| illl"-tl
. : =r!_)*)"eJ
t)
a:
:-)
.=)
-"'-='
-)
Panggung
Daftar Isi:
iimial
.....Lhal.r-t2l
vj.g
2.
3.
E\DA\C C]\IURI\ATI
DE\] HER\I\\\'A\
| \.1\ ID \R)1\TO
HERI iIERDAJ
I,\LA\R!\IL{\
SLH.\R\O
lAt_\1
H!NDRry\\I
(hal.80
39)
IKI]SAN IIiATAMA
(hal. 90 - 104)
9.
YUPI SUN"DARI
tii Bidang
(slsr) BANDUTJC
HUS}J\
105
114)
kephgan CD.
Alamat Redaksi:
SEKOLAH TINGGI SENI INDONESIA
Jalan Buahbatu No. 212 Bandunq 40265
48
ABSTRACT
Al prese t, @e cat olmost fnd Mulal in oarious public spaces in sofie cities of I donesii, Mural has
beconte t psrt of city societ! dlnamics in ea?ressing some social life ptoblefis faced bu then, mufiI
is a rcpresenlation of society. The oisual expressiofl of society
in
the
spaces
city nny be seen as aesthetic behaoior, but, oi the othe, hnfid, it may be deemed to makt the face
of city lo be ditty, in fact to be oisual garbage. yoryakrrta city (as the obiect of researcher) anyhoT,
is able to manage a nural as a part of city identity haoing tenponry and unique charscter, and. to
of
identit! and al
Pendahulual
Mencermati perkembangan kota-kota
besar di Indonesia dalam hal tata kota
dan pencitraan kota yang estetis, kita akan
melihat bagaimana setiap kota berusaha
mempercantik kota dengan nenghadirkan elemen estetiskota sepe.ti taman kota,
monumen kota, dsb. Upaya mempetcantik wilayah kota ini sebagian besar mer!pakan inisiatif pemerintah kot4 sehingga
dari aspek perencanaan, pendanaan, dan
rqreliharaan menjadi tanggung jawab
*=leiniah kota. Aspek politil sosial, dan
ab::o:I'i tidak dapat dilepaskan dari ke:E:aa1 lain dalam penataan kota. Na:-=. :-:].lca, di]lalflika kota yang cepat
Kota
49
ses
untuk
kereta api.
tahun 2007 olch scniman tradisional Yoc)Jk.,rlr'. djdnldrdn\J 5L,lJ.ru fpelul rkaca), Tjipto Wibagso (pelukis tonil dan
tata panggung wayang orang), Ki Ledjar
Slrbroto (pembuat wayang kancil sekal
igrr J.rl.rnSr subrndi rp.l.r r- la,.: 'eriman garnbar pitutur), Tjipio Seti\ ono (pelukis becak), Dani Juriarto (perupa muda
)'ang tertarik pada seni tupa tradisi), dan
Nur Saman (penggiat mural di kampung
\Lr\"rm"idr / )arF -lenJrdi b;g,ar dari
proyek mLual "Tanda Mata dari Jogja"
yang dimotori olch Jogja Mural Forum
(JMF). Kehadiran mural di kaki Jembatan
Layang Lcmpuyangan ini menjadi sanEiat
n'\ena k karena secara visual ukurannya
yang relatif lebar dan menampilkan obyek
scni tradisionai yang hampir dilupakan
50
L,e-\a,-
sesuatu rang
ada di baLik tanda tersebut. Mural di kaki
Jembatan Lempuvangan merupakan salah
\d-x .i. ri \. ridn oblek lang memberi .iri
kota Yogyakarta yang sekaligus menjadi
tanda sebuah kota yang bernama Yogyakarta.
Carnbar. 1: NIulalsebagiielemenestetis
(Sumbcr: Bramantiidoktober 2010)
l=I!::!!aE!
batan Layang Lempuyangan yang dikerjakan pada tahun 2007, lukjsan dinding
atau mural te$ebut menghadirkan kembali dunia wayang, meskipun tak seluai
pakem. Lukisan legenda Joko Tarub, epik
51
l.-n S.r
21,
No.
1,
lanuan
Marel 201I : 16
banyak kemiiipan.
'ieniliki
Mural di kaki Jembatan Layang
Lempuyangai sebagai signifier atau penandd aiau dspek maLeridl, terbangun dari
lukisan tcntang legenda dan wayang atau
segala sesuatlr yang sedng hadir dalam
pertunjutan wayang, merupakan tradisi
yang lekat dengan masyarakat Jawa, khu'
susnya masyarakat Yogyakafia. Sepe*i
pada salah satu sisi kaki jembatan layang
Lempuyangan tampat gambar rombongan kera berbaris rapi menghadap Prabu
Rama, karya yang dicuplik dad epos Ramayana ini muncul dari tangan keriPut
Tjipto Wibagso, senlman sepuh penunggu
panggung sendratari Ramayana di Taman
Hiburan Rakyat Yogyakarta, Pada kaki
iembatan lainnya dda Joko Tarup merrcuri
selendang Dewi Nawangwulan. Karya ihr
muncul dari tallgan Sulasno, pelukis kaca.
Lalu di kaki lainnya, dalang Wayang Kancil
, ki Lej.ir Subroto melukis Srpura baSian
dari gunungan yang biasa muncul dalam
wayang cerita Mataram tentang sosok sultan Agung dan seterunya, Jan Pieterzoon
Coen, dan dikaki lainnya Subandi, pelukis
kaca/seniman gambar pitutur melukiskan
Punakawar! serta Dani Jmiarto melukis
wayang Brayut mengisahkan kehidupan
kawulo (rakyat kecil) yang banyak anak.
Karak(enstik visual wayang sebasai seni
rupa tradisi melekat kuat pada kota Yogyakari4 maka siapapun yang melihat
lukisan wayang pada dinding atau mural wayang maka mercka akan membayan8kan sebagai sesuatu yang berkonotasi
iaadisi, dan yangberkonotasi tradisi maka
yang tak terpisahkan dari
=enjadibagaian
:,-zlteristik kota Yogyakarta. Aspek ma=--1 (signifier) te$ebul akan menunjuk
:::a -i.ek mental atau konsepfual (sig-,:l=: .:an8 bermakna (meaning) tentang
< -= -r:-rt<2:b.
_ n
52
Menuknai Mural
di Kaki
Jembatan
Layang Lernpuyangan
Jembatan layang merupakan salah satu
hidupan kota.
la mendampingi infrastruktur
bllllfAglgueu,
t'nda
53
san nafas seni rupa modem (blsa pula dimak_
nai kontemporer) \'ans sedans berkenrbang ali
dengan mural sebelumnya yang menampilkan fenomena nasy akat modem. Namun
demikian kontmdiksi ini jushu menjadi aspek
dilniliki V)gyakarla dan mulai <iilupakan. Melal-r n,'rer froyck Trull rrri prrt:r . r3 6 -
hnuiri
Mar.r201l:48-61
54
mengklasifikasikan tanda menjadi tiga, simbol, ikon, dan indeks. Simbol adalah huburgan antara penanda dan pelanda arbiter atau
secara arbiier dihubungkan dengan objeknya,
ikon adalah adanya hubungan kenitipan antara
penanda dan pelanda, dan indeks adalah secan
ada
mencoba memlx.
unluk dikenang kembali oleh masyarakal Yogyakarla dan para penumpang kereta yang
r,'nd:r aJalah
se.cara
alami di-
struktur perseptual yang sama, Kesamaan persepsi iiilah yang mencoba dibangun dalam
Lempuynngan.
Penggunaan
konteks
inj al,rn menimbulkan perdeharin, karena tidak sekedar menggunakan pemahaman ikon
sebagai korelasi kemiripan atau analogi, sebagaimana gambar klrda nenjadi ikon untuk
binatang kuda seslrngguhnya, sebagai nana
pengertian ikon adalah hasil
kcia "iangan manusia", ikon adalah "gambar" dad objek, lelapi penulis nrencoba membandingkan dengan
ilon-rkor yang sieni.. \epcr.i Alb(rL Einsrein
menjadiikon dai ilmu pengetahuan, Che Gue.:--a menjadi ikon untuk tevolusi, Muhammad
-ljj Lrtuk
kuat menjaga tradisi dan menggunakan elemen-elenlen tradisi sebagai ikon kota.
me ural-
lllmturtij.:
Ntural sebaSal
hulan.
but di bual, sehiogga masyarakat yang melihat me peroleh sesuatu, baik bcrupa bangkitnya kenangan lerhadap masa lalu maupun
imajinasi dan interyiretasi sesuai pengalaman
mereka saat ini. Hal ini rerbukti sejak proscs
pembuatan hingga terselesaikannya karya rnu-
termasuk
di
di bawah tunpukan
:48
61
56
luhur tersebut.
nenceritakan tentang Prabu Rama yang dibantu ribuan pasukan kem menyerbu Kerajaan
c.
ini
.J.ipto
iigin
mengajak
Muml tentang gnpura scpefti dalam ilusTasi gunungan wayang dihadirkan oleh Ki
:3diar Subroto (pembuat wayang kancil seka-
isrs
-3:':_ Subroto (pemhrat wayang kancil sekarai --::rg). \fereka akan melgerahkan bala
,-:'::-::i:
::: :-- :::t i\er. derni memperluas kekLLa-
fur Mural
lentang
kitik
Ealj:f!!3Eltogo,
Arlol \egar"
kitik
57
gan tokob Punakawan. dan dergan segale kele_
ldh
ironi yang ungkapkan Subandi melalui tokohtokoh Punakawan yang secara tradisi sangat
mimpin asyik beldebat. carcng dijadikan s1mbol wong cilik yang hanye bisa melongo me-
ini nerupakan
ini
sudah banyak
takmenliliki hak berfikir dan mengambil keputusan sendiri. Perdebatan antan petruk dan
Bagong yang tak kunjung selesai, membuat
ngeces. Gaya
r5
':.: a-:
&
58
rupa kultuml. Orang yang berada dalam kondisi budaya yang berbeda dengan acuan, fraka
ke waktu. Namur demikian para perupa tradisi dalam proyek murat di Jembatan Layang
ral yang dibuat para perupa tradisi telah menjadi karya seni rupa konlemporer yang lebih
bebas dimaknai oleh nasyarakat dengan lata-r
budeya yang berbeda-beda. pakem-pakem ha-
tradisi nuupun
gantung pada pengalaman budaya dan kebutrhan masyarakat yang sangat beragam, sehjng-
lebih
endalan.
jkmatnya.
Mural sebagai tanda visual dapat didefinisikan secaE sede lana sebagai tanda yang
dikonstruksi dengan sebuah penanda visual,
kata bahwa maknanya tidak ada, atau (2) mmberi respon misalnya " ini simbol masyarakat
yang artinya dengan penanda yang dapai dilihat (bukan didengar, disentuh, dikecap, atau
dicium), baik secam ikonis, indeksikal, maupun simbolis. Mural sebagai sebuah lukisan
mental dan pemahaman budaya dengan gambamn karya seni sebagai ekspresi k&atif yarg
jauh dad duplikasi darr adilubung sebagaimana
dan tidak
bebas
Cira tidaklah
nT
pemerinlah kola. penggial seni. arlu pi,hak-pihak yang secara sadar dan terencana nembuat
diidentifikasi dan berikuhya menggiring mereka pada proses mencema pesan verbal dan
visual (isi da.i cuplilGn adegan, teks-teks "Tikus Mati Ing Lumbung", "Ojo Adol Negala",
"Eiing lan Waspodo", 'Ngenong lan Dadi Tulodho sing Becik') dalam setiap muml. Namun
lai klimaks, selain karena ukurannya yang besar, letaknye yang sreregis, tetapi yang lebih
penting karena mural di kaki Jeidbatan Layang
mural",
:.,r: !rir i:
60
Daftar Pusaka
2008
Mural
Bambang Wirjaksono
2006
03
'lRS'
Nomor:
sing.
2008
The
Rolrtledge.
Penutup
Dadang Rusbianloro
2008
Proyek mural "Tanda Mata
dai
Jogia" di
Donald Kusp;t
2004
la5i jogja Mural forum pada lahun 2008 diniatkan menjadi tanda (rn). Tanda bagi sebuah
kota dan tanda tentang klasanah budayanya.
Oleh sebab itu ll1enghadirl(an elemen-elemen
atau simbolsimbol visual yang dapat diidentifikasi sebagai khasanah seri rupa iradisi
The End
ofArt
Cockroti.
1998
berkembang
di Yogyakafia. Hadirnya
murai
Jearule Maftinet
2010
Yogyakarta: Jalasutra.
Malcolm Miles
r:
=:r.l
an
i::=si sebual landa dan ikon bagi kota Yogt:: ::-:- \faka mural di kaki Jembatan Layang
-::: -..:r:gan pantas sebagai identitas kon::--.::- .<o:a d"n menjadi "Tanda Mata dad
-:<
:-
Art
Routledge.
Marcel Denesi
2010
tetj Eui
Iddtitd K@rqnpoier
Kota
Sunardi, sT.
Yogyakarta: Jalasutm.
2002
Seniotika Negativa.YogyakuIa..
Kaoal
Stuart Hall, ed.
lgg7
Winfred N6th
2006
Semioti.k-Suabaya:Airlangga
Univenity Press.