Anda di halaman 1dari 93

Urban Art: Wujud Resistensi Kultural Masyarakat Bawah

8 Maret 2013 14:55 Diperbarui: 24 Juni 2015 17:07 1489 1 2

13627543851434369417

URBAN ART: WUJUD RESISTENSI KULTURAL MASYARAKAT BAWAH

[caption id="attachment_247719" align="aligncenter" width="300" caption="ilustrasi sumber:


http://4.bp.blogspot.com"][/caption]

SECARA harfiah, Urban Art merupakan wujud ekspresi estetika dari sekelompok masyarakat yang berada di
perkotaan. Akan tetapi, melihat perkembangan sekarang, tidak hanya perkotaan saja yang dilanda virus ini,
melainkan juga sampai merambah pedesaan. Meskipun tetap definitif, Urban Art merupakan wujud budaya populer
(popular culture) khas perkotaan, dimana para art workernya adalah para kaum urban.

Menurut Fiske (1996), kebudayaan populer (popular culture) hakikatnya merupakan kebudayaan orang-orang yang
berada pada posisi subordinat, tak berdaya, sehingga di dalamnya mengandung pengertian hubungan kekuasaan,
yaitu suatu perjuangan antara dominasi dan subordinasi, antara kekuasaan dan berbagai bentuk pengelakan
(evasions) maupun perlawanan diam-diam (resistance).

Kebudayaan populer akan menjadi pertentangan yang mendalam pada masyarakat dimana kekuasaan tidak
terdistribusi secara merata berdasarkan kelas, gender, ras, serta kategori lain yang lazim kita gunakan untuk
membuat pembedaan sosial.Dalam kaitannya dengan resistance, kaum subordinat melakukan apa yang disebut
sebagai excorporation, yakni menciptakan kebudayaannya sendiri di luar sumber-sumber dan komoditi yang
disediakan oleh sistem dominan.

Inlah yang membuat tidak adanya rakyat asli yang menyediakan alternatif, sehingga mereka akan menciptakan
seni dari apa yang tersedia.

Jika dilihat dari konsep dasarnya, urban art merupakan manifestasi seni yang mencirikan perkembangan kota,
dimana perkembangan tersebut, selanjutnya melahirkan sistem di masyarakat yang secara struktur berbeda dengan
struktur dan kultur yang ada di pedesaan. Hal ini sekaligus mendobrak konsep seni yang selama ini berlatar
belakang tradisi, menjadi lebih merespon tradisi-tradisi baru (neo-cultural), terutama di daerah perkotaan yang
secara demografis dihuni oleh anggota masyarakat yang bersifat heterogen. Urban art lahir karena adanya kerinduan
untuk merespon kreativitas masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan dengan segala problematiknya. Oleh karena
itu muncul usaha dari sekelompok orang untuk memamerkan dan mendatangkan seni di tengah-tengah masyarakat
dengan cara melakukan kebebasan berekspresi di ruang publik. Ekspresi yang ditampilkan adalah ekspresi yang
memncoba memotret permasalahan-permasalahan yang terjadi dan kerap mendominasi mereka sebagai masyarakat
urban. Permasalahan ini mencakup aspek sosial, ekonomi, politik, dan juga budaya. Melalui media seni dan
dilatarbelakangi oleh pertumbuhan dan kapitalisasi kota itu sendiri. Sejatinya, hubungan antara realita, pengalaman,
dan ekspresinya bersifat dialogis dan dialektis. Ketika pengalaman (empirik) seseorang coba untuk diekspresikan,
artinya dituangkan dalam bentuk atau tingkah laku empirik (terdengar, terlihat, tercecap, terasa, dan terbaui). Maka
dari itu, hasil interpretasi subyektif atas realita tersebut akan terlahir atau hadir dalam realita. Sementara itu, ekpresi
terstruktur oleh pengalaman, sedangkan pengalaman juga terstruktur oleh ekspresi. Seniman-seniman urban yang
mendekonstruksi seni Selama ini, seni dianggap sebagai bagian dari kebudayaan yang berlatar belakang tradisi
yang memiliki fungsi dan pengertian yang agung (adiluhung), klasik, orisinil, serta tradisional. Akan tetapi, hal
inilah yang membuat seni menjadi berjarak dengan publik sebagai kreatoris dengan karya seni itu sendiri.
Keberadaan urban art sebagai representasi dari popular culture seolah meruntuhkan konstruksi seni dan karya seni
yang selama ini berkembang di masyarakat. Karya seni yang selama ini diterjemahkan oleh masyarakat sebagai
tradisi yang adiluhung dan hanya pantas digelar di galery art saja, oleh merekapara seniman-seniman urban
kebebasan ekspresi dijadikan semacam perspektif baru dalam menciptakan sebuah karya seni. Realisasinya, karya
seni tidak hanya dipamerkan di galery art saja, melainkan bisa dinikmati oleh publik di mana saja. Bahkan media-
media yang tak lazim pun dapat menjadi media bagi seniman-seniman urban tersebut, atau yang kerap menyabut
diri mereka dengan sebutan writers, untuk mengekspresikan ide-idenya. Mereka memanfaatkan fasilitas-fasilitas
publik sebagai sarana bertarung dengan media-media lainnya seperti iklan-iklan di televisi misalnya. Di sinilah
wujud resistensi terhadap dominasi yang mereka alami selama ini. Fasilitas-fasilitas publik yang mereka jadikan
media berekspresi menjadi bukti bahwa tujuan dari urban art sendiri adalah berakar pada perbedaan sikap politik,
anti kemapanan, vandalism, dan perlawanan terhadap sistem dominan yang ada di masyarakat. Sedangkan
bentuknya, bisa bermacam-macam, yang terpenting adalah tetap mengusung spirit dinamika kaum urban. Resistensi,
perlawanan yang dilakukan oleh seniman-seniman urban tersebut pada dasarnya merupakan sebuah kontra-
hegemoni dari sistem yang mendominasi mereka, serta lebih jauh, merupakan tindakan pembelaan terhadap
subkultur. Dari sini diharapkan munculnya kemajemukan satuan-satuan kecil (kebudayaan) ke permukaan. Dalam
hal ini, kebudayaan dilihat sebagai wacana pendisiplinan dan normalisasi, yang tidak tepat hanya dihadapi dengan
macro-politics, sebab dominasi tidak hanya bersifat vertikal (negara versus masyarakat), melainkan dominasi
tersebut lebih bersifat menyebar dan merata dalam setiap hubungan masyarakat. Oleh karena itu, hal ini hanya bisa
dihadapi dengan semacam micro-politics, yang oleh Michael Foucault dirumuskan sebagai insurection of the
subjugated knowledges (membangkitkan pengetahuan-pengetahuan yang tertekan. Dengan cara ini, diharapkan
kaum urban yang bisa digolongkan sebagai masyarakat subkultur berupaya untuk membangkitkan pengetahuan
(baca:kebudayaan) mereka yang tertekan. Tentangan terhadap hegemoni yang direpresentasikan oleh kaum
subkultur tidak dikemukakan secara langsung oleh mereka. Sebaliknya, tentangan itu diungkapkan secara tak
langsung, dalam apa yang diesbut sebagai gaya. Selain itu, subkultur-subkultur tersebeut juga menaruh perhatian
pada konsumsi. Konsumsi subkultural adalah konsumsi pada tahapnya yang paling diskriminatif. Melalui suatu
proses perakitan, subkultur-subkultur mengambil pelbagai komoditas yang secara komersial tersedia untuk tujuan
dan makna subkultur itu sendiri. Produk-produk dipadukan atau diubah dengan cara yang tidak diinginkan oleh
produsennya, artinya komoditas diartikulasikan kembali untuk menghasilkan makna-makna oposisional.(JUN)

Urban Art, Seni Yang Menghampiri Publik

March 4, 2008 in Review | Tags: Urban Art

Urban art adalah seni yang mencirikan perkembangan kota, dimana perkembangan itu kemudian melahirkan sistem
di masyarakat yang secara struktur dan kultur berbeda dengan struktur dan kultur masyarakat pedesaan. Saat ini seni
bukan lagi sekedar berlatar belakang tradisi tapi justru lebih merespon tradisi-tradisi baru terutama di daerah
perkotaan yang secara demografis dihuni oleh anggota masyarakat yang sangat heterogen.

Urban art lahir karena adanya kerinduan untuk merespon kreativitas masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan
dengan segala problematikanya. Maka munculah usaha dari sekelompok orang untuk memamerkan dan
mendatangkan seni ditengah-tengah masyarakat dengan cara melakukan kebebasan berekspresi di ruang publik.
Ekspresi yang ditampilkan adalah ekspresi yang mencoba memotret permasalahan-permasalahan yang kerap terjadi
dan mendominasi masyarakat urban mencakup masalah sosial, ekonomi, politik dan budaya. Melalui media seni dan
dilatarbelakangi oleh pertumbuhan dan kapitalisasi kota itu sendiri. Zaman sekarang seni bukan lagi sebuah
representasi yang ditampilakan digaleri saja, tapi sebuah media ekspresi yang bertarung di fasilitas publik dengan
media lainnya seperti iklan di TV, billboard iklan, poster promosi, baligo dan lain-lain. Semua media ekspresi
tersebut mendominasi dihampir setiap fasilitas publik.

Urban art berhasil memangkas hubungan yang berjarak antara publik sebagai apresiator dengan sebuah karya seni.
Menggantikan fungsi seni yang tadinya agung, klasik, murni, tinggi serta tradisional. Seni diposisikan sebagai
sesuatu yang konservatif dan sarat dengan nilai pengagungan. Urban art berhasil meruntuhkan nilai-nilai tersebut
dengan cara menghadirkannya ke tengah publik melalui media-media yang erat dengan keseharian masyarakat kota.
Bila menarik elemen lokal dalam urban art, lukisan di bak truk dan becak adalah contoh urban art.

Tujuan urban art lebih berakar pada perbedaan sikap politik, anti kemapanan, vandalisme dan perlawanan terhadap
sistem dominan dimasyarakat. Bentuk konkret urban art bisa bermacam-macam sepanjang karya seni itu mengusung
spirit dinamika urban. Di kota Bandung kita bisa melihat semua ekspresi semangat urban itu dalam berbagai bentuk.
Seperti komunitas musik punk yang kerap menggelar street gigs di bawah jembatan layang Pasupati, seniman tradisi
yang rutin menggelar kesenian pencak silat di taman Cikapayang atau juga lukisan-lukisan mural ditiang-tiang
jembatan layang Pasupati.

Pada akhirnya urban art berhasil dikomodifikasi oleh komunitasnya sendiri. Bentuk-bentuk kesenian terutama seni
mural dan grafiti sekarang terutama di kota Bandung lambat laun berhasil menjadi sesuatu yang mempunyai nilai
ekonomis. Banyak para seniman mural dan grafiti yang mengekspresikan ide mereka dengan para pemilik distro
atau clothing di Bandung. Para pemilik distro ini memfasilitasi para seniman tersebut dengan menyediakan
space/lahan untuk berekspresi. Selain memberikan nilai estetika pada toko, mereka juga ikut memberikan
penyaluran terhadap keinginan seniman tersebut untuk berkarya.

Penulis: Addy Handy

Tidak ada penjelasan secara definitif mengenai Street Art, pengertian secara umum adalah objek visual yang
mengandung nilai seni yang dibuat di lokasi publik. Karena ada pelarangan terkait aksi mencoret-coret di tempat
publik di banyak negara termasuk di Indonesia maka pembuatan Street Art ini biasanya illegal. Di Indonesia Street
Art identik dengan grafity dan mural, meskipun di beberapa negara ketiga nama ini mengandung arti yang berbeda
tergantung dari tema dan desain yang dibuat dan dihasilkan. Street Art biasanya dibuat menggunakan spray, cat
tembok atau cat kayu dan media pendukung lainnya seperti kapur, masking tape, dll yang dapat menghasilkan
sebuah gambar.

Apabila mengacu pada sejarah Perkembangan Street Art di Indonesia maka akan lebih mudah apabila kita
melacaknya pada jaman kemerdekaan di tahun 1945 meskipun secara historis penampakannya sudah ada jauh
sebelum masa ini. Pada masa kemerdekaan tahun 1945 Street Art banyak digunakan oleh para pejuang untuk
menyebarkan semangat juang kepada masyarakat dan ide-ide perjuangan. Street Art di indonesia kembali
menemukan bentuknya dengan banyak lahirnya komunitas-komunitas seperti Taring Padi dan Apotik Komik pada
era 1990 an. Hasil karya mereka banyak ditemukan pada masa reformasi tahun 1998 yang berisikan tema politik
seperti anti korupsi dan isu kerakyatan lainnya.

Pada era tahun 2000 an komunitas Street Art banyak bermunculan di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Jogja.
Bomber adalah sebutan untuk pembuat Street Art di jalanan mereka lebih banyak beraktifitas di malam hari untuk
menghindari para petugas keamanan. Kini perkembangan teknologi internet memudahkan pengarsipan data dan
komunkasi antar para pelaku Street Art ini. Street Art Database (2012), Urban Cult (2011) dan Visual Jalanan (2012)
adalah contoh lembaga-lembaga pengarsipan yang menyimpan karya-karya para bomber ini.

Perkembangan komunitas ini pada beberapa tahun belakang akhirnya didukung oleh pemerintah, mereka yang
tadinya bermain kucing-kucingan dengan aparat keamanan kini dapat dengan bebas menyalurkan kreasinya. Kini
mereka diberikan tempat khusus wisata graffiti salah satunya seperti Jogja Graffiti Wall di Jl Perwakilan Malioboro
Area ini. Disini kita dapat menikmati pemandangan seni Street Art sepanjang tembok yang terlihat rapi dan menarik.
Meskipun begitu tetap saja ada bomber yang lebih menyukai menggambar ditembok-tembok jalanan secara bebas.

Bagaimanapun juga Street Art adalah sebuah media bahwa dalam permasalahan dan tekanan hidup kita perlu
memberikan sesuatu yang indah dalam hidup kita. Street Art dapat menjadi media penyalur kreativitas namun bisa
juga menjadi media politik untuk menyebarkan opini publik. Apabila dilakukan dengan serius dan diberikan wadah
Street Art dapat menjadi hal yang sangat berguna untuk memberikan keindahan suatu kota. Hal ini sudah terbukti di
negara-negara lain seperti New York dimana Street Art banyak dijumpai di tempat-tempat publik seperti di tangga
taman, tempat parkir, sampai ke kereta bawah tanah.

So, Keep it Work Professional guys! Tetap salurkan kreativitas kamu, karena menjadi kreatif itu adalah modal untuk
dapat menjadi bangsa yang bersaing dan kreativitas itu sangat mahal harganya!

Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab
pengirim.

Sejarah Urban Art


URBAN ART - CARA ORANG KOTA BICARA LEWAT SENI

Akhir-akhir ini kata Urban mendadak naik daun dan ramai dihubungkan dengan Art. Usut punya usut,
ternyata masih banyak yang tak mengerti tentang istilah ini. Concept pun mencoba mengumpulkan gambaran
besarnya dari beberapa narasumber, khususnya untuk insan kreatif seperti Anda...

Dalam dunia seni, istilah yang hingga kini masih terdengar akrab adalah fine art dan pop art atau modern art.
Siapa sangka kini muncul istilah baru, urban art dan new media art (baca in box hal 12-13). Namun yang sudah
dikenal cukup luas saat ini baru urban art. Istilah urban art terangkat karena marak digelarnya beragam pameran,
festival, ataupun kompetisi kreatif yang diboncengi kata-kata urban (baca halaman 20-21).

Lalu, apa sebenarnya urban art itu? Saat pencarian info, Concept sempat menemui pendapat yang menyatakan kalau
ekspresi seni tak selalu harus dibuatkan definisinya. Tapi menurut kami, ketika sebuah fenomena muncul ke hadapan
publik (yang sebagian besar masyarakat awam), publik serta merta akan bertanya, dan pelaku - tidak bisa tidak -
harus punya jawabannya! Masalahnya sekarang, siapa yang bertanggung-jawab untuk merumuskan definisi? Apa
saja yang melatarbelakangi? Simak beberapa pendapat pelaku, pengamat dan pemerhati seni berikut...

MENIKMATI SENI DI HIRUK PIKUK KOTA


Ary Sutedja
(Founder & Sekjen JakArt@, Jakarta)
Menurut pianis yang juga penggagas festival kesenian JakArt@, urban art berasal dari kata urban yang artinya
kota dan art yang berarti seni/ kreativitas. Jika didefinisikan, urban art menggambarkan bagaimana masyarakat
kota berkesenian dan bagaimana masyarakat menikmati seni di tengah hiruk-pikuk sebuah kota yang notabene
adalah metropolitan. Basis dari urban art adalah freedom of expression, alias kebebasan berekspresi yang erat
kaitannya dengan urban living.

Meskipun tak mengungkap secara pasti siapa penggagas urban art baik lokal maupun global, jebolan Master of
Music di Towson State University ini menegaskan bahwa kaum urban adalah masyarakat perkotaan yang terlalu
sibuk dan lelah dengan segala aktivitasnya. Urban art lahir karena adanya kerinduan untuk merespon segi
kreativitas masyarakat yang tinggal di perkotaan dengan segala problem-nya. Maka muncullah usaha dari
sekelompok orang untuk memamerkan dan mendatangkan seni di tengah-tengah masyarakat, dengan cara
melakukan kebebasan berekspresi di ruang publik. Itulah sebabnya urban art acap membutuhkan ruang publik untuk
berekspresi. Cikal bakal lahirnya urban art tak bisa dilepaskan dari urban living yang identik dengan cara hidup
masyarakat perkotaan. Dan urban art di setiap negara tidak akan sama, karena setiap negara mempunyai
karakteristik, ciri khas, dan kemajemukan yang berbeda. Pelaku urban art tak terbatas pada seniman. Segala bentuk
ekspresi berkesenian dari seluruh lapisan masyarakat (termasuk masyarakat pinggiran) termasuk ke dalam kategori
urban art, urainya rinci.

SENI YANG MENGHAMPIRI PUBLIK


Bambang Toko Witjaksono
(Dosen ISI, Yogya)
Urban art adalah seni yang mencirikan perkembangan kota, di mana perkembangan itu kemudian melahirkan
sistem di masyarakat yang secara struktur dan kultur berbeda dengan desa, demikian urai Bambang. Ia
melanjutkan, latar belakang munculnya urban art diperkirakan berkembang di Amerika sekitar tahun 1970-an dan
identik lahir di perkotaan dengan beragam persoalan. Saat itu seni bukan lagi berlatar belakang tradisi, tapi
(mungkin) peralihan dari tradisi ke modern yang menimbulkan sistem baru. Tujuan urban art lebih berakar pada
kesamaan, antikemapanan, perlawanan politis, vandalisme (perbuatan merusak dan menghancurkan hasil karya seni
dan barang berharga lainnya -Red) dan perlawanan pada sistem di masyarakat. Urban art mempunyai kepentingan
sebagai media bereks-presi di tengah-tengah masyarakat dengan ruang dan waktu yang terus berkembang, sesuai
dengan dinamika sebuah perkotaan. Urban art identik dengan berkarya di ruang jalanan/ ruang publik. Seni
menghampiri publik, bukan publik yang harus datang mengunjungi ruang kesenian seperti galeri, terangnya.
Urban art juga memangkas hubungan yang berjarak antara seni dan publik, serta menghilangkan ekslusivisme. Di
Indonesia sendiri, geliat urban art saat ini marak bermunculan, terutama di kota-kota besar yang menyediakan ruang-
ruang publik baru. Seiring dengan perkembangan zaman, unsur-unsur politik, budaya, dll, turut memengaruhi urban
art, jelasnya lagi.

Sepengetahuan seniman yang baru saja menggelar pameran tunggal Sweet Dreams di Toimoi Art Design Gallery,
Jakarta ini, beberapa orang banyak merujuk tokoh Jean Michel Basquiat sebagai penggagas urban art di Amerika.
(lihat in box hal 12-13)

PERGESERAN SOSIO-KULTURAL
Farah Wardhani
(Kurator Rumah Seni Cemeti, Yogya)
Urban art bagi Farah adalah seni rupa yang muncul dan berkembang seiring perkembangan ruang urban dan
masyarakat kota akibat pergeseran sosio-kultural dalam masyarakat modern. Hal ini mencakup seni rupa publik
(public art) seperti monumen dan mural, dan juga seni rupa jalanan (street art) seperti grafitti, serta berbagai
kecenderungan seni rupa di luar arus seni murni (fine art) yang menjadi lebih ke seni rupa rendah (low art).
Biasanya, seni rupa urban di kota tertentu juga spesifik karakternya mewakili konteks kota tersebut. Lulusan
Goldsmiths College, UK ini mengungkap, fungsi seni yang tadinya agung, klasik, murni, tinggi serta tradisional,
justru sekarang menjadi bagian dari masyarakat kota dalam kehidupan sehari-hari.

Bentuk konkret urban art bisa bermacam-macam, sepanjang karya seni itu mengusung spirit urban. Tapi street art,
mural dan graffiti memang identik dengan urban art. Bila menarik elemen lokal dalam urban art, lukisan di bak truk
dan becak adalah contoh-contoh urban art atau urban graphic yang patut dieksplorasi wacananya. Sementara karya
urban art lainnya di Indonesia, masih banyak yang meniru dari luar negeri dan superficial, papar salah satu penulis
buku Indonesian Women Artist: The Curtain Opens ini, yang yakin baru Yogyakarta yang mampu menumbuh-
kembangkan langsung di ruang kota mereka, hingga lintas kelas. Daerah perkotaan lainnya masih merupakan tren
gaya visual saja, tambahnya.

KEBUDAYAAN MASSA YANG MENGHIBUR


FX. Harsono
(Perupa asal Yogyakarta)
Lulusan STSRI ASRI (sekarang ISI), Yogyakarta ini mengungkapkan urban art tak lebih dari kecenderungan
kesenian yang dipengaruhi oleh kebudayaan kota metropolitan yang berhubungan erat dengan kebudayaan massa
serta industri hiburan. Walau dangkal, umumnya secara visual menarik. Urban art secara umum, muncul sejak era
industrialisasi yang menghasilkan kebudayaan massa. Era postmodernisme yang memungkinkan individu
memperoleh kebebasannya untuk mengkritik dan mengeluarkan pemikirannya sendiri, lantas membuat kebenaran
yang absolut di era modernisme menjadi relatif. Artinya, setiap orang, suku dan bangsa memiliki sejarah serta latar
belakang kebudayaan sendiri, sehingga mereka memiliki nilai-nilai kebenarannya sendiri. Hal ini memunculkan
keragaman yang luar biasa, yang juga berpengaruh pada dunia industri. Perkembangan industri, termasuk industri
hiburan, banyak mempengaruhi munculnya urban art. Industri kemudian secara massal menghasilkan produk-produk
yang memengaruhi pasar. Pasar pun akhirnya menentukan nilai-nilai estetika, yang oleh beberapa orang dianggap
telah menyebabkan degradasi nilai seni, namun ini adalah realitas yang tidak bisa ditolak.

Selanjutnya, pada kenyataannya industri tak dapat dibendung lagi, hingga memunculkan pop-art, yang
menggambarkan kebudayaan atau produk yang diciptakan oleh industri dan mulai dikenal oleh masyarakat (disebut
pop culture). Jadi, pop culture adalah awal dari munculnya urban art. Dalam perkembangannya, urban art tumbuh
subur di perkotaan, karena kota-kota besarlah yang memiliki infrastruktur serta fasilitas bagi berkembangnya budaya
urban. Selain industri, industri hiburan dan kemudahan akses informasi memiliki pengaruh yang kuat sekali di dalam
perkembangan urban art, terutama kebudayaan digital yang membuat segala sesuatu/ peristiwa bisa ditonton dengan
cepat oleh khalayak umum, misalnya internet dan televisi. Urban art pun selalu bergerak serta mengalami
perubahan, sesuai situasi kotanya.

MEMAKAI SIMBOLISME JALANAN


Laine Berman
(Peneliti Sosial dan Budaya asal AS)
Di mata penulis buku Speaking through the Silence: Narratives, Social Conventions, and Power in Java Urban
yang telah lama tinggal di Yogya ini, urban art ada kaitannya dengan jalanan, serta memakai simbolisme jalanan -
seperti mural dan graffiti - yang memiliki hubungan dengan publik termasuk rakyat. Ia menuturkan, sejarah urban
art bisa dilacak sejak awal, di mana seni modern Indonesia tak hanya merefleksikan masyarakat pada umumnya, tapi
juga untuk diterima oleh masyarakat setempat. Dalam perkembangannya, urban art berusaha mencari semacam
wacana umum. Kenyataannya, wacana umum ini kerap gagal saat para pelaku seni membuat mural atau graffiti di
pinggir jalan, karena orang yang lewat diharapkan akan tahu, peduli dan mengerti, ternyata tidak. Hal ini terjadi
karena dalam graffiti atau mural (mungkin) terlalu
banyak simbolisme.

Istilah urban art sendiri dalam pandangannya sebenarnya hanya sebuah pergeseran. Dulu orang senang
menggunakan istilah pop art, tapi karena orang mulai bosan, mereka kemudian menggunakan istilah urban art.
Idealnya urban art menurut Laine, harus ada komunikasi. Kenyataannya, dalam sejarah Indonesia, komunikasi justru
dilarang. Sepuluh tahun lalu urban art masih dilarang keras (dan sekarang sudah mulai dibebaskan). Ironisnya,
walau dilarang, urban art kadang justru dimanfaatkan oleh pemerintah orde baru untuk mendekati masyarakat. Jadi
urban art bisa juga dianggap political art. Sayangnya, politik terlanjur memiliki citra yang buruk selama ini.

EKSPRESI BERAGAM KEPENTINGAN


Samuel Indratma
(Seniman Mural, Yogya)
Menurut pendiri Apotik Komik ini, banyak disiplin ilmu yang bergelut pada dua soal tersebut, yakni : persoalan
urban dan persoalan art. Dua wilayah persoalan ini memiliki aparatus (peneliti dalam kesenian), yang terkadang
bertolak belakang pendapatnya. Sementara perkara urban sendiri dimatanya sudah sangat artistik, melebihi karya
seni itu sendiri. Para pemikir yang budiman sekalipun, selalu inferior untuk membuat ketetapan apakah ini seni
urban atau bukan. Tapi persoalan yang paling mendasar, bagaimana kita bisa bertanding pada tingkat pemaknaan
kerja lokal tersebut, untuk menjadikannya sebuah produk akal budi kemanusiaan, ujarnya berharap.

Lebih jauh dijelaskannya, urban art bermula ketika sebuah ruang perkotaan dianggap sebagai ruang yang
diperebutkan secara keras. Maksudnya, ketika telah hadir sebuah perkotaan, maka disitulah muara segala
kepentingan muncul dan saling berebut. Dari kejadian tersebut, muncul beragam bentuk ekspresi. Kesepakatan awal
bisa saja tidak berpretensi sebagai sebuah ekspresi seni, tapi lebih pada kebutuhan pragmatis atas persoalan kota
tersebut. Bila kemudian dibingkai menjadi sebuah produk seni, Samuel memandangnya sebagai persoalan yang lain
lagi.

Ia mengungkap, beberapa orang banyak merujuk street art sebagai urban art, padahal menurutnya street art hanya
bagian kecil dari perkara urban atau perkotaan. Tapi ia juga mengakui, jalanan adalah elemen penting dalam
membentuk peradaban perkotaan. Dari sanalah seni jalanan (street art) dengan sangat cepat dinyatakan sebagai seni
urban, karena dari merekalah jalanan-jalanan di perkotaan dijadikan etalase beragam karya. Bagi muralis ternama
asal Yogyakarta ini, cakupan seni urban sangat luas, baik itu seni yang memakai jalanan, memakai lorong jembatan,
memakai gelapnya diskotik, memakai ruang sempit galeri dan bahkan di ruang-ruang prostitusi legal dan ilegal.
Peradaban perkotaan itulah yang menyemai gagasan untuk dimaknai sebagai seni, walau sebenarnya untuk
mendefinisikan seni, tidak sesederhana itu. Jadi, pencirian urban art bergantung pada perspektif para pemikir seni
dan kebudayaan di negeri atau area kota tersebut. Artinya, selera merekalah yang ikut membentuk kadar dan takaran
urban art di sebuah negara/ kota. Adakalanya, pelaku yang bersangkutan tak selalu dibebani mengenai klasifikasi
urban atau bukan. Pertempuran gagasan dan sudut pandang inilah sebenarnya yang menarik, sehingga menghasilkan
tata bahasa baru dalam memandang produk seni, tutur pria berambut gimbal yang gemar bergurau ini diplomatis.
Samuel yang mengamati perkembangan urban art, menemukan kalau Indonesia seolah mengikuti apa-apa yang
sedang digagas oleh masyarakat global pada umumnya. Pernah kejadian, ada urban art di Jawa yang serupa dengan
yang di Paris. Artinya, tak dapat dipungkiri, teknologi semacam internet yang mendistribusikan informasi secara
massal dan cepat, memudahkan orang-orang mengakses gejala di ujung dunia untuk ditiru atau diaplikasikan.

MEDIA EKSPRESI PROBLEM URBAN


Tiarma D.R. Sirait (Fashion Artist, Founder Poleng Studio, Bandung)
Urban art adalah ekspresi segala problematika urban (sosial, budaya, politik dan ekonomi) melalui media seni dan
dilatarbelakangi oleh pertumbuhan dan kapitalisasi kota sebagai reaksi, upaya bertahan dan cara menikmati kota itu
sendiri. Karena zaman sekarang, seni bukan lagi sebuah re-presentasi yang ditampilkan di galeri saja, tapi sebuah
media ekspresi yang bertarung dengan media-media lainnya (berbagai jenis iklan, teve, sign system, plang nama
toko/ bank/ gedung, dll) di tempat-tempat publik, seperti jalan, mal, klub, terminal, gang, jembatan, dll dalam bentuk
graffiti, lukisan pada truk/ angkot, musik elektronik, dance, fashion dll, jelas Tiarma. Ia juga menyinggung kalau
urban art bukan hanya street art. Tapi street art bagian dari urban art, dan urban art adalah sebuah payung besar yang
menaungi ekspresi seni dari problem urban di atas.

Berbicara urban art di Indonesia, salah satu seniman tekstil Indonesia lulusan ITB ini mengatakan ada dua konteks,
yaitu urban art konteks lokal dan urban art tren global. Meski demikian, ada benang merah dari dua konsep tersebut
yang merupakan ekspresi hibrida dari gejolak dan temuan apapun di wilayah urban, serta sebuah upaya seniman
untuk memahami dan menyiasati lingkungannya.

POLARISASI BUDAYA KARENA LEDAKAN KERAGAMAN


Gustaff H. Iskandar
(Ketua Common Room Networks Foundation, Bandung)
Seni adalah aktivitas yang selalu membicarakan kehidupan manusia. Jadi, urban art bisa dikatakan sebagai sebuah
seni yang merepresentasikan berbagai macam persoalan masyarakat yang tinggal di kota, masyarakat yang dekat
dengan teknologi dan budaya populer, tapi juga punya kebiasaan-kebiasaan dan persoalan sehari-hari, paparnya.
Lulusan ITB jurusan seni murni ini lantas menggambarkan urban art sebagai polarisasi budaya, karena terjadinya
ledakan keragaman (penduduk kota biasanya campuran dari berbagai suku, bangsa, bahasa -Red). Ledakan ini
melunturkan identifikasi masyarakat di kota, mulai dari strata ekonomi, strata pendidikan, gaya hidup setiap orang
(maupun sekelompok masyarakat), hingga mendorong mereka mengekspresikan persoalan-persoalannya dengan
cara masing-masing, (termasuk cara berpakaian). Itulah kenapa karakter urban art sangat dinamis, beragam/ banyak
variasi, bebas (tapi tetap merespon masalah-masalah perkotaan). Medianya bisa apa saja, mulai tembok-tembok di
tempat umum, t-shirt, becak, truk, sneaker, stiker dan musik. Dengan begitu, pelaku urban art notabene lantas
memiliki keunikan yang membuatnya sangat khas.

Di Indonesia, isu urban art mulai berkembang di tahun 1970-an dan dipelopori oleh Gerakan Seni Rupa Baru (lihat
inbox hal 12-13). Selain gerakan tersebut, pada masa itu juga ada proses urbanisasi dan industrialisasi yang
berkembang sangat masif, sehingga seniman-seniman merespon situasi itu dengan cara membuat karya seni yang
berhubungan dengan masyarakat urban. Contoh: Pasaraya Dunia Fantasi di IKJ tahun 1987.

VISUAL KEHIDUPAN KOTA


Phil The Phlash
(Seniman asal Kanada)
Pria yang lebih senang dipanggil Phlash ini, lebih suka mengatakan urban art sebagai hibridisasi kebudayaan suatu
kota dengan imajinasi si artis. Walau ada beberapa ahli seni mengatakan urban art cenderung ke pop art, Phil tak
ambil pusing, karena menurutnya, ia pribadi yang lebih memahami karyanya sendiri. Bagi Phil, urban art adalah
ekspresi di mana kita bisa menyaksikan visual kehidupan kota melalui sentuhan grafis yang menawan di atas sebuah
tekstur tembok, dan bisa disaksikan orang-orang di lokasi umum. Dan pastinya, urban art terinspirasi oleh
masyarakat kota itu sendiri, serta bagaimana cara mereka mengekspresikan diri mereka. Anda tak mungkin
menemukan lukisan di tembok-tembok besar mengenai kehidupan urban, jika Anda berada di pedalaman, katanya.
Phil yang Juni lalu baru saja menggelar art show Plus Ques Des Barbeaux II di Lachine, Kanada ini berpendapat,
bahwa tiap kota di negara yang berbeda memiliki sejarahnya sendiri mengenai kapan dan siapa penggagas urban art
itu. Tapi sama seperti FX. Harsono dan Bambang, Phil juga menyebut nama Basquiat, sebagai sosok yang layak
disebut sebagai yang memopulerkan urban art. Hal lain yang dikaguminya dari Basquiat, adalah kemampuannya
mengangkat graffiti menjadi sesuatu yang layak dihargai dan dijual.

Sampai sejauh ini, Anda belum cukup punya gambaran? Go to the next page... (Okky, Rina, Ediron)
Graffiti sudah mulai ada sejak zaman purba, dahulu masih berupa coretan-coretan biasa di dinding. Kemudian
graffiti terus berkembang di zaman Mesir Kuno dan Romawi. Akan sangat panjang jika kita membahas sejarah
graffiti secara lengkap! Lalu bagaimana dengan sejarah graffiti di Indonesia sendiri?

Di Indonesia, pada masa perang kemerdekaan graffiti menjadi alat propaganda yang efektif dalam menggelorakan
semangat melawan penjajah Belanda. Keberanian menuliskan graffiti bisa jadi mempertaruhkan nyawa si
pelakunya. Pelukis Affandi misalnya pada masa peperangan melawan penjajahan pernah membuat slogan yang dia
buat sendiri yang bertuliskan Boeng Ajo Boeng!. Dia menuliskannya di tembok-tembok jalanan.

Sejarah graffiti Indonesia modern juga tidak bisa terlepas dari peran tembokbomber.com, sebuah website komunitas
street art terbesar di Indonesia. Tembokbomber ini bermula dari sebuah thread diskusi berjudul STREET ART di
sebuah forum desain grafis lokal bernama Godote Forum. Thread tersebut dimulai oleh Darbotz, yang saat ini
dikenal sebagai salah satu street artist ternama. Thread yang membahas segala sesuatu tentang street art ini sangat
ramai dan digemari. Mulai dari posting foto-foto graffiti, membahas teknik stensil, atau sekedar berkomentar. Pada
tahun 2003, atas dasar ketertarikan yang sama terhadap street art, Aram (Wormo Toter/FAB Family) berinisiatif
mengajak beberapa member Godote Forum yang sering meramaikan thread street art tersebut untuk membuat
sebuah mailing list, khusus untuk membahas lebih mendalam tentang street art. Orang-orang tersebut adalah
Darbotz, Randy, Booi (RangerBastards), Godo (VektorJunkie), Grompol (mantan Art Director di Wadezig!) dan Ing
(Creative Director/Co-founder Wadezig!).

Selain berdiskusi di milis, orang-orang ini juga dikenal telah aktif turun ke jalan, dan menjadi awal dari
mewabahnya street art di Indonesia. Darbotz dengan stensil-stensil terorisnya yang kontroversial, atau Grompol
yang memenuhi kota Jogja dengan stensil-stensil provokatif, dan Aram dengan wheatpaste karakter cacing betonnya.
Stereoflow dan Shake dari FAB Family juga dikenal sebagai salah satu pionir graffiti di Bandung. Saat itu mereka
berdua dikenal sebagai Tag Team.
Sejak itu, pergerakan street art di Indonesia berkembang dengan sangat cepat. Karya-karya Darbotz mulai banyak
dibicarakan. Graffiti-graffiti bagus mulai bermunculan. Di jalanan kota Jakarta, Bandung, Jogja, dan kota-kota
lainnya mulai banyak terlihat berbagai macam seni jalanan, mulai dari graffiti, stensil, mural, wheatpaste, karakter,
dan lain-lain. Perkembangannya yang sangat pesat ini membuat Ke-7 orang yang ada di mailinglist tadi mulai
merasakan perlunya wadah atau tempat untuk memamerkan karya-karya jalanan ini. Sebagaimana diketahui, seni
jalanan ini umurnya sangat pendek. Hari ini digambar, besok ditimpa oleh gambar lain. Namanya juga ruang publik,
jadi siapapun berhak melakukan apa saja.

Terinspirasi dari woostercollective.com, pada tahun 2004 mereka pun membuat sebuah website yang berfungsi
untuk mendokumentasikan karya-karya seni jalanan ini sekaligus menjadi wadah komunikasi antar sesama seniman
jalanan. Tidak hanya berupa blog, tembokbombr.com juga membuat sebuah forum khusus street/urban arts.
Komunitas yang tadinya terpecah-pecah, akhirnya disatukan pada satu forum. Tidak ada keanggotaan, atau
eksklusivitas. Siapapun yang merasa melakukan kegiatan seni rupa di jalanan, boleh meng-klaim dirinya sebagai
anggota tembokbomber.

Sepanjang 2005-2009 event-event urban/street art mewabah di Indonesia. Diawali oleh Medium Rare, acara
pameran urban art yang diprakarsai oleh Whatnot X Tembokbomber X Footurama, sampai event internasional,
Sneaker Pimps. Selama masa itu, banyak sekali bermunculan street artists atau crew yang kemudian memiliki nama
besar, bahkan hingga saat ini. Sebut saja Darbotz, TotalTerror, FAB Family, Artcoholic, MASE, UBC, KMC, dan
masih banyak lagi. Sejarah graffiti/street art Indonesia masih terus terukir hingga saat ini. Wadezig! yang merupakan
bagian dari sejarah street art Indonesia ingin terus berkontribusi dan mendukung perkembangan street art karena itu
adalah akar dan playground Wadezig! sendiri.

Oleh Obed Bima Wicandra*


Seni urban erat kaitannya dengan faktor geografis, -yaitu kota- yang tidak hanya sebagai lanskap namun juga
sebagai ruang terbuka yang memungkinkan berkelindannya dialog hingga dialektika warga kota. Heterogennya
warga kota yang banyak dipengaruhi oleh faktor asal daerah mereka mengakibatkan kota memiliki karakteristik dan
penanda budaya yang berbeda antar (katakanlah) kota besar. Jakarta tentu akan berbeda dengan Surabaya, begitu
pula karakteristik Medan akan berbeda dengan Yogyakarta. Begitu seterusnya. Produk kesenian yang dihasilkan
tentu saja lebih kompleks. Inilah yang kemudian akan membedakan dengan oposisi binernya yaitu desa. Desa
cenderung homogen. Kebudayaan dalam desa lebih melihat benefit of culture untuk menghasilkan produk-produk
kesenian.[1]Transedental-nya desa mempengaruhi geliat kesenian dibandingkan kota. Tak bisa dipungkiri, seni
urban lahir dari kondisi kota yang sangat kompleks mulai dari sosial, ekonomi, dan politik. Di kotalah infrastruktur
serta fasilitas bagi berkembangnya seni urban yang ditunjang pula oleh kemudahan akses informasi yang
memungkinkannya untuk berkomunikasi secara global.

Di samping faktor geografis, seni urban erat pula dengan kebudayaan massa dan industri budaya. Industrialisasi
yang menghasilkan kebudayaan massa kemudian meruntuhkan pemikiran absolut yang ada dalam era modernisme
itu. Kebenaran absolut terutama menyangkut kesenian yang dikotakkan dalam high art dan low art secara
mengejutkan direduksi. Relativitas inilah yang kemudian memicu berkembangnya pemikiran secara terbuka
terutama untuk menemukan nilai-nilai kebenarannya sendiri menyangkut kesenian. Kesenian kemudian tidak lagi
dipandang objek yang dipajang di galeri dan museum, yang ditonton di ruang-ruang opera, maupun didengarkan
dalam format klasik. Hal ini masih didukung lagi dengan sistem politik yang semakin terbuka. Perlawanan maupun
sikap politik mewarnai kebudayaan massa di seluruh dunia. Latar belakang perubahan dunia inilah yang kemudian
memicu tumbuhnya industri yang dikenal oleh masyarakat dan kemudian melahirkan kebudayaan pop.
[2] Demikianlah, maka ada pula yang memaknai seni urban juga sebagai seni pop. Seni urban mulai berkembang
bukan lagi desa dan kota, melainkan melibatkan negara dan dunia. Seni urban mewujud dalam karya-karya street
art (graffiti, poster, wheat paste, dll), mural, clothing, komik, foto lomo, street dance, dan masih banyak lagi
terutama karya-karya yang dihasilkan oleh komunitas urban.

Surabaya dalam Catatan[3]

Pada 1996-an hingga sekitar awal 2000-an, Surabaya diramaikan oleh komunitas anak muda yang menyukai
tulis menulis dengan cara menerbitkan zine. Zine merupakan media alternatif yang dikelola secara independen untuk
mengimbangi budaya arus utama serta merupakan media yang akrab dipakai oleh
komunitas hardcore maupun punk. Pada tahun-tahun awal itu kondisi politik di Indonesia secara umum memanas di
bawah era orde baru. Perlawanan politik kerap dilancarkan dengan cara menerbitkan tulisan yang berisi kritik sosial.
Media fotokopi dianggap sebagai media yang efektif dan murah untuk menggugah kesadaran sosial saat itu. Di
Surabaya sendiri mengutip arsip dari c2o library, sekitar tahun 1996 muncul zine namanya Subchaos yang bertahan
hingga tahun 2001. Subchaos merupakan media alternatif yang diterbitkan dari scene punk/hardcore. Pada tahun
2000 ramai dimunculkan media-media alternatif serupa dari scene indie-pop seperti Pool Cat, Iki, kemudian
Mellonzine. Dalam catatan saya, muncul pula The Appreciate, Tu7uh, dan Against! Ketiganya muncul dari
komunitas kampus Petra. Berbeda dengan tiga nama awal yang cenderung lahir dari scene musik indie-
pop, zine yang lahir dari kampus tersebut banyak memperbincangkan isu cultural studies. Kemunculan zine ini oleh
c2o disebut sebagai gelombang kedua munculnya zine di Surabaya. Gelombang ketiga pergerakan zine di Surabaya
ditandai dengan munculnya 11 zine yaitu Sometimes I Do Mind The Animals, coretmoret, Botol, Dumb, main(k)an,
Kremi, Aligator, KHAAK, Tropical Rembulan, Helloworld, Sunshine, dan peluncuran Subchaos #9, Halimun #6,
dan kurang Xajar #4. Ada pula Katalis, SAI, Manazine, Seize, Ultrassafinah, dan JMAA. Empat nama terakhir
tersebut dilahirkan dari kampus ITS yang berbasiskan media dakwah yang keberadaannya hingga tulisan ini dibuat
masih terbit.
Dalam dunia street art sekira tahun 2002, Surabaya masih malu-malu kucing dengan pergerakan komunitas
graffitinya. Catatan saya, komunitas graffiti pada saat itu disemarakkan oleh anak-anak yang masih berstatuskan
pelajar SMA. Yuck Fou dan Humble adalah dua nama komunitas yang sering disebut media massa seperti Jawa Pos
pada tahun itu di Surabaya. Sambutan dari media pun beragam, mulai dari anggapan vandalisme hingga aliran seni
baru. Pada 2004, Surabaya dikejutkan oleh graffiti yang menggunakan gaya baru yang pada saat itu asing dilihat
bahkan dibuat oleh komunitas graffiti di Surabaya. Tag AYO REK! pada sebuah tembok di daerah Nginden
seakan memicu atau menyindir pergerakan seni jalanan di Surabaya yang masih dingin-dingin saja sementara di kota
lain telah demikian padatnya. Benar saja, ternyata graffiti tersebut dibuat oleh perupa internasional dari Jogja, Nano
Warsono ketika ia bertandang ke Surabaya. Di tahun berikutnya, muncul Monica Never Come (MNC) pada sekitar
2005-an menambah semarak dan riuhnya street art di Surabaya. Gejala semaraknya graffiti di Surabaya pun
meningkatkan emosi Satuan Polisi Pamong Praja untuk menertibkan tembok-tembok kota yang dinilai oleh mereka
sebagai tindakan pengrusakan.[4] Belakangan malah komunitas itu sering muncul dengan memakai nama yang
beragam. Seakan-akan semakin mereka ditekan justru semakin tumbuh. Komunitas yang belakangan hadir ikut
menyemarakkan adalah Street Art Surabaya (SAS).

Masih sejalan dengan seni rupa jalanan seperti graffiti tersebut, di tahun 2005 muncullah seni mural. Berbeda
dengan graffiti yang lebih banyak mengeksplorasi tagging, maka seni mural adalah melukis dengan media tembok.
Dalam sebuah event Gerakan Mural Kota, media massa pun menyambut dengan positif. Banyak tulisan yang
diturunkan di media seperti Jawa Pos, Surya, Surabaya Post, maupun media portal internet yang menanggapi
kehadiran mural di Surabaya. Termasuk blogger dari luar Surabaya yang ikut menikmati hadirnya mural di Surabaya
yang kemudian menjadi inspirasi mereka untuk melakukan reportase sendiri. Muncul kemudian komunitas-
komunitas seperti Tiada Ruang yang memfasilitasi beberapa komunitas lain yang ingin terlibat dalam gerakan
tersebut. Nama komunitas itu pun tercatat aktif memfasilitasi mural bersama yang mulai direspon positif oleh
pemerintah kota Surabaya pada saat itu. Tiada Ruang tercatat pernah diundang dalam Biennale Jogja IX tahun 2007
serta masuk dalam reportase mengenai seni mural di Majalah Seni Rupa Visual Art ketika majalah ini melakukan
reportase di 3 kota yang dilanda mural, yaitu Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya di tahun 2008. Kini, komunitas
mural semakin marak ditandai dengan kehadiran X-Go Warhol dengan Komunitas Bunuh Diri-nya, kemudian
muncul pula Sembako, Arctic, dan masih banyak lagi yang lain. Komunitas-komunitas mural tersebut sangat massif
dan responsif pada kondisi sosial politik. Sehingga tidak heran, jika ada isu sosial di televisi hari ini, besok malam di
jalanan kota Surabaya isu itu sudah ditransfer dalam bentuk mural. Pada akhir tahun 2011 mereka membentuk
Serikat Mural Surabaya (SMS) sebagai wadah bersama melakukan aksi mural di jalanan. Imbasnya, Surabaya pun
tidak luput dari seni mural kota.

Komunitas komik juga tidak bisa dipandang remeh di Surabaya. Mulai dari event sejak tahun 2000 hingga sekarang
aktif digelar. Hal ini belum termasuk tumbuhnya komunitas maupun individu komikus-komikus yang dilahirkan dari
Surabaya. Dari catatan saya, Oret101 merupakan komunitas komik yang sering disebut pada tahun 2000-an itu.
Komunitas yang didirikan oleh Abdoel Semute itu memiliki kiprah di berbagai event komik di Indonesia (Festival
Komik dan Animasi Nasional, Pekan Komik Indonesia, dll). Berturut-turut muncul nama Broky, Yudis, Pak Waw, Is
Yuniarto, Hangga Ganiadi, X-Go Warhol, Shienny Megawati, dan masih banyak lagi. Broky dkk baru saja
menerbitkan buku komik berjudul 101 Hantu Nusantara di tahun 2011. Is Yuniarto bahkan menjadi komikus terlaris
sekarang ini dengan Wind Rider dan Garudayana-nya. Surabaya rupanya tidak kehabisan tenaga untuk melahirkan
orang-orang hebat di bidang komik. Kehadiran komik biasanya juga diiringi oleh kemunculan animator-animator.
Cak Ikin dan Pak Waw adalah beberapa nama diantaranya yang aktif dalam komunitas animasi di Surabaya.

Bagaimana dengan clothing line di Surabaya? Tercatat kini sudah puluhan clothing line begitu pula clothing store-
nya. Urban Clothing Fest maupun KICK Fest (Indie Clothing Expo) adalah pembuktian betapa menjamurnya
produk budaya berupa clothing di Surabaya. Ditambah lagi dengan makin banyaknya desainer fashion di Surabaya
yang menyelenggarakan festival-festival fashion. Tentu saja hal demikian memicu bertumbuhnya kreativitas anak
muda Surabaya di bidang pakaian. Bagaimana dengan wujud arsitektur kota? Di Surabaya ada DeMaYa (Desainer
Muda Surabaya) yang ikut menghadirkan taman-taman kota dengan rancangan yang kata anak-anak muda itu
sebagai gaya yang ngurban. Masih banyak lagi wujud seni urban di Surabaya yang jika dicatat dalam tulisan ini
berderet-deret dan menghabiskan halaman.

Saya kira ke depan Surabaya masih diramaikan oleh berbagai bentuk seni urban yang dimunculkan anak-anak muda.
Benarlah kata Superman is Dead dalam lagunya, bahwa anak muda memiliki potensi yang berbahaya. Tidak ada
yang akan menyangka apa yang akan terjadi di kemudian hari, sementara mereka masih muda dan berbahaya.

Paradoks-nya Seni Urban sebagai Industri Budaya

Ada hal-hal yang patut dijadikan perhatian buat komunitas-komunitas seni urban di Surabaya sebagai bahan
perenungan untuk melihat bahwa seni urban adalah sebuah karya seni yang biasanya sarat dengan nilai orisinal
dan kreativitas. Pertumbuhan seni urban di Surabaya (juga di kota besar lainnya) kerap kali hanya sebatas euforia.
Minimal untuk menunjukkan bahwa wilayahnya tidak tertinggal dengan wilayah lain. Tujuan demikian tentunya
akan berdampak jangka pendek dan rawan untuk hilang. Seni urban sebagai sebuah dialektika hanya akan kemudian
berupa paritas pemikiran. Tidak menutup kemungkinan pula seni urban malahan tidak ada dialektika. Apa yang
sedang nge-tren di Inggris dengan kemudahan akses informasi digital, kita bisa membuatnya di Surabaya. Apa yang
sedang menjadi tren di Australia, dalam hitungan waktu di Surabaya pun kita bisa mewujudkannya. Dampaknya,
seperti kata Adorno dan Horkheimer, oleh karena industri, maka seni urban hanyalah menjadi perayaan buat
keseragaman global. Tidak ada yang khas yang mampu menjadi penanda sebuah kota maupun negara.

Adorno dan Horkheimer melontarkan gagasan mengenai industri budaya untuk menunjukkan bahwa kebudayaan
kini saling berhubungan antara ekonomi politik dan produksi budaya yang dilakukan oleh korporat-korporat.
Menurut Adorno dan Horkheimer, produk budaya adalah komoditas yang dihasilkan oleh industri budaya yang
sepertinya demokratis, individualistis dan beragam, namun kenyataannya adalah otoriter, serba seragam dan sangat
terstandarisasikan.[5] Sejalan dengan pemikiran Kopytoff, industri budaya akan mengubah formasi nilai guna
kepada sesuatu yang diproduksi oleh sistem kapitalis, yaitu mendudukkan dan menggunakan konsumen sebagai
suatu komoditas. Periklanan mendorong terjadinya promosi gaya hidup daripada mempromosikan suatu produk.[6]

Adorno membedakan ide antara industri budaya dan budaya massa. Baginya budaya massa mengandaikan bahwa
massa mempunyai tanggung jawab murni terhadap budaya yang mereka nikmati. Oleh karena itu, budaya didesain
lewat kecenderungan-kecenderungan massa itu sendiri. Dengan melompat sedikit jauh dari para ahli budaya massa,
Adorno melihat budaya massa merupakan suatu hal yang beban-bebannya dialamatkan kepada massa, dan yang
membuat mereka siap menyongsongnya, dengan catatan massa tidak menyadari bahwa itu merupakan suatu beban.
[7]

Industri budaya mengambil sesuatu seperti buku, lukisan dan musik kemudian mengubahnya menjadi film, poster
atau rekaman, hanya untuk mencari uang atau menghibur audien dengan membantu mereka melupakan persoalan
sehari-hari. Akibatnya, buku, lukisan dan musik pada kenyataannya menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari.
Sama halnya dengan kemampuan untuk menentang dan nilai yang inheren dalam semua produk budaya, semuanya
telah dilenyapkan. Melalui kajian industri budaya, maka argumen intinya adalah, bahwa media dan nilai budaya
sering kali berada dalam posisi yang tidak seimbang.[8]

Bukankah sekarang memang eranya globalisasi? Memang. Namun fasilitas berkomunikasi secara global yang
didapatkan sekarang ini bukan kemudian untuk sekadar upaya melakukan copy-paste tren yang sedang terjadi. Seni
urban yang dalam sejarahnya justru sebagai wujud melakukan resisten terhadap apapun juga (ekonomi, politik, juga
bahkan seni itu sendiri) menjadi tidak kelihatan bentuknya. Yang terjadi kemudian adalah keseragaman pola pikir
dan miskin kreativitas. Jika Basquiat mampu memunculkan anti estetika melalui graffitinya, mengapa kita tidak
mampu melakukan hal yang sama yang kemungkinan besar menjadi cibiran di awal? Di sinilah dialektika akan
terjadi. Jika hal itu terjadi maka seni urban akan menemui bentuk barunya lagi. Surabaya pasti bisa memunculkan
hal-hal baru sebagaimana lukisan-lukisan di bak truk yang sering melintasi jalanan kota. Bentukan ini merupakan
hal baru ketika di Inggris dan Amerika Serikat sebagai negaranya seni urban tidak ditemui hal serupa. Seni urban
tetap membutuhkan local genius meski tidak bisa menutup mata terhadap perkembangan seni urban di negara lain.

*Dosen DKV UK Petra Surabaya. Ketua Pusat Studi Seni Vernakular UK Petra Surabaya. Peneliti kajian-kajian
populer, memperoleh gelar Master of Arts (Media and Cultural Studies) di UGM Yogyakarta.

[1] Arnold Hausser, 1982, The Sociology of Art, Chicago: The University of London, hal. 562.

[2] FX Harsono, Kebudayaan Massa yang Menghibur dalam Concept Magazine, Edisi 19 tahun 2009.

[3] Berdasarkan ingatan dan catatan media. Jadi harap maklum jika rentang waktu dan beberapa nama yang disebut
tidak sesuai dengan yang terjadi atau mungkin juga akan terjadi kesalahan penulisan.

[4] Obed Bima Wicandra, Street Art Menyapa Kota dalam Jawa Pos, 5 Februari 2006.

[5] M. Horkheimer dan T. W Adorno dalam Chris Barker, Cultural Studies; Teori dan Praktek. Terj. Nurhadi
(Yogyakarta, 2005), Hal. 47.

[6] Abdullah Sumrihadi, Diam dan Mari Nikmati: Industri Budaya sebagai Arsitek Selera Massa, Jurnal
Global, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2007, hal. 3.

[7] Adorno dalam Abdullah Sumrihadi, ibid., hal. 4.

[8] Adorno dalam Keith Tester, Immor(t)alitas Media, terj. Abdullah Sumrahadi, (Yogyakarta, 2009), hal. 48.

Art Prek: Antara Seni dan Perlawanan

etnohistori Kamis, 20 November 2014 Edisional Leave a comment 1,665 Views

oleh: Khotim Ubaidillah[1]

Prawacana

Di beberapa ruang publik Kota Yogyakarta, seperti pasar, jembatan layang, gedung-gedung, gang-gang kecil, banyak
dipertontonkan karya seni menarik kuasan para seniman Kota Gudeg ini. Gambar-gambar besar atau tulisan yang
dalam diskursus seni lebih dikenal dengan seni mural ataupun grafiti terpampang jelas sebagai manifestasi dari
karya para perupa Yogyakarta yang sarat dengan pesan moral dengan tanpa menghilangkan nilai estetis dari seni itu
sendiri. Seperti di fly over jembatan Lempuyangan, Kota Baru, Jl. Perwakilan, Jl. Prof. Dr. Yohanes, Jl. Beskalan, di
daerah Wirobrajan, dan sebagainya. Para kreator tidak saja datang dari anak-anak muda atau seniman setempat.
Tercatat, beberapa seniman mural luar negeri baik perorangan maupun kelompok pernah menggoreskan sapuan
kuasnya di tembok-tembok Yogyakarta. Sebut saja, karya Midori Hirota asal Jepang di Jl. Perwakilan, Malioboro.
Sementara yang lainnya adalah enam orang seniman mural asal Amerika yang tergabung dalam Clarion Alley Mural
Project (CAMP)[2].

Menurut Obed (2005), seni mural di Yogyakarta mulai berkembang sebagai bentuk kegelisahan perupa pada
perkembangan kota yang tidak menyediakan alternatif estetis bagi penghuninya, karena kota sudah dipenuhi oleh
polusi, kebisingan, kekerasan, tidak teraturnya papan billboard, poster maupun pamflet di dinding yang sudah
mengarah pada vandalisme[3]. Kehadiran mural diharapkan dapat menciptakan komunikasi secara visual dengan
lebih estetis pada masyarakatnya guna membentuk peradaban kota yang lebih baik melalui pesan-pesan yang
terkandung di dalamnya.

Pada awal 2006, para pemerhati, seniman, maupun para anak muda yang tertarik dengan seni mural mendirikan
sebuah paguyuban yang diberi nama Jogja Mural Forum (JMF)[4]. Visi dari Jogja Mural Forum adalah menjadikan
seni mural sebagai sarana pendidikan seni kepada publik kota. Sarana pendidikan ini tidak hanya terbatas pada
teknik seni visual, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana warga kota bisa menggali permasalahan di sekitarnya
dan mengemasnya menjadi sebuah pesan-pesan visual yang menarik. Adapun prinsip-prinsip yang menjadi dasar
bagi komunitas Jogja Mural Forum adalah memposisikan seni ruang publik sebagai cara warga masyarakat
mengekspresikan gagasannya. Oleh karena itu seni di ruang publik bukanlah seni yang diciptakan oleh seniman
yang berjarak dengan masyarakat yang membuat warga kota terasing di ruangnya sendiri; seni di ruang publik
merupakan ikon-ikon di mana setiap warga dapat menemui dirinya sendiri di belantara kotanya.

Di Yogyakarta-lah keseimbangan antara pelaku seni, masyarakat, dan pemerintah daerahnya terbangun. Salah
satunya bisa dilihat pada acara Mural Competition Jogja Wall Nation pada 15 November 2009 yang merupakan
kerja sama antara Pemerintah Kota Yogyakarta, Kodim 734 dan DPRD Kota Yogyakarta dan secara khusus
melibatkan berbagai elemen masyarakat terutama kalangan pemuda dalam sebuah proses kreatif, khususnya seni
mural. Salah satu yang mendasari hal ini adalah munculnya kegiatan-kegiatan corat-coret sebagai sebuah hal yang
harus disikapi dengan lebih bijaksana. Melalui acara ini, sesuai dengan yang dijelaskan situs resmi Pemerintah Kota
Yogyakarta, diharapkan bakat-bakat dan potensi kreatif anak muda Yogyakarta dapat dinikmati secara luas oleh
masyarakat sebagai sebuah karya seni[5].

Tembok atau dinding setidaknya memiliki nilai filosofis dan reflektif sebagai media seni yang ditujukan bagi
masyarakatnya. Para perupa Yogyakarta menilai tembok sebagai pembuka kemungkinan terjadinya kontak antara
orang dalam dan orang luar. Tembok adalah kertas bagi warga kota untuk menorehkan narasinya sendiri[6].
Melalui kertas itu pula mereka menulis surat terbuka kepada semua warga kota tentang kegelisahan hidup, politik,
negara, kebudayaan, dan apa saja mengenai problem perseorangan dan kebangsaan yang mereka alami. Untuk
itulah, tulisan ini hendak mengulas salah satu komunitas mural di Yogyakarta, yakni Art Prek yang memiliki
perbedaan bentuk penyampaian ide-ide dengan komunitas atau muralis lainnya.

Seni Mural dan Perkembangannya

Mural berasal dari kata murus, kata dari Bahasa Latin yang berarti dinding[7]. Dalam pengertian kontemporer, mural
adalah lukisan berukuran besar yang dibuat pada dinding (interior ataupun eksterior), langit-langit, atau bidang datar
lainnya. Akar muasal mural dimulai jauh sebelum peradaban modern, bahkan diduga sejak 30.000 tahun sebelum
Masehi. Sejumlah gambar prasejarah pada dinding gua di Altamira, Spanyol, dan Lascaux, Prancis, yang melukiskan
aksi-aksi berburu, meramu, dan aktivitas relijius, kerapkali disebut sebagai bentuk mural generasi pertama.

Mural mulai berkembang menjadi mural modern di tahun 1920-an di Meksiko dipelopori oleh Diego Rivera, Jose
Clemente Orozco, dan David Alfaro. Pada tahun 1930, seniman Amerika Serikat (AS) George Bidle menyarankan
presiden AS Roosevelt agar membuat program padat karya dengan mempekerjakan seniman untuk menciptakan seni
publik dalam skala nasional. Maka dibuatlah mural-mural yang telah ditentukan pemerintah. Pada tahun 1933
proyek mural pertama dengan nama Public Work of Art Project (PWAP) dan didanai pemerintah negara bagian dan
berhasil menjadikan 400 mural selama tujuh bulan. Setelah itu pada tahun 1935, Pemerintah AS membuat proyek
yang kedua dengan nama Federal Art Project (FAP) dan Treasury Relif Art Project (TRAP) dan berhasil membuat
2.500 mural dengan mempekerjakan para penganggur di masa krisis ekonomi. Setelah proyek FAP dan TRAP
sukses, sepanjang tahun 1943 dilaksanakan juga program The Work Progress Administrasions (WPA). Namun,
proyek-proyek mural itu dihentikan akibat Perang Dunia II[8]. Tahun 1970-1990 Mural mulai memperlihatkan
eksistensinya kembali di AS melalui seorang seniman imigran bernama Jean-Michel Basquiat (Desember 1960-12
Agustus 1988). Seniman berdarah Haiti ini secara diam-diam membuat grafiti di setiap sudut-sudut kota dan di
stasiun New York dengan tulisan S.A.M.O, dari asal same old shit. Hal ini kemudian menginspirasi banyak
seniman lain untuk berkarya di ruang publik. Salah satu seniman yang terpengaruh adalah Keith Flaring yang
kemudian banyak mengerjakan dan dianggap sebagai seniman mural selama kariernya[9].

Perkembangan Mural di Yogyakarta

Sebelum akhir 1990-an, seni mural hampir tidak pernah diperbincangkan secara serius dalam wacana seni rupa
kontemporer. Menurut Ade Tanesia, aktivis dan penulis tentang ruang publik dan mural, meskipun kini kesadaran
perupa untuk membuat mural sangat beragam, gejala ini tidak lepas dari konteks paradigma seni rupa yang muncul
pada 1998 atau pada masa jatuhnya rezim Orde Baru[10]. Kondisi inilah yang memunculkan praktik seni rupa lebih
mendekat terhadap publik secara lebih luas. Seni mural yang kerap dicap sebagai seni jalanan (street art) yang
memberontak karena kerap menyajikan lukisan dan tulisan yang berisi protes atau kritikan pada fenomena
sosial[11], kemudian merebak di beberapa kota besar di Indonesia, terutama di Yogyakarta dan Bandung yang dapat
dikatakan sebagai kiblat seni mural dan grafiti nasional[12].Di dua kota ini seni mural bahkan telah menjadi cara
pemerintah setempat untuk memperindah daya tarik kota.

Di Yogyakarta, embrio pemberontakan seniman ini sebenarnya sudah mulai mengemuka pada dekade 1970-an.
Saat itu lahirlah Gerakan Seni Rupa Baru dan di antaranya dimotori oleh Hardi dan FX Harsono. Mereka
meredefinisi seni rupa yang tidak hanya terkungkung oleh seni patung, seni lukis dan seni grafis serta anti
elitisme[13]. Hal ini tampak pada karya-karya mereka yang mengusung wacana seni instalasi yang merupakan akar
dari perkembangan seni post-modernisme. Pemberontakan perupa muda inilah yang menjadi tonggak sejarah
dalam menggeser identifikasi seni rupa konvensional. Perkembangan lain menurut Obed adalah adanya pergeseran
media baru yang memperkenalkan konsep gaya hidup. Media baru seperti MTV merangsang para perupa, desainer,
animator dan musisi undergrounduntuk membuat karya visual yang bersifat kontemporer di mana bentuk visualnya
tidak akan ditemui di stasiun lainnya kecuali di MTV itu sendiri Hal ini termasuk berkaitan dengan ditampungnya
gaya desain dari wacana post-modernisme yang dianggap kalangan modern sebagai sampah[14].

Menjelang akhir 1990-an, ada kebutuhan dari sejumlah perupa Yogyakarta untuk membuka akses seni pada publik
yang lebih luas. Beberapa pemikiran yang tumbuh pada saat itu adalah pertanyaan mengenai identitas kota
Yogyakarta yang dihuni ribuan seniman dan memiliki lembaga pendidikan seni tertua di Indonesia, Institut Seni
Indonesia, tetapi ternyata tidak memiliki jejak seni dalam ruang-ruang kotanya. Berangkat dari pemikiran inilah,
muncul praktik seni yang. Pada 1997 sekelompok perupa bernama Apotik Komik berpameran di Desa Nitiprayan
dengan tajuk Mural Tembok[15] yang menggunakan tembok halaman rumah sebagai medianya agar warga sekitar
dapat mengakses pameran tersebut. Tidak lama berselang, tepatnya tahun 1998, muncul kelompok Taring Padi yang
juga menjadikan seni sebagai alat perjuangan masyarakat. Pada tataran implementasi, kelompok ini
mengembangkan berbagai teknik grafis seperti stensil, cukil kayu, dan etsa untuk memproduksi poster, flyer, baliho
yang dipasang di ruang-ruang publik. Pendek kata, pada era inilah seni di ruang publik mulai tumbuh subur di
Yogyakarta.
Dalam perkembangan selanjutnya, seni mural di Yogyakarta tidak lagi dibuat oleh seniman namun justru oleh
masyarakatnya sendiri. Mereka mengerjakan mural itu di pinggir-pinggir jalan lingkup RT hingga jalan masuk gang-
gang kecil. Euphoria mural Yogyakarta yang telah menjadi gerakan massal bahkan membuat bingung biro iklan
untuk memasang poster iklannya karena ternyata ruang publik sudah kembali ke masyarakat sendiri[16]. Menurut
data dari salah seorang seniman Apotik Komik, pada tahun 2003 telah lebih dari 500 karya mural dihasilkan oleh
masyarakat Yogyakarta[17].

Art Prek: Mural untuk Perlawanan

Dari berbagai belantara karya muralis Yogyakarta, barangkali coretan dari kelompok art prek terkesan paling unik
dan sedikit berbeda dari manstream seni mural kebayakan. Cara mudah untuk mendapati dan mengenali ciri mural
dari kelompok ini adalah binatang besar serta tulisan art prek di dalam setiap gambar-gambar tersebut.
Perkenalan penulis dengan (karya) komunitas inidiawali tiap kali melewati jalan trans-kos-kampus UGM, tepatnya
di Jalan A.M Sangaji (Perempatan Jetis), dimana tampak gambar binatang dan art-prek-nya berada di sisi luar
tembok salah satu Sekolah Mengengah Atas. Sedikit keselatan dari titik itu, tepatnya di Perempatan Tugu
Yogyakarta, penulis juga menemui gambar torehan komunitas yang sama. Dalam tiap karyanya mereka
membubuhkan pesan sosial bernada sarkastis dan ekstrim tentang keprihatinan dan situasi kebangsaan yang
menyeruak pada saat itu.

Prek, yang padanan katanya adalah emboh (mboh),merupakan kata dari bahasa Jawa Tengah-an dan Yogyakarta
kurang lebih berarti cuek, acuh tak acuh, tidak peduli. Ditelisik dari nama tersebut, yang menjadi titik tekan dari
propaganda komunitas ini adalah sebuah ketidakpedulian akan pakem seni rupa konvensional, atau keinginan
meneguhkan komunitas perupa yang lebih tidak teroganisir layaknya komunitas-komunitas perupa yang lain yang
berada pada aras mainstream. Asumsi ini penulis bangun mengingat karya-karya mural lain lebih menekankan pada
estetika normatif seperti kampanye lingkungan, atau meminjam istilahnya Wolfgang Fritz Haug sebagai estetika
komoditi[18]; seperti seni mural yang saat ini sudah di kapitalisasi menjadi iklan-iklan rokok, alat rumah tangga,
dan produk-produk industri lainnya. Perlawanan ala art prek berisi satire pendek, seperti yang tertera dalam
gambar di bawah ini.
Foto diambil dari http://artprek.blogspot.com/, tanggal 20 Mei 2012

Gambar mural di atas berada di salah satu tembok Emka, Plengkung Gading, Kota Yogyakarta bertuliskan: Tetap
Hidup dan berproses walau tanpa Anas dan Angelina dan Semoga Presiden Jadi Membeli Pesawat Terbang
Mewah, Biar Makin Bahagia. Bisa ditebak bahwa lukisan ini adalah sebagai respon terhadap para pejabat
pemerintahan, terutama eskalasi pemberitaan terhadap korupsi yang dilakukan beberapa eksponen Partai Demokrat,
yaitu Anas Urbaningrum dan Angelina Sondakh. Tulisan kedua berupa sindiran terhadap isu rencana pembelian
pesawat kepresidenan yang menuai pro-kontra publik beberapa waktu yang lalu.

Selain eksis di tembok-tembok kota, komunitas ini juga memanfaatkan blog dan Facebook sebagai upaya untuk
lebih mengenalkan masterpiece dan kritik kritik mereka kepada para pengguna media sosial, seperti misalnya ini:

kemarin anas sms : eh mas prx, gwa mau beli tembok yg u mural di salah satu spot di jogja, berapa u lepas kasih
harga ke gwa? trus si mas prx jawab : as* koe dab, kalau koe jd digantung di monas, ntar tak kasih gratis wae.. :p

Status yang lain mereka menulis yang disertai gambar:

kapan2, semoga ArtPrek diperbolehkan menggambar di tembok bangunan ini ^_^


Foto diambil dari http://on.fb.me/Iy26QA, tanggal 20 Mei 2012

Sedangkan pada blog resmi-nya, komunitas ini meng-unggah karya-karya mereka melalui elaborasi fotografis dan
fenomena empirik yang lain, seperti tampak pada gambar yang memiliki angle menarik berikut ini.
Foto diambil dari http://artprek.blogspot.com/, tanggal 20 Mei 2012. Tulisan teruslah bekerja jangan berharap
pada negara pada mural art prek tampak berpadu dengan gambar seorang pengendara mengayuh sepeda onthel
dengan keranjang bambunya yang menjadi representasi dari wong cilik. Negara dalam konteks ini dianggap telah
melakukan pembiaran terhadap nasib rakyat kecil.

Mengkaji Art Prek dalam Diskursus Media dan Sosial

Ruang publik (public space) tidak dapat dipisahkan dari individu dan masyarakat yang mengisinya. Henry Lefebvre
mengatakan bahwa ruang (sosial) adalah produk (sosial) yang berarti ruang itu diproduksi secara sosial oleh
masyarakat. Ruang merupakan cermin dari tatanan sosial, ekonomi dan politik suatu masyarakat. Sebagai produk
sosial, ruang kerap dijadikan sebagai alat kontrol, dominasi dan kekuasaan[19]. Di pihak lain, ruang juga kerap
dijadikan alat penentangan, subversi dan perlawanan politik. Perjuangan ruang adalah perjuangan memperebutkan
teritorial (fisik maupun simbolik)[20]. Dalam wacana ruang, Yasraf Piliang membedakan antara keragaman
(diversity) dan pelipatgandaan (multiplicity). Keragaman dalam pandangannya mencerminkan pertumbuhan
beranekaragam ekspresi estetik yang berkembang secara demokratis. Sementara, pelipatgandaan adalah
berkembangbiaknya ekspresi estetik sebagai akibat dari reproduksi dan perbanyakan idiom kebudayaan yang tanpa
batas (seperti Coca Cola atau McDonald). Keragaman ekspresi ruang mencerminkan ekspresi pluralitas yang
berkembang dari arus bawah (grassroot plurality), sedangkan pelipatgandaan merupakan pluralitas semu yang diatur
atau dipaksakan dari atas[21].

Pandangan di atas dalam konteks art prek ini mengalami kesesuaian, terutama dalam konteks perebutan ruang
sebagai alat penentangan, subversi dan perlawanan politik, maupun untuk melakukan perjuangan memperebutkan
teritorial fisik-simbolik. Disinilah berlaku makna estetik yang tidak hanya melekat pada keindahan, tapi merupakan
rasa sebagai persepsi manusia atas pengalaman, termasuk rasa sakit, kemuakan, kegusaran, jijik, gairah, dan lain
sebagainya[22]. Segala macam rasa tersebut merupakan tanggapan manusia yang diperoleh lewat indera penglihat,
peraba, pencium, pencecap, dan pendengarnya. Estetika, dengan demikian, merupakan tanggapan manusia atas
pengalaman ketubuhannya yang bersifat budayawi (kultural)[23].

Foto diambil dari http://artprek.blogspot.com/, tanggal 20 Mei 2012

Bentuk ini lah sebagai karya perlawanan art prek atas kapitalisasi ruang oleh iklan-iklan rokok maupun produk
komersial lainnya. Bagaimanapun juga, inilah bentuk perlawanan terkecil yang dilakukan komunitas seni untuk
memperebutkan teritorial fisik-simbolik ruang perkotaan. Yasraf Piliang melihat kejadian tersebut sebagai
keragaman (diversity) yang muncul dari arus bawah (grassroot) dan berkembang secara demokratis. Lebih jauh
dalam konteks ini art prek tidak melakukan resistensi atas resistensi, atau tidak ada perlawanan para kuasa modal,
atau memang gerakan ini tidak berpengaruh signifikan terhadap upaya pelipatgandaan para penguasa ruang yang
lain. Kesan yang muncul adalah ketidakseimbangan atau bahkan perlawanan yang sia-sia.

Terlepas dari itu, ruang publik adalah salah satu jalan bagi anggota masyarakat menemukan kembali ruang
kemanusiaannya. Tidak ada yang sia-sia dari perjuangan para seniman mural ini. Terutama bagi masyarakat yang
sensitif dan luput dari proyek dehumanisasi yang digagas kapitalisme mondial dengan medium iklan-iklannya.
Mural juga bisa menjadi media dalam upaya menciptakan keseimbangan lingkungan. Salah satu term yang sering
dituduhkan kepada muralist adalah bahwa mereka perusak lingkungan dan keindahan kota. Nyatanya, dalam ke-
semrawutan politik kota, mural berbicara untuk melukis dinding kota yang tidak terawat, kotor dan sangat kumuh
dengan sentuhan estetika (seni). Hal ini menunjukkan kegelisahan para perupa kontemporer untuk mencari kaitan
antara wacana seni rupa dan kehidupan kota sebagai representasi keseharian.Pada saat yang sama kota telah berubah
menjadi rimba tanda-tanda yang mengubur sejarah kotanya sendiri dan kota tidak lagi sarat dengan kenangan lama
yang menjadi saksi berkembangnya kota dari hari ke hari. Hal inilah yang menjadi dasar alasan yang kuat mengapa
mural dilakukan dan mengapa pula mural sebaiknya tidak dipakai sebagai alat promosi sebuah produk[24].

Menafsir makna-makna simbolik dari berbagai karya muralis art prek tidak bisa lepas dari konteks sosial-politik dan
budaya yang melatarbelakanginya. Pemahaman hal ini penting kiranya untuk mendapatkan pesan yang menyeluruh
dari sebuah karya seni, dengan tidak hanya berpijak pada baik-buruknya suatu komposisi dan disposisi warna yang
tersaji, tetapi harus dibongkar setting sosial di balik lahirnya karya tersebut. Dalam pandangan Ahimsa-Putra,
melalui cara pandang semacam ini maka dapat diketahui proses-proses kreatif dalam simbolisasi ide dan perasaan ke
dalam berbagai bentuk kesenian yang tidak terlepas dari konteks sosial dan budaya tempat si seniman atau individu
berada dan dibesarkan[25]. Ditelisik dari karya-karyanya, komunitas art prek tampaknya memang lahir baru-baru
ini. Asumsi ini penulis bangun atas beberapa karyanya yang sarat dengan kritik up-to date dengan situasi
kebangsaan paralel dengan eskalasi pemberitaan di media televisi, mengenai korupsi, kesejahteraan rakyat,
pemerintah, dsb. Kritik terhadap pemerintah dan presiden SBY yang terekam dalam beberapa karyanya, barangkali
juga buntut dari ketegangan antara Daerah Istimewa Yogyakarta dengan pemerintah pusat, perihal masalah
keistimewaan yang berlarut-larut. Beberapa karya lain dari seniman art prek adalah sebagai berikut.

Foto diambil dari http://artprek.blogspot.com/, tanggal 20 Mei 2012


Lokasi: Perempatan Jetis, Utara Tugu Yogyakarta

Foto diambil dari http://artprek.blogspot.com/, tanggal 20 Mei 2012

Lokasi: Perempatan Tugu Yogyakarta


Foto diambil dari http://artprek.blogspot.com/, tanggal 20 Mei 2012

Lokasi: Jembatan Kewek, Yogyakarta

Simpulan

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat kesimpulan bahwa art prek merupakan sebuah komunitas seniman
mural yang menurut pandangan penulis berada di luar jalur seni konvensional maupun profesional. Hal ini bisa
dilihat dari pesan yang ingin disampaikan komunitas ini, yaitu sarat dengan kritik terhadap negara dalam hal ini
pemerintah pusat, menyangkut persoalan korupsi, kesejahteraan masyarakat, anomalistik dengan kebahagiaan yang
direngkuh para pejabat tinggi negara. Art prek senantiasa terus menerus melahirkan karya di dinding-dinding kota
dan mengkampanyekan kegelisahan mereka melalui sosial media seperti blog maupun Facebook. Di samping itu
bahwa ada semacam tuntutan untuk terus berkarya mengingat mereka berada di Yogyakarta yang notabene
merupakan arus besar seniman mural tanah air, di samping kota-kota yang lain, seperti Bandung dan Jakarta. [ ]

11-5-2014

Daftar Pustaka

Ahimsa-Putra, Heddy Shri. 2000. Ketika Orang Jawa Nyeni. Yogyakarta: Galang Press.
Lefebvre, Henri. The Production of Space. Basil Blackwell, London.
Lono Lastoro Simatupang. Jagad Seni: Refleksi Kemanusiaan. Makalah disampaikan dalam Workshop Tradisi
Lisan bertajuk Seni Tradisi Lisan Sebagai Wahana
..............Komunikasi yang Sangat Efektif di Tengah Masyarakat yang Sedang Berubah. Yogyakarta: Balai Kajian
Sejarah dan Nilai Tradisional, 6 September 2006.
Piliang, Yasraf Amir. Visual Art dan Public Art: Habitus dan Komodifikasi Ruang dalam Masyarakat Kota
dalam Idi Subandy Ibrahim (Eds). 2004. Life Style Ecstasy:
.............Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia. Yogyakarta: Jalasutra.
Susanto, Mike. 2003. Membongkar Seni Rupa. Yogyakarta: Penerbit Jendela
Tanesia, Ade. Proses Sosial dalam Praktek Seni di Ruang Publik dalam Jurnal Karbon, 9 April 2004
Tanesia, Ade. Mural Merambah Kota dalam www.visualartmagazine.com, diakses tanggal 20 Mei 2012.
Wicandra, Obed Bima. Berkomunikasi Secara Visual Melalui Mural di Jogjakarta dalam Jurnal Nirmana, Juli
2005/Vol. 7/No. 2
Wicandra, Obed Bima. Melahirkan Imperatif Moralitas dalam Karya Visual dalam Jurnal Nirmana. Januari
2005/Vol. 7/No. 1.
Wicandra, Obed Bima. Street Art Menyapa Kota dalam Jurnal Nirmana. Januari 2004/Vol. 3/No. 1.
http://jogjamuralforum.multiply.com, diakses tanggal 20 Mei 2012
http://www.jogjakota.go.id, diakses tanggal 19 Mei 2012
www.medan.tribunnews.com, diakses tanggal 21 Mei 2012
www.wikepedia.org, di akses tanggal 19 Mei 2012.

Footnotes

[1] Mahasiswa S2 Antropologi Universitas Gadjah Mada


[2] http://jogjamuralforum.multiply.com
[3] Lihat, Obed Bima Wicandra. Berkomunikasi Secara Visual Melalui Mural di Jogjakarta dalam Jurnal
Nirmana, Juli 2005/Vol. 7/No. 2
[4] http://jogjamuralforum.multiply.com, diakses tanggal 19 Mei 2012
[5] http://www.jogjakota.go.id, diakses tanggal 19 Mei 2012
[6] Ade Tanesia. Proses Sosial dalam Praktek Seni di Ruang Publik dalam Jurnal Karbon, 9 April 2004
[7] Lihat, www.wikepedia.org, diakses tanggal 19 Mei 2012
[8] Mike Susanto. 2003. Membongkar Seni Rupa. Yogyakarta: Penerbit Jendela
[9] ibid.
[10] Lihat, Ade Tanesia. Mural Merambah Kota dalam www.visualartmagazine.com, diakses tanggal 20 Mei 2012
[11] Lihat, medan.tribunnews.com, diakses tanggal 21 Mei 2012
[12] ibid.
[13] Lihat, Obed Bima Wicandra. Melahirkan Imperatif Moralitas dalam Karya Visual dalam Jurnal Nirmana.
Januari 2005/Vol. 7/No. 1.
[14] ibid.
[15] Lihat, Ade Tanesia. Mural Merambah Kota. ibid.
[16] Lihat, Obed Bima Wicandra. Street Art Menyapa Kota dalam Jurnal Nirmana. Januari 2004/Vol. 3/No. 1.
[17] ibid.
[18] Yasraf Amir Piliang. Visual Art dan Public Art: Habitus dan Komodifikasi Ruang dalam Masyarakat Kota
dalam Idi Subandy Ibrahim (Eds).
........2004. Life Style Ecstasy: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia. Yogyakarta: Jalasutra.
Hal. 328.
[19] Henri Lefebvre. The Production of Space. Basil Blackwell, London. Hal.26.
[20] Yasraf Amir Piliang, 2004. ibid. hal. 326
[21] ibid.
[22] Lono Lastoro Simatupang. Jagad Seni: Refleksi Kemanusiaan. Makalah disampaikan dalam Workshop Tradisi
Lisan bertajuk Seni Tradisi Lisan
Sebagai Wahana
........Komunikasi yang Sangat Efektif di Tengah Masyarakat yang Sedang Berubah. Yogyakarta: Balai Kajian
Sejarah dan Nilai Tradisional, 6 September 2006. Hal.3.
[23] ibid.
[24] Lihat, Obed Bima Wicandra. Street Art Menyapa Kota dalam Jurnal Nirmana. Januari 2004/Vol. 3/No. 1.
[25] Lihat, Heddy Shri Ahimsa-Putra. 2000. Ketika Orang Jawa Nyeni. Yogyakarta: Galang Press.

Secara sederhana umumnya "Seni Mandala" adalah desain abstrak yang kompleks, yang biasanya membentuk
lingkaran. Pada intinya, "Mandala" adalah hubungan antara dunia batin dan realistis luar. Dengan merancang "Seni
Mandala" kamu sendiri, dapat menjadi inspirasi dan terapi spiritual.

Seni Mandala umumnya memiliki satu titik pusat yang berasal dari susunan symbol atau bentuk geometrik dan
organik.
"Mandala" dikenal termasuk dalam budaya Hindu - Buddha. Mandala secara harafiah disebut lingkaran dalam
bahasa Sansekerta, asal muasal dari semua penciptaan, bergerak dengan cara berputar. Obyek yang indah ini
dimanfaatkan sebagai pusat ritual meditasi.
Contoh karya kolosal Seni Mandala tiga dimensi yang masih ada sampai saat ini yaitu Candi Borobudur, bentuk
dasar yang proporsional dan simetris.

Candi Borobudur

Candi Borobudur sebagai ajang inspirasi untuk mengangkat keluhuran masa lalu dengan desain kontemporer yang
memberikan efek "healing" terhadap tingkatan emosi, mental dan mengenalkan suatu dimensi transedental yang
"baru" dialami oleh kalangan intuitif yang menjadi pengamat dan pengguna Mandala sebagai obyek pembangkit
positivisme.
Psikoanalis Carl Jung menyebut mandala sebagai representasi dari ketidaksadaran, percaya pada pola-pola ini
sebagai sarana untuk memahami kepribadian dengan totalitas.

Mandala bisa digunakan untuk terapi spiritual, Mandala sangat efektif mengatasi permasalahan dan kebingungan,
ketika memerlukan fokus untuk mencapai keseimbangan dalam situasi. Mandala melambangkan pergerakan jiwa ke
inti dari makhluk rohani, yang harus mengarah pada rekonsiliasi internal dan integritas baru oleh Sang Diri.

Di India kini sudah memanfaatkan Seni Mandala sebagai terapi untuk memenage emosi/ kemarahan. Dia Manju
Mohinani, telah melakukan ini selama bertahun tahun untuk mengontrol kemarahannya dan berhasil. Kemarahan itu
dirilis dengan ekspresi artistik.

Untuk melakukannya sangat mudah. Yang diperlukan hanya kertas, krayon atau pensil warna.Tidak perlu khawatir
bagaimana bentuk itu terlihat, bukan tentang yang kalian gambarkan benar atau salah, ini bukan tentang membuat
sebuah karya, tapi lebih ke mengEkspresikan apa yang kalian rasakan.

Meskipun banyak terapi lain, tapi tak ada yang cukup menyenangkan seperti menggambar Mandala dengan krayon
dan pensil warna, seperti membawa lagi kita ke masa kanak kanak yang riang. Tapi begitulah cara kerjanya.
Sebagian orang yang bisa membaca makna Mandala yang telah tergambar, dapat diketahui kepribadian seseorang
yng telah menggambarnya. Tapi kalian tidak perlu memahaminya, biarkan semua warna itu mengalir begitu saja,
dan ini akan cukup mengurangi beban emosi.

Mandala adalah suatu bentuk pola desain(simbol) yang umumnya berbentuk lingkaran yang dibuat untuk
merepresentasikan keutuhan secara personal maupun secara kosmologis. Untuk mendapatkan pemahaman yang
lebih baik tentang bagaimana simbol ini menjangkau mitologi spiritual, sangat penting untuk memahami beberapa
agama yang ada di dunia di mana symbol mandala banyak berperan,yaitu :
Islam
Hindu
Buddhisme
Kristen
Native American ritual
Aborigin Australia ritual

Dari sini jelas dapat kita lihat bahwa pola dimana lingkaran pusat yang kemudian melebar ke arah luar melalui
berbagai lapisan untuk mencapai sebuah keutuhan yang indah pada akhirnya merupakan tema universal yang
bergaung di seluruh budaya dan konsep spiritual .
Mungkin mandala yang paling dikenal luas adalah mandala pasir dari Tibet yang digunakan untuk tujuan spiritual, di
mana sebuah desain yang rumit dibuat dengan hati-hati selama beberapa hari dan kemudian segera dihapus setelah
kegunaannya selesai sebagai symbol dari kefanaan hidup.
Jika Anda ingin meningkatkan kemampuan rohani dan menguasai batin Anda, Anda mungkin ingin belajar sedikit
tentang Mandala dan bagaimana menggunakannya untuk irama tubuh dan roh Anda.

1) Mandala

Mandala berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti lingkaran. Mungkin ada bentuk-bentuk kotak maupun segitiga
di sebuah mandala, tetapi seluruh mandala harus memiliki struktur yang konsentris.

Segala sesuatu di mandala harus seimbang, dan harus memberikan nuansa harmonis. Inti dari mandala adalah untuk
membantu seseorang menjalani perjalanan rohani mereka dengan mudah.
Ada sejumlah cara untuk menggunakan mandala, walaupun tiap-tiap cara hanya berbeda sedikit antara yang satu
dengan yang lainnya.
Hal pertama yang perlu Anda lakukan sebelum Anda menggunakan mandala untuk bermeditasi adalah memutuskan
apa yang Anda inginkan dalam meditasi ini. Jika Anda berniat untuk menenangkan pikiran Anda, berarti Anda
membutuhkan mandala yang dapat menenangkan.
Aturlah mandala di depan Anda dan mulai meditasi Anda. Lihat mandala tersebut dan biarkan pikiran Anda
berputar-putar di sekitar keindahan desain pada mandala tersebut.

Selama proses meditasi, jika pikiran Anda mulai mengembara dan mulai memikirkan hal-hal duniawi, coba
fokuskan perhatian Anda kembali mandala tersebut. Bayangkan bahwa pikiran Anda sedang berenang di dalam
mandala tersebut, dan biarkan warna dan desainnya menari-nari di sekitar Anda.

Ketika Anda perlahan-lahan tenggelam dalam desainnya, tubuh dan pikiran Anda akan mulai terasa lebih ringan.
Anda dapat mulai mengambang dan pikiran Anda akan terasa lebih murni dan lebih tercerahkan.
Ingat, setiap kali Anda mulai berpikir tentang urusan sehari-hari, kembalilah fokus kepada mandala dan biarkan diri
Anda tenggelam ke dalamnya. Semakin baik Anda di bermeditasi dengan mandala tersebut, semakin murni pikiran
Anda. Anda mungkin akan menemukan bahwa Anda mulai melihat hal-hal di masa depan atau memahami diri Anda
dengan cara yang belum pernah ada sebelumnya.
Mandala merupakan bentuk seni kuno yang berasal dari ke Tibet lebih dari 2.500 tahun yang lalu. Para Rahib Tibet
melihat mandala lebih sebagai suatu lingkaran yang dibagi-bagi menjadi berbagai hiasan, mereka melihatnya
sebagai representasi dari alam semesta; campuran simbol dan warna yang saling terkait, terikat oleh pusatnya, untuk
membentuk suatu kesatuan yang harmonis.

Bahkan psikolog terkenal di dunia dan pendiri psikologi analitis, Carl Jung terpana oleh kemampuan penyembuhan
dari mandala. Jung terus menulis banyak makalah tentang mandala dan secara teratur menggunakan mandala
sebagai alat penyembuh dengan pasien-pasiennya.
Mewarnai atau menciptakan mandala adalah proses sederhana. Pada dasarnya suatu bentuk meditasi aktif, Anda
menghentikan dialog batin Anda ketika Anda menggambar gambar pada halaman atau warna desain pra-dibuat.
Seperti halnya bentuk meditasi aktif Anda akan dapat mencapai ketenangan yang sama, efek damai meditasi
tradisional tanpa kesulitan duduk diam selama berjam-jam atau berusaha untuk mengosongkan pikiran yang kacau.
Dengan bermeditasi pada sebuah mandala, khususnya pada bagian tengah desain, seseorang dapat dengan mudah
ditarik ke dalam lingkaran untuk menemukan fokus mereka, dan yang paling penting tetap konsisten untuk fokus.
Bagus untuk pemula atau siapa saja yang tidak memiliki waktu banyak, mewarnai mandala adalah cara yang tepat
untuk mengenal diri Anda dengan proses penyembuhan.
Mewarnai mandalas adalah hobi damai yang digunakan oleh berbagai lapisan masyarakat dan lembaga untuk
menyembuhkan pikiran dan tubuh. Di Amerika konsep pewarna mandala berikut penciptaannya sudah digunakan di
rumah-rumah jompo, SD,bangsal-bangsal kanker, dan fasilitas kesehatan mental di seluruh negeri.
Modern Mandala: Kebijaksanaan Kuno untuk Abad 21

Mengingat asal-usul bersejarah mandalas Anda mungkin menganggap mereka sebagai peninggalan kuno atau tradisi
usang - tapi Mandalas memiliki aplikasi yang praktis untuk masa kini.

Saat ini, banyak terapis dan penyembuh holistik sarankan Anda untuk membuat dan mewarnai mandala sebagai
sarana ekspresi diri dan penemuan diri. Dari perspektif simbolis, menciptakan mandala dapat memberikan:

1) Sebuah sikap meditatif untuk introspeksi diri dan penemuan jatidiri


2) Kenikmatan dalam menggali kreativitas
3) Rasa puas melakukan sesuatu untuk diri kita sendiri
4) Sebuah kesempatan untuk menenggelamkan diri kita di dalam proses penciptaan
5) Sebuah perjalanan yang menyenangkan dalam mengenal alam bawah sadar kita sendiri

Memberdayakan lingkungan Anda dan Anda-


Mandala juga dapat menjadi sarana pemberdayaan di rumah atau kantor Anda. Mandala bekerja sebagai semacam
feng shui alami di ruangan di mana mereka digantung. Kehadiran mereka benar-benar bersinar dan merubah getaran
di lingkungannya. Mandala menawarkan cara yang mudah untuk menciptakan ruangan yang bersih dengan cara
yang sederhana dan elegan.
Mikro makro
Lingkaran yang terpusat" adalah pola dasar struktur penciptaan yang tercermin dari mikro ke makro di dunia
seperti yang kita kenal. Ini adalah pola yang ditemukan di alam dan terlihat dalam biologi, geologi, kimia, fisika dan
astronomi.
Di planet kita, makhluk hidup terbuat dari sel dan setiap sel memiliki inti yang menampilkan semua lingkaran
berikut pusatnya. Kristal yang membentuk es, batu, dan gunung-gunung terbuat dari atom. Setiap atom merupakan
sebuah mandala.
Dalam galaksi Bima Sakti ada sistem tata surya dan di dalam tata surya itulah terdapat planet kita Bumi. Masing-
masing adalah mandala yang merupakan bagian dari sebuah mandala yang lebih besar.
Bunga, cincin yang ditemukan di batang pohon dan luar spiral dan batin dari cangkang siput semua mencerminkan
pola mandala utama. Di mana pun sebuah lingkaran pusat ditemukan memancar ke luar dan kedalam, ada sebuah
keutuhan - sebuah mandala.
Orang-orang Indian Amerika, bangsa India telah menciptakan roda obat dan mandala pasir. Kalender melingkar
Aztec berfungsi baik sebagai perangkat ketepatan waktu sekaligus ekspresi keagamaan Aztec kuno.
Di Asia, symbol "yin-yang" merupakan simbol oposisi serta saling ketergantungan.
Mewakili alam semesta itu sendiri, mandala adalah representasi dari mikrokosmos dan makrokosmos, dan kita
semua adalah bagian dari desain yang rumit tersebut. mandala adalah lebih dari sebuah gambar yang terlihat dengan
mata kita, itu adalah saat yang aktual pada waktunya. Hal ini dapat dapat digunakan sebagai wahana untuk
mengeksplorasi seni, ilmu pengetahuan, agama dan kehidupan itu sendiri. mandala ini berisi ensiklopedia dari yang
terbatas dan peta jalan hingga tak terbatas.
Carl Jung mengatakan bahwa mandala melambangkan "tempat perlindungan yang aman rekonsiliasi batin dan
keutuhan." Ini adalah "sebuah sintesis dari unsur-unsur yang berbeda dalam skema bersatu yang mewakili sifat dasar
dari keberadaan." Jung mandala digunakan untuk pertumbuhan pribadi dan menulis tentang pengalamannya.
Dikatakan oleh Tibet Buddha bahwa mandala terdiri dari lima "excellencies":
Guru Pesan Penonton Situs Waktu
Mandala (Sanskerta: ; secara harafiah bermakna "lingkaran") adalah sebuah konsep Hindu, tetapi juga
dipakai dalam konteks agama Buddha, untuk merujuk pada berbagai benda nyata.

Dalam praktiknya, mandala sudah menjadi nama umum untuk rencana yang mana pun, grafik, atau geometris pola
yang mewakili kosmos secara metafisik atau simbolik, mikrokosmos semesta dari perspektif manusiawi.

Mandala, khususnya pusatnya, bisa dipakai selama meditasi sebagai benda untuk memusatkan perhatian.

Nusantara kaya dengan jiwa spiritual bertaraf seni dan berbudaya tinggi, Candi Borobudur sebagai ajang inspirasi
untuk mengangkat keluhuran masa lalu dengan desain kontemporer yang memberikan efek "healing" terhadap
tingkatan emosi, mental dan mengenalkan suatu dimensi transedental yang "baru" dialami oleh kalangan intuitif
yang menjadi pengamat dan pengguna Mandala sebagai obyek pembangkit positivisme.

Kejayaan masa lalu menyimpan rahasia dan rahasia "itu" ada di alam dan peninggalan warisan budaya. Yang
terlupakan adalah berbakti dengan ketulusan sebagaimana tiap "laku" adalah kejujuran seseorang yang
menghasilkan jenis dan kwalitas pekerjaan. Bukan apa yang diketahui, namun bagaimana permanfaatannya.

Perihal ajaran Buddha di Nusantara, dalam catatan sejarah Candi Borobudur yang mengirimkan murid-murid di
universitas internasional pertama, Universitas Nalanda - India, kita masih satu angkatan dengan pelajar Buddhisme
dari Tibet, Korea, Jepang dan Cina bahkan banyak pelajar yang membantu sebagai penerjemah kitab sutra untuk
utusan-utusan dari Cina.

Kita melupakan untuk mengakui sendiri sebagai keturunan dari nenek - moyang yang beradab dan jenius di bidang
insinyur, arsitektur dan seni. Sebabnya adalah skala prioritas yang terkalahkan oleh dilema "jati diri" yang
cenderung adaptif terhadap modernitas sebagai pengikut (follower) dan kurang tampil sebagai trend-setter atau
setara dengan filsuf, ilmuwan, seniman, budayawan dan olahragawan sedunia.

Pengakuan lainnya adalah ketertinggalan yang nyaris terhina sebagai bangsa yang masih terjajah dari pemikiran
negara lain. Jiwa yang merdeka adalah jiwa Buddha.

Masa lalu tidak akan kembali atau tidak ada duplikat. Harapan adalah Sang Waktu sendiri mengulang yang siklus
kecemerlangan Nusantara dengan mengamati fenomena dari bukti yang hadir. Seberapa kecil bukti yang mewakili
tanaman baru tumbuh dari akar lama, kita perlu menjiwai karya tukang kebun atau seorang petani yang berharap
mukjizat itu tiba, alam bersahabat dan rahasia dari Gemah Ripah Loh Jinawi terbuka dengan kewajaran sebagai
usaha untuk memelihara sisa dari ladang, yaitu Sang Diri.

Mandala Lakshmi - Krishna

Mandala Lakshmi - Krishna adalah karya yang bersumber dari alam tidur (bawah sadar), simbol Yantra terpadu
dengan denah Candi Borobudur, seperti biasanya kesadaran yang dimiliki terbimbing oleh kehendak cipta - karsa -
rasa. Sampai kelengkapan dari pengetahuan dan alasan gambar itu hadir, karena Diamond Mandala dari penulis
buku Candi Borobudur mengisyaratkan tingkatan pencerahan di Candi Borobudur sebagai karunia pengetahuan
yang menjelma bersamaan dengan kekuatan alam. Evolusi spiritual bukan jargon retorika, lain dengan pencapaian
yang terstimulasi dari dalam diri.

Apa yang dimaksud dengan Mandala?


Mandala adalah kekuatan sekaligus kerendahan hati terhadap dunia itu sendiri.

Budaya Hindu - Buddha

Mandala secara harafiah disebut lingkaran dalam bahasa Sansekerta, asal muasal dari semua penciptaan, bergerak
dengan cara berputar. Rigweda mengenalkan Mandala sebagai nama dari pekerjaan. Mandala juga adalah istilah
dari salah satu sepuluh buku Rigweda, kitab suci agama Hindu (Sruti).

Diagram Yantra Hindu adalah desain Mandala di kepercayaan Buddha. Yantra berbentuk geometri suci yang
menggambarkan aksara simbol Hindu yang mewakili dimensi dan kedudukan para Dewa (Dev: sinar suci).

Obyek yang indah ini bermanfaat sebagai pusat ritual meditasi dalam praktek Sadhana karena dianggap sebagai
pintu pewahyuan, di setiap simbol Yantra beresonansi secara sintesis yang memberikan pengalaman spiritual dari
segi konsep kosmik, contoh popular di masa kini adalah meditasi transedental - laku japa mantra (berucap mantram
suci selama 20 menit).

Fisik Candi Borobudur

Candi Borobudur adalah contoh karya kolosal Mandala tiga-dimensi yang masih ada, bentuk dasar yang
proporsional dan simetris, bangunan bertingkat di lokasi danau purba, ukiran berupa relief dan patung Buddha
adalah pengejewantahan sejarah dari peradaban spiritual di tanah Jawa.

Budaya Tibet

Mandala sangat penting dalam tradisi Tibet, semesta yang dimaknai tak terbatas dan absolut, irama kosmik yang
mencakup pergerakan yang menyeluruh dan menciptakan keragaman dunia dalam persatuan. Pandangan ini
mengingatkan kita tentang semboyan Bhinneka Tunggal Ika, (Unity in Diversity).

Seperti hologram, membawa unsur-unsur makro dalam ukuran mikro, rupa-rupa lanskap penjiwaan tentang sifat.

Kesadaran Mandala

Satu arketipe ketidaksadaran Jung

Psikoanalis Carl Jung menyebut mandala sebagai representasi dari ketidaksadaran, percaya pada pola-pola ini
sebagai sarana untuk memahami kepribadian dengan totalitas.

Seni dan spiritual Mandala di Tibet memakai teknik Anuttarayoga Tantra, sejenis yoga yang dipraktekkan para
Bhikku yang terseleksi sejak kelahiran untuk berlatih teknik spiritual tersebut dan percaya pada kekuatan psikis yang
menarik energi dari dimensi Buddha Himalaya, di dalam proses dan kondisi meditatif menciptakan mandala dan
aksara-aksara suci. Tantra Hindu menganggap bathin manusia sebagai mikrokomos yang mengetahui hukum
semesta makrokosmos. Pengertian kosmos yang paling umum adalah suatu sistem yang teratur atau berada dalam
harmoni, antitesis dari khaos. Ilmu kosmologi mempelajri struktur dan sejarah alam semesta, berhubungan erat
dengan asal mula dan evolusi.

Kinerja organ otak mengkaitkan ajaran fisik, metafisik dan fisika. Kebathinan (mind) dan pikiran (thought)
ditempatkan sebagai dua perihal yang berbeda, pikiran adalah buah bathin. Ilmiah modern mencatat daya potensi
bathin manusia biasa dapat mengaktifkan 3% sampai 10% dari keampuhan psikis untuk aktivitas sensorik dan
motorik yang merespon dalam aksi, reaksi dan interaksi dengan keberadaan.

Cara-cara untuk meningkatkan kapasitas daya guna bathin menyarankan praktek spiritual yang menaikan angka sel
otak yang aktif hingga 15% sampai 20%. Jumlah sel neuron di otak sebanyak 150 juta sel yang mengandung pulsa
listrik dan butuh sekitar 55,000 sel untuk menghasilkan gelombang memancar.

Sisa dari potensi bathin sebanyak 80% - 85% adalah wilayah unknown, tidak diketahui, tidak terpikir dan tidak ada
alat teknologi monitor untuk menayangkan isi visual bathin. Alat satu-satunya yang bersedia dari ilmu sains adalah
teknologi mengukur gelombang otak dan jantung hati. Menurut Dr. Dorothy M. Neddermeyer (PhD), jantung hati
melebihi vibrasi yang dihasilkan otak. Chakra hati yang bertempat di dada, berwarna hijau, sangat mendukung
kreativitas dalam keadaan netral dikarenakan masalah-masalah utama yang melibatkan chakra hati adalah emosi
yang kompeks termasuk kasih-sayang, kelembutan, cinta tanpa syarat, keseimbangan, penolakan dan kesejahteraan.
Secara fisik chakra hati berfungsi seperti sirkulasi emosional, cinta tanpa syarat untuk diri dan orang lain, semangat
bangkit di mental dan spiritual tertatur untuk pengabdian.

Isi hati adalah isi bathin. Jika isi hati adalah Cinta, bathin bergelombang Cinta.

Cara Menggunakan Mandala

Mandala sangat efektif mengatasi permasalahan dan kebingungan, ketika memerlukan fokus.

Tujuannya kemudian adalah mendefinisikan kembali organisasi dunia kita dalam sel yang lebih kecil seperti dalam
makrokosmos, menyatukan pusat, seimbang di pinggiran-nya. Mandala mewakili kosmos serta keberadaan kita,
memungkinkan kita bertepatan dengan pusat tepat dari alam semesta. Dan mencapai keseimbangan dalam situasi.

Instruksi manual adalah umum untuk meminta mandala itu sendiri karena telah berubah menjadi satu atau dua meter
(fractal mengajarkan bentuk skala kecil tidak mengalami perubahan bentuk ketika diperkecil atau diperbesar).
Cahaya adalah penting untuk mencapai efek. Oleh karena itu tidak perlu tidur dengan Mandala.

Hal ini juga dapat menyebabkan rasa kesakitan berada dekat dengan beberapa Mandala, perlu menjauh lima atau
sepuluh sentimeter, dengan meletakkan perhatian dan niat untuk beberapa menit. Desain berperilaku sebagai
akselerator penyembuhan.

Baginya, mandala melambangkan pergerakan jiwa ke inti dari makhluk rohani, yang harus mengarah pada
rekonsiliasi internal dan integritas baru oleh Sang Diri. Menyetujui desain dan bentuk mandala adalah hubungan
antara bumi dan langit yang menunjukkan cara kerjanya. Hal ini kemudian diisi dengan fungsi warna permintaan
(syarat) bermeditasi. - Niki Saraswati & Odette Bouyatt, Les Mandalas de Niki.

Sumber dan Penulis:

Terjemahan dari Les Mandalas de Niki, penulis adalah seniman Mandala yang berhasil mempublikasikan karya
Mandala dalam bentuk buku di Prancis melalui perusahaan penerbit, Edition Le Souffle D'or dan terjual di on-line
store di berbagai situs internet termasuk Amazon France, Germany, USA, Spain, UK dan Canada.

Sumber inspirasi dari karya Mandala adalah adopsi dari penampang vertikal Candi Borobudur dan disebut dalam
buku:
Le Mandala de pierre de Borobudur

La structure de base de la plupart des mandalas de Niki repose sur le plan du temple de Borobudur, a Java. Ce
temple a ete bati par la dynastie des Sailendra pour celebrer le combat sans fin de l'humanite pour parvenir a un plus
haut niveau d'illumination - Les Mandalas de Niki, p. 15

Testimonial

Kesaksianpembaca-pengguna Mandala de Niki (Terjemahan dari www.conseil-geobiologie.com, milik Odette


Bouyatt,)

Pembaca dan pengguna mulai bersaksi tentang pengalaman mereka dengan mandala Niki, buklet dijual sejak awal
Nopember.

Ada dimensi emosional yang menyeluruh, mandala mempengaruhi orang dan tidak dinyatakan dalam analisis
bioenergi saya (Odette Bouyatt) setiap mandala. Saya ingin berbagi informasi ini dengan publik. Sebuah forum
untuk pertukaran direncanakan biar menjadi lebih interaktif.

Sementara waktu,ada beberapa testimonial dan "tips" yang dimintakan untuk dipublikasikan.

Green Island (Il Verte)

Anti-mimpi buruk ...

Green Island: anti-mimpi buruk-?

Para mandala membuat saya berbohong: mereka bisa memiliki efek dalam gelap dalam tidur kita ... Ini adalah yang
baru!Seorang wanita memiliki intuisi untuk mandala "Green Island" di atas meja samping tempat tidurnya dan dia
mengatakan telah memperoleh kualitas tidur yang lebih baik, dan jika ia mimpi, ia tidak lagi memiliki mimpi
buruk ...Untuk Anda, untuk mencoba ...

Red Earth Goddess Mandala

Petit Louis, 6 tahun

Sungguh mengejutkan, saya mendapatkan ini: Louis, bocah 6 tahun, diam-diam dia mencoba untuk menggambar
Mandala ini. Hari esoknya dia membuat bordiran dalam satu jam dengan tenang. Bisa disangka Louis
menyembunyikan talenta yang besar.

Aku mengamati semua Mandala ...

Seorang pembacamengamati semua mendala tiap hari

Setelah satu minggu, mandala "Bumi Dewi" menciptakan sesuatu yang sangat menyedihkan, sangat menyakitkan,
saya jejaki masih kecilku, tapi saya tidak tahu apa itu ... Saya menangis, membanjir air mata, setelah mereda, bahkan
memiliki rasa sukacita yang saya tidak tahu.

Mandala Bumi
Sebuah buket bunga ... Orang yang sama bersaksi terhadap Mandala Bumi Spin, di beberapa waktu kemudian:
"Saya menggunakan aktif buku ini: ketika tidak bersamaku, saya membiarkannya terbuka di halaman yang
menampilkan Mandala Bumi dan meletakannya di sudut ruang tamu yang disinari oleh cahaya, di samping tanaman
bunga violet Afrika, yang biasanya memiliki lima atau 6 bunga, telah berbunga sebanyak selusin! Saya tahu
itualasannya adalah mandaladan tanaman ini berbunga untuk saya karena tidak pernah bervariasi jumlah bunga
sebelumnya. "

Mandala dalam konsep agama Hindu dan Buddha adalah gambaran bagi alam semesta. Secara harafiah mandala
berarti "lingkaran." Mandala ini terkait dengan kosmologi India kuno yang berpusatkan Gunung Meru. Suatu
gunung yang diyakini sebagai pusat alam semesta. Di dalam Tantrayana mandala juga menggambarkan alam
kediaman para makhluk suci, yang sangat penting bagi ritual atau sadhana Tantra. Saat berlangsungnya sadhana,
sadhaka akan menyusun ulang mandala ini baik secara nyata ataupun visualisasi. Beberapa kalangan mengatakan
bahwa konsep mengenai mandala ini sudah ketinggalan zaman. Meskipun demikian, apabila dicermati lebih jauh,
mandala sebenarnya mengandung makna filosofis yang mendalam.

Sesungguhnya semua orang setiap hari menyusun mandalanya masing-masing. Sebagai contoh, seorang pedagang
yang menata dagangannya saat hendak berjualan sesungguhnya sedang menyusun mandalanya sendiri. "Dunia" atau
"jagad raya" orang itu sesungguhnya adalah barang dagangan yang disusunnya itu. Seorang menulis laporan
keuangan, sedang menyusun mandalanya saat menyiapkan laporan keuangannya. Mandala dengan demikian
melambangkan cakupan karya dan medan pemikiran seseorang.

Menurut ajaran Vajrayana, mandala hendaknya disusun secara cermat. Ini menandakan bahwa dalam berkarya
seseorang hendaknya cermat dan melakukan yang sebaik-baiknya.

Demikianlah salah satu makna filosofis mandala. Sebenarnya masih banyak makna filosofis lainnya yang akan
dipaparkan bila ada kesempatan.

7 dan 8 persembahan mandala

-air minum(argham)
-air mandi(padhyam)
-bunga(pushpe)
-dupa(dhupe)
-penerangan(aloke)
-minyak wangi(gandhe)
-makanan(naividya)
-alat musik(shapta)

untuk yang 7 itu, tidak ditambahkan alat musik.

Manfaat Persembahan Mandala

Bagi umat Buddhis, khususnya tradisi Tibetan, tidaklah asing dengan istilah "Persembahan Mandala". Kata mandala
itu sendiri dalam bahasa Tibet yakni kyilkor. Suku kata pertama kyil diterjemahkan sebagai "intisari" dan suku kata
kedua kor adalah "untuk memperoleh" sehingga digabungkan menjadi "untuk memperoleh intisari", suatu
pengertian yang memiliki makna sangat mendalam. Dimana pada tingkat terendah untuk memperoleh kelahiran
yang bahagia di kehidupan mendatang. Tingkat selanjutnya adalah untuk bebas dari samsara. Dan tingkat terakhir,
yang merupakan tujuan teragung, adalah untuk mencapai Kebuddhaan yang lengkap dan sempurna. Mandala itu
sendiri merupakan simbol dari alam semesta.

Untuk mencapai tujuan yang teragung, tingkat Kebuddhaan, kita membutuhkan banyak sekali pengumpulan karma
baik, dan persembahan mandala merupakan cara yang baik untuk memperolehnya. Bahkan ini merupakan cara yang
paling efektif untuk mencapai tujuan tersebut dan uniknya praktik ini mudah untuk dilakukan karena hanya
menggunakan sedikit kekuatan fisik.

Bahkan sebelum membuat persembahan mandala pun ada manfaatnya. Biasanya kita menaruh sedikit beras di dasar
permukaan mandala dan menggosoknya dengan bagian lengan kanan bagian bawah searah jarum jam dan
berlawanan arah jarum jam masing-masing sebanyak tiga kali. Searah jarum jam kita bayangkan semua kesalahan,
karma negatif, dan halangan-halangan yang kita miliki dan yang juga dimiliki oleh semua makhluk yang terhimpun
sejak waktu tanpa awal melalui tubuh, ucapan, dan batin dimurnikan hingga tuntas. Berlawanan arah jarum jam kita
bayangkan bahwa kita dan semua makhluk menerima berkah dari Ladang Kebajikan (atau obyek yang Anda beri
persembahan mandala), khususnya kualitas dari tubuh, ucapan, dan batin mereka.

Kegiatan menggosok bagian dasar mandala juga memiliki arti yang signifikan. Dalam teks tantra mengatakan bahwa
tubuh manusia terdiri dari 72000 saluran (yang berongga) dan melalui saluran inilah angin-angin vital bergerak
dalam tubuh kita. sifat alami dari batin adalah akan mengikuti pergerakkan dari angin-angin vital ini, dan hubungan
keduanya sering dianalogikan seperti kuda dan penunggangnya. Kuda menggambarkan angin-angin vital dalam
tubuh, sedangkan penunggangnya menggambarkan batin. Dengan mengatur pergerakkan angin-angin vital ini
seseorang dapat membangkitkan perbuatan yang mulia lebih mudah. Bagaimanapun jika seseorang tidak mampu
melakukan hal ini, angin-angin vital tidak akan bergerak mudah melalui saluran yang cocok. Semua saluran ini
terhubung ke jantung. Saluran angin yang secara khusus berpengaruh terhadap bangkitnya batin pencerahan adalah
melalui lengan kanan. Oleh karena itu dengan rangsangan eksternal berupa menggosok dasar permukaan dengan
lengan kanan bawah dapat meningkatkan pergerakkan angin-angin vital yang bergerak melalui saluran ini dan
sebagai hasilnya seeorang dapat jauh lebih mudah membangkitkan batin pencerahan.

Terlebih lagi persembahan mandala ini merupakan sebuah latihan persembahan, latihan berdana, dan menyebabkan
Anda mengumpulkan nilai kebajikan. Dengan mempersembahkan tubuh dan seluruh milik Anda akan membantu
Anda mengatasi kemelekatan atas barang-barang tersebut. Anda visualisasikan di atas mandala, barang-barang
ataupun orang-orang, yang kepada mereka Anda merasa melekat, barang-barang atau orang-orang yang Anda benci,
dan semua obyek ketidaktahuan Anda (apa yang belum Anda pelajari tentang Buddhisme, ilmu pengetahuan, dan
tentang batin Anda sendiri). Persembahkan semua itu pada Ladang Kebajikan, Anda memohon berkah dari mereka
semoga tiga racun batin (kemelakatan, kebencian, dan ketidaktahuan) dapat berkurang dalam diri Anda.

Praktik persembahan mandala ini juga dapat melibatkan enam paramitha sebagai berikut:

1. Dana
Membangkitkan keinginan untuk memberi, pikiran untuk mempersembahkan mandala dan benar-benar
mempersembahkan bahan-bahan persembahan.

2. Sila
Mempersembahkan mandala tidak hanya untuk keuntungan diri sendiri, tetapi untuk kebaikan semua makhluk.
Bekerja hanya untuk kepentingan diri sendiri dapat menghambat praktik disiplin moral.

3. Kesabaran
Sabar ketika mengatasi kesulitan yang timbul dalam praktik ini, seperti melakukan visualisasi dan sebagainya, serta
mengatasi kemalasan untuk melakukan praktik ini.

4. Semangat
Melakukan praktik ini dengan kegembiraan dan upaya yang bersemangat.

5. Konsentrasi
Berkonsentrasi dengan baik ketika melakukan praktik ini dan tidak membiarkan pikiran melayang.

6. Kebijaksanaan
Mengetahui dengan pasti bagaimana membuat persembahan dan mengerti bahwa meskipun mandala itu eksis secara
konvensional, namun tidak ada eksistensi yang berdiri sendiri.

Pentingnya praktik persembahan mandala ini dilukiskan dalam cerita ketika seorang murid Y.M. Atisha, yang
bernama Gonbawa, seorang yogi yang agung, banyak menghabiskan waktunya untuk berlatih meditasi samatha
sehingga ia berhenti melakukan praktik persembahan mandala dan peralatan mandalanya menjadi berdebu. Suatu
hari salah satu murid Y.M. Atisha yang bernama Dromtonpa mengunjungi kediaman Gonbawa. Setelah melihat
peralatan mandala milik Gonbawa yang berdebu, ia bertanya alasan Gonbawa tidak melakukan persembahan
mandala lagi. Gonbawa menjawab, "Saya sedang sibuk melatih meditasi satu titik sehingga saya tidak mempunyai
waktu untuk membuat persembahan mandala." Mendengar hal ini Dromtonpa mengkritiknya dengan keras dan
mengatakan bahwa guru mereka, Y.M Atisha yang meditasinya lebih baik dibandingkan Gonbawa, masih melakukan
persembahan mandala tiga kali sehari. Mendengar hal ini Gonbawa melakukan persembahan mandala dengan tekun
dan sebagai hasilnya pemahaman Gonbawa semakin mendalam.

Cerita lainnya tentang pentingnya persembahan mandala ini adalah cerita mengenai Bhiksuni Padma, seorang putri
raja di India yang kemudian menjadi seorang biarawati. Dengan melakukan praktik persembahan mandala ini, ia
dapat bertemu langsung dengan Arya Avalokitesvara seperti kita dapat bertatap langsung dengan orang lain. Dengan
meminta dan menerima instruksi dari-Nya, ia dapat mencapai pencerahan.

Bahkan Y.M. Jey Tsongkhapa, seorang guru besar di Tibet, dapat bertemu para Buddha dengan mempraktikan
persembahan mandala ini. Latihan ini benar-benar membantu beliau dalam usahanya merealisasikan langsung secara
mendalam tentang sifat alami dari semua fenomena adalah sunyata. Y.M. Jey Tsongkhapa membuat persembahan
mandala yang banyak sekali dengan menggunakan batu besar yang rata dan batu-batu kerikil, akibatnya bukan saja
batu tersebut menjadi halus, tetapi juga lengan beliau menjadi terluka. (IK)

Kosmologi Tiongkok, Menata Altar dan Mandala

Ini saya kutip sebagian dari Milis Budaya Tionghoa, semoga bermanfaat bagi kita semua.

>
> Salam,
>
> Melanjutkan diskusi mengenai kosmologi Tiongkok. Menurut saya para pakar
budaya Tiongkok di sini jangan segan-segan untuk senantiasa memberikan
penjelasannya. Bila tidak segenap aspek berharga budaya Tiongkok akan mengalami
degradasi dan menjadi semacam tahayul semata. Menarik sekali mengenai penjelasan
sebelumnya tentang 9 angka dalam kosmologi Tiongkok.
> Kali ini saya akan lebih memusatkan perhatian dalam penataan altar. Banyak
orang saat menata altar berpikir bahwa itu adalah persembahan bagi shen, fo,
atau busa. Tetapi tentu saja maknanya tidak demikian. Saya akan menceritakan
dari sudut pandang agama yang saya anut. Saya adalah penganut Tantrayana,
khususnya aliran Satya Buddha Kasogatan (Zhenfozong). Aliran ini merupakan
perpaduan antara Daoisme dan Buddhisme. Saat seorang menata altar atau mandala,
maka tidak hanya sekedar taruh barang persembahan saja, melainkan harus diiringi
visualisasi tertentu. Bagi seorang acarya (shangsi) bahkan perlu melakukan
gerakan2 tertentu umpamanya menghentak bumi atau membentuk goresan2 tertentu
seperti menulis hu.
> Jarang ada orang mengetahui bahwa altar atau mandala sesungguhnya adalah
tiruan alam semesta dalam bentuk mini. Para guru agung mengajarkan penataan
mandala atau altar baik dalam dalam Daoisme maupun Buddhisme dengan tujuan kita
belajar tentang kosmologi Timur. Dengan memahami kosmologi kita akan paham
mengenai interaksi dalam alam semesta. Paham alam semesta berarti paham diri
kita sendiri, karena manusia sebenarnya adalah alam semesta ini eksis dalam diri
manusia itu sendiri.
> Sebagai contoh, adalah angka 3 dan 7 bila dikaitkan dengan diri manusia
mewakili sanhun dan qibo. Dalam filsafat Barat angka tiga dikaitkan dengan
tubuh, jiwa, dan roh, namun tentu saja 3 hun ini tidak begitu tepat bila
dikaitkan dengan hal tersebut. Sedangkan angka 7 ini kemungkinan di Barat dapat
disepadankan dengan tujuh malaikat (Gabriel, Rafael, Mikhael, Tobiel, Azael,
dll). Konsep seperti ada dalam gnosisme atau sisi esoterisme agama Barat.
Tentunya ini perlu kita kaji lebih mendalam. Dalam Daoisme kita mengenal istilah
Sanqing, yakni Taishang Laoqun, Yuanshi Tianzun, dan Lingbaotianzun. Dalam
Buddhisme kita mengenal Sanbaofo (Shijiamonifo, Yaoshifo, dan Amiduofo). Menurut
saya ini sebenarnya adalah simbol kejiwaan manusia.
> Angka 9 ini sangat menarik. Menurut tradisi filsafat Tiongkok terdapat
sembilan lubang dalam tubuh manusia. Selain itu dikenal pula 9 gong dalam salah
satu cabang astrologi yang disebut Taijiugong (populer di Jepang dengan istilah
9 Ki astrologi). Dalam Buddhisme Tantra terdapat istilah transformasi kesadaran
saat seseorang meninggal, yakni menutup jalan keluar kesembilan lubang ini.
> Kembali ke masalah penataan altar. Agar kita dapat mengambil manfaat yang
sejati dari praktik spiritual ini, perlu dipahami benar bagaimana tata cara saat
seorang meletakkan berbagai persembahan. Dan yang terutama adalah
visualisasinya. Tentu saja ini berbeda pada masing-masing perguruan baik yang
ada dalam Daoisme dan Buddhisme sendiri.

Kata psychedelic berasal dari bahasa Yunani (psycho, artinya pikiran, jiwa, dan mental) dan delic (delein, artinya
memanifestikan, mewujudkan/merealisasikan). Secara singkat, psychedelic bisa disebut manifesti jiwa atau
merealisasikan vision of mind.
Istilah Psychedelic sendiri berarti suatu keadaan kejiwaan dimana orang mengalami halusinasi dan hilang kesadaran
akibat pengaruh dari luar, semisal obat-obatan. Pada era 60an, para seniman menggunakan bantuan obat-obatan
agar mencapai keadaan psychedelic, sehingga karya seni yang tercipta dinamakan Seni Psychedelic.
Arti psychedelic secara keseluruhan adalah sebuah hal/sifat yang berkaitan tentang mewujudkan pola-pikir,
menerjemahkan jiwa.
Psychedelic ialah kemampuan kita mem-visualisasi-kan apa yang ada di pikiran menjadi vision (penglihatan), yang
akan terasa sangat nyata (efek halusinasi).
Pengalaman psychedelic sering dibandingkan dengan bentuk kesadaran seperti trance (keadaan tdk sadar diri),
meditasi, yoga, dan bermimpi.
Sejarah Psychedelic Graphics
Sejarah Phychedelic graphic berawal dari Graphic design yang diperkenalkan William Addison Dwiggins, seniman
tipografi Amerika pada tahun 1922.

Psychedelic adalah sebuah aliran seni yang nge-trend pada periode 60an sampai akhir 75an. Aliran ini muncul
dipelopori oleh anak-anak muda yang menganut gaya hidup hippies, yaitu sebuah gaya hidup bebas yang keras
menantang keteraturan budaya, radikal, dan membenci pemerintahan (akibat perang yang terus-menerus terjadi pada
masa itu).

Karakteristik Psychedelic
Penggunaan warna yang mencolok, ramai, dan saling bertabrakan.
Komposisi elemen yang saling bertabrakan, tidak teratur.
Banyak menggunakan bentuk tipografi dan elemen visual yang meliuk-liuk.
Keterbacaan huruf relatif rendah.
Sering ditemui adanya ilusi-ilusi optikal.
Menggunakan tekstur-tekstur yang rumit.
Pengulangan motif.
Warna-warna cerah dan sangat kontras.
Lukisan Psychedelic
Vinicius Quesada merupakan salah satu seniman berbakat asal Brazil yang sering menggunakan media aneh pada
tiap karyanya. Lukisan ini menggunakan media darah manusia dan juga air seni. Seniman jalanan ini telah
menghasilkan beberapa lukisan beraliran psychedelic yang sangat detail, mulai dari wanita geisha, objek monyet
merokok, hingga gambar lainnya.
Di bawah ini ialah beberapa contoh psychedelics graphics pada poster music rock pada era 70an.
Kegunaan Psychedelic Graphics

Awal tahun 1970 seni psychedelic digunakan untuk menawarkan dan menjual barang konsumsi oleh pemasang iklan
karena kreasi yang dihasilkan dapat bervariasi, unik dan mudah dilihat serta ditangkap oleh konsumen sasaran.
Mulai dari produk rambut, mobil, rokok, dan bahkan warna rumah dikreasikan kedalam bentuk warna-warni yang
penuh semangat.
Dalam desain interior juga sering dijadikan sebuah eksperimen atau pencampuran ide yang sangat menyenangkan.
Gaya-gaya desain interior kontemporer yang unik, penuh kreasi, dan dengan permainan warna berani semakin
berkembang dan meluas dengan kreatif.
Pengaruh Psychedelic Graphics
Style Tatanan Rambut

Gaya dan teknik psychedelic sangat berpengaruh sekali terhadap kehidupan kita sehari-hari, terutama kepada kaum
wanita. Salah satu nya adalah pada penataan rambut. Teknik penataan rambut pada kepang merupakan salah satu
teknik dan gaya dari psychedelic. Tidak hanya kepang, rambut keriting juga merupakan teknik psychedelic.
Rambut keriting bergaya psychedelic sering dijumpai pada salah satu personil music rock. Di indonesia, musisi
music rock yang terpengaruh dengan teknik dan gaya rambut psychedelic tahun 80-an adalah musisi musik rock
SLANK.

Mode Pakaian dan Kain


Semakin bergeraknya perkembangan zaman, pengaruh psychedelic sangat besar sekali pada model warna pakaian.
Banyak para pembatik dan pendesain pakaian menggunakan warna-warna psychedelic yang cerah dan warna-warni
sehingga pakaian dan kain yang telah diberi warna tersebut terlihat indah, elegan, dan dapat memikat banyak orang.
Teknik psychedelic pada kain sering dijumpai pada batik yang terbuat dari bahan saten. Teknik psychedelic pada
model pakaian ini menjadi salah satu motif tekstil yang popular.

Make Up
Pengaruh psychedelic yang ketiga adalah pada make-up. Teknik psychedelic tersebut sering digunakan pada
eyeshadow. Tidak hanya pada wanita saja yang menggunakan teknik psychedelic pada make-up, pada pria teknik ini
juga digunakan, misalnya pada saat acara-acara tertentu seperti acara pesta topeng, hallowed, cosplay anime dan
lain-lain. Ada salah satu video klip dari Indonesia yang menggunakan teknik psychedelic yaitu adalah pada salah
satu video klip Melly Goeslow yang berjudul GLOW. Selain itu, psychedelic pada make-up juga kita jumpai pada
salah satu group lawak Indonesia yaitu group lawak Psychedelic Cyrillic.

Otomotif

Teknik psychedelic tidak hanya kita jumpai pada style dandanan rambut, mode pakaian, make-up maupun mebel.
Bahkan teknik psychedelic dapat menghiasi benda jadul menjadi estetis dan dinamis. Salah satu contohnya adalah
sebuah Narrowboat yang di sulap menjadi hotel di Albert Dock Liverpool dengan gaya psychedelic.

Perahu itu sebelumnya dimiliki oleh Paramount Pictures dan digunakan dalam film thriller The Hunt yangdibintangi
Sean Connery, yang sebagian difilmkan di perairan Liverpool.

Tatto
Hal lain yang tak kenal kalah dari pengaruh psychedelic adalah tatto. Psychedelic tatto menjadi personal
commitment anak muda masa kini. Gambar yang terukir dipermukaan kulit tersebut memang pengaruh dari
psychedelic. Dengan warnanya yang beraneka ragam dan cerah dapat membuat tatto terlihat bersih dan indah.
Pop Art adalah salah satu yang paling populer gerakan seni Era Modern. Gerakan pop art dimulai sebagai
pemberontakan melawan Ekspresionis Abstrak, yang dianggap megah dan lebih intens. Pop Art sendiri merupakan
sebuah bentuk seni yang mencerminkan kembali ke realitas material kehidupan keseharian dari rakyat. Seni ini
berasal gaya dari kegiatan visual dan kenikmatan orang: televisi, majalah dan komik.

Awal Gerakan Pop Art

Gerakan Pop Art mulai muncul di Inggris pada pertengahan 1950-an , setelah itu hadir di Amerika Serikat pada akhir
1950-an. Tujuannya adalah untuk menantang tradisi, dan diasumsikan bahwa unsur-unsur visual dari media massa
dari budaya populer dapat dianggap seni rupa. Pop art bergantung pada penggalian materi dari konteks dan
mengisolasi atau bergaul dengan mata pelajaran lain untuk kontemplasi.

Pop Art bertepatan dengan fenomena musik pop 50-an dan 60-an dan itu sangat terkait dengan citra dan modis dari
London. Dapat disalkan pada Peter Blake yang menciptakan desain cover untuk The Beatles dan Elvis Presley.
Lebih dari itu, ia termasuk aktris seperti Brigitte Bardot dalam karya-karyanya, mirip dengan cara Andy Warhol
digunakan Marilyn Monroe sebagai model.
British Pop Art vs Pop Art di Amerika

Dibandingkan dengan Inggris/British Pop, yang lebih referensial dan subjektif, seni Pop Amerika dianggap simbol,
anonim dan agresif. Konsep utama seniman Pop Inggris dipertimbangkan adalah tema atau metafora. Maka dari itu
mencoba untuk membuat seni terlihat seperti itu diciptakan oleh mesin. Kelompok Independen di masa itu muncul
di London pada tahun 1952. Ini dianggap oleh sebagian besar menjadi cikal bakal gerakan seni pop. Selama
pertemuan pertama Independent Generation, Eduardo Paolozzi, seorang seniman dan pematung yang ikut
mendirikan kelompok, memperkenalkan serangkaian kolase yang disebut Bunk! . Ini kolase yang terdiri dari
ditemukan benda-benda seperti iklan, karakter buku komik, sampul majalah dan massa lainnya menghasilkan
karya-karya grafis yang mewakili budaya Amerika. Karya seni pertama untuk benar-benar include kata pop adalah
kolase Paolozzi disebut saya adalah mainan orang-orang Kaya (1947) yang muncul awan asap muncul dari
revolver di mana kata pop ditulis.

Pop seniman dari Amerika Serikat yang digunakan untuk menduplikasi, mereproduksi, overlay, menggabungkan dan
mengatur elemen visual tanpa akhir yang mewakili masyarakat dan budaya Amerika. Andy Warhol, salah satu
seniman paling terkenal Pop Amerika memiliki kepentingan nyata dalam bintang film. Pada tahun 1962 gairahnya
tercermin dalam karya-karyanya menggambarkan Marilyn Monroe. Andy Warhol diringkas gerakan Pop dan peran
media dalam kutipan terkenal Dalam semua masa depan akan menjadi terkenal selama lima belas menit.
Hollywood, majalah, televisi, dan surat kabar semua gambar baru yang memproduksi harian, memperbesar budaya
populer. Semua yang mengelilingi kita adalah gambar siap untuk dikonsumsi.
Karakteristik Pop Art

Gerakan seni Pop didefinisikan pada tema dan teknik yang diambil dari budaya massa populer. Media seperti iklan,
benda budaya duniawi dan buku komik. Ini gerakan seni dianggap sebagai reaksi terhadap ide-ide abstrak
ekspresionisme. Pop Art dipekerjakan pada gambar budaya populer dalam seni, menekankan unsur dangkal budaya
apapun, biasanya melalui penggunaan ironi.

Warna-warna dominan yang digunakan oleh seniman Pop Art berwarna kuning, merah dan biru. Warna-warna yang
digunakan adalah hidup. Berbeda dengan gerakan seni lainnya, warna pop art itu tidak mencerminkan sensasi batin
seniman dari dunia. Sebaliknya, warna-warna ini mengacu pada budaya populer. Budaya yang diilhami Amerika
seniman Andy Warhol untuk bereksperimen dengan teknik seperti pencetakan silkscreen, yang merupakan teknik
yang sangat populer digunakan untuk produksi massal.

Karakteristik karya seni Pop Art adalah garis yang jelas dan representasi simbol, orang dan benda-benda yang
ditemukan dalam budaya populer dan cat yang tajam. Gerakan Pop Art menggantikan, unsur-unsur destruktif satir
dan anarkis dari gerakan Dada (gerakan berkonsentrasi pada anti-perang politik dan menolak standar yang berlaku
dalam seni dengan menciptakan anti-karya seni budaya) dengan memiliki penghormatan terhadap konsumerisme
dan budaya massa.

Selama gerakan seni pop, seniman menikmati benda satir dengan memperbesar objek-objek untuk proporsi besar.
Makanan adalah tema umum dalam gerakan pop, serta benda-benda rumah tangga seperti kursi dan toilet yang
terbuat dari plastik licin bukan bahan apa pun yang mereka biasanya terbuat dari. Sebagai contoh, Toilet Lembut
oleh Claes Oldenburg.

Pengaruh Pop Art Di Desain Grafis Kontemporer

The co-pemilik Galeri International Pop di New York, Jeff Jaffe mengatakan bahwa Pop Art lebih kuat dari
sebelumnya. Tentu saja, art dealer, kolektor, penerbit dan rumah lelang setuju dengan dia. Mereka semua
menunjukkan beberapa nama terbesar dalam seni hari ini: Clemens Briels, Romero Britto, James Rizzi dan Steve
Kaufman antara lain yang semuanya bekerja dalam gaya Pop dan biasanya sangat sukses di pasar seni.

Beberapa orang mungkin merasa penasaran bagaimana Pop Art menjadi sebuah partai yang kuat, bahkan 47 tahun
setelah itu muncul. Jawabannya adalah bahwa Pop Art berkumpul sejumlah besar pendukung selama bertahun-tahun
dan ternyata menjadi investasi besar. Pop Art masih berdiri sebagai inspirasi bagi seniman saat ini. Banyak fitur dari
gerakan seni pop dapat diakui dalam karya hari ini, apakah kita sedang berbicara tentang desain web, desain grafis
atau bidang kreatif lainnya. Tanpa diragukan lagi, Andy Warhol dan Roy Lichtenstein karya merupakan salah satu
yang paling dikagumi dan telah mengilhami karya seni kontemporer.

URBAN ART DAN DILEMANYA DI TENGAH-TENGAH MASYARAKAT YOGYAKARTA


Disusun untuk memenuhi tugas matkul Masalah Sosial Aktual

Dosen pengampu: Mr. John Sabari

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Reputasi Indonesia sebagai negara yang memiliki keluhuran budaya yang terpelihara, masyarakat yang
ramah, sopan santun, dan senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai kepatutan di tengah-tengah masyarakat kini
nampak mengalami degradasi. Beragam faktor yang dituding sebagai penyebabnya sulit untuk dibendung. Terlebih
di era globalisasi dengan akses informasi yang serba cepat dan serba terbuka. Apalagi ditambah dengan label
modernitas, menjadikan masyarakat seolah terlalu mudah menerima produk-produk modernitas. Produk-produk
modernitas tidak terbatas pada pengertian barang dan jasa, tetapi meliputi pula ide, perspektif, perilaku, citra,
bahasa, dan fenomena sosial kemasyarakatan dalam arus utama kebudayaan.
Pada tingkat rendah, kapitalisme global ala neo-liberal, membentuk gaya hidup baru manusia, yang
diciptakan melalui trend. Kombinasi antara media massa, citra, dan belanja secara bersamaan membentuk gaya
hidup konsumerisme. Konsumerisme adalah kecenderungan orang untuk mengidentifikasi dirinya, dengan produk
barang atau jasa yang mereka konsumsi. Khususnya dengan nama-nama merek komersial dan daya tarik
meningkatkan status. Masyarakat kapitalisme global ala neo-liberal, dibangun di atas persaingan tinggi. Persaingan
yang ketat antar perusahaan, mendorong perusahaan membentuk pandangan baru dalam mengonsumsi suatu barang.
Mereka menciptakan perbedaan sekaligus persaingan gaya hidup. Kondisi sosial kemudian dikonstruksikan di atas
perbedaan. Konsumsi dalam masyarakat global kini bukan lagi berurusan dengan nilai guna (use value), namun
selalu berkaitan dengan gaya hidup. Hal belanja misalnya, lebih didorong untuk memenuhi hasrat daripada
memenuhi kebutuhan, yang disuburkan melalui image dan diprovokasi melalui iklan.
Diakui atau tidak, keberadaan neo-liberalisme pada dasarnya memiliki kekuatan yang besar untuk
menggerus nilai-nilai asli masyarakat, dimana nilai-nilai tersebut merupakan warisan leluhur yang telah lama
membentuk watak dan jiwa masyarakat tradisional. Tidak semua hal yang bersifat tradisional selalu baik, namun
harus diakui pula bahwa, modernitas selain membawa dampak negatif, di lain sisi juga memberikan perkembangan
positif dalam dinamika masyarakat. Modernitas mampu menggeser takhayul yang biasanya terpelihara dalam
masyarakat tradisional, namun nilai-nilai luhur harus tetap terjaga agar ada keseimbangan antara penerimaan
terhadap produk-produk modernitas beserta akibat buruk yang dibawanya. Ini berarti nilai-nilai tradisional memiliki
peran kontrol terhadap pengaruh modernisasi. Namun sejauh mana fungsi peran kontrol tersebut dapat dipegang
oleh masyarakat, maka masyarakat pula lah yang menentukan nasibnya sendiri.
Kebudayaan sebagai bagian tak terpisahkan dari masyarakat, tidak pernah menjadi suatu objek yang
bersifat statis. Kebudayaan selalu dipertahankan, terpelihara dan dilestarikan, tetapi masyarakat tidak dapat
mengelak dari lahirnya bentuk kebudayaan baru. Kebudayaan sebagai karya dan karsa manusia akan terus ada
selama peradaban manusia berlangsung. Kecenderungan dalam dinamika masyarakat modern, lahirnya bentuk-
bentuk kebudayaan baru, sering kali justru berseberangan dengan eksistensi bentuk budaya yang bersifat adiluhung
(tinggi), yang merupakan warisan budaya leluhur yang dinilai agung, klasik, original, tradisional, serta
mengindahkan nilai-nilai sosial kemasyarakatan.
Globalisasi telah melahirkan bentuk-bentuk kebudayaan baru, sehingga muncul terminologi pop culture
atau budaya pop. Pop culture merupakan akronim dari popular culture. Budaya massa merupakan budaya yang ada
dalam masyarakat dan sering disamakan dengan budaya popular. Budaya massa besifat relatif, yaitu budaya rendah
dan budaya tinggi, sedangkan budaya popular lebih cenderung dimaknai sebagai kebudayaan rendah dengan
karakteristik banyak disukai orang, jenis kerja rendahan, karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang, budaya
yang memang dibuat oleh orang untuk dirinya sendiri (diunduh dari
http://sosiologibudaya.wordpress.com/2012/04/25/budaya-populer/, diakses pada Kamis, 19 September 2013).
Pop culture sebagai bentuk kebudayaan masyarakat modern, sering kali berseberangan dengan arus utama
kebudayaan. Pop culture telah melahirkan urban art. Secara harafiah, urban art merupakan wujud ekspresi estetika
dari sekelompok msyarakat yang berada di perkotaan. Akan tetapi melihat perkembangan sekarang, tidak hanya
perkotaan saja yang dilanda virus ini, melainkan juga sampai merambah pedesaan. Meskipun tetap definitif, urban
art merupakan wujud pop culture khas perkotaan, dimana pekerja seninya (art worker) adalah para kaum urban.
Jika dilihat dari konsep dasarnya, urban art merupakan manifestasi seni yang mencirikan perkembangan
kota, dimana perkembangan tersebut, selanjutnya melahirkan sistem di masyarakat yang secara struktur berbeda
dengan struktur dan kultur yang ada di pedesaan. Hal ini sekaligus mendobrak konsep seni yang selama ini berlatar
belakang tradisi, menjadi lebih merespon tradisi-tradisi baru (neo-cultural), terutama di daerah perkotaan yang
secara demografis dihuni oleh anggota masyarakat yang bersifat heterogen. Urban art lahir karena adanya kerinduan
untuk merespon kreativitas masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan dengan segala problematikanya.
Oleh karena itu muncul usaha dari sekelompok orang untuk memamerkan dan mendatangkan seni di
tengah-tengah masyarakat dengan cara melakukan kebebasan berekspresi di ruang publik. Ekspresi yang
ditampilkan adalah ekspresi yang mencoba memotret permasalahan-permasalahan yang terjadi dan kerap
mendominasi mereka sebagai masyarakat urban. Permasalahan ini mencakup aspek sosial, ekonomi, politik, dan
juga budaya. Melalui media seni dan dilatarbelakangi oleh pertumbuhan dan kapitalisasi kota itu sendiri.
Yogyakarta, sebagai salah satu kota di Indonesia yang dipandang sebagai kota kebudayaan turut
memberikan sumbangan besar terhadap tumbuh suburnya urban art dalam lingkup kebudayaan lokal dan nasional.
Urban art di kota Yogyakarta menampakkan dirinya dalam wujud berbagai produk pop culture seperti graffiti,
vandalism, mural, kebebasan berekspresi yang dituangkan dalam beragam produk berupa barang seperti kaos, topi,
jaket, stiker dan lain sebagainya. Dipandang dari segi kreatifitas, urban art memang memiliki nilai tersendiri, namun
bukan berarti hal ini tidak menimbulkan potensi masalah sosial di tengah-tengah masyarakat.
Pekerja seni, dan peminat produk urban art di Yogyakarta, memang didominasi oleh kaum muda di kota
ini. Urban art menjadi sangat digemari oleh kaum muda, karena dipandang sebagai sarana untuk mengekspresikan
diri, pernyataan terhadap kebebasan berpendapat, bahkan bentuk pemberontakan terhadap aturan-aturan sosial yang
dinilai membatasi jiwa muda kaum remaja. Saat ini mudah ditemui di jalan-jalan di kota Yogyakarta anak-anak
muda yang menggunakan kaos, stiker helm, sepeda motor, maupun mobil yang yang memuat kata-kata kebebasan
seperti I MUST KILL U FUCK, I HATE KIMCIL, PECAH NDASHE, SARKEM, INGAT NAMANYA
LUPA RASANYA, dan lain sebagainya. Jika dipandang dari segi kepatutan, tentu kata-kata tersebut tidak sesuai
dengan watak keluhuran bangsa Indonesia.
Suburnya pop culture di kalangan masyarakat perkotaan dipengaruhi oleh berbagai hal. Urban art sebagai
konsekuensi tumbuh suburnya pop culture di Yogyakarta ternyata memberikan nuansa tersendiri dalam koridor
kebudayaan di tengah-tengah masyarakat Yogyakarta. Kehadirannya ternyata juga mampu memunculan ekonomi
kerakyatan dengan industri kreatif yang semakin berkembang dan memberikan kontribusi positif dalam koridor
perekonomian di Yogyakarta. Disamping implikasi tersebut, patut pula dikaji mengenai adanya konsensus informal
diantara kaum muda dalam mengidentifikasi dirinya, serta mengidentifikasi komunitasnya. Dengan demikian akan
diketahui dampak yang ditimbulkan cenderung ke arah positif atau justru sebaliknya.
Menunjuk pada produk-produk urban art yang memiliki kecenderungan meminggirkan nilai-nilai
kepatutan dimungkinkan akan merembes menjadi gaya hidup di kalangan masyarakat. Artinya masyarakat mungkin
menolak produk urban art yang dinilai bertentangan dengan nilai-nilai umum kemasyarakatan, tapi jika dibiarkan
maka masyarakat akan terbiasa dengan ekspresi kebebasan yang kelewat batas. Lama kelamaan masyarakat akan
menerimanya tanpa perlawanan, tanpa ada upaya untuk menelaah mana produk urban art yang memiliki kepatutan
dan yang layak diterima oleh masyarakat. Apalagi, penilaian masyarakat mengenai kepatutan merupakan hal yang
relatif. Ekstrimnya, nilai-nilai kepatutan seperti sopan santun, tidak mengumbar aib di depan umum, menghargai
keberadaan orang lain, akan menjadi luntur.
Akan sangat ironis rasanya, manakala harga diri manusia direndahkan oleh manusia itu sendiri. Orang
akan menganggap hal biasa mencela orang lain, atau hal biasa bekata kasar maupun berkata jorok. Bisa jadi, akan
ada pergeseran makna mengenai hal-hal tabu yang tidak lazim dan tidak selayaknya diungkapkan pada orang lain,
menjadi hal yang bebas diekspos di hadapan semua orang. Perkembangan urban art di Yogyakarta patut diapresiasi,
namun dilain pihak perlu pula diantisipasi, agar kebebasan berekspresi tidak menjadi kebablasan, dalam artian
kebebasan berpendapat yang dangkal, liar, dan cenderung anarkis.
Kembali pada relativitas penilaian masyarakat apakah jenis produk urban art yang demikian dipandang
sebagai suatu masalah sosial atau bukan, maka masyarakat pula lah yang kelak memutuskan. Jika ini dipandang
sebagai fenomena sosial yang berpotensi menimbulkan masalah, maka masyarakat seharusnya tidak tinggal diam.
Namun, jika masyarakat menerima hal ini sebagai bagian dari dinamika sosial yang wajar dan tidak perlu
ditakutkan, maka tidak berlebihan rasanya jika kelak generasi muda Indonesia muncul dengan paras neo-liberalism
yang cenderung hedonis dan melupakan Pancasila.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan permasalahan berikut ini:
1. Bagaimana dilema yang ditimbulkan oleh tingginya minat kaum muda Yogyakarta terhadap urban art sebagai
bagian dari pop culture dalam konteks problematika sosial aktual di Yogyakarta?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini, yakni:
1. Mengetahui dilema yang ditimbulkan oleh tingginya minat kaum muda Yogyakarta terhadap produk urban art
sebagai bagian dari pop culture dalam konteks problematika sosial aktual di Yogyakarta.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Dilema yang Ditimbulkan oleh Berkembangnya Minat Kaum Muda Yogyakarta terhadap Produk Urban Art
sebagai Bagian dari Pop Culture, Dalam Konteks Problematika Sosial Aktual di Yogyakarta.
Keberadaan pop culture di tengah-tengah masyarakat perkotaan di belahan dunia manapun tidak dapat
dihindari. Pop culture yang telah melahirkan aliran baru berkesenian, yakni urban art mendapatkan berbagai macam
respon di kalangan masyarakat. Urban art lebih mudah diterima oleh kaum muda, bahkan berbagai produk urban
art dapat dikatakan tinggi peminatnya. Urban art dapat dikatakan sebagai bentuk revolusi berkesenian, karena
ekspresi kesenian dalam urban art berbeda dengan kesenian dalam kebudayaan arus utama.
Di Yogyakarta, salah satu bentuk revolusi berkesenian dalam aliran urban art diwujudkan dalam bentuk
penuangan ekspresi ke dalam seni graffiti, vandalism, dan mural. Ekspresi kebebasan berpendapat ini dituangkan
dalam bentuk visualisasi berupa gambar maupun tulisan. Diantara produk urban art tersebut, terdapat pula produk-
produk komersil urban art yang mudah diperoleh seperti kaos, topi, jaket, stiker dan beragam jenis asesoris.
Kebanyakan berisi mengenai pesan tertentu, baik dalam bentuk gambar maupun kata-kata.
Ekspresi kebebasan berpendapat yang dituangkan dalam gambar maupun kata-kata tersebut biasanya
memiliki berbagai pesan bermakna, antara lain: (1) makna positif seperti kata-kata motivasi, nasionalisme, protes
politik, dan lain sebagainya; (2) makna konotatif, atau pesan yang bersifat metafora, sehingga menimbulkan
berbagai penafsiran tergantung pada orang yang mengartikannya; (3) maupun yang bermakna negatif, seperti
kekerasan, kata-tata seronok yang cenderung vulgar, menyerempet ke hal-hal yang berbau porno; (4) parodi, yakni
sekadar pesan lucu, serta (5) hanya sekadar mengangkat tema tertentu yang sedang trend di media massa dan sedang
banyak dikenal dan digemari oleh masyarakat.

Gambar 1. Produk urban art berupa kaos, dengan berbagai makna didalamnya.

Tingginya minat kaum muda terhadap produk-produk ini dapat diketahui dari semakin meningkatnya
penjualan berbagai produk garmen dan asesoris seperti kaos, jaket, topi, tas, maupun stiker yang terkategori dalam
urban art. Selain dari jumlah penjualan, kemunculan distro-distro yang memproduksi dan menjual produk kaos dan
stiker dalam basis bisnis indie clothing semakin menjamur di Yogyakarta. Produk-produk komersil aliran urban art
memang terkesan sangat berjiwa muda. Mayoritas peminatnya adalah kaum muda yang akan merasa senang dan
lebih percaya diri jika ia dilabeli dengan sebutan keren, cuek, bahkan tidak jarang akan merasa senang dengan
kesan anti kemapanan.
Diawali sekitar tahun 2000, perkembangan indie clothing hingga saat ini menunjukkan perkembangan
yang menggairahkan. Berbagai penyelenggaraan pameran indie clothing yang dimotori oleh penggiat bisnis produk-
produk bergenre urban art, selalu mendapatkan minat pasar, terutama kaum muda. Penyelenggaraan pameran
produk urban art tidak hanya di Yogyakarta, namun digelar juga di kota-kota besar seperti; Bandung, Jakarta,
Surabaya, dan Bali. Ini menunjukkan bahwa minat masyarakat terhadap produk-produk urban art memang
mendapatkan respons positif dari pasar.
Disebut sebagai dilema, manakala seseorang maupun masyarakat dihadapkan pada dua hal atau beberapa
pilihan yang memiliki sisi baik dan buruk. Demikian halnya dengan permasalahan tingginya minat masyarakat
terhadap produk-produk urban art. Pop culture dalam lingkup lokal telah mendorong munculnya komunitas yang
mengatasnamakan pekerja seni yang menghasilkan beragam produk urbant art. Meskipun dalam tulisan ini
memberikan kritikan yang tajam terhadap kemunculan produk-produk urban art, namun tulisan ini tidak
mengeneralisir semua produk yang terkategori dalam urban art.
Banyak pula produk-produk urban art yang memiliki nilai seni yang patut diapresiasi, yang tidak
bertentangan dengan nilai-nilai sosial kemasyarakatan yang Pancasilais. Produk-produk urban art yang
mendapatkan kritik dalam tulisan ini menunjuk pada beragam produk yang mengumbar aib, berkesan seronok,
dangkal, dan merendahkan harkat dan martabat manusia. Berikut akan dipaparkan dilema apa yang ditimbulkan oleh
tingginya minat kaum muda Yogyakarta terhadap produk urban art sebagai bagian dari pop culture, dalam konteks
problematika sosial aktual di Yogyakarta:
1. Urban art memunculkan gairah industri kreatif di tengah-tengah permasalahan sulitnya mencari lapangan
pekerjaan.
Sulitnya mencari lapangan pekerjaan merupakan masalah utama yang sering dihadapi oleh negara-negara
miskin dan berkembang, sebagaimana di Indonesia. Setiap tahun, Indonesia selalu mengalami permasalahan
meningkatnya jumlah penggangguran di usia produktif, maupun penggangguran terdidik. Menciptakan lapangan
kerja sendiri, akan mengurangi permasalahan tersebut. Paling tidak, ketergantungan masyarakat terhadap upaya
pemerintah dalam menyediakan lapangan kerja sedikit teratasi.
Industri kreatif dapat diartikan sebagai kumpulan aktivitas ekonomi yang terkait dengan penciptaan atau
penggunaan pengetahuan dan informasi. Industri kreatif juga dikenal dengan nama lain industri budaya (terutama di
Eropa) atau juga ekonomi kreatif. Kementerian Perdagangan Indonesia menyatakan bahwa industri kreatif adalah
industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan
kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta
individu tersebut.
Menurut Howkins, Ekonomi Kreatif terdiri dari periklanan, arsitektur, seni, kerajinan. desain, fashion,
film, musik, seni pertunjukkan, penerbitan, Penelitian dan Pengembangan (R&D / Research and Development),
perangkat lunak, mainan dan permainan, Televisi dan Radio, dan Permainan Video. Muncul pula definisi yang
berbeda-beda mengenai sektor ini. Namun sejauh ini penjelasan Howkins masih belum diakui secara internasional.
Industri kreatif dipandang semakin penting dalam mendukung kesejahteraan dalam perekonomian, berbagai pihak
berpendapat bahwa kreativitas manusia adalah sumber daya ekonomi utama dan bahwa industri abad kedua puluh
satu akan tergantung pada produksi pengetahuan melalui kreativitas dan inovasi (diunduh dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Industri_kreatif, diakses pada Minggu, 22 September 2013).
Salah satu konsep usaha fesyen khusus anak muda yang paling popular adalah distro (distribution store).
Perkembangan usaha clothing dengan segmen pasar anak muda dapat dilihat dari semakin meningkatnya jumlah
distro yang menjual produk-produk fashion untuk kalangan muda. Produk-produk fashion yang ditawarkan memiliki
genre urban art dilihat dari sisi kreativitas desain produk yang dijual. Berdasarkan keterangan dari Ade
Andriansyah, sekretaris Kreatif Independent Clothing Community, pada tahun 2009 saja industri kreatif berbasis
industri lokal dan komunitas tersebut bisa menyerap banyak tenaga kerja dan mengangkat ekonomi kreatif kawula
muda. Pada tahun 2009, jumlah indie clothing dan distro di Indonesia mencapai 1.000 buah dan tersebar di 94 kota,
termasuk di Yogyakarta, (diunduh dari http://www.tempo.co/read/news/2009/04/20/090171208/Pameran-Distro-di-
Yogya-Target-Panitia-Keruk-Rp-5-miliar, diakses pada Minggu, 22 September 2013). Sedangkan saat ini jumlah
distro telah mencapai ribuan, dan setengahnya berada di Bandung, karena Bandung dinilai sebagai pelopor bisnis
clothing distro.
Beragam brand cloting anak muda, semua menawarkan produksi pakaian buatan sendiri. Bagi anak muda
fesyen adalah kebutuhan yang trend-nya harus diikuti. Tidak heran bila banyak wirausaha busana ala distro
menjamur sampai saat ini. Di Yogyakarta, terdapat banyak sekali distro yang tersebar di kota Yogyakarta, semuanya
menawarkan produk fesyen hasil kreativitas artist urban art. Distro-distro ini pun memiliki nama-nama yang unik,
yang sesuai dengan selera anak muda, seperti: Colourboom, Brain, Invictus, Nimco, Bloods, Burger Kill, Seephylliz,
Kaospolos Jogja, Troy, Slackers, dan lain sebagainya.
Gambar 3. Beberapa distro yang menjual produk fesyen urban art di sekitar wilayah Yoyakarta.
Meski konsep ini sudah booming sejak tahun 2000, hingga kini anak muda masih menjadikan distro
sebagai arena belanja yang memenuhi selera mereka. Kunci keberhasilan bisnis di bidang ini adalah kreativitas serta
kemampuan membaca selera konsumen. Distro lebih menonjolkan kreativitas desain yang biasanya tidak diproduksi
dalam jumlah missal. Hal ini juga yang menjadikan kelebihan distro dibandingkan produk pabrikan, yakni desain
yang tidak pasaran (diunduh dari http://jogja.tribunnews.com/2013/01/14/bisnis-distro-kian-bergeliat-di-yogya/,
diakses pada Minggu, 22 September 2013).

2. Urban art sebagai sarana kebebasan berekspresi di ruang-ruang publik, termasuk di fasilitas umum yang
disediakan bagi masyarakat, jika tidak dikendalikan maka akan terjadi vandalisme.
Pada bagian ini, mengacu pada mural dan graffiti. Keduanya bisa berubah menjadi vandalism manakala
ekspresi kebebasan tersebut dituangkan di fasilitas-fasilitas umum yang jelas-jelas dilarang untuk di coret-coret.
Urban art jenis ini harus tetap mendapatkan pengawasan dan pengendalian, agar kebebasan berekspresi benar-benar
ditujukan untuk seni dan estetika kota, bukan mengarah pada perusakan dan pengotoran fasilitas-fasilitas umum.
Mural dan graffiti merupakan street art, karena hasil karya seninya bisa dinikmati di jalan-jalan. Yogyakarta terkenal
dengan seni mural dan graffitinya, sehingga banyak areal publik yang sengaja dijadikan sebagai objek bagi seniman
mural dan graffiti untuk menunjukkan karya seninya.
Akan tetapi masih ada pula komunitas tertentu yang secara sembunyi-sembunyi menorehkan karyanya di
tempat-tempat atau di fasilitas umum yang tidak diperbolehkan. Diantaranya di perkantoran, di gerbong-gerbong
kereta, dan lain sebagainya. Coret-coretan yang justru merusak keindahan ini termasuk bentuk vandalism.
Vandalisme biasanya dilakukan oleh orang untuk menunjukkan eksistensinya. Vandalisme bisa berwujud coret-
coretan ngawur atau dalam bentuk mural dan graffiti, tetapi ditujukan pada fasilitas-fasilitas umum dengan
kecenderungan merusak estetika. Urban art dengan segala bentuk produk budayanya sangat bergantung pada pelaku
atau kreatornya.

Sebenarnya apresiasi masyarakat Yogyakarta terhadap street art, disambut baik pula dengan dukungan dari
lembaga-lembaga tertentu seperti perusahaan swasta, kantor pemerintah, lembaga pendidikan yang memberikan
ruang bagi kreatifitas seni mural dan graffiti. Mereka menyediakan tempat, yakni dinding-dinding yang menghadap
jalan untuk dibubuhi dengan graffiti maupun mural. Bahkan beberapa perusahaan menjadi sponsor untuk gerakkan
muralisasi di jalan-jalan Yogyakarta. Hal ini tentu dipandang sebagai hal yang positif bagi penyaluran kreativitas
urban artist yang menaruh minat pada seni mural dan graffiti.

3. Urban art sebagai wadah atas; ide, gagasan, serta kreatifitas kaum muda dalam berkesenian, berekspresi,
dan berpendapat.
Berbeda dengan kebudayaan arus utama yang berciri warisan dari leluhur, bersifat adiluhung, dan memiliki
nila-nilai tradisional, urban art memiliki tipikal tersendiri. Produk kebudayaan arus utama dapat dinikmati di
tempat-tempak yang bisa dikatakan berkelas, seperti galeri seni, museum, maupun gedung teater, dengan
penikmatnya yang terbatas pada kalangan tertentu pula. Urban art memiliki wajah yang berbeda, ia lahir dari
kreativitas masyarakat perkotaan yang mengangkat problematika dan dinamika masyarakat itu sendiri. Ini
menjadikan urban art lebih bisa menampung ide dan gagasan masyarakat perkotaan, sekaligus lebih mudah
dinikmati, karena produk-produk urban art lebih eye catchy.
Melalui urban art pula, kritik-kritik sosial muncul secara apik. Urban art dinilai sebagai sarana bagi
masyarakat kelas bawah untuk menyuarakan aspirasinya. Selain itu urban art sering digunakan sebagai sarana untuk
mengkampanyekan gerakan tertentu yang dikemas secara persuasif. Selama ini, seni dianggap sebagai bagian dari
kebudayaan yang berlatar belakang tradisi yang memiliki fungsi dan pengertian yang agung (adiluhung), klasik,
orisinil, serta tradisional. Akan tetapi, hal inilah yang membuat seni menjadi berjarak dengan publik sebagai
kreatoris dengan karya seni itu sendiri.
Keberadaan urban art sebagai representasi dari pop culture seolah meruntuhkan konstruksi seni dan karya
seni yang selama ini berkembang di masyarakat. Karya seni yang selama ini diterjemahkan oleh masyarakat sebagai
tradisi yang adiluhung dan hanya pantas digelar di galery art saja, oleh mereka (para seniman-seniman urban)
kebebasan ekspresi dijadikan semacam perspektif baru dalam menciptakan sebuah karya seni. Realisasinya, karya
seni tidak hanya dipamerkan di galery art saja, melainkan bisa dinikmati oleh publik di mana saja.

Bahkan media-media yang tak lazim pun dapat menjadi media bagi seniman-seniman urban tersebut, atau
yang kerap menyabut diri mereka dengan sebutan writers, untuk mengekspresikan ide-idenya. Mereka
memanfaatkan fasilitas-fasilitas publik sebagai sarana bertarung dengan media-media lainnya seperti iklan-iklan di
televisi misalnya.
Di sinilah wujud resistensi terhadap dominasi yang mereka alami selama ini. Fasilitas-fasilitas publik yang mereka
jadikan media berekspresi menjadi bukti bahwa tujuan dari urban art sendiri adalah berakar pada perbedaan sikap
politik, anti kemapanan, vandalism, dan perlawanan terhadap sistem dominan yang ada di masyarakat. Sedangkan
bentuknya, bisa bermacam-macam, yang terpenting adalah tetap mengusung spirit dinamika kaum urban.

4. Urban art memiliki magnet tersendiri bagi daya tarik pariwisata di Yogyakarta.
Seni graffiti dan mural banyak tersebar di jalanan di kota Yogyakarta. Ini pula yang menambah keunikan
dan daya tarik kota Yogyakarta sebagai tempat tujuan wisata. Yogyakarta memiliki banyak sebutan, diantaranya
sebagai kota pelajar, kota gudeg, dan kini dikenal pula sebagai Mural city.

Keberadaan karya seni graffiti dan mural sebagai bentuk urban art justru memperkaya khasanah
kebudayaan Yogyakarta. Jika selama ini Yogyakarta memiliki ikon kebudayaan klasik karena pengaruh tradisi dan
keberadaan Kraton Ngayogyakarta, Yogyakarta juga memiliki ikon kebudayaan modern yakni urban art dengan
street art-nya yang meliputi seni mural dan graffiti.

5. Urban art menjadikan kaum muda cenderung meminggirkan nilai-nilai kepatutan di tengah-tengah
masyarakat.
Penilaian masyarakat luas mengenai ukuran kepatutan memang merupakan hal yang sangat subjektif. Patut
bagi seseorang belum tentu patut menurut orang lain dan sebaliknya. Namun demikian, tidak berlebihan rasanya jika
hal yang patut dan tidak patu dilihat dari kaca mata kesopansantunan dan kesusilaan. Beragam jenis bentuk dan
produk yang termasuk hasil kreativitas seniman-seniman urban art yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Baik seni
mural, graffiti yang bisa dinikmati di ruang-ruang public maupun untuk tujuan komersial, seperti fesyen dan
beragam asesoris untuk menunjuang penampilan.
Produk-produk komersil urban art sangat digemari oleh kawula muda, karena dinilai mampu mengikuti
selera anak muda yang sesuai dengan trend. Menggunakan produk-produk ini akan meningkatkan kepercayaan diri
sekaligus dipandang tidak ketinggalan jaman. Demi memperoleh label keren dan gaul, kaum muda tidak segan
berpenampilan nyleneh. Makna kata keren diasumsikan dalam bentuk penampilan yang unik, berani beda, rock n
roll, anti kemapanan, seksi, tidak kampungan, dan yang jelas diterima dalam lingkungan pergaulannya.
Hal ini menjadikan kaum muda menjadi berprinsip lemah, karena dalam pergaulan remaja, sering kali
prinsip individu mengikuti prinsip komunitasnya. Masa muda selalu dikatakan sebagai masa pencarian jati diri.
Memang itulah kenyataannya. Umumnya, kaum muda lebih sering terbawa arus pergaulan mayoritas, ketimbang
memiliki kemampuan untuk mempertahankan prinsip-prinsip dan perspektifnya sendiri.
Tidak heran jika definisi malu untuk pergaulan masa kini dengan devinisi ini pada era 90an tentu sangat
berbeda. Pada era 90an orang akan merasa malu manakala ia berkata mengenai hal-hal yang dianggap tabu. Orang
akan merasa malu mengenakan pakaian yang terbuka pada bagian-bagian tertentu yang dinilai sebagai aurat.
Berbeda dengan kondisi saat ini, hal-hal yang dinilai tabu mengalami pergeseran. Kata-kata tabu yang dulu dianggap
tidak patut untuk dibicarakan di depan umum, kini justru banyak tercetak dalam bentuk produk-produk komersil
urban art. Mudah ditemui di tempat-tempat umum, orang mengenakan kaos bertuliskan kata-kata vulgar, kata-kata
ancaman, maupun kata-kata seronok. Ironisnya, oleh sebagian orang, hal tersebut dipandang sebagai hal biasa,
bahkan justru dipandang keren karena memberikan kesan cuek dan modern.
Modernitas dalam masyarakat salah satunya memang ditandai dengan keterbukaan dan kebebasan, baik
dalam berekspresi, berpendapat, dan menyatakan diri. Kebebasan dan keterbukaan yang borderless seharusnya
dipandang memiliki potensi rusaknya moral jika dibiarkan begitu saja. Orang akan secara terbuka, secara bebas,
tanpa beban menyatakan kebencian terhadap individu, atau kelompok, atau kondisi tertentu melalui tulisan yang
tertera di pakaian atau stiker milikinya. Bukankah ini berbanding terbalik dengan nilai-nilai moralitas bangsa
Indonesia yang mengacu pada Pancasila? Tentu jawabannya, iya.

6. Urban art mempengaruhi identifikasi diri individu dan indentifikasi diri suatu komunitas tertentu.
Berkaitan dengan identifikasi diri individu dan kelompok, bentuk kesenian maupun produk-produk urban
art yang beredar dikalangan kawula muda, pada dasarnya mampu memberikan pengaruh yang signifikan. Remaja
dan pergaulan diantaranya merupakan dua hal yang tidak dapat terpisahkan. Remaja sering kali mengidentifikasikan
dirinya sesuai dengan lingkungan dan kelompok ia biasa bergaul dan bersosialisasi. Bilamana remaja tampil dengan
paras yang berbeda dari komunitasnya, maka ia akan sulit untuk bisa diterima dalam lingkungan pergaulannya
tersebut. Itulah mengapa, remaja sering terbawa arus dalam pergaulannya. Komunitas yang didominasi oleh
kelompok orang yang memiliki kebiasaan negatif, maka akan menarik individu dalam kebiasaan tersebut, dan
sebaliknya. Disinilah identifikasi diri biasanya diperoleh. Identifikasi diri tidak sebatas pada imitasi, tetapi
bagaimana individu menemukan dan membentuk konsep dirinya. Agar bisa diterima dalam pergaulan di
komunitasnya, maka individu akan mengikuti arus dan kebiasaan-kebiasaan yang hidup dalam komunitas tersebut.
Beberapa ahli mendefinisikan mengenai pengertian konsep diri, atara lain:
a. James F Calhoun menyatakah bahwa konsep diri merupakan gambaran mental diri sendiri yang terdiri dari
pengetahuan tentang diri sendiri, pengharapan diri dan penilaian terhadap diri sendiri (1995: 90).
b. Menurut Hurlock (1994) yang dimaksud konsep diri adalah kesan (image) individu mengenai karakteristik dirinya,
yang mencakup karakteristik fisik, sosial, emosional, aspirasi dan achievement.
c. William D. Brooks yang dikutip Jalaluddin Rahmad. Konsep diri adalah pandangan dan perasaan tentang diri
sendiri (persepsi diri). Persepsi diri tersebut dapat bersifat sosial, fisik dan psikis.
d. Musthofa Fahmi menyatakan; konsep diri adalah sekumpulan pengenalan orang terhadap dirinya dan penilaiannya
terhadap dirinya itu.
e. Carles Haston Cooley; konsep diri adalah suatu proses yang berasal dari interaksi sosial individu dengan orang
lain.
f. Clara R. Pudjiyo Yanti konsep diri merupakan sikap, pandangan, atau keyakinan seseorang terhadap keseluruhan
dirinya. Bagaimana individu memandang dan menilai seluruh keadaan dirinya baik fisik, psikis maupun sosial akan
muncul dalam penilaian individu. Perilaku yang ditampilkan oleh individu menunjukkan arah konsep diri yang
dimiliki.
Ada tiga alasan pentingnya konsep diri dalam menentukan perilaku seperti yang diungkapkan Clara R
Pudjijogyanti (1995: 5):

1. Konsep diri mempunyai peranan dalam mempertahankan keseluruhan batin. Apabila timbul perasaan, pikiran dan
persepsi yang tidak seimbang atau saling bertentangan satu sama lain, maka akan terjadi situasi psikologis yang
tidak menyenangkan. Untuk menyeimbangkan dan menghilangkan ketidakselarasan tersebut, individu akan
mengubah perilakunya.

2. Seluruh sikap, pandangan individu terhadap dirinya akan mempengaruhi individu dalam menafsirkan
pengalamannya. Sebuah kejadian akan ditafsirkan berbeda antara individu yang satu dengan individu lainnya
dikarenakan masing-masing individu mempunyai sikap dan pandangan yang berbeda terhadap dirinya.

3. Konsep diri menentukan pengharapan individu. Pengharapan ini merupakan inti dari konsep diri. Sikap dan
pandangan negatif terhadap kemampuan diri akan menyebabkan individu tidak mempunyai motivasi untuk
mencapai prestasi yang gemilang.

Salah satu bentuk urban art adalah graffiti. Sebenarnya graffiti memiliki daya tarik tersendiri dan banyak
pula hasil graffiti yang bisa dikatakan indah dan memiliki nilai seni. Namun demikian, graffiti banyak digunakan
sebagai ajang komunitas geng untuk menunjukkan eksistensinya. Graffiti yang seharusnya menarik, karena mampu
menutup coret-coretan di dinding jalanan kota Jogja baik sekadar coret-coretan iseng maupun coret-coretan yang
disengaja untuk menunjukkan kekuasaan kelompok geng tertentu dan coret-coretan yang berbau pelecehan dan
kekerasan.

Urban art sebagai sarana kebebasan berekspresi kaum muda, nyatanya mampu memberikan pengaruh
terhadap konsep diri individu, dalam hal ini pemuda sebagai subjeknya. Urban art dianggap sebagai pemersatu
komunitas pergaulan kaum muda dengan segala bentuk aliran budayanya. Sebagai contoh, graffiti dan mural.
Keduanya mampu menjadi pemersatu komunitas yang gemar dan melakoni hobi ini. Bentuk urban art ini sebenarnya
memiliki nilai positif, nilai estetika, dan sisi keunikan tersendiri.
Namun itu jika graffiti dan mural digunakan untuk tujuan estetika. Bahkan keberadaan seniman graffiti
dan mural di Yogyakarta justru telah melahirkan ciri khas keunikan dan tingginya kreativitas masyarakat
Yogyakarta, dan menjadi daya tarik tersendiri bagi pariwisata di Yogyakarta. Kondisi ini apabila dikaitkan dengan
konsep diri individu (terutama pelaku seninya yang mayoritas terdiri dari kaum muda, maka konsep diri yang
terbentuk adalah yang positif). Baik konsep diri dan identifikasi diri memiliki hubungan saling mempengaruhi.
Di lain pihak, seni graffiti maupun mural juga dapat memberikan dampak yang tidak diharapkan. Baik
dampak terhadap estetika, yakni kebersihan dan keindahan lingkungan, juga dapak terhadap identifikasi diri dalam
kelompok pergaulan kaum muda. Graffiti dan mural sebagai ajang kebebasan berekspresi dan berpendapat seolah-
olah memiliki makna kebebasan yang borderless. Banyak jalanan di Yogyakarta yang dibubuhi graffiti berisi nama-
nama dan simbol-simbol geng, seperti Neo-Zaraf, Qzruh, Joxin, Humoriezt, dan lain sebagainya. Tulisan nama-
nama atau simbol geng yang dituangkan entah dalam bentuk graffiti maupun coret-coretan yang sembarangan
tersebut selain merusak keindahan, juga menunjukkan adanya komunitas pergaulan remaja yang tidak sehat karena
condong kearah kekerasan dan persaingan antar kelompok.

Hal
seperti ini tidak bisa dipandang ringan, karena pada dasarnya tujuan geng tersebut adalah menandai daerah
kekuasaannya. Kaum muda sebagai individu cenderung akan mengikuti kebiasaan komunitas pergaulannya agar bisa
diterima dalam kelompok tersebut. Hal yang sama juga berlaku untuk kecenderungan kaum muda mengikuti trend
yang sedang berkembang baik dalam komunitasnya, maupun trend masyarakat secara umum. Penggunaan atribut-
atribut pergaulan seperti fesyen urban art, sedikit banyak juga berkontribusi terhadap pembentukan konsep diri
individu serta bagaimana ia mengidentifikasi dirinya secara pribadi dan sebagai bagian dari komunitas
pergaulannya.
Sering dijumpai di tempat-tempat umum di sekitar Yogyakarta, sekelompok pemuda yang berpakaian ala
rocker, dengan kaos hitam bergambar tengkorak, atau bertuliskan kata-kata yang oleh sebagian masyarakat dinilai
tidak patut. Begitulah konsepsi diri terbentuk, begitu pula lah bentuk penerimaan kelompok terhadap individu
sebagai bagian dari komunitasnya. Terdapat semacam konsensus tidak tertulis dalam pergaulan kaum muda.
Seseorang akan dapat diterima dalam pergaulannya jika ia tampil sesuai karakter dan keingingan kelompok.
Produk urban art seperti fesyen juga mampu mempemgaruhi konsep diri seseorang. Individu
mempersepsikan dirinya salah satunya adalah dari bagaimana ia berpenampilan. Pakaian yang dikenakan ternyata
bisa dianggap sebagai cerminan individu dalam mengidentifikasikan dirinya.

7. Urban art mendorong gaya hidup konsumerisme, neo-liberalisme, dan hedonis.


Perkembangan urban art ditengah-tengah masyarakat memberikan kontribusi positif bagi lahirnya ekonomi
kreatif. Namun di lain sisi, gaya hidup konsumerisme, neo-liberalisme, dan hedonis mengintai masyarakat.
Kebebasan berekspresi yang diwujudkan dalam bentuk urban art yang menghasilkan produk-produk layak jual telah
menjadikan kaum muda haus akan perkembangan fesyen terbaru. Urban art sangat akomodir terhadap selera dan
permintaan pasar, sehingga masyarakat dimanjakan dengan trend yang selalu baru. Ini artinya urban art turut
menyuburkan pola pikir dan kebiasaan masyarakat yang cenderung konsumeris.
Di tingkatan produsen, persaingan pasar menjadi tidak terkendali. Perang ide dan kreativitas ditujukan
semata-mata untuk memenangkan pasar. Dengan demikian masyarakat yang dibangun di atas fondasi Pancasila akan
bergeser menjadi masyarakat kapitalis yang mengedepankan kebebasan dalam bersaing. Tidak berlebihan rasanya,
bilamana ada ketakutan bahwa kelak kaum muda Indonesia akan menjadi budak-budak fesyen. Mengedepankan
pola hidup yang hedonism, tanpa melihat pada realitas, kondisi, dan kemampuan mereka.

Tidak semua yang berkaitan dengan urban art memiliki nilai negatif. Urban art sebagai salah satu cara
berkesenian memiliki banyak kelebihan dan patut untuk diapresiasi. Namun demikian, kontrol terhadap
pelaksanaannya pun perlu dilakukan. Maksudnya agar urban art sebagai sarana dan aliran berkesenian tidak
bertentangan dengan nilai-nilai luhur Pancasila. Kontrol baik berupa pelaksanaan regulasi oleh pihak-pihak terkait
maupun kontrol oleh individu sendiri akan memberikan arti positif bagi perkembangan urban art sebagai aliran
berkesenian yang bercita rasa urban tanpa harus meninggalkan kekhasan karakteristik urban art itu sendiri.
Terakhir, setiap fenomena sosial kemasyarakatan kerap menimbulkan dilema di tengah-tengah
masyarakat. Bentuk-bentuk upaya penanggulangannya pun cukup rumit, apalagi jika dibenturkan dengan relativitas
masyarakat dalam memandang dan menilai suatu permasalahan. Menjadikan diri sendiri teguh memegang nilai-nilai
dan prinsip-prinsip kepatutan merupakan hal paling minimal yang bisa dilakukan oleh setiap individu. Selain,
tentunya harus ada upaya yang lebih besar agar nilai-nilai kepatutan tetap terjaga. Imbasnya tidak hanya untuk diri
sendiri, tetapi untuk keberlangsungan kehidupan di masa depan, yang mau tidak mau, kaum mudalah sebagai
penerusnya. Ini berarti setiap individu maupun kelompok sosial yang telah memiliki kedewasaan, berkewajiban
untuk menjamin agar masalah sosial ini segera teratasi, sehingga kelak tidak menjadi bom waktu yang akan
meledak di kemudian hari.
Sekali lagi, pop cultere dengan segenap atributnya tidak dapat ditolak. Namun perlu diingat bahwa
individu dan masyarakat sebenarnya berada dalam posisi tawar. Apakah gelombang pop culture akan tunduk pada
masyarakat, atau justru masyarakat akan didikte olehnya.

(2013)
Pengertian Pop Art
Pop Art adalah Populer Art. Yang dimaksudkan bukan seni yang populer melainkan seni yang menggunakan
obyek/benda yang populer sebagai subject-matter, dan berhubungan dengan imaji kebendaan di lingkungan sehari-
hari. Istilah Pop Art sendiri dilontarkan pada tahun 1956 oleh Lawrence Alloway, orang Inggris, kurator N.Y.
Gaugenheim Museum. Dia menyatakan bahwa kata Pop itu dipergunakan untuk menyatakan suatu pengertian yang
luas, yaitu sikap seniman yang kembali pada kultur massa. Suatu penolakan terhadap snobisme di dalam seni dan
anggapan bahwa semua yang nyata dan ada seharusnya menjadi seni, walaupun hanya barang biasa atau bahkan
sebuah iklan. Pop Art sendiri baru diakui sebagai gaya seni pada tahun 1964.

Di Amerika, dua orang eksponen yang sering dibicarakan dari neo-dada adalah Robert Rouschenberg dan Jasper
Johns. Di antara keduanya, Robert Rouschenberg lebih variatif dalam karyanya, dan Johns lebih elegan dan anggun.
Rouschenberg lahir di Texas tahun 1925. Di akhir tahun 1940-an di abelajar di Akademi Julien di Paris, dan di
Albers Black Mountain College. Di awal 1950-an di amelukis satu keseluruhan seni lukis putih di mana
gambarannya hanyalah bayangan penonton itu sendiri selanjutnya ada satu seri lukisan hitam. Tak satu pun dari
perkembangan ini yang unik. Pelukis Itali Lucio Fontana melukis satu seri di atas kanvas putih tahun 1946. Orang
Perancis Yoes Klein menunjukkan monokromosom pertamanya tahun 1950. Setelah eksperimen-eksperimen dengan
keminimalan ini Rauschenberg mulai mengarah pada cat atau lukisan kombinasi,, suatu metode kreasi di mana
permukaan yang dicat dikombinasikan dengan berbagai obyek yang ditambahkan pada permukaannya. Kadang-
kadang lukisan tersebut tampak seperti tiga dimensi.

Pertemuan Rauschenberg dengan komposer eksperimental John Cage di California Utara karena didasari oleh
ketertarikannya terhadap ide Cage. Salah satu ide cage itu adalah ketidakjelasan. Menurutnya, penonton berpikir,
seniman tidak mencipta sesuatu untuk membuat penonton lebih terbuka, lebih sadar akan dirinya sendiri dan
lingkungannya. Cage menyatakan: musik baru, pendengaran baru, bukan suatu pencapaian untuk memahami suatu
yang dikatakan, kalaupun sesuatu dikatakan. Suara akan diberikan dalam bentuk kata-kata sebagai perhatian
terhadap aktivitas suara.

Sebuah lukisan karakteristik dari Rauschenberg, seperti Barge (kapal) dilukis tahun 1962 hanyalah lamunan yang
tidak perlu diperbaiki dan diabaikan. Cage mengomentari pertemuan kualitas. Antara Rauschenberg dan material
digunakan; seseorang dapat membandingkan hal ini dengan cara di mana Kurt Schwitters bekerja. Tapi
Rauschenberg adalah seorang Schwitters yang telah melalui pengalaman ekspresionis abstrak.

Walaupun karya John memberikan suatu disiplin impresi yang besar, tetapi John juga lebih dari seorang ironis.
Karyanya berjudul Senyum Sebuah Kritikan adalah merupakan cetakan sikat gigi dalam bentuk patung, diletakkan
di atas plinth dari material yang sama. Tidak seperti Rauschenberg, John semata-mata dikenal dengan kegunaan
gambarannya yang biasa dan sendiri; sejumlah angka-angka, sasaran, peta Amerika Serikat, bendera Amerika
Serikat. Pokok dari gambaran ini adalah semata-mata kekurangan dari pokok penglihatan penonton untuk arti yang
spesifik, kebanyakan seniman memulai dengan mencipta permukaan, di mana manipulasi cat digunakan, John
seorang master teknisi. Cara di mana bekerja juga menggunakan /menghubungkan hal lain selain seni pop. Seperti
Kenneth Noland, ia tertarik pada majalah bergambar, salah satu alasan memilih pola biasa adalah kenyataan bahwa
pola-pola tidak memantulkan daya.. Dia juga tertarik pada lukisan sebagai obyek daripada hanya sebagai gambaran.
Dalam beberapa hal, Noland menggunakan dua kanvas yang berhubungan bersama, dengan sepasang bola kayu
berlawanan dengannya, jadi kita melihat dinding di belakang titik di mana mereka bergabung. Karya lain memiliki
alat tambahan: penggaris, sapu, dan sendok.

Jelaslah dengan gambaran seniman ini bahwa mereka menggambarkan peralihan dari lukisan murni. Bahkan bagi
John dengan keahliannya, lukisan tidak lebih dari suatu makna pencapaian hasil tertentu, yang mungkin dicapai
dengan cara lain.
Rauschenberg bakerja bertahun-tahun dengan perusahaan Merre Cumingjam; dia menunjukkan bahwa perlengkapan
dan pemandangan jelaslahj membentuk bagian kegiatan pokok sama pentingnya dengan melukis. Salah satu
petunjuk yang dianjurkan Barge adalah gerakan menuju tablo, karya seni yang mengelilingi atau hampir mengitari
penonton. Contoh katya Edward Kienholz yang besar dan luas.

Kienholz juga menggambarkan aspek kecenderungan yang saat ini sering disebut Funk atau Funk Art. Hubungan
kompleks, kesakitan, rasa, keajaiban, kejelekan, kekentalan, yang berlawanan dengan kemurnian semua orang dari
seni kontemporer pada umumnya. Barangkali karena aspek ini menawarkan alternatif funk telah membuktikan lebih
dari kebiasaan yang dilalui, dan bertanggung jawab terhadap gambaran-gambaran tertentu di tahun 1960-an.

Berbagai barang seperti diperlihatkan Bruse Conner Coutch tahun 1963, menunjukkan adanya pembunuhan dan
mayat yang terbaring dan terlupakan di atas sofa Victoria yag rapuh.

Di Eropa persamaan dari seorang neo-dadais Amerika didukung oleh realisme-baru setelah gerakan ditemukan oleh
kritikus Perancis Pierre Restani, dalam hubungannya dengan Yues Klein dan lainnya. Restani mengatakan bahwa
realisme baru menuju pada kenyataan sosiologis tanpa adanya makna kontroversial sedikitpun. Seseorang barangkali
dapat menyebutkan maksud ini dengan karya Arman salah seorang penganut obyek dari akumulasi acak, tetapi dari
obyek yang sama jenisnya, ditempatkan di plastik yang bening. Akumulasi ini dapat berupa panel atau dapat
berbentuk tiga dimensi. Sebagai contoh Arman tyelah membuat batas tubuh wanita dari plastik diisi dengan sapu
tangan karet yang menggeliat.

Seniman lain yang tertarik oleh sistematik adalah Christo, yang terkenal dengan bungkus / paknya, potongan obyek
yang misterius yang terkadang mengisyaratkan dan kadang-kadang menyembunyikan apa yang ada di dalam
bungkusannya.

Kepribadian utama di antara neo-dadais Eropa ini yang tak diubah lagi ialah Yues Klein. Klein contoh seorang
seniman yang penting dengan apa yang dilakukannya nilai simbol aslinya daripada apa yang dibuat. seseorang dapat
melihat kepadanya contoh dari tingkatan kecenderungan kepribadian dari seniman yang menciptakan kebenaran dan
kreasi penuh. Klein dilahirkan tahun 1928, ia seorang musisi jazz, seorang rosi krusia dan seorang ahli judo (belajar
di Jepang) dan menulis sebuah buku tentang judo).

Faktor Pendukung Para Seniman Pop Art


Faktor-faktor yang menciptakan seni pop tidaklah universal, tetapi hubungannya dengan kebudayaan urban dari
Inggris dan Amerika bertahun-tahun setelah. Hanya seniman-seniman yang tahu dan merasakan sentuhan
kebudayaan tersebut yang dapat menangkap tone dan ideom khusus kebudayaan tersebut, dari segala gaya
pertengahan, inilah satu yang sangat menyolok mata, memiliki sebuah nama dan kehidupan lokal.

Setelah pop menandai kesuksesannya, pop mempengaruhi tempat-tempat lain melalui pendekatan keilmuan. Banyak
seniman menghubungkannya dengan Pierre Restams New Realismenya. Contohnya bentuk foto Michelanggelo
Pistoletto yang mengikat latar belakang kaca dimana penonton melihat dirinya terbias, dengan demikian melengkapi
komposisi dan keahlian tiruan-tiruan Martial Raysse dari para pelukis seperti Prudhon. Dalam versi Prudhon Cupid
dan Psyche berjudul Tableau Siple et doug, Cupid pegang neon berbentuk hati di jari-jarinya. Laki-laki muda
prancis Alain Jachue menggunakan gambaran foto Warhol walaupun Liechtenstein. Orang Jepang hampir lebih
menyukai seni pop. Tomio Miki telah membuat cetakan telinganya dari alumunium sebanyak Warhol yang membuat
ulang gambar Marilyn Monroe tetapi dalam pemilihan karya-karya ini seseorang harus sadar bahwa keterikatan
dengan urban lingkungan bukanlah seperti yang tampak dalam pop seniman Amerika dan Inggris.

Tampaknya disetujui bahwa seni pop bermula berkembang di Inggris, yang dilanjutkan dengan serangkaian diskusi
di Institut Seni Kotemporer di London oleh sekelompok orang yang menamakan dirinya kelompok bebas. Di
dalamnya terdapat para seniman, kritikus, dan para arsitek: Eduardo P, Alisson dan Peter S, Richard H, Peter R,
Barham dan Lawrence A.

Gerakan ini merupakan reaksi terhadap kesunyian Romantisme, suasana kerja keras berlaku di Inggris selama tahun
40-an. Tahun 1956 kelompok ini bertanggung jawab terhadap pameran di Wite Chape Art Gallery yang diberi judul
Inilah Esok Hari. Rancangannya dijadikan 12 bagian pertunjukan yang bertujuan agar penonton dapat melihat
serangkaian lingkungan. Dalam bukunya Seni Pop Mario Amaya memfokuskan bahwa aspek eksperimental
mungkin memperlihatkan sesuatu pada pameran Richard Buckle Diaghileu Ballet yang diadakan di London tahun
1954 yang menggunakan subyek teater. Tapi dari fokus masa depan, kemungkinan bagian yang berhubungan dari
Inilah Hari Esok merupakan display masukan dari Richard H. Sebuah susunan gambar berjudul Apa yang
membuat rumah ini tampak seru?. Gambar tersebut adalah otot manusia dari sebuah majalah Fisik dan hiasan buah
dada. Pria berotot membawa gula-gula yang besar dengan kata pop diatasnya dengan huruf yang besar. Dengan
karya ini banyak konvensi karya seni pop diciptakan, termasuk penggambaran yang dipinjam.

Hamilton sudah memiliki pandangan tentang kehausan sebuah seni. Kualitas yang dicari adalah apa yang
dikatakannya tahun 1957, kepopuleran, peindahan ilmu, lucu, keseksian, tipu muslihat dan glamour. Haruslah
murah, produksinya banyak, dan bisnis yang besar. Inilah yang dipuja seniman pop Inggris ditahun 1960-an.

Tapi prioritas Hamilton bolehlah dan bagi kelompok bebas sulit baginya untuk membuktikan bahwa seni pop
tumbuh dari kegiatan mereka. Bagi semua seniman yang termasuk kelompok ini, Hamilton sendirilah yang dapat
dikatakan sebagai kelompok pelukis seni pop tersebut. Ada lagi kenyataannya Hamilton adalah seorang pekerja yang
lamban itulah hasil karyanya sulit ditemukan di Inggris.

Ada dua orang pelukis Inggris lainnya yang dapat dikelompokkan Transisi keduanya adalah yang paling menarik
yang dihasilkan Inggris dalam kurun waktu dua tahun lalu. Keduanya mahasiswa di Royal Art, pertengahan tahun
1950-an.

Peter Blake seorang realis. Karya Blake mencerminkan perubahan tradisi Preraphaelitis pada pertengahan abad ke-
20. Seperti pada masa pre-raphaelitis, dia seorang nostalgianis tapi tidak pada abad pertengahan. Apa yang ia cari di
masa lampau adalah kebudayaan yang populer di tahun 30-an dan 40-an. Tidak seperti pelukis lainnya, Blake tetap
pada jalur lamanya. Rumahnya dipenuhi dengan postcard yang patut dikenang. Souvenir laut, mainan knici-knacks
(kepandaian) dan lain-lainnya yang diselingi dengan puisi pribadi.

Richard Smith menggambarkan sikap yang bertentangan dengan sifat tersebut di atas. Sebagai mahasiswa ia melukis
dengan gaya figuratif yang dipengaruhi oleh Euston Road dan pelukis-pelukis Kitchen Sink Painter. Pada waktu
inilah hari esok ia masih di Royal College, setidaknya ada pengaruhnya bagi dia dari pertunjukkan tersebut.
Selama Tahun 1957-1959, dia berstudio dengan Petter Blake, tapi tahun 1959 dia pergi ke Amerika, sejak itu
waktunya terbagi antara Amerika dan Inggris. Karya awal Smith didasarkan pada pembungkusan. Dia dipengaruhi
oleh warna foto, satu jenis yang ditemukan seperti majalah Vogue.

Kepekaan warnanya merupakan ketetapannya dengan berbagai gaya perubahan tertentu. Dia sendiri
menggambarkan warnanya yang Manis dan Lembut, dan berbicara tentang keinginan untuk memberi, rasa sosial,
kematangan, tetapi lukisan itu sendiri memancarkan kejelasan gabungan dengan pop. Walaupun beberapa kanvas
diletakkan dengan tiga kerangka dimensi yang mungkin pada akhirnya mengingatkan pada bentuk-bentuk
pengepakkan (pengemasan). Apa yang dilukiskan Smith adalah melalui pengalaman dari seni pop agar tiba pada
posisi yang menimbang pada warna pelukis-pelukis Amerika. Perubahannya pada cat akrilik tahun 1954 merupakan
langkah penting dalam karya seni ini.
Karena Smith telah sukses memantapkan dirinya di New York, yang sangat bermakna pada rekan-rekannya, baik
sebagai contoh maupun sebagai pengaruh.

Ketika Smith kembali ke Inggris tahun 1961 ia membawa infomasi tentang seniman seperti Peter Philips dan Derek
Boshier. Smith telah diresapi ketidakbedaan Amerika terhadap batasan konvensional dari suatu format dan cita rasa
Amerika.

Contohnya: Kunci penanggalan pertama dari seni pop di Inggris adalah tahun 1961, tidaklah banyak karena
pertunjukkan awal kontemporer yang diadakan tahun tersebut. Hal ini mungkin menyebabkan sensasi terbesar dari
semua pertunjukkan mahasiswa yang diadakan sejak. Alasannya adalah kehadiran dari group seniman muda dan
Royal College Art: Philips, Boshier, Alen Jones, dan David Hokney. Yang turut serta dengan mereka adalah seniman
mahasiswa yang sudah agak tua.

R.B. Kitaj, seperti Smith memiliki pengetahuan pertama tentang teknik-teknik Amerika dan dia mengembangkan
obsesi baru dengan gambaran populer diantara rekan-rekan mahasiswanya. Salah satu kelemahan seni pop Inggris
adalah kecepatan dan mudahnya untuk sukses. Inggris sebagai negara seni yang diperhatikan, bergerak di bidang
perdagangan dalam literatut perdagangan akan lebih lama. Hedoinisme lahir tahun 1950-an mengambil alih dan
seniman baru tampaknya ditawari dengan kegembiraan, pusat kesenian yang sesuai dengan selera jaman. Tapi
seniman modern dengan berbagai bakat masih di bawah dan seniman muda tidak menemukan adanya banyak
perbedaan/persaingan.

Akhirnya jelaslah bahwa seniman-seniman yang berkelompok bersama setelah debut spektakulernya pada
kontemporer muda sementara ini berbeda. Philip tertarik dengan seni gambaran populer, tetapi memakainya dalam
cara yang kaku dan menjemukan. Boshier berada di bawah pengaruh Richard Smith, dan membelok dari gambaran
figuratif dalam petunjuk seni pop. Yang lebih tak terduga dan lebih pribadi adalah Hockney dan Jones.

Hockney adalah seorang seniman yang tertarik dengan perkembangan yang tak menentu. Dia memulai sebagai
seniman Wonderkind British. Gaya hidupnya cepat terkenal, rambut pirang berkacamata burung hantu dan jaket
keemasan. Ia menarik orang terhadap dunia lukis. Dengan hal ini dia menunjukkan perkembangan umum
kebudayaan Inggris yang ditimbulkan dengan kebudayaan kemashuran Beatless. Awalnya dia terlibat dalam dunia
cartoon, gaya fauk nays, yang memperlihatkan berbagai lukisan anak-anak. Seringkali gambar-gambar permulaan
ini memiliki roman yang sangat ironis.

Karya Hokney yang di antaranya dalam bentuk cetakan The Rake Progress merupakan reaksinya terhadap dunia
impian Amerika (yang dikunjunginya tahun 1961). Seperti Hokney, Allen Jones seorang seniman yang karyanya
memikat hati karena dibumbui oleh kesenangan bukan dengan humor satir. Dia melihat bahwa seniman pop Inggris
banyak belajar dari Matisse, tentang warna. Juga pengaruh Orphisme terhadap Robert Delaunay. John seorang
seniman naratif: Dia tertarik pada metamorfosis, perpindahan bentuk, visual ambiguitas. Hermafrodit merupakan
perpaduan di dalamnya salah satu karyanya. John telah menunjukkan tangan-tangannya yang terammpil dan
berbakat diatas sapuan kanvas. Serangkaian lukisan Medali Perkawinan tahun 1963 dibuat di kanvas yang panjang
vertikal di mana ortogonal kanvas tercapai. Johns lebih menyerupai Hokney karena rupanya dia memiliki masalah
dalam mengembangkan karyanya warnanya seperti meninggalkan tradisi Warna seni yang bagus. Ini merupakan
bobot yang ekstrim seniman menegaskan bahwa karyanya selalu menjadi lanjutan dari ketertarikannya tetapi lama-
kelamaan Ia sadar akan kedangkalannya,tak seoranngpun yang dapat mengalahkan karya R.B. Kitaj yang kurang
kompleksitasnya. Istilah pop lebih tidak ada dalam karyanya. Kitaj seorang seniman yang padat contohnya adalah
sebuah literatur.

Karya Kitaj amatlah intelektual. Ia berbakat tetapi secara keseluruhan bukanlah Drafter yang paling bagus dan lebih
tak berwana. Karena lukisannya hampir merupakan bentukdari literatur, seringkali terlihat tulisannya lebih sukses
daripada lukisannya dan produknya yang baik adalah grafis, kebanyakan dengan tulisan layar sutra dengan
menggunakan media fleksibel. Ada satu/dua seniman Inggris yang bekerjasama dengan kritikus pada masa pop,
walaupun tak begitu terdengar.

Satunya adalah Anthony Donaldson yang menggunakan model gadis-gadis telanjang sebagai komponen dalam
gambar yang lebih mendekati lukisan abstrak daripada pop itu sendiri. Karena gadis-gadis ini lebih menyerupai
bentuk silhuet.

Satunya lagi Patrick Caulpield yang lebih muda dari anggota pop yang lainnya. Ia belajar di Royal College Art
sampai tahun 1963. Caulpield lebih dijelaskan sebagai pelukis klise daripada pelukis pop. Karakteristiknya adalah
barang-barang dalam bentuk cetakan, piagam plastik atau dalam bentuk kotak-kotak yang mengundang amatiran
Melukis lagi. Bentuk yang dilukis digambarkan dengan garis yang tidak bervariasi, seolah-olah terlihat dicetak
daripada dilukis.Warnanya tanpa modulasi.

Caulpield tertarik pada hubungan antara seni murni dengan kebudayaan masa, khususnya cara menurunkan
pandangan yang diperlihatkan kebudayaan masa. Dia tidak semata-mata terikat pada etos pop tetapi juga pengeritik
yang pedas.

Sekelompok seniman Australia yang memiliki relevansi asal seni pop diakui kesuksessan seni kontemporer orang-
orang Australia di London pada masa sesudah merupakan satu fenomena dari hubungan seni. Kesuksessan ini ada di
Sidney Nolan, dan gambar-gambar yang menciptakan reputasinya adalah serangkaian yang ditujukan kepada karir
seorang Australia diluar hukum Ned Kelly. Lukisan Ned Kelly paling awal tahun 1940-an yang demikian pop terjadi
beberapa tahunnya. Noland seorang pelukis abstrak menetapkan gaya naif sebagai alat ke tempat yang lebih baik
yaitu orang-orang Australia yang nasionalis.
Kemiripan lukisan Ned Kelly dan Rake Progress, karya Hokney hampir serupa.
Perbedaannya adalah Noland masih mencoba menemukan sumber dalam negaranya, sedangkan Hokney mengikat
dirinya pada kebudayaan. Dia pengikut nasionalis. Baik Nolan maupun Hokney merupakan seniman deduktif. Kerja
Nolan terputus-putus, dia tinggal di Inggris dan mulai meninggalkan ciri utamannya.

Seniman kakak beradik Australia seperti Arthur dan David Boyd telah menunjukkan ketidakbisaan yang sama untuk
melepaskan diri dari gambaran Australia.

Teknik dan Tematik Pop Art


Para seniman pop Amerika-Dine, Olden Burg, Rosenguist, dan Warhol satu sama lain berbeda jauh. Jim Dine dan
Oldenburg lebih mengacu pada Rouschenburg dan John merupakan campuran di antara pelukis kumpulan, serta
topiknya adalah realitas yang beragam. Oldenburg dengan hasil pemindahan objek anntara realitas patung dan
lukisan. Objek-objek ini berjajar seperti hamburger raksasa yang membentuk model dari sebuah baskom cuci dan
pengocok telur. Seringkali benda-benda ini terbuat dari bahan tumbuh-tumbuhan dan kapuk, kata Oldenburg: Saya
memakai imitasi naif. Hal ini bukan karena saya tidak memiliki imajinasi atau karena saya berharap dapat berkata
tentang dunia sehari-hari. Saya meniru objek lalu menciptakannya sebagai contoh tanda-tanda objek dibuat tanpa
maksud membuat seni dan yang memuat fungsi ilmu kontemporer secara naif. Saya kembangkan lebih lanjut, saya
tidak bermaksud menciptakan seni dari benda-benda tersebut.

Oldenburg juga tertarik akan realitas yang ditambah totemisme. James Rosequist dan Roy Lichtenstein berbeda
dengan Dine dan Oldenberg karena pada tingkat yang tertentu Dine dan Oldenburg menerima batasan formalisme.
Pada saat ini Lichtenstein tampak berada di atas yang lainnya. Lihctenstein tidak memakai kata seni seperti
Oldenburg, contohnya: Persepsi yang teratur adalah yang ada dalam karya seni. Menurutnya ditambahkan bahwa
apa yang dilihat dari sebuah lukisan tidak ada hubungannya dengan bentuk luar lukisan, hubungannya adalah
dengan cara membuat pola yang berkesatuan dalam penglihatan.
Karya Lichtenstein berawal dari potongan-potongan keramik bahkan titik-titik yang ada dalam proses pembuatan
diproduksi dengan warna cetak yang merah.

Seorang seniman berkata pada seorang penanya: Saya kira hanya saya yang berbeda dengan gambaran komik, tapi
saya tidak akan menyebutnya transformasi.

Apa yang saya kerjakan adalah bentuk di mana potongan-potongan komik tidak dibentuk dengan memakai kata-kata
di dalamnya. Dia mengatakan "Komik memiliki bentuk-bentuk tapi tak ada usaha-usaha untuk membuat potongan-
potongan tersebut tak bersatu. Tujuannya berbeda, ada yang ingin melukisnya, dan saya ingin menyatukannya. Dan
pada dasarnya karya saya berbeda dengan potongan-potongan komik yang berarti sebuah tanda ada di tempat yang
berbeda, tetapi perbedaan yang ada sebagian nyata".

Itulah gambaran dari strategi yang bermaksud mengikat permukaan gambar.


Tujuan lain dapat dilihat dengan judul yang jelas pada serial Brustrokers. Serial ini merupakan eksperimen
pemotongan kata dari Linch. Hal ini juga merupakan usaha untuk membuat penikmat (penonton) bertanya tentang
nilai pemotongan kata-kata itu sendiri. Hal ini menimbulkan pertanyaan terhadap nilai-nilai yang diletakkan oleh
kelompok seniman pop itu sendiri. Satu ciri aspek yang mengganggu dari seni pop adalah kenyataan bahwa figuratif
seringkali terlihat bahwa tidak dapat melihatnya dengan memakai gambaran imajinasi pertama kali.

Agar dapat dilihat gambarannya haruslah diproses dengan beberapa cara. Menurut Rosenquit Saya menaruh papan
iklan seperti apa adanya,saya mencatnya seperti reproduksi barang orang lain. Saya mencoba untuk lebih jauh dari
apa yang telah ada. Potongan-potongan gambaran papan iklan terkumpul bersama, dengan cara seperti itu untuk
menghasilkan hasil yang abstrak.

Serupa halnya dengan gadis-gadis telanjang Tom Wesselman yang naik begitu saja, datar, silhuet dari kehadiran
manusia yang bugar. Ada sebuah perbandingan untuk diambil antara Rosenchquist dan Larry Rivers seorang
seniman yang dianggap terbaik dalam Near Pop. Rivers adalah seorang seniman deduktif, dia melukis dengan cara
yang dikagumi dari impresionis, dan yang khususnya memperlihatkan hubungan dengan Manet. Gambaran yang ia
hubungkan kadangkala disebut Pop karena ia tertarik dengan masalah pembungkusan (termasuk kemasan), desain
buku catatan bank, dan lain-lain. Tapi ia juga selalu memperhatikan berbagai variasi lukis di atas semua ini daripada
imitasi. Rivers juga mempersiapkan melukis secara langsung dari alam .

Ia memperlakukan gambar-gambar ini sebagai pelajaran kosa kata wanita telanjang, diberi label, dan nama-nama
bagian tubuh tapi dalam bahasa Perancis, bukan dalam bahasa Inggris. Lukisan lain yang patut juga diperhatikan
adalah pengalaman khususnya, contoh "kecelakaan di Jalan".

Pendukung Pop Art yang sangat terkenal dari Ametrika ialah Andi Warhol. Karya
Andi sangat jauh dari bentuk lukisan konvensional. Selain berkarya seni rupa, ia terkenal dalam dunia film sebagai
aktor, pengelola nightclub, dan produser film.
Karya Warhol tampak cenderung memperlihatkan karya pabrik, dan periklanan.

Konsep Pop Art


Kehadiran gerakan Pop Art pada awal 1960-an di Amerika dan Inggris boleh dikatakan sebagai reaksi terhadap
ekspresionisme abstrak, dengan tujuan untuk memberikan alternatif, dengan cara melepaskan segala unsur yang
berlebihan dan pergumulan perasaan pribadi. Gerakan ini juga mengubah sikap pasif terhadap jiwa menjadi sikap
pasif terhadap kenyataan yang ada dalam lingkungannya.
Beberapa gerakan yang juga melatarbelakangi kelahiran ide seni yaitu gerakan Dada, dengan tokohnya Duchamp
dan Kurt Schwitzers. Schwitzers banyak menampilkan karya dengan potongan benda yang ditempelkan. Teknik
kolase menjadi interest baru yang mengilhami ide kebentukan Pop Art. Gerakan lain yang mempengaruhi Pop Art
adalah Futurisme. Hal ini tercetus dari ucapan Marinetti, seorang penulis naskah drama, novelis dan penyair, yang
mengatakan bahwa kebebasan berproses tidak berakhir dari penggambaran Madonna dan Penyaliban.

Dia berpendapat, sesuatu yang baru, baik motor yang gemuruh maupun senapan mesin adalah lebih indah daripada
kemenangan yang bersayap di Samothrace. Hal serupa juga bisa kita telaah dari ucapan Kaprow, salah seorang
pelopor Happening.

Dia tidaklah bermasud mempergunakan sensasi dari suatu benda tetapi pakailah benda itu sendiri, Kemudian ,Kita
hendaknya mempergunakan benda hidup kita dengan spesifik.

Seni Pop hadir untuk menunjukkan seni populer yang gagasannya bersumber dari kebudayaan massa (mass culture),
memuliakan kemakmuran rakyat, konsumen, dan bintang-bintang dari budaya super hero. Coraknya berasal dari
perkembangan dan kemajuan teknik komunikasi massa seperti : fotografi komersial, periklanan, barang keperluan
sehari-hari, desain mobil, teknik cetak saring. Pop Art sebelum tahun 1960-an banyak menggunakan barang-barang
bekas. Setelah itu penuangan imajinasi berubah cerah, gemerlap dan beraneka ragam sebagai simbol utama dari
kemakmuran. Para seniman Pop mengetengahkan citra seni mereka pada benda pakai sehari-hari yang sering tampil
dalam lingkungannya. Sikap ini beralasan dengan kondisi lingkungan siap pakai yang memberikan segala
kemudahan. Para seniman mempunyai kepentingan profesi terhadap realitas, dan mereka mengungkapkannya ke
dalam bentuk karya dengan berbagai subyek. Cara penggarapannya dianggap sebagai suatu metoda yang non-
konvensional pada waktu itu, berbeda dari sebelumnya dan kadang-kadang aneh. Mereka bermaksud menelanjangi
realitas secara obyektif dan dalam usaha untuk menemukan manfaat dari dunia moderen. Setiap saat lingkungan
masyarakat Amerika memberikan ilham dan gagasan bagi para seniman.

Corak Pop Art ditandai dengan penggambaran suatu tujuan serta memberikan kesan dalam penggarapannya dengan
memakai bantuan teknologi. Subyeknya tidak mengutamakan penggambaran karakter dan melepaskan diri dari
pertimbangan moral. Ada kecenderungan untuk melakukan pengulangan-pengulangan untuk diproduksi secara
massal. Ada perbedaan latar belakang Pop Art di Amerika dan di Inggris. Dalam perkembangannya seni Pop di
Inggris bisa terbagi menjadi dua fase.

Di Inggris istilah Pop mulai sering terdengar dan dikenal setelah diadakan diskusi-diskusi rutin dan penulisan
tentang kritik oleh anggota-anggota independent group yang dimulai tahun 1957. Dari pembicaraan dan diskusi dari
mahasiswa Royal College of Art di London serta para mahasiswa Institute Contemporary Art.

Kemudian seniman arsitek, penulis menjadi tertarik untuk ikut serta, hal ini terjadi pada tahun 1952-1953. Topik
pembicaraan berkisar pada masalah budaya dan masyarakat, bahwa seniman hendaknya mendekatkan diri dengan
kenyataan yang ada dalam masyarakat. Salah satu pernyataan penting adalah: Populer Culture hendaknya dipisahkan
dari kegiatan hiburan dan refreshing. Pop harus menjadi bentuk kesenian yang lebih khusus. Pada fase ini muncul
seniman Richard Hamilton, dengan karyanya yang paling penting dibuat pada tahun 1956 berupa foto mural yang
dipakai sebagai pelengkap salah satu pameran yang berjudul : Just why is it that make today so apealling. Karyanya
ini dianggap sebagai pencetus ide Pop pertama. Keaktifan seniman fase kedua bermula dari pameran karya-karya
mahasiswa Royal College of Art di London. Tercatat nama-nama Peter Blake, Robyn Denny dan Richardo Smith.
Kemudian pameran pada tahun 1967 tampil nama-nama baru seperti Peter Philips, Derek Boshier, Allen Jones,
David Hockney serta R.B. Kitaj, seorang mahasiswa asal Amerika Serikat.
Pada waktu itu Eropa sangat serius memperhatikan gaya hidup orang Amerika, terutama semangatnya, kekayaannya
serta kemajuannya yang pesat. Semua itu bertentangan dengan keadaan Eropa pada saat itu yang hancur. Hal itu
sebagai penyebab, mengapa seniman Eropa berkiblat ke Amerika (terutama New York sebagai pusat seni yang baru).
Pop art di Inggris cenderung lebih kompleks dan seakan memberi warna nostalgia akan kerinduan masa lampau.
Namun demikian Pop Art di Amerika dan Inggris tetap mengambil bagian dalam perkembangan industri.

erdasarkan sejarah ,perkembangan desain berkembang selaras dengan masalah yang muncul sesuai
zamannya.

a. Masa revolusi industry


Pengertian :
Revolusi Industri adalah suatu perubahan, perombakan dan pembaharuan secara radikal dan cepat pada bidang
penanganan industri dan teknik yang terjadi di eropa terutama di Inggris pada abad ke 18.1. Berdasarkan sejarah,
perkembangan desain di pengaruhi :

a. Dinamika Kebudayaan ( peradaban manusia )


Sebuah peradaban adalah sebuah masyarakat yang telah mencapai tingkat kerumitan tertentu, umumnya termasuk
perkotaan dan pemerintahan berlembaga, agama, iptek, sastra serta filsafat. Perkotaan paling awal di dunia
ditemukan di dekat rute perdagangan penting kira-kira 10.000 tahun lalu. Kebudayaan manusia dan ekspresi seni
mendahului peradaban dan dapat dilacak sampai ke palaeolithik (lukisan goa, arca Venus, tembikar / pecah belah
dari tanah). Kemajuan pertanian memungkinkan transisi dari masyarakat pemburu dan pengumpul atau nomadik
menjadi perkampungan menetap sejak Milenium ke-9 SM. Penjinakan hewan menjadi bagian penting dari
kebudayaan manusia (anjing, domba, kambing, lembu). Dalam masa sejarah ilmu pengetahuan dan teknologi telah
berkembang bahkan lebih pesat.

Menurut Van Peurson, budaya pada jaman prasejarah adalah :


Disebut sebagai tahapan cara berpikir mistis, Manusia secara langsung berhubungan dengan alamnya dan
menganggap daya daya alam yang serba rahasia menjadi kekuatan yang magis. Hal ini disebabkan oleh pola pikir
manusia belum banyak dipengaruhi oleh teknologi dan ilmu pengetahuan modern.
Perkembangan desain sebagai produk hasil dinamika kebudayaan antara lain :
Wujud desain hasil interaksi dari unsur-unsur kebudayaan (interaksi fakta sosial)
Desain lahir dari cara berpikir dan berkembang manusia
Desain merupakan gejala-gejala dan pranata sosial yang terjadi
Perkembangan cara berpikir manusia sebagai dinamika wujud benda budaya ( sejarah sosial desain )
Tatanan sosial yaitu hasil perkembangan pola pikir masyarakat

b. Kondisi sosio ekonomi


kondisi sosio ekonomi mempengaruhi perkembangan desain karena dalam masyarakat mempunyai tingkat sosio
ekonomi yang berbeda beda. Sistem ekonomi merupakan Perkembangan antara satu daerah dengan daerah yang
lain juga dapat menjadi dinamika dalam masyarakat contoh : Kaya dan Miskin, Produsen dan Konsumen dan
sebagainya.
Perkembangan Ekonomi suatu negara dapat dilihat dari perubahan-perubahan di dalam stabilitas atau
keseimbangannyan kapasitas perekonomian dalam jangka waktu yang lama. Ada beberapa karakteristik
perkembangan ekonomi modern yang ditinjau dari interrelasi, yaitu :
Tingginya tingkat pengeluaran perkapita dengan meningkatnya produktifitas tenaga kerja yang cepat
Tingginya tingkat penghasilan perkapita yang dapat mengubah tingginya tingkat konsumsi perkapita
Teknologi yang maju guna merubah structural skala produk dan karakteristik unit usaha ekonomi yang dicapai
Perkembangan ekonomi yang cepat memungkinkan penelitian dasar-dasar ilmiah yang pada gilirannya membawa
penemuan-penemuan dan pembaharuan teknologi yang mendorong perkembangan ekonomi selanjutnya.
c. Tingkat intelektual ( sumber daya manusia )
Berbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, tingkat intelektual sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi
perkembangan desain salah satunya yaitu pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam proses
peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang
terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.
Pendidikan adalah esensial bahkan merupakan salah satu elemen terpenting dari kehidupan seseorang. Harus diakui
bahwa tingkat pendidikan dapat menjadi ukuran tingkat kemampuan berfikir seseorang. Berbicara masalah
pendidikan bukanlah hal mudah dan sederhana, karena selain sifatnya yang kompleks, dinamis dan kontekstual,
pendidikan merupakan wahana untuk pembentukan diri seseorang secara keseluruhan. Peranan pendidikan dalam
pembentukan diri sebagai Sumber Daya Manusia (SDM)
d. Sumber daya alam
Sumber daya alam (biasa disingkat SDA) adalah segala sesuatu yang muncul secara alami yang dapat digunakan
untuk pemenuhan kebutuhan manusia pada umumnya.Yang tergolong di dalamnya tidak hanya komponen biotik,
seperti hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme, tetapi juga komponen abiotik, seperti minyak bumi, gas alam,
berbagai jenis logam, air, dan tanah. Inovasi teknologi, kemajuan peradaban dan populasi manusia, serta revolusi
industri telah membawa manusia pada era eksploitasi sumber daya alam sehingga persediaannya terus berkurang
secara signifikan, terutama pada satu abad belakangan ini. Sumber daya alam mutlak diperlukan untuk menunjang
kebutuhan manusia, tetapi sayangnya keberadaannya tidak tersebar merata dan beberapa negara seperti Indonesia,
Brazil, Kongo, Sierra Leone, Maroko, dan berbagai negara di Timur Tengah memiliki kekayaan alam hayati atau
nonhayati yang sangat berlimpah. Sebagai contoh, negara di kawasan Timur Tengah memiliki persediaan gas alam
sebesar sepertiga dari yang ada di dunia dan Maroko sendiri memiliki persediaan senyawa fosfat sebesar setengah
dari yang ada di bumi.Akan tetapi, kekayaan sumber daya alam ini seringkali tidak sejalan dengan perkembangan
ekonomi di negara-negara tersebut.
Sumber daya alam mempengaruhi perkembangan desain dikarenakan apabila sumber daya alam tercukupi maka
desain akan berkembang lebih baik. Contohnya Sumber daya Alam pohon pohonan yang diambil kayunya untuk
mebel ataupun ukiran. Semakin banyak sumber daya alam kayu maka desain ukiran yang berkembang semakin
beragam.
e. Tingkat ketrampilan dan teknologi

Teknologi secara harafiah adalah ilmu mengenai teknik. Teknik ialah metode, cara, keterampilan untuk membuat
sesuatu atau mencapai sesuatu. Dalam arti yang sempit, teknologi diartikan dengan istilah pemberian dan praktek
ilmu terapan pada industri yang mempunyai nilai praktis. Pengertian agak luas, teknologi adalah semua proses yang
berhubungan dengan bahan, teknologi bukanlah bakat atau kodrat melainkan keilmuan yang harus dipelajari baik
ilmu terapan maupun sebagai keterampilan tangan. Teknologi dalam makna sangat luas, berarti cara-cara membuat
atau mengerjakan suatu produk. Sementara itu, aspek teknologi juga tampak perkembangannya melalui peralatan itu
sendiri, baik tipologi peralatan yang bersifat manual maupun masinal.

Perkembangan desain dipengaruhi oleh adanya teknologi sehingga semua kegiatan menjadi serba mudah cepat dan
rasional, tentu selain segi positip yang dapat meningkatkan harkat hidup masyarakat banyak, teknologi pada
hakekatnya juga mengubah berbagai dimensi kehidupan, baik yang berakibat alami, hubungan kemasyarakatan,
maupun nilai-nilai budaya. Apabila teknologi secara sederhana diartikan sebagai ilmu yang mengaji masalah teknik
atau cara, maka format awal yang dapat dilacak atau ditelusur melalui berbagai peralatan yang telah dihasilkan
nenek moyang kita pada masa-masa prasejarah. Penyempurnaan teknik asah dari monofasial ke arah bifasial, dari
kapak genggam ke arah kapak sepatu, dari bahan batu ke arah bahan logam dan seterusnya adalah indikasi evolusi
perkembangan teknologi. Teknologi sederhana sudah muncul semenjak pada periode primitif (prasejarah) yang
berhubungan dengan kebutuhan manusia baik lahiriyah maupun spiritual, yaitu bagaimana menciptakan bentuk
gambar sederhana, seperti yang ditemukan pada dinding gua di Lascaux dan Altamira. Pada awal ini teknologi
dalam membuat media grafis komunikasi sangatlah sederhana dengan menggunakan alat runcing dengan cara
goresan tangan untuk menghasilkan karya bersimbol untuk berkomunikasi antar manusia dan atau dengan Yang
Maha Kuasa.

f. Kepercayaan, adat, norma, agama

kepercayaan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat ia merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa
dirinya telah mencapai kebenaran.Karena keyakinan merupakan suatu sikap, maka keyakinan seseorang tidak selalu
benar -- atau, keyakinan semata bukanlah jaminan kebenaran. Contoh: Pada suatu masa, manusia pernah meyakini
bahwa bumi merupakan pusat tata surya, belakangan disadari bahwa keyakinan itu keliru.
Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma, kebiasaan, kelembagaan, dan
hukum adat yang lazim dilakukan di suatu daerah. Apabila adat ini tidak dilaksanakan akan terjadi kerancuan yang
menimbulkan sanksi tak tertulis oleh masyarakat setempat terhadap pelaku yang dianggap menyimpang.
Norma (sosiologi) patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat tertentu.norma bisa diartikan sebagai hukum
yang berlaku dalam wilayah tertentu. Hukum yang berlaku antara satu daerah dengan daerah yang lain berbeda
disesuaikan dengan budaya masyarakat setempat dan dinamika yang terjadi dalam lingkungan sosial masyarakat
tersebut.
Bagi masyarakat Islam jawa desain suatu bangunan dihubung hubungkan dengan sistem kepercayaan. Misalnya
atap masjid dibuat tiga trap yang bermaksud iman, islam dan ihsan. Yang paling bawah menggambarkan tingkat
keimanan manusia yang masih rendah, yang kedua tingkat islam yang mempunyai keimanan sedang, dan paling atas
tingkat ihsan merupakan tingkat paling mulia dan dekat dengan sang pencipta ( ALLAH )

g. Etnik atau ras suku bangsa


perkembangan desain dipengaruhi oleh Etnik atau ras suku bangsa yaitu Kelompok manusia yang lebih besar dapat
disatukan dengan gagasan kesamaan nenek moyang (suku, etnis) atau kesamaan fokus budaya atau materi (bangsa
atau negara bagian), sering dibagi lebih lanjut menurut struktur kelas sosial dan hirarki. Sebuah suku dapat terdiri
dari beberapa ratus individu, sementara negara bagian modern terbesar berisi lebih dari semilyar. Konflik kekerasan
di antara kelompok-kelompok besar disebut peperangan. Kesetiaan / pengabdian untuk kelompok yang besar seperti
ini disebut nasionalisme atau patriotisme. Semakin bersatu ras suku bangsa maka desain yang dibuat cenderung
sama. Namun apabila rasa tau suku bangsa itu berbeda maka mereka akan membuat desain yang berbeda beda.
Mereka membuat desain yang bersaing.

2. Berdasarkan sejarah, perkembangan desain berkembang selaras dengan masalah yang muncul sesuai zamannya.
a. Masa revolusi industri
Pengertian :
Revolusi Industri adalah suatu perubahan, perombakan dan pembaharuan secara radikal dan cepat pada bidang
penanganan industri dan teknik yang terjadi di eropa terutama di Inggris pada abad ke 18.
Pada masa masa revolusi industri tersebut ciri bangunan yang berkembang adalah ciri bangunan pabrik.hal ini
dilatar belakangi oleh perkembangan industri pada saat itu,bangunan-bangunan lebih mengutamakan
efesiensinya,dimana grid-grid yang diambil biasanya teratur dan lurus,dan ornamen sangat jarang dipakai.
Revolusi Industri adalah suatu periode sejarah yang pertama kali terjadi di Inggris pada akhir abad ke-18 hingga
awal abad ke-19 ketika terjadi perubahan besar di bidang teknologi, sosioekonomi, dan budaya dengan penggantian
industri yang berdasarkan pekerja menjadi industri yang berdasarkan mesin. Revolusi industri dimulai saat
masyarakat Eropa terdorong akan kebutuhan energi yang lebih besar untuk industri, seiring dengan perubahan dari
masyarakat pertanian ke masyarakat industri. Kebutuhan akan energi tersebut membuat James Watt (17361819)
melakukan penyempurnaan mesin uap dengan bahan bakar batu bara.
Ciri ciri atau Karakter desain pada masa Revolusi Industri antara lain :
Kerajinan tangan hampir lenyap sama sekali dan digantikan oleh hasil produksi mesin.
Penggunaan mesin cetak litografi dalam percetakan
Penggunaan teknik fotografi dalam percetakan
Munculnya huruf-huruf yang tajam, kontras, berukuran besar untuk digunakan dalam billboard
Munculnya huruf-huruf gemuk fat faces.
Munculnya huruf-huruf tiga dimensional dengan menambahkan bayangan kedalaman untuk memberikan
perspektif bentuk.

Hasil Desain pada masa Revolusi Industri :

b. Masa artnouveau
Pengertian
Art Nouveau adalah sebuah aliran seni yang memiliki gaya dekoratif tumbuhan yang meliuk-liuk. Art Nouveau
berasal dari bahasa Perancis yang artinya seni baru (new art), diambil dari nama toko di Paris, Maison de lArt
Nouveau yang dibuka pada tahun1895 oleh Siegfried Bing Gaya Art Nouveau berkembang pada masa 1892-1900,
pertama kali muncul di Eropa dan menyebar sampai Amerika dengan nama yang berbeda, seperti Jugendstill di
Jerman, Liberty di Inggris, Style Moderne di Prancis dan lain-lain.Art Nouveau Style adalah gaya extravaganza
dengan ornamen yang terinspirasi dari alam seperti flora yang penuh dengan sulur-sulur, kelopak bunga dan
kecantikan wanita.
Salah satu contoh lukisan Art nouveau dapat ditemukan di Roquetaillade castle (Perancis). Viollet-le-Duc
mengembalikan kerajaan pada 1850, dan Ia berncana menciptakan Gothic revival, dan Ia membiarkan kerajaan
seperti bentuk aslinya untuk menandai masa pre gaya Art Nouveau.
Ciri ciri desain masa Artnouveau
Dinamis,mengalir, dengan garis lekukan yang sangat mencerminkan karakter Art Nouveau. Karya Art Nouveau
biasanya dicirikan dengan bentuk-bentuk plastis dan organis, tapi tetap mengandalkan prinsip-prinsip geometris.
Seperti kebanyakan gaya pada umumnya, Art Nouveau memiliki bentuk yang harmonis. Ciri utamanya adalah garis-
garis mengalir. Pola itu berdasarkan bentuk tumbuhan dan pengaruh lukisan Jepang. Art Nouveau Style merupakan
gaya extravaganza dengan ornamen yang terinspirasi dari alam seperti flora yang penuh dengan sulur-sulur, kelopak
bunga dan kecantikan wanita.
Di Indonesia art nouveau dikenal juga sebagai aliran semarangan cirinya adalah garis-garis menggelombang dengan
bunga. Gaya ini juga terlihat pada sisa-sisa bangunan kolonial di Indonesia.
Sentuhan Art Nouveau dapat didapat dengan memajang lukisan Art Nouveau, seperti reproduksi poster-poster karya
Mucha Alphonse (atau eksponen Art Nouveau lain: Klimt, Moreau, Munch, Toulouse-Lautrec).

Hasil desain masa Artnouveau

Art Nouveau Abbesses

Spa nyol, Barcelona, Art Nouveau Arsitektur


Istana Bellas Artes di Mexico City.

c. Masa Modern
Pengertian
Istilah atau kata modern berasal dari kata latin yang berarti sekarang ini. Dalam pemakaiannya kata modern
mengalami perkembangan, sehingga berubah menjadi sebuah istilah. Kalau sebuah kata hanya mengandung makna
yang relatif sempit, sedangkan sebuah istilah akan mengandung makna yang relatif lebih luas. Modern sebagai
sebuah istilah dalam masyarakat kita sudah mulai familiar, walaupun masih banyak yang verbalisme.
Istilah modern ini terutama ditujukan untuk perubahan peradaban, yakni dari peradaban yang bersifat telah lama
menjadi peradaban yang bersifat baru. Kapan perubahan itu mulai terjadi, agak sulit juga melacaknya. Hanya saja
ada orang yang mengira, misalnya ada orang mengatakan pada zaman Renaissance gejala perubahan itu sudah
kelihatan. Ada juga yang mengatakan perubahan yang drastis terjadi pada masa revolusi industri, diteruskan dengan
revolusi kebudayaan. Pada negara tertentu ditandai oleh terjadinya perubahan politik yang sangat mendasar,
misalnya di Uni Soviet (sekarang Rusia) apa yang disebut dengan Peresteroika dan Glasnot.
Ciri ciri perkembangan desain masa Modern
Sebagian ciri yang patut mendapat perhatian dalam epistemologis perkembangan ilmu pada masa modern adalah
munculnya pandangan baru mengenai ilmu pengetahuan. Pandangan itu merupakan kritik terhadap pandangan
Aristoteles, yaitu bahwa ilmu pengetahuan sempurna tak boleh mencari untung, namun harus bersikap kontemplatif,
diganti dengan pandangan bahwa ilmu pengetahuan harus mencari untung, artinya dipakai untuk memperkuat
kemampuan manusia di bumi ini.
Hasil desain masa Modern
Sketsa hasil karya Chris Benjamin ini berusaha untuk memadukan desain asli P1800 dengan desain Volvo modern.
Pola tetap sama, kap mesin panjang, overhang pendek, dan begitu juga garis bodi dan pilar-pilar. Fascia depan dan
belakang benar-benar baru mengikuti bahasa desain Volvo masa kini.

Villa Savoye kepunyaan Le Corbusie, contoh arsitektur modern.

Istana Kaca (1935) di belanda arsitektur Frits Peutz,

Gedung Skyceeper yang melambangkan arsitektur modern

d. Masa Bauhaus
Pengertian :
Bauhaus berasal dari kata Bauen ( to build/mengembangkan atau membangun) dan haus adalah rumah,bauhaus
dikenal dengan house of building atau building school.
Bauhaus, adalah sebuah sekolah seni dan desain di Jerman yang sangat berpengaruh yang terkenal dengan keunikan
gabungan antara seni dan teknik dalam produksi massal, yang dalam perkembangannya lebih dikenal sebagai nama
sebuah gaya seni tersendiri. Sekolah ini berdiri pada tahun 1919 dan berdiri sampai ditutup oleh Nazi pada tahun
1933. Pertama kali dipimpin oleh Walter Gropius (1883-1969) dan Ludwig Mies van der Rohe (1886-1969).
Bauhaus bergerak dalam seni artistektur, yaitu Utopia, berdasar pada idealisme dari bentuk yang sederhana dan
fungsi yang lugas, dan sebuah kepercayaan bahwa mesin perekonomian dapat membawa secara elegan benda -
benda yang telah didesain menjadi milik massa, menggunakan teknik - teknik dan material - material yang
digunakan secara khusus untuk penggunaan pabrik dan manufaktur massal, seperti baja, beton, krom, kaca, dan lain
sebagainya.
Bauhaus dimulai dengan definisi utopia : Bangunan dengan masa depan, menggabungkan semua kesenian dalam
kesatuan yang ideal. Ini adalah kewajiban tipe baru seniman diluar sepesialisasi akademik.
Ciri ciri desain pada masa Bauhaus
Salah satu dari ciri utama Bauhaus adalah adanya gabungan dari seni, kriya, dan teknologi. Mesin lebih dianggap
sebagai elemen yang positif, industri dan desain produk merupakan komponen yang sangat penting
Karya seni lukis Bauhaus kebanyakan berbentuk kubisme dan ekspresionisme yang merupakan pengaruh dari
pelukis modern Rusia bergaya konstruktivisme. Pesatnya perkembangan industri dan meningkatnya kebutuhan alat
rumah tanggaseiring perubahan dari tatanan masyarakat agraris ke masyarakat industri akibat dari revolusi
industridesain produk seperti furnitur dan alat rumah tangga lain yang kebanyakan didominasi bahan metal, kulit
dan kaca, mulai mendapat perhatian di Bauhaus.
Hasil desain pada masa Bauhaus

gedung-ap-ni.jpg. Salah satu gedung di jakarta yang bergaya Bauhaus.


e. Masa Futurisme
Pengertian :
Futurisme berasal dari bahasa Prancis, futur atau bahasa inggris future yang keduanya berarti masa depan adalah
aliran seni yang avant-garde, atau sebelum masanya, terutama pada tahun 1909 Masehi. Futurisme merupakan suatu
paham dari beberapa orang atau sekelompok orang yang percaya atau yakin akan adanya masa mendatang yang
lebih baik, dalam arti lebih modern, lebih konkrit, bahkan diyakini bahwa manusia akan mampu menguasai jagad
raya dengan tehnologi yang dimilikinya nanti. Gerakan Futurisme diproklamirkan pada tahun 1909 oleh seorang
penulis dan penyair Italia, Filippo Tommaso Marinetti. Futurisme adalah sebuah gerakan seni murni Italia dan
sebuah pergerakan kebudayaan pertama dalam abad ke-20 yang diperkenalkan secara langsung kepada masyarakat
luas. Bermula dari konsep dalam pergerakan sastra, kemudian merasuk ke dalam bidang kesenian seperti: seni lukis,
seni patung, seni musik, desain dan arsitektur. Futurisme ini muncul dari situasi yang ditimbulkan akibat Perang
Dunia I, dengan tujuan meninggalkan kenangan pahit, nostalgia, pesimistis,kemudian melepaskan materi-materi,
elemen-elemen, dan nilai-nilai lama. Nilai-nilai dari kaum Futuris, dimaksudkan untuk mengiringi dan mengimbangi
pergeseran kebudayaan, kekuatan dinamis pasar yang luas, era permesinan, dan komunikasi global yang menurut
argumentasi mereka tengah merubah alam realitas dari kebudayaan dunia. Maka khayalan-khayalan kaum Futuris
memakai pola-pola geometris untuk mewakili arah gerak dan makna dari pergerakan itu sendiri. Para seniman dan
desainer Futurisme biasanya memanfaatkan hari-hari petang untuk berkumpul, menuliskan manifesto, puisi dan
musik. Sifat agresif dan perilaku yang individualis dari kaum Futuris ini lambat laun dimanfaatkan untuk
menyebarkan paham Fasisme. Salah seorang Futuris mempublikasikannya dalam surat kabar Perancis, le Figaro
bertanggal 20 Februari 1909, dengan membuat pencampuran atau perpaduan yang tidak mudah di dalam memenuhi
kepentingan nasionalisme Italia, kemiliteran dan kepercayaan baru terhadap mesin yang selanjutnya dijelmakan
dalam produk mobil dan pesawat terbang. Sebelum Perang Dunia ke II, pergerakan para Futuris Italia yaitu
mengantisipasi kemungkinan terjadinya kendala-kendala desain dalam kehidupan sehari-hari, melalui penyerapan
dan penggambaran kualitas mekanisasi dan kecepatan, seperti yang telah dibahas oleh Banham dalam bukunya:
Theory and Design in The First Machine Age. Era ini telah mengispirasikan pelukis Futuris, penyair dan arsitek,
diantaranya: Filippo Tommaso Marinetti, Giacomo Balla, Gino Severini, Fornunato Depero, Carra, dan Antonio
SantElia untuk menciptakan sebuah karya yang mencerminkan dunia mereka. Itu semua merupakan semangat baru
yang mereka junjung tinggi dalam sebuah kelompok yang membawanya kepada politik Fasis, ketika ketergantungan
akan keterlibatan emosi dengan gaya hidup kemodernan dan kebaruan di lingkungan masyarakat. Falsafah yang
dipakai oleh kaum Futuris hampir sebagian besar diambil dari latar belakang sejarah kemunculan Modernisme.
Sebab kita mengetahui, bahwa Futurisme ini merupakan gerakan awal lahirnya Modernisme. Di samping itu, dengan
terjadinya Revolusi Industri berpengaruh pula pada Futurisme ini. The Machine Aesthetics atau estetika mesin
muncul mempengaruhi ciri-ciri penyusunan tipografi baik pada poster, sampul buku, dan aneka bentuk grafis lain.
Ciri ciri desain masa Futurisme :
Penyatuan karakter dari elemen-elemen yang berbeda-beda dalam sebuah acuan, dan penyusunannya karyanya
sebagai suatu kesatuan.
Memiliki ide-ide seperti ketertutupan, ketidaksabaran, ekstrim dalam hubungan langsung dengan nilai-nilai
futurisme.
Karakteristiknya juga meliputi garis-garis yang tidak rata yang mengkomunikasikan energy dari gerakannya.
Pandangan karya yang mementingkan masa depan.
Pengaruh futurisme Futurisme banyak mempengaruhi bidang kesenian seperti: seni lukis, seni patung, seni musik,
desain dan arsitektur. Dalam dunia arsitektur Futurisme biasa berpangaruh pada bagian-bagian dari bangunan seperti
pintu masuk, lantai, bentuk bangunan, ornamen, dsb. Futurisme juga berpengaruh pada perkembangan tipografi.
Selain itu futurisme yang memanfaatkan tipografi banyak dipakai dalam mengungkapkan perasaan dalam berpuisi.
Futurisme ini muncul dari situasi yang ditimbulkan akibat Perang Dunia I, dengan tujuan meninggalkan kenangan
pahit, nostalgia, pesimistis, kemudian melepaskan materi-materi, elemen-elemen, dan nilai-nilai lama. Nilai-nilai
dari kaum Futuris, dimaksudkan untuk mengiringi dan mengimbangi pergeseran kebudayaan, kekuatan dinamis
pasar yang luas, era permesinan, dan komunikasi global yang menurut argumentasi mereka
Futurism juga banyak mempengaruhi aliran seni pada abad ke 20 seperti Art Deco, Konstructifisme, Dadaisme, dan
Surealism Futurisme merupakan gerakan awal lahirnya Modern. Dengan terjadinya Revolusi Industri berpengaruh
pula pada Futurisme ini.
The Machine Aesthetics atau estetika mesin muncul mempengaruhi ciri-ciri penyusunan tipografi baik pada poster,
sampul buku, dan aneka bentuk grafis lain.
Hasil desain dan Karya-karya futurisme
Selain lukisan-lukisan juga terdapat patung

Arsitektur Futuristik

Gambar Perspektif dari La Citta Nuova oleh Sant'Elia, 1914.


Ciri-ciri :
- bentuk tajam (bersudut)
- bentuk dinamis
- kontras kuat
- menggunakan material yang fungsional

Contoh bangunan :
LAVA Michael Schumacher world champion tower by Chris Bosse (Dubai)

Bentuk bangunan ini sangat futuristik, dapat dilihat dari bentuknya yang dinamis dan berputar. Selain itu, jika dilihat
sekilas bentuk gedung ini seperti piring terbang atau UFO, yang menggambarkan teknologi yang melebihi semua
teknologi yang pernah kita lihat.
Pengaruh Futurisme pada masa sekarang

Museum Futurism di Milano. Arsitektur dari museum ini sangat bergaya futuristik dilihat dari warnanya dan
bentuknya yang dominan silver dan biru. Bangunannya juga tidak seperti gedung-gedung yang biasa tetapi
mempunyai bentuk-bentuk yang lebih unik.
Jetson building adalah salah satu bangunan/arsitektur yang dipengaruhi oleh gaya futurism. Mulai dari desain dan
elemen-elemen yang digunakan sangat bergaya futuristik.
f. Masa Art Deco
Pengertian :
Gaya ini popular pada tahun 1920 hingga 1939, banyak digunakan pada desain arsitektur , desain industri, desain
interior, lukisan, seni grafis dan film. Nama Art Deco berasal dari pameran yang berjudul Paris exposition des Art
Decoratifs et industries pada tahun 1925 di Perancis. Art deco, dalam pengertian tertentu, adalah gabungan dari
berbagai gaya dan gerakan pada awal abad ke-20, termasuk Konstruksionisme, Kubisme, Modernisme, Bauhaus, Art
Nouveau, dan Futurisme. Art Deco sangat terkenal dengan mobil, kapal Laut dan pesawat terbang yang dianggap
sebagai simbol modernitas. Popularitas Art Deco memuncak pada 1920-an, meskipun banyak gerakan desain
mempunyai akar atau maksud politik atau filsafati, Art Deco murni bersifat dekoratif. Pada masa itu, gaya ini
dianggap anggun, fungsional, dan ultra modern.
Ciri ciri desain masa Art Deco
Dalam desain grafis tokoh Art Deco yang terkenal, terutama di Prerancis adalah AM, Cassandre, Jean Carlu. Pada
Desain Art Deco banyak mengunakan gradasi warna yang halus serta warna yang mengesankan efek kilauan atau
lengkungan logam. Desain Art Deco banyak menggunakan bahan-bahan mahal dan sedikit ornamen hias. Ornamen
yang digunakan lebih beratuan dan banyak menggunakan garis-garis lurus atau persegi (rectilinear).
Gaya Art Deco dipengaruhi oleh aliran Kubisme dan Fauvisme serta juga gaya Mesir dan Indian Aztec, Amerika
Selatan. Selain itu pula gaya pedesain-pedesain Moderisme awal seperti Josef Hoffmann, Frank Lioyd Wright, Adolf
Loos juga banyak diserap ke dalam Art Deco. Art Deco menyebar di berbagai negara Eropa. Perancis sebagai pusat
Art Deco telah memiliki sekolah seni dekoratif The Martine School sejak tahun 1911. Di Jerman, gaya geometris
Bauhaus dibagungkan dengan bentuk-bentuk yang ekspresif banyak dimanfaatkan oleh para pedesain. Di Swiss
gaya Art Deco merupakan asimilasi antara gaya Art Deco Perancis Yang romantic dan gaya Art deco Jerman yang
menghasilkan gaya khas Swiss. Di negara-negara seperti Italia, Inggris dan Amerika gaya Art Deco pun bayak
digemari. Di Amerika gaya Art Deco dipengaruhi oleh ornament-ornamen Indian Amerika Utara ataupun Indian
Aztec. New York dianggap sebagai ibukota Art Deco di Amerika.
Hasil Desain masa Art Deco

Gedung Chrysler dibangun pada tahun 19281930 di New York, merupakan contoh bangunan yang mengunakan Art
deco
Daerah bersejarah Art Deco

Daerah bersejarah Art Deco bertempatkan pada ujung selatan pantai Miami, Florida

Grand Hotel Preanger di persimpangan Jalan Asia Afrika dan Jalan Lembong, bangunan aslinya adalah bagian
massa yang menghadap ke Jalan Asia Afrika yang kini menjadi pintu masuk samping. Pintu masuk utama pada sisi
Jalan Lembong merupakan desain gedung baru yang terlihat menyatu dengan sempurna.
Awalnya, hotel ini berupa guest house bergaya Indische Empire Stijl yang dibangun pada tahun 1889 untuk para
tuan tanah (preanger planters) yang berkunjung ke Kota Bandung. Lalu, pada tahun 1928 hotel ini direkonstruksi
Prof CP Wolff Schoemaker dengan gaya mengarah pada langgam Art Deco.
HOTEL Savoy Homann di Jalan Asia Afrika, yang berseberangan dengan Gedung Konferensi Asia Afrika,
merupakan hotel pertama di Kota Bandung . Berdiri pada tahun 1880, hotel ini bermula dari bangunan bambu yang
kemudian direkonstruksi ke gaya romantis Neogotik yang sedang populer saat itu. Tahun 1939 hotel kembali
didesain ulang oleh AF Aalbers dengan karakter dan wajah seperti terlihat sekarang.

Meja Art deco


Mengunakan kayu karang dan meja kuningan ini dirancang oleh Jacques mile Ruhlmann yang dibuat pada sekitar
tahun 1931, meja ini mengunakan gaya art deco.

Art Deco motif

g. Masa de Stjil
Pengertian :
De Stijl (Bahasa Belanda; Sang Gaya), atau dikenal juga dengan nama Neoplastisisme, adalah gerakan seni yang
berasal dari Belanda, yang didirikan pada tahun 1917. Dalam ruang lingkup yang lebih sempit, ungkapan De Stijl
dipakai untuk merujuk pada karya-karya yang dihasilkan oleh sekelompok seniman kebangsaan Belanda, dari tahun
1917 sampai 1931.
De Stijl juga merupakan nama sebuah Jurnal yang diterbitkan oleh kritikus dan pelukis Theo van Doesburg,
mempropagandakan teori kelompok itu. Selain Van Doesburg, anggota utama kelompok ini adalah pelukis Piet
Mondrian dan Bart van der Leck, dan Arsitek Gerrit Rietveld dan J.J.P. Oud. Filosofi seni yang menjadi dasar bagi
hasil karya kelompok ini dikenal sebagai neoplasticism- seni plastik baru.
Secara umum, gerakan De Stijl dipengaruhi oleh seni Lukisan Kubisme., selain Mistisme dan ide-ide mengenai
bentuk geometri ideal di dalam filosofi Neoplatonic oleh Matematikawan M.H.J. Schoenmaekers. Beberapa
sejarahwan seni dari Denmark juga percaya, bahwa gerakan ini juga mendapat pengaruh setidaknya sebagian
dari pelukis Denmark Vilhelm Hammershoi. Dikatakan, bahwa para seniman De Stijl ingin menggambarkan dunia
melalui simplifikasi dari bentuk-bentuk untuk memperoleh esensinya, tanpa harus memberikan detail apapun. Sebab
mereka percaya elaborasi dalam bentuk apapun dapat berakibat pada terdistorsinya arti dari subjek itu. Dengan kata
lain, subjek dengan detail (dalam jumlah apapun) akan memanipulasi apa yang diterjemahkan oleh pikiran orang
yang melihat, daripada membiarkan pikiran mereka yang menerjemahkannya berdasarkan pengalaman hidup
mereka.
Hal ini terlihat dalam karya-karya mereka, yang secara umum hanya menggunakan garis lurus (vertikal dan
horizontal) dan bentuk-bentuk persegi. Bagaimanapun, pada karya-karya Van Doesberg nantinya akan banyak
menamplkan garis diagonal. Mereka membatasi diri dengan hanya memakai tiga warna primer, yaitu merah, kuning
dan biru, dan warna-warna hitam, putih, dan abu-abu. Karya-karya mereka menghindari bentuk simetris dan
memperoleh keseimbangan estetis dengan menggunakan oposisi.
Ciri ciri Masa De Stjil
Gaya desain De Stijl sendiri memiliki ciri khas kotak-kotak atau memiliki elemen bidang persegi yang dimiliki juga
pada kemasan ini. De Stijl sendiri bermula pada tahun 1916 yang berasal dari Belanda yang merupakan suatu seni
dan pergerakan desain yang dikembangkan sebuah majalah bernama Sama yang ditemukan oleh Theo Van
Doesburg. De Stijl menggunakan warna-warna dasar dan menggunakan komposisi asimetris serta bentuk segi empat
yang kuat.Seniman terkenal pada masa ini adalah Mondrian (pelukis) dan Rietvald (arsitek).
Hasil desain masa De Stjil

gambar diatas merupakan jembatan di plaza ex indonesia. Desain dari bagunaan ini dipengaruhi oleh gaya de stijl
yaitu terdapat pada warna dasar yang digunakan dan bentuk kotak kotak.

arch 19, 2008 at 3:42 pm Filed under De Stijl 500 375 - 37 k j


Selain itu, karya seniman De Stijl adalah sumber utama referensi untuk style

Mobil ini terpengaruh gaya desain de stijl, sangat jelas terlihat dari cat mobil yang dicat seperti komposisi gaya
desain De Stijl.

h. Masa konstruktivisme
Pengertian :
Konstruktivisme adalah teori psikologis pengetahuan (epistemologi) yang berpendapat bahwa manusia membangun
pengetahuan dan makna dari pengalaman mereka. Konstruktivisme bukan merupakan pedagogi tertentu, meskipun
sering bingung dengan konstruksionisme, teori pendidikan yang dikembangkan oleh Seymour Papert. Teori Piaget
pembelajaran Konstruktivis memiliki dampak yang mulai melebar di belajar teori dan metode pengajaran dalam
pendidikan. Bermula pada tahun 1913 oleh Vladimir Tatlin, yang merupakan pelopor perkembangan dari Cubism,
Italian Futurism, dan Suprematism di Russia, Neo Plasticism di Holland, dan the Bauhaus School di German.
Ciri ciri masa Konstruktivisme
Konstruktivisme berkaitan dengan bentuk atau bidang geometris kinetic, sebagai sebuah cerminan jaman modern
yang dikuasai mesin, kadang juga dipengaruhi matematika dan pengukuran. Konstruktivisme merupakan respon
terhadap perkembangan teknologi, kehidupan modern yang kemudian menghasilkan seni baru yang berdasarkan
masalah social dan ekonomi. Naum Gabo dan Antoine Pevsner bersaudara juga mendukung perkembangan ini, dari
cubism dan futurism. Perkembangan pertama terjadi pada tahun 1921 saat terbentuknya the First Working Group
of Constructivists di Moscow. Kemudian berkembang ke Holland dan Germansebelum akhirnya popular di
internasional. Bentuk yang paling sering digunakan adalah kotak, persegi panjang, lingkaran, dan segitiga. Material
yang digunakan konstruktivisme adalah kayu, seluloid, nilon, plexi-glass, dan lainnya. Kemudian dalam
perkembangannya, konstriktivisme juga menggunakan aluminum, elektronik, dan chrome. Pada masa ini, seni harus
dapat dinikmati oleh semua kelas masyarakat secara merata, tanpa ada pembedaan seni untuk kelas atas ataupun
untuk kelas bawah. Salah satu seniman di masa ini adalah El Lissitzky, menurutnya bidang persegi empat adalah
sumber dari segala ekspresi kreatif. Konstruktivisme pertama yang sebenarnya adalah karya dari Vladimir Tatlin. Ia
membuat Monument of Third International yang menggambarkan kebanggaan Tatlin terhadap kotanya.
Monument ini adalah cara Tatlin untuk menunjukan persaan sosialnya. Pada 1917, di masa konstruktivisme
selanjutnya, muncul Rodchenko yang membuat pahatan abstrak untuk mencoba menjelaskan cara kerja sebenarnya
dari mesin. Tetapi aliran seni konstruktivisme ini tidak bertahan lama karena kemudian bergeser ke aliran
selanjutnya.
Hasil desain masa konstruktivisme

Poster ini merupakan karya dari El Lissitzky yang juga terdapat di album The Man Machine

Karya Bryan Fultz: Russian Consrtuctivism

Moskow, Yauzsky boulevard 2, oleh Ilia Golosov (1936-1941). Bangunan ini berdiri pada abad ke-19 situs Khitrovo
real dan taman - yang Khitrovo yang sama yang mengatur Pasar terkenal Khitrov satu blok barat.

Nama gedung: Naum Gabo Fountain view towards Parliament


Lokasi : di Ground of Guys dan St Thomass Hospital, London, yang terletak di
sebelah selatan dari sungai Thames bersebrangan dengan gedung parlemen, mengikuti mahakarya Naum Gabo

Nama Gedung: -Boat-


i. Masa Desain pop
Pengertian :
Pop art berasal dari kata popular art. Definisi pop art, aliran seni yang memanfaatkan simbol-simbol dan gaya visual
yang berasal dari media massa yang populer, seperti koran, televisi, dan iklan.
Salah satu bentuk awal desain pop art ialah karya dari Richard Hamilton, John McHale, dan John Voelcker pada
1956 yang berjudul Just What is It that Makes Todays Homes So Different, So Appealing?
Andrew Warhola, lebih dikenal dengan Andy Warhol, adalah artis Amerika dan figur penting dalam aliran seni pop
art. Warhol dikenal sebagai seorang seniman yang pertama kali membuat karya pop art, yang mulai merepetisi foto
wajah-wajah artis Hollywood seperti Marilyn Monroe atau Elvis Presley pada 1950-an.
Walaupun telah dikenal pada 50-an, gaya desain beraliran pop art baru berlangsung sekitar pertengahan dekade 60-
an hingga memasuki 1970.
Di buku Pop Art (Basic) keluaran Taschen, definisi pop art disertai dengan mengeluarkan pernyataan pop art yang
sebenarnya, yaitu ?mengomunikasikan keindahan kepada rakyat awam dengan cara-cara yang mudah dimengerti
oleh mereka?. Itulah sebabnya tokoh-tokoh terkenal dipakai sebagai subjek.
Di Indonesia, seni pop art lebih bergaung pada 2000-an. Eksistensinya juga ditandai dengan adanya komunitas
Wedhas Pop Art Portrait (WPAP), yang menganut aliran pop art dengan pakem-pakem yang berbeda.
Ciri ciri Masa Desain pop
Pop Art merupakan seni visual yang dipengaruhi oleh gambar serta teknik dalam dunia periklanan abad 20, biasanya
mengenai sifat konsumtif dan kultur pop pada masa itu.
ciri khas pop art adalah penggabungan foto serta permainan warna yang berani, kadang juga disertai penggunaan
simbol-simbol untuk menyampaikan pesan si pembuatnya. desain pop art serinkali menggunakan teks berukuran
besar dengan stroke yang tebal.
Pop Art itu sendiri lahir pada pertengahan tahun 1950-an di Inggris dan juga Amerika. Istilah Pop Art selalu
direferensikan dari Lawrence Alloway, seorang kurator sekaligus kritikus seni dari Inggris. dalam tulisannya yang
berjudul "The Arts and The Mass Media", Lawrence ini sebenarnya menggunakan istilah Popular Mass Culture,
namun kemudian istilah pop art yang lebih dikenal.
Pop art merupakan bentuk reaksi dari perkembangan seni Abstrak atau ekspresionisme saat itu. dengan mengambil
ciri khas desain iklan dan komik pada masa itu, pop art terus berkembang hingga kiti menjadi salah satu cabang seni
rupa yang banyak mempengaruhi karya seni para seniman.

Hasil desain Masa Desain pop


Padahal warna-warna komplementer yang berani apabila dipadukan dengan baik, maka bisa menghasilkan efek yang
dahsyat pada ruangan. Apalagi kalau ditambah dengan bentuk ruangan yang didesain menarik dan kreatif. Contoh
yang bisa saya temukan adalah dari karya desainer luar negeri karena tak bisa menemukan hasil karya anak bangsa
yang berani dan unik seperti ini :

j. Masa postmodern
Pengertian :
Istilah post modern pertama kali digunakan oleh ahli sejarah Toynbee di tahun 1875. Toynbee memunculkan istilah
post modern untuk menjelaskan berakhirnya dominasi barat, dan berkembangnya budaya non barat. Secara
sederhana, definisi dari post modern adalah sebuah pemikiran yang mengkritik pandangan modernisme melalui cara
pandang yang cenderung pada keanekaragaman, bukan homogenitas, pada kejenakaan bukan serius, cenderung pada
berantakan daripada bersih, cenderung pada penggambaran (picturesque) walaupun terkadang juga memiliki
keteraturan geometris.
Ketidakpercayaan pada modernisme berangkat dari kekecewaan akibat berbagai bencana (perang dunia, perang
vietnam, dll) dan ketimpangan sosial ekonomi dan budaya internasional. Rasionalisme sebagai dasar utama dari
modernisme dianggap tak mampu selesaikan berbagai permasalahan. Oleh karena itu muncul upaya menemukan
alternatif pemikiran spiritual dan menghidupkan kembali nilai-nilai agama (revitalisasi) maupun kepercayaan yang
bersifat positif maupun negatif.
Ketidapercayaan pada modernisme kemudian menyatu dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin
pesat. Keanekaragaman visual dan budaya dunia yang kompleks dipadukan dengan teknologi komputer dan
elektronik menghasilkan era desain grafis yang majemuk dan gegap gempita-terjadi sebuah diskursus (wacana)
global dalam desain. Mengecilnya dunia inilah yang disebut Marshall Mcluhan sebagai global village (kampung
dunia). Charles Jencks menjelaskan post modern sebagai gaya percampuran yang berkaitan dengan:
ingatan kesejarahan (terutama dalam arsitektur)
permasalahan setempat / lokal
metafora dan ambiguitas
ciri - ciri seni post modern:
Post modern adalah gerakan budaya:
dimulai oleh seniman dan arsitektur di NY, USA tahun 1960an
kemudian menjalar ke Eropa tahun 1970, diawali oleh pemikir-pemikir Perancis.
Hilangnya batas antara seni dan kehidupan sehari-hari, karena seni tidak lagi bercerita, melainkan mengeksplorasi
hakekat realitas.
membuat karya-karya eksperimental
percaya pada keterpecahan jiwa manusia
musik dianggap bergerak dalam waktu
waktu dianggap bersifat dinamis
ruang dianggap bersifat statis
tradisi-tradisi lama dimunculkan kembali

Kebudayaan dan kesenian elit dihilangkan jaraknya dengan kebudayaan dan kesenian populer.
Semua yang dibicarakan oleh post modern adalah non seni, tetapi kemudian bisa diterapkan pada seni, karena
tidak ada batas-batas antara seni dan non seni.
Karya seni dianggap daur ulang saja yang sifatnya eklektis (campuran) antara barat dan timur.
Kedalaman pemikiran tidak dipentingkan lagi, cukup pemikiran dangkal saja.
Realitas bisa dipindahkan ke image, jadi yang penting adalah image / kesan.
Bentuk dan gaya lebih penting daripada isi / kualitas seni.

hasil desain seni postmodern


desain Arsitektur gaya Postmodern

DAFTAR PUSTAKA

Bauhaus:
http://en.wikipedia.org/wiki/Bauhaus
http://www.bauhaus.de/english/

Futurisme:
http://images.google.co.id/images?hl=id&q=futurism&um=1&ie=UTF-8&sa=N&tab=wi

Art Deco:
http://www.arsitekturindis.com/index.php/archives/category/tulisan/
http://id.wikipedia.org/wiki/art_deco
http://www.artlex.com/ArtLex/a/artdeco.html
http://langantiques.com/detail/50-1-1494.html

Art Nouveau:
http://andywarholisme-td1a.blogspot.com/2008/03/art-nouveau.html
http://id.wikipedia.org/wiki/art_nouveau
http://unisosdem.org/article_printfriendly.php?aid=2362&coid=3&caid=22
http://www.huntfor.com/arthistory/c19th/artnouveau.htm
http://www.huntfor.com/arthistory/c19th/artnouveau.htm
http://www.artlex.com/ArtLex/s/images/standglas_winchester.lg.jpg

De Stijl:
http://the-artists.org/movement/de_Stijl.html
http://www.artlex.com/ArtLex/d/destijl.html
http://www.artemisamsterdam.com/site.gif
http://en.wikipedia.org/wiki/De_Stijl
Konstruktivisme:
http://en.wikipedia.org/wiki/Russian_avant-garde
http://www.thefashionspot.com/forums/f49/constructivisme-futurisme-581.html
http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2011/11/18/city-tour-tanpa-biaya-di-birmingham-uk/

enanggapi berita aneh diatas, mungkin bisa gua kasih tanggapan dengan satu sub bab di bahasan urban art di
(produk gagal) draft proposal skripsi kemaren.

Urban Art dalam Lokalitas Kota Malang

Dalam kajian sejarah mengenai urban art dikatakan bahwa perkembangan urban art diawali di Amerika yang digagas
oleh seniman kulit hitam asal Brooklyn, Jean Michel Basquiat sekitar tahun 1970. Menurut Bambang Witjaksono
(Dosen ISI Yogyakarta) pada saat itu seni bukan lagi berlatar belakang tradisi, tapi (mungkin) peralihan dari tradisi
ke modern yang menimbulkan sistem baru. Tujuan urban art lebih berakar pada kesamaan, anti-kemapanan,
perlawanan politis, vandalisme, dan perlawanan pada sistem di masyarakat. Urban art mempunyai kepentingan
sebagai media berekspresi di tengah masyarakat dengan ruang dan waktu yang terus berkembang, sesuai dengan
dinamika sebuah perkotaan. Urban art identik dengan berkarya di jalanan/ruang publik. Di indonesia sendiri, geliat
urban art saat ini marak bermunculan, terutama di kota-kota besar yang menyediakan ruang-ruang publik baru.
Seiring dengan perkembangan zaman, unsur-unsur politik, budaya, dan hal-hal lain seputar gaya hidup masyarakat
yang turut mempengaruhi urban art.

Sedangkan menurut Farah Wardhani (kurator Rumah Seni Cemeti Yogyakarta) urban art adalah seni rupa yang
muncul dan berkembang seiring perkembangan ruang urban dan masyarakat kota akibat pergeseran sosio-kultural
masyarakat modern. Bentuk konkret dari urban art itu sendiri bisa bermacam-macam, sepanjang karya seni tersebut
mengusung spirit urban meskipun selama ini yang identik dengan urban art hanya bentuk street art seperti mural dan
graffiti. Padahal bila menarik elemen lokal dalam urban art, lukisan di bak truk dan becak adalah contoh-contoh
urban art atau urban graphic yang patut dieksplorasi wacananya. Sementara karya urban art lainnya di Indonesia
masih banyak yang meniru dari luar negeri dan superficial. Masih menurut Farah Wardhani, bahwa sampai sejauh
ini baru Yogyakarta yang mampu menumbuh-kembangkan langsung di ruang kotanya hingga lintas kelas.
Sedangkan untuk daerah perkotaan lainnya masih merupakan tren gaya visual saja.

Kota Malang sendiri sampai sejauh ini masih bisa dikatakan asing dengan urban art. Beberapa bentuk urban art
seperti graffiti di sekitar daerah Apartment Soekarno Hatta dan mural di sekitar daerah Alun-Alun Kota masih
sekedar meniru dari luar negeri dan mengikuti tren gaya visual saja. Padahal seperti yang telah dipaparkan dalam
teori diatas bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan gaya hidup suatu kota dapat diangkat dalam urban art.
Berikut ini adalah beberapa hal mengenai Kota Malang, penduduk, dan gaya hidupnya yang dapat diangkat dalam
urban art.

1. Pandangan Politik

Pandangan politik menjadi isu yang seringkali diangkat dalam suatu karya urban art. Hal ini juga sebenarnya sudah
terlihat di beberapa bagian Kota Malang. Seperti contohnya ketika diberlakukannya sistem one-way di beberapa
ruas jalan Kota Malang, spanduk-spanduk bernada protes banyak disampaikan oleh warga Malang. Terlepas dari
adanya kepentingan politis dibelakangnya, fenomena tersebut sudah menunjukkan kritisnya pandangan politik
warga Malang.

1. Keberagaman Etnis dan Budaya


Kota Malang ini dihuni oleh berbagai macam etnik dan suku. Sebagian besar atau mayoritas penduduk di Malang
adalah Suku Jawa, sehingga Bahasa Jawa adalah bahasa sehari-hari masyarakat Malang. Untuk suku minoritas yang
lain adalah Arab, Tionghoa dan Madura. Suku Madura menggunakan bahasa Madura nya untuk sesama suku
mereka. Untuk masyarakat asli Malang kebanyakan menggunakan bahasa walikan yaitu membalik kata seperti
saya menjadi ayas. Bahasa walikan inilah yang menjadi ciri kuat Kota Malang dibanding kota lainnya.

Kekayaan etnis dan budaya yang dimiliki Kota Malang berpengaruh terhadap kesenian tradisional yang ada. Salah
satunya yang terkenal adalah Wayang Topeng Malangan (Topeng Malang), namun kini semakin terkikis oleh
kesenian modern. Gaya kesenian ini adalah wujud pertemuan tiga budaya (Jawa Tengahan, Madura, dan Tengger).
Hal tersebut terjadi karena Malang memiliki tiga sub-kultur, yaitu sub-kultur budaya Jawa Tengahan yang hidup di
lereng gunung Kawi, sub-kultur Madura di lereng gunung Arjuna, dan sub-kultur Tengger sisa budaya Majapahit di
lereng gunung Bromo-Semeru. Etnik masyarakat Malang terkenal religius, dinamis, suka bekerja keras, lugas dan
bangga dengan identitasnya sebagai Arek Malang (AREMA) serta menjunjung tinggi kebersamaan dan setia kepada
Malang.

Sejauh ini dua poin diatas lah yang bisa diangkat dalam suatu karya urban art. Dengan memasukkan isu tersebut sisi
lokalitas Kota Malang akan terjaga meskipun diangkat melalui karya seni yang sangat menonjolkan sisi modern.

Anda mungkin juga menyukai