ble, the Sign Visible‟ pada tahun nempatan karya seni dan aksesibi-
1989 menjelaskan seni yang ada di litas seringkali mejadi parameter
ruang publik harus berkaitan de- yang disalahartikan dalam seni ru-
ngan ruang tersebut. Atau dengan ang publik di kota. Patung-patung
kata lain, sebuah karya seni di yang ditempatkan di halaman ru-
ruang publik baru bisa disebut se- mah sakit, universitas, atau pusat
bagai seni ruang publik ketika perbelanjaan tidak serta merta bisa
memiliki konteks terkait masyarakat disebut sebagai karya seni ruang
setempat, bisa berupa sejarah, kon- publik. Keempat, kebijakan pem-
disi geografis, atau kultur masya- buatan karya seni di ruang publik
rakat (Fenz dan Kecht 1989, 77). tidak bisa lepas dari kepentingan
Hilde Hein menjelaskan di dalam politik dan ekonomi. Kita bisa me-
„What is Public Art?: Time, Place, lihatnya dari bagaimana kebijakan
and Meaning‟ tentang beberapa hal pengurangan pajak dari pemerintah
terkait seni ruang publik. Pertama, bagi perusahaan yang memberikan
seni ruang publik adalah oxymoron kontribusi kultural terhadap kota,
dalam pandangan seni modern dan misalnya dengan membangun pa-
teori estetika seni. Di satu sisi, es- tung atau karya seni di ruang pu-
tetika filosofi modern berfokus pada blik (Hein 1996, 4).
pengalaman subjektif dan komodi- Dari beberapa kajian dan sum
fikasi karya seni. Oleh karenanya, -ber literature ini secara tegas di-
seni menjadi produk yang sangat dapati bahwa, seni patung ruang
personal dari seniman, yang hanya publik maupun monument, mempu-
bisa dihargai melalui pengalaman nyai kaitan erat dengan struktur so-
dan kontemplasi personal dari pe- sial-politik dan secara simbolik men-
nikmatnya. Di sisi lain, sebagai se- jadi instrument „legitimasi kekuasa-
buah karya publik, seni harus meng an‟ atas otoritas penguasa. Untuk
hilangkan subjektivitas seniman dan melengkapi kajian digunakan pen-
memberikan ruang lebih kepada ma dekatan teori simbolik Pierre Bour-
-syarakat yang (Hein 1996, 1). dieu.
Kedua, upaya mendekatkan seni ke Salah satu aspek kekuasaan
publik tidak pernah bisa dilepaskan yang lazim dipraktekkan adalah me-
dari kepentingan politik dari pengua lalui dominasi dan proses manipula-
-sa pada masyarakat dan waktu ter- si, dari cara yang paling kasar sam-
tentu (Hein 1996, 3). Ketiga, pe- pai halus sekalipun.
jol itu bisa disebabkan oleh faktor menghadapi segala cuaca baik pa-
alamiah (berupa pohon besar, batu nas maupun hujan.
besar di pinggir jalan, bukit, atau
lainnya), bisa pula berupa buatan
manusia (arsitektur). Merunut gagas
-an dalam pemahaman diatas, pe-
nulis melakukan kajian pada 4 (em-
pat) patung pahlawan di ruang pu-
blik kota Surakarta diantaranya ada-
lah; Patung Slamet Riyadi di Jalan
Slamet Riyadi, Patung Mayor Ach-
madi di Kawasan Simpang Lima
(Proliman) Banjarsari, Patung Mo-
numen 45 Banjarsari (Monumen
Serangan 4 Hari di Surakarta) yang
terletak di bilangan Taman Banjar-
Gambar 1
sari, serta Patung Soekarno di Ge-
Patung Slamet Riyadi di Jalan Slamet
langang Olahraga Manahan, Sura- Riyadi, Surakarta
karta. (Foto: Dokumentasi Penulis, Oktober 2017)
Gambar 4
nunjukkan bagaimana klaim sejarah
Prasasti dan tetenger yang berada di bawah perjuangan dikonstruksi dan dilegiti-
Patung Mayor Achmadi.
(Dokumentasi Penulis, Oktober 2017)
masi oleh militer. Hal ini tentu sena-
da dengan apa yang disampaikan
oleh Albert Elsen dalam tulisannya, Surakarta. Gerbang ini adalah pintu
„What We Have Learned about masuk Taman Banjarsari dimana
Modern Public Sculpture: Ten monumen ini dibangun di tengah-
Propositions‟ (Elsen 1989), gagasan tengahnya. Monumen 45 dibangun
bahwa seni patung di ruang publik Ulama Pejuang dengan membawa
beririsan erat dengan bagaimana keris dan Pejuang Rakyat Jelata
upaya mendekatkan seni ke publik yang membawa bambu runcing,
tidak pernah bisa dilepaskan dari pemandangan ini tampak dari sisi
kepentingan politik dari penguasa sebelah utara. Sedangkan di sisi
pada masyarakat dan waktu ter- sebelah selatan dibangun tiga pa-
tentu. Kepentingan politis sangatlah tung pejuang, yaitu Prajurit, Pemu-
nyata ditunjukkan dengan bagai- bawa bakul (tempat nasi) dan obat-
mana keikutsertaan para penguasa obatan.
dalam mendukung pendirian patung Arsitektural bangunan Tugu
publik tersebut. Monumen 45 berbentuk atap rumah
Joglo dan berketinggian 17 meter,
Monumen 45 Banjarsari (Monumen diupayakan secsra simbolis menjadi
Serangan Umum 4 Hari di Kota
lambang hari kemerdekaan RI. Di
Surakarta)
atasnya terdapat simbol Garuda
Pancasila di dalam tugu. Selain itu
di sisi ini juga dibangun tangga naik
dimana kita bisa melihat deretan
relief yang dibuat melingkari dinding
tugu. Relief-relief ini menceritakan
rangkaian kejadian penting per-
juangan rakyat Solo sejak perang
Gambar 5
Monumen 45 Banjarsari (Monumen
kemerdekaan hingga Orde Baru. Di
Serangan Umum 4 Hari di Kota Surakarta) sisi sebelah selatan Monumen 45
(Dokumentasi Penulis, Oktober 2017)
yang juga menjadi gerbang pintu
Secara geografis, monument masuk Taman Banjarsari terdapat
ini terletak dalam kawasan Taman tulisan Villa Park Banjarsari. Ger-
Banjarsari. Sebelum melihat dari bang ini diapit oleh dua tugu lilin
dekat bangunan fisik monument ini, dan sebuah gazebo di sisi barat.
ada gerbang yang dibangun menye- Monumen 45 Banjarsari ini persis-
rupai gerbang Kraton Kasunanan nya terletak di Kelurahan Setabel-
pirik yang terjadi di medan sesung- masi simbolik atas kekuasaan me-
guhnya. Monumen ini menunjukkan reka di ranah publik.
bagaimana kuasa simbolik dihadir-
kan secara politis, di mana tokoh- SIMPULAN
tokoh kyai dan rakyat ditampilkan, Monumen maupun patung di
meski keduanya bukanlah sosok riil ruang publik, merupaka wujud eks-
yang terlibat langsung dalam per- presi simbolis yang dalam peran fu-
tempuran yang sesungguhnya. Da- ngsi sosialnya mengalami pergeser-
lam kasus ini sosok-sosok patung an sebagai medium untuk menan-
dalam monument lebih dihadirkan capkan ideology tertentu secara
dalam kepentingan pengembangan visual. Keberadaan sebuah objek
spirit kesatuan (sebagai represen- patung sangatlah tendensius, se-
tasi ragam keterwakilan rakyat). Ke- jauh ia dilakukan atas kepentingan
nyataan yang timpang jika melihat publik. Sementara yang terjadi ada-
fakta bahwa perjuangan jauh lebih lah upaya-upaya peneguhan kekua-
banyak mengorbankan rakyat kecil saan personal maupun kelompok
tanpa status ketokohan tertentu, (korps,ormas, atau organisasi politik
terlebih pihak otoritas militer. tertentu) yang mengatasnamakan
Solidaritas kesatuan ini juga kepentingan publik. Beragam per-
dimunculkan pada cara penempat- wujudan seni bangun monumen ber
an monument. Sebagaiamana yang -tema pahlawan yang tersebar di
ditunjukkan dalam patung Slamet kota Surakarta, telah menjadi sim-
riyadi dan Soekarno Membaca, ke- bol dan instrument ideologisasi, da-
duanya menunjukkan adanya dis- lam hal ini ideologi militer.
paritas solidaritas kesatuan, antara Sebagaimana tampak dari me
warga, militer, maupun ormas politik -kanisme pencitraan melalui pilihan
penguasa. Hal itu tampak pada cara tokoh militer, pilihan lokasi dan pe-
penokohan dan sekaligus penem- nempatan senibangun monumen-
patan monumen yang cenderung nya yang dominan pada lokasilokasi
memilih lokasi-lokasi eksklusif pada ekslusif di pusat-pusat kawasan pu-
wilayah publik, tanpa melakukan uji blik. Sebaliknya perwujudan seni ba
dengar ataupun melihat pada ke- -ngun monumen yang merupakan
butuhan publik atas ruang hidup representasi peran kejuangan ke-
mereka. Praktik yang dilakukan me- lompok sipil (Tentara Pelajar) domi-
rupakan satu bentuk upaya legiti- nan hadir dalam perwujudan seder-
Internet
http://arsip.galerinasional.
or.id/documentations/9192/detail.
(Akses 22 Maret 2016)
http://www.jakarta.go.id/web/encycl
opedia/detail/2811/Sidharta-
Soegijo-G. (Akses 22 Maret
2016).
http://blogsenirupa.
blogspot.co.id/2013/05/biografi-
edhisunarso-
dan-karya.html. (Akses 22 Maret
2016).
http://sagidigajinta.blogspot.co.id/20
10/06/hen