Anda di halaman 1dari 6

TEORI KEBIJAKAN PUBLIK

Oleh :

Nama : Puja Lestari Sitopu

Nim : 170563201050

Dosen : Dian Prima Safitri , S.AP, M.AP

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNG PINANG

2019
AGENDA SETTING

NO TATARAN MASALAH
1 Private Problem Pemantauan Orang Asing
(https://www.jpnn.com) dipublikasikan pada 17 maret 2019)
‘’Tiga TKA Ilegal Asal Tiongkok Dideportasi dari Batam’’
Diakses pada tanggal: 30 mare 2019
2 Public Problem 1. Tenaga Kerja Asing Ilegal
2. Lapangan kerja minim.
3. Penurunan Pendapatan Masyarakat

3 Policy Issues 1. Persentasi pengangguran meningkat.


2. Pemberdayaan Masyarakat
3. Meningkatnya kriminalitas.
4. Penerapan sanksi atas pelanggaran.
(http://rilis.id/hari-buruh-banyak-tukang-kebun-asing-ilegal-di-
batam dipublikasikan pada tanggal 1 mei 2018)
Diakses pada tanggal: 30 maret 2019
4 Systemic Agenda 1. Optimalisasi Pengawasan Tenaga Kerja Asing.
2. Perlu adanya kajian khusus penggunaan TKA dalam
proyek infestasi( PMA).
3. Perlu meninjau peraturan perundang undangan tentang
TKA yaitu kebijkan bebas visa.
(http://batam.tribunnews.com/2017/02/09/)
diakses pada tanggal 31 maret 2019
5 Institutional Agenda Lahirnya Perda BATAM No.4 tahun 2013 tentang Retribusi
Perpanjangan IzinMempekerjakan Tenaga Kerja Asing.
PENDEKATAN DALAM KEBIJAKNA PUBLIK

Perda BATAM No.4 tahun 2013 tentang Retribusi Perpanjangan IzinMempekerjakan


Tenaga Kerja Asing, juga termasuk ke dalam pendekatan Kelembagaan, dimana Teori ini
secara jelas menggambarkan bahwa apapun keputusan yang dibuat pemerintah adalah sebuah
public policy, dan dengan berprinsip bahwa pelaku pembuat kebijakan adalah pemerintah
tanpa berinteraksi dengan lingkungan sehingga mengakibatkan terabaikannya masalah-
masalah lingkungan tempat kebijakan diterapkan. Kelemahan dari pendekatan ini adalah
bahwa pendekatan lembaga dalam ilmu politik tidak mcncurahkan perhatian yang banyak
pada hubungan antar struktur lembaga-lembaga pemerintah dan substansi kebijakan publik.
Sebaliknya, studi-studi lembaga biasanya lebih berusaha menjelaskan lembaga-lembaga
pemerintah secara khusus, seperti misalnya, struktur, organisasi, kewajiban dan fungsi-fungsi
tanpa secara otomatis menyelidiki dampak dari karakteristik-karakteristik lembaga-lembaga
tersebut pada hasil-hasil kebijakan.
Dimana pembuatan kebijakan ini juga tidak memperhatikan pendapat dari masyarakat,
dimana diberlakukanya kebijkan ini menimbulkan konflik dimasyarakat dimana hadirnya
TKA ini meresahkan masyarakat karena semakin sempitnya lapangan pekerjaan sedangkan
pertumbuhan penduduk semakin meningkat. Hal ini menjadi sebuah bumerang bagi
masyarakat terutama masyarakat kecil. Hal ini pun menjadi bahan tuntutan masyarakat
kepada pemerintah sejak dibrlakukanya perda TKA ini. Dan di berbagai perusahaan
perusahaan banyak yang lebih menggunakan TKA dari pada masyarakat lokal dengan
berbagai alasan, salah satunya upah untuk TKA sendiri bisa dibilang lebih rendah sehingga
menjadi keuntungan bagi pemilik usaha.
Jadi Perda ini dibuat berdasarkan pendekatan kelambagaan dimana setiap kebijakan
yang dibuat pemerintah merupakan kebijakan yang akan berlaku secara keseluruhan di
daerah tersebut dan tanpa adanya negoisasi dengan masyarakat sehingga terjadi perbedaan
pendapat antara masyarakat dengan pemerintah sehingga menimbulkan berbagai tindakan
masyarakat yang mnentang pembuatan kebijakan tersebut.
STRATA KEBIJAKAN PUBLIK

Kebijakan merupakan suatu arah tindakan yang diusulkan oleh seorang, kelompok atau
pemerintah dalam suatu lingkaran/lingkungan tertentu yang memberikan hambatan dan
kesempatan terhadap kebijakan yang disusulkan untuk menggunakan dalam mengatasi dalam
rangka mencapai tujuan atau merealisasikan suatu sasaran atau suatu maksud tertentu.

Kebijakan secara umum dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Kebijaka Umum

Kebijakan umum merupakan kebijakan yang menjadi pedoman atau petunjuk


pelaksanaan baik yang bersufat positif ataupun negatif yang meliputi keeluruhan wilayah
atau instani yang bersangkutan.

2. Kebijakan Pelaksanaan

Kebijakan pelaksanaan yaitu, kebijakan yang menjabarkan kabijakan umum, untuk


tingkat pusat, peraturan pemerintah tentang pelaksanaan suatu undang undang.

3. Kebijakan Teknis

Kebijakan Teknis yaitu, kebijakan operasional yang berada di bawah kebijakan


pelaksana.

Undang Undang No. 13 thun 2003 Tentang Ketenagarjaan

Perpres No.20 tahun 2018 tentang Penggunaan Tenaga


Kerja Asing

Perda BATAM No.4 tahun 2013 tentang Retribusi


Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing.

Berdasarkan strata kebijakan dia atas maka dapat disimpukan bahwa kebijakan di ats
masuk ke dalam jenis kebijakan Redistributi, yaitu dimana ditandai dengan adanya
pemaksaan secara langsung kepada warga negara tetapi penerapanya melalui lingkungan .
Pengenaan pajak secaca progresif kepada sejumlah orang yang masuk kategori wajib pajak
untuk memberikan manfaat kepada orang lain melalui berbagai program pemerintah
merupakan inti kebijakan redistributif. Dan dari kebijakan diatas merupakan kebijakan yang
dibuat oleh Perda untuk para pemilik usaha yang menggunakan TKA harus membayarkan
iuran/ pajak atas mempekerjakan TKA tersebut dan dijelaskan juga untuk tidak menggunakan
TKA ilegal guna menghidari pajak yang diberlakukan pemerintah. Dan jika dilakukan
pelanggaran maka akan dikenakan sanksi yang akan merugikan baik pada pemilik uasaha
maupun para TKA Iegal yann bersangkutan.
AKTOR DALAM KEBIJAKAN PUBLIK

Aktor dalam kebijakan publik yaitu para pelaku yang terlibat dalam proses perancangan
kebijakan hingga para pelaku yang turut ikut serta dalam pembuatan dan pelaksanaan
kebijakan.

1. Kebijakan Umum

Undang Undang No. 13 thun 2003 Tentang Ketenagarjaan. Dan aktor yang terlibat di
dalam pembuatan kebijakan ini yaitu

A. DPR, yaitu dimana berperan sebagai penyusun Rancangan UU


B. Presiden, yaitu perperan sebagai yanng akanmemberi persetujuan (menandatangan )
RUU yang telag dibuat DPR dan juga yang akan memlakukan evaluasi terhadap
RUU yang telah dibuat.
C. Kementerian Ketenaga Kerjaan.yaitu berperan sebagai pemberi masukan baik kepada
DPR maupun presiden dalam proses pembuatan kebijakan.
D. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, yaitu berperan sebagai perumusan,
penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang peaturan perundang undangan,
Administrasi hukum umum, keimigrasian, kekayaan intelektuan dan HAM.

2. Kebijakan Pelaksanan

Perpres No.20 tahun 2018 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing. Dan aktor yang
terlibat dalam pembuatan kebijakan ini yaitu

a. Presiden bersama, yaitu berperan seagai pembuatan Rancangan dan yang akan
mnyetujui Praturan Presidan yang akan diterbitkan.
b. Kementerian Ketenaga Kerjaan.yaitu yang akan memberikan masukan masukan
yang akan membantu Presiden dalam melakukan pertimbangan terkait dengan
Perpres yang akan diterbitkan.
3. Kebijakan Teknis

Perda BATAM No.4 tahun 2013 tentang Retribusi Perpanjangan IzinMempekerjakan


Tenaga Kerja Asing. Aktor di dalamnya yaitu:

 Pemerintah Daerah
A. Kepala Pemerintahan Derah Tingkat Provinsi/Kabupaten, yaitu Gubenur
/Walikota dan Bupati yaitu berperan sebagai yang akn membuat dan
mengesahkan Perda yang akan di buat sesuai dengan kebutahan daerah dan
masyarakat.
B. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, yaitu berperan sebagai yang akan
membantu peerintah daerah dalam pelaksanaan Perda yang telah ditetapkan agar
proses operasionalnya dapat berjalan dengan semestinya.
 Tempat Kerja
A. Kepada Instansi Penerima TKA baik BUMN/BUMD dan BUMS, yaitu
meruoakan saaran dari pemerintah atas dibuatnta Kbijakan tersebur dan diharapkan
Instansi terkait dapat menjadikan Perda tersebuat sebagai pedoman dalam
penerimaan TKA.

 Sasaran Kebijakan
A. seluruh TKA baik yang Legal dan Ilegal, yaitu dengan diberlakukanya Perda
ini diharapkan para TKA harus mengikuti prosedur penerimaan kerja di
batam dengan benar dan tidak melakukanpelanggaran selama bekerja di
Batam karena aan dikenakan sanksi bagi yang melkukan pekanggaran.

Anda mungkin juga menyukai