oleh:
ERIKSON (193203073)
FIANI TANTRI SAHEMA (193203109)
OKTA ANGGRAINI NUGROHO (193203085)
( ) ( )
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan yang hakiki adalah hak setiap individu, tidak terkecuali
anak usia sekolah. Sehat merupakan hak setiap orang untuk hidup lebih
produktif secara fisik, mental, sosial maupun spiritual seperti yang
termaksud dalam UU Kesehatan No. 36 tahun 2009. Terjaminnya
kesehatan anak usia sekolah dilakukan seiring dengan jumlah anak usia
sekolah yang meningkat. Kemendikbud (2015) melaporkan jumlah anak
usia sekolah (7-12 tahun) di tahun 2014-2015 sebanyak 26.040.407 anak
dan pada tahun 2015-2016 mengalami peningkatan menjadi 27.381.500
anak. Jumlah anak usia sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
Tahun Ajaran 2015/2016 sebanyak 309.924. Provinsi Kota Yogyakarta
menempati peringkat keempat dengan jumlah 43.823 siswa (Mutijo dkk,
2016).
Kesehatan anak usia sekolah yang terjamin akan mempersiapkan
generasi penerus yang sehat, mandiri, produktif, berkualitas, dan mampu
bersaing secara global (Armyade dkk, 2015). Peran serta berbagai pihak
sangat dibutuhkan untuk mewujudkan kesehatan mereka, salah satunya
sekolah melalui UKS.
UKS merupakan tempat belajar mengajar untuk meningkatkan
kemampuan hidup sehat dan membentuk perilaku hidup sehat anak usia
sekolah (Widyanto, 2014). Ditambahkan dalam Peraturan bersama antara
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Menteri
Kesehatan Republik Indonesia, Menteri Agama Republik Indonesia, dan
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No 6/X/PB/2014, No 73 Tahun
2014, No 41 Tahun 2014, No 81 Tahun 2014 menjelaskan hasil akhir
penyelenggarakan UKS akan meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi
belajar peserta didik sehingga membentuk manusia Indonesia seutuhnya.
Pelaksanaan UKS tidak terlepas dari guru sebagai tim pelaksana
UKS. Guru merupakan sosok penting dan dekat dengan peserta didik
terutama dalam mengaktifkan kegiatan UKS. Guru sebagai sasaran
sekunder pembinaan dan pengembangan UKS diharapkan dapat
melaksanakan tugas sebagai tim pelaksana dengan baik. Tugas yang harus
dijalankan guru sebagai tim pelaksana UKS diantaranya melaksanakan
tiga program pokok UKS yang meliputi pendidikan kesehatan, pelayanan
kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat. Selain itu, tugas guru
menjalin kerjasama dengan orangtua peserta didik, menyusun program
penilaian atau evaluasi serta menyampaikan laporan kepada tim pembina
UKS Kecamatan, serta melaksanakan ketatausahaan tim pelaksana UKS
(Kemendikbud, 2012).
Keberadaan guru sebagai tim pelaksana akan menentukan
terlaksananya UKS yang efektif di sekolah. UKS akan terlaksana dengan
baik apabila guru memiliki pengetahuan tentang UKS dan melaksanakan
tugasnya sebagai tim pelaksana UKS. Pengetahuan merupakan hasil tahu
seseorang melalui hasil penginderaan yang dimiliki oleh manusia terhadap
suatu objek sampai menghasilkan pengetahuan (Notoatmodjo, 2010).
Apabila guru sebagai pelaksana UKS memiliki pengetahuan baik, maka
UKS akan berjalan efektif. Didukung oleh Ikenasya dkk (2017) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa adanya pelaksanaan Usaha Kesehatan
Gigi Sekolah (UKGS) dan tingkat pengetahuan guru yang tinggi, karies
gigi yang dialami peserta didik lebih rendah, dibandingkan dengan sekolah
yang tidak memiliki UKGS.
Hasil penelitian yang berbeda dikemukakan oleh Aminah dkk
(2014) didapatkan hasil bahwa UKS tidak pernah difungsikan
sebagaimana mestinya dan tingkat pengetahuan guru tentang UKS dalam
kategori cukup. Selaras dengan penelitian sebelumnya, Mulyani dkk
(2017) menyatakan bahwa masih terdapat (33%) guru SD hanya
mengetahui sebatas kepanjangan UKS, serta tujuan dan fungsi UKS dasar,
tetapi belum dapat menjelaskan secara jelas dan lengkap terkait dengan
UKS sehingga keberhasilan UKS belum optimal. Secara harfiah, dapat
disimpulkan bahwa UKS berjalan efektif dengan pengetahuan guru yang
baik.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan guru
tentang pelaksanaan UKS diantaranya pendidikan, pekerjaan, dan umur.
Pendidikan sangat berpengaruh pada tingkat pengetahuan karena semakin
tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah menerima informasi (Lestari,
2015). Lingkungan pekerjaan akan menjadi tempat untuk saling tukar
menukar informasi dengan teman kerjanya, maka pekerjaan seseorang
akan membentuk pengetahuan (Wawan & Dewi, 2011). Selain itu,
menurut Wawan dan Dewi (2011) menambahkan bahwa semakin
seseorang bertambah usianya, maka akan mempengaruhi kematangan
berfikir. Ditambahkan oleh penelitian Mulyani dkk (2017) bahwa faktor
lain yang mempengaruhi pengetahuan adalah tingkat pendidikan,
pengalaman selama menjadi guru, dan keterlibatan mengikuti pelatihan
UKS.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Merancang program sesuai data skrining pada Anak Usia Sekolah
(AUS)
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian atau deteksi awal pada Anak Usia Sekolah
(AUS)
b. Membuat analisis skrining pada Anak Usia Sekolah (AUS)
c. Merancangkan program yang sesuai dengan temuan pada Anak
Usia Sekolah (AUS)
C. Manfaat
1. Bagi Sekolah
Hasil laporan ini dapat dijadikan sebagai informasi kesehatan pada
Anak Usia Sekolah (AUS), sehingga dapat mendukung prestasi Anak
Usia Sekolah (AUS)
2. Bagi Puskesmas
Laporan ini dapat dijadikan sebagai dasar dasar serta referensi awal
dalam peningkatan kesehatan pada Anak Usia Sekolah (AUS).
3. Bagi Anak Usia Sekolah
Meningkatkan pengetahuan untuk meningkatkan perilaku usaha
kesehatan melalui Hidup Sehat dan Bersih.
4. Orang tua/ Wali murid
Laporan ini dapat dijadikan sebagai upaya pencegahan masalah
kesehatan pada Anak Usia Sekolah (AUS)
5. Bagi Mahasiswa
Hasil laporan ini dapat dijadikan referensi dalam meningkatkan
kesehatan pada Anak Usia Sekolah (AUS).
BAB II
TINJAUAN TEORI
c. Karakteristik AUS
Samiudin (2017) mengatakan karakteristik AUS sebagai
akhir masa kanak-kanak sering digambarkan dengan sebutan
untuk mencirikan aktivitas yang umum terjadi pada masa ini,
misalnya: usia yang menyulitkan, usia tidak rapi, usia
bertengkar, usia berkelompok, usia penyesuaian diri, usia
bertengkar, usia berkelompok, usia kreatif dan kritis, dan usia
bermain. Karakteristik yang bersifat umum pada masa kanak-
kanak akhir disebut, yaitu: (1) meningkatnya emosi, yang
intensitasnya tergantung pada pada tingkat pertumbuhan fisik dan
psikologis; (2) perubahan tubuh, (3) perubahan minat dan pola
perilaku maka nilai-nilai juga berubah. Berdasarkan dari semua
karakteristik tersebut maka akan berpengaruh pada
perkembangan aspek kognitif (kecerdasan), afektif (perasaan),
dan psikomotor (gerak).
1) Perkembangan aspek kognitif
Aspek kognitif adalah kemampuan yang berkaitan dengan
kemampuan berpikir yang merangkum dengan kemampuan
intelektual seperti kemampuan mengingat sampai dengan
kemampuan untuk memecahkan masalah. Pada
perkembangan AUS, kanak-kanak memliki rasa ingin tahu
yang tinggi, minat belajar yang tinggi dan sangat realistik.
2) Perkembangan aspek afektif
Kemampuan aspek kognitif memiliki hubungan dengan
perasaan, emosi, sistem nilai dan sikap hati, kanak-kanak
berani untuk menunjukan penerimaan atau penolakan
terhadapa sesuatu yang diberikan. Emosi pada tahap akhir
masak kanak-kanak hampir serupa dengan masa awal kanak-
kanak yang berbeda pada faktor pemicu kondisi yang
membangkitkan perasaan emosi dan cara
mengungkapkannya. Meningkatnya emosi pada fase ini
dipengaruhi oleh keadaan fisik dan lingkungan. Dampak
emosi pada fase ini mengakibatkan perubahan perilaku pada
anak hingga mengakibatkan anak sulit diatur.
3) Perkembangan aspek psikomotor
Perkembangan psikomotor yang dialami oleh AUS memiliki
ciri khusus seperti perubahan ukuran pada tubuh, ciri kelamin
yang primer, dan dari kelamin sekunder. Faktor lain yang
memengaruhi perkembangan psikomotor pada anak yaitu
lingkungan dan status ekonomi keluarga karena anak pada
tahap ini sangat mudah terpengaruh dari lingkuan sekitarnya
hingga status ekonomi keluarga berpengaruh terhadap
perkembangan psikomotorik anak. Anak-anak yang berasal
dari tingkat ekonomi rendah cendurung mempelajari
keterampilan dalam bidang menolong diri sendiri dan
lingkungan sosialnya, sedangkan untuk anak dari tingkat
sosial ekonomi menengah mempelajari keterampilan berpusat
pada kelompok bermain.
Anak usia sekolah merupakan anak yang belajar berkompetisi
dan bekerja sama dari aturan yang diberikan. Masa anak mulai
ingin bekerja untuk menghasilkan sesuatu dengan
mengembangkan kreativitas, keterampilan, dan keterlibatan
dalam pekerjaan yang berguna secara sosial (Wong, 2009).
Tahap tumbuh kembang anak usia sekolah menurut Kozier, dkk
(2011) meliputi:
1) Perkembangan Fisik
Anak usia 6-12 tahun mengalami kenaikan berat badan
kurang lebih 3,2 kilgram per tahun. Masa ini, perbedaan antar
individu pada kenaikan berat badan dipengaruhi oleh faktor
genetik maupun lingkungan. Sedangkan usia 12 tahun, tinggi
badan anak mencapai kurang lebih 150 cm. Organ seksual
secara fisik belumlah matang, akan tetapi minat terhadap
lawan jenis dan tingkah laku seksual terus aktif dan
meningkat secara progresif sampai menginjak masa pubertas.
2) Perkembangan Kognitif
Perubahan kognitif pada anak sekolah yang menginjak usia
7-11 tahun tergolong dalam Concrete Operational dimana
dalam fase ini pemikiran seorang anak meningkat serta
bertambah logis. Anak mampu mengklarifikasi benda dan
perintah serta menyelesaikan suatu masalah secara kongkret
dan sistematis berdasarkan yang telah mereka dapat dari
lingkunganya. Kemampuan anak dalam berfikir sudah
rasional, imajinatif dan, dapat mengenali objek maupun
situasi lebih luas dalam menyelesaikan masalah dimana anak
mampu memikirkan konsep tentang waktu dan mengingat
suatu kejadian yang telah dilalui serta mampu mengingat
kejadian yang dilakukan secara berulang, tetapi pemahaman
anak belum terlalu mendalam yang dimana akan semakin
berkembang pada usia awal masa remaja.
3) Perkembangan Moral
Perkembangan moral pada anak usia sekolah termasuk pada
fase preconventional dimana anak mulai belajar baik dan
buruk atau benar dan salah melalui budaya sebagai acuan
dasar dalam meletakan nilai moral. Fase ini terdiri dari tiga
tahapan. Tahap satu didasari oleh adanya rasa egosentris
dimana kebaikan adalah seperti apa yang saya mau, rasa cinta
serta kasih sayang akan mengajarkan anak tentang kebaikan
dan sebaliknya rasa kurang perhatian dan membenci akan
mengajarkan anak kepada keburukan. Tahap dua, yaitu
sebuah orientasi hukuman dan ketaatan, baik dan buruk
sebagai konsekuensi dan tindakan. Tahap terakhir, yaitu anak
fokus pada suatu motif menyenangkan sebagai kebaikan.
Anak menjalankan suatu aturan sebagai sesuatu yang
memuaskan mereka sendiri, oleh karena itu ditahap ini perlu
hati-hati apabila memukul teman sebaya dan orang tua tidak
memberikan sanksi maka anak akan beranggapan tindakan
yang dilakaukan bukanlah suatu tindakan yang buruk.
4) Perkembangan Psikososial
Masalah sentral psikososial pada masa ini sebgai krisis antara
keaktifan dan inferioritas. Anak usia 6-12 tahun tergolong
pada tahapan perkembangan psikososial Industry vesus
inferitory dimana belajar untuk berkerjasama dan bersaing
dengan teman sebaya melalui kegiatan yang dilakukan baik
dalam kegiatan akademik maupun dalam pergaulan melalui
permainan. Interaksi sosial lebih luas dengan teman sebaya,
umpan balik berupa kritik dan evaluasi dari teman dan
lingkungan merupakan cerminan penerimaan dari kelompok
yang akan membantu anak mempunyai konsep diri yang
positif. Perasaan sukses anak dilandasi oleh motivasi internal
dalam beraktivitas yang memiliki suatu tujuan. Kemampuan
anak dalam berinteraksi sosial lebih luas dengan teman
dilingkunganya dapat memfasilitasi perkembangan perasaan
akan rasa sukses (sense of industry). Rasa rendah diri akan
muncul apabila seorang anak terlalu mendapat tuntutan dari
lingkungan sekitar namun anak tidak dapat untuk memenuhi
tuntutan tersebut. Hargadiri anak dalam fase ini akan
berakibat pada fase selanjutnya. Pujian atau penguatan
(reinforcement) dari orang tua maupun orang dewasa
terhadap suatu prestasi yang telah dicapai sangat begitu
penting untuk menumbuhkan perasaan berhasil akan sesuatu
yang telah dicapai.
d. Masalah Yang Sering Timbul Pada Anak Usia Sekolah
Pada usia sekolah anak akan rawan terkena masalah
kesehatan gigi karena pada masa itulah gigi susu mulai tanggal
satu persatu dan gigi permanen pertama mulai tumbuh (usia 6-8
tahun). Pada anak usia 6 sampai 7 tahun rata-rata anak belum
mampu menggosok gigi secara mandiri. Usia sangat
mempengaruhi perilaku seseorang sehingga mempengaruhi
daya tangkap dan pola pikir seseorang. Ketrampilan
menggosok gigi pada anak perempuan lebih baik dari pada lak-
laki. Anak perempuan lebih terampil dalam tugas yang bersifat
praktis, khususnya dalam tugas motorik halus dibandingkan
dengan anak laki-laki (Sekar dkk, 2012).
Ketrampilan menggosok gigi termasuk perkembangan
motorik halus anak. Motorik halus adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil,
tetapi memerlukan kordinasi yang cermat, seperti mengganti
sesuatu, menulis, dan sebagainya (Sari, 2013). Pada usia 6 sampai
7 tahun ketrampilan menggosok gigi masih membutuhkan bantuan
dan masih perlu diajarkan cara menggosok gigi dengan mandiri
(Potter & Perry, 2009). Menurut Potter & Perry (2009)
Ketrampilan menggosok gigi secara mandiri akan muncul pada
usia 8 sampai 10 tahun karena pada usia ini kertampilan motorik
halus akan meningkat.
Petunjuk Pengisian:
1. Isilah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan identitas adik-adik
2. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jujur dan tidak menyontek
A. Pengkajian dilakukan pada anak usia sekolah melalui wawancara dan pengukuran
1. Nama : An. K
2. Umur : 7 Tahun
3. Kelas : 1 SD
4. Tempat dan tanggal lahir : Sleman, 21 maret
2013
5. Jenis Kelamin : Laki-laki
6. Penyakit apa yang sedang : Sehat/tidak sakit
dialami adik-adik saat ini
Bila pernah, sakit apa yang dialami : 3 bulan terakhir Berdasarkan hasil wawancara
bersama orang tua 3 bulan terakhir An. K sering mengalami sakit gigi dan batuk atau
pilek
8. Pernahkah adik-adik
mendapatkan penyuluhan :Pernah
Bila pernah, penyuluhan tentang apa : Berdasarkan hasil wawancara An. K pernah
mendapatkan penyuluhan disekolah tentang PHBS
E Kesehatan Reproduksi
- Masalah pubertas (mimpi basah, Tidak Ya
suara membesar, tumbuh rambut
di bagian tertentu)
- Risiko IMS (infeksi menular Tidak Ya
seksual)
- Risiko kekerasan seksual Tidak Ya
Khusus peserta didik perempuan :
- Gangguan menstruasi Tidak Ya
Skor Kekuatan
Perilaku Prososial (Pr)berbagi, normal borderline abnormal
kerjasama, menolong, jujur, dermawan
G Kesehatan Intelegensia
Modalitas belajar (jika ada raport TK
dapat diketahui dari laporan tersebut)
Visual optimal Cukup optimal Belum
optimal
Audio optimal Cukup optimal Belum
optimal
Kinestetik optimal Cukup optimal Belum
optimal
Dominasi otak optimal Cukup optimal Belum
optimal
II Pemeriksaaan Fisik Oleh Tenaga Kesehatan, dibantu Guru dan Kader Kesehatan
A Pemeriksaan Tanda Tanda Vital
D Pemeriksaan Penglihatan
No Jenis Pemeriksaan Kelas 1
Tahun Ajaran : 2019/2020
Mata luar (kanan-kiri) Normal Tidak sehat
Tajam penglihatan (kanan-kiri) Normal Kelainan
refraksipengli
hatan kabur
Low vision
NO PERTANYAAN JAWABAN
TIDAK YA
A. PENDIDIKAN KESEHATAN
1 Penyuluhan diberikan tiap bulan oleh pihak sekolah √
Jika ya, siapa yang menyampaikan materi pendkes :
materi penkes seperti PHBS, Bahaya Narkoba, Kesehatan reproduksi
2 Sekolah memasukkan materi tentang PHBS dalam kurikulum √
sekolah
3 Sekolah memasukkan materi tentang pencegahan cedera, √
NAPZA, pencegahan kekerasan, edukasi seksual, aktivitas fisik,
nutrisi yang sehat dalam kurikulum sekolah
4 Terdapat poster maupun media lain sebagai bentuk Promosi √
kesehatan di sekolah
B. AKTIVITAS FISIK
5 Sekolah memiliki kebijakan/ peraturan aktivitas fisik/olahraga √
sebelum dan sesudah masuk kelas
6 Terdapat fasilitas olahraga bagi siswa seperti lapangan dan √
peralatan olahraga
7 Sekolah memiliki kebijakan tentang kesehatan olahraga √
C. LINGKUNGAN DAN PELAYANAN NUTRISI
8 Sekolah memiliki kebijakan/ program membawa bekal sehat ke √
sekolah,
9 Sekolah memiliki kebijakan/ peraturan jajan sehat di kantin √
sekolah
10 Sekolah menyediakan fasilitas air minum gratis bagi siswa √
D. PELAYANAN KESEHATAN
11 Terdapat peralatan P3K di sekolah/ UKS √
12 Terdapat program dokter kecil dan jumantik cilik √
13 Terdapat alat bantu keadaan gawat dan darurat √
14 Pemeriksaan berkala dilakukan oleh sekolah bekerjasama dengan √
puskesmas
15 Sekolah memiliki kebijakan/ peraturan Kawasan Tanpa Rokok √
(KTR)
16 Terdapat tenaga kesehatan yang terlatih/ profesional dalam √
pemberian yankes pada siswa
E. ASPEK SOSIAL DAN EMOSI
17 Sekolah memiliki layanan konseling bagi siswa √
18 Lingkungan sekolah sangat kondusif bagi siswa untuk kegiatan √
belajar-mengajar
19 Sekolah memiliki kebijakan tentang bullying √
20 Sikap siswa saling menghargai terhadap sebaya, guru dan √
masyarakat sekolah lainnya (staf, security, pedagang di kantin)
F. PELIBATAN KELUARGA DAN KOMUNITAS
21 Keluarga dilibatkan dalam mengontrol anak berperilaku hidup √
bersih dan sehat di rumah
22 Keluarga dilibatkan dalam rapat wali murid untuk mendukung √
perkembangan belajar siswa
23 Sekolah bekerja sama dengan fasilitas pelayanan kesehatan √
seperti puskesmas dan klinik kesehatan terdekat untuk
meningkatkan kesehatan siswa
Note : Pertanyaan diajukan/ diobservasi secara berkelompok
INSTRUMEN PENILAIAN FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN SEHAT DI SEKOLAH
Kondisi
No. Faktor Risiko
Tidak Berpotensi Berpotensi Keterangan
1 2 3 4 5 6
1 Atap dan Talang Memenuhi syarat √ Tidak Memenuhi
syarat tidak tampak adanya
Kemiringan cukup dan tidak ada √ bekas air yang bocor di
genangan air, tidak bocor, tidak bagian atap.
kotor
2 Dinding Minimal Bila hanya satu
memenuhi aspek aspek saja atau
(a) dan salah satu lebih dari satu
aspek (b)/(c)/(d) aspek tanpa aspek
(a)
a. Bersih, kuat, tidak retak,tidak √ Dinding tampak bersih,
pecah kuat, tidak ada
b. Permukaan yang selalu kontak √ retakan/pecah.
dengan air harus kedap air Permukaan kedap air
c. Permukaan bagian dalam mudah √ mudah dibersihkan dan
dibersihkan berwarna biru
d. Berwarna terang √
3 Lantai Minimal Bila hanya Sebagian besar lantai
memenuhi aspek memenuhi 1 telah keramik, didalam
(a) dan salah satu aspek saja atau kelas berwarna putih dan
aspek (b)/(c) lebih satu aspek diluar hijau. Namun
tanpa aspek (a) cenderung licin jika
a. Bersih √ terkena air
b. Kedap air √
c. Tidak licin √
4 Tangga Semua aspek Tidak ada salah Untuk bangunan tidak
terpenuhi satu aspek atau ada yang memerlukan
lebih tidak tangga dikategorikan
memenuhi semua aspek
terpenuhi
f. Peralatan makan/minum √
bersih
g. Penjamah makanan tidak √
mengidap penyakit menular
(hepatitis, kulit, tipoid, diare,
dll)
h. Penjamah makanan berkuku √
pendek dan bersih, pakain
bersih dan rapi
21 Halaman sekolah Terpenuhi semua Salah satu aspek
aspek atau lebih tidak
memenuhi syarat
a. Tidak banyak debu √
b. Ada penghijauan dan tertata √
rapi
c. Tidak ada genangan air √
d. Tidak ada sampah √
berserakan
22 Meja belajar Memenuhi syarat Tidak memenuhi
syarat Meja belajar datar
Kemiringan meja 15% (10o) √
23 Perilaku Terpenuhi semua Salah satu aspek
aspek atau lebih tidak
memenuhi syarat
a. Tidak ada orang merokok di √
lingkungan sekolah
b. 80% kuku para peserta didik √
pendek dan bersih
c. Terbiasa membuang sampah √
pada tempatnya (terlihat tidak
ada sampah berserakan)
d. Siswa terlihat mencuci tangan √
sebelum masuk kelas
JUMLAH TANDA (√) ….13 …..
% 56,5 …..
Keterangan : Cukup
*) Coret yang tidak sesuai
Status Lingkungan Sehat dengan katagori sebagai berikut :
Sangat Baik, bila mencapai angka 80%-100%
Fasilatasi pembelajaran
1. Tentukan pembelajaran dua arah yang realistic kepada
pengurus UKS
2. Buat isi pendidikan kesehatan sesuai dengan kemampuan
dan efektifitas kegiatan UKS
3. Gunakan Bahasa umum yang biasa digunakan
4. Jika diperlukan berikan pamphlet atau video dan bahan
lainya
5. Berikan media yang tepat agar mudah dipahami
Skrining kesehatan
1. Tentukan populasi target untuk pemeriksaan kesehatan
2. Lakukan pengkajian fisik yang sesuai
3. Dapatkan riwayat kesehatan deskripsi kesejatan, faktor
resiko dan obat-obatan
4. Dapatkan riwayat kesehatan keluarga
5. Rujuk pasien pada penyedia perawatan kesehatan lainya
BAB IV
ANALISA KASUS
A. Kesimpulan
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah salah satu upaya membina
dan mengembangkan kebiasaan hidup yang sehat yang dilakukan secara
terpadu melalui program pendidikan dan pelayanan kesehatan di sekolah.
Kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan
hidup sehat peserta didik dalam lingkungan, sehingga peserta didik dapat
belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal serta
diharapkan dapat menjadikan sumber daya manusia yang berkualitas.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara pada anak usia
sekolah dan guru pembina UKS dapat disimpulkan bahwa
B. Saran
1. Bagi SD
Mampu meningkatkan menejemen kesehatan di sekolah baik dari
aspek lingkungan, aspek pendidikan kesehatan dan aspek pelayanan
kesehatan, sehingga menciptakan perilaku hidup bersih dan sehat.
Pendidik diharapkan memasukan materi tentang perilaku hidup bersih
dan sehat dalam kurikulum sekolah.
2. Bagi Puskesmas
Puskesmas merupakan fasilitas kesehatan pertama yang
diharapakan mampu memberikan pelayanan kesehatan secara berkala
terutama untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.
Diharapkan agar dapat meningkatkan promosi kesehatan melalui
penyuluhan tentang kesehatan dan dari berbagai media untuk mendukung
kegiatan dalam promosi kesehatan di lingkungan sekolah
DAFTAR PUSTAKA
Ikenasya, D. F., Herwanda., & Novita C. F. (2017). Tingkat Pengetahuan Guru Mengenai
Kesehatan Gigi dan Status Karies Gigi Murid Sekolah Dasar dengan UKGS dan
Tanpa UKGS. Journal Caninus Denstistry, Volume 2, 131-136.
Dermawan, D. (2012) Buku Ajar Keperawatan Komunitas. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Effendi, F., & Makhfudli. (2009) Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Lestari, T. (2015). Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
Nuha Medika
Martunus. (2013). Peran Pelaksana Usaha Kesehatan Sekolah dalam Kesehatan Anak SD
Negeri No.026 Simpang Tiga Kecamatan Loa Janan Ilir. eJournal Ilmu Sosiantri,
Volume 1, 51-64.
Mulyani, S., Dwiwahyuni, E., Wimbagya, A. T., & Mutiara, O. (2017). Tingkat Pengetahuan
dan Harapan Warga Sekolah Terhadap Usaha Kesehatan Sekolah Kota Yogyakarta.
Jurnal Keperawatan Kritis dan Komunitas, Volume1, 1-7.
Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta
Susanto. A. (2018). Bimbinga dan Konseling di Sekolah Konsep, Teori, dan Aplikasinya.
Jakarta: Prenadamedia Group.