Anda di halaman 1dari 2

Health belief adalah keyakinan akan kesehatan yang dimiliki seseorang yang dapat

memprediksi kemungkinan individu melakukan tindakan pencegahan atau


pengobatan. Dalam hal ini perilaku penderita hipertensi yang memiliki health belief
positif diharapkan memiliki keyakinan bahwa melakukan pencegahan atau
pengobatan sebagai penderita hipertensi primer adalah langkah yang tepat demi
menjaga kesehatannya. Secara umum diyakini bahwa seseorang akan mengambil
tindakan untuk mencegah, mengurangi, atau mengontrol kondisi gangguan kesehatan
jika individu menganggap dirinya rentan terhadap kondisi tersebut, individu akan
memilih tindakan yang serius karena individu percaya bahwa tindakan yang dilakukan
akan bermanfaat dalam mengurangi kerentanan terhadap keparahan penyakit, dan
individu percaya bahwa hambatan dapat diantisipasi sesuai dengan manfaat yang
didapatkan (Rosenstock, 1974, dalam Health Behavior and Health Educational).
Belief didefinisikan sebagai kemungkinan yang sifatnya subjektif mengenai hubungan
antara suatu objek dari belief dan objek-objek yang lain, nilai, konsep atau ciri-
ciri/atribut, (Fishben & Ajzen, 1975 dalam Taylor, 1999). Sebagai penderita hipertensi
yang penyakitnya dapat menyebabkan penderita terkena penyakit berbahaya seperti
penyakit jantung dan stroke yang bahkan dapat menyebabkan kematian mendadak,
seharusnya subyek memiliki belief yang positif mengenai kesehatan. Belief yang
dimiliki oleh sebagian besar penderita hipertensi primer non compliance di Rumah
Sakit Hasan Sadikin Bandung mengenai kesehatannya adalah negatif, sehingga
kesadaran akan pentingnya mematuhi anjuran medis maupun memiliki perilaku sehat
terlihat rendah. Belief mengenai kesehatan yang negatif membuat subyek tidak
merasakan keefektifan dalam melakukan upaya pencegahan ataupun pengobatan
untuk mengurangi bahaya yang mengancam kondisi kesehatannya. Belief
dikonsepkan sebagai proses awal yang dapat menjelaskan perilaku seseorang,
walaupun memang belief seseorang yang positif belum tentu akan membuat
perilakunya selalu menjadi positif, karena masih ada proses-proses lain yang terjadi
sebelum belief ini selanjutkan akan menjadi perilaku, tetapi jika dijelaskan secara
teoritis maka dengan adanya belief yang positif kecenderungan perilaku seseorang
akan menjadi positif, sikapnya juga menjadi positif, sehingga akan menghasilkan
perilaku yang positif pula (Fishben dan Azjen : 1970 dalam Ogden, 1997;28).

Kepatuhan rata-rata pasien pada terapi jangka panjang penyakit kronis di negara maju
hanya sebesar 50%, sementara di negara berkembang kemungkinan jauh lebih rendah.
Rendahnya kepatuhan terhadap terapi penyakit hipertensi ini berpotensi menjadi
penghalang tercapainya tekanan darah yang terkontrol dan dapat dihubungkan dengan
peningkatan biaya pengobatan/rawat inap serta komplikasi penyakit jantung (WHO,
2003).
Banyak teori yang telah digunakan untuk mempelajari perilaku kepatuhan yaitu antara
lain health belief model, theory of reasoned action, theory of planned behavior,
integrated behavioral, dan health belief model adalah yang paling sering digunakan
(Glanz, 2008; Walker, 2004; Hayden, 2009). Health belief model (HBM) adalah suatu
konsep pengembangan dalam bidang kepatuhan berhubungan dengan interaksi
perilaku dengan kepercayaan kesehatan seseorang (Suhadi, 2011). Adapun variabel
kunci dari teori HBM antara lain: kerentanan(suceptibility), keseriusan (seriousness),
manfaat (benefit) dan rintangan (barriers) untuk melakukan sebuah perilaku
kesehatan, serta isyarat untuk bertindak (cues to action) (Notoatmodjo, 2007). Konsep
Health Belief Model ini juga telah dijadikan sebagai dasar dalam studi mengenai
kepatuhan terhadap modifikasi gaya hidup dan minum obat antihipertensi. Hal ini
mengacu pada pemahaman bahwa penanganan tekanan darah tinggi melibatkan terapi
obat dan perubahan gaya hidup (Joho, 2012).

Menurut teori health belief model, seseorang akan patuh melakukan modifikasi gaya
hidup dan minum obat antihipertensi apabila terdapat 5 komponen persepsi sebagai
berikut: merasa rentan terhadap risiko terkena penyakit hipertensi atau komplikasi
dari hipertensi yang tidak terkontrol sepertiserangan jantung, gagal ginjal, atau stroke
(komponen persepsi kerentanan); berpendapat bahwa hipertensi merupakan penyakit
yang serius dapat menyebabkan morbiditas, kecacatan atau kematian (komponen
persepsi keseriusan penyakit); merasa yakin bahwa manfaat pengobatan dan
perubahan gaya hidup lebih besar daripada hambatan untuk melakukannya
(komponen persepsi hambatan); merasa bahwa perubahan gaya hidup dan minum
obatantihipertensi adalah perilaku yang dibutuhkan untuk menjaga kesehatan
(komponen persepsi manfaat); munculnya tanda-tanda dan gejala penyakit, iklan
media massa atau pendidikan kesehatan yang efektif diarahkan pada kelompok
sasaran seperti dari program radio, program televisi, dan saran dari saudara,teman dan
penyedia layanan kesehatan (komponen isyarat untuk bertindak) (Joho, 2012).

Anda mungkin juga menyukai