Anda di halaman 1dari 24

[ISSN CETAK: 2087-0795]

[ISSN ONLINE: 2622-0652]

76 Vol. 10, No. 1, Juli 2018


[ISSN CETAK: 2087-0795]
[ISSN ONLINE: 2622-0652]

PENDAHULUAN mengusung kepentingan ganda di


Selain keberadaannya seba- luar fungsi fisiknya, sebagai penan-
gai media ungkap ekspresi personal da sudut kawasan atau landmark,
para seniman, seni patung juga yakni sebagai sarana cermin ma-
berkembang sebagai bagian dari syarakatnya yang merefleksikan ni-
wajah sebuah kawasan. Patung lai sosial budaya, serta sebagai sa-
ruang publik tidak hanya berfungsi rana pewarisan (transform) nilai ter-
sebagai penanda visual sebuah tentu yang dianggap penting, dari
wilayah secara geografis namun kelompok dan generasi yang satu
juga secara kultural. Dengan alasan kepada kelompok dan generasi lain-
itulah maka sebagian besar patung nya (sebagai media pembangun as-
yang berada di wilayah kota tertentu pek spiritualitas warganya). Patung
akan dibuat sesuai ciri khas wilayah landmark, merupakan ekspresi jati-
tersebut (baik dari segi kultur, so- diri suatu kawasan yang disebut se-
sial, politik, ataupun ekonomi). Da- bagai faktor kunci dalam penciptaan
lam sejarahnya, pembangunan mo- rasa harga diri dan jatidiri atau iden-
numen dan tugu peringatan di Indo- titas, dan pengejawantahan dari ke-
nesia sudah dimulai sejak awal ke- sinambungan masa lampau, masa
merdekaan. Penciptaan patung ru- kini dan masa mendatang.
ang publik yang menghiasi kawasan Karya patung landmark diwu-
ataupun wilayah kota menjadi salah judkan secara kongkrit (visualized)
satu penanda atau landmark untuk melalui suatu upaya rekayasa sim-
media informatif dan dokumentatif bolis agar dapat tercipta dialog atau
kesejarahan. Kita bisa melihat pada komunikasi dengan khalayak luas
karya patung monumen seperti pa- atau publik. Sebagai sebuah karya
tung almarhum Jendral Sudirman di seni rupa khalayak (public art), pa-
depan gedung DPRD Yogyakarta tung landmark dibuat berdasarkan
dan patung Dr. Sam Ratulangi oleh sejumlah prasyarat, kaidah serta
Hendra Gunawan. Patung - patung prinsip-prinsip yang mendasari, se-
besar karya seniman Edhi Soenar- hingga sesuai dengan maksud dan
so pun menjadi catatan penting ba- tujuan dibangunnya sebuah patung
gaimana seni patung menjadi bagi- publik.
an dari politik kebudayaan Negara Keberadaan patung ruang pu-
di era Soekarno. blik sebagai landmark di kawasan
Seni patung publik sekaligus kota Surakarta sangatlah massif.

Vol. 10, No. 1, Juli 2018 77


[ISSN CETAK: 2087-0795]
[ISSN ONLINE: 2622-0652]

Sebutlah seperti patung Slamet Ri- merintahan terpilih menang, maka


yadi yang menjadi penanda jalan banyak patung tokoh panutan dari
utama kota, patung Monumen Ma- partai tersebut akan dibuat dan di-
yor Achmadi di Simpang Lima Ban- tempatkan di ruang-ruang strategis
jarsari, Monumen 45 di Taman Ban- kota.
jarsari, serta patung IR Soekarno Maka kemudian permasalah-
Membaca di Gelora Manahan. Prak an yang muncul adalah, apa pen-
-tik legitimasi kekuasaan pun tidak tingnya patung dengan simbol tokoh
isa dilepaskan dari keberadaan pa- tertentu yang sebetulnya tidak me-
tung ruang publik tersebut. Tidak mainkan peran penting di kota ter-
berbeda dengan gagasan kolonial sebut? Kenapa tidak membuat pa-
yang rajin melegitimasi ruang jaja- tung yang langsung terhubung de-
hannya dengan memberi nama, pen ngan simbol kultural kota tersebut?
-dirian patung ruang publik merupa- Pertanyaan lanjutan yang kemudian
kan bentuk legitimasi kekuasaan muncul sekaligus menjadi jangkar
negara atas kawasan administra- dari penelitian ini adalah: Sejauh
tifnya, baik yang berada di dalam mana kuasa simbolik patung ruang
maupun di kawasan perbatasan ko- publik dalam membentuk persepsi
ta. terhadap wajah sebuah kota?
Perubahan tipologi bangunan
dan morfologi kota dapat dianggap Kajian Literatur dan Pegembangan
Hipotesis
sebagai suatu cerminan bagaimana
sejarah oleh perubahan kekuasaan Redstone, Louis G. et al Public
oleh kelompok berkuasa pada wak- Art, New Direction. (1981), secara
tu itu. Tak luput juga dengan kebe- khusus menulis tentang public art,
radaan patung ruang publiknya, hal yang di dalamnya termasuk monu-
ini disebabkan karena keberadaan men. Monumen erat hubungannya
patung ruang publik dianggap me- dengan landmark karena ditunjang
miliki kekuatan untuk membentuk oleh sejumlah elemen yang mampu
persepsi publik akan wajah sebuah memberi ciri menonjol melalui seni
kota. Maka, tak mengherankan ke- bangun arsitekturalnya. Secara kong-
tika ruang publik ini kemudian men- krit bangunan monumen pada suatu
jadi ruang pertarungan bagi banyak lokasi tertentu memberikan ciri visual
pihak. Sebagai contoh, ketika se- sudut kota tertentu, sehingga mem-
buah partai pengusung kepala pe- berikan orientasi arah bagian suatu

78 Vol. 10, No. 1, Juli 2018


[ISSN CETAK: 2087-0795]
[ISSN ONLINE: 2622-0652]

kota. Monumen sekaligus mengu- secara lingkup geografis saja, na-


sung kepentingan ganda di luar fung- mun juga harus dilihat dari sisi
si fisiknya (sebagai penanda sudut psikologis dan budaya (Miles 1997,
kota atau landmark), yakni dalam fu- 27). Tulisan ini juga penting karena
ngsi sosialnya sebagai sarana cermin mempertanyakan posisi seni publik,
masyarakat yang merefleksikan nilai siapa yang menginginkannya, siapa
sosial budaya, serta sebagai sarana yang memutuskan bentuk seperti
pewarisan (transform) nilai dari ke- apa yang akan ditampilkan. Kese-
lompok dan generasi yang satu ke- muanya akan berujung pada kepen-
pada kelompok dan generasi lainnya tingan kekuasaan dan permasalah-
sebagai media pembangun aspek spi an siapa yang berkuasa pada saat
-ritualitas warganya. Monumen seba- itu. Tak kalah pentingnya adalah
gai salah satu bentuk bangunan ar- unsur „kebermanfaatan‟ moral yang
sitektur, merupakan ekspresi jatidiri harus diperlihatkan oleh sebuah pa-
suatu kota yang disebut sebagai fak- tung di ruang publik. Oleh karena-
tor kunci dalam penciptaan rasa har- nya, jamak dilihat patung-patung
ga diri dan jatidiri atau identitas, se- yang memperlihatkan sosok pahla-
bagai pengejawantahan dari kesinam wan atau objek lain yang memper-
-bungan masa lampau, masa kini dan lihatkan „ketinggian‟ nilai moral sua-
masa mendatang (Sidharta, 1986). tu masyarakat, walau objek tersebut
Olwyn Montgomery dalam „Do jauh dari nilai estetis. Sisi perta-
the public like it?‟ (Montgomery 20 rungan ekonomis juga diperlihatkan
00) berusaha mendudukkan seni dari bagaimana di beberapa wila-
kontemporer di ruang publik dengan yah, pembuatan/ pembangunan pa-
kedekatannya terhadap publik di- tung publik dibiayai oleh perusaha-
mana karya tersebut berada. Pan- an tertentu dengan mengangkat te-
dangannya didasarkan pada penda- ma kearifan lokal masyarakat se-
pat Mark Miles bahwa karya seni ti- tempat, yang sebenarnya tidak lebih
dak lantas menjadi sebuah karya dari upaya untuk meminimalisir kon-
seni publik ketika ditempatkan di flik dengan berlindung di balik „per-
ruang publik, apalagi ketika publik tanggungjawaban‟ moral atas peng-
tidak bisa memilliki akses terhadap gunaan sumber daya ekonomi.
makna karya tersebut. Hal ini men- Werner Fenz dan Maria-Re-
jadi lebih sulit mengingat bahwa gina Kecht dalam tulisan mereka
konsep publik tidak dapat dilihat mengenai „The Monument is Invisi-

Vol. 10, No. 1, Juli 2018 79


[ISSN CETAK: 2087-0795]
[ISSN ONLINE: 2622-0652]

ble, the Sign Visible‟ pada tahun nempatan karya seni dan aksesibi-
1989 menjelaskan seni yang ada di litas seringkali mejadi parameter
ruang publik harus berkaitan de- yang disalahartikan dalam seni ru-
ngan ruang tersebut. Atau dengan ang publik di kota. Patung-patung
kata lain, sebuah karya seni di yang ditempatkan di halaman ru-
ruang publik baru bisa disebut se- mah sakit, universitas, atau pusat
bagai seni ruang publik ketika perbelanjaan tidak serta merta bisa
memiliki konteks terkait masyarakat disebut sebagai karya seni ruang
setempat, bisa berupa sejarah, kon- publik. Keempat, kebijakan pem-
disi geografis, atau kultur masya- buatan karya seni di ruang publik
rakat (Fenz dan Kecht 1989, 77). tidak bisa lepas dari kepentingan
Hilde Hein menjelaskan di dalam politik dan ekonomi. Kita bisa me-
„What is Public Art?: Time, Place, lihatnya dari bagaimana kebijakan
and Meaning‟ tentang beberapa hal pengurangan pajak dari pemerintah
terkait seni ruang publik. Pertama, bagi perusahaan yang memberikan
seni ruang publik adalah oxymoron kontribusi kultural terhadap kota,
dalam pandangan seni modern dan misalnya dengan membangun pa-
teori estetika seni. Di satu sisi, es- tung atau karya seni di ruang pu-
tetika filosofi modern berfokus pada blik (Hein 1996, 4).
pengalaman subjektif dan komodi- Dari beberapa kajian dan sum
fikasi karya seni. Oleh karenanya, -ber literature ini secara tegas di-
seni menjadi produk yang sangat dapati bahwa, seni patung ruang
personal dari seniman, yang hanya publik maupun monument, mempu-
bisa dihargai melalui pengalaman nyai kaitan erat dengan struktur so-
dan kontemplasi personal dari pe- sial-politik dan secara simbolik men-
nikmatnya. Di sisi lain, sebagai se- jadi instrument „legitimasi kekuasa-
buah karya publik, seni harus meng an‟ atas otoritas penguasa. Untuk
hilangkan subjektivitas seniman dan melengkapi kajian digunakan pen-
memberikan ruang lebih kepada ma dekatan teori simbolik Pierre Bour-
-syarakat yang (Hein 1996, 1). dieu.
Kedua, upaya mendekatkan seni ke Salah satu aspek kekuasaan
publik tidak pernah bisa dilepaskan yang lazim dipraktekkan adalah me-
dari kepentingan politik dari pengua lalui dominasi dan proses manipula-
-sa pada masyarakat dan waktu ter- si, dari cara yang paling kasar sam-
tentu (Hein 1996, 3). Ketiga, pe- pai halus sekalipun.

80 Vol. 10, No. 1, Juli 2018


[ISSN CETAK: 2087-0795]
[ISSN ONLINE: 2622-0652]

Instrument yang sering luput specific effect of mobilization – is


power that can be exercised only
untuk dilihat sebagai media pe- if it is recognized, that is, mis-
nyebaran kekuasaan adalah seni. recognized as arbitrary” (Bour-
dieu 1991, 170).
Penelitian ini akan melihat bagai-
mana seni di ruang publik, khusus- Dari penjelasan tersebut, kita
nya patung, memiliki kuasa simbolik lihat bagaimana kuasa simbolik ada
yang kemudian digunakan untuk -lah bentuk kekuasaan untuk mem-
melegitimasi kekuasaan tertentu. bentuk hal-hal tertentu lewat ujaran,
Teori kuasa simbolik dari Bourdieu membuat orang percaya, untuk
pada awalnya digunakan untuk me- memperkuat atau mengubah cara
lihat bagaimana bahasa menjadi pandang terhadap dunia, sebuah ke
instrument penyebaran kekuasaan -kuasaan yang (nyaris) magis yang
yang akan memihak pihak tertentu memungkinkan seseorang menda-
dan melemahkan lainnya. Pandang- pat hasil yang sama dengan yang
an tersebut akan dioperasikan da- diperoleh lewat paksaan. Dan yang
lam kerangka pemikiran bahwa seni terpenting, kuasa simbolik hanya bi-
juga dapat digunakan sebagai se- sa dijalankan ketika ia tidak lang-
buah instrumen kekuasaan, teruta- sung dikenali keberadaannya.
ma kaitannya dengan keberadaan Dengan merujuk pada pernya-
seni patung di ruang publik. taan-pernyataan di atas, argumen
Catatan penting dari pandang- utama penelitian ini adalah, patung
an Bourdieu mengenai kuasa sim- di ruang publik di wilayah kota Su-
bolik ini adalah bagaimana hal ter- rakarta merupakan bagian dari kua-
sebut sering kali tidak diketahui oleh sa simbolik, sebagai sebuah meka-
masyarakat karena beroperasi se- nisme penggunaan kekuasaan yang
cara diam-diam/ terselubung. Seper dijalankan secara terus-menerus
-ti yang diungkapkan olehnya: dan tersembunyi, yang beroperasi

“Symbolic power – as a power of di alam bawah sadar masyarakat


constituting the given through sehingga mereka menganggapnya
utterances, of making people see
and believe, of confirming or sebagai satu hal yang terberi (taken
transforming the vision of the
world and, thereby, action on the for granted).
world and thus the world itself, an Jenis penelitian ini adalah pe-
almost magical power which
enables one to obtain the nelitian pustaka (library research),
equivalent of what is obtained
through force (whether physical
yaitu penelitian yang obyek utama-
or economic), by virtue of the nya adalah buku-buku atau sumber

Vol. 10, No. 1, Juli 2018 81


[ISSN CETAK: 2087-0795]
[ISSN ONLINE: 2622-0652]

kepustakaan lain. Kegiatan studi yang ada di kota Surakarta. Untuk


termasuk kategori penelitian kuali- fokus kajian, penelitian ini meng-
tatif dengan prosedur kegiatan dan ambil beberapa patung pahlawan
teknik penyajian finalnya secara des yang telah menjadi landmark se-
-kriptif. Tujuannya untuk memper- buah kawasan. Pilihan mengguna-
oleh gambaran utuh dan jelas kan patung landmark sebagai sam-
tentang perkembangan seni patung ple dikarenakan landmark sendiri
ruang publik, sistem simbol dan merupakan bagian khusus dari ka-
kuasa simbolik yang melekat di jian tentang seni rupa kontemporer
dalamnya dengan studi kasus pada di ruang publik. Meminjam pan-
karya-karya patung ruang publik di dangan dari Agus Dermawan T
wilayah kota Surakarta. (2001) dalam tulisan pada peng-
Penelitian ini menggunkan me antar katalogus Gelar Karya Sa-
-tode analisis isi (content analysis). yembara Landmark Ancol. Jakarta,
Analisis isi adalah suatu teknik pe- dengan judul “Tanda-tanda Tempat
nelitian untuk membuat kesimpulan- yang Bernama Landmark”. Dia
kesimpulan (inferensi) yang dapat mengatakan bahwa seni bangun
ditiru (replicabel) dan dengan data monumen tak bisa dilepaskan ke-
yang valid, dengan memperhatikan beradaannya pada sebuah kota, se-
konteksnya. Metode ini dimaksud- bagai bagian penting dari keleng-
kan menganalisis seluruh pemba- kapan wajah kota. Ia tidak sekedar
hasan mengenai: pertama, sejarah menjadi titik orientasi bagi penghu-
perkembangan seni patung ruang ninya untuk membantu membentuk
publik dari awal sampai sekarang ingatan visual sebagai bagian dari
(2017). Metode analisis yang di- struktur tata ruang kota atau
gunakan dalam penelitian ini adalah landmark.
metode induktif, deduktif dan Des- Landmark yang bisa diartikan
kriptif. secara bebas sebagai penanda
suatu tempat/ kawasan/ lingkungan
PEMBAHASAN yang baik, disengaja ataupun tidak
Sebagaimana yang telah di- telah disepakati oleh khalayak (pu-
uraikan dalam pendahuluan, kajian blik) untuk menunjuk wilayah ter-
ini dilakukan untuk melihat bagai- tentu karena terdapatnya suatu ciri
mana jejaring kuasa yang muncul yang menonjol atau dominan, se-
pada beberapa karya patung publik hingga mudah dikenali. Ciri menon-

82 Vol. 10, No. 1, Juli 2018


[ISSN CETAK: 2087-0795]
[ISSN ONLINE: 2622-0652]

jol itu bisa disebabkan oleh faktor menghadapi segala cuaca baik pa-
alamiah (berupa pohon besar, batu nas maupun hujan.
besar di pinggir jalan, bukit, atau
lainnya), bisa pula berupa buatan
manusia (arsitektur). Merunut gagas
-an dalam pemahaman diatas, pe-
nulis melakukan kajian pada 4 (em-
pat) patung pahlawan di ruang pu-
blik kota Surakarta diantaranya ada-
lah; Patung Slamet Riyadi di Jalan
Slamet Riyadi, Patung Mayor Ach-
madi di Kawasan Simpang Lima
(Proliman) Banjarsari, Patung Mo-
numen 45 Banjarsari (Monumen
Serangan 4 Hari di Surakarta) yang
terletak di bilangan Taman Banjar-
Gambar 1
sari, serta Patung Soekarno di Ge-
Patung Slamet Riyadi di Jalan Slamet
langang Olahraga Manahan, Sura- Riyadi, Surakarta
karta. (Foto: Dokumentasi Penulis, Oktober 2017)

Analisis Karya Betuk visual monumen sudah


Patung Slamet Riyadi di Jalan dibuat secara „sempurna‟ sesuai
Slamet Riyadi, Surakarta persyaratan pembuatan patung mo-
Bentuk visual patung monu- numen baik dari segi proporsi, ana-
men Slamet Riyadi ditinjau dari segi tomi dan draperi. Ke „sempurnaan
seni memiliki tinggi 7 meter ditam- itu terlihat pula pada sikap berdiri
bah landasannya 4 meter dengan mengacungkan pistol yang mempu-
total ketinggiannya 11 meter tidak nyai makna sebagai pemimpin me-
menyalahi aturan dari pihak keraton ngeluarkan aba-aba untuk maju me-
Surakarta, karena tingginya tidak lawan penjajah, dengan semangat
lebih dari gapura keraton. Bahan untuk pantang menyerah dan sim-
material yang terbuat dari perunggu bol kepahlawan dari tokoh pejuang
dirasa tepat sebagai patung mo- masa lalu dalam melawan penjajah
numen, karena bahan tersebut awet yang dibuat dalam bentuk naturalis.
serta tidak mudah retak dalam Dari segi budaya menunjukkan bah-

Vol. 10, No. 1, Juli 2018 83


[ISSN CETAK: 2087-0795]
[ISSN ONLINE: 2622-0652]

wa lokasi penempatan patung mo- dirancang dalam koridor pemaham-


numen Slamet Riyadi sudah ber- an warga yang erat dengan tra-
dasarkan konsep tata ruang kota di disinya. Akses informasi akan sosok
kawasan. patung tersebut kurang didedahkan
Merunut pada gagasan ten- dalam informasi yang mendukung.
tang seni publik, karya patung Sla- Pemilihan Slamet Riyadi sebagai
met Riyadi merupakan satu wujud tokoh yang mesti dimonumenkan ju-
dari monument sebagaimana pan- ga sangat dilematis dan erat de-
dangan Redstone, Louis G. et al. ngan kekuasaan. „Monumen‟ yang
(1981) Public Art, New Direction. didirikan ini merupakan hibah dan
United State of America: Mc Graw- sumbangan dari TNI kepada Kota
Hill. Patung ini telah menjadi se- Surakarta, tanpa ada pertimbangan
buah landmark penting dikarenakan untuk meminta saran dan mende-
posisinya yang strategis berada di- ngarkan suara publik.
tapal batas jalan utama kota Su- Hal tegas diungkapkan dalam
rakarta. Terkait dengan kondisi in- beragam media bahwa patung ini
frastruktur dan perwajahan karya merupakan sumbangan dari KSAD
ini, juga ditunjang oleh elemen yang TNI yang menjabat pada waktu itu,
mampu memberi ciri menonjol me- Djoko Santoso. Menyitir dalam
lalui seni bangun arsitekturalnya. media,bahwa alam sambutannya
Secara kongkrit bangunan patung Djoko Santoso mengatakan, di tu-
Slamet Riyadi di lokasi ini telah buh TNI ada program pembinaan
memberikan ciri visual sudut kota tradisi dan sejarah berupa penghor-
Surakarta, sehingga memberikan matan dan penghargaan kepada
mampu memberikan orientasi arah prajurit yang melaksanakan tugas
bagi publik yang melewatinya. dengan baik. Langkah - langkah
yang telah dilakukan diantaranya
Jalinan Kuasa dengan membangun monumen-mo-
Budaya masyarakat Surakarta numen bersejarah seperti Monumen
yang kental dengan budaya Jawa Jenderal Soedirman di Ambarawa
dan ikatan hsitorisitas yang kuat, dan Monumen Brigjen Slamet Ri-
mempunyai keterikatan sejarah yadi di Solo tersebut. Diharapkan
yang kental dengan perjuangan era pembangunan monumen itu juga da
kolonial. Gagasan tentang pendirian -pat diambil manfaanya oleh rakyat.
patung Slamet Riyadi, semestinya Meski upaya ini dimaksudkan

84 Vol. 10, No. 1, Juli 2018


[ISSN CETAK: 2087-0795]
[ISSN ONLINE: 2622-0652]

agar memberikan manfaat bagi pu- Sculpture: Ten Propositions‟ (Elsen


blik, sebagaimana gagasan militer 1989), gagasan bahwa seni patung
untuk membangun fasilitas lapang- di ruang publik beririsan erat deng-
an militer karena semakin sempit- an bagaimana upaya mendekatkan
nya ruang publik, sejatinya hal ini seni ke publik tidak pernah bisa
merupakan satu bentuk legitimasi dilepaskan dari kepentingan politik
kekuasaan militer dalam ranah sipil. dari penguasa pada masyarakat
Terlepas dari sisi kebermanfaatan- dan waktu tertentu, juga dilihat pada
nya, pembangunan karya patung spirit bagaimana Pemerintah Kota
pahlawan di ruang publik, semesti- Surakarta sangat getol untuk men-
nya mengidahkan gagasan dan ke- jadikan Slamet Riyadi sebagai Pah-
butuhan publik akan interaksi ruang lawan Nasional, yang tentunya hal
yang nyaman. Keberadaan patung ini berkorelasi dengan bagaimana
ini menyiratkan institusi militer se- citra dan identitas kota ini akan
bagai pihak yang menginginkan, dibentuk. Slamet Riyadi merupakan
memutuskan bentuk seperti apa salah satu dari pahlawan nasional
yang ditampilkan. Isyarat legitimasi yang mendapatkan Bintang Maha-
kekuasaan dimunculkan dalam putera Adiprada dari Presiden men-
gesture patung yang mengacung- jelang peringatan Hari Pahlawan 10
kan senjata, menonjolkan aspek November 2006.
maskulinitas dan paham militeristik Kenyataan ini menunjukkan
yang keras. bagaimana militer (ataupun yang di-
Kebermanfaatan moral yang wakili oleh Kepala Stafnya) mempu-
dimunculkan dalam patung ini jauh nyai sistem kuasa tersendiri atas
dari apa yang semestinya di- pemerintahan, meski dalam dalih
hadirkan diruang publik. Patung de- dana hibah.
ngan gesture kepahlawanan ini se- Pemilihan lokasi dalam jan-
mestinya memperlihatkan „ketinggi- tung utama kota Surakarta, adalah
an‟ nilai moral suatu masyarakat, pilihan startegis yang secara sim-
per se objek tersebut jauh dari nilai bolik mampu melegitimasi peran
estetis. militer atas kawasan dan wilayah
Meminjam gagasan Albert El- publik. Hal yang sangat quo vadis
sen dalam tulisannya, „What We ditengah kota yang kental dengan
Have Learned about Modern Public adat dan sistem demokratik masya-

Vol. 10, No. 1, Juli 2018 85


[ISSN CETAK: 2087-0795]
[ISSN ONLINE: 2622-0652]

rakatnya yang multikultural. Surakarta. Monumen Mayor Achma


-di sendiri terdiri dari patung Mayor
Patung Major Achmadi di Sim- Achmadi setinggi 8 meter, sebuah
panglima Banjarsari Surakarta
prasasti, serta beberapa relief pada
tembok di bawah patung berkisah
tenatang perjuangan sosok pahla-
wan, disertai dengan taman yang
cukup luas.
Mayor Achmadi dalam patung
tersebut digambarkan pada posisi
berdiri tegap, berseragam, mata me
-mandang lurus ke depan, tangan
kiri memegang sebuah buku, dan
tangan kanan menggenggam pistol.
Sebuah emblem tersemat pada
pecinya, dan pada pundaknya ter-
dapat tanda-tanda kepangkatan.
Peletakan batu pertama Monumen
Mayor Achmadi dilakukan pada 27
Maret 2010, dan diresmikan pada 7
Agustus 2010 oleh Panglima TNI
Gambar 2
Patung Major Achmadi di Proliman Jend TNI Djoko Santoso dan Wali-
Banjarsari Surakarta.
(Dokumentasi Penulis, Oktober 2017)
kota Surakarta Ir H Joko Widodo
(Jokowi) pada masa kepemimpinan-
Monumen Mayor Achmadi sa- nya.
lah satu patung yang berdiri di per- Merunut pada gagasan ten-
limaan (Prolimanbhs. Jawa), Ujung tang seni publik, karya Monumen
Simpang Lima Margoyudan Kelu- Mayor Achmadi merupakan satu
rahan Stabelan Kecamatan Banjar- wujud dari monument sebagaimana
sari Surakarta. Monumen berbahan pandangan Redstone, Louis G. et
perunggu ini didirikan sebagai Mo- al. (1981) Public Art, New Direction.
numen Mayor Achmadi, sebagai United State of America: Mc Graw-
penghargaan bagi sang pejuang Hill. Patung ini telah menjadi se-
yang pernah menjadi Komandan Ex buah landmark penting dikarenakan
TP/TNI Detasemen II Brigade 17 posisinya yang strategis berada ka-

86 Vol. 10, No. 1, Juli 2018


[ISSN CETAK: 2087-0795]
[ISSN ONLINE: 2622-0652]

wasan utara kota Surakarta. Terkait Jalinan Kuasa


dengan kondisi infrastruktur dan Jejaring kekuasaan yang ter-
perwajahan karya ini, juga ditunjang selibat dibalik pendirian monumen
oleh elemen yang mampu memberi ini tentulah peran otoritas militer.
ciri menonjol melalui seni bangun Legitimasi kekuasaan ditunjukkan
arsitekturalnya, berupa taman dan bukan hanya melalui pendirian dan
perindang. Secara kongkrit bangun- peresmian patung publik, namun
an monument di lokasi ini telah juga dalam serangkaian pidato yang
memberikan ciri visual sudut kota diungkapkan Panglima TNI kepada
Surakarta, sehingga memberikan media pada saat itu;
mampu memberikan orientasi arah “Saya akan menggali nilai-nilai
kepahlawanan yang ada dalam
bagi publik yang melewati Simpang diri seorang mayor Achmadi dan
Lima Surakarta. mantan veteran eks Tentara
Pelajar lainnya yang begitu
berjasa bagi republik ini. Rasa
militansi yang mereka miliki
untuk saya terapkan dalam diri
saya pula sebagai Panglima TNI
saat ini,” ujarnya dalam pidato.

Menurutnya perlu adanya ra-


sa bersatu dalam membangun ba-
ngsa dan negara ini sehingga dapat
Gambar 3
Relief dibawah Patung sejajar dengan bangsa lain. Baik
Mayor Achmadi, Surakarta.
(Dokumentasi Penulis, Oktober 2017)
monumen Achmadi dan monumen-
monumen bersejarah lainnya dapat
menjadi inspirasi bagi generasi mu-
da untuk selalu mewarisi dan me-
neladani nilai-nilai perjuangan para
pahlawan.”
Gagasan untuk mendirikan se
-jumlah patung dan monumen de-
ngan sosok pahlawan, merupakan
satu cara yang ditempuh dalam me-

Gambar 4
nunjukkan bagaimana klaim sejarah
Prasasti dan tetenger yang berada di bawah perjuangan dikonstruksi dan dilegiti-
Patung Mayor Achmadi.
(Dokumentasi Penulis, Oktober 2017)
masi oleh militer. Hal ini tentu sena-
da dengan apa yang disampaikan

Vol. 10, No. 1, Juli 2018 87


[ISSN CETAK: 2087-0795]
[ISSN ONLINE: 2622-0652]

oleh Albert Elsen dalam tulisannya, Surakarta. Gerbang ini adalah pintu
„What We Have Learned about masuk Taman Banjarsari dimana
Modern Public Sculpture: Ten monumen ini dibangun di tengah-
Propositions‟ (Elsen 1989), gagasan tengahnya. Monumen 45 dibangun
bahwa seni patung di ruang publik Ulama Pejuang dengan membawa
beririsan erat dengan bagaimana keris dan Pejuang Rakyat Jelata
upaya mendekatkan seni ke publik yang membawa bambu runcing,
tidak pernah bisa dilepaskan dari pemandangan ini tampak dari sisi
kepentingan politik dari penguasa sebelah utara. Sedangkan di sisi
pada masyarakat dan waktu ter- sebelah selatan dibangun tiga pa-
tentu. Kepentingan politis sangatlah tung pejuang, yaitu Prajurit, Pemu-
nyata ditunjukkan dengan bagai- bawa bakul (tempat nasi) dan obat-
mana keikutsertaan para penguasa obatan.
dalam mendukung pendirian patung Arsitektural bangunan Tugu
publik tersebut. Monumen 45 berbentuk atap rumah
Joglo dan berketinggian 17 meter,
Monumen 45 Banjarsari (Monumen diupayakan secsra simbolis menjadi
Serangan Umum 4 Hari di Kota
lambang hari kemerdekaan RI. Di
Surakarta)
atasnya terdapat simbol Garuda
Pancasila di dalam tugu. Selain itu
di sisi ini juga dibangun tangga naik
dimana kita bisa melihat deretan
relief yang dibuat melingkari dinding
tugu. Relief-relief ini menceritakan
rangkaian kejadian penting per-
juangan rakyat Solo sejak perang
Gambar 5
Monumen 45 Banjarsari (Monumen
kemerdekaan hingga Orde Baru. Di
Serangan Umum 4 Hari di Kota Surakarta) sisi sebelah selatan Monumen 45
(Dokumentasi Penulis, Oktober 2017)
yang juga menjadi gerbang pintu
Secara geografis, monument masuk Taman Banjarsari terdapat
ini terletak dalam kawasan Taman tulisan Villa Park Banjarsari. Ger-
Banjarsari. Sebelum melihat dari bang ini diapit oleh dua tugu lilin
dekat bangunan fisik monument ini, dan sebuah gazebo di sisi barat.
ada gerbang yang dibangun menye- Monumen 45 Banjarsari ini persis-
rupai gerbang Kraton Kasunanan nya terletak di Kelurahan Setabel-

88 Vol. 10, No. 1, Juli 2018


[ISSN CETAK: 2087-0795]
[ISSN ONLINE: 2622-0652]

an, Kecamatan Banjarsari. Taman bagai media pembangun aspek spi-


ini sangat dekat dengan Pasar Legi ritualitas warganya. Berkaitan deng-
yang merupakan salah satu pasar an ini, keberadaan monument ini
tradisional yang menjual aneka ke- mempunyai fungsi sosial budaya,
butuhan sehari-hari. Ke arah barat, yakni sebagai momentum simbolis
monumen ini juga dekat dengan untuk membangkitkan semangat
Stasiun Balapan, sedangkan ke patriotisme dan nasionalisme bagi
arah selatan menuju ke kawasan semangat juang generasi muda
Mangkunegaran. Ke arah utara ke dalam melawan penjajah.
jalan menuju Terminal Tirtonadi ju-
ga terdapat Pasar Sepatu dan San- Jalinan Kuasa
dal, Pasar Elektronik, dan juga pa- Sebagaimana yang dijelaskan
kaian bekas dan besi. sebelumnya bahwa keberadaan se-
Sebagai sebuah landmark, buah karya ruang publik tidak bisa
Monumen ini telah memenuhi kai- dipisahkan dari kepentingan kekua-
dah fungsinya sebagai penunjuk saan, maka sesungguhnya hal
orientasi ruang, merunut pada ga- demikian pula yang menjadi latar
gasan tentang seni publik, karya belakang dari pembacaan atas
patung Slamet Riyadi merupakan Monumen 45 Banjarsari ini. Dalam
satu wujud dari monument sebagai- banyak ulasan media, diceritakan
mana pandangan Redstone, Louis bagaimana sebelum masa pemerin-
G. Et al. (1981) Public Art, New tahan Joko Widodo (Jokowi) selaku
Direction. United State of America: Walikota pada masa itu, Monumen
Mc Graw-Hill. Seni bangun monu- 45 Banjarsari terbengkalai selama
men sekaligus mengusung kepen- bertahun-tahun. Bahkan di sebelah
tingan ganda di luar fungsi fisiknya barat monumen ini dulu terdapat se-
(sebagai penanda sudut kota atau deret pedagang yang menjadikan-
landmark), yakni dalam fungsi so- nya sebagai Pasar Barang Bekas
sialnya sebagai sarana cermin ma- dan terkenal dengan nama Pasar
syarakat yang merefleksikan nilai Klitikan.
sosial budaya, serta sebagai sarana Aktivitas ini dirasa merusak
pewarisan (transform) nilai tertentu fungsi Monumen 45 Banjarsari se-
yang dianggap penting, dari kelom- bagai taman kota. Akhirnya di tahun
pok dan generasi yang satu kepada 2006, Walikota Jokowi mengembali-
kelompok dan generasi lainnya se- kan fungsi Monumen 45 Banjarsari

Vol. 10, No. 1, Juli 2018 89


[ISSN CETAK: 2087-0795]
[ISSN ONLINE: 2622-0652]

seperti sediakala sebagai tempat berujung pada kepentingan kekua-


rekreasi warga Solo. Para peda- saan dan permasalahan pada siapa
gang Pasar Barang Bekas di area yang berkuasa pada saat itu. Bah-
ini direlokasikan ke daerah Sema- wa pelibatan perusahaan swasta
nggi dengan nama baru yaitu Pasar dalam proyek revitalisasi yang di-
Klitikan Notoharjo. Jalinan kekuasa- lakukan oleh pemerintah adalah
an telah mempengaruhi bagaimana bentuk sisi pertarungan ekonomis
keberadaan sebuah monument un- dimana pembuatan/ pembangunan
tuk kemudian dikelola sesuai deng- patung publik dibiayai oleh perusa-
an kepentingan-kepentingan kekua- haan tertentu dengan mengangkat
saan (baik itu dalam ranah kepen- tema kearifan lokal masyarakat se-
tingan publik). tempat, yang sebenarnya tidak lebih
Revitalisasi yang dilakukan dari upaya untuk meminimalisir kon
oleh penguasa atas keberadaan -flik dengan berlindung di balik „per
monument ini menjadi penting di- -tanggungjawaban‟ moral atas pe-
lihat bagaimana, kepentingan-ke- nggunaan sumber daya ekonomi.
pentingan kekuasaan mempunyai Meski jika ditarik dalam gagas
pengaruh atas keberadaan ruang -an ini, merelokasi para PKL dan
publik. Dalam koridor pencapaian revitalisasi ruang publik Taman Ban
sebuah kepemimpinan, maupun ke- jarsari, sebagai salah satu kawasan
pentingan legitimasi kekuasaan. hijau layak diapresiasi, apakah ke-
Terlebih jika dilihat bagaimana pe- mudian masyarakat mampu mema-
libatan pihak swasta dalam revita- hami jejak dan sejarah dibangunnya
lisasi yang dilakukan, PT SRITEX monument ini? Sebab, semestinya
melalui CSR perusahaannya. Hal ini revitalisasi bangunan Monumen me
semakin menegaskan bagimana ja- -jadi sarana untuk membangkitkan
linan kuasa atas ruang publik men- memori kolektif masyarakat, bukan
dapat penegasan. Sebagaimana mengalihfungsikan sebagai ruang
diisyaratkan oleh Olwyn Montgo- rekreasi sebagaimana yang terjadi
mery dalam „Do the public like it?‟ pada Monumen ini. Nilai moral yang
(Montgomery 2000), terkait mem- semestinya dibangunkan, bergeser
pertanyakan posisi seni publik, sia- menjadi arena fungsional yang lain.
pa menginginkannya, siapa memu- Hal ini tentu berjalan diluar koridor
tuskan bentuk seperti apa yang a- sebagaimana mestinya ruang sim-
kan ditampilkan. Kesemuanya akan bolik ini menemukan fungsi utama-

90 Vol. 10, No. 1, Juli 2018


[ISSN CETAK: 2087-0795]
[ISSN ONLINE: 2622-0652]

nya, penyadaran dan kebermanfaat proklamator ini dalam posisi duduk


-an nilai moral, bukan nilai ekono- sambil membaca buku, mempunyai
mis maupun entertainmen. tinggi 3,5 meter dan lebar 1,5 de-
ngan material bahan perunggu yang
dikerjakan oleh Dunadi, pematung
Patung Ir. Soekarno di Gelanggang
Olahraga Manahan Surakarta pemilik Studio Patung Satiaji Yog-
yakarta, yang biasa mengerjakan
karya patung pesanan pemerintah
Kota Surakarta (Patung Mayor Ach-
madi juga dikerjakan oleh beliau).
Pemilihan Soekarno sebagai tokoh
dalam karya patung ruang publik ini
didasarkan pada keinginan Walikota
Surakarta, F.X. Hadi Rudyatmo ali-
as Rudy mengatakan pendirian pa-
tung Soekarno lebih pada melihat
sejarah bangsa. Menurutnya, Soe-
karno adalah orang hebat yang se-
Gambar 6
lalu melahirkan gagasan. Sebagai
Patung Ir. Soekarno di Gelanggang
Olahraga Manahan Surakarta. penghormatan atas jasa Soekarno,
(sumber: merahputih.com) pihaknya membangun sebuah pa-
tung Soekarno. Rudy merasa ter-
Karya patung publik baru ha- kesan dan selalu mengingat kata-
dir di Surakarta dengan objek yang kata Soekarno, yaitu “jasmerah” (ja-
telah jamak kita temui, patung Ir. ngan sekali-kali melupakan sejarah)
Soekarno. Sebagaimana yang kita
ketahui, pada masa rezim kekuasa- Jalinan Kuasa
an pemerintah saat ini, banyak pa- Membaca karya patung Soe-
tung Soekarno didirikan di banyak karno Membaca ini jelaslah nampak
tempat. Bukanlah sebuah kesalah- bagaimana kekuasaan memainkan
an untuk mengenang jasa beliau peranan penting dibalik pendirian
sebagai funding father bnagsa ini. karya patung ini. Tulisan dari Mont-
Terkait dengan patung Bung Karno gomery menemukan bukti dengan
di Plaza Gelanggang Olahraga Ma- mempertanyakan posisi seni publik,
nahan Surakarta ini, desain patung siapa yang menginginkannya, siapa

Vol. 10, No. 1, Juli 2018 91


[ISSN CETAK: 2087-0795]
[ISSN ONLINE: 2622-0652]

yang memutuskan bentuk seperti problem masyarakatnya, seolah ber


apa yang akan ditampilkan. Kese- -sembunyi dibalik misi: memasyara
muanya akan berujung pada kepen- -katkan ajaran bijak Bung Karno pa-
tingan kekuasaan dan permasalah- da generasi sekarang dengan mem
an siapa yang berkuasa pada saat bangun patung Sang Proklamtor se-
ini. Pemerintah melalui Walikotanya kaligus penggali Pancasila itu.
dengan sepihak telah memilih dan Dasar gagasan nasionalisme
memutuskan pendirian patung pu- dengan mengupas kembali gaga-
blik yang nir kontektual, dan cen- san tentang Pancasila dan dikem-
derung semata melegitimasi kekua- balikan marwahnya di jantung pe-
saannya, atau lebih luas, melegiti- mikiran publik, adalah salah satu
masi gagasan dari partai yang me- bentuk intervensi simbolik yang
usungnya. kemudian menyatu dalam puluhan
Kita bisa mencacat, bahwa pa patung Soekarno yang didirikan. Di
tung Bung Karno di Plasa Manahan sini Nampak dengan tegas, bagai-
ini merupakan patung kedua di Su- mana otoritas penguasa menebal-
rakartan (eks Karesidenan Surakar- kan kekuasaannya melalui sistem
ta) yang mencakup satu kota dan symbol yang dipaparkan secara lu-
enam kabupaten, yakni Kota Solo gas di masyarakat. Kepentingan-ke-
dan Kabupaten Sukoharjo, Wono- pentingan politis nampak tercium
giri, Klaten, Karanganyar, Boyolali, demi legitimasi dan kepentingan or-
serta Sragen. Tahun 2013 Pemkab mas besar dibalik kepemimpinan
Sukoharjo membangun patung Soe- para penguasa ini.
karno di kawasan Solo Baru. Pa-
tung dengan posisi berdiri ini di- Patung Ruang Publik dan Dilema
Publik
resmikan cucu Bung Karno, Puan
Maharani. Sebagaimana prosesi Berdasar pada kajian-kajian
pendirian patung pahlawan yang yang telah dilakukan pada bab
erat dengan kuasa militer diranah sebelumnya, didapati kesimpulan
sipil, hal senada Nampak dilakukan bahwa dalam kaidah seni publik,
oleh Walikota Rudy dan Bupati karya Patung Slamet Riyadi di Jalan
Sukoharjo Wardoyo Wijaya dengan Slamet Riyadi, Patung Mayor Ach-
mendirikan patung Soekarno, tanpa madi di Kawasan Simpang Lima
pemahaman dan korelasi ruang (Proliman) Banjarsari, Patung Mo-
maupun kontekstualisasi dengan numen 45 Banjarsari (Monumen Se

92 Vol. 10, No. 1, Juli 2018


[ISSN CETAK: 2087-0795]
[ISSN ONLINE: 2622-0652]

-rangan 4 Hari di Surakarta) yang ditawarkan dalam serangkaian infor


terletak di bilangan Taman Banjar- -masi atas karya-karya tersebut?
sari, serta Patung Soekarno di Ge- Persoalan kota adalah per-
langang Olahraga Manahan, Sura- soalan tentang apa yang dipresen-
karta yang menjadi objek kajian tasikan, apa yang direpresentasi-
lebih didekatkan pada landmark se- kan, dan bagaimana cara merepre-
buah kawasan. Hal ini dikarenakan sentasikannya. Kehadiran keempat
lokasinya terletak pada titik penting karya patung dengan tema heroi-
yang sekaligus menjadi orientasi sitas pahlawan menunjukkan bagai-
wilayah pada masing-masing kawa- mana ikatan masyarakat kota ini de-
san kota Surakarta. ngan sejarah perang kemerdeka-
Kaidahnya sebagai sebuah aan, senyatanya kuat, dan secara
landmark yang tidak bisa dilepas- tak sadar dimanfaatkan untuk ke-
kan dari nilai fungsi sosial dan bu- pentingan-kepentiangan diluar diri-
dayanya, keempat patung secara fi- nya (publik misalnya). Apa yang ter-
losofis menjadi simbol pewarisan sirat dari epos kepahlawanan yang
nilai bagi masyarakat. Hal yang pa- disimbolkan oleh keempat patung,
ling dekat adalah patung-patung ter- menyiratkan dilemma publik atas ke
sebut mengupayakan pengembali- -kuasaan yang tak sadar menghe-
an ingatan publik atas perjuangan gemoni mereka. Kekuasaan ini ter-
para pahlawan, sekaligus menjadi sembunyi disebalik ungkapan-ung-
arena bagi pembangunan memori kapan bahasa yang didengungkan
kolektif. berulang kali; nasionalisme, patrio-
Terlepas dari persoalan bah- tisme, dan nilai-nilai kepahlawanan.
wa konteks pembangunan patung Hal senada yang diutarakan oleh
ruang publik semestinya bersandar Bourdieu,
pada kebutuhan masyarakat akan “Symbolic power – as a power of
constituting the given through
nilai identitas dan representasi utterances, of making people see
kehidupan warga hari ini, keempat and believe, of confirming or
transforming the vision of the
patung pahlawan yang berdiri kokoh world and, thereby, action on the
world and thus the world itself, an
menjadi jembatan untuk memikirkan almost magical power which
kembali apa yang paling esensial enables one to obtain the
equivalent of what is obtained
mesti dimiliki publik atas ruang hi- through force (whether physical
or economic), by virtue of the
dupnya. Apakah sebuah tugu batu, specific effect of mobilization – is
ataukan nilai-nilai kehidupan yang power that can be exercised only

Vol. 10, No. 1, Juli 2018 93


[ISSN CETAK: 2087-0795]
[ISSN ONLINE: 2622-0652]

if it is recognized, that is, Terdapat beragam bentuk dan


misrecognized as arbitrary”
(Bourdieu 1991, 170). gaya perwujudan patung bertema
pahlawan di kota Surakarta. Lokasi
Dari penjelasan tersebut, kita yang dipilih secara tegas, merupa-
lihat bagaimana kuasa simbolik kan lokasi-lokasi strategis dalam
adalah bentuk kekuasaan untuk peta kawasan kota. Gaya yang di-
membentuk hal-hal tertentu lewat ambil kebanyakan gaya naturalistik,
ujaran, membuat orang percaya, mencerminkan keanggunan dan ke-
untuk memperkuat atau mengubah tokohan yang jelas. Skala monu-
cara pandang terhadap dunia, se- mental juga dihadirkan untuk me-
buah kekuasaan yang (nyaris) ma- nambah kesan tegas dan megah.
gis yang memungkinkan seseorang Monumen 45 Banjarsari dan Monu-
untuk mendapat hasil yang sama men Mayor Achmadi hadir dengan
dengan yang diperoleh lewat paksa- relief sebagi inkripsi sebagai pusat
an. Karya-karya patung pahlawan informasi, sepertinya terlampau
ini menjadi sistem simbol untuk me- menojolkan visual tanpa memper-
nekankan polakekuasaan ini. Mela- timbangkan kontekstual situs. Ke-
lui ujaran yang disampaikan oleh dua karya patung ini merupakan
penguasa secara berulang ulang perwujudan ideal monumen sebagai
dan dikutip oleh media. Tujuannya gaya perpaduan. Pola gaya monu-
adalah bagaimana mereka mampu men perpaduan diciptakan dengan
melegitimasi kekuasaannya kepada cara menyusun beberapa bangunan
publik, melalui keputusan-keputus- dalam satu konfigurasi tunggal.
an yang seolah baik, namun mem- Unsurnya meliputi bangunan abs-
punyai maksud lain disebaliknya. trak, taman dan patung-patung fi-
Kuasa simbolik hanya bisa dijalan- guratif, dan unsur kelengkapan lain,
kan ketika ia tidak langsung dikenali seperti bangunan prasasti yang di-
keberadaannya seperti keberadaan letakkan terpisah dari bangunan
patungpatung publik yang ada di utama, gapura, kesemuanya diolah
kota Surakarta. Tanpa memberikan dirancang dalam suatu kompleks
akses informasi atas makna patung bangunan dengan lahan luas.
dan pelibatan publik di dalamnya, Kehadiran beragam gaya citra
sesungguhnya keberadaan mereka -an dan penempatan monumen, di-
tidak lebih dari sekedar upaya legi- dominasi oleh tempat tersembunyi
timasi kekuasaan dari otoritas. dan eksklusif, banyak dipengaruhi

94 Vol. 10, No. 1, Juli 2018


[ISSN CETAK: 2087-0795]
[ISSN ONLINE: 2622-0652]

oleh latar belakang situasi psiko-


logis yang terjadi pada masa di Quo vadis militer - sipil
mana peristiwa yang diperingati itu Munculnya beragam bentuk
berlangsung. Sebagaimana sejarah perwujudan dan penyajian monu-
mencatat, peristiwa kejuangan pen- men para pahlawan di Surakarta,
ting yang menjadi identitas dan pada satu sisi mencoba menampil-
jatidiri (eksistensi) warga atau rak- kan kebersamaan peran kejuangan
yat Surakarta, terutama dalam kait- antara sipil-militer. Akan tetapi, se-
annya dengan pergolakan perang bagaimana tampak dalam perwujud
kemerdekaan, seperti peristiwa se- -an estetisnya, penggunaan dan pe-
rangan umum 4 hari di Surakarta nempatan ikonografi pejuang lebih
berlangsung dalam suasana kebi- didominasi oleh peran ketokohan mi
ngungan dan ketegangan di kalang- -liter. Melalui cara ini telah Nampak
an para pejuang, sehubungan de- bagaimana legitimasi peran dimun-
ngan dikeluarkannya dua perintah culkan. Mitos kebersamaan yang di-
siasat dari dua komandan berbeda. munculkan masa Orde Baru melalui
kemanunggalan militer dan sipil, se-
Satu dari Mayor Achmadi se-
nyatanya dalam realitas simbolis pa
laku komandan SWK 106/Arjuna,13
-da monumen-monumen ini terjadi
satu lainnya dari Letkol Slamet Ri-
diskprepansi peran kejuangan. Pa-
yadi, komandan Wehrkreise I. 14
tung-patung militer jauh lebih domi-
Suasana ketegangan dan ketidak
nan daripada patung tokoh sipil.
harmonisan komunikasi yang terjadi
an-tara kelompok pasukan TP di Hal ini nampak jelas pada Mo-
satu pihak dan kelompok pasukan numen 45 Banjarsari. Di bangunan
TNI di pihak lain, menyelimuti sua- Monumen ini, personifikasi tokoh-to-
sana batin kedua kelompok pasu- koh yang ditampilkan berupa Kyai,
kan bukan saja pada masa per- dan rakyat, juga figure/ sosok pe-
tempuran, bahkan hingga ke masa rawat dan pemuda, cenderung lebih
pembangunan Monumen 45 Banjar- bersifat politis. Dengan kata lain,
sari yang berlangsung antara tahun seni bangun monumen itu cende-
1974 hingga 1986, pun juga pem- rung untuk diberi peran sebagai
bangunan Mo-numen Mayor Ach- konstruksi simbolisasi spirit kesatu-
madi di Simpang Lima Banjarsari an dan persatuan, daripada sebagai
Surakarta. konstruksi simbolis kenyataan em-

Vol. 10, No. 1, Juli 2018 95


[ISSN CETAK: 2087-0795]
[ISSN ONLINE: 2622-0652]

pirik yang terjadi di medan sesung- masi simbolik atas kekuasaan me-
guhnya. Monumen ini menunjukkan reka di ranah publik.
bagaimana kuasa simbolik dihadir-
kan secara politis, di mana tokoh- SIMPULAN
tokoh kyai dan rakyat ditampilkan, Monumen maupun patung di
meski keduanya bukanlah sosok riil ruang publik, merupaka wujud eks-
yang terlibat langsung dalam per- presi simbolis yang dalam peran fu-
tempuran yang sesungguhnya. Da- ngsi sosialnya mengalami pergeser-
lam kasus ini sosok-sosok patung an sebagai medium untuk menan-
dalam monument lebih dihadirkan capkan ideology tertentu secara
dalam kepentingan pengembangan visual. Keberadaan sebuah objek
spirit kesatuan (sebagai represen- patung sangatlah tendensius, se-
tasi ragam keterwakilan rakyat). Ke- jauh ia dilakukan atas kepentingan
nyataan yang timpang jika melihat publik. Sementara yang terjadi ada-
fakta bahwa perjuangan jauh lebih lah upaya-upaya peneguhan kekua-
banyak mengorbankan rakyat kecil saan personal maupun kelompok
tanpa status ketokohan tertentu, (korps,ormas, atau organisasi politik
terlebih pihak otoritas militer. tertentu) yang mengatasnamakan
Solidaritas kesatuan ini juga kepentingan publik. Beragam per-
dimunculkan pada cara penempat- wujudan seni bangun monumen ber
an monument. Sebagaiamana yang -tema pahlawan yang tersebar di
ditunjukkan dalam patung Slamet kota Surakarta, telah menjadi sim-
riyadi dan Soekarno Membaca, ke- bol dan instrument ideologisasi, da-
duanya menunjukkan adanya dis- lam hal ini ideologi militer.
paritas solidaritas kesatuan, antara Sebagaimana tampak dari me
warga, militer, maupun ormas politik -kanisme pencitraan melalui pilihan
penguasa. Hal itu tampak pada cara tokoh militer, pilihan lokasi dan pe-
penokohan dan sekaligus penem- nempatan senibangun monumen-
patan monumen yang cenderung nya yang dominan pada lokasilokasi
memilih lokasi-lokasi eksklusif pada ekslusif di pusat-pusat kawasan pu-
wilayah publik, tanpa melakukan uji blik. Sebaliknya perwujudan seni ba
dengar ataupun melihat pada ke- -ngun monumen yang merupakan
butuhan publik atas ruang hidup representasi peran kejuangan ke-
mereka. Praktik yang dilakukan me- lompok sipil (Tentara Pelajar) domi-
rupakan satu bentuk upaya legiti- nan hadir dalam perwujudan seder-

96 Vol. 10, No. 1, Juli 2018


[ISSN CETAK: 2087-0795]
[ISSN ONLINE: 2622-0652]

hana, dan ditempatkan pada lokasi- an sosial antara khalayak dengan


lokasi yang tersembunyi, karena personifikasi yang direpresentasi-
mengandalkan dan mendasarkan kan. Pada ranah makro, moda pen-
pada prioritas lokasi tempat di mana citraan simbolisme kejuangan me-
peristiwa yang diperingati pernah refleksikan bentuk otoritas pemak-
berlangsung. Secara tegas, temuan naan nilai kejuangan yang secara
lain dalam penelitian ini adalah bah- hegemonis didominasi oleh militer,
wa bentuk monumen yang ada di yang sekaligus menempatkan pe-
kota Surakarta secara terang me- ran sipil dalam posisi subordinan.
refleksikan kenyataan tersembunyi Kuasa simbolik menemukan praksis
ketidak harmonisan relasi sipil-mi- -nya dalam empat patung pahla-
liter. wan di Kota Surakarta.
Sekalipun upaya penyebar-
luasan dan pewarisan nilai luhur ke-
pahlawanan yang ingin dimuncul-
kan sebagai bentuk pembangunan DAFTAR PUSTAKA
moral masyarakat didengungkan
oleh otoritas, realitas yang tampak Adi, Wicaksono dan Bambang
Budjono. 2012. Seni Rupa
dalam wujud rupa dan media ber-
Indonesia dalam Kritik dan Esai,
kata lain. Segenap simbol yang di- Seni Rupa Indonesia dalam Kritik
dan Esai (SRI). Jakarta : Dewan
munculkan tak lain semata upaya
Kesenian Jakarta.
mereka untuk menunjukkan sebara-
Blau, Peter M. 1963. “Critical
pa luas kiprah dan domuniasi ke-
remarks on Weber‟s theory of
kuasaan yang mereka miliki. Sebab, authority.” Washington : American
Political Science Review.
mereka yang memiliki uang, me-
milih dan memutuskan bagaimana Bourdieu, Pierre. 1991. Language
and Symbolic Power. 1 ed.
bentuk patung yang akan dibangun
Cambridge: Polity Press.
dan dimana akan diletakkan.
Budiarjo, Miriam. 2004. Dasar-
Berkaitan dengan prinsip dan
Dasar Ilmu Politik. Jakarta:
kaidah penciptaan seni publik, mo- Gramedia.
de pencitraan monumen- monumen
Miles, Mark. 1997. Art, Space and
ini sarat dengan ikonnografi mi- the City -public art and urban
futures. London&New York:
literistik disertai penempatannya pa-
Routledge.
da lokasi eksklusif, pada kenyataan-
nya justrtu menciptakan kesenjang- Claire Holt. 2000. Art In Indonesia:

Vol. 10, No. 1, Juli 2018 97


[ISSN CETAK: 2087-0795]
[ISSN ONLINE: 2622-0652]

Continuity and Change. Versi Sana.


Indonesianya ditulis oleh:
Sudarsono, Bandung: MSPI.
Sp., Soedarso. 2000 Sejarah
Perkembangan Seni Rupa
Kasiyanto, 2005, Analisis Wacana
Indonesia, Yogyakarta : CV. Studio
dan teoritis Penafsiran Teks, dalam
Delapan Puluh Enterprise dan
Analisis Data Penelitian Kualitatif:
Badan Penerbit ISI Yogyakarta
Pemahaman Filosofis dan
Metodologis ke Arah Penguasaan
Model Aplikasi, ed. Burhan Bungin _________., But Muchtar, Jim
.Jakarta: Rajagrafindo Persada. Supangkat, G. Sidharta Soegijo &
Kasman KS. 1992, Seni Patung
Kusnadi,dkk. 1978. Seni Rupa Indonesia, Yogyakarta : BP ISI
Indonesia dan Pembinaannya. Yogyakarta.
Jakarta: Proyek Pembinaan
Kesenian Departemen P dan K.
Yuliman, Sanento. 2001. Dua Seni
Rupa :,Sepilihan Tulisan. Bandung:
Muhadjir, Noeng, 2007, Metodologi
Penerbit Kalam.
Keilmuan: Paradigma Kualitatif,
Kuantitatif dan Mixed, edisi
v.Yogyakarta: Rake Sarasin.
Jurnal
Moeliono, Anton M. 1990. Kamus
Budiani. 1963. Arah Menuju Seni
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Pahat Kita, Jurnal Budaya bulan
Balai Pustaka (Departemen
maret/april/mei 1963. No 3/4/5 th ke
Pendidikan dan Kebudayaan).
XII.

Moyer, Glenn Harper dan Twylene.


Muchtar, But. 1985, “Seni Patung
2007. Conversations on Sculpture.
dalam Kaitannya dengan
Washington: Hamilton International
Kehidupan Manusia”, Pidato
Sculpture Center.
pengukuha jabatan guru besar tetap
pada Fakultas Seni Rupa dan
Nazir, Moh., 2005, Metode
Desain Istitut Teknologi Bandung,
Penelitian, Bogor Selatan: Ghalia
Sidang Terbuka Senat Institut
Indonesia
Teknologi Bandung 19 Oktober
1985.
Read, Hebert. 1964. A Concise
History of Modern Sculpture, New
York: Frederick A. Praeger, Sumarwahyudi. 1996. Seni
Publishers. Monumen Indonesia dari Masa ke
Masa. Jurnal Bahasa dan Seni
Susanto. Mikke. 2003. Membongkar Tahun 24. No.2 Agustus 1996.
Seni rupa. Yogyakarta : Jendela.
Wienarno, Eko Budi. 2003. Seni
Soemardjo, Jakob.2009. Asal-Usul
Patung Indonesia: Perkembangan
Seni Rupa Modern Indonesia.
Dan Kesinambungan Proses Kreatif
Bandung : Penerbit Kelir.
Penciptaan Patung Di Indonesia.
Jurnal BAHASA DAN SENI, Tahun
Sp., Soedarso. 1990. Tinjauan Seni
31, Nomor 2, Agustus 2003.
Sebuah Pengantar Untuk Apresiasi
Seni. Yogyakarta: Saku Dayar

98 Vol. 10, No. 1, Juli 2018


[ISSN CETAK: 2087-0795]
[ISSN ONLINE: 2622-0652]

Blau, Peter M. 1963. “Critical dra-gunawan-patung-jend-


remarks on Weber‟s theory of sudirman.html.
authority.” American Political (Akses 22 Maret 2016).
Science Review 57 (2): 305–16.

Bourdieu, Pierre. 1989. “Social


Space and Symbolic Power.”
Sociological Theory 7 (1): 14–25..

Elsen, Albert. 1989. “What We Have


Learned about Modern Public
Sculpture: Ten Propositions.” Art
Journal, Critical Issues in Public Art,
48 (4): 291–97.

Fenz, Werner, dan Maria-Regina


Kecht. 1989. “The Monument Is
Invisible, the Sign Visible.” October
48: 75–78.

Hein, Hilde. 1996. “What Is Public


Art?: Time, Place, and Meaning.”
The Journal of Aesthetics and Art
Criticism 54 (1): 1–7.

Montgomery, Olwyn. 2000. “Do the


„Public‟ Like It?” Fortnight, no. 385:
22–23.

Internet

http://arsip.galerinasional.
or.id/documentations/9192/detail.
(Akses 22 Maret 2016)

http://www.jakarta.go.id/web/encycl
opedia/detail/2811/Sidharta-
Soegijo-G. (Akses 22 Maret
2016).

http://blogsenirupa.
blogspot.co.id/2013/05/biografi-
edhisunarso-
dan-karya.html. (Akses 22 Maret
2016).

http://sagidigajinta.blogspot.co.id/20
10/06/hen

Vol. 10, No. 1, Juli 2018 99

Anda mungkin juga menyukai