Anda di halaman 1dari 40

STASE PRIMARY HEALTH CARE

LAPORAN PENDAHULUAN ANAK USIA SEKOLAH

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Ners


Stase Keperawatan Primary Health Care (PHC)

oleh:
ERIKSON (193203073)
FIANI TANTRI SAHEMA (193203109)
OKTA ANGGRAINI NUGROHO (193203085)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN ANAK USIA SEKOLAH

Telah disetujui pada


Hari :
Tanggal :

Pembimbing Akademik Mahasiswa

( ) ( )
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan yang hakiki adalah hak setiap individu, tidak terkecuali
anak usia sekolah. Sehat merupakan hak setiap orang untuk hidup lebih
produktif secara fisik, mental, sosial maupun spiritual seperti yang
termaksud dalam UU Kesehatan No. 36 tahun 2009. Terjaminnya
kesehatan anak usia sekolah dilakukan seiring dengan jumlah anak usia
sekolah yang meningkat. Kemendikbud (2015) melaporkan jumlah anak
usia sekolah (7-12 tahun) di tahun 2014-2015 sebanyak 26.040.407 anak
dan pada tahun 2015-2016 mengalami peningkatan menjadi 27.381.500
anak. Jumlah anak usia sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
Tahun Ajaran 2015/2016 sebanyak 309.924. Provinsi Kota Yogyakarta
menempati peringkat keempat dengan jumlah 43.823 siswa (Mutijo dkk,
2016).
Kesehatan anak usia sekolah yang terjamin akan mempersiapkan
generasi penerus yang sehat, mandiri, produktif, berkualitas, dan mampu
bersaing secara global (Armyade dkk, 2015). Peran serta berbagai pihak
sangat dibutuhkan untuk mewujudkan kesehatan mereka, salah satunya
sekolah melalui UKS.
UKS merupakan tempat belajar mengajar untuk meningkatkan
kemampuan hidup sehat dan membentuk perilaku hidup sehat anak usia
sekolah (Widyanto, 2014). Ditambahkan dalam Peraturan bersama antara
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Menteri
Kesehatan Republik Indonesia, Menteri Agama Republik Indonesia, dan
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No 6/X/PB/2014, No 73 Tahun
2014, No 41 Tahun 2014, No 81 Tahun 2014 menjelaskan hasil akhir
penyelenggarakan UKS akan meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi
belajar peserta didik sehingga membentuk manusia Indonesia seutuhnya.
Pelaksanaan UKS tidak terlepas dari guru sebagai tim pelaksana
UKS. Guru merupakan sosok penting dan dekat dengan peserta didik
terutama dalam mengaktifkan kegiatan UKS. Guru sebagai sasaran
sekunder pembinaan dan pengembangan UKS diharapkan dapat
melaksanakan tugas sebagai tim pelaksana dengan baik. Tugas yang harus
dijalankan guru sebagai tim pelaksana UKS diantaranya melaksanakan
tiga program pokok UKS yang meliputi pendidikan kesehatan, pelayanan
kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat. Selain itu, tugas guru
menjalin kerjasama dengan orangtua peserta didik, menyusun program
penilaian atau evaluasi serta menyampaikan laporan kepada tim pembina
UKS Kecamatan, serta melaksanakan ketatausahaan tim pelaksana UKS
(Kemendikbud, 2012).
Keberadaan guru sebagai tim pelaksana akan menentukan
terlaksananya UKS yang efektif di sekolah. UKS akan terlaksana dengan
baik apabila guru memiliki pengetahuan tentang UKS dan melaksanakan
tugasnya sebagai tim pelaksana UKS. Pengetahuan merupakan hasil tahu
seseorang melalui hasil penginderaan yang dimiliki oleh manusia terhadap
suatu objek sampai menghasilkan pengetahuan (Notoatmodjo, 2010).
Apabila guru sebagai pelaksana UKS memiliki pengetahuan baik, maka
UKS akan berjalan efektif. Didukung oleh Ikenasya dkk (2017) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa adanya pelaksanaan Usaha Kesehatan
Gigi Sekolah (UKGS) dan tingkat pengetahuan guru yang tinggi, karies
gigi yang dialami peserta didik lebih rendah, dibandingkan dengan sekolah
yang tidak memiliki UKGS.
Hasil penelitian yang berbeda dikemukakan oleh Aminah dkk
(2014) didapatkan hasil bahwa UKS tidak pernah difungsikan
sebagaimana mestinya dan tingkat pengetahuan guru tentang UKS dalam
kategori cukup. Selaras dengan penelitian sebelumnya, Mulyani dkk
(2017) menyatakan bahwa masih terdapat (33%) guru SD hanya
mengetahui sebatas kepanjangan UKS, serta tujuan dan fungsi UKS dasar,
tetapi belum dapat menjelaskan secara jelas dan lengkap terkait dengan
UKS sehingga keberhasilan UKS belum optimal. Secara harfiah, dapat
disimpulkan bahwa UKS berjalan efektif dengan pengetahuan guru yang
baik.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan guru
tentang pelaksanaan UKS diantaranya pendidikan, pekerjaan, dan umur.
Pendidikan sangat berpengaruh pada tingkat pengetahuan karena semakin
tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah menerima informasi (Lestari,
2015). Lingkungan pekerjaan akan menjadi tempat untuk saling tukar
menukar informasi dengan teman kerjanya, maka pekerjaan seseorang
akan membentuk pengetahuan (Wawan & Dewi, 2011). Selain itu,
menurut Wawan dan Dewi (2011) menambahkan bahwa semakin
seseorang bertambah usianya, maka akan mempengaruhi kematangan
berfikir. Ditambahkan oleh penelitian Mulyani dkk (2017) bahwa faktor
lain yang mempengaruhi pengetahuan adalah tingkat pendidikan,
pengalaman selama menjadi guru, dan keterlibatan mengikuti pelatihan
UKS.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Merancang program sesuai data skrining pada Anak Usia Sekolah
(AUS)
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian atau deteksi awal pada Anak Usia Sekolah
(AUS)
b. Membuat analisis skrining pada Anak Usia Sekolah (AUS)
c. Merancangkan program yang sesuai dengan temuan pada Anak
Usia Sekolah (AUS)
C. Manfaat
1. Bagi Sekolah
Hasil laporan ini dapat dijadikan sebagai informasi kesehatan pada
Anak Usia Sekolah (AUS), sehingga dapat mendukung prestasi Anak
Usia Sekolah (AUS)
2. Bagi Puskesmas
Laporan ini dapat dijadikan sebagai dasar dasar serta referensi awal
dalam peningkatan kesehatan pada Anak Usia Sekolah (AUS).
3. Bagi Anak Usia Sekolah
Meningkatkan pengetahuan untuk meningkatkan perilaku usaha
kesehatan melalui Hidup Sehat dan Bersih.
4. Orang tua/ Wali murid
Laporan ini dapat dijadikan sebagai upaya pencegahan masalah
kesehatan pada Anak Usia Sekolah (AUS)
5. Bagi Mahasiswa
Hasil laporan ini dapat dijadikan referensi dalam meningkatkan
kesehatan pada Anak Usia Sekolah (AUS).
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Konsep Anak Usia Sekolah (AUS)


a. Definisi AUS
Samiudin (2017) mendefinisikan anak usia sekolah (AUS)
adalah suatu fase berakhirnya awal masa kanak-kanak atau bisa
juga disebut dengan late chilhood, dimana kondisi lingkungan
sangat berpengaruh untuk anak melakukan adaptasi pribadi dan
penyesuaian sosial anak. Ditambahkan oleh Kemenkes RI
(2017) bahwa anak usia sekolah dimulai dari usia 7-12 tahun
dan berada pada rentang pendidikan SD/setingkat. Pada tahap
ini penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial anak sangat
berpengaruh pada tumbuh kembang AUS.
b. Tumbuh kembang AUS
Perkembangan dan pertumbuhan anak usia sekolah dapat
dipengaruhi oleh beberapa hal salah satunya hal yang sangat
memengaruhi adalah lingkungan. Lingkungan sosial merupakan
wadah untuk anak belajar seluruh pengetahuan, dimana
lingkungan sosial mencakup berbagai aspek lingkungan seperti
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan
masyarakat. Lingkungan keluarga memiliki peran penting
karena orang tua memilik peran yang dominan dalam mendidik
anak. Pola asuh orang tua dalam mendidik anaknya dapat
menentukan karakter anak di masa depan. Pada lingkungan
sekolah, guru berperan menjadi pembimbing anak agar tumbuh
dan berkembang dengan baik di segala aspek perkembangannya
yang dapat di didik dengan baik melalui kegiatan belajar
mengajar (Samiudin, 2017).
Lingkungan masyarakat juga berperan dalam tumbuh
kembang anak, lingkungan masyarakat dapat memberikan
pengaruh baik berupa wawasan secara positif dan dapat juga
memberikan pengaruh negatif pada perkembangan anak. Agar
tumbuh kembang anak lebih optimal peran orang tua dan guru
sangat penting untuk membimbing dan mengontrol tumbuh
kembang anak dari pengaruh hal negatif yang berasal dari
lingkungan sosial (Trianingsih, 2016).
Menurut Harlock (1978) dalam Susanto (2018), meliputi tahap-
tahap perkembangan sebagai berikut:
1) Belajar kecakapan fisik yang diperlukan untuk permainan
anak-anak.
2) Membangun sikap menyeluruh terhadap diri sendiri sebagai
rganisme yang bertumbuh.
3) Belajar berggaul dengan teman sebayanya.
4) Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.
5) Mengembangkan kecakapan dasar dalam membaca, menulis,
dan berhitung.
6) Mengembangkan konsep yang diperlukan sehari-hari
7) Mengembangkan kemandirian pribadi.
8) Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok
social.
Menurut Yusuf (2011), tugas perkembangan pada masa sekolah
(6-12 tahun), yaitu :
1) Belajar mendapatkan keterampilan fisik yang berupa
penguasaan otot untuk melakukan kegiatan/ permainan, dalam
pertumbuhan fisik dan otak, anak belajar dan melakukan
kegiatan olahraga seperti berlari dan melakukan senam pagi,
serta dapat melakukan permainan ringan (sepakbola, loncat
tali, berenang, dll).
2) Belajar membuat perilakuyang sehat terhadap dirinya sendiri
sebagai makhluk biologis, seperti mengembangkan kebiasaan
untuk memelihara badan (kebersihan, keselamatan diri, dan
kesehatan), membedakansikap positif terhadap jeni
kelaminnya (laki-laki atau perempuan) dan juga menerima
dirinya (rupa wajah maupun postur tubuh) secara positif.
3) Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya untuk dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru.
4) Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.
5) Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan
berhitung.
6) Belajar mengembangkan konsep sehari-hari, yakni dapat
mengingat sesuatu dengan panca indera mengenai pengamatan
yang telah lalu. Bertambahnya pengalaman dan pengetahuan,
maka semakin tambah pula konsep yang diperoleh. Konsep
yang meliputi kaidah-kaidah atau ajaran agama (moral), ilmu
pengetahuan, adat istiadat, dll.
7) Mengembangkan kata hati, yakni mengembangkan sikap dan
perasaan yang berhubungan dengan norma-norma agama.
Tugas perkembangan ini berhubungan dengan masalah benar-
salah, boleh-tidak boleh, seperti jujur itu baik, bohong itu
buruk, dll.
8) Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi,dapat
menjadi orang yang berdiri sendiri (membuat rencana, berbuat
untuk masa sekarang dan masa yang akan datang), bebas dari
pengaruh orangtua dan orang lain.
9) Mengembangkan sifat yang positif terhadap kelompok sosial
dan lembaga-lembaga, dapat mengembangkan sikap sosial
yang demokratis dan menghargai hak orang lain, seperti
mengembangkan sikap tolong-menolong, sikap tenggang rasa,
bersedia bekerjasama dengan orang lain, toleransi terhadap
pendapat orang lain, dan menghargai hak orang lain

c. Karakteristik AUS
Samiudin (2017) mengatakan karakteristik AUS sebagai
akhir masa kanak-kanak sering digambarkan dengan sebutan
untuk mencirikan aktivitas yang umum terjadi pada masa ini,
misalnya: usia yang menyulitkan, usia tidak rapi, usia
bertengkar, usia berkelompok, usia penyesuaian diri, usia
bertengkar, usia berkelompok, usia kreatif dan kritis, dan usia
bermain. Karakteristik yang bersifat umum pada masa kanak-
kanak akhir disebut, yaitu: (1) meningkatnya emosi, yang
intensitasnya tergantung pada pada tingkat pertumbuhan fisik dan
psikologis; (2) perubahan tubuh, (3) perubahan minat dan pola
perilaku maka nilai-nilai juga berubah. Berdasarkan dari semua
karakteristik tersebut maka akan berpengaruh pada
perkembangan aspek kognitif (kecerdasan), afektif (perasaan),
dan psikomotor (gerak).
1) Perkembangan aspek kognitif
Aspek kognitif adalah kemampuan yang berkaitan dengan
kemampuan berpikir yang merangkum dengan kemampuan
intelektual seperti kemampuan mengingat sampai dengan
kemampuan untuk memecahkan masalah. Pada
perkembangan AUS, kanak-kanak memliki rasa ingin tahu
yang tinggi, minat belajar yang tinggi dan sangat realistik.
2) Perkembangan aspek afektif
Kemampuan aspek kognitif memiliki hubungan dengan
perasaan, emosi, sistem nilai dan sikap hati, kanak-kanak
berani untuk menunjukan penerimaan atau penolakan
terhadapa sesuatu yang diberikan. Emosi pada tahap akhir
masak kanak-kanak hampir serupa dengan masa awal kanak-
kanak yang berbeda pada faktor pemicu kondisi yang
membangkitkan perasaan emosi dan cara
mengungkapkannya. Meningkatnya emosi pada fase ini
dipengaruhi oleh keadaan fisik dan lingkungan. Dampak
emosi pada fase ini mengakibatkan perubahan perilaku pada
anak hingga mengakibatkan anak sulit diatur.
3) Perkembangan aspek psikomotor
Perkembangan psikomotor yang dialami oleh AUS memiliki
ciri khusus seperti perubahan ukuran pada tubuh, ciri kelamin
yang primer, dan dari kelamin sekunder. Faktor lain yang
memengaruhi perkembangan psikomotor pada anak yaitu
lingkungan dan status ekonomi keluarga karena anak pada
tahap ini sangat mudah terpengaruh dari lingkuan sekitarnya
hingga status ekonomi keluarga berpengaruh terhadap
perkembangan psikomotorik anak. Anak-anak yang berasal
dari tingkat ekonomi rendah cendurung mempelajari
keterampilan dalam bidang menolong diri sendiri dan
lingkungan sosialnya, sedangkan untuk anak dari tingkat
sosial ekonomi menengah mempelajari keterampilan berpusat
pada kelompok bermain.
Anak usia sekolah merupakan anak yang belajar berkompetisi
dan bekerja sama dari aturan yang diberikan. Masa anak mulai
ingin bekerja untuk menghasilkan sesuatu dengan
mengembangkan kreativitas, keterampilan, dan keterlibatan
dalam pekerjaan yang berguna secara sosial (Wong, 2009).
Tahap tumbuh kembang anak usia sekolah menurut Kozier, dkk
(2011) meliputi:
1) Perkembangan Fisik
Anak usia 6-12 tahun mengalami kenaikan berat badan
kurang lebih 3,2 kilgram per tahun. Masa ini, perbedaan antar
individu pada kenaikan berat badan dipengaruhi oleh faktor
genetik maupun lingkungan. Sedangkan usia 12 tahun, tinggi
badan anak mencapai kurang lebih 150 cm. Organ seksual
secara fisik belumlah matang, akan tetapi minat terhadap
lawan jenis dan tingkah laku seksual terus aktif dan
meningkat secara progresif sampai menginjak masa pubertas.
2) Perkembangan Kognitif
Perubahan kognitif pada anak sekolah yang menginjak usia
7-11 tahun tergolong dalam Concrete Operational dimana
dalam fase ini pemikiran seorang anak meningkat serta
bertambah logis. Anak mampu mengklarifikasi benda dan
perintah serta menyelesaikan suatu masalah secara kongkret
dan sistematis berdasarkan yang telah mereka dapat dari
lingkunganya. Kemampuan anak dalam berfikir sudah
rasional, imajinatif dan, dapat mengenali objek maupun
situasi lebih luas dalam menyelesaikan masalah dimana anak
mampu memikirkan konsep tentang waktu dan mengingat
suatu kejadian yang telah dilalui serta mampu mengingat
kejadian yang dilakukan secara berulang, tetapi pemahaman
anak belum terlalu mendalam yang dimana akan semakin
berkembang pada usia awal masa remaja.
3) Perkembangan Moral
Perkembangan moral pada anak usia sekolah termasuk pada
fase preconventional dimana anak mulai belajar baik dan
buruk atau benar dan salah melalui budaya sebagai acuan
dasar dalam meletakan nilai moral. Fase ini terdiri dari tiga
tahapan. Tahap satu didasari oleh adanya rasa egosentris
dimana kebaikan adalah seperti apa yang saya mau, rasa cinta
serta kasih sayang akan mengajarkan anak tentang kebaikan
dan sebaliknya rasa kurang perhatian dan membenci akan
mengajarkan anak kepada keburukan. Tahap dua, yaitu
sebuah orientasi hukuman dan ketaatan, baik dan buruk
sebagai konsekuensi dan tindakan. Tahap terakhir, yaitu anak
fokus pada suatu motif menyenangkan sebagai kebaikan.
Anak menjalankan suatu aturan sebagai sesuatu yang
memuaskan mereka sendiri, oleh karena itu ditahap ini perlu
hati-hati apabila memukul teman sebaya dan orang tua tidak
memberikan sanksi maka anak akan beranggapan tindakan
yang dilakaukan bukanlah suatu tindakan yang buruk.
4) Perkembangan Psikososial
Masalah sentral psikososial pada masa ini sebgai krisis antara
keaktifan dan inferioritas. Anak usia 6-12 tahun tergolong
pada tahapan perkembangan psikososial Industry vesus
inferitory dimana belajar untuk berkerjasama dan bersaing
dengan teman sebaya melalui kegiatan yang dilakukan baik
dalam kegiatan akademik maupun dalam pergaulan melalui
permainan. Interaksi sosial lebih luas dengan teman sebaya,
umpan balik berupa kritik dan evaluasi dari teman dan
lingkungan merupakan cerminan penerimaan dari kelompok
yang akan membantu anak mempunyai konsep diri yang
positif. Perasaan sukses anak dilandasi oleh motivasi internal
dalam beraktivitas yang memiliki suatu tujuan. Kemampuan
anak dalam berinteraksi sosial lebih luas dengan teman
dilingkunganya dapat memfasilitasi perkembangan perasaan
akan rasa sukses (sense of industry). Rasa rendah diri akan
muncul apabila seorang anak terlalu mendapat tuntutan dari
lingkungan sekitar namun anak tidak dapat untuk memenuhi
tuntutan tersebut. Hargadiri anak dalam fase ini akan
berakibat pada fase selanjutnya. Pujian atau penguatan
(reinforcement) dari orang tua maupun orang dewasa
terhadap suatu prestasi yang telah dicapai sangat begitu
penting untuk menumbuhkan perasaan berhasil akan sesuatu
yang telah dicapai.
d. Masalah Yang Sering Timbul Pada Anak Usia Sekolah
Pada usia sekolah anak akan rawan terkena masalah
kesehatan gigi karena pada masa itulah gigi susu mulai tanggal
satu persatu dan gigi permanen pertama mulai tumbuh (usia 6-8
tahun). Pada anak usia 6 sampai 7 tahun rata-rata anak belum
mampu menggosok gigi secara mandiri. Usia sangat
mempengaruhi perilaku seseorang sehingga mempengaruhi
daya tangkap dan pola pikir seseorang. Ketrampilan
menggosok gigi pada anak perempuan lebih baik dari pada lak-
laki. Anak perempuan lebih terampil dalam tugas yang bersifat
praktis, khususnya dalam tugas motorik halus dibandingkan
dengan anak laki-laki (Sekar dkk, 2012).
Ketrampilan menggosok gigi termasuk perkembangan
motorik halus anak. Motorik halus adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil,
tetapi memerlukan kordinasi yang cermat, seperti mengganti
sesuatu, menulis, dan sebagainya (Sari, 2013). Pada usia 6 sampai
7 tahun ketrampilan menggosok gigi masih membutuhkan bantuan
dan masih perlu diajarkan cara menggosok gigi dengan mandiri
(Potter & Perry, 2009). Menurut Potter & Perry (2009)
Ketrampilan menggosok gigi secara mandiri akan muncul pada
usia 8 sampai 10 tahun karena pada usia ini kertampilan motorik
halus akan meningkat.

2. Kebiasaan Menggosok Gigi


a. Pengertian menggosok gigi
Menggosok gigi adalah membersihkan gigi dari sisa-sisa
makanan, bakteri dan plak. Membersihkan gigi harus memperhatikan
pelaksanaan waktu yang tepat dalam membersihkan gigi, penggunaan
alat yang tepat untuk membersihkan gigi. Oleh karena itu, kebiasaan
menggosok gigi merupakan tingkah laku manusia dalam
membersihkan gigi dari sisa-sisa makanan yang di lakukan secara
terus-menerus (Potter & Perry 2012).
b. Pemilihan sikat gigi
Hal utama yang harus diperhatikan dalam memilih sikat gigi
adalah bulu sikat. Bulu sikat yang baik adalah tidak keras dan tidak
terlalu lunak, ujung bulu sikat, membulat atau tumpul. Bulu sikat yang
terlalu keras akan melukai gusi dan mengabrasi lapisan gigi. Bila bulu
sikat terlalu lunak efektivitas pembersihan kurang baik. Ujung bulu
sikat gigi bermacam-macam, berbentuk bulat, runcing dan datar.
Ujung bulu sikat yang baik adalah membulat karena dapat mengurangi
iritasi terhadap lapisan gigi dan jaringan gusi (Saputra 2010).

c. Pemilihan pasta gigi


Ketika menggosok gigi, alat bantu yang lain yang diperlukan
yaitu pasta gigi, yang berfungsi membersihkan dan memoles
permukaan gigi serta membuat nafas menjadi segar. Saat ini, banyak
ditemukan berbagai macam merk pasta gigi dengan berbagai warna
dan rasa.
Pasta gigi terkandung zat-zat sebagai berikut :
1) Bahan detergen, yang membuat pasta gigi berbuih ketika
menggosok gigi
2) Bahan Abrasif, zat yang berperan membersihkan deposit lunak
pada permukaan gigi
3) Bahan cair, zat yang membuat pasta gigi ketika menggosok gigi
4) Bahan padat, zat yang membuat pasta gigi menjadi padat lunak
sebelum digunakan
5) Bahan pemberi rasa dan pengharum, sebagai penyegar
6) Bahan penguat gigi, zat yang berfungsi sebagai terapeutik atau
pengobatan seperti penambahan fluor dan zat lain (Saputra 2010).
d. Cara menggosok gigi yang baik dan benar
Cara menggosok gigi yang baik dan benar, terdiri dari :
1) Cara menyikat harus dapat membersihkan semua deposit pada
permukaan gigi dan gusi secara baik, terutama saku gusi dan
ruang interdental.
2) Menggosok gusi dan gigi depan selama beberapa detik dalam
gerakan melingkar
3) Cara menyikat gigi harus tepat dan efisien
4) Frekuensi menyikat gigi maksimal tiga kali sehari setelah makan
pagi, makan siang dan sebelum tidur malam, atau minimal dua
kali sehari setelah makan pagi dan sebelum tidur malam.
5) Menyikat dengan cepat sepanjang permukaan wajah atas gigi dan
diakhiri berkumur.
6) Waktu yang tepat untuk menyikat gigi seharusnya tidak lebih dari
2 menit.
7) Tidak terlalu menekan gigi dan gusi ketika mulai menyikat gigi.
8) Menggunakan pasta gigi yang tepat (Kusdhany 2012).
e. Metode menggosok gigi
Lima metode menggosok gigi yaitu, Bass, S Stillman,
Horizontal, Vertical, dan Roll yang paling sering direkomendasikan.
Metode yang paling umum digunakan adalah metode horizontal
metode roll, dan metode vertical. Metode horizontal dilakukan
dengan cara menyikat dengan gerakan ke kiri dan kanan. Metode ini
sesuai dengan permukaan oklusal gigi. Mudah diterapkan dan dapat
membersihkan sulkus interdental (Hayanti 2014).
Metode vertical dilakukan untuk menyikat gigi bagian depan
gigi, kedua rahang tertutup lalu gigi disikat dengan gerakan ke atas
dan kebawah. Metode ini sederhana dan dapat membersihkan plak
tetapi tidak mampu menjangkau semua bagian gigi seperti metode
horizontal dengan sempurna. Metode roll adalah cara menyikat gigi
dengan ujung bulu sikat diletakkan dengan posisi mengarah ke akar
gigi sehingga sebagian bulu sikat menekan gusi. Ujung bulu sikat
digerakkan perlahan-lahan sehingga kepala sikat gigi bergerak
membentuk lengkungan melalui permukaan gigi. Metode roll
dianggap dapat membersihkan plak dengan baik (Fauzi 2016).
3. Konsep Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
a. Definisi Usaha Kesehatan Sekolah
Menurut Widyanto (2014) UKS adalah segala upaya yang dilakukan
untuk meningkatkan kesehatan peserta didik pada setiap jalur, jenis, dan
jenjang pendidikan mulai dari TK/RA sampai ke jenjang SMA/SMK/MA.
Efendi dan Makhfudli (2009) menyatakan bahwa UKS merupakan salah
satu usaha kesehatan pokok yang dilaksanakan oleh puskesmas dan usaha
kesehatan sekolah yang dijalankan di sekolah-sekolah pada anak didik
beserta lingkungan sekolah yang menjadi sasaran utama dari UKS.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa UKS
adalah kegiatan yang dilaksanakan di dalam maupun di sekitar sekolah dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan peserta didik.

b. Sasaran Usaha Kesehatan Sekolah


Sasaran pembinaan dan pengembangan UKS menurut Kemendikbud
(2012) meliputi:
1) Sasaran primer yaitu peserta didik.
2) Sasaran sekunder yaitu guru, pamong/tutor, komite sekolah/orangtua,
pengelola pendidikan dan kesehatan serta tim pembina UKS di setiap
jenjang pendidikan.
3) Sasaran tersier yaitu lembaga pendidikan mulai dari tingkat prasekolah
sampai pada sekolah lanjutan tingkat atas, termasuk satuan pendidikan
luar sekolah dan perguruan agama beserta lingkungannya.

c. Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah


Tujuan umum UKS adalah meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi
belajar peserta didik dengan meningkatkan budaya hidup bersih dan sehat,
meningkatkan kesehatan peserta didik, menciptakan lingkungan yang sehat,
sehingga memungkinkan pertumbuhan, perkembangan yang harmonis dan
optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia yang seutuhnya
(Dermawan, 2014). Sedangkan, tujuan khusus UKS untuk memupuk
kebiasaan hidup dan sehat serta meningkatkan derajat kesehatan peserta didik
yang didalamnya mencangkup:
1) Memiliki pengetahuan, sikap, dan ketrampilan untuk melaksanakan
prinsip hidup sehat serta berpartisipasi aktif di dalam usaha peningkatan
kesehatan.
2) Sehat yang meliputi fisik, mental dan sosial.
3) Memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk dari
penyalahgunaan narkoba, obat-obatan berbahaya, alkohol, rokok, dan
lain-lain.
d. Tim Pelaksana Usaha Kesehatan Sekolah
Sekolah merupakan tim pelaksana UKS. Menurut Kemendikbud (2012)
struktur organisasi tim pelaksana, dibagi menjadi beberapa disetiap jenjang
pendidikan, yaitu:
1) Tim pelaksana UKS di TK/RA/SD/SDLB dan MI
(a) Pembina : lurah/kepala desa
(b) Ketua : kepala sekolah/kepala madrasah
(c) Sekretaris I : guru pembina UKS/pembina UKS
(d) Sekretaris II : ketua komite sekolah/majelis madrasah
(e) Anggota : petugas UKS puskesmas/bidan desa dan
………………unsur guru
2) Tim pelaksana UKS di SMP/SMPB/MTs, SMA/SMALB/SMK/MA dan
Perguruan Agama
(a) Pembina : lurah/kepala desa
(b) Ketua : kepala sekolah/kepala madrasah
(c) Sekretaris I : guru pembina UKS/pembina UKS
(d) Sekretaris II : ketua komite sekolah/majelis madrasah
(e) Anggota : petugas UKS puskesmas/bidan desa, ketua
………………OSIS, unsur guru.
e. Ruang Lingkup Usaha Kesehatan Sekolah
Pelaksanaan program UKS digunakan untuk meningkatkan hidup sehat
dan meningkatkan derajat kesehatan peserta didik yang dilaksanakan sedini
mungkin melalui program yang ada pada program UKS dikenal sebagai Tiga
Program Pokok UKS (TRIAS UKS), meliputi :
1) Pendidikan kesehatan
Dermawan (2014) menjelaskan bahwa pendidikan kesehatan di
sekolah merupakan pemberian berupa bimbingan atau penyuluhan
kesehatan kepada peserta didik yang berkaitan dengan semua aspek
kesehatan (fisik, mental, sosial). Tujuan dari pendidikan kesehatan yaitu
memberikan pengetahuan tentang kesehatan, memiliki sikap positif
tentang hidup sehat, peserta didik dapat memiliki ketrampilan dalam
melaksanakan hal yang berkaitan dengan pemeliharaan, pertolongan dan
perawatan kesehatan, memiliki perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),
mengetahui dan dapat menerapkan prinsip-prinsip pencengahan penyakit,
serta memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk diluar (narkoba,
arus informasi dan gaya hidup yang tidak sehat).
Pelaksanaan pendidikan kesehatan melalui kegiatan kulikuler dan
kegiatan ekstrakulikuler. Kegiatan kulikuler adalah kegiatan dengan
pelaksanaan pendidikan pada jam pelajaran. Sedangkan, kegiatan
ektrakulikuler adalah kegiatan yang dilakukan diluar jam pelajaran biasa.
Tujuan dari kegiatan ekstrakulikuler untuk memperluas pengetahuan dan
ketrampilan peserta didik yang berkaitan dengan pendidikan kesehatan,
pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan yang sehat
(Kemendikbud, 2012).
2) Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan di sekolah dilaksanakan oleh tim kesehatan dari
puskesmas yang bekerja sama dengan guru dan kader kesehatan di
sekolah. Pelaksanaan pelayanan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan dan ketrampilan dalam melakukan hidup sehat dalam rangka
membentuk perilaku hidup sehat, meningkatkan daya tahan tubuh dari
penyakit dan mencegah terjadinya penyakit, kelainan dan kecacatan, serta
menghentikan proses penyakit dan sebagai pencegahan komplikasi dari
suatu penyakit, kelainan, pengembalian fungsi, dan peningkatan
kemampuan peserta didik yang cedera/cacat agar dapat berfungsi optimal
(Dermawan, 2014).
Kemendikbud (2012) menyebutkan bahwa pelayanan kesehatan
diberikan secara komprehensif untuk mencapai derajat kesehatan peserta
didik yang optimal, melalui kegiatan:
(a) Kegiatan peningkatan (promotif) dilaksanakan melalui:
(1) Kegiatan penyuluhan kesehatan dan latihan ketrampilan yang
dilaksanakan dengan latihan teknis dalam rangka pemeliharaan
kesehatan dan pembentukan peran aktif peserta didik dalam
pelajaran kesehatan, antara lain dokter kecil, kader kesehatan
remaja, palang merah remaja, dan saka bhakti husada.
(2) Pembinaan sarana keteladanan yang ada dilingkungan sekolah
antara lain pembinaan kantin yang sehat dan pembinaan
lingkungan sekolah yang terpelihara dan bebas dari faktor
pembawa penyakit.
(3) Pembinaan keteladanan berperilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS).
(b) Kegiatan preventif
Kegiatan pencegahan dilaksanakan melalui kegiatan peningkatan
daya tahan tubuh, kegiatan pemutusan mata rantai penularan penyakit
dan kegiatan penghentian proses penyakit. Kegiatan pencegahan ini
yaitu:
(1) Pemeliharaan kesehatan yang bersifat umum maupun khusus
untuk penyakit-penyakit tertentu, seperti demam berdarah,
cacingan, muntaber.
(2) Screening kesehatan bagi anak yang baru masuk sekolah.
(3) Pemeriksaan berkala setiap 6 bulan.
(4) Monitoring pertumbuhan peserta didik.
(5) Imunisasi pada peserta didik kelas 1 sampai kelas 6 di sekolah
dasar dan madrasah ibtidaiyah.
(6) Usaha pencegahan penularan penyakit dengan memberantas
sumber infeksi dan pengawasan kebersihan lingkungan sekolah.
(7) Konseling kesehatan remaja oleh kader kesehatan sekolah, guru
BP, guru agama, dan puskesmas oleh dokter atau tenaga
kesehatan lainnya.
(Kemendikbud, 2012)
(c) Kegiatan kuratif dan rehabilitatif
Kegiatan penyembuhan dan pemulihan dilakukan melalui kegiatan
mencegah komplikasi dan kecatatan akibat dari suatu proses penyakit
atau untuk meningkatkan kemampuan peserta didik yang cedera atau
cacat agar dapat berfungsi optimal yaitu dengan diagnosis dini,
pengobatan ringan, pertolongan pertama pada kecelakaan dan
pertolongan pertama pada penyakit, dan rujukan medik.
3) Pembinaan Lingkungan yang Sehat
Pembinaan lingkungan yang sehat baik fisik, mental, sosial maupun
lingkungan dengan melaksanakan 7K yaitu kebersihan, keindahan,
ketertiban, keamanan, kerindangan, dan kekeluargaan. Kegiatan
pembinaan lingkungan yang sehat betujuan untuk mewujudkan lingungan
yang sehat guna mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
dalam mendukung tercapainya proses belajar mengajar yang maksimal.
Kegiatan pelaksanaan lingkungan yang sehat meliputi:
(a) Identifikasi faktor resiko lingkungan sekolah
Cara yang digunakan untuk mengidentifikasi dengan pengamatan
visual menggunakan instrumen pengamatan, jika diperlukan maka
perlu melakukan pengukuran lapangan dan laboratorium. Analisa
faktor risiko yang dilakukan dengan cara membandingkan hasil
pengamatan dengan standar yang telah ditentukan. Prioritas masalah
ditentukan berdasarkan perkiraan potensi besarnya bahaya atau
gangguan yang ditimbulkan, tingkat keparahan dan pertimbangan lain
yang diperlukan sebagai dasar melakukan intervensi.
(b) Perencanaan
Perencanaan merupakan kegiatan yang dilakasanakan untuk
mengatasi masalah atau menurukan maupun menghilangkan risiko
kesehatan lingkungan yang disusun sistematis dan terukur.
Perencanaan pada kegiatan harus sudah terinci dari volume kegiatan,
besarnya biaya, sumber biaya, waktu pelaksanaan, pelaksana dan
penanggung jawab.
(c) Intervensi
Intervensi terhadap faktor resiko lingkungan dan perilaku meliputi
3 kegiatan, yaitu penyuluhan, perbaikan sarana, dan pengendalian.
Penyuluhan dapat dilakukan oleh pihak sekolah maupun luar sekolah.
Perbaikan sarana dari hasil identifikasi dan meningkatkan kondisi
lingkungan jika ditemukan kondisi yang tidak sesuai yang selanjutnya
segera dilakukan perbaikan. Upaya pengendalian faktor resiko untuk
menjaga dan meningkatkan kesehatan lingkungan sekolah dan
disesuaikan dengan kondisi yang ada, seperti pemeliharaan ruang
serta bangunan, pencahayaan, ventilasi, kepadatan ruang kelas, jarak
papan tulis, sarana cuci tangan, kebisingan, air bersih, toilet, sampah,
sarana pembuangan air limbah, vektor (pembawa penyakit), kantin
sekolah, halaman, meja, kursi, dan perilaku.
f. Fungsi dan Tugas Guru sebagai Tim Pelaksana UKS
Keanggotaan dari tim pelaksana di UKS berfungsi sebagai
penanggungjawab dan melaksanakan program UKS yang telah ditetapkan oleh
tim pembina UKS. Sedangkan, tugas guru sebagai tim pelaksana UKS
menurut Kemendikbud (2012), meliputi:
1) Melaksanakan tiga program pokok UKS.
Guru merupakan sasaran sekunder pelaksanaan UKS diharapkan
dapat melaksanakan program pokok UKS terdiri dari pendidikan
kesehatan, pelayanan kesehatan, dan menciptakan lingkungan yang
bersih dan sehat.
2) Menjalin kerjasama dengan orangtua peserta didik.
Guru hendaknya dapat berkoordinasi dengan orangtua peserta didik
dan dapat berpartisipasi mendorong anaknya untuk mempraktikan hidup
bersih dan sehat.
3) Menyusun program, melaksanakan penilaian/evaluasi dan penyampaian
laporan kepada tim pembina UKS Kecamatan.
Agar UKS dapat berjalan sesuai rencana, berhasil sesuai guna dan
berdaya guna maka dilakukan penyusunan program yang akan
dilaksanakan dalam 1 tahun, melakukan monitoring dalam rangka
pengontrolan terhadap objek kegiatan yang akan dilaksanakan,
mengevaluasi kegiatan, dan menyampaikan laporan secara tertulis segala
bentuk kegiatan yang telah dilakukan.
4) Menjalankan ketatausahaan tim pelaksana UKS di sekolah.
Sebagai tim pelaksana UKS hendaknya dapat mengkoordinasikan
penyusunan program kerja UKS, pengadaan sarana UKS seperti
pengadaan alat atau bahan UKS dan pengadaan buku bacaan.

g. Peran Guru UKS


Guru memiliki peran yang penting dalam pelaksanaan UKS. Peran guru
sebagai tim pelaksana UKS menurut Martunus (2013), sebagai berikut:
1) Peran pelaksana UKS sebagai pendidik.
Guru berperan sebagai pendidik yang memberikan pengetahuan
kepada peserta didik mengenai UKS.
2) Peran pelaksana UKS sebagai pengontrol.
Guru bertugas untuk mengawasi kegiatan yang berhubungan dengan
pendidikan kesehatan seperti penyuluhan.
3) Peran pelaksana UKS sebagai teladan.
Guru menjadi seseorang yang memberikan teladan atau contoh yang
baik kepada peserta didiknya.
Menurut pendapat Notoatmodjo (2010) guru memiliki peranan sebagai :
1) Pelaksana pendidikan kesehatan kepada peserta didik, baik melalui
mata pelajaran yang terstruktur, maupun dirancang khusus dalam
rangka melaksanakan penyuluhan kesehatan.
2) Pengawas pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.
3) Pengawas adanya kelainan-kelainan yang mungkin ada pada peserta
didik
ANGKET PENGKAJIAN PADA ANAK USIA SEKOLAH

Petunjuk Pengisian:
1. Isilah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan identitas adik-adik
2. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jujur dan tidak menyontek

A. Pengkajian dilakukan pada anak usia sekolah melalui wawancara dan pengukuran
1. Nama : An. K
2. Umur : 7 Tahun
3. Kelas : 1 SD
4. Tempat dan tanggal lahir : Sleman, 21 maret
2013
5. Jenis Kelamin : Laki-laki
6. Penyakit apa yang sedang : Sehat/tidak sakit
dialami adik-adik saat ini

7. Pernahkan adik-adik sakit


dalam 3 bulan terakhir : Pernah

Bila pernah, sakit apa yang dialami : 3 bulan terakhir Berdasarkan hasil wawancara
bersama orang tua 3 bulan terakhir An. K sering mengalami sakit gigi dan batuk atau
pilek

8. Pernahkah adik-adik
mendapatkan penyuluhan :Pernah
Bila pernah, penyuluhan tentang apa : Berdasarkan hasil wawancara An. K pernah
mendapatkan penyuluhan disekolah tentang PHBS

No Jenis Pemeriksaan Kelas 1


Tahun Ajaran : 2019/2020
I Pemeriksaan Kesehatan
Berdasarkan Kuesioner
A Riwayat Kesehatan Anak
Alergi makanan tertentu (misalnya  Tidak Ya Sebutkan
makanan laut)
Alergi obat tertentu  Tidak Ya Sebutkan
Pernah mengalami cedera serius akibat  Tidak Ya Sebutkan
kecelakaan (gegar otak/patah
tulang/lainnya)
Riwayat kejang berulang  Tidak Ya Sebutkan
Riwayat pingsan  Tidak Ya Sebutkan
Riwayat tranfusi darah berulang  Tidak Ya Sebutkan
Riwayat kelainan bawaan yang dimiliki  Tidak Ya Sebutkan
Riwayat penyakit lainnya  Tidak Ya Sebutkan

B Riwayat Imunisasi (ditanyakan


kepada orang tua)
Memiliki catatan imunisasi Tidak  Ya
Saat bayi mendapat imunisasi dasar Tidak  Ya
lengkap (Hepatitis, DPT, BCG, Polio
dan Campak)
Pada SD kelas 1 mendapat imunisasi Tidak  Ya
No Jenis Pemeriksaan Kelas 1
Tahun Ajaran : 2019/2020
C Riwayat Kesehatan Keluarga
(ditanyakan kepada orang tua)
a. Tuberkulosis (TBC)  Tidak Ya Tidak
Tahu
b. Diabetes Mellitus (kencing manis)  Tidak Ya Tidak
Tahu
c. Hepatitis/sakit kuning  Tidak Ya Tidak
Tahu
d. Asma Tidak  Ya Tidak
Tahu
e. Penyakit jantung  Tidak Ya Tidak
Tahu
f. Stroke/lumpuh  Tidak Ya Tidak
Tahu
g. Obesitas/Sangat gemuk  Tidak Ya Tidak
Tahu
h. Tekanan darah tinggi  Tidak Ya Tidak
Tahu
i. Kanker/tumor ganas  Tidak Ya Tidak
Tahu
j. Anemia (kekurangan kadar Hb dlm  Tidak Ya Tidak
darah) Tahu
k. Thalassemia (penyakit kelainan  Tidak Ya Tidak
darah turunan) Tahu
l. Hemophilia (darah sulit  Tidak Ya Tidak
membeku/berhenti saat terjadi luka) Tahu
m. Lain-lain
D Gaya Hidup/ Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat
Sarapan  selalu Kadang Tidak
pernah
Jajan sehat di kantin sekolah Selalu Kadang Tidak
pernah
Olah raga/aktivitas fisik  Selalu Kadang  Tidak
pernah
Cuci tangan dengan air mengalir dan Selalu  Kadang Tidak
sabun sebelum makan, sesudah makan pernah
dan setelah berkegiatan

Gosok gigi  Selalu Kadang Tidak


pernah

Membuang sampah pada tempatnya Selalu Kadang Tidak
pernah
Menggunakan gadget (Hp maupun Tidak Kadang

Tablet)
Risiko merokok  Tidak Ya
Risiko minum beralkohol dan napza  Tidak Ya
BAB dan BAK di jamban sekolah Tidak  Ya

E Kesehatan Reproduksi
- Masalah pubertas (mimpi basah,  Tidak Ya
suara membesar, tumbuh rambut
di bagian tertentu)
- Risiko IMS (infeksi menular  Tidak Ya
seksual)
- Risiko kekerasan seksual  Tidak Ya
Khusus peserta didik perempuan :
- Gangguan menstruasi  Tidak Ya

F Kesehatan Mental Emosional


Skor Kesulitan
Gejala Emosional (E)marah, sedih,  normal borderline abnormal
takut, cemas
No Jenis Pemeriksaan Kelas 1
Tahun Ajaran : 2019/2020
Masalah perilaku (C)sulit  normal borderline abnormal
konsentrasi
Hiperaktifitas (H) normal  borderline abnormal
Masalah teman sebaya (P)  normal borderline abnormal

Skor Kekuatan
Perilaku Prososial (Pr)berbagi,  normal borderline abnormal
kerjasama, menolong, jujur, dermawan

G Kesehatan Intelegensia
Modalitas belajar (jika ada raport TK
dapat diketahui dari laporan tersebut)
Visual  optimal Cukup optimal Belum
optimal
Audio  optimal Cukup optimal Belum
optimal
Kinestetik optimal  Cukup optimal Belum
optimal
Dominasi otak  optimal Cukup optimal Belum
optimal

II Pemeriksaaan Fisik Oleh Tenaga Kesehatan, dibantu Guru dan Kader Kesehatan
A Pemeriksaan Tanda Tanda Vital

Denyut nadi = 86 /menit


Frekuensi pernafasan = 18 /menit
Suhu = 36,2 oC
Bising jantung  Tidak Ya
Bising paru  Tidak Ya

B Pemeriksaan Status Gizi


Berat badan = 21 Kg
Tinggi badan = 115 Cm
Kategori status gizi Kurang
IMT (BB/TB2) = 16
Sangat kurus Normal Sangat
Gemuk
 Kurus Gemuk
TB/U (Stunting) tinggi badan lebih  Tidak Ya
rendah dari usia
Tanda klinis anemia  Tidak Ya
(conjungtiva/kelopak mata
bagian dalam bawah pucat, bibir,
lidah, telapak tangan pucat)

C Pemeriksaan Kebersihan Diri


Rambut Tidak sehat  sehat
Kulit berbercak keputihan,  Tidak Ya Jika ya, apakah
kemerahan,/ kehitaman bercak putih
mati rasa (bisa
mengarah ke
kusta)
Kulit bersisik  Tidak Ya
Kulit ada memar  Tidak Ya
Kulit ada luka sayatan  Tidak Ya
Kulit ada luka koreng  Tidak Ya
Kulit ada luka koreng sukar sembuh  Tidak Ya
Kulit ada bekas suntikan  Tidak Ya
Kuku Tidak sehat  Sehat
Telinga  Bersih Tidak

D Pemeriksaan Penglihatan
No Jenis Pemeriksaan Kelas 1
Tahun Ajaran : 2019/2020
Mata luar (kanan-kiri)  Normal Tidak sehat
Tajam penglihatan (kanan-kiri)  Normal Kelainan
refraksipengli
hatan kabur
Low vision

Kaca mata Tidak


Kebutaan Ya
Buta warna (tes ishihara)  Tidak Ya

An. K memiliki riwayat penyakit mata


karena alergi
E Pemeriksaan Pendengaran
Telinga luar (kanan-kiri)  Sehat Infeksi Serumen
Tajam pendengaran (kanan-kiri)  Normal Ada gangguan :

F Pemeriksaan Kesehatan gigi dan


mulut
Kesehatan Rongga Mulut  Tidak Ya
Celah bibir/langit-langit  Tidak Ya
Luka pada sudut mulut  Tidak Ya
Sariawan  Tidak Ya
Lidah kotor  Tidak Ya
Luka lainnya  Tidak Ya, Lokasi
Gigi berlubang/ karies (gunakan Tidak  Ya
pemeriksaan karies)
Gusi mudah berdarah  Tidak Ya
Gusi bengkak  Tidak Ya
Gigi kotor (ada plak&sisa makanan)  Tidak Ya
Karang gigi Tidak  Ya
Susunan gigi depan tidak teratur Tidak  Ya

G Pemeriksaan Postur tubuh


Risiko scoliosis (gunakan  Tidak Ya
pemeriksaan scoliosis)

H Pemakaian Alat Bantu


Penglihatan/kacamata  Tidak Ya
Pendengaran  Tidak Ya
Kursi roda  Tidak Ya
Tongkat/ kruk  Tidak Ya
Kaki/ tangan/ mata  Tidak Ya
protesekaki/tangan/mata palsu

III Dirujuk  Tidak Ya

Mengetahui : Petugas yang mengkaji Wali Kelas/Guru

(Erikson, Fiani, Okta) (………………….)


A. Data didapatkan melalui wawancara dengan guru penanggung jawab UKS dan observasi.
Berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang sesuai

NO PERTANYAAN JAWABAN
TIDAK YA
A. PENDIDIKAN KESEHATAN
1 Penyuluhan diberikan tiap bulan oleh pihak sekolah √
Jika ya, siapa yang menyampaikan materi pendkes :
materi penkes seperti PHBS, Bahaya Narkoba, Kesehatan reproduksi
2 Sekolah memasukkan materi tentang PHBS dalam kurikulum √
sekolah
3 Sekolah memasukkan materi tentang pencegahan cedera, √
NAPZA, pencegahan kekerasan, edukasi seksual, aktivitas fisik,
nutrisi yang sehat dalam kurikulum sekolah
4 Terdapat poster maupun media lain sebagai bentuk Promosi √
kesehatan di sekolah
B. AKTIVITAS FISIK
5 Sekolah memiliki kebijakan/ peraturan aktivitas fisik/olahraga √
sebelum dan sesudah masuk kelas
6 Terdapat fasilitas olahraga bagi siswa seperti lapangan dan √
peralatan olahraga
7 Sekolah memiliki kebijakan tentang kesehatan olahraga √
C. LINGKUNGAN DAN PELAYANAN NUTRISI
8 Sekolah memiliki kebijakan/ program membawa bekal sehat ke √
sekolah,
9 Sekolah memiliki kebijakan/ peraturan jajan sehat di kantin √
sekolah
10 Sekolah menyediakan fasilitas air minum gratis bagi siswa √
D. PELAYANAN KESEHATAN
11 Terdapat peralatan P3K di sekolah/ UKS √
12 Terdapat program dokter kecil dan jumantik cilik √
13 Terdapat alat bantu keadaan gawat dan darurat √
14 Pemeriksaan berkala dilakukan oleh sekolah bekerjasama dengan √
puskesmas
15 Sekolah memiliki kebijakan/ peraturan Kawasan Tanpa Rokok √
(KTR)
16 Terdapat tenaga kesehatan yang terlatih/ profesional dalam √
pemberian yankes pada siswa
E. ASPEK SOSIAL DAN EMOSI
17 Sekolah memiliki layanan konseling bagi siswa √
18 Lingkungan sekolah sangat kondusif bagi siswa untuk kegiatan √
belajar-mengajar
19 Sekolah memiliki kebijakan tentang bullying √
20 Sikap siswa saling menghargai terhadap sebaya, guru dan √
masyarakat sekolah lainnya (staf, security, pedagang di kantin)
F. PELIBATAN KELUARGA DAN KOMUNITAS
21 Keluarga dilibatkan dalam mengontrol anak berperilaku hidup √
bersih dan sehat di rumah
22 Keluarga dilibatkan dalam rapat wali murid untuk mendukung √
perkembangan belajar siswa
23 Sekolah bekerja sama dengan fasilitas pelayanan kesehatan √
seperti puskesmas dan klinik kesehatan terdekat untuk
meningkatkan kesehatan siswa
Note : Pertanyaan diajukan/ diobservasi secara berkelompok
INSTRUMEN PENILAIAN FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN SEHAT DI SEKOLAH

Nama Sekolah : SDN I Godean


Alamat : Jln. Suparjo No. 3 Sidoluhur Godean Sleman, Yogyakarta
No. Telepon -
Status Lingkungan : SANGAT BAIK/BAIK/CUKUP/BURUK/SANGAT BURUK *)

Kondisi
No. Faktor Risiko
Tidak Berpotensi Berpotensi Keterangan
1 2 3 4 5 6
1 Atap dan Talang Memenuhi syarat √ Tidak Memenuhi
syarat tidak tampak adanya
Kemiringan cukup dan tidak ada √ bekas air yang bocor di
genangan air, tidak bocor, tidak bagian atap.
kotor
2 Dinding Minimal Bila hanya satu
memenuhi aspek aspek saja atau
(a) dan salah satu lebih dari satu
aspek (b)/(c)/(d) aspek tanpa aspek
(a)
a. Bersih, kuat, tidak retak,tidak √ Dinding tampak bersih,
pecah kuat, tidak ada
b. Permukaan yang selalu kontak √ retakan/pecah.
dengan air harus kedap air Permukaan kedap air
c. Permukaan bagian dalam mudah √ mudah dibersihkan dan
dibersihkan berwarna biru
d. Berwarna terang √
3 Lantai Minimal Bila hanya Sebagian besar lantai
memenuhi aspek memenuhi 1 telah keramik, didalam
(a) dan salah satu aspek saja atau kelas berwarna putih dan
aspek (b)/(c) lebih satu aspek diluar hijau. Namun
tanpa aspek (a) cenderung licin jika
a. Bersih √ terkena air
b. Kedap air √
c. Tidak licin √
4 Tangga Semua aspek Tidak ada salah Untuk bangunan tidak
terpenuhi satu aspek atau ada yang memerlukan
lebih tidak tangga dikategorikan
memenuhi semua aspek
terpenuhi

a. Lebar anak tangga minimal 30 lebar 28 cm √


Cm
b. Tinggi anak tangga maksimal Tinggi 15 cm √
20 Cm
c. Ada pegangan tangan √
d. Lebar tangga minimal 150 Cm lebar 185 cm √
5 Pencahayaan Ruang Kelas Memenuhi syarat Tidak memenuhi Kelas tampak gelap jika
Dapat membaca dengan jelas syarat tidak menngunakan
tanpa bantuan cahaya buatan lampu, tidak terdapat
Kondisi
No. Faktor Risiko
Tidak Berpotensi Berpotensi Keterangan
1 2 3 4 5 6
pada siang hari jendela.dan hanya
memiliki 16 ventilasi
6 Pencahayaan Ruang Memenuhi syarat Tidak memenuhi
Perpustakaan syarat

Dapat membaca dengan jelas


tanpa bantuan cahaya buatan pada
siang hari
7 Pencahayaan Ruang Memenuhi syarat Tidak memenuhi Untuk sekolah yang
Laboratorium syarat tidak ada ruang
Dapat membaca dengan jelas laboratorium
tanpa bantuan cahaya buatan pada dikatagorikan memenuhi
siang hari syarat
8 Ventilasi Memenuhi syarat Tidak memenuhi
syarat

a. 80% ruang kelas yang tidak L : 1900 m2 √ Didalam ruangan


menggunakan AC mempunyai luas minimal terdapat 40 ventilasi
luas ventilasi minimal 20% luas ventilasi 380 cm2. dengan panjang masing-
lantai atau masing 140 cm
b. 80% ruang kelas yang
menggunakan AC mempunyai
jendela dan tidak bau apek

9 Kepadatan kelas Memenuhi syarat Tidak memenuhi


syarat
Setiap murid mendapat ruang P: 19, L: 10 √ Setiap siswa
seluas minimal 1,75 M2 Luas : 1900 m2 mendapatkan ruangan
siswa : 60 anak sekitar 3.1 m2
10 Jarak papan tulis dengan Memenuhi syarat Tidak memenuhi Untuk TK/RA
bangku paling depan minimal jarak : 4 m syarat dikategorikan memenuhi
2,5 M syarat karena susunan
tempat duduk non
klasikal
11 Jarak papan tulis dengan Memenuhi syarat Tidak memenuhi Untuk TK/RA
bangku paling belakang jarak syarat dikatagorikan memenuhi
maksimal 9 M P : 10 m syarat karena susunan
tempat duduk non
klasikal
12 Sarana cuci tangan Terpenuhi semua Salah satu aspek
aspek atau lebih tidak
terpenuhi
a. Tersedian minimal 1 sarana √
untuk 2 kelas
b. Tersedia sabun √
c. Tersedian air bersih mengalir √
13 Kebisingan Memenuhi syarat Tidak memenuhi √
Tidaka ada keluhan kebisingan syarat
14 Air bersih Terpenuhi semua Salah satu aspek
aspek atau lebih tidak
terpenuhi
a. Tersedia dan cukup untuk √
kebutuhan sekolah
b. Kualitas fisik; jernih, tidak √
berwarna, tidak ada rasa dan
bau
15 Kamar mandi Terpenuhi semua Salah satu aspek
aspek atau lebih tidak
memenuhi syarat
Kondisi
No. Faktor Risiko
Tidak Berpotensi Berpotensi Keterangan
1 2 3 4 5 6
a. Bersih, tidak berbau √
b. Ventilasi minimal 20% luas √
lantai
c. Penerangan cukup √
d. Lantai tidak licin dan bersih √
e. Tidak ditemukan jentik atau √
nyamuk
16 WC/Urinoar Terpenuhi semua Salah satu aspek
aspek atau lebih tidak
memenuhi syarat
a. Jumlah sarana minimal 1:25 √
untuk perempuan dan 1:40
untuk laki-laki
b. Bersih, tidak berbau √
c. Ventilasi minimal 20% luas √
lantai
d. Penerangan cukup √
e. Lantai tidak licin dan bersih √
f. Tersedia air bersih dan sabun √
g. Tidak ditemukan jentik atau √
nyamuk
17 Sampah Terpenuhi semua Salah satu aspek
aspek atau lebih tidak
memenuhi syarat
a. Minimal 80% dari seluruh √
ruangan tersedia tempat
sampah
b. Tersedia tempat pembuangan √
sampah sementara
18 Saluran pembuangan air limbah Terpenuhi semua Salah satu aspek
aspek atau lebih tidak
memenuhi syarat
a. Air limbah mengalir dengan √
lancer
b. Saluran air limbah tertutup √
c. Ada penampungan air limbah √
tertutup atau dialirkan ke
saluran air limbah umum

19 Vektor Memenuhi syarat Tidak memenuhi


syarat
Tidak ditemukan vector (lalat, √
jentik nyamuk, kecoa, tikus, dll)
20 Kantin Sekolah Terpenuhi semua Salah satu aspek Untuk TK/RA tidak ada
aspek atau lebih tidak kantin, dikatagorikan
memenuhi syarat terpenuhi semua aspek
a. Penyajian makanan tertutup √
b. Tersedianya sarana cuci √
peralatan dengan air bersih
yang cukup dan sabun
c. Tersedia sarana cuci tangan √
dengan air mengalir dan sabun
Kondisi
No. Faktor Risiko
Tidak Berpotensi Berpotensi Keterangan
1 2 3 4 5 6
d. Tersedia tempat terpisah √
untuk penyimpanan bahan
makan dan makanan
jadi/matang

e. Kondisi kantin bersih √

f. Peralatan makan/minum √
bersih
g. Penjamah makanan tidak √
mengidap penyakit menular
(hepatitis, kulit, tipoid, diare,
dll)
h. Penjamah makanan berkuku √
pendek dan bersih, pakain
bersih dan rapi
21 Halaman sekolah Terpenuhi semua Salah satu aspek
aspek atau lebih tidak
memenuhi syarat
a. Tidak banyak debu √
b. Ada penghijauan dan tertata √
rapi
c. Tidak ada genangan air √
d. Tidak ada sampah √
berserakan
22 Meja belajar Memenuhi syarat Tidak memenuhi
syarat Meja belajar datar
Kemiringan meja 15% (10o) √
23 Perilaku Terpenuhi semua Salah satu aspek
aspek atau lebih tidak
memenuhi syarat
a. Tidak ada orang merokok di √
lingkungan sekolah
b. 80% kuku para peserta didik √
pendek dan bersih
c. Terbiasa membuang sampah √
pada tempatnya (terlihat tidak
ada sampah berserakan)
d. Siswa terlihat mencuci tangan √
sebelum masuk kelas
JUMLAH TANDA (√) ….13 …..
% 56,5 …..

Keterangan : Cukup
*) Coret yang tidak sesuai
Status Lingkungan Sehat dengan katagori sebagai berikut :
 Sangat Baik, bila mencapai angka 80%-100%

 Baik, bila mencapai angka 60%-79%


 Cukup, bila mencapai angka 40%-59%
 Buruk, bila mencapai angka 20%-39%
 Sangat Buruk, bila mencapai angka 0-19%
ANALISIS MASALAH KESEHATAN DI SEKOLAH
DATA FOKUS MASALAH/ RISIKO MASALAH
Wawncara : Kesiapan Meningkatkan Manajemen
 Berdasarkan hasil wawancara dengan guru UKS, di sekolah belum Kesehatan
memiliki tenaga kesehatan untuk mengelola UKS namun beliau telah
mengikuti pelatihan pelatihan.
 Guru UKS mengatakan sekolah telah mmeiliki perlengkapan seperti P3K
dan perlengkapan lainnya seperti tempat perawatan dan dokter cilik.
 Guru mengatakan, kantin di SDN I godean telah memberlakukan kantin
sehat, setiap penjual telah mendapatkan izin dari pihak sekolah yang
sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan pada barang dagangannya.
 Dari hasil wawancara, pengurus UKS mengatakan telah dilakukan
pendidikan kesehatan dari guru
Observasi :
 Tidak terlihat adanya tempat titik kumpul bencana dan jalur evakuasi.
 Ruang kelas tidak memiliki jendela yang dapat di buka. Namun luas
ventilasi lebih dari 20% luas lantai dengan kelas A 16 Ventilasi dan kelas
B 24 Ventilasi.
 pencahayan di ruang kelas menggunakan bantuan cahaya lampu
 Di area sekolah telah memiliki tempat sampah didepan kelas dengan
memisahkan organic dan non.
 Status kesehatan lingkungan sekolah dalam kategori cukup.
Angket :

Wawancara : Kerusakan Gigi


 Orang tua mengatakan anak K selalu menggosok gigi, namun menggosok
gigi hanya sering dilakukan pada waktu pagi atau sehabis mandi saja,
anak K jarang menggosk gigi setelah makan ataupun sebelum tidur
malam.
 Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua selama 3 bulan terakhir
anak K sering sakit gigi dan batu/pilek
Observasi :
 Anak K memiliki susunan gigi yang tidak teratur.
 Sebagian besar gigi anak K telah tanggal
Angket :
 Anak K sudah patuh dan rajin menggosok gigi
 Anak K memiliki karies gigi
 Anak K memiliki masalah gigi berlubang dan gigi telah tanggal

Wawancara : Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko


 Guru mengatakan telah meginztruksikan anak siswa (i) untuk membawa
bekal makanan setiap hari sabtu.
 Orang tua mengatakan terkadang anak mencuci hanya pake air saja jika
sebelum dan setelah makan.
Observasi :
 Hasil observasi anak K tampak tidak cuci tangan terlebih dahulu saat akan
makan disekolah
 Dibagian depan kelas tampak telah tersedia keran
 Anak K membawa bekal berupa jajanan warung.
Angket :
 Anak K selalu sarapan, dan selalu jajan sehat
 Anak K selalu mencuci tangan dan selalu membuang sampah pada
tempatnya
 Tinggi badan anak K adalah 115 cm dengan berat badan rata-rata 21 kg.
dan IMT adalah 16. Berdasarkan data ini diketahui rata-rata status gizi
anak pada anak K kategori kurus dengan status gizi kurang.

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


MASALAH KRITERIA HASIL (NOC) RENCANA TINDAKAN (NIC)
Kerusakan Gigi Kesehatan mulut Pemeliharaan kesehatan mulut
1. gigi terlihat bersih 1. mengobservasi gigi yang meliputi warna, kebersihan dan ada
2. gusi terlihat bersih tidaknya karies gigi.
3. lidah terlihat bersih 2. rekomendasikan penggunaan sikat gigi yang berbulu lembut
4. bibir terlihat bersih 3. menginstrusikan untuk menyikat gigi secara teratur
5. tidak adanya bau mulut.
6. tidak adanya karies gigi.
Pemulihan kesehatan mulut
7. tidak terjadi sakit gigi.
1. mengobservasi kondisi mulut pasien (misalnya bibir, lidah
membrane mukosa gigi, tambalan gigi) termasuk karakter dan
abnormalitas (misalnya ukuran, warna, dan lokasi )
2. instruksikan untuk menggunakan sikat gigi yang lembut.
3. instruksikan untuk menjaga kebersihan sikat gigi.
4. instruksikan untuk menghindari makanan yang menyebabkan
caies ( yang mengandung gula).
perilaku kesehatan Orientasi Kesehatan Pendidikan kesehatan
cenderung beresiko 1. Fokus menjaga perilaku
1. targetkan sasaran pada kelompok yang beresiko.
kesehatan (menjaga kebersihan
diri seperti, cuci tangan) 2. identifikasi faktor internal dan eksternal yang dapat
2. Individu bertanggung jawab
meningkatkan atau mengurangi motifasi berperilaku sehat.
untuk pilihan perilaku kesehatan
3. Merasakan pentingnya 3. bantu individu atau keluarga untk memperjelas keyakinan dan
mengintegrasikan perilaku
nilai-nilai kesehatan.
kesehatan
Perilaku menambah berat badan Konseling nutrisi
1. mengidentifikasi penyebab
1. kaji asupan makan dan kebiasaan makan.
penurunan berat badan.
2. mengidentifikasi makanan dan 2. berikan informasi sesuai kebutuhan mengenai modifikasi diet
minuman yang di sukai dan tidak di makanan.
sukai.
3. pasang materi penuntun makanan yang menarik (pyramid
3. minum 8 gelas air putih setiap
hari. makanan).
4. memilih makanan yang berprotein.

Perilaku mengurangi berat badan.


1. memilih makanan dan minuman
yang bergizi.
2. menghindari makanan dan
minuman yang berkalori tinggi.
3. memantau indeks masa tubuh.
4. memantau berat badan.
Kesiapan Perilaku promosi kesehatan Peningkatan sistem dukungan
Meningkatkan
1. Tentukan kemampuan dari sumber daya yang ada
Manajemen 1. menggunakan sumber daya
Kesehatan manusia dab finansial untuk 2. Tentukan hambatan terhadap sumber daya yang ada
meningkatkan kesehatan.
3. Libatkan wali murid orang terdekat danteman-teman dalam
2. mendapatkan scrining kesehatan
yang di rekomendasikan. perawatan dan perencanaan (seperti, dokter cilik, dan
3. menggunakan dukungan social
jumantik)
untuk meningkatkan kesehatan.

Fasilatasi pembelajaran
1. Tentukan pembelajaran dua arah yang realistic kepada
pengurus UKS
2. Buat isi pendidikan kesehatan sesuai dengan kemampuan
dan efektifitas kegiatan UKS
3. Gunakan Bahasa umum yang biasa digunakan
4. Jika diperlukan berikan pamphlet atau video dan bahan
lainya
5. Berikan media yang tepat agar mudah dipahami

Skrining kesehatan
1. Tentukan populasi target untuk pemeriksaan kesehatan
2. Lakukan pengkajian fisik yang sesuai
3. Dapatkan riwayat kesehatan deskripsi kesejatan, faktor
resiko dan obat-obatan
4. Dapatkan riwayat kesehatan keluarga
5. Rujuk pasien pada penyedia perawatan kesehatan lainya
BAB IV
ANALISA KASUS

Berdasarkan hasil pengkajian menunjukkan bahwa anak K selama 3 bulan


terakhir sering mengalami sakit gigi dan batuk/pilek. Data yang didapat pada saat
pengkajian anak K memiliki susunan gigi yang tidak teratur, adanya gigi
berlubang dan beberapa gigi sudah tanggal. Orang tua mengatakan anak K sudah
rajin dan patuh menggosok gigi namun menggosok gigi hanya sering dilakukan
pada waktu pagi atau sehabis mandi saja, anak K jarang menggosk gigi setelah
makan ataupun sebelum tidur malam.
Terdapat hubungan antara kebiasaan menggosok gigi dengan karies gigi
pada anak K dikarenakan pada usia sekolah anak sudah mampu menyikat gigi
sendiri. Sebagian besar anak sudah menggosok gigi 2 kali sehari tetapi waktu
dalam menggosok gigi masih kurang tepat, yaitu bersamaan dengan mandi pagi
dan mandi sore. Menggosok gigi yang baik adalah minimal 2 kali sehari yaitu
setelah sarapan pagi dan sebelum tidur malam. Jika anak menyikat gigi sebelum
sarapan dan saat mandi sore, ada rentang waktu lama membiarkan gigi dalam
kondisi kotor karena adanya sisa-sisa makanan. Keadaan kotor ini banyak
mengandung plak. Kemampuan anak untuk menyikat gigi dengan baik dan benar
tergantung bagaimana peran orang tua ataupun guru dalam mengajarinya. Anak
pun harus dibiasakan memeriksakan giginya setiap 6 bulan. Penting diperhatikan
hingga anak berusia 7 tahun, orang tua harus tetap mengawasi aktivitas anak saat
menyikat gigi.
Sejalan dengan teori Potter & Perry (2012) perkembangan adalah aspek
progresif terhadap lingkungan yang sifatnya kuantitatif. Setiap manusia normal
akan mengalami tahap perkembangan sesuai dengan usia mereka. Temasuk
didalamnya pada tahap usia sekolah adalah usia diantara 6-7 tahun. Pada tahap
usia tersebut keluarga masih merupakan fokus dalam hidupnya. Berdasarkan
tahap perkembangan pada usia sekolah dikatakan anak seharusnya sudah memiliki
kemandirian dalam menggosok gigi. Namun faktor stimulasi yang kurang dapat
menghambat kemandirian anak berkembang sesuai tahap perkembangannya. Oleh
karena itu peran serta orang tua sangat dibutuhkan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah salah satu upaya membina
dan mengembangkan kebiasaan hidup yang sehat yang dilakukan secara
terpadu melalui program pendidikan dan pelayanan kesehatan di sekolah.
Kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan
hidup sehat peserta didik dalam lingkungan, sehingga peserta didik dapat
belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal serta
diharapkan dapat menjadikan sumber daya manusia yang berkualitas.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara pada anak usia
sekolah dan guru pembina UKS dapat disimpulkan bahwa

B. Saran
1. Bagi SD
Mampu meningkatkan menejemen kesehatan di sekolah baik dari
aspek lingkungan, aspek pendidikan kesehatan dan aspek pelayanan
kesehatan, sehingga menciptakan perilaku hidup bersih dan sehat.
Pendidik diharapkan memasukan materi tentang perilaku hidup bersih
dan sehat dalam kurikulum sekolah.
2. Bagi Puskesmas
Puskesmas merupakan fasilitas kesehatan pertama yang
diharapakan mampu memberikan pelayanan kesehatan secara berkala
terutama untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.
Diharapkan agar dapat meningkatkan promosi kesehatan melalui
penyuluhan tentang kesehatan dan dari berbagai media untuk mendukung
kegiatan dalam promosi kesehatan di lingkungan sekolah
DAFTAR PUSTAKA

Aminah, S. Yusuf, M. Tombokan, M. & Megawati. (2014). Gambaran Pengetahuan, Sikap,


dan Peranan Guru Mengenai Pemanfaatan UKS di SD No. 116 Kecamatan
Bantimurung Kabupaten Maros. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, Volume 5, 259-
266. ISSN: 2302-1721

Ikenasya, D. F., Herwanda., & Novita C. F. (2017). Tingkat Pengetahuan Guru Mengenai
Kesehatan Gigi dan Status Karies Gigi Murid Sekolah Dasar dengan UKGS dan
Tanpa UKGS. Journal Caninus Denstistry, Volume 2, 131-136.
Dermawan, D. (2012) Buku Ajar Keperawatan Komunitas. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Effendi, F., & Makhfudli. (2009) Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Lestari, T. (2015). Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
Nuha Medika

Martunus. (2013). Peran Pelaksana Usaha Kesehatan Sekolah dalam Kesehatan Anak SD
Negeri No.026 Simpang Tiga Kecamatan Loa Janan Ilir. eJournal Ilmu Sosiantri,
Volume 1, 51-64.

Mulyani, S., Dwiwahyuni, E., Wimbagya, A. T., & Mutiara, O. (2017). Tingkat Pengetahuan
dan Harapan Warga Sekolah Terhadap Usaha Kesehatan Sekolah Kota Yogyakarta.
Jurnal Keperawatan Kritis dan Komunitas, Volume1, 1-7.

Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta

Samiudin. Pentingnya memahami perkembangan anak untuk menyesuaikan cara mengajar


yang diberikan. Jurnal studi islam pancawahana [internet]. 2017 May 31 [cited 2018
Nov 17] 12(1). Available from:
http://ejournal.kopertais4.or.id/tapalkuda/index.php/pwahana/issue/view/714

Susanto. A. (2018). Bimbinga dan Konseling di Sekolah Konsep, Teori, dan Aplikasinya.
Jakarta: Prenadamedia Group.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar. (2012)


Pedoman Pelaksanaan UKS di Sekolah. Jakarta

_______. (2012) Pedoman dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai