaitu sebanyak 52,4%, sedangkan 57,1% terkait ketersediaan bahan medis, dan

32,1% ketersediaan bahan non medis dengan berbagai macam penyebab.

Rata-rata biaya bahan medis habis pakai pada RS Kelas A sebesar Rp. 39.683.816.621

atau 14,6 kali dibandingkan (Rp.2.708.950.258) RS kelas C. Biaya rata-rata biaya bahan

habis pakai pada RS Kelas B sebesar Rp. 4.491.687.519 atau 1,7 kali dibandingkan

(Rp.2.708.950.258) pada RS Kelas C.

Rata-rata biaya obat di unit rawat jalan berdasarkan jenis obat di RS BLU/BLUD Kelas A,

B dan C di Indonesia tahun 2016 disajikan pada Tabel 5. Biaya obat generik di unit

Rawat jalan RS Kelas A, terbesar pada rawat jalan spesialis yaitu Rp. 6.225.472.514,-

sedangkan yang paling sedikit pada Rawatjalan eksekutif yaitu Rp. 1.541.542.369,-

Kematian akibat kanker yang berhubungan dengan obesitas dihitung dengan mengalikan

tingkat Obesity Attributable Fractions (OAFs) dengan tingkat kematian akibat kanker, yang

mana tingkat OAF diperoleh dengan menghitung data prevalensi obesitas dan risiko relatif

dari masing-masing penyakit. Biaya Kematian Dini dihitung dengan mengalikan kematian
akibat kanker yang berhubungan dengan obesitas, harapan hidup, dan pendapatan rata-rata

Indonesia. Angka kematian total tertinggi untuk kanker yang berhubungan dengan obesitas

dan kanker terkait kelebihan berat badan adalah kanker usus besar (929 kematian), kanker

ovarium (599 kematian), dan kanker pankreas (190 kematian). Nilai tertinggi dari Biaya

Kematian Dini adalah IDR 61.118 juta untuk kanker ovarium, IDR 56.651 juta untuk

kanker usus besar, dan IDR 15.472 juta untuk kanker pankreas. Estimasi beban kanker

akibat obesitas harus dilakukan untuk membantu pemerintah menentukan program

kesehatan dan mengurangi jumlah kanker akibat obesitas di Indonesia.

SUMBER :
1. Buku Studi Diet Total: Survei Konsumsi Makanan Individu Indonesia 2014
2. Report on T5.4: Sustainability impacts of potential innovations in the supply chain of
livestock and fish, and fruit and vegetables, and sustainable future diets with Metrics, Models
and Foresight for European by SUStainable Food And Nutrition Security 2015
3. David Colozzaab and Mauricio Avendanocd “Urbanisation, dietary change and traditional
food practices in Indonesia: A longitudinal analysis” 2019
4. Riset Kesehatan Dasar oleh Kementrian Kesehatan Indonesia 2018
5. Setyowati, Dyah; Andarwulan, Nuri and Giriwono, Puspo Edi. Processed and
ultraprocessed food consumption pattern in the Jakarta Individual Food Consumption Survey
2014 [online]. Asia Pacific Journal of Clinical Nutrition, Vol. 27, No. 4, Jul 2018: 840-847
6. Analisis Biaya Obat Unit Rawat Jalan pada Rumah Sakit Badan Layanan Umum
(BLU)/Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) di Indonesia
7. Riantoro, B. D., Kristina, S. A., & Endarti, D. (2019). Estimating Premature Mortality Cost
of Cancers Attributable to Obesity in Indonesia. Asian Pacific journal of cancer prevention :
APJCP, 20(1), 87–90. https://doi.org/10.31557/APJCP.2019.20.1.87

Anda mungkin juga menyukai