Anda di halaman 1dari 19

Nama: Linda Trivana

NIM: F251190601
1. Bagaimana proteein dalam bahan pangan di metabolisme di dalam tubuh?
- Mulut untuk menghancurkan makanan sehingga menjadi ukuran yang lebih kecil dan
di dalam mulut terdapat kelenjar saliva yang menghasilkan air liur untuk
mengencerkan makanan agar mudah dicena dan ditelan, pemecahan protein dalam
mulut tidak ada enzm dalam mulut untuk mendegradasi protein
- kemudian masuk ke dalam lambung yang akan dicerna secara mekanik dan
kimiawi, secara mekanik terjadi peremasan makanan yang dilakukan oleh otot-otot
dinding lambung, secara kimiawi dibantu enzim-enzim dan pH asam lambung. Protein
akan rusak struktur 3D dalam pH rendah dari lambung (HCl). Pemecahan oleh enzim,
antara lain: enzim pepsin yang mengubah protein menjadi asam amino, enzim renin yang
mengendapkan protein susu menjadi kasein. Protein yang telah bereaksi dengan pepsin
menghasilkan oligopeptida
- Selanjutnya masuk atau akan diserapa di usus halus. Zat gizi diserap sebagian
besar di usus kecil. Enzim protease yang memecah protein menjadi asam amino dengan
memutus ikatan peptida. Pemecahan dalam usus halus oligopeptida kemudian akan
bereaksi dengan beberapa enzim seperti enzim tripsin, kimotripsin, elastase membentuk
senyawa peptida. Protein pecah menjadi oligo-, di-, dan tri-peptida. Sel usus menyerap
asam amino tunggal, di- dan tri-peptia. Penyerapan di membran sel terjadi melalui
transporter spesifik yang untuk asam amino tertentu, Transporter adalah protein yang ada
di membran sel dan penyerapan dibutuhan energi. Asam amino/ peptida-peptida kecil
ditranfer ke seluruh jaringan tubuh.

2. Bagaimana tahapan metabolisme protein di dalam tubuh? Apa yang terjadi pada setiap
tahapan? Jelaskan!
1. Fase intraluminal: hidrolisis protein menjadi asam amino oleh enzim protease
(peptidase) ekso-dan endopeptidase
Di lambung menghasilkan enzim pepsin dan di pankreas menghasilkan enzim tripsin,
kimotripsin, dan elastase yang disebut dengan enzim endopeptidase, sedangkan enzim
eksopeptidase adalah karboksipeptidase A, yang memotong asam amino netral pada
ujung karboksilat, karboksipeptidase B, memotong asam amino asam.
Tripsin: situs pemutusan ikatan peptida pada Lys (Atau Arg)
Kimotripsin: situs pemutusan ikatan peptida di Trp (atau Tyr, Phe)
Elastase: situs pemutusan ikatan peptida di Ala (atau Gly)
2. Fase membraner: ditingkat brush border, peptida dihidrolisis asam amino + di-/tri-
peptida oleh oligopeptidase
3. Fase sitoplasmik: dalam enterosit, di-/tripeptida menjadi asam amino oleh
di/tripeptidase

3. Apa bahan dasar sintesis protein di dalam tubuh? Bagaimana tahapannya?


Bahan dasar sintesis protein adalah asam amino, melalui tahapan transkripsi: DNA  RNA
kemudian translansi: RNA  Protein.
Transkripsi-proses pengopian/penggandaan informasi pada DNA untuk membentuk
mRNA
Translasi-proses penerjemahan informasi pada mRNA untuk membentuk protein
Proses transkripsi terjadi dalam tiga tahap, yaitu inisiasi, elongasi, dan terminasi.
Pada proses ini, gen pda untaian DNA ditulis ulang dalam bentuk RNA. RNA hanya
memiliki untaian tunggal (single helix)
Inisiasi: tahap ini enzim RNA polymerase akan menempel pada tempat khusus pada DNA
yang disebut promotor sebagai titik awal terjadinya transkripsi. Kemudian enzim RNA
polymerase akan membuka rantai ganda DNA hingga terbentuk 2 rantai tunggal,
menyediakan tempalte atau cetakan untaian tunggal yang siap untuk ditranskripsi
Elongasi: enzim RNA polymrase akan membaca informasi dalam rantai template untuk
membentuk RNA. RNA polimerase akan membaca informasi di sepanjang rantai DNA yang
akan dibentuk menjadi mRNA.
Terminasi: enzim RNA polymerase akan mengakhiri proses pembentukan mRNA setelah
mencapai tempat khusus dalam DNA yang disebut terminator. RNA polymerase akan
terlepas dan mRNA yang terbentuk akan menuju sitoplasma untuk menjalani translasi.
Proses translasi memerlukan organel sel yang disebut ribosom dan tRNA yang banyak
terdapat pada sitoplasma. mRNA memiliki urutan basa nitrogen yang setiap tiga urutan basa
disebut kodon, sedangkan tRNA memiliki urutan basa yang disebut antikodon. Kodon dan
antikodon akan saling berpasangan dalam proses translasi. Poses translasi juga terjadi dalam
3 tahapan, yaitu inisiasi, elongasi, dan terminasi. Inisiasi: mRNA yang keluar dari nukleus
menuju ke ribosom. Ribosom membaca kodon yang masuk. Pembacaan dilakukan untuk
setiap 3 urutan basa hingga selesai urutannya. Penerjemahan mRNA dibantu oleh tRNA yang
membawa antikodon. Asam amino yang dikode tRNA lalu dibentuk oleh rRNA.
Elongasi: asam amino-asam amino ditambahkan satu per satu pada asam amino pertama.
Kodon mRNA pada ribosom membentuk ikatan hidrogen dengan antikodon molekul tRNA
yang baru masuk yang membawa asam amino yang sesuai. Molekul rRNA dari sub unit
ribosom besar berfungsi sebagai enzim yang mengkatalis pembentukan ikatan peptida yang
menggabungkan polipeptida yang memanjang ke asam amino ke asam amino yang baru tiba.
Elongasi berlanjut hingga kodon stop mencapai ribosom.
Terminasi: tahap terakhir translasi. Kodon stop tidak mengkode suatu asam amino melainkan
bertindak sebagai sinyal untuk menghentikan translasi. Setelah proses translasi selesai, rantai
polipeptida lepas dari tRNA dan dibawa keluar ribosom dan dimodifikasi di badan golgi
untuk diubah menjadi enzim, hormon, protein struktural atau organel baru sebagai ekspresi
gen.
4. Protein disusun oleh asam amino yang merupakan salah satu molekul bernitrogen.
Adakah molekul nitrogen nonprotein yang disintesis di dalam tubuh? Apa peranannya
masing-masing? Ada, yaitu porfirin dan heme (menyusun hemoglobin dan mioglobin
yang disintesis di dalam hati dan sumsum tulang belakang), glutation (mencegah
terjadinya reaksi oksidasi di dalam sel), karnitin (untuk mentranspor Asam lemak rantai
medium dan panjang (C>12) dari sitosol ke mitokondria untuk menghasilkan energi),
kreatin (molekul penting untuk produksi energi otot) zat yang mengalir melalui pembuluh
darah ini disaring oleh ginjal untuk kemudian dibuang bersama urine), dan nukleotida
(untuk sintesis asam nukleat). Nitrogen monoksida berfungsi sebagai molekul sinyal
intraseluler pada mamalia termasuk manusia dengan modulasi berupa aliran darah,
trombosis, dan aktivitas neural. molekul kimia reaktif, disintesis dari L-Arginin dengan
bantuan NO synthase (NOS) dan ko-faktor. Aktifitas biologis NO terbatas dekat tempat
biosintesisnya, karena waktu paruh yang singkat. Nitrogen oksida menyebabkan relaksasi
otot polos, menghambat agregasi dan adhesi trombosit, serta menghambat proliferasi sel.
Dalam proses imunologis, NO dihasilkan oleh sel yang terpapar infeksi. Meliputi sel
makrofag, sel neutrofil, sel Kupffer, sel hepatosit, sel astrosit dan mikroglial, sel
kondrosit, sel otot polos vaskular, dan sel otot jantung. Pada keadaan infeksi Nitrogen
oksida disintesis dalam jumlah besar. Nitrogen oksida yang dihasilkan bersifat sitotoksik
terhadap sel target, mikroorganisme patogen, dan juga pada sel tubuh normal.
L-argini  N-hydroxy-L-argini  L-sitrulin + NO (kofaktor NADPH dan enzim NO
sinthase)
Sitrulin memiliki peran dalam meningkatkan performa olahraga atlet. Sitrulin membantu
proses pembentukan nitrit oksida yang dapat meningkatkan aliran darah sehingga efisiensi
penggunaan oksigen ke otot meningkat dan zat metabolik sisa latihan terbuang. Selain itu,
sitrulin juga mampu mendetoksifikasi kadar amonia di dalam otot yang merupakan
penghasil asam laktat berlebihan yang dapat mengganggu kontraksi otot dan menyebabkan
kelelahan pada otot.

PERTEMUAN KE-9
Metabolisme nitrogen bertujuan menghilangkan gugus α amino (komponen nitrogen)
sebelum asam amino karbon bisa digunakan dalam jalur metabolisme.
Mekanisme penghilangan komponen nitrogen, yaitu:
- Transminasi = transfer gugus amino ke akseptor asam keto
Transaminasi adalah katabbolisme asam amino yang melibatkan pemindahan gugus
amino dari suatu asam amino kepada salah satu dari 3 senyawa keto, yaitu asam
piruvat, α-ketoglutarat, atau oksaloasetat sehingga senyawa keto ini diubah menjadi
asam amino membentuk aspaertat dan glutamat sedangkan asam amino semula
menjadi senyawa keto. 2 enzim penting dalam reaksi transaminasi adalah alanin
transaminase dan glutamat transaminase. Reaksi transaminasi terjadi di dalam
mitokondria atau cairan sitoplasma.
- Oxidative deamination = penghilangan gugus amino oksidatif membentuk asam
keton.
Deaminasi merupakan suatu reaksi kimiawi pada metabolisme yang melepaskan
gugus amina dari molekul senyawa asam amino. Gugs amina yang terlepas akan
terkonversi menjadi amonia. Asam glutamat merupakan satu-satunya asam amino
yang mengalami deaminasi oksidatif karena senyawa ini merupakan akhir dari setiap
reaksi transaminasi. Pada reaksi deaminasi oksidatif, asam glutamat dikonversi
menjadi bentuk asam ketonnya dengan pergantian gugus amina menjadi gugus keton.
C5H9NO4 + H2O + NAD+  C5H6O5 + NH3 + NADH + H+ penghilangan air dengan
dehidrasi = hasil reaksi berupa asam α-ketoglutarat dan amonia
Amonia merupakan bentuk nitrogen utma setelah pemisahan rantai karbon dan
bersifat toksik, sehingga harus ditransformasi menjadi urea agar tidak toksik dan
bersifat mudah larut dan merupakan 80% bentuk nitrogen yang disekresikan. Semua
kelebihan asam amino akan dideaminasi.
Siklus urea bertujuan untuk merubah amonia yang terjadi di organ hati, menghasilkan
urea, dan penghilangan urea melalui ekskresi (urin).
Degradasi asam amino
Atom nitrogen diinkorporasikan ke dalam siklus urea. Inkorporasi atom nitrogen urea
melalui 2 sumber N masuk ke siklus uea melalui
- N: α-ketoglutarat  glutamat  pembebasan amonia di dalam hati melalui reaksi
enzim glutamat dehidrogenase  diinkoperasikan ke dalam karbamoil fosfat
- N: oksaloasetat  aspartat digabungkan dengan sitrulin  N kedua untuk siklus urea
Sumber nitrogen untuk siklus urea:
Alanin  transfer gugus amino (NH3) dari satu karbon keto acid primer (α-keto
glutarate dan oxaloacetate) ke akseptor keto acid lain membentuk aspartat dan
glutamat.
-glutamat  menghasilkan NH3 (dengan enzim glutamate dehydrogenase dan NAD+
tereduksi menjadi NADH). 1. NH3 kemudian diubah menjadi carbamoyl phosphate
dengan enzim carbamoyl phosphate synthetase (terjadi di liver mitokondria). 2.
Carbamoyl phosphate bereaksi denga ornithine untuk memproduksi citrulline dengan
bantuan enzim ornithine transcarbamoylase. 3. Citrulline + aspartate (sumber nitrogen
ke-2) membentuk argininosuccinate dengan enzim arginosuccinate synthetase +ATP.
4. Argininosuccinate  arginin dan fumarate dengan enzim argininosuccinase, 5.
arginine akan diubah menjadi ornithine dan melepaskan urea (kembali ke siklus urea)
sedangkan fumarat kembali ke siklus krebs/TCA. 6. Orinithine kembali ke bagian
siklus melalui transport mitokondria
Tahap 1 dan 2 = proses mitokondria
Tahap 3-6 = sitosol
Berdasarkan proses sintesis urea (siklus urea) dan recylcling fumarat menjadi aspartat
yang terlibat dalam siklus TCA, yaitu fumarat menjadi malat (mitokondria)  dalam
siklus TCA malat diubah menjadi oksaloasetat, oksaloasetat  aspartat digabungkan
dengan sitrulin masuk ek dalam siklus urea.
Asam amino esensial adalah asam amino yang dibutuhkan tubuh tapi tidak dapat
memproduksinya sendiri sehingga harus memasoknya dari luar (makanan) contoh:
lisin, leusin, valin, arginin, triptofan, isoleusin, histidin, threonin, fenilalanin, dan
metionin
Asam amino non esensial adalah asam amino yang bisa dibentuk di dalam tubuh,
contoh: alanin, asparagin, asam aspartat, sistein, asam glutamat, glutamin, glisin,
prolin, serin, dan tyrosin.
1. Apa yang dikenal dengan asam amino glukogenik dan ketogenik?
Asam amino ketogenik: memproduksi keton, didegradasi menjadi asetil-KoA atau
asetoasetil-KoA. Contoh asetil Koa dan asetoasetat
Asam amino Glucogenik: didegradasi menjadi piruvat, α-ketoglutarate, succinyl CoA,
fumarate atau oxaloacetate, dapat digunakan sebagai prekusor untuk glukosa melalui
jalur glukoneogenesis. Contoh piruvat, α-ketoglutarate, succinyl CoA, fumarate atau
oxaloacetate
Ketogenik: leusin dan lisin
Ketogenik dan glukogenik: isoleusin, fenilalanin, theonin, triptofan, dan tirosin
Glukogenik: alanin, sistein, glisin, serin, aspartat, asparagin, metionin, valin, arginin,
histidin, prolin, glutamat, glutamin.
m Glukogenik Ketogenik Glukogenik

Transaminasi Semua asam amino Semua asam amino, Semua asam


kecuali lisin treonin

Diaminasi Semua Semua Semua

Siklus Urea Semua Semua Semua

Siklus Asam Semua , tetapi dengan Semua , tetapi dengan Semua , te


Sitrat jalur masuk yang jalur masuk yang masuk yang
berbeda berbeda
2. Apa fungsi siklus urea dan bagaimana siklus urea dan siklus sitrat terhubung?
Fungsi siklus urea adalah pengubahan amonia (NH3) menjadi urea ((NH2)2CO).
Hati menjadi pusat pengubahan amonia menjadi urea terkait fungsi hati sebagai tempat
menetralkan racun.

Amonia merupakan hasil degradasi dari asam amino yang bersifat racun sehingga dapat
membahayakan tubuh apabila menumpuk di dalam tubuh. Tubuh manusia tidak dapat
membuang amonia dengan cepat sehingga perlu diubah menjadi urea yang bersifat
kurang beracun.

Hubungan siklus urea dan siklus sitrat: Berdasarkan proses sintesis urea (siklus urea) dan
recylcling fumarat menjadi aspartat yang terlibat dalam siklus TCA, yaitu fumarat
menjadi malat (mitokondria)  dalam siklus TCA malat diubah menjadi oksaloasetat,
oksaloasetat  aspartat digabungkan dengan sitrulin masuk ek dalam siklus urea.

• Hub. Siklus krebs dgn siklus urea


Arginosuksinat →arginin +fumarat
Fumarat Malat oksaloasetat
Fumarase malat DH ase
Oksaloasetat Aspartat
transaminasi
3. Terdapat dua bentuk molekul sinyal ekstraseluler, sebutkan perbedaan bagaimana
molekul tersebut terinternalisasi ke dalam sel?
dua bentuk molekul sinyal ekstraseluler adalah 1. molekul yang berukuran besar atau
bersifat hidrofilik menyebrang ke membran plasma berikatan dengan reseptor membran,
contoh nitrit oksida (NO), arginin di sel endokrin L-argini  N-hydroxy-L-argini  L-
sitrulin + NO (kofaktor NADPH dan enzim NO sinthase), Sitrulin memiliki peran
dalam meningkatkan performa olahraga atlet. Sitrulin membantu proses pembentukan
nitrit oksida yang dapat meningkatkan aliran darah sehingga efisiensi penggunaan oksigen
ke otot. NO berikatan dengan protein target dan membuat relaksasi otot, 2. Molekul
berukuran kecil atau bersifata hidrofobik melewati membran, langsung mengaktifkan
enzim intraseluler atau berikatan dengan reseptor sitosol. Contoh steroid hormon
signaling, hormon steroid memiliki struktur yang mirip dengan kolesterol dan bersifat
hidrofobik atau larut lemak. Hormon steroid akan berikatan dengan reseptor di sitoplasma
atau nukleus membentuk kompleks hormon-reseptor yang aktif. Terjadi perubahan di
sitoplasma menuju ke nukleus, yang di nukleus akan langsung menjadi aktif dan
mempengaruhi tingkat DNA (aseptor gen), merangsang atau menghambat sintesis protein
atau enzim spesifik. (kortison berikatan dengan reseptor protein intraseluler membentuk
kompleks hormon-reseptor yang aktif, kemudian masuk ke nukleus. Kompleks kortison-
reseptor akan mengaktifkan bagian tertentu dari DNA dan memacu terjadinya proses
transkripsi DNA menjadi mRNA (dipicu oleh polimerase RNA II) selanjutnya mRNA
akan menuju ke ribosom untuk sintesis protein baru yang diperlukan untuk meningkatkan
pertumbuhan endometrium. Respon seluler: pertumbuhan endometrium.

4. Terdapat 3 jenis reseptor seluler, sebutkan dan jelaskan perbedaan nya?


1. Ion channel linked reseptor, sinyal molekul berupa Ionotropic
Beberapa ion channel merespon sinyal kimia (ligand) dan stimulus non-
kimiawi dalam beberapa cara, termasuk perubahan muatan listrik atau
gangguan mekanik membran sel. Ligand-gated ion channels penting
untuk synaptic transmission dan bentuk lainnya dari fenomena
pensinyalan sel ke sel ketika molekul sinyal berikatan dengan ion
channel pada permukaan luar sel, akan memacu perubahan
konformasi protein dan membuka channel, yang memungkinkan ion-ion
bergerak ke dalam atau ke luar sel melalui gradien elektriknya dan
mengubah polarisasi membran sel.

Channels ini mempunyai domain ligand-binding pada permukaan intraselulernya


yang berinteraksi dengan second messengers seperti Ca2+ dan cyclic
nucleotides cAMP dan cGMP. Fungsi utama channels ini adalah untuk
membalikkan sinyal kimia intraseluler menjadi informasi elektrik. Proses ini
penting terutama pada sensory transduction, dimana channels yang dibuka oleh
cyclic nucleotides membalikkan bau dan cahaya menjadi  sinyal elektrik.

2. G-protein linked reseptors (GPCRs, α/k/α 7-pass membran resseptors, serpentine


receptors), sinyal molekul berupa metabotropic,
G-proteins, merupakan protein transmembran dengan 7 motif struktur, yang
bertindak sebagai pengubah molekular. G-proteins mengendalikan banyak
proses biologis. Karakteristik G-proteins:
a.G-protein adalah suatu protein trimeri alpa, beta dan gamma yang berikatan
dengan nukleotida guanin.
b.Fungsinya untuk berpasangan dengan reseptor membran integral
terhadap membrane-bound enzymes target.
c.G-protein dapat menjadi pengubah pproses molekuler karena
αβγGDP (inactive) –>αGTP (active) + βγ
d.Subunit α yang telah terdissosiasi akan mengekpresikan aktivitas GTPase.
Dan GTPγS menghalangi aktivitas GTPase dari αGTP.
Dalam mekanisme reseptor yang diperantarai oleh G-protein biasanya terdapat
beberapa second messenger yang terlibat seperti cAMP, Ca2+ dan fosfolipase C.
a)cAMP merupakan molekul sinyal intraseluler yang berperan sebagai mediator
sinyal molekul yang larut dalam air, membawa sinyal dari membran dalam  
sitoplasma ke inti sel atau bagian lain di dalam sel. cAMP cepat di sintesis dan di
degradasi. Biasanya sinyal molekul yang diperantarai oleh cAMP berupa hormon
tertentu seperti adrenalin, glukagon, parathormon dan sebagainya.

Adenil siklase, merupakan suatu enzim yang berperan dalam mengubah energi
(ATP) menjadi cAMP, cAMP dapat mengaktifkan protein kinase A(PKA), yang
dapat memfosforiliasi CREB (binding protein of cAMP-respones element )dan
menginisiasi transkripsi gen. PKA (protein kinase A) aktif, sehingga mampu
mengaktifkan protein pengatur transkripsi gen, sehingga terjadi transkripsi gen
tertentu dan memfosforilasi glykogen menjadi glukosa. cAMP akan
memfosforilasi substrat tertentu, tergantung tipe selnya, sehingga setiap sel
mempunyai respon yang berbeda. Contoh: Adrenalin, di jantung menyebabkan
peningkatan frekuensi & kontraksi otot jantung,    di otot muskel, menyebabkan
pemecahan glikogen dan di jaringan lemak menyebabkan pemecahan lemak.
b) Fosfolipase C, akan merubah Inositolfosfolipid menjadi beberapa bentuk yaitu
1) Inositol trifosfat (IP3), berfungsi membuka kanal Ca2+ pada membran
Retikulum Endoplasma (RE), sehingga terjadi peningkatan konsentrasi ion
Ca2+ di sitoplasma. 2)Diacylglycerin (DAG), akan megaktifasi protein kinase C
(PKC) untuk variasi respon.
3. Enzyme linked receptors (TGF-β receptors, cytokine receptors, receptor tyrosine
kinase) sinyal molekul berupa protein kinases, Neurotrophin-R.
Receptor mempenetrasi membran plasma dan memiliki aktivitas
enzimatis atau terkait enzim. Memiliki dua jalur reseptor yaitu Receptor
tyrosine kinase mediated pathway dan Receptor serine/threonine
kinase mediated pathway. a) Receptor tyrosine kinase mediated
pathway, Receptor tyrosine kinases adalah suatu kelompok protein
transmenbran yang bekerja sebagai reseptor untuk cytokines, factor
pertumbuhan, hormon dan sinyal molekul lainnya. Receptor tyrosine
kinases diekspresikan pada beberapa tipe sel dan memainkan peranan
penting dalam banyak proses sel, termasuk pertumbuhan dan
diferensiasi.

Protein lainnya berinteraksi dengan receptor tyrosine kinase yang telah


aktif bertindak sebagai protein adaptor dan tidak memiliki aktivitas
enzimatis. Receptor tyrosine kinases memainkan peranan kritis dalam
perkembangan dan kemajuan beberapa tipe kanker. Inhibisi receptor
tyrosine kinases menjadi strategi yang efektif dalam terapi kanker.

b). Receptor serine/threonine kinase mediated pathway dapat


digambarkan melalui gambar 3. Reseptor tipe I dan tipe II for TGF
(beta) dalam sel mengawali pelekatan faktor tumbuh. Pelekatan faktor
tumbuh menghasilkan pengabungan reseptor tipe I dan tipe II, dan
terjadi  fosforiliasi reseptor tipe I oleh reseptor tipe II. Reseptor tipe I
yang telah aktif kemudian memfosforilasi receptor-mediated Smads.
Smad tersebut kemudian berikatan dengan Smad yang lain (co-
Smads), dan bersama-sama masuk ke dalam inti.

5. Terdapat 2 reseptor yang terhubung dengan protein G, sebutkan dan jelaskan


perbedaannya?
1. Ion channel opening (K+channels in heart muscle cells), sel otot jantung memiliki G-
protein coupled receptor yang mengikat asetikolin. Aktivasi dari reseptor Gβº dapat
membuka gerbang K+ dengan demikian akan menghambat aksi-aksi potensial neuron
atau memperlambat kontraksi sel-sel otot. Respon inhibisi ini terjadi sebagai hasil
dari ikatan protein G subunit beta gamma dengan katup K+. Aktivasi subunit alfa
juga dapat menyebabkan penutupan cepat gerbang Ca2+ dan Na+. GTP akan melepas
1 posfat menjadi GDP yang menyebabkan gerbang K+ tertutup.
2. Membrane bound enzymes (adenylyl cyclase, phospholipase), enzim-enzim yang
menghasilkan second messenger intraselular. Second messenger yang dihasilkan oleh
enzim ini memicu kaskade sinyal biokimia kompleks. Oleh karena setiap kaskade ini
diaktivasi oleh subunit protein G spesifik, jalur tersebut diaktivasi oleh reseptor
khusus yang ditentukan dengan identifikasi spesifik dari subunit protein G yang
terkait dengannya.
6. Terdapat 3 reseptor yang terhubung dengan enzim, sebutkan dan jelaskan perbedaannya?
1. Reseptor tyrosine kinase, ligan adalah peptida atau protein hormon yang terikat
membran atau larut (contoh: insulin, faktor pertumbuhan). RTK adalah reseptor yang
terdapat pada membran sel. Ras/Raf/MAP kinase pathway, terjadi autofosforilasi atau
transfosforilasi. Tirosin yang terfosforilasi akan bertindak sebagai tempat ikatan bagi
protein lain, yaitu protein yang mengandung SH2 domains GRB2. GRB2 terikat
dengan SOS. SOS adalah suatu guanyl nucleotide release protein (GNRP) jika
teraktivasi akan menyebabkan pertukaran GDP dengan GTP pada suatuu protein G,
yaitu Ras. Ras menjadi aktif. Ras merupakan protein penting dalam signaling RTK
berfungsi mengantarkan signal dari reseptor tyrosine kinase ke dalam nukleus. Ras
yang teraktivasi akan mengaktifkan kinase seluler yaitu far-1. Raf-1 kinase kemudian
akan memfosforilasi celular kinase yang lain, yaitu MEK. MEK menjadi aktif. Salah
satu target kinase cascade adalah faktor transkripsi. Fosforilasi faktor transkripsi
menjadi aktif dan mengikat DNA mempengaruhi perubahan transkripsi gen.
2. Cytokine receptors, sitokin adalah protein kecil yang disekresikan.
Reseptor cytokines aktivasi melalui Jak/Stat pathway. Cytokines adalah protein
dengan memperantarai bermacam-macam fungsi yang terikat dengan sistem imunitas.
Sebagi besar sel-sel dalam tubuh dapat menghasilkan dan berespon terhadap sitokin
sebagai alat komunikasi. Reseptor cytokines terlibat dalam proses atau penyakit
inflamasi/ sistem imunitas
3. TGF-β receptors,
TGF-β berperan penting dalam beberapa proses seluler yang meliputi proliferasi, diferensiasi,
migrasi, dan apoptosis yang diperlukan untuk menjaga homeostasis suatu jaringan. Pada
kondisi normal, TGF-β berperan dalam memberikan efek apoptosis, hal ini penting untuk
diferensiasi dan regenerasi sel, apabila TGF-β berada pada kadar yang tinggi maka akan
menyebabkan terjadinya kematian sel secara masif, pada sel hepar akan menyebabkan
fibrosis dan sirosis. Pada proses tumorigenesis tahap awal, TGF-β berperan sebagai faktor
supresor, namun apabila terjadi aktivasi sinyal pengaktifan TGF-β yang berlebihan justru
akan berkontribusi terhadap berlanjutnya progresi tumor oleh karena terjadinya resistensi
efek supresif

Molekul pemberi sinyal


a. Reseptor yang melekat di membran plasma
Sel pengirim akan melepaskan sinyal, molekul sinyal (ligand) akan bergerak menuju
sel ttarget. Ligand akan berikatan dengan reseptor ada sel penerima, sek target aka
merespon sinyal. 4 macam jenis komunikasi sel:
 Endokrin: komunikasi diri sendiri, contoh molekul sinyal: sitokinin yang
dikeluarkan oleh leukosit atau hormon dibawa oleh aliran darah ke reseptor.
 Parakrin: komunikasi antar sel dalam jarak yang dekat, conto. ligand: faktor
pertumbuhan, prostaglandin, histamin,
 Neuronal: komunikasi antar neuron. Ligand yang digunakan pada komunikasi
neuron disebut neurotransmitter
 Contact dependent

Proses komunikasi sel terjadi melalui tiga proses utama


yaitu reception (penerimaan), transduksi dan respon. 1) Resception merupakan
sel target yang mendeteksi datangnya sinyal molekul dari bagian luar sel.
Sebuah sinyal kimia akan terdeteksi ketika sinyal molekul melekat pada protein
reseptor yang terletak di permukaan sel ataupun bagian dalam sel. 2)
Transduksi, pengikatan sinyal molekul akan mengubah protein reseptor dengan
beberapa cara, dan akan menginisiasi proses transduksi. Pada tahap transduksi,
molekul sinyal akan diubah ke bentuk spesifik yang dapat dikenali atau dibawa
ke respon seluler. Salah satu contoh adalah dalam sistem Sutherland, molekul
sinyal epinephrine akan melekat pada protein reseptor dalam membran plasma
sel liver sehingga menyebabkan enzim glikogen phosporilase aktif. Proses
transduksi terkadang terjadi dalam tahapan yang sederhana, tetapi lebih sering
membutuhkan sekuens tertentu untuk diubah kedalam tipe atau molekul yang
berbeda. Molekul yang berperan dalam jalur transduksi disebut
sebagai relay molecules (molekul penyampai). 3) Respon, proses transduksi
sinyal akhirnya memicu respon seluler spesifik. Respon tersebut dapat berupa
aktifitas seluler seperti katalisis oleh enzim (contohnya glikogen phosporilase),
penyusunan kembali sitoskeleton atau aktivasi gen spesifik pada nukleus.
Proses pensinyalan sel membantu untuk memastikan aktivitas penting dalam sel
bekerja seperti seharusnya.

Agar mampu merespon perubahan lingkungan, sel harus menerima dan


memproses sinyal yang berasal dari luar. Prinsip-prinsip resepsi sinyal atau
penerimaan sinyal secara umum adalah adanya reseptor yaitu sel-sel memiliki
protein yang mengikat molekul-molekul sinyal dan menginisiasi respon sel.
Reseptor pada umumnya merupakan protein transmembran, yang berikatan
dengan sinyal dan selanjutnya mentransmit sinyal melalui serangkaian proses
molekular menjadi jalur sinyal internal. Setiap tipe sel memiliki reseptor yang
berbeda, tiap-tiap reseptor bersifat spesifik terhadap molekul tertentu. Protein
reseptor telah menerima sinyal mengalami perubahan konformasi, yang akan
memulai serangkaian reaksi biokimia dalam sel. Aktivasi reseptor dapat memicu
sintesis molekul-molekul kecil yang disebut second messenger, yang
menginisiasi dan mengkoordinir jalur sinyal intraseluler.

Terjadinya proses pensinyalan sel membutuhkan reseptor sebagai


penerima sel dari lingkungan luar. Reseptor terbagi menjadi dua yaitu reseptor
permukaan sel dan reseptor intraseluler. 1) Reseptor permukaan sel memiliki ciri
dimana molekul- molekul sinyal dapat berupa hormon peptida, catechol-amines,
insulin, faktor-faktor tumbuh, cytokines, dll. Proses pengikatan sinyal ke reseptor
dan kejadian berikutnya, memacu   naik atau turunnya konsentrasi second
messenger dalam sitosol, disisi lain mampu mengaktifkan dan mengikat reseptor
bertindak sebagai tangga untuk menerima dan mengaktifkan protein intraseluler
lainnya. 2) Reseptor intraseluler ditandai dengan molekul-molekul sinyal berupa
hormon steroid, retinoids, thyroxine, dll. Kompleks receptor-hormone bertindak
sebagai faktor transkripsi untuk mengubah transkripsi gen tertentu. Ada yang
disebut signal transduction cascades, memperbanyak pesan secara khas,
menghasilkan sinyal intraseluler untuk setiap reseptor yang telah terikat.

Anda mungkin juga menyukai