NIM : 061840421424
Kelas : 4 KIA
(PEMBUKA) ADA yang coba mengutak-atik Pancasila menjadi Trisila dan akhirnya ekasila:
Gotong royong! Quo vadis ( mau dibawa kemana) Pancasila ?
(PENDAPAT) Pertanyaan ini perlu dilancarkan kepada wakil-wakil rakyat di Senayan, dan juga
kepada pemerintah yang sedang bersiap untuk membahas rancangan Undang-Undang Haluan
Ideologi Pancasila (RUU HIP).
(PENJELASAN) Pada 12 Mei 2020 lalu, Dewan Perwakilan Rakyat ( DPR) RI mengesahkan
RUU HIP ini sebagai usul inisiatif mereka. RUU ini segera dibahas bersama pemerintah untuk
kemudian disahkan menjadi undang-undang.
(PERALIHAN) Namun, (TESIS) suara-suara penolakan ramai digaungkan atas RUU yang
dihawatirkan akan membangkitkan komunisme ini.
(SANGGAHAN 2) Kedua ada dugaan “pemerasan” sila-sila dalam Pancasila menjadi Trisila
(tiga sila) bahkan akhirnya Ekasila (satu sila), yakni gotong royong yang sering dikonotasikan
dengan paham dan ideologi sosialisme dan komunisme.
(SANGGAHAN 3) Ketiga, RUU HIP ini akan menimbulkan kerancuan dalam sistem
ketatanegaraan kita. (PERALIHAN) Bagaimana bisa Pancasila yang merupakan sumber dari
segala sumber hukum yang keberadaannya termaktub di dalam pembukaan Undang-Undang
Dasar (UUD) 1945 diatur didalam UU? (PENDIRIAN) Ini dapat mendegradasi eksistensi
Pancasila.
Paragraf Tubuh Kedua Pendukung Tesis :
(PENDIRIAN) Dugaan ”pemerasan” Pancasila menjadi Trisila bahkan Ekasila ini berpotensi
melanggar Pancasila. (PENJELASAN) Sebab, Pancasila merupakan “state fundamental norm”
atau norma dasar negara.
(PERALIHAN) Bila kita bicara Pancasila, maka sila pertama dan utama dari Pancasila adalah
“Ketuhanan Yang Maha Esa”. (SANGGAHAN 1) Dengan adanya sila pertama inilah Indonesia
benar-benar menjadi berbeda dengan negara-negara lain di dunia. (PENJELASAN) Di negeri
kita ini segala sesuatu yang menyangkut nilai-nilai kemanusiaan, persatuan dan kesatuan serta
demokrasi dan keadilan social, semua harus dijiwai oleh sila pertama Pancasila.
Pancasila melindungi hak asasi manusia (HAM) termasuk hak memeluk agama. Sila pertama,
‘Ketuhanan Yang Maha Esa” mewujud bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang beragama,
di mana agama juga memberikan perlindungan terhadap hak asasi manusia sebagai makhluk
Tuhan.
Memeluk agama dan menganut kepercayaan adalah wujud pengakuan adanya Tuhan,
sebagaimana termaktub di dalam sila pertama Pancasila, dan hal itu diakui sebagai kemerdekaan
tiap-tiap penduduk, pengakuan mana kemudian tertuang di dalam pasal 29 ayat (2) UUD 1945.
(PENDAPAT) Para purnawirawan yang antara lain diwakili Try Sutrisno, mantan wakil presiden
RI dan mantan panglima ABRI, serta Ketua Umum Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI)
Saiful sulun menilai RUU HIP akan menimbulkan ”overlapping atau tumpang tindih serta
kekacauan dalam sistem ketatanegaraan maupun pemerintahan di Indonesia.
(PENDAPAT) Menurut MUI, pembukaan UUD 1945 dan batang tubuhnya telah memadai
sebagai tafsir dan penjabaran paling otoritatif dari Pancasila. Adanya tafsir baru dalam bentuk
RUU HIP justru akan mendegradasi eksistensi Pancasila.
(ANGGAPAN) MUI berpandangan RUU HIP akan “memeras” Pancasila menjadi Trisila lalu
menjadi Ekasila yakni gotong royong, yang nyata-nyata merupakan upaya pengaburan dan
penyimpangan makna dari Pancasila. (PENJELASAN) Hal itu secara terselubung ingin
melumpuhkan keberadaan sila pertama Pancasila yakni, “Ketuhanan Yang Maha Esa” yang telah
dikukuhkan para founding father kita dengan pasal 29 ayat (1) UUD 1945.
(SANGGAHAN 3) RUU HIP juga menyingkirkan peran agama dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. (PENJELASAN) Hal ini adalah bentuk pengingkaran terhadap keberadaan
pembukaan UUD 1945 dan batang tubuhnya sebagai dasar negara sehingga bermakna pula
sebagai pembubaran Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan pada lima
sila dalam Pancasila tersebut.
Para purnawirawan TNI/POLRI adalah representasi generasi pejuang yang masih memegang erat
nasionalisme. MUI adalah representasi dari para ulama yang religius dan banyak pengikutnya di
masyarakat. Para ulama dulu juga berada di garda terdepan dalam perjuangan mengusir penjajah.
(PERALIHAN) Kini, bila kaum nasionalis dan religius sudah bersuara sama menolak RUU HIP,
lalu apakah eksekutif dan legislatif akan tetap nekad ?
Sejatinya hendak dibawa kemana Pancasila dan NKRI ini, dengan RUU HIP yang berpotensi
melanggar Pancasila dan TAP MPRS No XXV/1966 itu ?
(PENDAPAT) Bila DPR RI dan pemerintah tetap keukeuh, jangan salahkan bila ada yang
berpandangan ada yang hendak mengaburkan fakta sejarah, terutama pengkhianatan terhadap
Pancasila dan UUD 1945.
(KESIMPULAN PARAGRAF) Cermati pula “ultimatum” MUI bahwa jika maklumat diabaikan
oleh pemerintah maka segenap Pimpinan MUI pusat dan Pimpinan MUI Provinsi se-Indonesia
mengimbau umat Islam Indonesia agar bangkit bersatu dengan segenap upaya konstitusional
untuk menjadi garda terdepan dalam menolak paham komunisme, demi terjaga dan terkawalnya
NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945,
(PENJELASAN) Jika hal tersebut tak diindahkan, maka potensi konflik vertikal dan konflik
horizontal sudah membayang di depan mata. Bila sudah demikian, siapa yang akan rugi? Tentu
kita semua segenap bangsa Indonesia.
Paragraf Kesimpulan :
(PERALIHAN) Alhasil, (KESIMPULAN) hentikan pembahasan RUU HIP bahkan didrop dari
program Legislasi Nasional (Prolegnas) 2020-2024 bila tidak mencantumkan TAP MPRS No
XXV/1966 dalam konsiderannya. (PENDAPAT) Jangan habiskan energi bangsa ini untuk hal-
hal yang kontraproduktif, apalagi energi bangsa ini sudah terkuras untuk menghadapi pandemi
Covid-19.