Anda di halaman 1dari 27

PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

DAERAH

Oleh :

Nama : Puja Lestari Sitopu


Nim : 170563201050
Dosen : Adji Suradji,S.sos,M.si.

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNG PINANG
2020
KATA PENGANTAR
Penyusun mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Desentralisasi dan Otonomi Daerah. Makalah ini berisi analisa dengan judul
“Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah’'.
Dalam penyelesaian makalah ini, penyusun secara langsung atau tidak
langsung telah mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penyusun ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Adji Suradji Muhammad, M.Si selaku dosen pengampu
mata kuliah Desentralisasi dan Otonomi Daerah ;
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan doanya untuk
kelancaran pendidikan penyusun ; dan
3. Seluruh kerabat serta teman-teman yang telah mendukung dan
terlibat baik secara langsung atau tidak langsung dalam penyelesaian
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang
lebih luas kepada pembaca. Penyusun sangat menyadari bahwa masih adanya
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu penyusun membutuhkan kritik
dan saran yang membangun. Terima kasih.

Tanjungpinang, 29 April 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam UUD 1945 menegaskan bahwa Negara Indonesia adalah negara
kesatuan yang berbentuk republik. Dengan demikian, Negara Indonesia adalah
negara konsitusi, bersendikan demokrasi, dan berbentuk republik kesatuan. Untuk
menyelenggarakan negara Indonesia, dibentuk lembaga tertinggi negara antaralain
lembaga legislatif, lembaga eksekutif dan lembaga yudikatif.
Sesuai dengan ketentuan Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Selanjutnya menurut ketentuan
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
negara Indonesia adalah negara hukum. Hal ini berarti bahwa sistem
penyelenggaraan pemerintahan negara Republik Indonesia harus berdasarkan atas
prinsip kedaulatan rakyat dan prinsip negara hukum. Berdasarkan prinsip-prinsip
tersebut, segala bentuk keputusan dan tindakan Administrasi Pemerintahan harus
berdasarkan atas kedaulatan rakyat dan hukum yang merupakan refleksi dari
Pancasila sebagai ideologi negara. Dengan demikian tidak berdasarkan kekuasaan
yang melekat pada kedudukan penyelenggara pemerintahan itu sendiri.
Tugas pemerintahan untuk mewujudkan tujuan negara sebagaimana
dirumuskan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dan tugas tersebut merupakan tugas yang sangat luas, sehingga
diperlukan peraturan yang dapat mengarahkan penyelenggaraan pemerintahan
menjadi lebih sesuai dengan harapan dan kebutuhan masyarakat, guna
memberikan landasan dan pedoman bagi Badan dan Pejabat Pemerintahan dalam
menjalankan tugas penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Dearah dapat diketahui secara pasti
bahwa wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia akan dibagi dalam daerah
besar dan daerah kecil, yang dalam implementasinya yang dimaksud dengan
daerah besar adalah Pemerintah Pusat, daerah kecil adalah provinsi,
kabupaten/kota dan satuan wilayah lainnya.
Pembagian urusan, tugas dan fungsi serta tanggung jawab antara Pusat dan
Daerah menunjukkan bahwa tidak mungkin semua urusan pemerintahan
diselenggarakan oleh Pusat saja. Pengakuan tersebut memberikan peluang kepada
Daerah untuk berusaha mengatur dan mengurus serta menyelenggarakan
pemerintahan sendiri. Dengan demikian pengaturan mengenai hubungan pusat dan
daerah, merupakan permasalahan yang memerlukan pengaturan yang baik,
komprehensif dan responsif terhadap tuntutan kemandirian dan perkembangan
daerah atau sering disebut otonomi daerah.
Dalam asas otonomi DPRD memiliki tugas pembantuan dengan prinsip
otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945. Pemerintah daerah dan
DPRD adalah penyelenggara pemerintahan daerah menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar 1945. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau
walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah

1.2 Rumusan Masalah


Dalam pembahasan megenai Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah ini
maka dapat ditarik rumusanmasalah sebagai berikut:
1. Apa itu Pemerintahan Daerah?
2. Apa itu Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah?
3. Apa yang dimaksud dengan asas Desentralisasi?
4. Apa yang dimaksud dengan asas Dekonsentrasi?
5. Apa saja bentuk Pemerintahan Daerah?
6. Bagaimanakah susunan dari Penyelenggara Pemerintahan Daerah
7. Apa saja yang menjadi ha dan wewenang pemerintahan daerah?
8. Bagimanakah pembinaan, pengawasan, dan sanksi administratif di
Pemerintahan daerah?

1.2 Tujuan Penelitian


Dalam pembahasan megenai Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah ini
maka dapat ditarik tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Arti dari pemerintahan daerah
2. Arti dari penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
3. Mengetahui arti dari asas Desentralisasi
4. Mengetahui arti dari asas Dekonsentrasi
5. Mengetahui bentuk bentuk dari Pemerintahan Daerah
6. Mengetahui susunan dari Penyelenggara Pemerintahan Daerah
7. Mengetahui hak dan wewenang Pemerintah Daerah
8. Mengetahui apa saja pembinaan, pengawasan, dan sanksi administratif di
Pemerintahan daerah.
BAB II

PEMBAHASAN
Sesuai dengan ketentuan Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Selanjutnya menurut ketentuan
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
negara Indonesia adalah negara hukum. Hal ini berarti bahwa sistem
penyelenggaraan pemerintahan negara Republik Indonesia harus berdasarkan atas
prinsip kedaulatan rakyat dan prinsip negara hukum. Berdasarkan prinsip-prinsip
tersebut, segala bentuk Keputusan dan tindakan Administrasi Pemerintahan harus
berdasarkan atas kedaulatan rakyat dan hukum yang merupakan refleksi dari
Pancasila sebagai ideologi negara. Dengan demikian tidak berdasarkan kekuasaan
yang melekat pada kedudukan penyelenggara pemerintahan itu sendiri.
Peraturan Daerah merupakan instrumen penting dari negara hukum yang
demokratis, dimana keputusan atau tindakan yang ditetapkan atau dilakukan oleh
Pemerintahan atau penyelenggara pemerintahan daerah. Penyelenggara
pemerintahan daerah yang menyelenggarakan fungsi pemerintahan yang
memungkinkan untuk diuji melalui Pengadilan diperlukan dalam rangka
memberikan jaminan kepada warga masyarakat yang semula sebagai objek
menjadi subjek dalam sebuah negara hukum yang merupakan bagian dari
perwujudan kedaulatan rakyat. Kedaulatan warga masyarakat dalam sebuah
negara tidak dengan sendirinya baik secara keseluruhan maupun sebagian dapat
terwujud.
Peraturan daerah pada dasarnya adalah upaya untuk membangun prinsip-
prinsip pokok, pola pikir, sikap, perilaku, budaya dan pola tindak administrasi
yang demokratis, objektif, dan professional dalam rangka menciptakan keadilan
dan kepastian hukum.

2.1 Pemerintahan Daerah


Kedaulatan yang terdapat dalam negara kesatuan tidak dapat dibagi-bagi,
bentuk pemerintahan desentralisasi dalam negara kesatuan adalah sebagai usaha
mewujudkan pemerintahan demokrasi, di mana pemerintahan daerah dijalankan
secara efektif, guna pemberdayaan rakyat. Pemerintahan Daerah adalah
penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan
perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan
prinsip otonomi seluas luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Saat ini Pemerintahan daerah diatur
dengan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
dalam ketentuan umumnya menyatakan:
1. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuaidengan peraturanperundang-
undangan.
2. Daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan
RepublikIndonesia.
3. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahdaerah.
4. DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.
Kewenangan dalam pelaksanaan pemerintahan daerah, meliputi
kewenangan membuat Peraturan Daerah (zelfwetgeving) dan penyelenggaraan
pemerintahan (zelfbestuur) yang diemban secara demokratis. Pelimpahan atau
penyerahan wewenang dari pemerintah pusat(central government), tanpa adanya
gangguan oleh suatu delegasi atau pelimpahan kekuasaan kepada pemerintah
daerah (local government). Kewengan yang melekat pada daerah tidaklah berarti
bahwa pemerintah daerah itu berdaulat sebab pengawasan dan kekuasaan tertinggi
masihtetap terletak di tangan pemerintah pusat. Hubungan pusat dengan daerah di
mana suatu negara kesatuan yang gedecentraliseerd, pemerintahan pusat
membentuk daerah-daerah, serta menyerahkan sebagian dari kewenangannya
kepada daerah.

2.2 Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah


Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan
oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas luasnya dalam
sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Pemerintahan Daerah di Indonesia terdiri dari Pemerintahan Daerah
Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota yang terdiri atas kepala
daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dibantu oleh Perangkat
Daerah.
Tjahja Supriatna ( Hanif:2007) yang menjelaskan bahwa unsur-unsur
pemerintahan daerah:
1. Pemerintah daerah adalah subsidi politik dari kedaulatan bangsa dan
Negara
2. Pemerintah daerah diatur oleh hukum
3. Pemerintah daerah mempunyai badan pemerintahan yang dipilih oleh
penduduk setempat
4. Pemerintahan daerah menyelenggarakan kegiatan berdasarkan peraturan
perundangan
5. Pemerintah daerah memberikan pelayanan dalam wilayah yurisdiksinya.
Dikaitkan dengan fungsi umum pemerintahan maka unsur-unsur
pemerintahan daerah di atas masih ditambah dengan Pemerintah daerah
melaksanakan pembangunan daerah dan memberdayakan masyarakat
daerah dalam wilayah yurisdiksinya.
Pemberian sebagian kewenangan (kekuasaan) kepada daerah berdasarkan
hak otonomi (negara kesatuan dengan sistem desentralisasi), tetapi pada tahap
akhir, kekuasaan tertinggi tetap di tangan pemerintah pusat. Jadi, kewenangan
yang melekat pada daerah tidaklah berarti bahwa pemerintah daerah itu berdaulat
sebab pengawasan dan kekuasaan tertinggi masihtetap terletak di tangan
pemerintah pusat. Hubungan pusat dengan daerah di mana suatu negara kesatuan
yang gedecentraliseerd, pemerintahan pusat membentuk daerah-daerah, serta
menyerahkan sebagian dari kewenangannya kepada daerah.

2.2.1 Penerapan Asas Desentralisasi


Pemaknaan asas desentralisasi menjadi perdebatan di kalangan pakar dalam
mengkaji dan melihat harapan asas ini dalam pelaksanaan pemerintahan daerah.
Perdebatan yang muncul diakibatkan oleh cara pandang dalam mengartikulasikan
sisi mana desentralisasi diposisikan dalam pelaksanaan pemerintahan daerah. Dari
pemaknaan asas desentralisasi tersebut dapat diklasifikasi dalam beberapa hal, di
antaranya:
1. Desentralisasi sebagai penyerahan kewenangan kekuasaan.
2. desentralisasi sebagai pelimpahan kekuasaan dan kewenangan.
3. desentralisasi sebagai pembagian, penyebaran,pemencaran, dan pemberian
kekuasaan dan kewenangan
4. desentralisasi sebagai sarana dalam pembagian dan pembentukan daerah
pemerintahan.
Dalam memahami dari desentralisasi ini sendiri pemaknaan desentralisasi
dibedakan dalam empat hal:
1. kewenangan untuk mengambil keputusan diserahkan dari seorang pejabat
administrasi/pemerintah kepada yang lain
2. penjabat yang menyerahkan itu mempunyai lingkungan pekerjaan yang
lebih luas daripada penjabat yang diserahi kewenangan tersebut
3. penjabat yang menyerahkan kewenangan tidak dapat memberi perintah
kepadapenjabat yang telah diserahi kewenangan itu, mengenai
pengambilan keputusan atau isi keputusan itu
4. penjabat yang menyerahkan kewenangan itu tak dapat menjadikan
keputusannya sendiri sebagai pengganti keputusan yang telah diambil,
tidak dapat secara bebas menurut pilihan sendiri sebagai pengganti
keputusan yang telah diserahi kewenangan itu dengan orang lain, tidak
dapat menyingkirkanpenjabat yang telah diserahi kewenangan itu dari
tempatnya.
Jadi, desentralisasi menyangkut pembentukan daerah otonom dengan
dilengkapi kewenangan-kewenangan tertentu dan bidang-bidang kegiatan tertentu.
Pemaknaan desentralisasi yang dikaitkan dengan demokratisasi sendi-sendi
pemerintahan, bahwa otonomisasi tidak saja berarti melaksanakan demokrasi,
tetapi mendorong berkembangnya prakarsa sendiri untuk mengambil keputusan
mengenai kepentingan masyarakat sendiri. Desentralisasi dalam paham demokrasi
diharapkan dapat mewujudkan daerah-daerah otonom yang memiliki kewenangan
menentukan nasib sendiri, yaitu membuat peraturan dan menjalankannya serta
menjalankan peraturan yang dibuat oleh dewan yang lebih tinggi.
Pendelegasian wewenang dalam desentralisasi bersifat hak dalam
menciptakan peraturan-peraturan dan keputusan penyelenggaraan lainnya dalam
batas-batas urusan yang telah diserahkan kepada badan-badan otonom itu. Jadi,
pendelegasian wewenang dalam desentralisasi berlangsung antara lembaga-
lembaga di pusat dengan lembaga-lembaga otonom di daerah, sementara
pendelegasian dalam dekonsentrasi berlangsung antara petugas perorangan pusat
di pusat kepada petugas perorangan pusat di daerah.

2.2.2 Penerapan Asas Dekonsentrasi


Pendelegasian wewenang pada dekonsentrasi hanya bersifat menjalankan
atau melaksanakan peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan pusat lainnya
yang tidak berbentuk peraturan, yang tidak dapat berprakarsa menciptakan
peraturan dan atau membuat keputusan bentuk lainnya untuk kemudian
dilaksanakannya sendiri pula. Pendelegasian dalam dekonsentrasi berlangsung
antara petugas perorangan pusat di pemerintahan pusat kepada petugas perorangan
pusat di pemerintahan daerah.
Pendelegasian wewenang pada dekonsentrasi hanya bersifat menjalankan
atau melaksanakan peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan pusat lainnya
yang tidak berbentuk peraturan, yang tidak dapat berprakarsa menciptakan
peraturan dan atau membuat keputusan bentuk lainnya untuk kemudian
dilaksanakannya sendiri pula. Pendelegasian dalam dekonsentrasi berlangsung
antara petugas perorangan pusat di pemerintahan pusat kepada petugas perorangan
pusat di pemerintahan daerah
Dalam kajian hukum tata negara, pemerintah yang berdasarkan asas
dekonsentrasi merupakan pelimpahan kewenangan dari alat perlengkapan negara
di pusat kepada instansi bawahan guna melaksanakan pekerjaan tertentu dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Pemerintah pusat tidak kehilangan
kewenangannya karena instansi bawahan melaksanakan tugas atas nama
pemerintah pusat.
2.3 Bentuk Dan Susunan Pemerintahan Daerah
2.3.1 Bentuk Pemerintahan Daerah
Secara umum ada 2 (dua) bentuk pemerintahan daerah di dunia ini, yaitu
Local Self Government dan Local State Government:

2.3.1.1 Local Self Government


Pemerintah daerah dalam bentuk Local Self Government berwenang
mengatur dan mengurus pemerintahan sendiri. Pemerintahan daerah dalam bentuk
Local Self Government ini diperlukan oleh sistem pemerintahan negara untuk
menyelenggarakan berbagai urusan pemerintahan yang sesuai dengan kondisi
daerah artinya dalam hal-hal tertentu penyelenggaraan pemerintahan negara di
daerah akan lebih efisien dan efektif jika diserahkan kepada pemerintahan daerah
tertentu. Hal ini dikarenakan Pemerintah daerah lebih memahami kebutuhan
daerah dan masyarakat daerah, demikian juga untuk menyelenggarakan
pemerintahan di daerah-daerah khusus tertentu, perlu dibentuk pemerintahan yang
mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan
yang ada di daerah tersebut. Walaupun pemerintahan daerah dalam bentuk Local
Self Government memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan yang menjadi urusan rumah tangganya akan tetapi kedudukannya
tetap merupakan subsistem dari sistem pemerintahan Negara.
Dalam sistem pemerintahan Negara Indonesia, Local Self Government
adalah pemerintahan daerah otonom sebagai pemerintah daerah yang mempunyai
hak dan wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya
sendiri. Terdapat ciri-ciri tertentu Local Self Government atau pemerintahan
daerah otonom, yaitu sebagai berikut.
1. Segala urusan yang diselenggarakan merupakan urusan yang sudah
dijadikan urusan rumah tangga sendiri. Oleh sebab itu, urusan-urusan
tersebut perlu ditegaskan secara terperinci.
2. Penyelenggaraan pemerintahan dilaksanakan oleh alat-alat perlengkapan
yang seluruhnya bukan terdiri dari pejabat pusat, tetapi pegawai
pemerintah daerah.
3. Penanganan segala urusan itu seluruhnya diselenggarakan atas dasar
inisiatif atau kebijaksanaan sendiri.
4. Hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah yang
mengurus rumah tangga sendiri adalah hubungan pengawasan saja.
5. Seluruh penyelenggaraannya pada dasarnya dibiayai dari sumber keuangan
sendiri.
Dengan demikian, Local Self Government atau pemerintahan lokal daerah
dalam sistem pemerintahan daerah di Indonesia adalah semua daerah dengan
berbagai urusan otonomi yang dapat mengurus rumah tangga sendiri. Hak otonom
dalam Local Self Government tentunya harus berada dalam kerangka sistem
pemerintahan negara.

2.3.1.2 Local State Government


Local state government adalah unit organisasi pemerintahan wilayah, unit
organisasi pemerintahan di daerah yang dibentuk berdasarkan asas dekonsentrasi.
Pemerintahan Daerah atau pemerintahan administratif dibentuk untuk
menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi wewenang pemerintah
pusat di daerah. Tidak semua urusan pemerintah pusat itu dapat ditangani secara
langsung oleh pemerintah pusat secara efisien dan efektif.
Local state government atau pemerintahan wilayah bertugas hanya untuk
menyelenggarakan instruksi-instruksi, arahan, petunjuk-petunjuk dan kebijakan-
kebijakan pemerintah pusat. Pemerintahan wilayah itu diperlukan untuk
melaksanakan tugas-tugas pemerintah pusat di wilayah negara yang sangat luas
dengan kondisi komunikasi yang tidak lancar serta mengakibatkan sulitnya
komunikasi langsung antara pemerintah dengan masyarakat.
Terdapat beberapa ciri dari pemerintahan wilayah atau pemerintahan
administratif, yaitu:
1. Bentuk penyerahan kekuasaan adalah pelimpahan kekuasaan.
2. Pelimpahan kekuasaan ditujukan kepada pejabat pemerintah pusat yang
ada di daerah
3. Kewenangan pejabat pemerintah pusat terbatas untuk melaksanakan
kebijakan pemerintah pusat
4. Pemerintah wilayah tidak memiliki wewenang untuk mengurus urusan
rumah tangga sendiri.
2.4 Hak dan Wewenang Pemerintahan Daerah
Seperti yang sudah diketahui sebelumnya bahwa penyerahan urusan
pemerintahan oleh Pusat kepada daerah sebagai urusan rumah tangga daerah
merupakan konsekuensi dianutnya prinsip desentralisasi sebagaimana diatur
dalam Pasal 18 ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan Pemerintahan daerah
provinsi dan daerah kabupaten dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugaspembantuan.
Urusan rumah tangga daerah hakikatnya bersumber dari otonomi dan tugas
pembantuan. Otonomi dan tugas pembantuan bersumber pada paham
desentralisasi. Oleh karena itu tidak tepat bahkan keliru, ketentuan yang
membatasi pengertian desentralisasi dalam kerangka otonomi. Tugas
pembantuan dipandang sebagai sesuatu di luar desentralisasi. Baik otonomi
maupun tugas pembantuan adalah bentuk- bentuk desentralisasi (Bagir Manan,
1999:2). Berikut merupakan susunan para penyelenggara pemerintahan daerah:
Bagan 1. Susunan Pemerintahan Daerah
2.4.1 Kepala Daerah
Dan dalam hal ini, yang menjadi urusan Kepala daerah dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yaitu :
1. Memimpin pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan
Daerah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan
yang ditetapkan bersama DPRD
2. Memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat.
3. Menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang RPJPD dan rancangan
Perda tentang RPJMD kepada DPRD untuk dibahas bersama DPRD, serta
menyusun dan menetapkan RKPD.
4. Menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang APBD, rancangan
Perda tentang perubahan APBD, dan rancangan Perda tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD untuk dibahas
bersama
5. Mewakili Daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunjuk
kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
6. Mendapatkan hal lainnya yang diatur dalam peraturanperundang-undangan
Dalam melaksanakan tugasnya, pemerintahan daerah juga diberikan
wewenang untuk melakukan hal sebagai beriku:
1. Mengajukan rancangan Peraturan Daerah.
2. Menetapkan Peraturan Daerah yang telah mendapat persetujuan bersama
DPRD
3. Menetapkan Peraturan Kepala Daerah dan keputusan kepala daerah
4. Mengambil tindakan tertentu dalam keadaan mendesak yang sangat
dibutuhkan oleh Daerah dan/atau masyarakat
5. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

6. Mengelola kekayaandaerah

7. Memungut pajak daerah dan retribusidaerah


8. Mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber
daya lainnya yang berada didaerah
9. Mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yangsah

2.4.2 DPRD Provinsi


DPRD provinsi mempunyai tugas dan wewenang dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah sebagai berikut:
1. Membentuk Perda Provinsi bersama gubernur
2. Membahas dan memberikan persetujuan Rancangan Perda Provinsi
tentang APBD Provinsi yang diajukan oleh gubernur
3. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda Provinsi dan
APBD provinsi
4. Memilih gubernur dan wakil gubernur dalam hal terjadi kekosongan
jabatan untuk meneruskan sisa masa jabatan
5. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian gubernur kepada
Presiden melalui Menteri untuk mendapatkan pengesahan pengangkatan
dan/atau pemberhentian
6. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Pemerintah Daerah
provinsi terhadap rencana perjanjian internasional di Daerah provinsi
7. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional yang
dilakukan oleh Pemerintah Daerah provinsi
8. Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban gubernur dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah provinsi
9. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama dengan Daerah
lain atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan
Daerahprovinsi
10. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan.

2.4.3 DPRD Kabupaten/Kota


Dalam menjelankan tugas nya sebgau wakil rakyat, DPRD kabupaten/kota
mempunyai tugas dan wewenang dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
yaitu:
1. membentuk Perda Kabupaten/Kota bersama bupati/wali kota
2. membahas dan memberikan persetujuan rancangan Perda mengenai APBD
kabupaten/kota yang diajukan oleh bupati/wali kota
3. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan APBD
kabupaten/kota;
4. memilih bupati dan wakil bupati serta wali kota dan wakil wali kota dalam
hal terjadi kekosongan jabatan untuk meneruskan sisa masa jabatan
5. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian bupati/wali kota kepada
Menteri melalui gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat untuk
mendapatkan pengesahan pengangkatan dan/atau pemberhentian
6. memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Pemerintah Daerah
kabupaten/kota terhadap rencana perjanjian internasional di Daerah
7. memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional yang
dilakukan oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota
8. meminta laporan keterangan pertanggungjawaban bupati/wali kota dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kabupaten/kota
9. memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama dengan Daerah lain
atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan Daerah
10. melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan.

2.4.4 Kecamatan
Kecamatan terdiri atas desa-desa atau kelurahan-kelurahan kecamatan atau
sebutan lain adalah wilayah kerja camat sebagai perangkat daerah kabupaten /
kota PP 19 tahun 2008. Kedudukan kecamatan merupakan perangkat daerah
kabupaten/kota sebagai pelaksana teknis kewilayahan yang mempunyai wilayah
kerja tertentu dan dipimpin oleh camat. Pembentukan kecamatan adalah
pemberian bertugas untuk:
1. status pada wilayah tertentu sebagai kecamatan di kabupaten/kota.
2. menyelenggarakan tugas umum pemerintahan Mengkoordinasikan
kegiatan pemberdayaan masyarakat
3. Mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentuan dan ketertiban
umum
4. Mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-
undangan
5. Mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan pelayanan umum,
Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan ditingkat
kelurahan
6. Membina penyelenggaraan pemerintahan dasar / kelurahan
7. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup
tugasnya dan atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan daerah
atau kelurahan.
2.5 Pembinaan, Pengawasan dan Sanksi Administrasi
Dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Pemerintah pusat akan
melakukan tindakan yang berfungsi untuk membantu kelancaran proses
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, adapun tindakan yang dilakukan
pemerintah pusat yaitu:

2.5.1 Pembinaan Penyelenggaraan Pemerintahan Dearah


Pembinaan penyelenggaraan Pemerintahan dilakukan secara efisien dan
efektif untuk meningkatkan kapasitas daerah dalam rangka mendukung
pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Pembinaan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah secara
nasional dikoordinasikan oleh Mentcri.
Pembinaan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah meliputi:
1. pembagian urusan pemerintahan
2. kelembagaan daerah
3. kepegawaian pada Perangkat Daerah
4. keuangan daerah
5. pelayanan publik di daerah
6. kebijakan daerah
7. kepala daerah dan DPRD
Pembinaan ini dilaksanakan pada saat suatu daerah telah disetujui oleh
pemerintah pusat untuk membentuk daerah Provinsi atau Kabupaten sendiri dan
dijadikan sebagai pedoman untuk menjalankan serta mengurus rumah tangganya
sendiri.
2.5.2 Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Dearah
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah usaha, tindakan,
dan kegiatan yang ditujukan untuk menjamin penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah berjalan secara efisien dan efektif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.Pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
meliputi:
1. Capaian standar pelayanan minimal atas pelayanan dasar
2. Ketaatan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan termasuk
ketaatan pelaksanaan norma, standar, prosedur, dan kriteria, yang
ditetapkan oleh pemerintah pusat dalam pelaksanaan urusan pemerintahan
konkuren
3. Dampak pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren yang dilakukan oleh
pemerintah daerah
4. Akuntabilitas pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja negara dalam
pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren di daerah.
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah ini dilaksanakan oleh:
1. Provinsi, dilaksanakan oleh:
1) Menteri, untuk pengawasan umum
2) menteri teknis/kepala lembaga pemerintah nonkementerian, untuk
pengawasan teknis
Kabupaten/kota, dilaksanakan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat
untuk pengawasan umum dan teknis.
2.4.2 Sanksi Administrasi Penyelenggaraan Pemerintahan Dearah

Sanksi administratif yang dituangkan dalam peraturan perundang-undangan


kebanyakan terkait dengan masalah perizinan dan dilaksanakan oleh pejabat
(badan) administrasi yang berwenang mengeluarkan perizinan tersebut. Sanksi
administratif yang dijatuhkan oleh pejabat administrasi sering dikaitkan dengan
pelanggaran terhadap persyaratan perizinan.dalam penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah Kepala daerah, wakil kepala daerah, anggota DPRD, dan daerah yang
melakukan pelanggaran administratif dalam penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah dijatuhi sanksi administratif.Pelanggaran administratif ini seperti:
1. kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah tidak melaksanakan program
strategis nasional.
2. kepala daerah tidak menyampaikan laporan keterangan
pertanggungjawaban kepada DPRD dalam waktu 1 (satu) kali dalam 1
(satu) tahun paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir
3. kepala daerah dan anggota DPRD tidak menetapkan peraturan daerah
tentang rencana pembangunan jangka panjang daerah dan rencana
pembangunan jangka menengah daerah
4. kepala daerah melakukan pungutan atau dengan sebutan lain di luar yang
diatur dalam undangundang.
5. kepala daerah tidak melaksanakan rekomendasi Ombudsman sebagai
tindak lanjut pengaduan masyarakat atas:
1) penyelenggara Pemerintahan Daerah yang tidak melaksanakan
kewajiban dan/atau melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam
ketentuan peraturan perundangundangan mengenai pelayanan publik
2) pelaksana yang memberi pelayanan yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai pelayanan publik
Kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah yang melakukan pelanggaran
administratif akan dijatuhu dijatuhi sanksi administratif secara bertahap berupa:
1. teguran tertulis
2. teguran tertulis kedua
3. pemberhentian sementara selama 3 (tiga) bulan
pemberhentian ( Pencabutan Jabatan).

2.6 Studi Kasus

2.6.1 Penyelenggaraan Pemerintahan Derah di Kepulauan Riau


Pemerintahan daerah diatur dengan Undang-Undang Nomor 23 tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah dalam ketentuan umumnya
menyatakanOtonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuaidengan peraturanperundang-undangan. Otonomi
merupakan wujud demokrasi dalam konteks negara kesatuan yang bukan saja
berarti adanya desentralisasi politik, yang menimbulkan kewenangan daerah untuk
membuat peraturan perundang undangan sendiri, tetapi lebih jauh menyebabkan
daerah dapat menjalankan pemerintahan sendiri menjalankan rumah tangganya
sendiri. Era otonomi daerah ini juga memberikan kebebasan kepada daerah untuk
membuat Peraturan Derah dengan berasaskan Perundang undangan.
Dalam proses Otonomi Daerah, dikenal dengan istilah pemekaran wilayah
dengan tujuan untuk membentuk Pemerintahan Daerah Sendiri. Gejala pemekaran
daerah di Indonesia sejak tahun 1999 cendrung meningkat. Mulai Oktober 1999
sampai Januari 2008 telah terbentuk 164 daerah baru yang terdiri dari 7
Provinsi baru, 134 Kabupaten baru, dan 23 Kota baru. Gejolak pemekaran
daerah di berbagai daerah di Indonesia hingga hari ini terus berkembang.
Meskipun hasil evaluasi pemekaran daerah menunjukkan prestasi yang tidak
baik namun hingga kini masih banyak daerah di Indonesia yang berniat
membentuk daerah otonom baru.
Terbentuknya Provinsi Kepulauan Riau juga hasil dari pemekaran
wilayah, dimana pada awalnya Kepulaua Riau merupakan bagian dari Riau.
Dan padatanggal 24 September 2002,Kepulauan Riau disahkan menjadi sebuah
Provinsi untuk membentuk dan Menyelenggarakan Pemerintahan Daerah
sendiri. Secara keseluruhan wilayah Kepulauan Riau terdiri dari 5 kabupaten,
dan 2 kota, 52 kecamatan serta 299 kelurahan/desa dengan jumlah 2.408 pulau
besar, dan kecil yang 30% belum bernama, dan berpenduduk. Adapun luas
wilayahnya sebesar 8.201,72 km², sekitar 96% merupakan lautan, dan hanya
sekitar 4% daratan.
Dalam menjalankan tugasnya untuk melaksanakan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 25 tahun 2002tentangpembentukan Provinsi Kepulauan Riau. Dengan
terbentuknya Provinsi Kepulauan Riau, kewenangan provinsi sebagai Daerah
Otonom mencakup:
1. Dengan terbentuknya Provinsi Kepulauan Riau, kewenangan provinsi
sebagai Daerah Otonom mencakup bidang pemerintahan yang bersifat lintas
kabupaten dan kota, serta kewenangan dalam bidang pemerintahan tertentu
lainnya, kecuali bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan,
moneter dan fiskal, agama serta kewenangan bidang lain, sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
2. Provinsi Kepulauan Riau juga mempunyai kewenangan pemerintahan yang
tidak atau belum dapat dilaksanakan oleh kabupaten dan kota.
3. Kewenangan Provinsi Kepulauan Riau sebagai wilayah Administrasi
mencakup kewenangan dalam bidang pemerintahan yang dilimpahkan
kepada Gubernur Kepulauan Riau selaku wakil Pemerintah.
Dalam menjalankan roda pemerinthan di Kepulauan Riau maka dibentuk
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kepulauan Riau sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi Kepulauan Riau terdiri atas:
1. anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang ditetapkan dari partai politik
peserta pemilihan umum.
2. anggota Tentara Nasional Indonesia/Kepolisian Negara Republik Indonesia
yang diangkat.
Untuk memimpin jalanya penyelenggaraan pemerintahan Daerah di
Kepulauan Riau, dipilih dan disahkanya seorang Gubernur sesuai dengan
peraturan perundang undangan. Dan untuk membantu tugas dari Gubernur maka
dibentuk perangkat pemerintahan, di Provinsi Kepulauan Riau dibentuk
Sekretariat Provinsi, Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi,
Dinas-dinas Provinsi, dan lembaga teknis provinsi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan di Provinsi Kepulauan
Riau, Gubernur Riau sesuai dengan wewenang dan tugasnya menginventarisasi
dan mengatur penyerahan kepada Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau, sesuai
dengan peraturan perundang-undangan, meliputi:
1. Pegawai yang karena tugasnya diperlukan oleh Pemerintah Provinsi
Kepulauan Riau
2. Tanah, bangunan, barang bergerak, dan barang tidak bergerak lainnya
yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh Pemerintah Provinsi
Riau, yang berada dalam Provinsi Kepulauan Riau
3. Badan usaha milik daerah Provinsi Riau yang kedudukan dan sifatnya
diperlukan serta kegiatannya berada di Provinsi Kepulauan Riau
4. Utang piutang Provinsi Riau yang kegunaannya untuk Provinsi Kepulauan
Riau; dan
5. Perlengkapan kantor, arsip, dokumen, dan perpustakaan yang karena
sifatnya diperlukan oleh Provinsi Kepulauan Riau.
Agar Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Kepulauan Riau tidak
bertentangan dengan prinsip negara kesatuan dan hukum nasional, maka terhadap
produk hukum perlu diadakan pengawasan. Pengawasan tersebut merupakan
implikasi dari adanya hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Pengawasan terhadap produk hukum daerah dan kebijakan kepala daerah
dilakukan secara preventif dan represif agar tujuan yang ingin dicapai bisa
terwujud.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah atau sering disebut dengan
Otonomi Daerah, maka menyebabkan Daerah harus dapat membiayai atau
mengurus rumah tangganya sendiri, dilihat dari hubungan pusat dan daerah yang
mengacu pada UUD 1945, maka:
1. Bentuk hubungan antara pusat dan daerah tidak boleh mengurangi hak-hak
rakyat daerah untuk turut serta (secara bebas) dalam penyelenggaraan
pemerintahan di daerah.
2. Bentuk hubungan antara pusat dan daerah tidak boleh mengurangi hak-hak
(rakyat) daerah untuk berinisiatif atau berprakarsa.
3. bentuk hubungan antara pusat dan daerah dapat berbeda-beda antara daerah
yang satu dengan daerah yang lainnya.
4. Bentuk hubungan antara pusat dan daerah adalah dalam rangka mewujudkan
keadilan dan kesejahteraan sosial di daerah.
Dalam rangka Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah elemen paling
penting yaitu Kelembagaan Pemerintah Daerah . Ini merupakan elemen dasar
dalampenyelenggaraan pemerintahan di suatu daerah. Pemerintah Daerah dan
DPRD adalah penyelenggara pemerintahan daerah menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar 1945. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau
Walikota, dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah.Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing sebagai Kepala Pemerintah
Daerah Provinsi, Daerah Kabupaten dan Daerah Kota dipilih secara demokratis.
Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan
pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah
Pusat.
3.2 Saran
Dari pembahasana Penyelenngaraan Pemerintahan Daerah di atas, saran
penulis untuk Pemerintah Daerah adalah:
1. Menlaksanakan proses Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sesuai
dengan peraturan perundang undanag tan berlaku.
2. Meningkatkan kualitas manajemen dan penyelenggaraan pemerintahan,
baik dari Planing, Staffing, dan Directing utntuk dapat meningkatkan
kualitas pelayanan publik.
3. Melakukan otonomi daerah sesuai dengan aspirasi, tuntutn dan kebutuhan
masyarakat.
4. Perlu meninktkan upaya evaluasi dalam upaya untuk menindaklanjuti
terjadinya penyelewengan dan KKN dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah
5. Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam mengawasi Proses
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah untuk sebagai bahan evaluasi
dalam peningkatakan kinerja Pemerintahan Daerah.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai