Anda di halaman 1dari 6

ARSITEKTUR KOTA

PUBLIC PLACES URBAN SPACES


The Dimensions of Urban Design
Matthew Carmona, Tim Heath, Toner Oc and Steven Tiesdell

NOVRACHEL RIYANITA 052001500082


TIARA PRAMESWARI 052001500106
ZAVIRA AUDIA FARANDINA
052001500113
Dua tradisi desain perkotaan berasal dari berbagai cara untuk menghargai desain dan produk dari proses
perancangan. Dalam makalahnya 'Urban Environments as Visual Art or Social Settings', Bob Jarvis
(1980) membahas perbedaan ini dalam hal tradisi 'visual-artistik' yang menekankan pada kualitas visual
bangunan dan ruang, dan tradisi 'penggunaan sosial' yang berkaitan dengan kualitas sosial orang, tempat
dan aktivitas.
Dalam beberapa tahun terakhir, keduanya telah disintesis menjadi tiga tradisi,
The Visual Artistic Tradition
Tradisi Artistik Visual

Tradisi Visual artistic jauh lebih dulu dari arsitektur. Dan di artikan sebagai arti sempit
dari urban design.

Visual artistic lebih dominan terfokus pada kualitas visual dan pengalaman estetik. Visual
artistic lebih penting dari kebudayaan, sosial, ekonomi, politik dan tata ruang.

Dan proses ini memberikan kontribusi yang baik untuk perkotaan.

Punter dan Carmona (1997, hal 72), sementara Cullen’s “Townscape” mengembangkan
respons pribadinya dan ekspresif terhadap lingkungan perkotaan, sebagian besar gagal
untuk mengakui persepsi publik tentang pemandangan kota dan tempat-tempat, yang -
sebaliknya - masa depan
The Social Usage Tradition
Tradisi Penggunaan Sosial

■ Tradisi Penggunaan Sosial adalah cara orang menggunakan persepsi dan merasakan
lingkungan sekitar.
■ Kevin Lynch berpendapat terdapat dua cara untuk mengalihkan fokus desain perkotaan
dengan :
– Apresiasi terhadap lingkungan perkotaan: Terjadi berdasarkan pengalaman.
– Dalam hal objek penelitian: Berdasarkan persepsi orang masing-masing.
■ Jane jacobs (The Death and Life of Great American Cities) berpendapat tentang aspek desain
perkotaan kontemporer yang merupakan pendukung utama pendekatan ini. Sementara sebuah
kota berkonsentrasi pada aspek sosiofungsional jalanan, trotoar dan taman.
■ Jacobs menekankan peran mereka sebagai wadah aktivitas manusia dan tempat interaksi
sosial.
The Making Places Tradition
Tradisi Pembuatan Tempat

Selama 20 tahun terakhir, yang menjadi dominan dalam konsep desain perkotaan salah satunya adalah
pembuatan kawasan untuk masyarakat. Pemikiran desain perkotaan ini diringkas dengan baik dalam
definisi berikut:

 Pada tahun 1953, Frederick Gibberd berpendapat bahwa tujuan desain kota adalah untuk
melihat bahwa komposisi kota tidak hanya berfungsi dengan baik, namun juga menarik dalam
penampilan.

 Pada tahun 1961, Jane Jacobs menegaskan bahwa :”Untuk pendekatan kota … atau lingkungan
seolah-olah menjadi masalah yang besar… untuk mengganti seni seumur hidup”

 Pada tahun 1988, Peter Buchanan berpendapat bahwa desain perkotaan pada dasarnya adalah
tentang pembuatan tempat, dimana tempat bukan hanya ruang yang spesifik, tetapi semua
aktifitas dan peristiwa yang memungkinkan.
Departemen transportasi, lingkungan, dan wilayah (DTER, DoE) dan Komisi Arsitektur dan
Pembangunan lingkungan kemudian membuat definisi yang lebih bulat, mengidentifikasikan
desain perkotaan sebagai ‘seni membuat ruang untuk masyarakat’

Ada tujuh tujuan desain perkotaan, masing-masing berkaitan dengan konsep tempat:
 Karakter : sebuah tempat dengan identitas nya sendiri
 Kontinuitas dan batas : tempat dimana ruang public secara jelas dibedakan.
 Kualitas wilayah public : tempat dengan daya tarik dan kesuksesan - area luar Ful;
 Kemudahan gerak : tempat yang mudah untuk bisa bergerak;
 Keterbacaan : tempat yang memiliki citra yang jelas dan mudah dimengerti;
 Kemampuan beradaptasi : tempat yang mudah berubah;
 Keragaman : tempat dengan variasi dan pilihan.

Anda mungkin juga menyukai