THE
EQUA-
TOR
Volume 4
Nomor 2
April - Juni 2016
Terbitan triwulan | GRATIS
NEWSLETTER
YAYASAN BIENNALE YOGYAKARTA
YANG MUDA,
YANG BERBAHAYA
2
PENGANTAR REDAKSI
Salam hangat!
Sepanjang dua bulan ini, Yogyakarta gegap gempita dengan agenda seninya. Lebih dari 50 acara dihelat di
kantung-kantung seni sampai ruang publik. Bulan Ramadhan pun tak menyurutkan antusiasme warga untuk
hadir dan menyemarakkan. Tak ketinggalan, The Equator Newsletter hadir kembali di tengah pembaca dengan
sajian khusus. Edisi ini menjadi terbitan pertama untuk mengawal isu-isu terkait Simposium Khatulistiwa,
November 2016 nanti.
Simposium Khatulistiwa merupakan salah satu program YBY. Dimulai pada tahun 2014 yang diselenggarakan
berselang dengan perhelatan Biennale Jogja hingga 2022 nanti. Rangkaian simposium ini akan bermuara pada
Konferensi Khatulistiwa 2022 sebagai ajang pertemuan strategis untuk berbagi konsep dan idealisme yang
digarap bersama antara YBY dengan organisasi seni dan budaya lain.
Simposium Khatulistiwa adalah implementasi misi YBY yaitu: menginisiasi dan memfasilitasi berbagai upaya
mendapatkan konsep strategis perencanaan kota yang berbasis seni-budaya, penyempurnaan cetak biru
kebudayaan kota masa depan sebagai ruang hidup bersama yang adil dan demokratis. Acara ini untuk berbagi
informasi dan pengetahuan, bertukar pikiran dan pendapat sebagai upaya membangun pemahaman kritis atas
berbagai praktik seni rupa kontemporer dalam kaitannya dengan dinamika sosial, budaya, dan politik di kawasan
khatulistiwa. Program ini hadir dengan semangat mempertemukan sebanyak mungkin praktik dan kerja jenius
lokal dari seluruh khatulistiwa. Hal-hal kecil yang terjadi di sana-sini yang menjadi pemicu untuk beragam
perubahan perlu dikumpulkan dan disuarakan keberadaannya untuk terus menyegarkan pikiran dan
menginspirasi kita. Kecerdikan mereka menghadapi kerumitan masing-masing negara di sepanjang ekuator
adalah apa yang menjadi ketertarikan Simposium Khatulistiwa.
Edisi kali ini memuat latar pemikiran dan catatan proses (FGD) menuju Simposium Khatulistiwa yang akan
berlangsung. Simak juga laporan perjalanan Tim Kerja Simposium Khatulistiwa dalam salah satu program “The
Time is Out of Joint” yang diselenggarakan di Sharjah, UAE, Maret lalu. Hal ini menjadi satu pencapaian
tersendiri yang menunjukkan bahwa semangat ini telah disepakati dan ada agen-agen lain yang juga membuat
praktik serupa.
Tim redaksi juga menyuguhkan sejumlah tulisan menarik sebagai contoh kerja jenius lokal, yakni; pemikiran
Vandana Shiva bertajuk Prinsip-Prinsip Demokrasi Bumi yang memberikan perspektif lain dalam praktik
demokrasi yang ia galakan pada level akar rumput di India, kedua adalah tulisan Saleh Abdullah (INSIST) yang
memaparkan pengalamannya melakukan riset dan pendampingan di daerah Indonesia timur. Saleh juga
'membenturkan' kebudayaan tradisional masyarakat di wilayah sana dengan mekanisme Masyarakat Ekonomi
Asean.
Sebagai sebuah peristiwa, Konferensi Bandung 1955 telah berhasil menjadi pijakan bagi banyak negara untuk
menentukan posisi dan daya tawar dalam konstelasi politik global. Pidato Zhou Enlai (mantan perdana menteri
Cina) sedikit banyak telah menggugah kesadaran dan memecah sikap sentimentil kita terhadap paham
komunisme Cina. Tak lupa juga kami menghadirkan sejumlah upaya dan kerja yang juga melandaskan diri pada
Konferensi Bandung 1955 bahwa upaya yang kita lakukan ini juga telah dipikirkan oleh pihak lain.
Kami berharap apa yang disuguhkan dalam edisi ini dapat menjadi bermanfaat. Kami percaya bahwa gagasan-
gagasan yang tertuang dalam tulisan-tulisan ini mampu menggelitik kita dalam menyikapi kondisi maupun
praktik demokrasi dewasa ini.
Selamat membaca!
Redaksi
The Equator merupakan newsletter Tulisan dapat dikirim via e-mail ke: berbasis seni-budaya, the-equator@biennalejogja.org
berkala setiap tiga bulan diterbitkan the-equator@biennalejogja.org. penyempurnaan blue print kultural April - Juni 2016, 1000 exp
Yayasan Biennale Yogyakarta. Tersedia kompensasi untuk tulisan kota masa depan sebagai ruang hidup
Newsletter ini dapat diakses secara yang diterbitkan. bersama yang adil dan demokratis. Penanggung jawab: Direktur Yayasan
online pada situs: Berdiri pada 23 Agustus 2010. Biennale Yogyakarta
www.biennalejogja.org Tentang Yayasan Biennale Yogyakarta Redaktur Pelaksana: Hamada Adzani
(YBY) Alamat: Mahaswara
Redaksi The Equator menerima
kontribusi tulisan dari segala pihak Misi YBY adalah: Taman Budaya Yogyakarta Kontributor: Enin Supriyanto, Grace
sepanjang 1500 - 2000 kata dengan Menginisiasi dan memfasilitasi Jl. Sri Wedani No.1 Yogyakarta Samboh, Vandhana Shiva, Saleh
tema terkait isu Nusantara berbagai upaya mendapatkan konsep Telp: +62 274 587712 Abdullah, Hamada Mahaswara
Khatulistiwa. strategis perencanaan kota yang E-mail:
3
DAFTAR ISI
6| LATAR BELAKANG SIIMPOSIUM KHTULISTIWA
Enin Supriyanto
(Pejabat Pelaksana Simposium Khatulistiwa)
SERBA-SERBI REFERENSI
35| Konferensi Bandung 1955: Sosok atau Momok?
Fotografi: Penulis, Arsip YBY, sumber Perum Bukit Rantau Indah C27 Angkringan Mojok Dukungan untuk Yayasan Biennale
sumber Internet, Budi ND Dharmawan Kademangan Pasir Halang Kec. Mande Semarang: Kolektif Hysteria Yogyakarta dikirim ke:
Desainer: Yohana T. Kab. Cianjur Surabaya: C2O Yayasan Biennale Yogyakarta
Outlet Penyebaran Jakarta Yogyakarta: IVAA, Kedai Kebun, Kediri: RUPAKATADATA Jokosaw BNI 46 Yogyakarta
Ruangrupa, Goethe Institut, Perpustakaan UIN Yogyakarta, Koentono No.rek: 224 031 615
Komunitas Salihara, dia.lo.gue, Kedai Perpustakaan Pusat UGM, Bali: Ketemu Project Space Yayasan Biennale Yogyakarta
Tjikini, Serrum Perpustakaan Pascasarjana USD, Makasar: Rumata Artspace, Colliq BCA Yogyakarta
Bandung: Selasar Sunaryo Art Space, Cemeti Art House, LKiS, Ark Gallerie, Puji’e No.rek: 0373 0307 72
Galeri Soemardja, Tobucil Warung Lidah Ibu, FSR ISI, Jogja NPWP: 03.041.255.5-541.000
Jawa Barat: Jl. RA. Natamanggala, Contemporary, PKKH UGM,
SKEMA KERJA SIMPOSIUM KHATULISTIWA
MENUJU KONFERENSI KHATULISTIWA 2022
4
5
Taneli Kukkonen (Professor Filsafat di New York University – Abu Dhabi), Hilmar Farid (Direktur Jenderal Kebudayaan Republik
Indonesia), dan Enin Supriyanto (Pejabat Pelaksana Simposium Khatulistiwa) dalam sesi “Equator Conference 2022 in Yogyakarta
Held in Sharjah, March 2016” (Konferensi Khatulistiwa 2022 di Yogyakarta Diadakan di Sharjah, Maret 2016)
Berangkat dari konsepsi filsuf Andalusia Ibn Arabi, “Waktu adalah tempat yang cair dan tempat sebagai
waktu yang beku,”, “The Time is Out of Joint” memberlakukan kembali dua peristiwa penting dan satu
peristiwa yang belum berlangsung, yaitu “Arab Arts Biennale” di Baghdad (1974) dan “China/Avant-
Garde” di Beijing (1989), dan “Konferensi Khatulistiwa” di Yogyakarta (2022). Pada waktu yang
bersamaan, proyek ini sedang memilih (sekaligus mengambil posisi) untuk menyatakan bahwa ketiga
peristiwa ini adalah titik tolak bagi perkembangan wacana dan sejarah seni di dunia kita hari ini.
Proyek ini menjalankan premis yang sama dengan dengan SK, yaitu mempertemukan akademisi serta
praktisi seni dan budaya dalam sebuah pelantar yang sama untuk mencerminkan kesetaraan antara
pengetahuan berbasis pembelajaran formal dan pengalaman.
6
LATAR PEMIKIRAN
SIMPOSIUM KHATULISTIWA
Enin Supriyanto (Pejabat Pelaksana Simposium Khatulistiwa)
seringkali kami sederhanakan sebagai “defisit agenda politiknya di medan seni rupa
perubahan” (meminjam istilah dari Dr. ST kontemporer global.
Sunardi). Untuk itu, kami merasa perlu
menginspirasi diri kami sendiri, orang-orang di Sejumlah catatan penting tentang KAA dapat
sekitar kami, dan juga masyarakat Indonesia memberikan gambaran pada kita mengenai
secara umum bahwa kita bisa berubah. Kita pemikiran yang pernah berkembang di
bisa melakukan perubahan. negara-negara Asia–Afrika saat para
pemimpin dan intelektualnya mulai sungguh-
Yang menarik dari penjelasan resmi YBY tadi sungguh memikirkan posisi dan sikap mereka
adalah bahwa sesungguhnya pilihan wilayah berhadapan dengan imperium yang menata
dan agenda politis tadi menggemakan dan menguasai hirarki hubungan negara-
persoalan-persoalan sosial-politik-kebudayaan bangsa setelah berakhirnya kolonialisme,
yang pernah membawa Indonesia sampai seusai Perang Dunia II, dan menjelang
pada posisi penting dalam peta pergaulan ketegangan global Perang Dingin. Dalam
antarbangsa, sekaligus suatu prestasi khusus konteks sejarah yang khusus inilah kita bisa
dalam perjalanan sejarah Indonesia modern. memahami mengapa Soekarno, Presiden
Inisiatif dan agenda kerja YBY adalah juga Indonesia ketika itu, dalam pidato
gaung yang terdengar dari masa lalu, dari sambutannya berani dengan lantang mendaku
suatu peristiwa pertemuan “bangsa-bangsa di bahwa KAA adalah “konferensi antarbenua
sabuk Khatulistiwa”, di pertengahan abad ke- yang pertama dari bangsa-bangsa kulit
20, dengan Indonesia sebagai salah satu berwarna sepanjang sejarah umat manusia! ³”
inisiator utama, sekaligus penyelenggara dan
tuan rumah. Sementara Richard Wright (1908-
1960)—penulis/jurnalis/aktivis gerakan sipil
Risalah ringkas ini memanfaatkan peristiwa kulit hitam AS yang kemudian pindah ke Paris
bersejarah tersebut sebagai titik awal dan jadi warga Perancis—demikian
menghubungkan negara-negara ada dalam bersemangat datang ke Bandung atas inisiatif
wilayah sabuk Khatulistiwa—antara 23.27° LU dan biaya sendiri hanya4 untuk menyaksikan
dan 23.27° LS. Mereka adalah bagian terbesar langsung peristiwa KAA . “Dari hari ke hari
dari 29 negara (baru merdeka, bekas wilayah kerumunan orang berdiri di bawah terik
jajahan kolonialis Barat) peserta Konferensi matahari tropis, memandang, menyimak,
Asia-Afrika (KAA), Bandung, 1955¹. Lebih jauh bersorak; ini kali pertama dalam pengalaman
lagi, jika kita terima bahwa Gerakan Negara- hidup mereka yang terhinakan mereka
negara Non-Blok (GNB) adalah kelanjutan dari menyaksikan orang-orang hebat dari bangsa,
KAA, maka hampir semua negara yang sudah ras dan warna kulit yang serupa dengan
dan akan jadi rekanan BJ adalah juga adalah mereka tampil berkuasa, bangsa mereka
anggota GNB². Kami beranggapan bahwa sendiri mengatur ketertiban, Asia dan Afrika
pelajaran dari—dan refleksi terhadap—KAA mereka5 yang sedang mengatur nasibnya
dapat memberi bekal pada kita untuk lebih sendiri .”
memahami persoalan kita hari ini, dan juga
tantangan-tantangannya. Upaya ini akan YBY adalah apa yang disebut Wright sebagai
dapat memberi sejumlah bekal bagi kita untuk 'upaya mengatur nasibnya sendiri' karena ia
memasuki wilayah persoalan dan tantangan lahir dari kebutuhan sekumpulan praktisi seni
yang segera akan dihadapi juga oleh Biennale rupa kontemporer yang membutuhkan
Jogja jika sungguh-sungguh ingin menjalankan sejumlah kesepakatan tertentu dalam
8
penyelenggaraan Biennale Jogja agar ada ³ Sampai naskah ini tersusun, kami belum mendapatkan
naskah pidato dalam Bahasa Indonesia yang diterbitkan
standar, sehingga bisa terus-menerus bisa dalam buku: Lahirkanlah Asia Baru dan Afrika Baru! Pidato
dikembangkan dan dalam realitas macam itu P.J.M. Presiden Soekarno pada pembukaan Konferensi Asia-
jugalah kritik dapat hadir dengan masuk akal. Afrika, tanggal 18 April 1955, (Terdjemahan dari bahasa Ingris
oleh Intojo), Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia,
Oleh karena itu, Simposium Khatulistiwa Jakarta, 1955. Untuk keperluan kali ini, kami gunakan
adalah sebuah forum internasional yang terjemahan bebas ke Bahasa Indonesia, berdasarkan naskah
Bahasa Inggris yang justeru banyak tersebar di sejumlah situs
dirancang sebagai arena pertemuan ahli, internet. Naskah Bahasa Inggris: Let a New Asia and New
pemikir, praktisi, peneliti dari berbagai bidang Africa Be Born, http://www.bandungspirit.org
ilmu. Ini adalah acara untuk berbagi informasi 4
Catatan dan ulasannya tentang KAA 1955 langsung
dan pengetahuan, bertukar pikiran dan dipublikasikan di AS dalam bentuk buku kecil setahun setelah
pendapat sebagai upaya membangun konferensi: Richard Wright, The Color Curtain, A Report on
Bandung Conference, World Publishing Company, N.Y., 1956.
pemahaman kritis atas berbagai praktik seni Dalam esai ini, kami merujuk pada terbitan baru, buku yang
rupa kontemporer dalam kaitannya dengan memuat 3 naskah sekaligus, yakni: Richard Wright,Black
dinamika sosial, budaya, dan politik di Power, Three Books from Exile: Black Power; The Color
Curtain; and White Man, Listen!, Harper Perennial Modern
kawasan khatulistiwa. Classics, N.Y., 2008.—pp. 429-629.
5
Richard Wright, 2008, p. 536.
Dengan ini, praktik dan wacana seni
kontemporer membutuhkan sebuah ruang
yang terbuka, inklusif dan siap akan beragam
studi kritis dari berbagai disiplin yang relevan.
Simposium Khatulistiwa juga akan berfungsi
sebagai upaya untuk mengembangkan jejaring
antara berbagai perorangan dan lembaga
yang bisa mengaktivasikan peran para ahli
dan praktisi seni kontemporer Indonesia ke
dalam sebuah forum internasional.
Keterangan:
¹ 29 negara peserta KAA, Bandung 1955: Afghanistan,
Indonesia, Pakistan, Burma/Myanmar, Iran, Filipina, Kamboja,
Irak, Iran, Arab Saudi, Ceylon (Sri Lanka), Jepang, Sudan,
Republik Rakyat Cina, Yordania, Suriah, Laos, Thailand, Mesir,
Lebanon, Turki, Ethiopia, Liberia, Vietnam (Utara), Vietnam
(Selatan), Pantai Emas (Gold Coast, sekarang Ghana), Libya,
India, Nepal, Yaman.
² Wilayah gerak Biennale Jogja seri Khatulistiwa dibingkai
dalam batas garis balik utara (tropic 23'27'') dan garis balik
selatan (tropic 23'27''). YBY mempertemukan Indonesia
dengan negara-negara (wilayah): India (2011), Negara-negara
Arab (2013), Afrika (2015), Amerika Selatan (2017), Negara-
negara di Kepulauan Pasifik dan Australia (2019) – Karena
kekhasan cakupan wilayah ini, acara BJ tahun 2019 juga
disebut sebagai 'Bienal Laut' (Ocean Biennale), dan kemudian
Asia Tenggara (2021). Seluruh rangkaian acara ini kemudian
akan diakhiri dengan penyelenggaran Konferensi Equator di
tahun 2022.
9
SERBA-SERBI
BIENNALE JOGJA
Yayasan Biennale Yogyakarta membuat
undangan terbuka pada publik untuk turut
berpartisipasi dengan mendaftarkan diri
sebagai calon kurator Biennale Jogja XIV
Equator #4. Pada Kamis, 2 Juni 2016 ,
dilaksanakan sesi wawancara calon kurator di
Ruang Seminar Taman Budaya Yogyakarta.
Atas ke bawah:
Atas ke bawah:
3. Citra Aryandari
5. Roy Voragen
11
Kurator Biennale Jogja XIV Equator #4 - 2017 telah terpilih yaitu Pius Sigit Kuncoro dari Yogyakarta.
Proses seleksi kurator BJ XIV dilaksanakan dalam dua tahap yaitu: pertama oleh Dewan Yayasan
Biennale Yogyakarta (YBY) dan kedua berupa sesi wawancara dalam forum semi terbuka yang
dilaksanakan pada 2 Juni 2016. Forum terdiri dari Panel Juri beranggotakan lima orang dan Panel
Umum yang terdiri dari 23 orang yang kepesertaannya dilakukan dengan mendaftar terlebih dahulu.
Anggota Panel Juri adalah ST Sunardi, Kris Budiman, Akiq AW, Mella Jaarsma, dan Nindityo Adi
Purnomo. Selain mereka, YBY juga membentuk Tim Pengamat yang bertugas menilai kualitas jalannya
sesi wawancara dan memberi rekomendasi untuk proses seleksi kurator pada tahun-tahun yang akan
datang.
Seniman kelahiran Jember 17 April 1974. Menyelesaikan studinya di Jurusan Desain Komunikasi Visual,
Institut Seni Indonesia, Yogyakarta dan kini menetap di Yogyakarta. Sigit memiliki ketertarikan pada
presentasi karya visual yang sederhana, mudah dipahami dan mampu menciptakan pengalaman
bersama dalam kehidupan sehari-hari. Ia kerap melibatkan orang-orang untuk lebur dalam proses
penciptaan karyanya. Paradoks hubungan manusia dengan lingkungan menjadi bagian yang paling
menantang. Penolakan dari realitas mereka yang harus dihadapi selalu menggoda untuk kritik baginya.
Copyright Budi ND Dharmawan
12
Siang begitu terik, padahal sudah dua pekan Indonesia menuju negara-negara di kawasan
terakhir Yogyakarta diguyur hujan. Sosok pria itu Amerika tengah. Hampir semua penerbangan
sudah menanti di sudut ruangan kantor Yayasan harus melewati negara ketiga seperti; Singapura,
Biennale Yogyakarta. Hari itu saya berjanji Uni Emirat, Qatar, Prancis, Belanda, Amerika
mewawancarainya untuk dimuat dalam salah Serikat, China, Korea, Jepang, ataupun Australia.
satu rubrik di newsletter ini. Pius Sigit Kuncoro Ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
berusaha mengusir rasa gerah dengan langsung antara Indonesia dengan negara-
mengipaskan kertas seadanya ke arah dada. Sigit negara di kawasan Amerika Tengah yang tidak
terpilih menjadi kurator Biennale Jogja XIV melibatkan kepentingan dari negara-negara
#Equator 4 berdasarkan hasil wawancara dan ketiga”.
seleksi yang dilakukan oleh jajaran board
Yayasan Biennale Yogyakarta. Sigit membalik logika kita dengan menyebutkan;
Indonesia merupakan negara pertama, Amerika
Sigit mulai bercerita tentang keterlibatannya Tengah sebagai negara kedua dan negara-negara
dengan Biennale Jogja pada 2009 dan Biennale yang selama ini kita anggap sebagai negara
Jogja XII Equator #2 2013. Menurut Sigit, dunia pertama duposisikan sebagai negara
Yogyakarta memiliki tradisi kuat untuk ketiga. “Titik permasalahannya justru adalah
menggelar pameran yang besar dan rutin. negara ketiga ini yang menghubungkan dan
Kehadiran acara ini membuat produksi karya memengaruhi Indonesia dan Amerika Tengah. Ini
seniman muncul dan meningkat. “Dapat mengubah cara pandang kita terhadap dunia,”
dikatakan mesin produksinya besar, sehingga katanya. Lebih lanjut, hubungan tidak langsung
Biennale Jogja sebagai salah satu agenda antara Indonesia dan Amerika Tengah akan
penting, tidak boleh berhenti. Ibarat motor, memberikan keuntungan yang besar pada
kalau berhenti pasti ada yang macet,” ungkap negara-negara ketiga. Selain biaya finansial,
Sigit. Biennale Jogja juga harus membayar ongkos
lebih untuk penggunaan bahasa ketiga sebagai
Dalam Biennale Jogja XIV Equator #4, ia ingin jembatan untuk mengatasi perbedaan bahasa.
menghadirkan pameran dengan dramaturgi 'Bagaimana bila Biennale Jogja dapat mengambil
penyajian yang baik. “Ibarat pengunjung keuntungan balik dari negara-negara ketiga itu?'
menonton film, nonton pameran harus menjadi pertanyaan kritis yang dilontarkan Sigit.
membuat pengunjung mengalami suatu
peristiwa yang mampu mengubah kesadaran Konflik kepentingan antar negara-negara
kita,” cerita Sigit membocorkan. Idealnya tersebut telah menciptakan perbedaan cara
pengunjung dapat merasa terhibur, teredukasi pandang atas kesamaan-kesamaan yang ada di
dan memiliki memori melekat. “Ketika orang antara Indonesia dan negara-negara di kawasan
masuk ruang pamer, seyogyanya mereka lupa Amerika Tengah. “Saya akan melakukan
dengan masalah yang dialami sebelumnya. Oleh negosiasi-negosiasi reflektif dengan mitra kerja
karena itu, menjadi penting untuk 'menaklukan di Amerika Tengah untuk menemukan kesamaan
pengunjung',” terang Sigit. cara pandang terhadap persoalan-persoalan
yang dihadapi,” ungkapnya. Setidaknya ada tiga
Membicarakan gagasan kuratorial Sigit juga tak hal penting yang dapat dimunculkan dalam
kalah menariknya. Dalam persinggungan gagasan kuratorial ini; cara pandang baru
Biennale Jogja XIV Equator #4 dengan Amerika terhadap negara-negara ketiga, penemuan
Tengah, Sigit menyuguhkan konsep tentang kembali potensi yang hilang di Indonesia-
'Negara Ketiga'. Ia memulai konsepnya dengan Amerika Tengah, dan terakhir kemungkinan
satu pernyataan menarik, “Sejauh ini saya tidak lahirnya gagasan-gagasan baru.
menemukan penerbangan langsung dari
13
MENUJU SIMPOSIUM
KHATULISTIWA 2016;
Sebuah Diskusi Kelompok Terfokus (FGD)
Sangat mungkin terjadi, setelah panen padi sepetak sawah usai, ada saja buliran-buliran padi pada
sebuah batang padi yang tertinggal. Apalagi bila pemotongan padi masih menggunakan ani-ani. Sisa
buliran-buliran padi itu, bagi sebagian orang bisa jadi sepele dan bisa ditinggal begitu saja di petak
sawah yang sudah dipanen. Tapi tidak bagi orang Tompu. Orang Tompu yang mempunyai hubungan
sangat dekat dengan padi, yang kebetulan melihat sisa buliran padi tersebut, akan dengan lembut dan
hati-hati (bahkan dengan haru dan kadang menangis) memetiknya, membawanya pulang dan
meletakkannya di Gampiri (lumbung padi orang Tompu), bersama padi-padi lainnya. Orang Tompu
yang menganggap padi juga sebagai sesuatu yang hidup, mempunyai jiwa dan perasaan laiknya
manusia dan karenanya menghargainya bahkan lebih tinggi dari emas, akan merasa bersalah bila
melihat padi yang tertinggal tadi, sendirian ketika saudari-saudaranya sudah dipetik. Sebagaimana
tersirat di dalam penggalan syair voja orang Tompu berikut:
18
Bandera imposarara iya no bandera raego, yang dilakukan pada waktu tertentu saja
Noilimo uwe mata pada malam hari, siapapun bisa berpartisipasi
uwe mata nolintomo sepanjang tidak mengganggung proses ritual.
Kudungga nte uwe mata Dalam dondi, peserta akan duduk melingkari
tiang vunja melantunkan syair dan lagu dalam
Saudaraku yang menyembul seperti bendera nada minor dengan tempo lambat. Setelah
Air matanya sudah mengalir dondi partisipan akan berdiri dan melakukan
Air matanya sudah tergenang raego, berdiri melingkari tiang vunja sambil
Akan kujemput dengan air mata saling berpegangan tangan, bergerak melingkar
searah jarum jam sambil melafalkan syiar yang
Padi, tanah, tumbuhan, binatang, bahkan para iramanya lebih cepat.
roh halus adalah subyek yang harus dikenal dan
disebut dengan pengucapan yang benar. Kepada Syair dondi:
tanah yang akan ditanami, orang Tompu harus
minta izin (permisi) lebih dahulu, dengan Le mabunto kita rabuntoina,
menyebut nama tanah itu dengan benar. Mabunto tana bo langi ta mabunto kita,
Kesalahan penyebutan, dipercaya akan Mokoroase maliuntinuvu
membawa celaka. Begitupun perlakuan manusia Mau melui kayu mpeleliu maliupa nava mbalosu
terhadap padi. Orang Tompu percaya, penyakit- langi.
penyakit yang dialami manusia, disebabkan
karena perlakuan salah mereka terhadap padi. Kita tidak akan durhaka
Begitu kuatnya relasi orang Tompu terhadap Meski tanah dan langit akan durhaka, kita tak
alam, khususnya padi, membuat mereka tidak akan durhaka
akan sembarangan memperlakukan tanah dan Kita akan sekuat besi, sehat dan panjang umur
padi. Karena mereka mempunyai sistem Jiwa kita melampaui pohon yang tinggi,
kepercayaan di mana semua unsur-unsur utama menjangkau langit.
di alam ini saling terkait dan menentukan. Ane le
ria pae, le ria ada (kalau tidak ada padi, maka Syair raego:
tidak ada adat lagi). Mulai dari menyiapkan
lahan, menanam, merawat, hingga panen padi, Tupu ntana tumo mepakadua
semua dilewati dengan ritual yang tidak boleh Anitu ntana panaumo komiu
dilanggar. Ritual-ritual yang dipercaya harus Mentako mai tonji mentako mai
mendapat restu dari Anitu ri tana (para Kavamo mai, Yamamore.
penguasa dunia bawah yang menjaga tanaman, Tupu ntana, jangan lagi sakiti kami
hutan, dan mata air) dan Anitu nanuru (Anitu Anitu ntana, turun dan datanglah ke sini
dunia atas yang mengendalikan pergerakan Pengunjung sekalian, datanglah ke sini
bulan, bintang, matahari, musim hujan dan Datanglah ke sini, Yamamore
kemarau).
Selain ritual dondi dan raego, juga ada ritual
Mulai dari kepercayaan akan asal-muasal pengobatan tradisional (balia), di mana seorang
terbentuknya, hingga bagaimana mereka peniup lalove (suling yang dibuat dari bambu
memperlakukan tanah dan hidup di atasnya, dengan diameter sekitar 4-5 cm, dan panjang
orang Tompu mempunyai sistem kepercayaan sekitar 1 meter) yang akan mengundang roh
yang terus mereka pegang dan jalani. Sistem halus untuk mengobati seseorang yang sedang
kepercayaan itu pula yang kemudian melahirkan sakit.
ritual-ritual yang menggunakan media seni
seperti dondi dan raego. Walaupun Tidak hanya di Sulawesi Tengah, di kawasan lain
menggunakan media seni, syair dan gerak, dondi Indonesia nilai-nilai tradisi untuk menjaga
dan raego bukanlah seni pertunjukan yang keseimbangan alam, masih dipercaya dan efektif
membutuhkan penonton. Dalam dondi dan berlaku dalam kehidupan hari-hari masyarakat.
19
Kewang akan membakar lobe (daun kelapa kering yang digulung jadi satu Kanan
setinggi 3 meteran) di tepi muara sungai Learisa Kayeli untuk memanggil Seorang pria peniup lalove (suling
bambu khas Sulawesi Tengah).
ratusan ribu, atau lebih, ikan Lompa memasuki sungai. Begitu melihat
Dalam ritual pengobatan
cahaya api dari lobe yang menjulang memecah remang pagi, dari tengah tradisional (balia) alunan suaranya
laut, rombongan ikan Lompa tak terhitung akan berduyun-duyun akan mengundang roh halus untuk
mengobati orang sakit.
20
memasuki sungai Learisa Kayeli. Setelah tahun! Lebih mengkhawatirkan lagi karena
diperkirakan semua ikan, atau sebagian pengalihan fungsi lahan produktif tersebut
besarnya, sudah masuk ke sungai, biasanya menjadi lahan untuk perumahan dan bangunan
sekisar jam 7-8 pagi, para Kewang akan industri. Barang tentu, perubahan tersebut juga
menutup pintu muara dengan jala panjang. Lalu berakibat pada perubahan semangat kolektif
kepala Kewang akan melakukan ritual untuk dan nilai-nilai yang dianut bersama menjadi
menyatakan buka sasi, dan ribuan orang akan serba individualistik.
turun ke sungai untuk menangkap ikan Lompa.
Sampai menjelang tengah hari, berton-ton ikan Saat ini, Masyarat Ekonomi ASEAN (MEA) sudah
Lompa yang ditangkap secara manual dengan berlaku di negara-negara ASEAN, termasuk
jaring, jala, serokan, atau juga dengan tangan Indonesia. “Regionalisasi” ekonomi ini, dari segi
telanjang saja akan diperoleh warga. Nanti gagasan, mungkin bukan sesuatu yang sama
sekisar awal-awal tahun, kepala Kewang akan sekali baru. Dimulai dengan Konferensi Asia
kembali menerapkan sasi Lompa, agar ikan-ikan Afrika di Bandung tahun 1955 yang melahirkan
tersebut dapat bereproduksi kembali, untuk Gerakan Non Blok (GNB), lalu disusul dengan
kemudian dipanen lagi pada bulan Oktober. gagasan Mahathir untuk membentuk East Asia
Economic Caucus (EAEC) pada tahun 1990, dan
Di wilayah-wilayah ini dan juga beberapa di karena Amerika mungkin kuatir dengan gagasan
tempat lain di Indonesia alam, kebudayaan, dan Mahathir, lalu bersama Australia dan Jepang
kehidupan manusia berkelindan di dalam sebuah melansir perlunya dibentuk APEC (Asia-Pacific
sistem saling tergantung dan mendukung. Economic Cooperation) pada tahun 1989. Di
Bahkan ketika institusi negara tak hadir. Atau, tingkat duniapun muncul Masyarakat Uni Eropa,
kalaupun hadir, hanya secara sangat samar- yang bahkan sudah menerapkan mata uang
samar dan terbatas. tunggal. Sangat bisa jadi semua latar belakang
itu menjadi pemicu bagi lahirnya MEA. Tapi
Kehadiran negara dalam mendukung, apalagi pertanyaan besarnya: di mana atau bagaimana
melindungi, hal-hal baik yang ada dan hidup di letak komunitas-komunitas tradisional seperti di
masyarakat ini yang saat ini dianggap kurang. atas tadi dalam konteks MEA?
Tingkat konversi lahan pertanian produktif MEA adalah wacana yang diusung oleh elit
secara nasional saja, menurut data tahun 2014, politik masyarakat modern perkotaan. Tujuan
sudah mengkhawatirkan: 100 ribu hektar per- dan pendekatan kebijakannyapun sangat bias
kota. Ekonomi yang kompetitif menjadi salah satu mantranya. Dan dalam Kiri
Ritual yang dilakukan sebelum
frasa kompetisi, kita hanya mengenal “yang kalah” dan “yang menang.” prosesi "Buka Sasi”
Dan kota, di mana mayoritas elit politik itu tinggal, dari sejarah
Kanan
pembentukan hingga kenyataannya hari ini, adalah wilayah di mana Masyarakat berlomba menangkap
kontestasi kekuasaan berlangsung secara terus-menerus. Wilayah subur ikan lompa
bagi manusianya untuk bisa dengan mudah menjadi terasing (alianated).
Kisah-kisah pertarungan hidup yang berujung pada kalah dan menang,
terjadi setiap saat. Dan sebagai pusat-pusat kekuasaan (politik dan
ekonomi) yang terus-menerus beradaptasi (secara politik, ekonomi, dan
budaya) terhadap perkembangan kapitalisme. Di mana dalam adaptasi
itu, yang tradisional silahkan menyingkir atau dicaplok dan dipermak
ulang sesuai selera kapitalisme. Karena para elit pasti akan memaksakan
kultur mereka ke masyarakat. Bahkan tata ruang kota, dari segi
kewilayahan dan arsitektur, harus dibuat sedemikian rupa, sehingga jelas
kasat mata dan kasat badan mana wilayah dan bangunan-bangunan elit,
mana yang terbelit (susah hidup). Pendek kata, kita tidak akan sulit dan
tidak butuh waktu lama untuk bisa segera melihat bagaimana
ketimpangan dan ketidakadilan di dalam sebuah kota.
Yang penting untuk diwaspadai juga apakah negara-negara maju seperti
Amerika dan slagordenya, setelah tidak begitu berhasil dengan APEC-nya,
akan rela dan diam berpangku tangan menonton dinamika MEA? Apalagi
banyak negara di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, adalah
penghutang besar. Politik hutang tak mungkin sepi dari intervensi negara
penghutang.
PRINSIP-PRINSIP
DEMOKRASI BUMI
Vandana Shiva (Pendiri Gerakan Navdanya, narasumber ‘The Time is Out of Joint’, Sharjah Art Foundation, UAE)
Vandana Shiva dalam sesi acara The Time is Out of Joint, Sharjah Art Foundation, UAE. Sumber: Sharjah Art Foundation
¹Vandana Shiva adalah doktor dan aktivis pertanian organik,” ujarnya. 200 penduduk
lingkungan asal India. Ia banyak berbicara desa ini berkumpul pada Hari Lingkungan
mengenai dampak globalisasi dan menjadi Hidup pada tahun 1998 dan mendeklarasikan
pelopor gerakan “Navdanya”—sebuah kedaulatan terhadap biodiversitas
gerakan yang mengupayakan proteksi mereka—bukan kedaulatan untuk
keanekaragaman sumber daya alam. Buah memperkosa dan merusak, tetapi kedaulatan
pemikiran dan aktivitas terbaru mengenai untuk mengkonservasi alam. Mereka bertemu
Vandana Shiva dapat diakses melalui situs di sebuah pedesaan di pegunungan tinggi
www.vandanashiva.com. dekat anak sungai Gangga, dan
mendeklarasikan pernyataan
Gagasan demokrasi bumi berasal dari salah Kami telah memperoleh tumbuh-tumbuhan
satu pemikiran India kuno. Gagasan ini mirip obat, benih-benih, hutan-hutan dari alam
seperti yang dikatakan oleh Kepala Suku melalui nenek moyang kami; kami berhutang
Seattle tentang jaringan di bumi. Di India hal kepada alam untuk memeliharanya demi
ini dikenal dengan istilah vasudhaiva masa depan. Kami berjanji kami tidak akan
kutumbkam, yang berarti keluarga bumi. pernah membiarkan erosi pencurian terhadap
Kosmologi orang India tak pernah alam. Kami berjanji kami tidak akan pernah
memisahkan manusia dari non-manusia. menerima pematenan, modifikasi genetis,
“Kami merupakan rangkaian kesatuan,” tegas atau membiarkan biodiversitas kami dicemari
Shiva. Ketika isu tentang pematenan dalam segala bentuknya, dan kami berjanji
kehidupan muncul, misalnya, ada dua bentuk bahwa kami akan berlaku sebagai manusia-
respon dari mereka yang menolak praktik manusia dalam biodiversitas tersebut.
pematenan tersebut di India. Level pertama
berupa perlawanan: “Pematenan ini adalah Diskusi di desa-desa seluruh India ini, dengan
tindakan amoral. Hidup bukanlah sebuah beragam bahasa, berujung pada aksi yang
ciptaan,” ungkapnya. Kehidupan tidak boleh memukau. Beberapa kelompok menulis surat
dimonopoli. Kalian (korporasi, -red) tak bisa kepada Mike Moore, direktur jenderal WTO
menjual kepada kami bahan-bahan yang juga dengan mengatakan, “Kami perhatikan anda
kalian curi dari sisi kami, dan kalian tak dapat telah meloloskan sebuah hukum yang
memberi kepada kami sejumlah royalti untuk bernama 'Trade-Related Intellectual Property
produk-produk kearifan alam kami,” Rights.' Kami juga perhatikan bahwa di bawah
pungkasnya dalam sejumlah wawancara undang-undang ini anda ingin memonopoli
mengenai ide awal konsepsi demokrasi bumi seluruh kehidupan. Sayangnya, sumber-
digagas. sumber daya ini berada di luar wilayah hukum
anda, dan anda telah bertindak melampaui
Level kedua adalah merebut kembali batas.” Surat serupa disampaikan kepada
demokrasi. Rakyat merebut hak-hak untuk Perdana Menteri India: “Anda adalah Perdana
menjaga biodiversitas dan menggunakannya menteri di negeri ini, tetapi kamilah penjaga
secara berkelanjutan. Ini merupakan hasil dari biodiversitas. Ini bukan wilayah hukum ada.
diskusi di kalangan gerakan yang sedang Anda tak bisa menjual kekayaan alam ini,”
dibangun di level akar rumput. “Saya teringat ungkap Shiva.
kepada sebuah pertemuan 200 penduduk
desa yang terlibat dalam menyimpan dan Komunitas-komunitas ini dalam beberapa
membagi benih dengan Navdanya, sebuah tahun yang lalu telah mulai dengan
perserikatan yang saya dirikan untuk menyimpan benih-benih tanaman lokal dan
menyimpan benih dan mempromosikan memelihara biodiversitas. Sekarang mereka
24
gerakan, dan tindakan ini banyak aspeknya Kita mendasarkan globalisasi kita pada
dan jamak, saya telah mencoba proses-proses ekologis serta ikatan-ikatan
mengidentifikasi kelompok-kelompok yang kepedulian dan solidaritas, bukan pergerakan
menunjukkan gagasan dan contoh demokrasi modal dan uang, atau pergerakan yang tidak
kehidupan, kebudayaan kehidupan, dan perlu dari barang dan jasa. Sebuah ekonomi
ekonomi kehidupan yang bersama-sama global yang memperhitungkan batas-batas
membangun Demokrasi Bumi. Ekonomi, ekologis perlu melokalkan produksi untuk
politik, kebudayaan tidaklah saling mengurangi pemborosan, baik sumber-
terpisahkan. Ekonomi yang melaluinya kita sumber daya alam dan manusia. Dan hanya
memproduksi serta bertukar barang dan jasa ekonomi yang dibangun di atas landasan
dibentuk oleh nilai-nilai kebudayaan dan ekologis dapat menjadi ekonomi kehidupan
penyusunan kekuasaan di dalam masyarakat. yang memastikan keberlanjutan dan
Kemunculan ekonomi kehidupan, kebudayaan kesejahteraan bagi semua. Ekonomi kita
kehidupan, dan demokrasi kehidupan tidaklah dihitung di dalam jangka pendek
kemudian merupakan proses yang saling balik modal perusahaan perkwartal, atau cara
mendukung satu sama lain. pandang politisi empat-lima tahunan. Kita
mempertimbangkan potensi evolusioner
Ekonomi kehidupan adalah proses-proses dan semua kehidupan di Bumi dan melekatkan
ruang-ruang tempat sumber-sumber daya kembali kesejahteraan manusia di rumah kita,
Bumi dibagi secara adil untuk menyediakan komunitas kita, dan keluarga Bumi. Keamanan
kebutuhan makanan dan air kita, serta untuk ekologis adalah keamanan paling mendasar
menciptakan penghidupan yang bermakna. kita; identitas ekologis adalah identitas
Demokrasi Bumi berevolusi dari kesadaran, terutama kita. Kita adalah makanan yang kita
bahwa sementara kita berakar lokal, kita juga makan, air yang kita minum, udara yang kita
terhubung dengan dunia secara keseluruhan hirup. Dan merebut kembali kendali
dan, nyatanya, dengan seluruh alam semesta. demokratis atas makanan dan air kita serta
Sejumlah nahasiswa mengikuti presentasi mengenai keanekaragaman biji di Navdanya, Biodiversity and Conservation Farm, India
26
dari keluarga Bumi kita. Kebudayaan Demokrasi Bumi membuat kita dapat
kehidupan didasarkan pada identitas-identitas merebut kembali kemanusiaan bersama kita
yang jamak dan beragam. Mereka didasarkan dan kesatuan kita dengan semua kehidupan.
pada identitas Bumi, baik secara kenyataan Demokrasi Bumi menempatkan kembali
konkret kehidupan sehari-hari kita—di mana kesucian kehidupan di dalam semua makhluk
kita bekerja, bermain; tidur, makan; tertawa dan semua orang, tanpa memperhatikan klas,
atau menangis—dan proses-proses yang jenis kelamin, agama, atau kasta. Dan dia
menghubungkan kita secara global. memaknai ulang 'mempertahankan nilai-nilai
keluarga' dengan menghormati batasan-
Demokrasi Bumi, di dalam batasan pada ketamakan dan kekerasan yang
ditentukan dengan menjadi milik keluarga
konteks kekinian, Bumi. Demokrasi Bumi melindungi proses-
mencerminkan nilai-nilai, proses ekologis yang mempertahankan
kehidupan dan hak asasi manusia terpenting
pandangan-pandangan dunia, yang menjadi dasar hak atas kehidupan,
dan aksi-aksi gerakan beragam termasuk hak atas air, hak atas makanan, hak
yang bekerja untuk atas kesehatan, hak atas pendidikan, serta hak
atas pekerjaan dan penghidupan. Demokrasi
perdamaian, keadilan, dan Bumi didasarkan pada pengakuan dan
keterbaruan. Kita hidup pada penghormatan terhadap kehidupan semua
spesies dan semua orang.
masa ketika campuran
demokrasi keterwakilan dan Selama tiga dasawarsa terakhir, pemikiran
saya tentang Demokrasi Bumi telah mewujud
globalisasi ekonomi telah melalui keterlibatan saya dengan gerakan-
menghasilkan ketakutan- gerakan yang beragam. Gerakan-gerakan
ketakutan baru, kegamangan- lingkungan, gerakan-gerakan pelestarian, dan
gerakan-gerakan hak binatang telah
kegamangan baru, mendasarkan perjuangan mereka pada nilai
fundamentalisme- hakiki semua spesies. Gerakan-gerakan hak
asasi manusia telah berakar di dalam
fundamentalisme baru, dan pengakuan hak asasi manusia umum semua
kekerasan baru. khalayak.
Pemilihan umum 2004, baik di India dan di Demokrasi Bumi menghubungkan kita melalui
Amerika Serikat, menunjukkan bagaimana di pembaruan dan regenerasi kehidupan yang
hadapan kehilangan pekerjaan dan berlangsung—dari kehidupan kita sehari-hari
kehancuran penghidupan, wacana keagamaan ke kehidupan semesta. Dia adalah harapan
fundamentalis mengisi ruang. Wacana ini pada waktu tanpa pengharapan, dia
mengutubkan masyarakat dan membuat membawa kedamaian pada waktu
perbedaan-perbedaan kebudayaan dipakai peperangan tanpa akhir dan dia mendorong
sebagai pasak untuk memecah-belah khalayak kita untuk mencintai kehidupan dengan
dari perkara-perkara yang menyatukan sangat penuh hasrat dan perasaan pada
mereka—pekerjaan mereka, lingkungan, hak
waktu para pimpinan dan media
asasi manusia, dan satu kemanusiaan umum
mengembangbiakkan kebencian dan
bersama.
ketakutan.
28
Vandana Shiva bersama gerakan perempuan perduli biji di Nigeria. Sumber www.seedfreedom.in
Keterangan:
Naskah asli diterjemahkan oleh Budi ND Dharmawan
Dinarasikan ulang oleh Hamada Mahaswara
30
Orang Asia-Afrika
Harus Bersatu:
Menilik Pidato Zhou Enlai
dalam KAA 1955
Hamada Mahaswara (Pimpinan Redaksi Newsletter the Equator)
Jika Zhou Enlai tak terserang usus buntu pada menyerang isu kebebasan beragama di Cina
April 1955, mungkin Konferensi Asia Afrika (KAA) serta kegiatan subversif Cina di luar negeri.
akan memiliki cerita lain. Penyakit yang
menyerang perdana menteri Cina kala itu Kehadiran Zhou Enlai dan delegasi Cina
membuatnya batal menaiki Kashmir sebetulnya memang tak diharapkan oleh
Prince—pesawat kiriman Perdana Menteri India, sebagian peserta konferensi. Perdana Menteri
Jawaharlal Nehru yang meledak di atas Pakistan, Mohammad Ali dan Sri Lanka, Sir John
kepulauan Natuna pada 11 April 1955. Kotelawala termasuk yang menentang keras
Seyogyanya pesawat itulah yang akan rencana keikutsertaan Cina. Mereka khawatir,
mengangkut Perdana Menteri Zhou Enlai negara-negara yang telah bergabung dengan
bersama seluruh delegasi Cina untuk menghadiri Blok Barat, seperti Thailand, Filipina, dan negara-
KAA. negara Arab, akan menolak datang jika Cina
disertakan. Sebab, pada masa itu, Cina disinyalir
Investigasi terhadap insiden tersebut mendanai kegiatan subversif dan ilegal di
menunjukkan pesawat itu sengaja diledakkan sejumlah negara, termasuk penyusupan ideologi
mata-mata CIA, yang tak menginginkan Cina komunisme di kawasan Asia dan Afrika.
hadir dalam KAA. Zhou Enlai kemudian
mengganti jadwal keberangkatannya dan Menurut Sekretaris Jenderal Kementerian Luar
mendarat di Jakarta pada 16 April 1955 yang Negeri dan Koordinator Pelaksana Teknis KAA
disambut kerumunan besar. Keesokan harinya ia Roeslan Abdulgani dalam buku The Bandung
bergabung dengan delegasi 29 negara yang Connection, usulan mengundang Cina pertama
menghadiri KAA di Bandung. kali disampaikan Perdana Menteri India
Jawaharlal Nehru dalam pertemuan di Istana
Anti Cina dan komunisme rupanya, tak semua Bogor setahun sebelum KAA digelar. Perdana
delegasi menghendaki kehadirannya. Di hari Menteri Burma, U Nu termasuk yang menyokong
kedua penyelenggaraan KAA (19 April 1955), usulan ini. Bagi Nehru dan U Nu, corak partai
delegasi tiap negara melanjutkan paparan komunis di Asia berbeda dengan komunis
pidatonya. Tak terkecuali Irak yang diwakili internasional di Barat. Nehru menegaskan,
perdana menterinya, Muhammad Fadhel keikutsertaan Cina justru akan memperluas
Jammal. Fadhel sebagaimana mengutip Majalah pergaulan dan cakrawala Negeri Tirai Bambu.
Detik (edisi 177, 2015) menyatakan adanya Waktu itu Rusia dipandang agresif dan terang-
kekuatan ketiga, di luar kolonialisme dan terangan memusuhi negara-negara yang
zionisme yang menyebabkan pergolakan di menolak bekerja sama dengan Rusia.
dunia, yakni “imperialisme komunis”. “Kupikir
kalian semua sangat menyadari ini, yaitu Menurut buku yang terbit tahun 1981 itu, Nehru
komunisme!” ungkapnya seraya mengacungkan optimistis negara-negara Asia dan Afrika akan
jari telunjuknya ke depan. “Komunisme adalah mampu menekan Cina dalam KAA agar
bentuk kolonialisme baru yang lebih berbahaya menghormati janjinya sendiri dalam menjaga
daripada penjajahan model kuno” lanjutnya. Ia hidup berdampingan secara damai, menghindari
menyebut komunisme sebagai agama yang agresi, menghindari campur tangan dalam
subversif. “Komunisme menimbulkan urusan dalam negeri negara-negara lain, dan
permusuhan di antara golongan kelas dan menghormati integritas teritorial negara lain.
rakyat,” katanya di podium. Selain Fadhel, ketua
delegasi dari Filipina, Jepang, Vietnam Selatan, Sementara itu, U Nu tegas menyebut Cina
Sri Lanka dan Pakistan juga menyuarakan sikap sebagai kunci untuk perdamaian di Asia karena
antikomunis. Secara silih berganti mereka geopolitik dan kekuatannya. Ketika Pakistan dan
32
Depan Sri Lanka berkeras menolak, U Nu pun mengancam mundur dari KAA.
Zhou Enlai (mantan PM Cina), Soekarno
(presiden pertama RI) dan Gammal Abdul Akhirnya kedua negara itu setuju. Di pihak lain, Indonesia sebagai
Nasser (Mantan presiden Mesir) dalam salah satu pemrakarsa dan tuan rumah meyakinkan negara-negara
jamuan makan malam
di Konferensi Asia Afrika, Bandung 1955 Barat bahwa KAA tak akan menjadi panggung bagi blok komunis.
Kiri
Zhou Enlai dan Soekarno dalam
Melawan belenggu kolonialisme
perjalanan menuju Gedung Konferensi Tim redaksi, mencoba menarasikan pidato Zhou Enlai yang dinantikan
Asia Afrika dalam KAA tersebut dengan menyarikannya dari beragam sumber.
Kanan Mulanya Enlai tak akan berpidato pada hari kedua itu. Didampingi
Zhou Enlai seorang penerjemah, Enlai naik ke podium dan memulai pidatonya
dalam bahasa cina, menanggapi berbagai tudingan yang dialamatkan
sumber: www.berdikarionline.net
padanya. “Niat delegasi Cina datang ke Bandung, yaitu, untuk
mencari persatuan, bukan menciptakan perbedaan. Cina datang
tanpa usulan apapun ke KAA dan ingin menjalin saling pengertian,
menghormati, bersimpati, dan membantu negara lain,” ungkap Zhou
Enlai, mengutip Buku Zhou Enlai, Potret Seorang Intelektual
Revolusioner karangan Han Su Yin (Hasta Mitra, 2008)
menghormati semua yang beragama. Kami dan Afrika saat ini tidak lagi Asia dan
berharap pula mereka yang beragama akan Afrika kemarin. Banyak negara di
menghormati pendirian kami yang tidak wilayah ini telah mengambil nasib
beragama ini.” Ia menambahkan bahwa, di Cina mereka ke tangan mereka sendiri.
selain hidup 7 juta orang komunis, juga hidup (Zhou Enlai, diterjemahkan dari
puluhan juta umat Islam, Budha, Kristen dan www.digitalarchive.wilsoncenter.org)
Katolik. “Kenyataan itu bukan penghalang bagi
persatuan Cina. Kenapa tidak akan mungkin Menurut Enlai, tidak sedikit di antara mereka
dalam kesatuan masyarakat Asia-Afrika,” yang masih menjalani kehidupan perbudakan
ujarnya. kolonial. Tidak sedikit pula dari bangsa-bangsa
Asia dan Afrika masih mengalami diskriminasi
Ini adalah pertama kalinya dalam ras. Upaya yang telah diambil dalam
sejarah bahwa begitu banyak negara di memperjuangkan kebebasan dan kemerdekaan
Asia dan Afrika telah berkumpul mungkin berbeda, tetapi kehendak untuk
bersama-sama untuk mengadakan menang dan mempertahankan kebebasan serta
sebuah konferensi. Di dua benua ini kemerdekaan adalah sama. “Kami adalah
hidup lebih dari setengah dari populasi negara-negara independen tanpa campur tangan
dunia. Bangsa Asia dan Afrika luar dan sesuai dengan kehendak rakyat,”
menciptakan peradaban kuno brilian ujarnya meyakinkan.
dan membuat luar biasa kontribusi
bagi umat manusia. Tapi, sejak zaman Bangsa Asia dan Afrika telah lama menderita
modern sebagian besar negara-negara agresi dan perang. Banyak dari mereka telah
Asia dan Afrika di berbagai tingkat dipaksa oleh para penjajah untuk menjadi
telah mengalami penjarahan kolonial umpan meriam dalam perang agresif. Oleh
dan penindasan, dan dengan demikian karena itu, masyarakat dua benua ini tidak dapat
telah dipaksa untuk tetap dalam memiliki apa-apa kecuali kebencian yang kuat
keadaan stagnan dari kemiskinan dan dari perang agresif. Itulah sebabnya Asia dan
keterbelakangan. Afrika masyarakat semua harus lebih
mengupayakan perdamaian dunia dan
Suara kami telah ditekan, aspirasi kami kemerdekaan nasional.
hancur, dan nasib kita ditempatkan di
tangan orang lain. Dengan demikian, Menggalang persatuan
kita tidak punya pilihan selain untuk Terlepas dari ras atau warna semua
bangkit melawan kolonialisme. harus menikmati hak-hak asasi
Penderitaan dari penyebab yang sama manusia. Tidak ada penganiayaan dan
dan berjuang untuk tujuan yang sama, diskriminasi. Namun, kami tidak bisa
kita bangsa-bangsa Asia dan Afrika menutup mata bahwa Tunisia, Maroko,
telah lebih lama memiliki simpati dan Aljazair dan masyarakat lainnya tengah
keprihatinan mendalam satu sama lain. berjuang mencapai kemerdekaan dan
Sekarang wajah Asia Afrika telah tidak pernah berhenti ditekan dengan
mengalami perubahan radikal. Semakin kekerasan. Diskriminasi ras dan
banyak negara telah membuang atau penganiayaan di bawah rasialisme di
casting off belenggu kolonialisme. Uni Afrika Selatan dan tempat-tempat
Kekuasaan kolonial tidak bisa lagi lain belum teratasi. Masalah pengungsi
menggunakan metode masa lalu untuk Arab Palestina juga masih harus
terus menjarah dan menindas kita. Asia diselesaikan.
34
Perdamaian hanya bisa dijaga dengan rasa kaku dan kekhawatiran yang diduga
saling menghormati kedaulatan akan ditimbulkan karena pengaruh
teritorial masing-masing. Kami negara- komunisme Cina. Lewat Pidato Enlai, tulis
negara Asia dan Afrika harus bekerja Han Su Yin, Bandung merupakan
sama di bidang ekonomi dan budaya kemenangan besar pribadinya (Zhou
untuk menghapus keterbelakangan Enlai) dan merupakan terobosan
yang disebabkan oleh periode panjang internasional bagi Cina. Mereka yang
eksploitasi kolonial. Kerjasama ini semula tak bersahabat, berubah sikap.
didasarkan pada kesetaraan dan saling Zhou Enlai menggelar pertemuan
menguntungkan. Kami Asia dan lanjutan dan mengundang mereka
negara-negara Afrika harus melihat langsung kondisi Cina. “Datang
menghormati satu sama lain, dan dan lihatlah sendiri. semua orang akan
menghilangkan kecurigaan dan kami sambut dengan baik,” tutupnya.
ketakutan yang mungkin ada di antara
kami.
Referensi:
Kami percaya bahwa jika kami bertekad untuk Abdulgani, Roeslan. 1981. The Bandung Connection: Konperensi Asia
melestarikan perdamaian dunia, tidak ada yang Afrika di Bandung tahun 1955. Jakarta: Gunung Agung.
bisa menyeret kita ke dalam perang; jika kita Suyin, Han. 2008. Zhou Enlai, Potret Seorang Intelektual Revolusioner.
bertekad untuk berjuang untuk dan menjaga Jakarta: Hasta Mitra
kemerdekaan nasional kita, tidak ada yang bisa April 19, 1955 Main Speech by Premier Zhou Enlai, Head of the
terus memperbudak kita; jika kita bertekad Delegation of the People's Republic of China, Distributed at the Plenary
Session of the Asian-African Conference from
untuk masuk ke ranah kerjasama, tidak ada
http://digitalarchive.wilsoncenter.org/document/121623.pdf?v=e1cd063
yang bisa memisahkan kita. Apa yang kita 84e2e67bdff11f809ead78849.pdf
negara-negara Asia dan Afrika inginkan adalah
Majalah Detik Edisi 177 tahun 2015
perdamaian dan kemerdekaan. Hal ini tidak http://majalah.detik.com/cb/80ecfc42df53d7d05fd4f88d50ef9172/2015
kami niat untuk membuat negara-negara Asia /20150420_MajalahDetik_177.pdf
dan Afrika menjadi antagonis ke negara-negara https://m.tempo.co/read/news/2015/04/14/115657585/pidatopmcinas
di wilayah lain. Kami ingin juga menjadi oalkomunismeyangdinantidikaa1955
inisiator hubungan damai dan kooperasi
dengan negara-negara di wilayah lain.
SERBA-SERBI REFERENSI
KONFERENSI BANDUNG 1955: SOSOK ATAU MOMOK
Hampir satu dekade lalu, enam seniman Indonesia Proyek Kota-kota di Afrika)
beserta sejumlah peneliti sejarah mengajukan
sebuah pertanyaan romantik yang optimistik dalam www.dutchartinstitute.eu
Tirdad Zolghadr & Sarah Pierce, Location,
wujud pameran: “Masa lalu, masa lupa?” Perintah
Location, Location (Lokasi, Lokasi, Lokasi),
yang tak henti-hentinya diserukan bak kebenaran
seri kuliah bagian dari Roaming Academy –
tunggal di jalanan dan media-media sosial
Dutch Art Institute, 2015-2016. Sebagian
belakangan adalah, “Menolak lupa!”
dari kuliah ini berlangsung di Jakarta dan
Pertanyaannya: Benarkah kita ingat? Apa yang kita
Bandung, November 2015 lalu, dengan
ingat? Apa yang perlu kita ingat? Apakah orang lain
dosen tamu Mirwan Andan (ruangrupa)
harus percaya pada ingatan kita dan sebaliknya?
dan Hilmar Farid (Universitas Indonesia).
Apakah yang kita ingat itu sebuah kebenaran dan Kuliah ini berspekulasi bahwa lokasi
bukan rangkaian kejadian yang kita pilih untuk (tempat, situs), dengan segala konteks
ingat? keruangan dan kehidupan yang
SK jelas-jelas menyatakan bahwa landasan kerja berlangsung di sana, bisa
dan kinerja yang diacunya adalah semangat membentuk—kalau bukan
perdamaian dan kemajuan dunia yang menciptakan—sebuah metode. Salah satu
dikumandangkan oleh Konferensi Bandung kelas mereka berfokus pada KAA dengan
1955—juga disebut Konferensi Asia Afrika (KAA). argumen bahwa di sanalah angan-angan
Apakah kami sekadar mengagumi masa lalu yang internasionalisme diawali, disepakati,
begitu megah? Apakah kami (secara tidak langsung) segera ditindak-lanjuti, dan menghasilkan
sedang menyatakan bahwa setelah lebih dari 60 sejumlah efek yang masih berlangsung
tahun KAA, gagasan dan pemikirannya tidak sampai hari ini.
berubah—kalau bukan tidak berkembang? Di www.beyondbandung.ugm.ac.id
zaman di mana bahkan seorang seniman pun Institute of International Studies (IIS),
menganggap harian Pos Kota lebih dramatis, Beyond Bandung: Rethinking International
atraktif, performatif, dan inspiratif daripada Order, Identity, Security, and Justice in a
pameran (seni rupa), kami merasa perlu berupaya Post-Western World (Melampaui Bandung:
untuk terus menjadi kritis terhadap diri sendiri. Memikirkan Ulang Orde Internasional,
Dalam rubrik ini, kami hadirkan sejumlah esai, Identitas, Keamanan, dan Keadilan dalam
proyek seni, diskusi, seminar, atau perhelatan Dunia Pasca-Barat), Yogyakarta, 8-9 April
apapun yang berupaya membaca ulang, memberi 2015
nilai baru, sekaligus menjadi kritis terhadap KAA. Salah satu lembaga penelitian di bawah
naungan Universitas Gadjah Mada,
www.dailymaverick.co.za Yogyakarta, yang secara khusus mengaji
www.thebrenthurstfoundation.org
Greg Mills, A new Bandung Consensus? perihal hubungan internasional
What Africa and Indonesia can learn from mengadakan sebuah konferensi yang
each other (Sebuah Konsensus Bandung berupaya mengadvokasi para pembuat
baru? Apa yang bisa Afrika dan Indonesia kebijakan mengenai orde internasionalisme
pelajari dari satu sama lainnya), Daily dengan titik berangkat KAA.
Maverick, 22 Juni 2016. www.frombandungtoberlin.com
Dr. Greg Mills adalah direktur Brenthurst Google Cultural Institute, From Bandung
Foundation yang mengampu program to Berlin (Dari Bandung ke Berlin).
kajian infrastruktur Indonesia dalam Dinisiasi oleh Brigitta Isabella (peneliti
Foundation's Future of African Cities KUNCI Cultural Studies Center), kerja dan
Project (Landasan Masa Depan untuk kinerja proyek ini bisa diakses dalam
36
YOGYAKARTA
Pemerintah
Daerah Istimewa Yogyakarta
Dinas Kebudayaan