Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS KANDUNGAN BORAKS PADA PANGAN JAJANAN ANAK DI

SDN KALI BARU III KOTA BEKASI

KARYA TULIS ILMIAH

Diusulkan oleh:

FENA AULIYA
NIM 1040161025
ANGKATAN 2016

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MH. THAMRIN
JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan Tugas Statistik dan Penelitian berjudul “Analisis Kandungan
Boraks Pada Pangan Jajanan Anak Di SDN Kali Baru III Kota Bekasi”.
Salah satu parameter yang diteliti dalam roti tawar adalah zat boraks. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisa kandungan boraks dalam roti tawar yang
dibeli dari indomaret dan penjaja roti keliling. Ternyata bahwa semua sampel roti
tawar yang diuji negatif mengandung boraks.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Ibu Eny Purwanitiningsih, S,Pd., yang telah membimbing
dengan penuh kesabaran, tulus dan ikhlas selama penelitian dan penulisan tugas
ini berlangsung.
Akhir kata, penulis sangat berharap semoga Tugas Statistik dan Penelitian ini
dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang memerlukan. Amin.

Jakarta, 27 Desember 2017


Penulis

Fena Auliya
NIM 1040161025
DAFTAR ISI
Kata pengantar ..........................................................................................................
Daftar isi ...................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang .....................................................................................................
1.2 Identifikasi masalah.............................................................................................
1.3 Batasan masalah ..................................................................................................
1.4 Rumusan masalah ................................................................................................
1.5 Tujuan masalah ...................................................................................................
1.6 Hipotesis ..............................................................................................................
1.7 Manfaat penelitian ...............................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahan tambahan pangan .....................................................................................
2.3 boraks ..................................................................................................................
2.3 Pengamatan ciri fisik sampel ..............................................................................
2.4 Faktor yang menggambarkan perilaku penjual ...................................................
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat pelaksanaan ............................................................................................
3.2 Alat dan bahan .....................................................................................................
3.3 Metode kerja ........................................................................................................
3.4 Hasil penelitian ....................................................................................................
3.5 Pembahasan .........................................................................................................
BAB IV
4.1 Kesimpulan .........................................................................................................
4.2 Saran ....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang berasal
dari sumber hayati,baik yang diolah maupun yang tidak diolah,yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi
manusia,termasuk bahan tambah pangan,bahan baku pangan,dan bahan
lain yang digunakan dalam proses penyiapan,pengolahan,atau pembuatan
makanan dan minuman. Oleh karena itu,pengadaan pangan yang dimuli
dari tahap produksi sampai ketahap konsumsi harus ditangani sampai
tuntas agar mutu kehidupan manusia terus meningkat.
Salah satu bahan tambah pangan (BTP) yang dilarang penggunaannya
oleh pemerintah yang diatur pada peraturan menteri kesehatan republik
indonesia Nomor.772/Menkes/Per/IX/88 adalah netrium tetraborat
( boraks). Akhir-akhir ini produsen makanan sering menggunakan boraks
sebagai bahan pengawet,khususnya pada jajanan pinggiran. Hal ini bisa
terjadi terutama karena minimnya pengetahua,lemahnya pengawasa dari
lembaga,dan alasan ekonomi masyarakat itu sendiri. Menurut peraturan
Nomor 28 tahun 2004 entang keamanan,mutu,dan gizi pangan pasal 1
menyebutkan, yang dimaksud dengan bahan tambah pangan (BTP) adalah
bahan yang ditambahkan ke dalam makanan (Saparinto c., dan Diana
H.,2006).
Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang dipersiapkan
dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat
keramaian umum lain,yang langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa
pengolahan atau persiapan lebih lanjut. Istilah makanan jajanan tidak jauh
dari istilah junk food,fast food,dan street food karena istilah tersebut
merupakan bagian dari istilah makanan jajanan.
Makanan jajanan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
kehidupan masyarakat,baik di perkotaan maupun dipedesaan. Makaknan
jajanan atau street food adalah sejenis makanan yang dijual di kaki
lima,pinggiran jalan,di sekolahan,di pasar, tempat pemukiman serta lokasi
yang sejenis. Makanan jajanan banyak sekali jenisnya dan sangat
bervariasi dalam bentuk,keperluan,dan hargannya.
Melakukan sampling dan pengujian laboratorium terhadap adanya
penggunaan bahan berbahaya misalnya rhadamin B,boraks,methyl yellow
dan adanya cemaran mikroba. Sampling di tahun 2017 telah dilakukan.
Pengambilan sampel dilakukan di sekolah dasar klaibaru III kota bekasi.
Jumlah sampel yang diambil adalah 4sampel dengan rincian sampel 2
memenuhi syarat dan 3 sampel tidak memenuhi syarat. Penyebab sampel
tidak memenuhi syarat antara lain karena menggunakan bahan berbahaya
yang dilarang untuk pangan, menggunakan bahan tambahan pangan
melebihi batas maksimal,mengandung boraks.
Mengonsumsi boraks dalam makanan tidak secara langsung berakibat
buruk, namun sifatnya terakumulasi ( tertimbun ) sedikit demi sedikit
dalam organ hati,otak dan testis. Boraks tidak hanya diserap melalui
pencernaan namun juga dapat diserap melalui kulit. Boraks yang terserap
dalam tubuh dalam jumlah kecil akan dikeluarkan melalui air kemih dan
tinja, serta sangat sedikit melalui keringat. Borak bukan hanya
mengganggu enzim-enzim metabolisme tapi juga mengganggu alat
reproduksi pria.
1.2 Identifikasi Masalah

1. Banyaknya penyalahgunaan boraks pada jajanan anak di SDN Kali


Baru III Kota Bekasi
2. Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap bahaya boraks pada
jajanan di SDN Kali Baru III Kota Bekasi

1.3 Pembatasan Masalah

Adapun batasan masalah pada tugas ini adalah berfokus pada


identifikasi boraks pada jajanan anak di SDN Kali Baru III Kota Bekasi.

1.4 Rumusan Masalah

Penggunaan bahan tambahan pangan yang berbahaya pada makanan


seperti boraks masih banyak terjadi penyalahgunaan. Maka dilakukan
pemeriksaan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan boraks pada jajanan
anak di SDN Kali baru III kota bekasi.

1.5 Tujuan

Untuk mengetahui kandugan zat pegawet boraks pada pangan jajanan anak
sekolah dasar di SDN Kali Baru III kota bekasi tahun 2017.
1.6 Hipotesis

1. Makanan yang mengandung boraks akan ada nyala api berwarna


hijau,sedangkan yang tidak megandung boraks berwarna biru.
2. Borak dapat mengakibatkan demam, depresi, keruskan ginjal, nafsu
makan berkurang, gangguan pencernaan, kebodohan, kebingungan,
radang kulit, anemia, kejang, pusing, koma bahkan kematian.

1.7 Manfaat penelitian


1. Bagi penulis
Menambah wawasan ilmu tentang zat pengawet seperti boraks yang
dilarang oleh menteri kesehatan RI
2. Bagi masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai zat pengawet
boraks yang biasanya digunakan pada makanan jajanan oleh pedagang
yang nakal,bahwa makanan yang mengandung boraks tidak baik untuk
dikonsumsi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan tambahan pangan

Salah satu masalah keamanan pangan yang masih memerlukan pemecahan


masalah yaitu penggunaan bahan tambahan pada bahan makanan untuk berbagai
keperluan. Diantaranya beberapa bahan tambahan makanan yang sangat sering
digunakan salah satunya adalah zat pengawet boraks.
Pada umumnya bahan tambahan dapa dibagi menjadi dua bagian yaitu :
a. Adiktif sengaja, yaitu yang dapat diberikan dengan sengaja dengan
maksud dan tujuan tertentu,misallnya untk meningkatkan konsetrasi,
nilai gizi, cita rasa, mengendalikan kesamaan atau kebasaan,
memantapkan bentuk dan rupa.
b. Adiktif tak disengaja, yaitu adiktif yang terdapat dalam makanan
dalam jumlah yang sangat kecil sebagai akibat dari proses pengolahan
(winarno, 2004).

2.2 Boraks

Boraks merupakan senyawa kimia berbahaya untuk pangan dengan nama


kimia natrium tetrabonat (NaB4O7 10H2O). Dapat dijumpai dalam bentuk padat
dan jika larut dalam air akan menjadi natrium hidroksida dan asam borat
(H3BO3). Boraks atau asam borat biasa digunakan sebagai bahan pembuat
deterjen, bersifat antiseptik dan mengurangi kesadahan air. Bahan berbahaya ini
haram digunakan untuk makanan. Bahaya boraks jika terhirup, mengenai kulit dan
tertelan bisa menyebabkan iritasi saluran pernapasan, iritasi kulit, iritasi mata dan
kerusakan ginjal. Jika boraks 5-10 gram tertelan oleh anak-anak bisa
menyebabkan shock dan kematian. Efek akut dari boraks bisa menyebabkan
badan berasa tidak enak, mual, nyeri hebat pada perut bagian atas, perdarahan
gastro-enteritis disertai muntah darah, diare, lemah, mengantuk, demam, dan sakit
kepala.
Asam borat atau boraks (boric acid) merupakan zat pengawet berbahaya
yang tidak diizinkan digunakan sebagai campuran bahan makanan. Boraks adalah
senyawa kimia dengan rumus Na2B4O7 10H2O berbentuk kristal putih, tidak
berbau dan stabil pada suhu dan tekanan normal. Dalam air, boraks berubah
menjadi natrium hidroksida dan asam borat (Syah, 2005). Asam borat sering
digunakan dalam dunia pengobatan dan kosmetika. Misalnya, larutan asam borat
dalam air digunakan sebagai obat cuci mata dan dikenal sebagai boorwater. Asam
borat juga digunakan sebagai obat kumur, semprot hidung, dan salep luka kecil.
Namun, bahan ini tidak boleh diminum atau digunakan pada luka luas, karena
beracun ketika terserap masuk dalam tubuh.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/IX/1988, asam
borat dan senyawanya merupakan salah satu dari jenis bahan tambahan makanan
yang dilarang digunakan dalam produk makanan. Karena asam borat dan
senyawanya merupakan senyawa kimia yang mempunyai sifat karsinogen.
Meskipun boraks berbahaya bagi kesehatan ternyata masih banyak digunakan oleh
masyarakat sebagai bahan tambahan makanan, karena selain berfungsi sebagai
pengawet, boraks juga dapat memperbaiki tekstur bakso dan kerupuk hingga lebih
kenyal dan lebih disukai konsumen (Mujianto, 2003).
Asam borat (H3BO3) merupakan senyawa bor yang dikenal juga dengan
nama borax. Di Jawa Barat dikenal juga dengan nama “bleng”, di Jawa Tengah
dan Jawa Timur dikenal dengan nama “pijer”. Digunakan/ditambahkan ke dalam
pangan/bahan pangan sebagai pengental ataupun sebagai pengawet (Cahyadi,
2008).
Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan diperoleh data bahwa
senyawa asam borat ini dipakai pada lontong agar teksturnya menjadi bagus dan
kebanyakan ditambahkan pada proses pembuatan bakso. Komposisi dan bentuk
asam borat mengandung 99,0% dan 100% H3BO3. Mempunyai bobot molekul
61,83 dengan B = 17,50% ; H = 4,88% ; O = 77,62% berbentuk serbuk hablur
kristal transparan atau granul putih tak berwarna dan tak berbau serta agak manis
(Cahyadi, 2008).
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode nyala api, Dalam
pembuatan makanan,termasuk makanan jajanan tradisional, masih banyak
ditemukan penggunaan bahan-bahan pengawet yang dilarang,salah satu
diantaranya adalah penggunaan boraks. Bahan ini banyak digunakan sebagai
bahan tambahan dalam pembuatan berbagai makanan,misalnya bakso goreng ,mie
basah, siomay, sosis, kerupuk gendar. Penggunaan boraks sebagai bahan
tambahan pangan selain bertujuan untuk mengawetkan makanan juga bertujuan
agar makanan menjadi lebih kompak ( kenyal ) teksturnya dan memperbaiki
bentuk dari makanan tersebut. Dengan jumlah sedikit saja telah dapat memberikan
pengaruh kekenyalan pada makanan sehingga menjadi lebih legit, tahan lama, dan
terasa enak dimulut.

2.3 pengamatan fisik dari sampel


Pengamatan ciri fisik mie basah yang positif mengandung boraks yaitu
seluruh sampel mie basah mateng yang mengandung boraks memiliki ciri-ciri
fisik yang tampak mengkilap merupakan ciri fisik mie basah yang mengandung
boraks. Mie basah matang tanpa menggunakan zat pengawet biasanya memiliki
sifat cepat putus apabila akan diolah,berdasarkan ciri mudah atau tidaknya mie
basah putus, seluruh sampel mie basah yang positif mengandung boraks tidak
mudah putus. Mie basah tanpa menggunakan pengawet biasanya memiliki sifat
lengket di tangan.
Bakso yang mengandung boraks teksturnya lebih kenyal, bila di gigit akan
kembali ke bentuk semula dan warnannya akan tampak lebih putih. Ini berbeda
dengan bakso yang baik, yang biasanya berwarna abu-abu segar merata pada
semua bagian baik dipinggir maupun di tengah. Bakso dengan warna abu-abu tua
menandakan bakso tersebut dibuat dengan tambahan obat bakso yang berlebihan.
Siomay yang mengandung boraks teksturnya kenyal dan keras, tidak
dihinggapi lalat, ketika dicicipi rasanya akan meimbulkan getir yakni rasa pahit
dan sedikit pedas, warnanya gelap, kehitaman secara fisik apabila disentuh akan
lebih kering. Jika siomay yang tidak mengandung boraks adalah sioamay yang
teksturnya lembek atau sedikit kenyal mudah dibelah, jika disentuh siomay yang
aman akan terasa lengket. Siomay yang mengandung boraks biasanya dijual lepas
tanpa kemasan, warnanya orange kemerahan mencolok, aroma daging tidak
tercium justru terciumnya seperti bau obat, teksturnya membal,atau sangat kenyal,
saat dipotong tekstur dagingnya sangat licin halus tanpa pori-pori, saat dimasak
biasanya warnannya luntur.
Kerupuk gendar adalah makanan yang terbuat dari nasi yang ditumbuk
kemudian di campur dengan air bleng (jiren). Sayangnya air bleng yang
digunakan untuk pengenyal nasi yang telah dihaluskan tersebut sebenarnya adalah
boraks, dalam bentuk tidak murni,pengakuannya boraks menjadikan kerupuk
tidak mudah remuk dan keyal, serta kerupuk menjadi awet dan tahan lama.
Berdasarkan karakteristik penjual pada data pendidikannya menunjukkan
bahwa penjual jajananan di SDN Kali Baru III kota bekasi memiliki tingkat
pendidikan yang masih tergolong rendah. Rata-rata mereka hanya menempuh
jenjang pendidikan sampai SMA atau STM. Karena pendidikannya rendah maka
pengetahuan, sikap, dan prakteknya umumnya terbatas pada pengalaman dan
kebiasaan yang dilakukan sehari-hari yang dieperoleh secara turun-menurun.
Namun seiring perkembangan teknologi informasi, pengetahuan tentang bahaya
boraks tidak hanya didapatkan melalui pendidikan formal saja. Informasi
mengenai boraks bisa juga didapatkan melalui media elektronik sehingga para
penjual dapat memahami resiko yang mereka dapatkan dan berikan jika mereka
menambahkan zat pengawet boraks pada pangan jajanan yang mereka produksi.
2.4 Faktor yang menggambarkan perilaku pejual
Dalam hal ini perilaku penjual sangat mempengaruhi kualitas dari makanan
yang akan mereka jual. Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan. Dengan
perkaaan lain, perilaku kita pada umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk
mencapai tujuan tertentu. Tujuan spesifik tersebut tidak selalu diketahui secara
sadar oleh individu yang bersangkutan. Skinner dalam winardi, seorang ahli
psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang
terhadap stimulus ( rangsangan dari luar ), oleh karena perilaku terjadi melalui
proses adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut
merespon.
Berdasarkaan hasil wawancara mengenai pengetahuan tentang sifat-sifat dan
bahaya boraks yang dilakukan terhadap para penjual diperoleh bahwa penjual
SDN Kali Baru III kota bekasi rata-rata memiliki pengetahuan tentang sifat-sifat
dan bahaya boraks yan baik, meskipun berdasarkan hasil wawancara ada seorang
penjual yang memiliki pengetahuan yang masih tergolong rendah, hal ini
dikarenakan menurut pengakuannya,penjual tersebut kurang mengetahui
informasi tetang boraks.
Menurut teori Lawrance Green dan kawan-kawan dalam buku Notoamodjo
menyatakan bahwa perilaku manusia diipengaruhi oleh 2 faktorpokok, yaitu
faktor perilaku ( behaviour causes ), dan faktor diluar perilaku ( non behaviour
causes ). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari
selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor.
1. Faktor prediposisi ( prdisposing factors ) yang mencangkup pengetahuan,sikap
dan sebagaiya.
2. Faktor pemungkin ( enabling factor ) yang mencangkup lingkungan fisik,
tersedia atau tidak tersediannya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana
keselamatan kerja, misalnya APD, peltihan dan sebagainnya.
3. Faktor penguat ( reinforcement factor ) meliputi UU, peraturan-peraturan dan
sebagainya.
Berdasarkan hasil wawancara tentang sikap penjual terhadap penggunaan
boraks dikethui bahwa semua penjual jajaan memiliki sikap yang positif untuk
tidak menggunakan boraks dalam proses pembuatan makanan yang mereka
produksi.
Perilaku menurut Notoadmodjo dalam savitri adalah suatu kegiatan atau
aktivitas orgnisme yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.
Perilaku dikelompokkan menjadi tiga berdasarkan bentuk operasinal, yaitu
Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu mengetahui situasi atau rangsangan dari
luar. Pengetahuan diperoleh setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga. Pengetahuan merupakan pendorong yang sangat penting untuk
terbukanya tindakan sesorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengukuran
pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket.
Perilaku dalam bentuk sikap,yaitu tanggapan batin terhadap keadaan atau
rangsangan dari luar si subjek yang menimbulkan perasaan suka atau tidak suka.
Sikap merupakan produk dari proses sosialisasi dimana seseorang bereaksi
sesuatu dengan rangsangan yang diterimanya. Sbelum orang itu mendapatkan
informasi atau melihat objek itu tidak mungkin terbentuk sikap. Meskipun
dikatakan mendahului tindakan, sikap belum tentu tindakan aktif tetapi
merupakan predisposisi (melandasi/mempermudah) untuk bertindak senang atau
tidak senang terhadap objek tertentu mencangkup komponen kognisi, afeksi, dan
konasi. Perilaku dalam bentuk tindakan/praktik yang sudah nyata yaitu berupa
perbuatan terhadap situasi dan rangsangan dari luar.
Dari pengetahuan dan dikap yang ada seseorang akan melahirkan sebuah
tindakan atau praktek untuk sesuatu hal yang mereka lakukan. Berdasarkan hasi
wawancara sebelumnya yang meyatakan bahwa para penjual SDN Kali baru III
kota bekasi memiliki pengetahuan yang baik dan menunjukkan sikap positif,
sehingga prakteknya semua penjual juga memiliki nilai yang baik. Hal ini
didukung dari hasil wawancara yang dilakukan langsung kepada para penjual
dimana mereka mengaku tidak menggunakan bahan berbahaya boraks pada
jajanan yang mereka buat dan ini terbukti dengan hasil pemeriksaan laboratorium
yang telah dilakukan.
BAB III
METODE PENILITIAN

3.1 Tempat Pelaksanaan

jenis penelitian ini adalah survei deksduktrif dengan pemeriksaan


laboratorium secara kualitatif dengan meode nyala api. Tempat penelitian
identifikasi zat pengawet boraks pada pangan jajanan dilaksanakan di
laboratorium Fakultas kesehatan universitas MH.Thamrin, penelitian dilaksanakan
selama november tahun 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah pangan jajanan
yang tersebar di lingkungan SDN Kali baru III kota Bekasi. Dimana di SDN
tersebut terdapat 8 pedagang makanan yang tersebar di sekitar lingkungan
sekolah.

3.2 Alat dan Bahan

Alat : Bahan :
1. Spirtus 1. H2SO4
2. Ose 2. Methanol
3. Lumpang 3. Sampel 1 Bakso Goreng
4. Tabung reaksi 4. Sampel 2 Sosis
5. Rak tabung 5. Sampel 3 Kerupuk Gendar
6. Oven 6. Sampel 4 siomay
7. Sampel 5 mie basah

3.3 Metode kerja


Sampel di potong potong kecil kemudian di timbang seberat 10 gram
selanjutnya di oven selama 6 jam pada suhu 120oC, kemudian sampel dipijarkan
di dalam tanur pada suhu 800oC sampai terjadi pengabuan sempurna selanjutnya
sampel direaksikan dengan H2SO4 dan methanol kemudian dibakar. Untuk semua
sampel yang di uji dengan mengunakan metode nyala api menghasilkan nyala api
berwarna biru yang menunjukkan bahwa pada sampel tersebut tidak mengandung
bahan pengawet berbahaya boraks. Apabila dengan metode nyala api
menghasilkan nyala api berwarna hijau, ini menunjukkan bahwa pada sampel
tersebut positif mengandung berbahaya boraks.

3.4 Hasil penelitian


Hasil analisa kandungan boraks pada 5 sampel jajanan
Tabel 1. Hasil laboratorium uji boraks pada jajanan di SDN Kali baru III Kota
bekasi

SAMPEL PREAKSI HASIL


Bakso goreng H2SO4 dan methanol Tidak berbentuk nyala
hijau (-)
Sosis H2SO4 dan methanol Tidak berbentuk nyala
hijau (-)
Kerupuk gendar H2SO4 dan methanol Tidak berbentuk nyala
hijau (-)
Siomay H2SO4 dan methanol Tidak berbentuk nyala
hijau (-)
Mie basah H2SO4 dan methanol Tidak berbentuk nyala
hijau (-)

Berdasarkan hasil analisis kualitatif di laboratorium dengan menggunakan


metode yala api yang dilakukan penelitian terhadap 5 sampel jajanan yang dijual
di SDN Kali baru III kota bekasi,diperoleh bahwa tidak ada satupun sampel yang
diuji memiliki kandungan boraks (-)

3.5 Pembahasan
BAB IV

4.1 Kesimpulan
Penelitian ini menyimpulkan bahwa makanan jajanan yang dianalisis
denganmenggunakan metode nyala api membuktikan 5 sampel jajanan yang
berada di lingkungan SDN Kali baru III kota bekasi tidak teridentifikasi adanya
penggunaan zat pengawet boraks dan bebas dari kandungan boraks.

4.2 saran
Disarankan kepada peneliti selanjutnya, diharapkan menggunakan lebih
dari satu metode unuk mengidentifikasi kanungan zat pengawet boraks,swcara
kualitatif agar hasil yang diperoleh lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Habsah. Gambaran pengetahuan pedagang mi basah terhadap perilaku
penambahan boraks dan formalin pada mi basah di kantin-kantin
iniversitas X Depok tahun 2012 [skripsi. Jakarta. Universitas indonesia;
2012
2. Widyaningsih,T,D, Murniati. Alternatif pengganti formalin pada produk
pangan. Jakarta: Trubus Agrisarana; 2006
3. Winardi, J. Manajemen perilaku organisasi. Jakarta: prenada media; 2004
4. Savitri, R. Faktor-faktor yag berhuungan dengan perilaku konsumsi
makanan jajanan yang mengandung pewarna sintetik pada siswa kelas VIII
dan IX sekolah menengah pertama (SMP) PGRI 1 dan YMJ Ciputat tahun
2009 [skripsi]. Jakarta: UIN Syarif hidayatullah; 2009.
5. Aprilia, B, A. Faktor yang berhubungan dengan pemilihan makanan
jajanan pada anak sekolah dasar [skripsi]. Semarang: Universitas
diponogoro; 2011.
6.

Anda mungkin juga menyukai