Judul : Efek NaCl pada formasi ikatan gluten, mikrostruktur adonan, dan reologi pada relasi
pembuatan roti
Oleh : Thu H McCann dan Li Day
Journal of Cereal Science 57 : 444-452 Tahun 2013
Abstrak
NaCl merupakan bahan tambahan pangan fungsional pada adonan yang
mempengaruhi kualitas roti. Penelitian ini mempelajari efek NaCl 0, 1, dan 2% (b/b) pada
pembentukan ikatan gluten selama pengembangan adonan, reologi adonan, dan
karakteristiknya dari dua jenis tepung yang berbeda yaitu FSB dan YB yang kandungan
proteinnya rasio glutenin-gliadinnya. Hasil CSLM dari struktur adonan menunjukkan adanya
pelambatan pembentukan struktur protein fibril adonan ketika ditambahkan NaCl. Struktur
protein fibril mempengaruhi kekuatan adonan yang ditentukan dari koefisien strain
hardening dan indeks hardening. NaCl berpengaruh besar pada kekuatan adonan dari
tepung rendah protein daripada tepung tinggi protein. Efek NaCl pada pengembangan dan
struktur remah roti tidak berbeda jauh antara dua jenis tepung tersebut. Hasil penelitian dari
efek NaCl pada kekuatan adonan dan kualitas roti mungkin dapat dijadikan dasar pemilihan
jenis tepung yang sesuai.
Gambar 2 Hasil CSLM adonan tepung FSB dan YB dengan NaCl 0% dan 2%
Efek NaCl pada reologi adonan tepung terigu dipelajari menggunakan osilasi
deformasi dari frekuensi dan amplitude tegangan. Gambar 3a dan b menunjukkan rata-rata
modulus penyimpanan (G’) dan modulus kehilangan (G”) dari adonan dua jenis tepung
dengan NaCl 0, 1, dan 2%. Jika amplitudo kekuatan dibawah 0,1% maka adonan
memperlihatkan daerah viskoelastis linier pada G’ dan G”. Dengan tegangan yang
digunakan, G’ dan G” mulai turun. Nilai G’ lebih besar dari G” merupakan tipe viskoelastis
alami dari adonan tepung terigu. Dengan mengurangi konsentrasi NaCl, G’ dan G” naik
sedikit pada kedua jenis tepung, tetapi perbedaannya tidak signifikan. Jika dibandingkan
antara kedua tepung, maka nilai modulus pada tepung YB (3b) sedikit lebih tinggi daripada
nilai modulus G pada tepung FSB (3a). Hal ini dikarenakan perbedaan kandungan protein
dan pati pada kedua jenis tepung. Kharkar and Schofield (2012) membandingkan reologi
adonan dari tepung kuat dan lemah, menemukan bahwa nilai G’ tepung lemah lebih tinggi
sedikit daripada tepung kuat. Hal ini dapat disimpulkan bahwa interaksi antar granula pati
pada dan pati-protein merupakan faktor yang dominan untuk pengukuran perubahan bentuk
pada adonan.
Pengukuran frekuensi ayunan yang sama dari adonan pada tegangan 0,1%
dijelaskan pada Gambar 3 c dan d. Nilai modulus G’ dan G” pada kedua tepung mengalami
kenaikan saat diberi tegangan berfrekuensi 0,1%. Hal ini mengindikasikan bahwa
pengukuran deformasi yang kecil dari adonan dipengaruhi oleh interaksi antara granula-
granula pati dan pati-protein. Meskipun nilai G’ dan G” mengalami sedikit peningkatan pada
kedua tepung dengan pengurangan konsentrasi NaCl, perbedaan secara statistiknya tidak
signifikan. Kenaikan sedikit pada modulus viskoelastik dari adonan tepung terigu ketika NaCl
pada adonan dikurangi telah diteliti juga oleh Lynch et al. (2009). Pada tegangan 0,1%, nilai
tan d (=G’/G”) pada adonan dari tepung FBS dan YB sekitar 0,35 dan analisis statistika
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada adonan dengan dan tanpa NaCl.
Gambar 3. Nilai modulus simpan (G’) dan modulus kehilangan (G”) pada adonan tepung