Anda di halaman 1dari 40

ISSN: 9772442302066

THE
EQUA-
TOR
Volume 4
Nomor 2
April - Juni 2016
Terbitan triwulan | GRATIS

NEWSLETTER
YAYASAN BIENNALE YOGYAKARTA

YANG MUDA,
YANG BERBAHAYA
2

PENGANTAR REDAKSI
Salam hangat!
Sepanjang dua bulan ini, Yogyakarta gegap gempita dengan agenda seninya. Lebih dari 50 acara dihelat di
kantung-kantung seni sampai ruang publik. Bulan Ramadhan pun tak menyurutkan antusiasme warga untuk
hadir dan menyemarakkan. Tak ketinggalan, The Equator Newsletter hadir kembali di tengah pembaca dengan
sajian khusus. Edisi ini menjadi terbitan pertama untuk mengawal isu-isu terkait Simposium Khatulistiwa,
November 2016 nanti.
Simposium Khatulistiwa merupakan salah satu program YBY. Dimulai pada tahun 2014 yang diselenggarakan
berselang dengan perhelatan Biennale Jogja hingga 2022 nanti. Rangkaian simposium ini akan bermuara pada
Konferensi Khatulistiwa 2022 sebagai ajang pertemuan strategis untuk berbagi konsep dan idealisme yang
digarap bersama antara YBY dengan organisasi seni dan budaya lain.
Simposium Khatulistiwa adalah implementasi misi YBY yaitu: menginisiasi dan memfasilitasi berbagai upaya
mendapatkan konsep strategis perencanaan kota yang berbasis seni-budaya, penyempurnaan cetak biru
kebudayaan kota masa depan sebagai ruang hidup bersama yang adil dan demokratis. Acara ini untuk berbagi
informasi dan pengetahuan, bertukar pikiran dan pendapat sebagai upaya membangun pemahaman kritis atas
berbagai praktik seni rupa kontemporer dalam kaitannya dengan dinamika sosial, budaya, dan politik di kawasan
khatulistiwa. Program ini hadir dengan semangat mempertemukan sebanyak mungkin praktik dan kerja jenius
lokal dari seluruh khatulistiwa. Hal-hal kecil yang terjadi di sana-sini yang menjadi pemicu untuk beragam
perubahan perlu dikumpulkan dan disuarakan keberadaannya untuk terus menyegarkan pikiran dan
menginspirasi kita. Kecerdikan mereka menghadapi kerumitan masing-masing negara di sepanjang ekuator
adalah apa yang menjadi ketertarikan Simposium Khatulistiwa.
Edisi kali ini memuat latar pemikiran dan catatan proses (FGD) menuju Simposium Khatulistiwa yang akan
berlangsung. Simak juga laporan perjalanan Tim Kerja Simposium Khatulistiwa dalam salah satu program “The
Time is Out of Joint” yang diselenggarakan di Sharjah, UAE, Maret lalu. Hal ini menjadi satu pencapaian
tersendiri yang menunjukkan bahwa semangat ini telah disepakati dan ada agen-agen lain yang juga membuat
praktik serupa.
Tim redaksi juga menyuguhkan sejumlah tulisan menarik sebagai contoh kerja jenius lokal, yakni; pemikiran
Vandana Shiva bertajuk Prinsip-Prinsip Demokrasi Bumi yang memberikan perspektif lain dalam praktik
demokrasi yang ia galakan pada level akar rumput di India, kedua adalah tulisan Saleh Abdullah (INSIST) yang
memaparkan pengalamannya melakukan riset dan pendampingan di daerah Indonesia timur. Saleh juga
'membenturkan' kebudayaan tradisional masyarakat di wilayah sana dengan mekanisme Masyarakat Ekonomi
Asean.
Sebagai sebuah peristiwa, Konferensi Bandung 1955 telah berhasil menjadi pijakan bagi banyak negara untuk
menentukan posisi dan daya tawar dalam konstelasi politik global. Pidato Zhou Enlai (mantan perdana menteri
Cina) sedikit banyak telah menggugah kesadaran dan memecah sikap sentimentil kita terhadap paham
komunisme Cina. Tak lupa juga kami menghadirkan sejumlah upaya dan kerja yang juga melandaskan diri pada
Konferensi Bandung 1955 bahwa upaya yang kita lakukan ini juga telah dipikirkan oleh pihak lain.
Kami berharap apa yang disuguhkan dalam edisi ini dapat menjadi bermanfaat. Kami percaya bahwa gagasan-
gagasan yang tertuang dalam tulisan-tulisan ini mampu menggelitik kita dalam menyikapi kondisi maupun
praktik demokrasi dewasa ini.
Selamat membaca!
Redaksi

The Equator merupakan newsletter Tulisan dapat dikirim via e-mail ke: berbasis seni-budaya, the-equator@biennalejogja.org
berkala setiap tiga bulan diterbitkan the-equator@biennalejogja.org. penyempurnaan blue print kultural April - Juni 2016, 1000 exp
Yayasan Biennale Yogyakarta. Tersedia kompensasi untuk tulisan kota masa depan sebagai ruang hidup
Newsletter ini dapat diakses secara yang diterbitkan. bersama yang adil dan demokratis. Penanggung jawab: Direktur Yayasan
online pada situs: Berdiri pada 23 Agustus 2010. Biennale Yogyakarta
www.biennalejogja.org Tentang Yayasan Biennale Yogyakarta Redaktur Pelaksana: Hamada Adzani
(YBY) Alamat: Mahaswara
Redaksi The Equator menerima
kontribusi tulisan dari segala pihak Misi YBY adalah: Taman Budaya Yogyakarta Kontributor: Enin Supriyanto, Grace
sepanjang 1500 - 2000 kata dengan Menginisiasi dan memfasilitasi Jl. Sri Wedani No.1 Yogyakarta Samboh, Vandhana Shiva, Saleh
tema terkait isu Nusantara berbagai upaya mendapatkan konsep Telp: +62 274 587712 Abdullah, Hamada Mahaswara
Khatulistiwa. strategis perencanaan kota yang E-mail:
3

DAFTAR ISI
6| LATAR BELAKANG SIIMPOSIUM KHTULISTIWA
Enin Supriyanto
(Pejabat Pelaksana Simposium Khatulistiwa)

SERBA-SERBI BIENNALE JOGJA


9| Seleksi Kurator Biennale Jogja XIV Equator #4 - 2-017

PIUS SIGIT KUNCORO


11| Kurator terpilih Biennale Jogja XIV Equator #4 - 2017
Wawancara oleh Hamada Mahaswara

MENUJU SIMPOSIUM KHATULISTIWA 2016


Grace Samboh (Pengelola Program Simposium Khatulistiwa) |13

PRINSIP-PRINSIP DEMOKRASI BUMI


Vandana Shiva (Pendiri Gerakan Navdanya) |17

BAT BATANG NUHU FITROA FITNANGAN


Saleh Abdullah (INSIST-Indonesian Society for Social Transformation)
|22

ORANG ASIA AFRIKA HARUS BERSATU:


30| MENILIK PIDATO ZHOU ENLAI DALAM KAA 1955
Hamada Mahaswara (Pimpinan Redaksi Newsletter the Equator)

SERBA-SERBI REFERENSI
35| Konferensi Bandung 1955: Sosok atau Momok?

Fotografi: Penulis, Arsip YBY, sumber Perum Bukit Rantau Indah C27 Angkringan Mojok Dukungan untuk Yayasan Biennale
sumber Internet, Budi ND Dharmawan Kademangan Pasir Halang Kec. Mande Semarang: Kolektif Hysteria Yogyakarta dikirim ke:
Desainer: Yohana T. Kab. Cianjur Surabaya: C2O Yayasan Biennale Yogyakarta
Outlet Penyebaran Jakarta Yogyakarta: IVAA, Kedai Kebun, Kediri: RUPAKATADATA Jokosaw BNI 46 Yogyakarta
Ruangrupa, Goethe Institut, Perpustakaan UIN Yogyakarta, Koentono No.rek: 224 031 615
Komunitas Salihara, dia.lo.gue, Kedai Perpustakaan Pusat UGM, Bali: Ketemu Project Space Yayasan Biennale Yogyakarta
Tjikini, Serrum Perpustakaan Pascasarjana USD, Makasar: Rumata Artspace, Colliq BCA Yogyakarta
Bandung: Selasar Sunaryo Art Space, Cemeti Art House, LKiS, Ark Gallerie, Puji’e No.rek: 0373 0307 72
Galeri Soemardja, Tobucil Warung Lidah Ibu, FSR ISI, Jogja NPWP: 03.041.255.5-541.000
Jawa Barat: Jl. RA. Natamanggala, Contemporary, PKKH UGM,
SKEMA KERJA SIMPOSIUM KHATULISTIWA
MENUJU KONFERENSI KHATULISTIWA 2022
4
5

Taneli Kukkonen (Professor Filsafat di New York University – Abu Dhabi), Hilmar Farid (Direktur Jenderal Kebudayaan Republik
Indonesia), dan Enin Supriyanto (Pejabat Pelaksana Simposium Khatulistiwa) dalam sesi “Equator Conference 2022 in Yogyakarta
Held in Sharjah, March 2016” (Konferensi Khatulistiwa 2022 di Yogyakarta Diadakan di Sharjah, Maret 2016)

PERTEMUAN YOGYAKARTA DI SHARJAH, UNI ARAB EMIRAT


Program-program kerjasama antara Yayasan Biennale Yogyakarta (YBY) baik dengan individu maupun
lembaga yang terjalin melalui perhelatan Biennale Jogja (BJ) dan Simposium Khatulistiwa (SK) sejak
2011, dikembangkan terus-menerus. Pada awal Maret 2016 lalu, YBY bersama Sharjah Art Foundation,
mitra YBY pada Biennale Jogja 2013, menginisiasi pertemuan internasional di Sharjah, UAE. Pertemuan
bertajuk “The Time is Out of Joint” (Waktu yang Tidak Berkelindan) adalah gagasan Tarek Abou El
Fetouh (kurator, Mesir/Belgia yang sangat terpengaruh pemikiran jangka panjang YBY yang ingin
membentuk peta baru seni dunia yaitu Khatulistiwa. Pertemuan di Sharjah ini merupakan potongan
pemikirannya yang akan dia sampaikan pada Konferensi Khatulistiwa 2022 di Yogyakarta. Konferensi
Khatulistiwa 2022 adalah penutup putaran Seri Khatulistiwa 2011-2021.

Berangkat dari konsepsi filsuf Andalusia Ibn Arabi, “Waktu adalah tempat yang cair dan tempat sebagai
waktu yang beku,”, “The Time is Out of Joint” memberlakukan kembali dua peristiwa penting dan satu
peristiwa yang belum berlangsung, yaitu “Arab Arts Biennale” di Baghdad (1974) dan “China/Avant-
Garde” di Beijing (1989), dan “Konferensi Khatulistiwa” di Yogyakarta (2022). Pada waktu yang
bersamaan, proyek ini sedang memilih (sekaligus mengambil posisi) untuk menyatakan bahwa ketiga
peristiwa ini adalah titik tolak bagi perkembangan wacana dan sejarah seni di dunia kita hari ini.
Proyek ini menjalankan premis yang sama dengan dengan SK, yaitu mempertemukan akademisi serta
praktisi seni dan budaya dalam sebuah pelantar yang sama untuk mencerminkan kesetaraan antara
pengetahuan berbasis pembelajaran formal dan pengalaman.
6

LATAR PEMIKIRAN
SIMPOSIUM KHATULISTIWA
Enin Supriyanto (Pejabat Pelaksana Simposium Khatulistiwa)

Biennale Jogja mencoba untuk individu lain di luar negara mitranya.


memandang ke depan, mengembangkan Simposium Khatulistiwa ingin menjadi
perspektif baru yang sekaligus juga penghubung antara sebanyak mungkin jenius
membuka diri untuk melakukan lokal dari seputar khatulistiwa. Hal-hal kecil
konfrontasi atas 'kemapanan' ataupun yang terjadi di sana-sini yang menjadi pemicu
konvensi atas event sejenis. untuk beragam perubahan perlu dikumpulkan
Wacana seni kontemporer sangatlah dan disuarakan keberadaannya untuk terus
dinamis, namun dikotomi sentral/pusat menyegarkan pikiran kita dan terus
dan periferi/pinggiran agaknya masih menginspirasi kita. Kecerdikan mereka
sangat nyata. Ada kebutuhan untuk menghadapi kerumitan masing-masing negara
mencari peluang baru dalam memberikan di sepanjang khatulistiwa adalah apa yang
makna lebih atas event ini. Diangankan menjadi ketertarikan Simposium Khatulistiwa.
untuk mereka suatu common platform Kami percaya bahwa bersama kita bisa
yang sekaligus mampu memberikan memberi dunia alasan untuk berubah!
provokasi atas munculnya berbagai Melalui Simposium Khatulistiwa, YBY
keragaman dalam perspektif untuk memosisikan diri sebagai agen penghubung
menghadirkan alternatif-alternatif baru dan juga titik penyebaran untuk ide-ide
atas wacana yang hegemonik. terkini, perkembangan, dan pertumbuhan
– Yayasan Biennale Yogyakarta (YBY) dari seluruh negara-negara di wilayah
khatulistwa. Apapun yang berhubungan
Simposium Khatulistiwa dan Biennale Jogja dengan pembuatan wacana di seputar
merupakan dua komponen program Yayasan khatulistiwa terbuka untuk dinegosiasikan.
Biennale Yogyakarta (YBY) yang tidak bisa
dikurangi nilainya atau diperbandingkan. Pada Simposium Khatulistiwa menyandarkan
pehelatannya, Biennale Jogja seri khatulistiwa semangat penyelenggaraannya pada pidato
ini selalu bekerja dengan sedikit negara dan presiden RI pertama Ir. Sukarno ketika
pada kesempatan berikutnya akan selalu membuka Konferensi Asia-Afrika, 18 April
meninggalkan mitra sebelumnya sehingga 1955, “Apa yang dapat kita lakukan? Kita bisa
kesempatan mengembangkan pemikiran melakukan banyak hal! Kita bisa
bersama menjadi berkurang, kalau bukan menyuntikkan berbagai alasan ke urusan-
hilang sama sekali. Oleh karena pola kerja ini urusan dunia. Kita bisa menggerakan segala
juga, Biennale Jogja akan selalu kehilangan kekuatan spiritual, moral, dan politis Asia dan
kesempatan untuk berdialog dengan Afrika untuk kedamaian!” Apa yang
pemikiran-pemikiran jenius dari individu- berlangsung di Indonesia pascareformasi ini
7

seringkali kami sederhanakan sebagai “defisit agenda politiknya di medan seni rupa
perubahan” (meminjam istilah dari Dr. ST kontemporer global.
Sunardi). Untuk itu, kami merasa perlu
menginspirasi diri kami sendiri, orang-orang di Sejumlah catatan penting tentang KAA dapat
sekitar kami, dan juga masyarakat Indonesia memberikan gambaran pada kita mengenai
secara umum bahwa kita bisa berubah. Kita pemikiran yang pernah berkembang di
bisa melakukan perubahan. negara-negara Asia–Afrika saat para
pemimpin dan intelektualnya mulai sungguh-
Yang menarik dari penjelasan resmi YBY tadi sungguh memikirkan posisi dan sikap mereka
adalah bahwa sesungguhnya pilihan wilayah berhadapan dengan imperium yang menata
dan agenda politis tadi menggemakan dan menguasai hirarki hubungan negara-
persoalan-persoalan sosial-politik-kebudayaan bangsa setelah berakhirnya kolonialisme,
yang pernah membawa Indonesia sampai seusai Perang Dunia II, dan menjelang
pada posisi penting dalam peta pergaulan ketegangan global Perang Dingin. Dalam
antarbangsa, sekaligus suatu prestasi khusus konteks sejarah yang khusus inilah kita bisa
dalam perjalanan sejarah Indonesia modern. memahami mengapa Soekarno, Presiden
Inisiatif dan agenda kerja YBY adalah juga Indonesia ketika itu, dalam pidato
gaung yang terdengar dari masa lalu, dari sambutannya berani dengan lantang mendaku
suatu peristiwa pertemuan “bangsa-bangsa di bahwa KAA adalah “konferensi antarbenua
sabuk Khatulistiwa”, di pertengahan abad ke- yang pertama dari bangsa-bangsa kulit
20, dengan Indonesia sebagai salah satu berwarna sepanjang sejarah umat manusia! ³”
inisiator utama, sekaligus penyelenggara dan
tuan rumah. Sementara Richard Wright (1908-
1960)—penulis/jurnalis/aktivis gerakan sipil
Risalah ringkas ini memanfaatkan peristiwa kulit hitam AS yang kemudian pindah ke Paris
bersejarah tersebut sebagai titik awal dan jadi warga Perancis—demikian
menghubungkan negara-negara ada dalam bersemangat datang ke Bandung atas inisiatif
wilayah sabuk Khatulistiwa—antara 23.27° LU dan biaya sendiri hanya4 untuk menyaksikan
dan 23.27° LS. Mereka adalah bagian terbesar langsung peristiwa KAA . “Dari hari ke hari
dari 29 negara (baru merdeka, bekas wilayah kerumunan orang berdiri di bawah terik
jajahan kolonialis Barat) peserta Konferensi matahari tropis, memandang, menyimak,
Asia-Afrika (KAA), Bandung, 1955¹. Lebih jauh bersorak; ini kali pertama dalam pengalaman
lagi, jika kita terima bahwa Gerakan Negara- hidup mereka yang terhinakan mereka
negara Non-Blok (GNB) adalah kelanjutan dari menyaksikan orang-orang hebat dari bangsa,
KAA, maka hampir semua negara yang sudah ras dan warna kulit yang serupa dengan
dan akan jadi rekanan BJ adalah juga adalah mereka tampil berkuasa, bangsa mereka
anggota GNB². Kami beranggapan bahwa sendiri mengatur ketertiban, Asia dan Afrika
pelajaran dari—dan refleksi terhadap—KAA mereka5 yang sedang mengatur nasibnya
dapat memberi bekal pada kita untuk lebih sendiri .”
memahami persoalan kita hari ini, dan juga
tantangan-tantangannya. Upaya ini akan YBY adalah apa yang disebut Wright sebagai
dapat memberi sejumlah bekal bagi kita untuk 'upaya mengatur nasibnya sendiri' karena ia
memasuki wilayah persoalan dan tantangan lahir dari kebutuhan sekumpulan praktisi seni
yang segera akan dihadapi juga oleh Biennale rupa kontemporer yang membutuhkan
Jogja jika sungguh-sungguh ingin menjalankan sejumlah kesepakatan tertentu dalam
8

penyelenggaraan Biennale Jogja agar ada ³ Sampai naskah ini tersusun, kami belum mendapatkan
naskah pidato dalam Bahasa Indonesia yang diterbitkan
standar, sehingga bisa terus-menerus bisa dalam buku: Lahirkanlah Asia Baru dan Afrika Baru! Pidato
dikembangkan dan dalam realitas macam itu P.J.M. Presiden Soekarno pada pembukaan Konferensi Asia-
jugalah kritik dapat hadir dengan masuk akal. Afrika, tanggal 18 April 1955, (Terdjemahan dari bahasa Ingris
oleh Intojo), Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia,
Oleh karena itu, Simposium Khatulistiwa Jakarta, 1955. Untuk keperluan kali ini, kami gunakan
adalah sebuah forum internasional yang terjemahan bebas ke Bahasa Indonesia, berdasarkan naskah
Bahasa Inggris yang justeru banyak tersebar di sejumlah situs
dirancang sebagai arena pertemuan ahli, internet. Naskah Bahasa Inggris: Let a New Asia and New
pemikir, praktisi, peneliti dari berbagai bidang Africa Be Born, http://www.bandungspirit.org
ilmu. Ini adalah acara untuk berbagi informasi 4
Catatan dan ulasannya tentang KAA 1955 langsung
dan pengetahuan, bertukar pikiran dan dipublikasikan di AS dalam bentuk buku kecil setahun setelah
pendapat sebagai upaya membangun konferensi: Richard Wright, The Color Curtain, A Report on
Bandung Conference, World Publishing Company, N.Y., 1956.
pemahaman kritis atas berbagai praktik seni Dalam esai ini, kami merujuk pada terbitan baru, buku yang
rupa kontemporer dalam kaitannya dengan memuat 3 naskah sekaligus, yakni: Richard Wright,Black
dinamika sosial, budaya, dan politik di Power, Three Books from Exile: Black Power; The Color
Curtain; and White Man, Listen!, Harper Perennial Modern
kawasan khatulistiwa. Classics, N.Y., 2008.—pp. 429-629.
5
Richard Wright, 2008, p. 536.
Dengan ini, praktik dan wacana seni
kontemporer membutuhkan sebuah ruang
yang terbuka, inklusif dan siap akan beragam
studi kritis dari berbagai disiplin yang relevan.
Simposium Khatulistiwa juga akan berfungsi
sebagai upaya untuk mengembangkan jejaring
antara berbagai perorangan dan lembaga
yang bisa mengaktivasikan peran para ahli
dan praktisi seni kontemporer Indonesia ke
dalam sebuah forum internasional.

Keterangan:
¹ 29 negara peserta KAA, Bandung 1955: Afghanistan,
Indonesia, Pakistan, Burma/Myanmar, Iran, Filipina, Kamboja,
Irak, Iran, Arab Saudi, Ceylon (Sri Lanka), Jepang, Sudan,
Republik Rakyat Cina, Yordania, Suriah, Laos, Thailand, Mesir,
Lebanon, Turki, Ethiopia, Liberia, Vietnam (Utara), Vietnam
(Selatan), Pantai Emas (Gold Coast, sekarang Ghana), Libya,
India, Nepal, Yaman.
² Wilayah gerak Biennale Jogja seri Khatulistiwa dibingkai
dalam batas garis balik utara (tropic 23'27'') dan garis balik
selatan (tropic 23'27''). YBY mempertemukan Indonesia
dengan negara-negara (wilayah): India (2011), Negara-negara
Arab (2013), Afrika (2015), Amerika Selatan (2017), Negara-
negara di Kepulauan Pasifik dan Australia (2019) – Karena
kekhasan cakupan wilayah ini, acara BJ tahun 2019 juga
disebut sebagai 'Bienal Laut' (Ocean Biennale), dan kemudian
Asia Tenggara (2021). Seluruh rangkaian acara ini kemudian
akan diakhiri dengan penyelenggaran Konferensi Equator di
tahun 2022.
9

SERBA-SERBI
BIENNALE JOGJA
Yayasan Biennale Yogyakarta membuat
undangan terbuka pada publik untuk turut
berpartisipasi dengan mendaftarkan diri
sebagai calon kurator Biennale Jogja XIV
Equator #4. Pada Kamis, 2 Juni 2016 ,
dilaksanakan sesi wawancara calon kurator di
Ruang Seminar Taman Budaya Yogyakarta.

Lima calon yang terpilih mempresentasikan


gagasan dan rancangan proyeknya di
hadapan tim juri yang beranggotakan Akiq
AW, Kris Budiman, Mella Jaarsma, Nindityo
Adipurnomo, dan ST Sunardi serta panel
umum.

Atas ke bawah:

1. Proses presentasi dan


tanya jawab calon kurator

2. Anggota panel umum

3. Kris Budiman dan Mella Jaarsma


juri pada sesi wawancara calon
kurator

4. Rapat finalisasi calon kurator


10

Atas ke bawah:

1. Pius Sigit Kuncoro

2. Bosman Batubara, Andre Barahamin,


Perdana Putri, Saut Situmorang

3. Citra Aryandari

4. Heru Hikayat dan Yudi Yudhoyoko

5. Roy Voragen
11

PIUS SIGIT KUNCORO


Kurator Terpilih Biennale Jogja XIV Equator #4 - 2017

Kurator Biennale Jogja XIV Equator #4 - 2017 telah terpilih yaitu Pius Sigit Kuncoro dari Yogyakarta.
Proses seleksi kurator BJ XIV dilaksanakan dalam dua tahap yaitu: pertama oleh Dewan Yayasan
Biennale Yogyakarta (YBY) dan kedua berupa sesi wawancara dalam forum semi terbuka yang
dilaksanakan pada 2 Juni 2016. Forum terdiri dari Panel Juri beranggotakan lima orang dan Panel
Umum yang terdiri dari 23 orang yang kepesertaannya dilakukan dengan mendaftar terlebih dahulu.
Anggota Panel Juri adalah ST Sunardi, Kris Budiman, Akiq AW, Mella Jaarsma, dan Nindityo Adi
Purnomo. Selain mereka, YBY juga membentuk Tim Pengamat yang bertugas menilai kualitas jalannya
sesi wawancara dan memberi rekomendasi untuk proses seleksi kurator pada tahun-tahun yang akan
datang.

Seniman kelahiran Jember 17 April 1974. Menyelesaikan studinya di Jurusan Desain Komunikasi Visual,
Institut Seni Indonesia, Yogyakarta dan kini menetap di Yogyakarta. Sigit memiliki ketertarikan pada
presentasi karya visual yang sederhana, mudah dipahami dan mampu menciptakan pengalaman
bersama dalam kehidupan sehari-hari. Ia kerap melibatkan orang-orang untuk lebur dalam proses
penciptaan karyanya. Paradoks hubungan manusia dengan lingkungan menjadi bagian yang paling
menantang. Penolakan dari realitas mereka yang harus dihadapi selalu menggoda untuk kritik baginya.
Copyright Budi ND Dharmawan
12

Siang begitu terik, padahal sudah dua pekan Indonesia menuju negara-negara di kawasan
terakhir Yogyakarta diguyur hujan. Sosok pria itu Amerika tengah. Hampir semua penerbangan
sudah menanti di sudut ruangan kantor Yayasan harus melewati negara ketiga seperti; Singapura,
Biennale Yogyakarta. Hari itu saya berjanji Uni Emirat, Qatar, Prancis, Belanda, Amerika
mewawancarainya untuk dimuat dalam salah Serikat, China, Korea, Jepang, ataupun Australia.
satu rubrik di newsletter ini. Pius Sigit Kuncoro Ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
berusaha mengusir rasa gerah dengan langsung antara Indonesia dengan negara-
mengipaskan kertas seadanya ke arah dada. Sigit negara di kawasan Amerika Tengah yang tidak
terpilih menjadi kurator Biennale Jogja XIV melibatkan kepentingan dari negara-negara
#Equator 4 berdasarkan hasil wawancara dan ketiga”.
seleksi yang dilakukan oleh jajaran board
Yayasan Biennale Yogyakarta. Sigit membalik logika kita dengan menyebutkan;
Indonesia merupakan negara pertama, Amerika
Sigit mulai bercerita tentang keterlibatannya Tengah sebagai negara kedua dan negara-negara
dengan Biennale Jogja pada 2009 dan Biennale yang selama ini kita anggap sebagai negara
Jogja XII Equator #2 2013. Menurut Sigit, dunia pertama duposisikan sebagai negara
Yogyakarta memiliki tradisi kuat untuk ketiga. “Titik permasalahannya justru adalah
menggelar pameran yang besar dan rutin. negara ketiga ini yang menghubungkan dan
Kehadiran acara ini membuat produksi karya memengaruhi Indonesia dan Amerika Tengah. Ini
seniman muncul dan meningkat. “Dapat mengubah cara pandang kita terhadap dunia,”
dikatakan mesin produksinya besar, sehingga katanya. Lebih lanjut, hubungan tidak langsung
Biennale Jogja sebagai salah satu agenda antara Indonesia dan Amerika Tengah akan
penting, tidak boleh berhenti. Ibarat motor, memberikan keuntungan yang besar pada
kalau berhenti pasti ada yang macet,” ungkap negara-negara ketiga. Selain biaya finansial,
Sigit. Biennale Jogja juga harus membayar ongkos
lebih untuk penggunaan bahasa ketiga sebagai
Dalam Biennale Jogja XIV Equator #4, ia ingin jembatan untuk mengatasi perbedaan bahasa.
menghadirkan pameran dengan dramaturgi 'Bagaimana bila Biennale Jogja dapat mengambil
penyajian yang baik. “Ibarat pengunjung keuntungan balik dari negara-negara ketiga itu?'
menonton film, nonton pameran harus menjadi pertanyaan kritis yang dilontarkan Sigit.
membuat pengunjung mengalami suatu
peristiwa yang mampu mengubah kesadaran Konflik kepentingan antar negara-negara
kita,” cerita Sigit membocorkan. Idealnya tersebut telah menciptakan perbedaan cara
pengunjung dapat merasa terhibur, teredukasi pandang atas kesamaan-kesamaan yang ada di
dan memiliki memori melekat. “Ketika orang antara Indonesia dan negara-negara di kawasan
masuk ruang pamer, seyogyanya mereka lupa Amerika Tengah. “Saya akan melakukan
dengan masalah yang dialami sebelumnya. Oleh negosiasi-negosiasi reflektif dengan mitra kerja
karena itu, menjadi penting untuk 'menaklukan di Amerika Tengah untuk menemukan kesamaan
pengunjung',” terang Sigit. cara pandang terhadap persoalan-persoalan
yang dihadapi,” ungkapnya. Setidaknya ada tiga
Membicarakan gagasan kuratorial Sigit juga tak hal penting yang dapat dimunculkan dalam
kalah menariknya. Dalam persinggungan gagasan kuratorial ini; cara pandang baru
Biennale Jogja XIV Equator #4 dengan Amerika terhadap negara-negara ketiga, penemuan
Tengah, Sigit menyuguhkan konsep tentang kembali potensi yang hilang di Indonesia-
'Negara Ketiga'. Ia memulai konsepnya dengan Amerika Tengah, dan terakhir kemungkinan
satu pernyataan menarik, “Sejauh ini saya tidak lahirnya gagasan-gagasan baru.
menemukan penerbangan langsung dari
13

MENUJU SIMPOSIUM
KHATULISTIWA 2016;
Sebuah Diskusi Kelompok Terfokus (FGD)

Minggu, 21 Februari 2016, di Kedai Kebun Forum


Dirangkum oleh Grace Samboh (Pengelola Program Simposium Khatulistiwa)

Peserta FGD Jakarta (2013-2015). Helly juga bagian dari


1) Dr Melani Budianta (Jakarta) adalah panitia Indonesian Dance Festival.
seorang akademisi, intelektual publik, dan 6) Hariyadi (Purwokerto) adalah pengajar
aktivis. Ia merupakan guru besar di dan peneliti di Jurusan Sosiologi Fakultas
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Ilmu Sosial dan Politik Universitas Jendral
Universitas Indonesia dengan kepakaran di Soedirman. Salah satu pemrasaran di
bidang kajian gender dan poskolonialisme, Simposium Khatulistiwa 2014 dengan
sastra bandingan, dan kajian budaya. perhatian pada citra muslim pada film
2) Indah Widiastuti (Bandung) adalah layar lebar Indonesia.
seorang akademisi Fakultas Arsitektur 7) Kusen Alipah Hadi (Yogyakarta) adalah
Institut Teknologi Bandung dan juga salah seorang aktor dan ketua Yayasan Umar
satu penggerak Simposium Artepolis yang Kayam (YUK)—ruang kajian budaya dan
memberi perhatian pada kualitas hidup seni yang mengedepankan ketajaman rasa
dan sifat kolaboratif komunitas kreatif di dan pikir. Bersama lembaga-lembaga
perkotaan dan di pedesaan. kesenian lainnya, YUK juga mendorong
3) Heni Matalang (Yogyakarta) adalah perbaikan infrastruktur kesenian di
seorang pembuat film dokumenter. Pada Indonesia.
2002, ia mendirikan festival tahunan yaitu 8) Hendra Himawan (Solo) adalah staf
Festival Film Dokumenter (FFD). FFD pengajar di Jurusan Patung Fakultas Seni
adalah festival film pertama di Asia Rupa dan Desain di Institut Seni Indonesia
Tenggara. – Surakarta. Pada Simposium Khatulistiwa
4) Saleh Abdullah (Yogyakarta) adalah salah 2014, ia menjadi pemrasaran mengenai
satu peneliti di Indonesian Society for Parallel Event Biennale Jogja. Saat ini ia
Social Transformation atau terlibat dalam penciptaan model kegiatan
INSIST—sebuah organisasi yang seni berbasis komunitas di Universitas
mengembangkan wacana kritis, Malaka.
pandangan alternatif dan gagasan-gagasan 9) Wira Adhyaksa 'Lekir' (Yogyakarta) adalah
baru dalam kehidupan sosial manusia pemilik NOKn Bag—sebuah merek tas
semenjak 1997. modular. Berdiri sejak 2012, NOKn populer
5) Helly Minarti (Jakarta) adalah seorang di kalangan anak muda dengan penjualan
penulis dan kurator tari. Setelah dalam jejaring yang terhitung sukses. Ia
menyelesaikan doktoratnya di Univeritas berminat pada pengembangan kajian dan
Roehampton (Inggris, 2013), ia menjadi praktik usaha mandiri yang kreatif.
Ketua bagian Program Dewan Kesenian Moderator
14

10) Joned Suryatmoko (Yogyakarta) demokrasi dalam kerangka berpikir yang


adalah seorang seniman dan pendiri aktual serta merdeka dari kungkungan segala
Teater Gardanala yang berfokus pada macam teori poskolonial. Sejumlah kawan
pengembangan kerja-kerja teater berbasis yang kami ajak untuk bertatap muka, duduk
pengengetahuan sejarah dan berorientasi bersama, dan sama-sama untuk
pada kerja lintas disiplin. membicarakan pencapaian, kegagalan, dan
langkah-langkah yang telah serta akan mereka
Tim Simposium Khatulistiwa mereka tempuh. Pada waktu yang bersamaan,
11) Yustina Neni adalah Direktur Yayasan SK ingin menciptakan kesempatan bagi
Biennale Yogyakarta. Pada 1996, bersama sejumlah kawan (beserta cita-citanya sebagai
Agung Kurniawan, ia mendirikan Kedai pribadi maupun lembaga) ini untuk bisa
Kebun Forum (KKF). KKF adalah sebuah bertemu atau berkelindan pada suatu masa.
rumah makan sekaligus ruang seni yang Berikut ini adalah catatan singkat dari
mendukung dialog serta pencarian artistik pertemuan tsb.
dan estetik praktisi seni dari beragam
generasi. · Seperti juga rekan-rekan yang hadir, SK &
12) Enin Supriyanto adalah Pejabat Pelaksana BJ memilih untuk membuat peta dunia
Simposium Khatulistiwa. Semenjak 1994, baru ketimbang berhadap-hadapan
ia dikenal sebagai kurator seni rupa dengan musuh dengan pernyataan
dengan perhatian khusus pada kelindan oposisional seperti, “Kita tidak seperti
antara seni dan kondisi sosial-politik. Pada mereka!” atau “Kita anti Barat!”. Kami
2015, ia memutuskan menyudahi periode menilai bahwa apa yang berlangsung di
kerja kuratorialnya dan menyokong sekitar sekarang ini memang sudah tidak
produksi artistik dalam beragam bentuk lagi mempunyai masalah inferioritas
lain yang ia anggap perlu. secara umum. Namun, ditengarai bahwa
13) Grace Samboh adalah Pengelola Program kita masih cukup sering tidak yakin dengan
Simposium Khatulistiwa dan seorang kemampuan kita sendiri. Penyebabnya
kurator seni rupa. Pada 2012, bersama bermacam-macam, tetapi yang paling
sejumlah rekan, ia mendirikan Hyphen utama adalah absennya lembaga negara
yang berupaya membaca ulang sekaligus sebagai titik temu yang memayungi
membangun konteks sejarah praktik seni beragam peristiwa dan pemikiran
rupa kontemporer. progresif dari warganya.
14) Ratna Mufida adalah Pengelola · Salah satu langkah yang secara tidak
Operasional Simposium Khatulistiwa. langsung disepakati (sebab semua yang
Handal di bidang agitasi dan propaganda, hadir melakukan pencarian dan
ia kerap bekerja dengan beragam kegiatan artikulasinya) adalah terus menemukan
seni di Yogyakarta. Saat ini, ia tergabung kemajuan dalam praktik 'seni tradisi' atau
dalam sebuah inisiatif mandiri pencalonan 'inovasi budaya dalam kehidupan sehari-
walikota Yogyakarta, JOINT (Jogja hari' yang kekinian. Pada waktu yang
Independent). bersamaan, kami percaya bahwa kami
tidak boleh membuat serta-merta kagum
SK selalu bercita-cita untuk memperluas diri,
dan merasa perlu memfasilitasi hal-hal
terhubung dengan lebih banyak orang dan
menarik tsb. Yang justru harus kami
lembaga lain yang memiliki cara pandang
lakukan adalah artikulasi, literasi, kritik,
terhadap dunia yang sejalan, yaitu: Mencari,
serta (sebisa mungkin) refleksi pada waktu
mengartikulasikan dan menguji-coba
yang bersamaan.
15

· Yang akan selalu kita butuhkan adalah lahirnya istilah inter/multi/antar-disiplin


hadirnya para intelektual yang mengenal yang makin membuatnya seolah semakin
lingkungan sekitarnya, menulis, dan sulit dan bertingkat. Adalah sebuah
menyebar-luaskan pengetahuannya kelebihan bahwa SK berangkat dari disiplin
supaya semua orang bisa punya akses seni rupa sebab kami percaya wilayah
terhadap apa yang terjadi dan bisa garapan disiplin ini sangatlah fleksibel.
membangun pengetahuan dengannya. Kami harus bisa mendaya-gunakan
· Walaupun ditengarai sulit menemukan kesempatan ini untuk mengaktivasi akses
aktor-aktor baru yang menarik dalam via intelektual dari disiplin lain untuk bisa
lingkungan universitas, SK ingin menghadirkan (kembali) kompleksitas
mempertahankan harapan bahwa kebudayaan.
universitas bisa diandalkan. SK bekerja
dengan (paling tidak) dua standar: Sejumlah pemikiran kunci yang mengawali
Menghubungi pihak universitas untuk diskusi menuju SK 2016 dan kami sepakati
rekomendasi akademisi muda sekaligus sejauh ini adalah:
menghubungi langsung teman/rekan yang
ada di universitas tsb melalui jalur pribadi. · Agustus 2015 lalu, tim SK mulai
membicarakan perluasan perhelatan SK.
· SK mempunyai peluang menjadi kanal Salah satunya adalah dengan menambah
untuk pengetahuan sehari-hari oleh 'orang sebuah pameran tematik bersama
biasa'—dalam artian bukan akademisi Hammad Nasar (Kepala Divisi Penelitian
atau seniman atau profesional (dalam dan Pengembangan Arsip, Asia Art
kerangka kerja industri) tetapi orang yang Archive) dan Suman Gopinath (kurator
menekuni sebuah bidang dengan independen). Tujuan utama pameran ini
semangat berkembang dan menjadi ahli. adalah mengartikulasikan kembali
Setelah mencairkan istilah-istilah atau perumusan modernitas (dan modernisme)
ragam terminologi (yang cenderung di kawasan Asia Selatan (Pakistan,
membuat orang merasa dirinya adalah Bangladesh, Burma, India, Indonesia, dst).
'orang biasa' sebab ia tak kenal istilah Neni mengajukan rencana judul pameran
Barat padahal laku terma itu sudah Etalase Monumen Merekonstruksi
dikerjakannya setiap hari hampir seumur Solidaritas. Monumen di sini bukan dalam
hidupnya), tantangan besar SK adalah artian bangunan berdiri tegak sebagai
merekonstruksi apa yang sudah semenjak penanda wilayah, tetapi sesuatu yang
awal 'menjadi domain semua orang' yaitu dibangun bersama. Walaupun pada
pengetahuan terhadap lingkungan akhirnya pameran ini mesti diundur
hidupnya. karena ketidak-siapan dana, gagasan
· Pertanyaan besar kami semua adalah: monumen(tal) dalam kerangka solidaritas
Apakah benar tulisan masih jadi moda masyarakat kontemporer ini akan kami
penyebaran (dan pertukaran) hadirkan dalam forum-forum SK.
pengetahuan yang 'tertinggi'? Apakah · Latar belakang kondisi terkini yang kami
semua orang harus bisa menulis baru laku pilih untuk amati secara dekat adalah
atau hidupnya 'sah' menjadi sumber berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN
pengetahuan bagi orang lain? (MEA) beserta segala implikasi sosial-
· Kami menyadari bahwa disiplin itu jelas- politiknya. Di luar persetujuan oleh
jelas membatasi ruang gerak masing- negara-negara ASEAN, perjanjian ini juga
masing intelektual maupun praktisi—juga ditandatangani oleh sejumlah negara lain
16

dengan beragam bentuk-bentuk perjanjian sebelum judul-judul profesi atau bahkan


yang berbeda. Negara-negara tersebut tak jarang menjadi klaim semua lembaga?
adalah Australia dan Selandia Baru (dalam Tak ada percakapan langsung mengenai
AANZFTA); serta Cina, Jepang, Korea, dan ini dalam FGD kami, namun kelihatan
India (sering disebut ASEAN +1). bahwa semua yang hadir paham bahwa
· Sebagai pilar utama konsep SK kali ini, kemandirian artinya adalah kesetaraan
yang ingin kami ajukan adalah perihal dan bukan semata-mata kemampuan
ekologi. Terma ekologi bukan serta-merta membiayai diri sendiri. Kesetaraan dalam
berarti lingkungan dalam arti penanganan arti yang paling sederhana adalah yang
sampah, eksploitasi sumber daya, dst; paling sulit. Misalnya, selaku warga
tetapi, seperti dalam ilmu biologi, ekologi negara yang membayar pajak, apabila
adalah hubungan makhluk hidup dengan kita menilai pemerintah tidak melakukan
lingkungan hidupnya. Bagaimana perannya, sudah sewajar dan sepantasnya
lingkungan hidup (kita secara fisik) kita menuntut pemerintah dengan
dihargai dan dijaga keberlangsungannya? berbagai cara yang produktif.
Siapa sudah melakukan apa bagi
lingkungan hidupnya? Bagaimana perihal
lingkungan hidup ini dipikirkan secara
strategis dan visioner? Dalam hubungan
dengan lingkungan hidup yang praktis
(kalau bukan pragmatis), sejumlah
pertanyaan yang muncul adalah: Apakah
jika kita berbicara mengenai lingkungan
maka pembangunan kota (kawasan urban)
serta-merta menjadi musuhnya?
Bagaimana dikotomi kota-desa ini
dibangun? Apakah dikotomi ini masih
relevan bagi masyarakat hari ini?

Catatan kaki, sempalan diskusi:


· Dengan maraknya kerja-kerja lintas
disiplin ini, seringkali kami menengarai
bahwa perupa banyak sekali mengambil
kepentingan dari kerja-kerja dengan
disiplin lain ini dan segera menghadirkan
hasilnya dalam bentuk karya seni (rupa).
Pertanyaannya: Apakah orang-orang dari
disiplin lain yang bekerja bersama perupa-
perupa tsb berhasil mengambil
kepentingan yang sama,
mengartikulasikan dalam disiplinya?
Apakah kerja sama-kerja sama macam ini
juga memajukan disiplin mereka?
· Apa artinya kemandirian atau kata
“independen” yang kerap disematkan
17

BAT BATANG NUHU MET


FITROA FITNANGAN
Saleh Abdullah (INSIST-Indonesian Society for Social Transformation)

Ketua Kewang Haruku, Eliza Kissya

Sangat mungkin terjadi, setelah panen padi sepetak sawah usai, ada saja buliran-buliran padi pada
sebuah batang padi yang tertinggal. Apalagi bila pemotongan padi masih menggunakan ani-ani. Sisa
buliran-buliran padi itu, bagi sebagian orang bisa jadi sepele dan bisa ditinggal begitu saja di petak
sawah yang sudah dipanen. Tapi tidak bagi orang Tompu. Orang Tompu yang mempunyai hubungan
sangat dekat dengan padi, yang kebetulan melihat sisa buliran padi tersebut, akan dengan lembut dan
hati-hati (bahkan dengan haru dan kadang menangis) memetiknya, membawanya pulang dan
meletakkannya di Gampiri (lumbung padi orang Tompu), bersama padi-padi lainnya. Orang Tompu
yang menganggap padi juga sebagai sesuatu yang hidup, mempunyai jiwa dan perasaan laiknya
manusia dan karenanya menghargainya bahkan lebih tinggi dari emas, akan merasa bersalah bila
melihat padi yang tertinggal tadi, sendirian ketika saudari-saudaranya sudah dipetik. Sebagaimana
tersirat di dalam penggalan syair voja orang Tompu berikut:
18

Bandera imposarara iya no bandera raego, yang dilakukan pada waktu tertentu saja
Noilimo uwe mata pada malam hari, siapapun bisa berpartisipasi
uwe mata nolintomo sepanjang tidak mengganggung proses ritual.
Kudungga nte uwe mata Dalam dondi, peserta akan duduk melingkari
tiang vunja melantunkan syair dan lagu dalam
Saudaraku yang menyembul seperti bendera nada minor dengan tempo lambat. Setelah
Air matanya sudah mengalir dondi partisipan akan berdiri dan melakukan
Air matanya sudah tergenang raego, berdiri melingkari tiang vunja sambil
Akan kujemput dengan air mata saling berpegangan tangan, bergerak melingkar
searah jarum jam sambil melafalkan syiar yang
Padi, tanah, tumbuhan, binatang, bahkan para iramanya lebih cepat.
roh halus adalah subyek yang harus dikenal dan
disebut dengan pengucapan yang benar. Kepada Syair dondi:
tanah yang akan ditanami, orang Tompu harus
minta izin (permisi) lebih dahulu, dengan Le mabunto kita rabuntoina,
menyebut nama tanah itu dengan benar. Mabunto tana bo langi ta mabunto kita,
Kesalahan penyebutan, dipercaya akan Mokoroase maliuntinuvu
membawa celaka. Begitupun perlakuan manusia Mau melui kayu mpeleliu maliupa nava mbalosu
terhadap padi. Orang Tompu percaya, penyakit- langi.
penyakit yang dialami manusia, disebabkan
karena perlakuan salah mereka terhadap padi. Kita tidak akan durhaka
Begitu kuatnya relasi orang Tompu terhadap Meski tanah dan langit akan durhaka, kita tak
alam, khususnya padi, membuat mereka tidak akan durhaka
akan sembarangan memperlakukan tanah dan Kita akan sekuat besi, sehat dan panjang umur
padi. Karena mereka mempunyai sistem Jiwa kita melampaui pohon yang tinggi,
kepercayaan di mana semua unsur-unsur utama menjangkau langit.
di alam ini saling terkait dan menentukan. Ane le
ria pae, le ria ada (kalau tidak ada padi, maka Syair raego:
tidak ada adat lagi). Mulai dari menyiapkan
lahan, menanam, merawat, hingga panen padi, Tupu ntana tumo mepakadua
semua dilewati dengan ritual yang tidak boleh Anitu ntana panaumo komiu
dilanggar. Ritual-ritual yang dipercaya harus Mentako mai tonji mentako mai
mendapat restu dari Anitu ri tana (para Kavamo mai, Yamamore.
penguasa dunia bawah yang menjaga tanaman, Tupu ntana, jangan lagi sakiti kami
hutan, dan mata air) dan Anitu nanuru (Anitu Anitu ntana, turun dan datanglah ke sini
dunia atas yang mengendalikan pergerakan Pengunjung sekalian, datanglah ke sini
bulan, bintang, matahari, musim hujan dan Datanglah ke sini, Yamamore
kemarau).
Selain ritual dondi dan raego, juga ada ritual
Mulai dari kepercayaan akan asal-muasal pengobatan tradisional (balia), di mana seorang
terbentuknya, hingga bagaimana mereka peniup lalove (suling yang dibuat dari bambu
memperlakukan tanah dan hidup di atasnya, dengan diameter sekitar 4-5 cm, dan panjang
orang Tompu mempunyai sistem kepercayaan sekitar 1 meter) yang akan mengundang roh
yang terus mereka pegang dan jalani. Sistem halus untuk mengobati seseorang yang sedang
kepercayaan itu pula yang kemudian melahirkan sakit.
ritual-ritual yang menggunakan media seni
seperti dondi dan raego. Walaupun Tidak hanya di Sulawesi Tengah, di kawasan lain
menggunakan media seni, syair dan gerak, dondi Indonesia nilai-nilai tradisi untuk menjaga
dan raego bukanlah seni pertunjukan yang keseimbangan alam, masih dipercaya dan efektif
membutuhkan penonton. Dalam dondi dan berlaku dalam kehidupan hari-hari masyarakat.
19

Maluku, khususnya Maluku Tenggara, adalah wilayah di mana adat masih


dipegang kuat dan berfungsi menjadi rujukan kehidupan. Salah satunya
adalah sasi. Syair kuno Nuhu Evav di bawah ini menjelaskan bagaimana
pentingnya menjaga keseimbangan alam di darat dan di laut, yang juga
berarti menjaga kehidupan.

Bat batang nuhu met


fitroa fitnangan
vu'ut er is war ar
medar ersai roan kawai u kadir rir wai doktub

menjaga nuhu evav dan meti


di laut di darat
ikan-ikan mematuk akar-akar
kusu-kusu memakan daun-daun
rumah ulat dan cacing-cacing.

Sasi, yang secara adat pada dasarnya untuk mengatur keseimbangan


sumberdaya alam, kemudian menjadi wacana dan kode sosial masyarakat
Maluku. Di desa Watlaar, Kei Besar, Maluku Tenggara, ketika penulis
kebetulan ingin menggunakan kole-kole (perahu dayung kecil), Raja Maur
Ohoivut JP. Rahail berkata: “lihat saja di pantai, cari kole-kole yang tidak
ada daun kelapanya, nah, pakai itu sudah. Kalau ada daun kelapanya tidak
bisa dipakai. Itu tanda ada orang lain yang sudah akan memakai kole-kole
itu.”

Di negeri Haruku, Kabupaten Maluku Tengah, pada sekisar bulan Oktober


setiap tahun, kepala Kewang (pemangku adat penjaga lingkungan) Eliza
Kissya akan memimpin ritual buka sasi ikan Lompa (sejenis ikan sardin
kecil), yang dimulai senja hingga pagi hari ketika fajar mulai menyingsing. Kiri
Dengan tarian yang diiringi tifa dan kenong, pada puncaknya, kepala Rumah ladang orang-orang Tompu

Kewang akan membakar lobe (daun kelapa kering yang digulung jadi satu Kanan
setinggi 3 meteran) di tepi muara sungai Learisa Kayeli untuk memanggil Seorang pria peniup lalove (suling
bambu khas Sulawesi Tengah).
ratusan ribu, atau lebih, ikan Lompa memasuki sungai. Begitu melihat
Dalam ritual pengobatan
cahaya api dari lobe yang menjulang memecah remang pagi, dari tengah tradisional (balia) alunan suaranya
laut, rombongan ikan Lompa tak terhitung akan berduyun-duyun akan mengundang roh halus untuk
mengobati orang sakit.
20

memasuki sungai Learisa Kayeli. Setelah tahun! Lebih mengkhawatirkan lagi karena
diperkirakan semua ikan, atau sebagian pengalihan fungsi lahan produktif tersebut
besarnya, sudah masuk ke sungai, biasanya menjadi lahan untuk perumahan dan bangunan
sekisar jam 7-8 pagi, para Kewang akan industri. Barang tentu, perubahan tersebut juga
menutup pintu muara dengan jala panjang. Lalu berakibat pada perubahan semangat kolektif
kepala Kewang akan melakukan ritual untuk dan nilai-nilai yang dianut bersama menjadi
menyatakan buka sasi, dan ribuan orang akan serba individualistik.
turun ke sungai untuk menangkap ikan Lompa.
Sampai menjelang tengah hari, berton-ton ikan Saat ini, Masyarat Ekonomi ASEAN (MEA) sudah
Lompa yang ditangkap secara manual dengan berlaku di negara-negara ASEAN, termasuk
jaring, jala, serokan, atau juga dengan tangan Indonesia. “Regionalisasi” ekonomi ini, dari segi
telanjang saja akan diperoleh warga. Nanti gagasan, mungkin bukan sesuatu yang sama
sekisar awal-awal tahun, kepala Kewang akan sekali baru. Dimulai dengan Konferensi Asia
kembali menerapkan sasi Lompa, agar ikan-ikan Afrika di Bandung tahun 1955 yang melahirkan
tersebut dapat bereproduksi kembali, untuk Gerakan Non Blok (GNB), lalu disusul dengan
kemudian dipanen lagi pada bulan Oktober. gagasan Mahathir untuk membentuk East Asia
Economic Caucus (EAEC) pada tahun 1990, dan
Di wilayah-wilayah ini dan juga beberapa di karena Amerika mungkin kuatir dengan gagasan
tempat lain di Indonesia alam, kebudayaan, dan Mahathir, lalu bersama Australia dan Jepang
kehidupan manusia berkelindan di dalam sebuah melansir perlunya dibentuk APEC (Asia-Pacific
sistem saling tergantung dan mendukung. Economic Cooperation) pada tahun 1989. Di
Bahkan ketika institusi negara tak hadir. Atau, tingkat duniapun muncul Masyarakat Uni Eropa,
kalaupun hadir, hanya secara sangat samar- yang bahkan sudah menerapkan mata uang
samar dan terbatas. tunggal. Sangat bisa jadi semua latar belakang
itu menjadi pemicu bagi lahirnya MEA. Tapi
Kehadiran negara dalam mendukung, apalagi pertanyaan besarnya: di mana atau bagaimana
melindungi, hal-hal baik yang ada dan hidup di letak komunitas-komunitas tradisional seperti di
masyarakat ini yang saat ini dianggap kurang. atas tadi dalam konteks MEA?
Tingkat konversi lahan pertanian produktif MEA adalah wacana yang diusung oleh elit
secara nasional saja, menurut data tahun 2014, politik masyarakat modern perkotaan. Tujuan
sudah mengkhawatirkan: 100 ribu hektar per- dan pendekatan kebijakannyapun sangat bias

Para Kewang (pemangku adat dan


penjaga lingkungan) di Negeri
Haruku, Kabupaten Maluku Tengah
dalam ritual "Buka Sasi" mencari ikan
lompa
21

kota. Ekonomi yang kompetitif menjadi salah satu mantranya. Dan dalam Kiri
Ritual yang dilakukan sebelum
frasa kompetisi, kita hanya mengenal “yang kalah” dan “yang menang.” prosesi "Buka Sasi”
Dan kota, di mana mayoritas elit politik itu tinggal, dari sejarah
Kanan
pembentukan hingga kenyataannya hari ini, adalah wilayah di mana Masyarakat berlomba menangkap
kontestasi kekuasaan berlangsung secara terus-menerus. Wilayah subur ikan lompa
bagi manusianya untuk bisa dengan mudah menjadi terasing (alianated).
Kisah-kisah pertarungan hidup yang berujung pada kalah dan menang,
terjadi setiap saat. Dan sebagai pusat-pusat kekuasaan (politik dan
ekonomi) yang terus-menerus beradaptasi (secara politik, ekonomi, dan
budaya) terhadap perkembangan kapitalisme. Di mana dalam adaptasi
itu, yang tradisional silahkan menyingkir atau dicaplok dan dipermak
ulang sesuai selera kapitalisme. Karena para elit pasti akan memaksakan
kultur mereka ke masyarakat. Bahkan tata ruang kota, dari segi
kewilayahan dan arsitektur, harus dibuat sedemikian rupa, sehingga jelas
kasat mata dan kasat badan mana wilayah dan bangunan-bangunan elit,
mana yang terbelit (susah hidup). Pendek kata, kita tidak akan sulit dan
tidak butuh waktu lama untuk bisa segera melihat bagaimana
ketimpangan dan ketidakadilan di dalam sebuah kota.
Yang penting untuk diwaspadai juga apakah negara-negara maju seperti
Amerika dan slagordenya, setelah tidak begitu berhasil dengan APEC-nya,
akan rela dan diam berpangku tangan menonton dinamika MEA? Apalagi
banyak negara di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, adalah
penghutang besar. Politik hutang tak mungkin sepi dari intervensi negara
penghutang.

Kebudayaan akan terus berkembang, karena di dalamnya manusia juga


terus bergerak mengurus kehidupan. Mencegah dinamika kebudayaan
sama seperti mencegah orang untuk berfikir. Mustahil. Soalnya adalah,
dalam dinamika kebudayaan itu, apakah perlu menyingkirkan nilai-nilai
dan hal-hal baik, kendati tradisional dan “tidak modern?” Ane le ria pae,
le ria ada, kata orang Tompu. Tidak ada padi, tidak akan ada adat. Dan
bila adat sudah tiada, bisakah sebuah kebudayaan bertahan?
22

PRINSIP-PRINSIP
DEMOKRASI BUMI
Vandana Shiva (Pendiri Gerakan Navdanya, narasumber ‘The Time is Out of Joint’, Sharjah Art Foundation, UAE)

Vandana Shiva dalam sesi acara The Time is Out of Joint, Sharjah Art Foundation, UAE. Sumber: Sharjah Art Foundation

“We are either going to have a future


where women lead the way to make peace with earth
we are not going to have a human future at all.”
23

¹Vandana Shiva adalah doktor dan aktivis pertanian organik,” ujarnya. 200 penduduk
lingkungan asal India. Ia banyak berbicara desa ini berkumpul pada Hari Lingkungan
mengenai dampak globalisasi dan menjadi Hidup pada tahun 1998 dan mendeklarasikan
pelopor gerakan “Navdanya”—sebuah kedaulatan terhadap biodiversitas
gerakan yang mengupayakan proteksi mereka—bukan kedaulatan untuk
keanekaragaman sumber daya alam. Buah memperkosa dan merusak, tetapi kedaulatan
pemikiran dan aktivitas terbaru mengenai untuk mengkonservasi alam. Mereka bertemu
Vandana Shiva dapat diakses melalui situs di sebuah pedesaan di pegunungan tinggi
www.vandanashiva.com. dekat anak sungai Gangga, dan
mendeklarasikan pernyataan
Gagasan demokrasi bumi berasal dari salah Kami telah memperoleh tumbuh-tumbuhan
satu pemikiran India kuno. Gagasan ini mirip obat, benih-benih, hutan-hutan dari alam
seperti yang dikatakan oleh Kepala Suku melalui nenek moyang kami; kami berhutang
Seattle tentang jaringan di bumi. Di India hal kepada alam untuk memeliharanya demi
ini dikenal dengan istilah vasudhaiva masa depan. Kami berjanji kami tidak akan
kutumbkam, yang berarti keluarga bumi. pernah membiarkan erosi pencurian terhadap
Kosmologi orang India tak pernah alam. Kami berjanji kami tidak akan pernah
memisahkan manusia dari non-manusia. menerima pematenan, modifikasi genetis,
“Kami merupakan rangkaian kesatuan,” tegas atau membiarkan biodiversitas kami dicemari
Shiva. Ketika isu tentang pematenan dalam segala bentuknya, dan kami berjanji
kehidupan muncul, misalnya, ada dua bentuk bahwa kami akan berlaku sebagai manusia-
respon dari mereka yang menolak praktik manusia dalam biodiversitas tersebut.
pematenan tersebut di India. Level pertama
berupa perlawanan: “Pematenan ini adalah Diskusi di desa-desa seluruh India ini, dengan
tindakan amoral. Hidup bukanlah sebuah beragam bahasa, berujung pada aksi yang
ciptaan,” ungkapnya. Kehidupan tidak boleh memukau. Beberapa kelompok menulis surat
dimonopoli. Kalian (korporasi, -red) tak bisa kepada Mike Moore, direktur jenderal WTO
menjual kepada kami bahan-bahan yang juga dengan mengatakan, “Kami perhatikan anda
kalian curi dari sisi kami, dan kalian tak dapat telah meloloskan sebuah hukum yang
memberi kepada kami sejumlah royalti untuk bernama 'Trade-Related Intellectual Property
produk-produk kearifan alam kami,” Rights.' Kami juga perhatikan bahwa di bawah
pungkasnya dalam sejumlah wawancara undang-undang ini anda ingin memonopoli
mengenai ide awal konsepsi demokrasi bumi seluruh kehidupan. Sayangnya, sumber-
digagas. sumber daya ini berada di luar wilayah hukum
anda, dan anda telah bertindak melampaui
Level kedua adalah merebut kembali batas.” Surat serupa disampaikan kepada
demokrasi. Rakyat merebut hak-hak untuk Perdana Menteri India: “Anda adalah Perdana
menjaga biodiversitas dan menggunakannya menteri di negeri ini, tetapi kamilah penjaga
secara berkelanjutan. Ini merupakan hasil dari biodiversitas. Ini bukan wilayah hukum ada.
diskusi di kalangan gerakan yang sedang Anda tak bisa menjual kekayaan alam ini,”
dibangun di level akar rumput. “Saya teringat ungkap Shiva.
kepada sebuah pertemuan 200 penduduk
desa yang terlibat dalam menyimpan dan Komunitas-komunitas ini dalam beberapa
membagi benih dengan Navdanya, sebuah tahun yang lalu telah mulai dengan
perserikatan yang saya dirikan untuk menyimpan benih-benih tanaman lokal dan
menyimpan benih dan mempromosikan memelihara biodiversitas. Sekarang mereka
24

mencoba untuk melakukan swakelola inklusi, bukan eksklusi; pada non-kekerasan,


terhadap sistem pangan, sistem air, dan bukan kekerasan; pada perebutan kembali
sistem biodiversitas. Jika anda melihat fakta milik bersama, bukan mengungkungnya; pada
bahwa korporasi globalisasi adalah berkaitan berbagi sumber daya bumi secara bebas,
dengan privatisasi agresif terhadap air, bukan memonopoli dan menswastakannya.
biodiversitas, dan sistem pangan di Bumi, Bukannya dibentuk oleh pikiran-pikiran
maka ketika komunitas-komunitas ini tertutup di balik pintu-pintu tertutup,
mendeklarasikan kedaulatan dan bertindak sebagaimana terjadi pada Project for the New
atas kedaulatan itu, berarti mereka telah American Century (1997–2006) yang sayap
membangun sebuah respon yang tangguh kanan agresif, projek khalayak muncul di
terhadap globalisasi. Demokrasi hidup adalah dalam atmosfer dialog dan keragaman,
demokrasi yang memelihara kekayaan pluralisme dan rekanan, serta berbagi dan
kehidupan dimana manusia bergantung setia kawan. Saya menyebut projek ini
terhadapnya. Demokrasi Bumi. Berdasarkan pada kapasitas
swaorganisasi kita, identitas-identitas Bumi
Dalam rangka melawan globalisasi, kita harus kita, serta kejamakan dan keragaman kita,
mengupayakan kebangkitan kembali sebuah keberhasilan Demokrasi Bumi menyangkut
pemikiran yang berporos pada perlindungan tidak hanya nasib dan kesejahteraan seluruh
terhadap kehidupan, merayakan kehidupan, manusia, namun juga segala makhluk di Bumi.
menikmati kehidupan baik sebagai kewajiban
tertinggi kita, maupun sebagai bentuk Demokrasi Bumi bukan hanya tentang protes
perlawanan terhadap kekerasan dan selanjutnya atau World Social Forum ini
kebrutalan sistem yang mengglobal yang tidak tentang apa yang kita lakukan di antaranya. Ini
hanya berupa perdagangan, tetapi juga mengenai yang global di dalam kehidupan
berupa fasisme, yang mengingkari sehari-hari kita, kenyataan sehari-hari kita,
kemerdekaan sipil dan kebebasan. Tidak ada dan menciptakan perubahan secara global
satu bahasa yang terkoordinasi dalam gerakan dengan membuat perubahan secara lokal.
ini, dan justru itulah indahnya gerakan ini. Perubahan-perubahannya barangkali tampak
Peristiwa WTO di Seattle memberikan kecil, namun dampaknya menjangkau
pengalaman pertama bagi politik pelangi jauh—mereka menyangkut evolusi alam dan
ini—sebuah politik pluralistik yang sukses, potensi kita sebagai manusia; tentang
tanpa adanya penggagas utama (mastermind), bergeser dari daur kekerasan yang kejam yang
tetapi berasal dari kebebasan berpikir. Dalam di dalamnya budaya bunuh diri, ekonomi
era politik baru, orang memiliki beragam cara bunuh diri, dan politik bunuh diri memangsa
untuk berbicara, tapi saya kira intinya adalah satu sama lain menjadi daur kebajikan yang
demokrasi kehidupan dan ekonomi non-kekerasan kreatif yang di dalamnya
kehidupan, dan hal itu mencakup baik budaya kehidupan melahirkan demokrasi
tanggung jawab personal untuk melakukan kehidupan dan ekonomi kehidupan.
perubahan maupun menjadi bagian dari
gerakan perubahan dalam skala nasional dan Demokrasi Bumi bukanlah konsep semata,
internasional. melainkan dibentuk oleh praktik yang jamak
dan beragam orang-orang merebut kembali
Di jalan-jalan Seattle dan Cancun, di rumah- hak-hak bersama mereka, sumber daya
rumah dan ladang-ladang di seluruh dunia, mereka, penghidupan mereka, kebebasan
masa depan lain dari manusia sedang mereka, martabat mereka, identitas mereka,
dilahirkan. Masa depan yang didasarkan pada dan kedamaian mereka. Sementara praktik,
25

gerakan, dan tindakan ini banyak aspeknya Kita mendasarkan globalisasi kita pada
dan jamak, saya telah mencoba proses-proses ekologis serta ikatan-ikatan
mengidentifikasi kelompok-kelompok yang kepedulian dan solidaritas, bukan pergerakan
menunjukkan gagasan dan contoh demokrasi modal dan uang, atau pergerakan yang tidak
kehidupan, kebudayaan kehidupan, dan perlu dari barang dan jasa. Sebuah ekonomi
ekonomi kehidupan yang bersama-sama global yang memperhitungkan batas-batas
membangun Demokrasi Bumi. Ekonomi, ekologis perlu melokalkan produksi untuk
politik, kebudayaan tidaklah saling mengurangi pemborosan, baik sumber-
terpisahkan. Ekonomi yang melaluinya kita sumber daya alam dan manusia. Dan hanya
memproduksi serta bertukar barang dan jasa ekonomi yang dibangun di atas landasan
dibentuk oleh nilai-nilai kebudayaan dan ekologis dapat menjadi ekonomi kehidupan
penyusunan kekuasaan di dalam masyarakat. yang memastikan keberlanjutan dan
Kemunculan ekonomi kehidupan, kebudayaan kesejahteraan bagi semua. Ekonomi kita
kehidupan, dan demokrasi kehidupan tidaklah dihitung di dalam jangka pendek
kemudian merupakan proses yang saling balik modal perusahaan perkwartal, atau cara
mendukung satu sama lain. pandang politisi empat-lima tahunan. Kita
mempertimbangkan potensi evolusioner
Ekonomi kehidupan adalah proses-proses dan semua kehidupan di Bumi dan melekatkan
ruang-ruang tempat sumber-sumber daya kembali kesejahteraan manusia di rumah kita,
Bumi dibagi secara adil untuk menyediakan komunitas kita, dan keluarga Bumi. Keamanan
kebutuhan makanan dan air kita, serta untuk ekologis adalah keamanan paling mendasar
menciptakan penghidupan yang bermakna. kita; identitas ekologis adalah identitas
Demokrasi Bumi berevolusi dari kesadaran, terutama kita. Kita adalah makanan yang kita
bahwa sementara kita berakar lokal, kita juga makan, air yang kita minum, udara yang kita
terhubung dengan dunia secara keseluruhan hirup. Dan merebut kembali kendali
dan, nyatanya, dengan seluruh alam semesta. demokratis atas makanan dan air kita serta

Sejumlah nahasiswa mengikuti presentasi mengenai keanekaragaman biji di Navdanya, Biodiversity and Conservation Farm, India
26

keselamatan ekologis kita merupakan projek Dengan demikian, globalisasi perusahaan


yang perlu untuk kebebasan kita. besar mengawali tidak hanya kematian
demokrasi, namun juga demokrasi kematian,
Demokrasi kehidupan merupakan ruang yang di dalamnya pengucilan, kebencian, dan
untuk merebut kembali kebebasan utama ketakutan menjadi alat politis untuk
kita, membela hak-hak mendasar kita, serta menggerakkan suara dan kuasa.
menjalankan tanggungjawab dan tugas
bersama kita untuk melindungi kehidupan di Demokrasi Bumi memampukan kita untuk
Bumi, mempertahankan kedamaian, dan membayangkan dan menciptakan demokrasi
mendukung keadilan. Globalisasi perusahaan kehidupan. Demokrasi kehidupan
besar menjanjikan bahwa pasar bebas akan memampukan keikutsertaan demokratis di
mendukung demokrasi. Sebaliknya, pasar dalam segala urusan hidup dan
bebas perusahaan-perusahaan besar global mati—makanan yang kita makan atau yang
telah menghancurkan demokrasi pada semua tidak bisa kita dapatkan; air yang kita minum
tataran. Pada tataran yang paling mendasar, atau yang terlarang bagi kita lantaran
globalisasi perusahaan besar menghancurkan
penswastaan atau pencemaran; udara yang
demokrasi akar-rumput dengan
kita hirup atau yang meracuni kita. Demokrasi
pengungkungan hak-hak bersama. Aturan
utama globalisasi, baik yang dipaksakan oleh kehidupan didasarkan pada nilai hakiki semua
Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional spesies, semua khalayak, semua kebudayaan;
(IMF) atau Organisasi Perdagangan Dunia saling berbagi sumber-sumber daya
(WTO), telah disusun secara tidak demokratis, terpenting bumi secara adil dan setara; serta
tanpa keikutsertaan negara-negara dan saling berbagi keputusan tentang
komunitas-komunitas yang paling terdampak. pemanfaatan sumber-sumber daya bumi.
Globalisasi perusahaan besar mengecilkan
dan menjatuhkan proses demokratis Kebudayaan kehidupan adalah ruang yang di
kebangsaan dengan mengambil keputusan- dalamnya kita membentuk dan menghidupi
keputusan ekonomi di luar jangkauan dewan nilai-nilai, kepercayaan-kepercayaan, perilaku-
perwakilan dan warga negara. Pemerintah perilaku, dan adat-adat kita yang beragam,
mana pun yang terpilih, dia terkunci di dalam sementara sepenuhnya merangkul
serangkaian kebijakan-kebijakan reformasi kemanusiaan kita yang sesama dan sesemesta
neo-liberal. Globalisasi perusahaan besar serta kesesamaan kita dengan spesies lain
adalah, di dalam praktiknya, kematian melalui tanah, air, dan udara. Kebudayaan
demokrasi ekonomi. Dia menimbulkan kendali kehidupan didasarkan pada non-kekerasan
korporat dan kediktatoran ekonomi. dan kepedulian, keragaman dan
kemajemukan, kesetaraan dan keadilan, serta
Saat kediktatoran ekonomi penghargaan untuk kehidupan di dalam
dicangkokkan pada demokrasi segala keragamannya. Kebudayaan kehidupan
yang tumbuh dari ekonomi kehidupan
keterwakilan berdasarkan memiliki ruang untuk spesies, kepercayaan,
pemilu, hasilnya adalah jenis kelamin, dan kelompok suku yang
perkembangan beragam. Kebudayaan kehidupan tumbuh dari
Bumi, muncul dari tempat dan ruang tertentu
fundamentalisme keagamaan sementara pada saat yang sama
dan ekstremisme sayap kanan menghubungkan seluruh umat manusia di
yang beracun. dalam kesadaran keplanetan sebagai anggota
27

dari keluarga Bumi kita. Kebudayaan Demokrasi Bumi membuat kita dapat
kehidupan didasarkan pada identitas-identitas merebut kembali kemanusiaan bersama kita
yang jamak dan beragam. Mereka didasarkan dan kesatuan kita dengan semua kehidupan.
pada identitas Bumi, baik secara kenyataan Demokrasi Bumi menempatkan kembali
konkret kehidupan sehari-hari kita—di mana kesucian kehidupan di dalam semua makhluk
kita bekerja, bermain; tidur, makan; tertawa dan semua orang, tanpa memperhatikan klas,
atau menangis—dan proses-proses yang jenis kelamin, agama, atau kasta. Dan dia
menghubungkan kita secara global. memaknai ulang 'mempertahankan nilai-nilai
keluarga' dengan menghormati batasan-
Demokrasi Bumi, di dalam batasan pada ketamakan dan kekerasan yang
ditentukan dengan menjadi milik keluarga
konteks kekinian, Bumi. Demokrasi Bumi melindungi proses-
mencerminkan nilai-nilai, proses ekologis yang mempertahankan
kehidupan dan hak asasi manusia terpenting
pandangan-pandangan dunia, yang menjadi dasar hak atas kehidupan,
dan aksi-aksi gerakan beragam termasuk hak atas air, hak atas makanan, hak
yang bekerja untuk atas kesehatan, hak atas pendidikan, serta hak
atas pekerjaan dan penghidupan. Demokrasi
perdamaian, keadilan, dan Bumi didasarkan pada pengakuan dan
keterbaruan. Kita hidup pada penghormatan terhadap kehidupan semua
spesies dan semua orang.
masa ketika campuran
demokrasi keterwakilan dan Selama tiga dasawarsa terakhir, pemikiran
saya tentang Demokrasi Bumi telah mewujud
globalisasi ekonomi telah melalui keterlibatan saya dengan gerakan-
menghasilkan ketakutan- gerakan yang beragam. Gerakan-gerakan
ketakutan baru, kegamangan- lingkungan, gerakan-gerakan pelestarian, dan
gerakan-gerakan hak binatang telah
kegamangan baru, mendasarkan perjuangan mereka pada nilai
fundamentalisme- hakiki semua spesies. Gerakan-gerakan hak
asasi manusia telah berakar di dalam
fundamentalisme baru, dan pengakuan hak asasi manusia umum semua
kekerasan baru. khalayak.

Pemilihan umum 2004, baik di India dan di Demokrasi Bumi menghubungkan kita melalui
Amerika Serikat, menunjukkan bagaimana di pembaruan dan regenerasi kehidupan yang
hadapan kehilangan pekerjaan dan berlangsung—dari kehidupan kita sehari-hari
kehancuran penghidupan, wacana keagamaan ke kehidupan semesta. Dia adalah harapan
fundamentalis mengisi ruang. Wacana ini pada waktu tanpa pengharapan, dia
mengutubkan masyarakat dan membuat membawa kedamaian pada waktu
perbedaan-perbedaan kebudayaan dipakai peperangan tanpa akhir dan dia mendorong
sebagai pasak untuk memecah-belah khalayak kita untuk mencintai kehidupan dengan
dari perkara-perkara yang menyatukan sangat penuh hasrat dan perasaan pada
mereka—pekerjaan mereka, lingkungan, hak
waktu para pimpinan dan media
asasi manusia, dan satu kemanusiaan umum
mengembangbiakkan kebencian dan
bersama.
ketakutan.
28

Prinsip-prinsip Demokrasi Bumi: didasarkan pada sistem keberkelanjutan, dan


sistem pluralistik yang melindungi alam dan
1. Demokrasi untuk seluruh aspek kehidupan orang, yang dipilih oleh rakyat, untuk
Kita semua anggota komunitas bumi. Kita kepentingan umum.
semua memiliki kewajiban untuk melindungi
hak-hak dan kesejahteraan semua spesies dan 6. Ekonomi kehidupan yang dibangun di atas
semua orang. Tidak ada manusia yang ekonomi lokal
memiliki hak untuk melanggar batas ruang Lokalisasi ekonomi adalah hal yang penting
ekologis spesies lain dan orang lain, atau dalam lingkungan kita. Demokrasi bumi
memperlakukan mereka dengan kekejaman didasarkan pada hidup, ekonomi lokal
dan kekerasan. tangguh, yang mendukung ekonomi nasional
dan global. Ekonomi global tidak
2. Seluruh mahkluk hidup dan kebudayaan menghancurkan dan menghancurkan
memiliki nilai intrinsik ekonomi lokal.
Semua spesies, manusia dan budaya memiliki
nilai intrinsik. Mereka adalah subyek, bukan 7. Hidup Demokrasi
obyek dari manipulasi atau kepemilikan. Tidak Demokrasi bumi didasarkan pada demokrasi
ada manusia memiliki hak untuk memiliki lokal, hidup dengan masyarakat lokal, yang
spesies lain, orang lain atau pengetahuan diselenggarakan pada prinsip-prinsip inklusi
tentang budaya lain melalui paten dan hak dan keragaman serta tanggung jawab ekologis
kekayaan intelektual lainnya. dan sosial. Demokrasi bumi memiliki otoritas
tertinggi pada keputusan yang berkaitan
3. Keanekaragaman di Alam dan Budaya dengan lingkungan dan sumber daya alam
Membela keanekaragaman hayati dan budaya kehidupan masyarakat. Otoritas didelegasikan
adalah tugas semua orang. Keragaman adalah ke tingkat yang lebih jauh dari pemerintahan
tujuan itu sendiri, nilai, sumber kekayaan baik pada prinsip subsidiaritas. Demokrasi Bumi,
material dan budaya. demokrasi hidup.
4. Hak untuk mencari penghidupan dari alam 8. Hidup pengetahuan
Manusia memiliki hak untuk memperoleh Demokrasi bumi berpusat bumi dan sistem
penghidupan yang layak; makanan dan air, pengetahuan berpusat masyarakat.
habitat yang aman dan bersih dan keamanan Pengetahuan telah mempertahankan dan
ruang ekologi. Hak-hak ini adalah hak alami, memperbaharui proses hidup dan
yang dapat diambil dari bumi. Mereka tidak memberikan kontribusi untuk kesehatan
diberikan oleh negara-negara atau planet dan manusia. Semua manusia memiliki
perusahaan.. kewajiban untuk berbagi pengetahuan. Tidak
ada orang atau perusahaan memiliki hak
5. Demokrasi bumi berasal dari demokrasi
untuk menyertakan memonopoli paten atau
ekonomi dan ekonimi kehidupan
Demokrasi bumi berdasarkan demokrasi secara eksklusif sendiri sebagai pengetahuan
ekonomi. Sistem ekonomi melindungi hidup atau kekayaan intelektual.
ekosistem dan integritas mereka, melindungi
9. Persamaan hak dan tanggung jawab
mata pencaharian masyarakat dan
Dalam demokrasi bumi, hak seimbang dengan
menyediakan kebutuhan dasar untuk semua.
tanggung jawab. Mereka yang menanggung
Dalam ekonomi bumi tidak ada spesies pakai
konsekuensi dari keputusan dan tindakan.
atau dibuang atau orang-orang. Ekonomi
bumi adalah ekonomi hidup. Hal ini
29

Vandana Shiva bersama gerakan perempuan perduli biji di Nigeria. Sumber www.seedfreedom.in

10. Globalisasi perdamaian, perawatan dan kasih sayang


Demokrasi bumi menghubungkan orang, saling merawat, bekerjasama dan memberi kasih
sayang bukannya membagi mereka melalui kompetisi dan konflik.

Keterangan:
Naskah asli diterjemahkan oleh Budi ND Dharmawan
Dinarasikan ulang oleh Hamada Mahaswara
30

Orang Asia-Afrika
Harus Bersatu:
Menilik Pidato Zhou Enlai
dalam KAA 1955
Hamada Mahaswara (Pimpinan Redaksi Newsletter the Equator)

“We shall use peaceful means


and we shall not permit any other kind of method”
– Zhou Enlai (Mantan Perdana Menteri Cina)
31

Jika Zhou Enlai tak terserang usus buntu pada menyerang isu kebebasan beragama di Cina
April 1955, mungkin Konferensi Asia Afrika (KAA) serta kegiatan subversif Cina di luar negeri.
akan memiliki cerita lain. Penyakit yang
menyerang perdana menteri Cina kala itu Kehadiran Zhou Enlai dan delegasi Cina
membuatnya batal menaiki Kashmir sebetulnya memang tak diharapkan oleh
Prince—pesawat kiriman Perdana Menteri India, sebagian peserta konferensi. Perdana Menteri
Jawaharlal Nehru yang meledak di atas Pakistan, Mohammad Ali dan Sri Lanka, Sir John
kepulauan Natuna pada 11 April 1955. Kotelawala termasuk yang menentang keras
Seyogyanya pesawat itulah yang akan rencana keikutsertaan Cina. Mereka khawatir,
mengangkut Perdana Menteri Zhou Enlai negara-negara yang telah bergabung dengan
bersama seluruh delegasi Cina untuk menghadiri Blok Barat, seperti Thailand, Filipina, dan negara-
KAA. negara Arab, akan menolak datang jika Cina
disertakan. Sebab, pada masa itu, Cina disinyalir
Investigasi terhadap insiden tersebut mendanai kegiatan subversif dan ilegal di
menunjukkan pesawat itu sengaja diledakkan sejumlah negara, termasuk penyusupan ideologi
mata-mata CIA, yang tak menginginkan Cina komunisme di kawasan Asia dan Afrika.
hadir dalam KAA. Zhou Enlai kemudian
mengganti jadwal keberangkatannya dan Menurut Sekretaris Jenderal Kementerian Luar
mendarat di Jakarta pada 16 April 1955 yang Negeri dan Koordinator Pelaksana Teknis KAA
disambut kerumunan besar. Keesokan harinya ia Roeslan Abdulgani dalam buku The Bandung
bergabung dengan delegasi 29 negara yang Connection, usulan mengundang Cina pertama
menghadiri KAA di Bandung. kali disampaikan Perdana Menteri India
Jawaharlal Nehru dalam pertemuan di Istana
Anti Cina dan komunisme rupanya, tak semua Bogor setahun sebelum KAA digelar. Perdana
delegasi menghendaki kehadirannya. Di hari Menteri Burma, U Nu termasuk yang menyokong
kedua penyelenggaraan KAA (19 April 1955), usulan ini. Bagi Nehru dan U Nu, corak partai
delegasi tiap negara melanjutkan paparan komunis di Asia berbeda dengan komunis
pidatonya. Tak terkecuali Irak yang diwakili internasional di Barat. Nehru menegaskan,
perdana menterinya, Muhammad Fadhel keikutsertaan Cina justru akan memperluas
Jammal. Fadhel sebagaimana mengutip Majalah pergaulan dan cakrawala Negeri Tirai Bambu.
Detik (edisi 177, 2015) menyatakan adanya Waktu itu Rusia dipandang agresif dan terang-
kekuatan ketiga, di luar kolonialisme dan terangan memusuhi negara-negara yang
zionisme yang menyebabkan pergolakan di menolak bekerja sama dengan Rusia.
dunia, yakni “imperialisme komunis”. “Kupikir
kalian semua sangat menyadari ini, yaitu Menurut buku yang terbit tahun 1981 itu, Nehru
komunisme!” ungkapnya seraya mengacungkan optimistis negara-negara Asia dan Afrika akan
jari telunjuknya ke depan. “Komunisme adalah mampu menekan Cina dalam KAA agar
bentuk kolonialisme baru yang lebih berbahaya menghormati janjinya sendiri dalam menjaga
daripada penjajahan model kuno” lanjutnya. Ia hidup berdampingan secara damai, menghindari
menyebut komunisme sebagai agama yang agresi, menghindari campur tangan dalam
subversif. “Komunisme menimbulkan urusan dalam negeri negara-negara lain, dan
permusuhan di antara golongan kelas dan menghormati integritas teritorial negara lain.
rakyat,” katanya di podium. Selain Fadhel, ketua
delegasi dari Filipina, Jepang, Vietnam Selatan, Sementara itu, U Nu tegas menyebut Cina
Sri Lanka dan Pakistan juga menyuarakan sikap sebagai kunci untuk perdamaian di Asia karena
antikomunis. Secara silih berganti mereka geopolitik dan kekuatannya. Ketika Pakistan dan
32

Depan Sri Lanka berkeras menolak, U Nu pun mengancam mundur dari KAA.
Zhou Enlai (mantan PM Cina), Soekarno
(presiden pertama RI) dan Gammal Abdul Akhirnya kedua negara itu setuju. Di pihak lain, Indonesia sebagai
Nasser (Mantan presiden Mesir) dalam salah satu pemrakarsa dan tuan rumah meyakinkan negara-negara
jamuan makan malam
di Konferensi Asia Afrika, Bandung 1955 Barat bahwa KAA tak akan menjadi panggung bagi blok komunis.
Kiri
Zhou Enlai dan Soekarno dalam
Melawan belenggu kolonialisme
perjalanan menuju Gedung Konferensi Tim redaksi, mencoba menarasikan pidato Zhou Enlai yang dinantikan
Asia Afrika dalam KAA tersebut dengan menyarikannya dari beragam sumber.
Kanan Mulanya Enlai tak akan berpidato pada hari kedua itu. Didampingi
Zhou Enlai seorang penerjemah, Enlai naik ke podium dan memulai pidatonya
dalam bahasa cina, menanggapi berbagai tudingan yang dialamatkan
sumber: www.berdikarionline.net
padanya. “Niat delegasi Cina datang ke Bandung, yaitu, untuk
mencari persatuan, bukan menciptakan perbedaan. Cina datang
tanpa usulan apapun ke KAA dan ingin menjalin saling pengertian,
menghormati, bersimpati, dan membantu negara lain,” ungkap Zhou
Enlai, mengutip Buku Zhou Enlai, Potret Seorang Intelektual
Revolusioner karangan Han Su Yin (Hasta Mitra, 2008)

Zhou Enlai memulai pidatonya terkait perbedaan pandangan ideologi


dan sistem sosial. Enlai mengatakan ada pihak yang tidak senang
dengan 600 juta rakyat Cina yang bebas dari penjajahan dan memilih
sistem sosialisme di bawah partai komunis. “Tetapi, apakah
perbedaan ideologi dan pilihan tentang sistem politik itu harus saling
kucil-mengucilkan kita satu sama lain?” ungkapnya. “Delegasi Cina
datang dengan tujuan mencari persatuan. Tidak ada gunanya
menyodorkan ideologi atau perbedaan di antara kita. kita datang
kemari untuk menemukan persamaan pandangan.”

Enlai kemudian mengemukakan pernyataan tentang kebebasan


beragama. “Kami kaum komunis adalah ateis, tetapi kami
33

menghormati semua yang beragama. Kami dan Afrika saat ini tidak lagi Asia dan
berharap pula mereka yang beragama akan Afrika kemarin. Banyak negara di
menghormati pendirian kami yang tidak wilayah ini telah mengambil nasib
beragama ini.” Ia menambahkan bahwa, di Cina mereka ke tangan mereka sendiri.
selain hidup 7 juta orang komunis, juga hidup (Zhou Enlai, diterjemahkan dari
puluhan juta umat Islam, Budha, Kristen dan www.digitalarchive.wilsoncenter.org)
Katolik. “Kenyataan itu bukan penghalang bagi
persatuan Cina. Kenapa tidak akan mungkin Menurut Enlai, tidak sedikit di antara mereka
dalam kesatuan masyarakat Asia-Afrika,” yang masih menjalani kehidupan perbudakan
ujarnya. kolonial. Tidak sedikit pula dari bangsa-bangsa
Asia dan Afrika masih mengalami diskriminasi
Ini adalah pertama kalinya dalam ras. Upaya yang telah diambil dalam
sejarah bahwa begitu banyak negara di memperjuangkan kebebasan dan kemerdekaan
Asia dan Afrika telah berkumpul mungkin berbeda, tetapi kehendak untuk
bersama-sama untuk mengadakan menang dan mempertahankan kebebasan serta
sebuah konferensi. Di dua benua ini kemerdekaan adalah sama. “Kami adalah
hidup lebih dari setengah dari populasi negara-negara independen tanpa campur tangan
dunia. Bangsa Asia dan Afrika luar dan sesuai dengan kehendak rakyat,”
menciptakan peradaban kuno brilian ujarnya meyakinkan.
dan membuat luar biasa kontribusi
bagi umat manusia. Tapi, sejak zaman Bangsa Asia dan Afrika telah lama menderita
modern sebagian besar negara-negara agresi dan perang. Banyak dari mereka telah
Asia dan Afrika di berbagai tingkat dipaksa oleh para penjajah untuk menjadi
telah mengalami penjarahan kolonial umpan meriam dalam perang agresif. Oleh
dan penindasan, dan dengan demikian karena itu, masyarakat dua benua ini tidak dapat
telah dipaksa untuk tetap dalam memiliki apa-apa kecuali kebencian yang kuat
keadaan stagnan dari kemiskinan dan dari perang agresif. Itulah sebabnya Asia dan
keterbelakangan. Afrika masyarakat semua harus lebih
mengupayakan perdamaian dunia dan
Suara kami telah ditekan, aspirasi kami kemerdekaan nasional.
hancur, dan nasib kita ditempatkan di
tangan orang lain. Dengan demikian, Menggalang persatuan
kita tidak punya pilihan selain untuk Terlepas dari ras atau warna semua
bangkit melawan kolonialisme. harus menikmati hak-hak asasi
Penderitaan dari penyebab yang sama manusia. Tidak ada penganiayaan dan
dan berjuang untuk tujuan yang sama, diskriminasi. Namun, kami tidak bisa
kita bangsa-bangsa Asia dan Afrika menutup mata bahwa Tunisia, Maroko,
telah lebih lama memiliki simpati dan Aljazair dan masyarakat lainnya tengah
keprihatinan mendalam satu sama lain. berjuang mencapai kemerdekaan dan
Sekarang wajah Asia Afrika telah tidak pernah berhenti ditekan dengan
mengalami perubahan radikal. Semakin kekerasan. Diskriminasi ras dan
banyak negara telah membuang atau penganiayaan di bawah rasialisme di
casting off belenggu kolonialisme. Uni Afrika Selatan dan tempat-tempat
Kekuasaan kolonial tidak bisa lagi lain belum teratasi. Masalah pengungsi
menggunakan metode masa lalu untuk Arab Palestina juga masih harus
terus menjarah dan menindas kita. Asia diselesaikan.
34

Perdamaian hanya bisa dijaga dengan rasa kaku dan kekhawatiran yang diduga
saling menghormati kedaulatan akan ditimbulkan karena pengaruh
teritorial masing-masing. Kami negara- komunisme Cina. Lewat Pidato Enlai, tulis
negara Asia dan Afrika harus bekerja Han Su Yin, Bandung merupakan
sama di bidang ekonomi dan budaya kemenangan besar pribadinya (Zhou
untuk menghapus keterbelakangan Enlai) dan merupakan terobosan
yang disebabkan oleh periode panjang internasional bagi Cina. Mereka yang
eksploitasi kolonial. Kerjasama ini semula tak bersahabat, berubah sikap.
didasarkan pada kesetaraan dan saling Zhou Enlai menggelar pertemuan
menguntungkan. Kami Asia dan lanjutan dan mengundang mereka
negara-negara Afrika harus melihat langsung kondisi Cina. “Datang
menghormati satu sama lain, dan dan lihatlah sendiri. semua orang akan
menghilangkan kecurigaan dan kami sambut dengan baik,” tutupnya.
ketakutan yang mungkin ada di antara
kami.
Referensi:
Kami percaya bahwa jika kami bertekad untuk Abdulgani, Roeslan. 1981. The Bandung Connection: Konperensi Asia
melestarikan perdamaian dunia, tidak ada yang Afrika di Bandung tahun 1955. Jakarta: Gunung Agung.
bisa menyeret kita ke dalam perang; jika kita Suyin, Han. 2008. Zhou Enlai, Potret Seorang Intelektual Revolusioner.
bertekad untuk berjuang untuk dan menjaga Jakarta: Hasta Mitra
kemerdekaan nasional kita, tidak ada yang bisa April 19, 1955 Main Speech by Premier Zhou Enlai, Head of the
terus memperbudak kita; jika kita bertekad Delegation of the People's Republic of China, Distributed at the Plenary
Session of the Asian-African Conference from
untuk masuk ke ranah kerjasama, tidak ada
http://digitalarchive.wilsoncenter.org/document/121623.pdf?v=e1cd063
yang bisa memisahkan kita. Apa yang kita 84e2e67bdff11f809ead78849.pdf
negara-negara Asia dan Afrika inginkan adalah
Majalah Detik Edisi 177 tahun 2015
perdamaian dan kemerdekaan. Hal ini tidak http://majalah.detik.com/cb/80ecfc42df53d7d05fd4f88d50ef9172/2015
kami niat untuk membuat negara-negara Asia /20150420_MajalahDetik_177.pdf
dan Afrika menjadi antagonis ke negara-negara https://m.tempo.co/read/news/2015/04/14/115657585/pidatopmcinas
di wilayah lain. Kami ingin juga menjadi oalkomunismeyangdinantidikaa1955
inisiator hubungan damai dan kooperasi
dengan negara-negara di wilayah lain.

Pertemuan kita ini memang tidak mudah


dibawa. Konferensi ini seharusnya
mencerminkan ekspresi keinginan kita
bersama dan membuat halaman
berharga dalam sejarah Asia dan Afrika.
Pada saat yang sama, kita harus tetap
bekerjasama agar kita dapat membuat
kontribusi yang lebih besar bagi
perdamaian dunia. Oleh karena itu, kami
orang Asia dan Afrika harus bersatu!

Pidato Zhou Enlai selama 25 menit itu


sontak menuai tepuk tangan seluruh
delegasi. Ia dianggap mampu memecah
35

SERBA-SERBI REFERENSI
KONFERENSI BANDUNG 1955: SOSOK ATAU MOMOK
Hampir satu dekade lalu, enam seniman Indonesia Proyek Kota-kota di Afrika)
beserta sejumlah peneliti sejarah mengajukan
sebuah pertanyaan romantik yang optimistik dalam www.dutchartinstitute.eu
Tirdad Zolghadr & Sarah Pierce, Location,
wujud pameran: “Masa lalu, masa lupa?” Perintah
Location, Location (Lokasi, Lokasi, Lokasi),
yang tak henti-hentinya diserukan bak kebenaran
seri kuliah bagian dari Roaming Academy –
tunggal di jalanan dan media-media sosial
Dutch Art Institute, 2015-2016. Sebagian
belakangan adalah, “Menolak lupa!”
dari kuliah ini berlangsung di Jakarta dan
Pertanyaannya: Benarkah kita ingat? Apa yang kita
Bandung, November 2015 lalu, dengan
ingat? Apa yang perlu kita ingat? Apakah orang lain
dosen tamu Mirwan Andan (ruangrupa)
harus percaya pada ingatan kita dan sebaliknya?
dan Hilmar Farid (Universitas Indonesia).
Apakah yang kita ingat itu sebuah kebenaran dan Kuliah ini berspekulasi bahwa lokasi
bukan rangkaian kejadian yang kita pilih untuk (tempat, situs), dengan segala konteks
ingat? keruangan dan kehidupan yang
SK jelas-jelas menyatakan bahwa landasan kerja berlangsung di sana, bisa
dan kinerja yang diacunya adalah semangat membentuk—kalau bukan
perdamaian dan kemajuan dunia yang menciptakan—sebuah metode. Salah satu
dikumandangkan oleh Konferensi Bandung kelas mereka berfokus pada KAA dengan
1955—juga disebut Konferensi Asia Afrika (KAA). argumen bahwa di sanalah angan-angan
Apakah kami sekadar mengagumi masa lalu yang internasionalisme diawali, disepakati,
begitu megah? Apakah kami (secara tidak langsung) segera ditindak-lanjuti, dan menghasilkan
sedang menyatakan bahwa setelah lebih dari 60 sejumlah efek yang masih berlangsung
tahun KAA, gagasan dan pemikirannya tidak sampai hari ini.
berubah—kalau bukan tidak berkembang? Di www.beyondbandung.ugm.ac.id
zaman di mana bahkan seorang seniman pun Institute of International Studies (IIS),
menganggap harian Pos Kota lebih dramatis, Beyond Bandung: Rethinking International
atraktif, performatif, dan inspiratif daripada Order, Identity, Security, and Justice in a
pameran (seni rupa), kami merasa perlu berupaya Post-Western World (Melampaui Bandung:
untuk terus menjadi kritis terhadap diri sendiri. Memikirkan Ulang Orde Internasional,
Dalam rubrik ini, kami hadirkan sejumlah esai, Identitas, Keamanan, dan Keadilan dalam
proyek seni, diskusi, seminar, atau perhelatan Dunia Pasca-Barat), Yogyakarta, 8-9 April
apapun yang berupaya membaca ulang, memberi 2015
nilai baru, sekaligus menjadi kritis terhadap KAA. Salah satu lembaga penelitian di bawah
naungan Universitas Gadjah Mada,
www.dailymaverick.co.za Yogyakarta, yang secara khusus mengaji
www.thebrenthurstfoundation.org
Greg Mills, A new Bandung Consensus? perihal hubungan internasional
What Africa and Indonesia can learn from mengadakan sebuah konferensi yang
each other (Sebuah Konsensus Bandung berupaya mengadvokasi para pembuat
baru? Apa yang bisa Afrika dan Indonesia kebijakan mengenai orde internasionalisme
pelajari dari satu sama lainnya), Daily dengan titik berangkat KAA.
Maverick, 22 Juni 2016. www.frombandungtoberlin.com
Dr. Greg Mills adalah direktur Brenthurst Google Cultural Institute, From Bandung
Foundation yang mengampu program to Berlin (Dari Bandung ke Berlin).
kajian infrastruktur Indonesia dalam Dinisiasi oleh Brigitta Isabella (peneliti
Foundation's Future of African Cities KUNCI Cultural Studies Center), kerja dan
Project (Landasan Masa Depan untuk kinerja proyek ini bisa diakses dalam
36

situs web interaktif. Jawaharlal Nehru berkata bahwa di


Bersama sejumlah seniman dan peneliti dalam masa perselisihan ideologis
dari Indonesia, Cina, Malaysia, Perang Dingin dan di bawah ancaman
Singapura, dan Filipina, Brigitta memilih perang nuklir, “Dunia telah berhasil
subyek utama bagi masing-masing mencegahnya. Tapi, saya tidak bisa
perhelatan yang berlangsung dalam bicara tentang masa depan.” Bagi blok-
pelantar ini berkelindan di antara blok berkekuatan besar, masa depan
tempat, ruang, dan waktu di mana KAA akan ditentukan oleh pemenang Perang
berlangsung sampai dengan runtuhnya Dingin. Ini jelas merupakan pandangan
Tembok Berlin pada 1989. militeristik dalam kemajuan sejarah. Di
sisi lain, konferensi yang juga dikenal
SOROTAN
www.2016.nextwave.org.au sebagai KAA ini membayangkan masa
Brigitta Isabella, 1955, 1961, 1964, 1965, depan sebagai cakrawala tidak terbatas
1970, 1973, 1976, 1979, 1983, 1986, di mana semua orang dipersilahkan
1989, 1992, 1993, 1995, 1998, 2015, . . ., menentukan masa depannya masing-
Wormhole, Next Wave 2016. masing.
Sebanyak 29 negara berkumpul di KAA
untuk membahas kemungkinan Pertemuan kedua KAA yang
pemerdekaan dari penjajahan dengan direncanakan untuk diadakan di Aljazair
penolakan untuk bersekutu, baik dengan pada 1965 tidak pernah terjadi akibat
blok Timur maupun Barat. Istilah “Dunia berbagai campur tangan dan perang
Ketiga” lahir dalam konteks tersebut. proksi yang memengaruhi perseteruan
lokal dan kewilayahan pasca-1955.
Pidato presiden pertama Indonesia Keterlibatan aktif Cina di dalam KAA
Sukarno menggambarkan dunia kala itu telah membuat Blok Barat mencurigai
sebagai masa yang menyeramkan, “Ya, kedudukan non-blok KAA akan bergeser
kita ini hidup di dalam dunia penuh rasa ke arah yang kekiri-kirian. Perpecahan
takut. Kehidupan manusia hari ini jadi Cina-Soviet pada 1960-an juga
berkarat dan pahit oleh rasa takut. memengaruhi secara langsung upaya
Ketakutan soal masa depan, bom yang gagal untuk menyelenggarakan
hidrogen, dan ideologi-ideologi. KAA yang kedua. Gagasan “hidup
Barangkali ketakutan ini adalah bahaya berdampingan dengan damai” yang
yang lebih besar daripada bahaya itu diimpikan KAA jelas tidak mudah untuk
sendiri, karena ketakutanlah yang diwujudkan.
mendorong orang-orang untuk bertindak
ceroboh, tanpa pikir panjang, dan Semangat KAA masih hidup seperti yang
berbahaya....” Rasa takut yang bisa kita lihat dalam tiruan yang dibuat-
digambarkan Sukarno di dalam buat oleh pemerintah, seperti perayaan
pidatonya ini merupakan ketakutan Ultah KAA ke-60 (2015) lalu. Namun,
terhadap keberagaman. Ini adalah romantisme keagungan KAA malah
ketakutan terhadap arwah-arwah membuat warisannya tidak bergaung
antipenjajahan yang mengancam, yang besar. Pernyataan antipenjajahan yang
digerakkan dengan mimpi-mimpi menuju mendasarinya telah pudar. Untuk
kolektivisme dan hubungan-hubungan menyegarkan kembali pentingnya KAA
sosial jenis baru yang melampaui dan menjauhkannya dari nostalgia, kita
ideologi komunisme Soviet maupun mesti menerima fakta bahwa semangat
kapitalisme Barat. KAA telah mati di dalam bara Perang
Dingin. Hingga sekarang, arwah KAA
KAA menawarkan cara pandang untuk masih menghantui kita dalam hal
memahami sejarah sebagai adu kemerdekaan dari perspektif pasca-
pendapat di antara yang terjajah dan si penjajahan dan penolakan akan
penjajah, di antara yang tertekan dan si keseragaman waktu di bawah satu
penekan. Perdana Menteri India bentuk sejarah yang berkuasa.
37

YAYASAN BIENNALE YOGYAKARTA


MENGUCAPKAN

SELAMAT HARI RAYA


IDUL FITRI 1437 H
MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN
38
BIENNALE JOGJA
BIENNALE JOGJA adalah biennale internasional biennale ini mematok batasan geografis
yang berfokus pada seni rupa, diadakan setiap tertentu di planet bumi sebagai wilayah
dua tahun sejak tahun 1988. Sejak tahun 2011, kerjanya, yakni kawasan yang terentang di
Biennale Jogja bekerja di sekitar Khatulistiwa antara 23.27 LU dan 23.27 LS. Dalam setiap
23.27 derajad Lintang Utara dan Lintang penyelenggaraannya BJ bekerja dengan satu,
Selatan. Biennale Jogja mengembangkan atau lebih, negara, atau kawasan, sebagai
perspektif baru yang sekaligus juga membuka 'rekanan', dengan mengundang seniman-
diri untuk melakukan konfrontasi atas seniman dari negara-negara yang berada di
'kemapanan' ataupun konvensi atas event wilayah ini untuk bekerja sama, berkarya,
sejenis. Khatulistiwa adalah titik berangkat dan berpameran, bertemu, dan berdialog dengan
akan menjadi common platform untuk seniman-seniman, kelompok-kelompok,
'membaca kembali' dunia. Biennale Jogja organisasi-organisasi seni dan budaya Indonesia
diorganisasi oleh Yayasan Biennale Yogyakarta di Yogyakarta.
(YBY). YBY juga menyelenggarakan Simposium
Khatulistiwa yang diadakan pada tahun Perjalanan mengelilingi planet Bumi di sekitar
berselang dengan even Biennale Jogja. Khatulistiwa ini dimulai dengan berjalan ke arah
Barat. Biennale Jogja tidak mengawali
Biennale Jogja seri Equator : 2011 – 2021 perjalanan ini ke arah Timur karena menyadari
keterbatasan pengetahuan tentang Pasifik dan
YBY bertekad menjadikan Yogyakarta dan bahkan Nusantara itu sendiri. Selain itu YBY
Indonesia secara lebih luas sebagai lokasi yang yang baru berdiri pada Agustus 2010 memiliki
harus diperhitungkan dalam konstelasi seni tenggat waktu untuk melaksanakan Biennale
rupa internasional. Di tengah dinamika medan Jogja XI pada tahun 2011.
seni rupa global yang sangat dinamis — seolah-
olah inklusif dan egaliter — hirarki antara pusat Wilayah-wilayah atau negara-negara di sekitar
dan pinggiran sebetulnya masih sangat nyata. Khatulistiwa yang direncanakan akan bekerja
Oleh karena itu pula, kebutuhan-kebutuhan sama dengan BJ sampai dengan tahun 2021
untuk melakukan intervensi menjadi sangat adalah: India (Biennale Jogja XI 2011), Negara-
mendesak. negara Arab (Biennale Jogja XII 2013), Negara-
negara di benua Afrika (Biennale Jogja XIII
YBY mengangankan suatu sarana (platform) 2015), Negara-negara di Amerika Latin
bersama yang mampu menyanggah, menyela (Biennale Jogja XIV 2017), Negara-negara di
atau sekurang-kurangnya memprovokasi Kepulauan Pasifik dan Australia, termasuk
dominasi sang pusat, dan memunculkan Indonesia sebagai Nusantara (Biennale Jogja XV
alternatif melalui keragaman praktik seni rupa 2019) – karena kekhasan cakupan wilayah ini, BJ
kontemporer dari perspektif Indonesia. XV dapat disebut sebagai 'Biennale Laut'
(Ocean Biennale)–, Negara-negara di Asia
Dimulai pada tahun 2011, YBY akan Tenggara (Biennale Jogja XVI 2021). BJ seri
menyelenggarakan BJ sebagai rangkaian Khatulistiwa akan ditutup dengan KONFERENSI
pameran yang berangkat dari satu tema besar, KHATULISTIWA pada tahun 2022.
yaitu EQUATOR (KHATULISTIWA). Rangkaian
YAYASAN

YOGYAKARTA

Pemerintah
Daerah Istimewa Yogyakarta
Dinas Kebudayaan

Anda mungkin juga menyukai