PROPOSAL SKRIPSI
Disusun Oleh
052150028
MAUMERE
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Mural di kota Maumere hadir melalui anak muda dan komunitas yang
sadar dan peka terhadap kondisi sosial yang berkembang di masyarakat
Kabupaten Sikka. Pada beberapa sudut kota di Maumere, sering kita temui
lukisan-lukisan mural, yang dalam proses pembuatannya terinspirasi oleh
keadaan sosial masyarakat yang terjadi di kota Maumere. Komunitas Pemuda
Sadar Lingkungan (KPSL) merupakan kumpulan anak muda yang
mempunyai hasrat yang sama di bidang seni rupa dalam hal ini seni mural.
Mereka beranggapan bahwa perlu adanya sebuah wadah untuk
menyampaikan ide ataupun gagasan yang positif melalui media tembok di
sudut-sudut kota Maumere dengan harapan bahwa gambar-gambar yang
dibuat dengan nilai estetika yang tinggi akan memberikan pengalaman visual
yang berbeda sehingga tidak membuat pengguna jalan menjadi bosan.
LANDASAN TEORI
Judul
No Nama Peneliti Tahun Isi Penelitian
Penelitian
1 Ni Made Tanti Produksi Ruang 2017 Berdasarkan penelitian
Candra, Wahyu Sosial Melalui yang telah dilakukan
Budi Nugroho, Mural Di Kota mengenai Produksi Ruang
Nengah Punia Denpasar Sosial melalui Mural di
Kota Denpasar, maka dapat
d. Huruf (text/tipografi)
Dalam mural terdapat juga unsur pembentuk rupa, yaitu
huruf yang disusun membentuk kata atau kalimat, huruf di sini
sebagai tanda visual dan tanda verbal dalam mural. Telah
dijelaskan bahwa perbedaan antara mural dan graffiti dilihat
berdasarkan objeknya. Graffiti lebih menekankan pada stilisasi
rangkaian huruf dan biasanya dikerjakan dengan teknik cat
semprot atau airbrush, sedangkan mural lebih menekankan
pada kemampuan drawing (menggambar objek). Dalam mural
kadang juga terdapat huruf atau teks yang berfungsi sebagai
aksen dari keseluruhan komposisi unsur-unsur pembentuk rupa
yang lain dan sekaligus sebagai penjelas dari pesan yang
disampaikan seniman.
e. Ruang ( Space)
Ruang adalah bidang keluasan dalam dua atau tiga
dimensional (volume). Unsur seni lukis ini digunakan untuk
menimbulkan kesan kedalaman dari objek yang dilukiskan.
Kesan ini dapat dilalui dengan gradasi warna terang ke warna
gelap, begitu pula sebaliknya. Kesan ini juga bisa ditimbulkan
dengan pemanfaatan value atau nilai dan pemanfaatan
bayangan pada objek lukisan.
Menurut Susanto dalam (2002:99); Ruang dikaitkan dengan
bidang dan keluasan, yang kemudian muncul istilah dwimatra
dan trimatra.
Dalam seni rupa, orang sering mengkaitkannya dengan
bidang yang memiliki batas atau limit, walaupun kadang-
kadang bersifat tidak terbatas dan tidak terjamah. Ruang juga
dapat diartikan secara fisik adalah rongga yang terbatas
maupun tidak terbatas oleh bidang. Sehingga pada suatu waktu,
dalam hal berkarya seni, ruang tidak lagi dianggap memiliki
batas secara fisik, contohnya pada karya-karya seni lingkungan
(environmental art), happening art, dan lain-lain.
Dalam seni lukis, ruang dalam perkembangannya terkait
dengan konsep, contohnya zaman Renaissance dengan
perspektif digunakan untuk menghasilkan ilusi susunan
kedalaman tertentu atau di Cina, lebih menghargai arti ruang
kosong sebagai makna filosofis, dengan kekosongan jiwa dapat
diwujudkan kemungkinan-kemungkinan yang lain.
2. Asas-Asas Desain dalam Mural
Menurut Nooryan Bahari (2008:95-98) Susunan karya seni
sebenarnya lebih kompleks di banding kesan yang ditangkap dari
setiap deskripsi, sebab ia tidak hanya ada ada dalam satu unsur
saja, melainkan juga pada setiap unsur secara keseluruhan.
Kesatuan diantara medium, pikiran dan perasaan apapun yang
menjelma padanya itulah pokok dalam segala macam ungkapan.
Kesatuan di antara kata dan artinya, nada music dan rasanya, dan
warna dengan kekuatan, bentuk yang disajikan.
a. Kesatuan (unity)
Kesatuan berkaitan dengan homogenitas. Djelantik
(1996:37-38), menerangkan bahwa dengan keutuhan
dimaksudkan bahwa karya yang indah menunjukkan dalam
keseluruhannya sifat yang utuh, tidak ada cacatnya, berarti
tidak ada yang kurang dan tidak ada yang berlebihan.
b. Keseimbangan (balance)
Susanto (2002:20) memberikan pengertian tentang
keseimbangan (balance); balance merupakan persesuaian
materi dari ukuran berat dan memberi tekanan pada stabilitas
pada suatu komposisi dalam karya seni.
Balance dikelompokkan menjadi symmetrical balance atau
keseimbangan simetris, asymmetrical balance/keseimbangan
asimetris, balance by contrast atau perbedaan atau adanya
oposisi dan balance by radial.
Menurut Nooryan Bahari (2008:97) asas keseimbangan (the
principle of balance) adalah kesamaan dari unsur-unsur yang
berlawanan atau bertentangan. Dalam karya seni, meskipun
unsur-unsurnya tampak bertantangan tetapi sesungguhnya
saling memerlukan untuk bersama-sama menciptakan suatu
kebulatan sebagai unsur-unsur yang saling berlawanan atau
tidak perlu sama, karena paling utama ialah kesamaan dalam
ini. Dengan kesamaan nilai-nilai dari unsur-unsur dari unsur-
unsur yang saling bertentangan, keseimbangan secara estetis
akan dapat tercipta.
c. Irama (rhythm)
Menurut Djelantik (1997:39-40) dalam suatu karya seni,
ritme atau irama merupakan kondisi yang menunjukkan
kehadiran yang terjadi berulang-ulang secara teratur.
Keteraturan ini bisa mengenai jarak atau waktunya yang sama.
Terulangnya sesuatu yang secara teratur memberi kesan
keterkaitan peristiwa itu oleh sesuatu hukum, sesuatu yang
ditaati, sesuatu yang disiplin, oleh karena itu ritme mempunyai
sifat memperkuat kesatuan dan keutuhan (Djelantik, 1997:39-
40).
Edmund Burke Feldman ( dalam Sahman,1993:43), melihat
rhythm sebagai ordered or regular recurrence of an element
(penggolongan yang berulang-ulang dalam unsur yang tetap).
Ada yang repetitive, alternative, progressive dan flowing
(ulangan, ulangan dengan sedikit perubahan, ritme yang
memperlihatkan gerak berkelanjutan). Penerapan ritme pada
mural berfungsi untuk memberikan keteraturan namun
berirama sehingga tidak membosankan dan memiliki
kedinamisan.
d. Proporsi (proportion)
Menurut Sahman (1993:43) proporsi adalah hubungan
ukuran antar bagian satu dan bagian lain, serta bagian dari
kesatuan. Ukuran dan proporsi yang tepat menimbulkan
harmoni, dan menimbulkan rasa indah pada manusia.
Proporsi di sini digunakan pada gambar representasional
sehingga seniman akan mempertimbangkan perbandingan
dengan struktur bangunan, dengan proporsi yang tepat, sebuah
karya seni (mural) akan terlihat indah bagi penikmatnya.
e. Dominasi (emphasis)
Emphasis adalah penekanan atau sesuatu yang
mendominasi, prinsip seni ini digunakan untuk menonjolkan
salah satu bentuk dari sekian banyak unsur yang ada dalam
suatu karya seni.
f. Variasi (variety)
Variasi sebagai elemen unsur karya seni rupa yang
merupakan pengembangan dari materi pokok berfungsi
memperindah, memperjelas dan menambah makna.
2.3 Seni Jalanan
Seni jalanan atau biasa disebut street art kemudian muncul menjadi
istilah yang dipakai untuk membedakan dengan karya seni yang dibuat dan
ditempatkan di jalanan dengan meminta ijin kepada pihak yang berwenang.
Seni jalanan merupakan perkembangan dari grafiti yang biasanya dibuat
dengan cat semprot (aerosol) kemudian berkembang menggunakan berbagai
teknik pembuatan misalnya : stensil, stiker, tempelan kertas (wheatpasting),
poster atau campuran dari berbagai bentuk seni. Penempatannya dilakukan
tampa ijin dari pihak berwenang dan dilakukan dengan sengaja. Misalnya:
gerbong kereta, pos polisi, papan reklame, dan lain-lain. Terkadang memicu
timbulnya perkara. Perkara inilah yang seringkali menyababkan pelaku seni
jalanan dianggap sebagai pelaku (vandalism). (Barry.2008, 30-31).
Kata “jalanan” pada seni jalanan bukan sekedar menunjukan tempat tetapi
lebih menekankan kepada keabsahan sebab jalanan memiliki sifat longgar
yang memungkinkan kebebasan ekspresi berlangsung. Apakah itu dalam
bentuk kebebasan berpendapat, seni, maupun kebebasan bertingkah laku.
Jalanan telah menjadi tempat dimana orang-orang memiliki kesempatan
untuk menunjukan rasa kemanusiaan dan kebinatangannya yang
tersembunyi (Barry.2008, 30-31).
2.4 Fungsi Mural di Ruang Kota
2.4.1 Fungsi Mural di Ruang Kota
Dalam periode seni modern, secara individual, seniman lebih bebas
menginterpretasi sesuatu kepada sebuah karya seni. Lambat laun mereka
membutuhkan respon masyarakat untuk mengagumi karya mereka agar
dapat diterima melalui seni publik di ruang publik, bukan hanya dalam galeri
atau museum saja. Seni berperan dalam publik ketika mempengaruhi
kolektif masyarakat, dengan sengaja dibuat untuk diperlihatkan pada publik
atau digunakan sebagai fasilitas publik, menggambarkan atau
mendeskripsikan keberadaan sosial atau sesuatu yang muncul secara kolektif
dari masyarakat, dan bukan merupakan persepsi individu berdasarkan
pengalaman personal seniman (Feldman,1967).
Sebagai gerakan kritik sosial dan politk, Diego Rivera (1922-1953)
merupakan perintis lukisan mural muncul di Mexico, atau dikenal sebagai
Mexican muralista. Karya pertama yang ia buat adalah Man at the
Crossroad.
Karya mural ini merupakan karya seni publik karena memang sengaja dibuat
di dingding pembatas jalanan di Mexico.
3.
Denotative Sign (tanda denotative)
2. Connotative Signifier 3. Connotative
(penanda konotatif) Signified
(pertanda
konotatif)
4. connotative Sign
(tanda konotatif)
METODE PENELITIAN
Buku
Bahari Nooryan, 2008. Kritik Seni, Yogyakarta, Pustaka Pelajar. ISBN:978-602-
8055-19-2
Sarwono Jonathan dan Hery Lubis, 2007. Metode Riset Untuk Desain
Komunikasi Visual, Yogyakarta, C.V ANDI OFFSET. ISBN : 978-979-
29- 0041-5
Vera Nawiroh, M.Si. 2015. Semiotika dalam Riset Komunikasi. Bogor, Ghalia
Inodesia. Sarwono, Lubis. 2007. Desain Komunikasi Visual, Bandung,
C.V Andi OFFSET (Penerbit Andi) Indonesia.
Jurnal
Tolo Sese. 2019. “Ekonomi Politik Gerakan Mahasiswa Progresif di NTT Pasca
Pemilu 2019”. Maumere : LK3I Maumere, Flores, NTT.
Althaf Afif, Dimas Krisna Aditya. 2017. “Mural Sebagai Media Edukasi
Mengenai Kebudayaan Kecamatan Bojongsoang Dengan Memanfaatkan
Ruang Dua Dimensi Yang Terbengkalai Volume 4” No.3
Desember 20 ISSN : 2355-9349
Wicandra Obed Bima. 2005. “Merebut Kuasa Atas Ruang Publik: Pertarungan
Ruang Komunitas Mural Di Surabaya”. Surabaya : Universitas Kristen
Petra, Surabaya.
Candra Cristian Oki. 2013. ’Pesan Visual Kota’ . Yogyakarta ; Pendidikan Seni
Rupa Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta
Candra Tanti, Wahyu Budi Nugroho, Nengah Punia. 2017. “Produksi Ruang
Sosial Melalui Mural Di Kota Denpasar”.
Althaf Afif, Dimas Krisna Aditya. 2017. “Mural Sebagai Media Edukasi
Mengenai Kebudayaan Kecamatan Bojongsoang Dengan Memanfaatkan
Ruang Dua Dimensi Yang Terbengkalai Volume 4“.
Desain Komunikasi Visual, Fakultas Industri Kreatif, Universitas Telkom. ISSN
: 2355-9349.
Skripsi
Cristian Oki Candra, 2013. Pesan Visual Mural Kota Karya Jogja Mural Forum
–Yogyakarta. Kepada Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri
Yogyakarta
Danny Syah Putra, 2018. Penggunaan Komunikasi Visual Mural Pada Kafe
(Analisis Kualitatif Penggunaan Komunikasi Visual Mural Pada Kafe
Bangi Kopi). Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.
Tesis
Internet
https://www.suara.com/news/2019/09/28/173542/sempat-viral-bawa-poster-
zinahi-aku-saat-demo-6-mahasiswi-minta-maaf di akses pada tanggal
13/12/2019 pada pukul 16:57).