Anda di halaman 1dari 7

TEORI KEBIJAKAN PUBLIK

Oleh :

Nama : Puja Lestari Sitopu

Nim : 170563201050

Dosen : Dian Prima Safitri , S.AP, M.AP

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNG PINANG

2019
TEORI KEBIJAKAN PUBLIK

Kebijakan merupakan suatu arah tindakan yang diusulkan oleh seorang, kelompok atau
pemerintah dalam suatu lingkaran/lingkungan tertentu yang memberikan hambatan dan
kesempatan terhadap kebijakan yang disusulkan untuk menggunakan dalam mengatasi dalam
rangka mencapai tujuan atau merealisasikan suatu sasaran atau suatu maksud tertentu.

Kebijakan secara umum dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Kebijaka Umum

Kebijakan umum merupakan kebijakan yang menjadi pedoman atau petunjuk


pelaksanaan baik yang bersufat positif ataupun negatif yang meliputi keeluruhan wilayah
atau instani yang bersangkutan.

2. Kebijakan Pelaksanaan

Kebijakan pelaksanaan yaitu, kebijakan yang menjabarkan kabijakan umum, untuk


tingkat pusat, peraturan pemerintah tentang pelaksanaan suatu undang undang.

3. Kebijakan Teknis

Kebijakan Teknis yaitu, kebijakan operasional yang berada di bawah kebijakan


pelaksana.

No.20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nsional

PP No.48 tahun 2008, Tentang Pendanaan Pendidikan

Perda No.41 tahun 2017, Tentang pemberian dana bantuan


operasional sekolah daerah bagi sekolah ngeri di Kota Mataram.

Jadi contoh kebijakan diatas termasuk ke dalam jenis kebijakan Substansi, dikarenakan
kebijakan substansi merupakan kebijakan yang dilihat dari substasi masalah yang dihadapi
oleh pemerintah. Contoh diatas merupakan sebuah kebijakan Pendidikan terkait dengan
masalah yang di hadapi pemerintah dimana di Indonesia pemerataan sistem pendidikan
belum sepenuhnya berjalan, dimana di beberapa daerah terutama daerah terpencil dan
tertinggal masih minim pengetahuan akan pentingnya pendidikan, melalui hal tersebut
pemerintah membuat kebijakan untuk dapat menunjang peningkatan kualitas pendidikan
nasional di Indonesia, Salah satunya dengan bantuan dana pendidikan yang sering disebut
dengan ‘’DANA BOS’’. Kebijakan ini dibuat untuk dapat mewujudkan pemerataan
pendidikan yang adil di seluruh wilayah Indonesia.
AKTOR DALAM KEBIJAKAN PUBLIK

Aktor dalam kebijakan publik yaitu para pelaku yang terlibat dalam proses perancangan
kebijakan hingga para pelaku yang turut ikut serta dalam pelaksanaan kebijakan.

1. Kebijakan Umum

UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dan yang menjadi aktor di
dalam nya yaitu DPR dan Presiden.

2. Kebijakan Pelaksana

PP No.48 tahun 2008, tentang Pendanaan Pendidikan. Aktor di dalamnya yaitu


Kementerian Pendididikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

3. Kebijakan Teknis

PP No.41 tahun 2017, tentang Pemberian Dana Bantuan Operasinal Sekolah Daerah
bagi Sekolah Negeri di Kota Mataram. Aktor di dalamnya yaitu:

 Pemerintah Daerah, Dengan Dinas Pendidikan Kabupaten/kota


 Tempat Kerja, Yaitu instansi pendidikan jenjang SD, SMP, SMA serta seluruh
jajaran tenaga pendidik.
 Sasaran Kebijakan: Yaitu seluruh siswa/siswi dalam jenjang pendidikan SD,
SMP, SMA yang kurang mampu dengan program wajib belajar 12 tahun.
PENDEKATAN DALAM KEBIJAKNA PUBLIK

1. Pendekatan Sistem

Model ini menganggap bahwa kebijakan sebagai keluaran dari suatu sistem (policy as
system output).Menurut model ini kebijaksanaan publik merupakan respons suatu sistem
politik terhadap kekuatan-kekuatan lingkungan (sosial, politik, ekonomi, kebudayaan,
geografis dan sebagainya) yang ada disekitarnya. Model ini mencoba menggambarkan bahwa
kebijakan publik sebagai suatu keluaran (output) dari sistem politik. Kebijakan ini juga
melihat tuntutan tuntutan , dukungan , masukan yang selanjutnya diubah menjadi kebijakan
yang otoritatif bagi seluruh anggota masyarakat.

Contonya yaitu, lahirnya kebijakan P3K(Pegawai Pemerintah Dengan Perjanjian


Kerja). Dimana kebijakan tersebut dibuat atas respon politik terhadap lingkungan yaitu
ekonomi, di mana banyak sarjana yang pengangguran sehingga pemerintah membuat
kebijakan tersebut dengan mengdopsi sistem swasta dengan sistem kontrak dan juga jika
tidak dapat melaksanakan tugas dengan baik maka akan mudah dalam melakukan pemecatan.
Dan kebijakan tersebut merupakan sebuah jawaban dari tuntutan masyarakat dalam
penyaediaan lapangan pekerjaan.

2. Teori Kelompok

Anggapan dasar dari pendekatan ini, mengangap bahwa interaksi dan perjuangan antara
kelompok-kelompok merupakan kenyataan dari kehidupan politik. Dalam pandangan
kelompok, individu akan mempunyai arti penting hanya bila is merupakan partisan dalam
atau wakil kelompok-kelompok tertentu. Implementasi pendekatan kelompok ini akan
menyebabkan hubungan-hubungan antara kelompokkelompok dengan birokrasi cenderung
semakin erat dan lebih baik bila kedua kekuataan itu mempunyai struktur-strutktur fungsional
yang paralel.

Contohnya yaitu, lahirnya kebijakan Akses Keuangan Melalui Kredit Usaha Rakyat
(KUR), dimana kebijakan ini dibuat dimana berasal dari tuntutan kelompok
kepentingan(interest group) yaitu kelompok buruh, di mana di setiap tanggal 1 mey( may
day) para buruh selalu melakukan demo terhadap pemerintah dengan berbagai tuntutan
dengan tujuan menuntut kesejahteraan buruh sehingga pemerintah membuat kebijkan tersebut
untuk mensejahterakan para buruh di Indonesia.

3. Teori Elit

Model ini berkembang cukup baik di negara-negara berkembang dan negara yang
mendasarkan pada sistem otoriter, seperti Kuba dan Korea Utara. Asumsi dari model ini
adalah kebijakan publik dapat dipandang sebagai nilai-nilai dan pilihanpilihan dari elit yang
memerintah. Argumentasi pokok dari model ini adalah bahwa bukan rakyat atau "massa"
yang menentukan kebijakan publik melalui tuntutantuntutan dan tindakan mereka, tetapi
kebijakan publik ditentukan oleh elite yang memerintah dan dilaksanakan oleh pejabat-
pejabat dan badan-badan pemerintah yang berada di bawahnya.

Contohnya yaitu, lahirnya kebijakan terkait dengan Bantuan kepada masyarakat yaitu
seperti Bantuan Langsung Tunai.Dimana kebijakan ini dibuat untuk mengatasi kemiskinan di
Indonesia, Tetapi pada prakteknya dianggap sangat tidak relefan dengan apa yang telah
ditetapkan. Dimana dana bantuan tersebut banyak yang tidak dapat digunakan oleh
masyarakat sehingga kejelasan dana tersebut dipertanyakan. Hal ini terjadi karena adanya
oknum kaum elit yang bermain sehingga dana tersebut dipotong disana sini sehingga tidak
sampai ke rakyat. Sehingga kebijakan ini hanya menguntungkan kaum elit .Dimana Kaum
elit membuat kebijkana tersebut sebagai alasan untuk memanipulasi dana yang diperuntukan
pada masyarakat .

4. Teori Proses Fungsioal

Harold Laswell mengemukakan tujuh kategori analisis fungsional yang dapat


digunakan sebagai dasar bagi pembahasan teori fungsional yaitu :
a. Intelegensi, bagaimana informasi tentang masalah kebijakan yang mendapat
perhatian dari para pembuat keputusan-keputusan kebijakan dikumpulkan dan
diproses.
b. Rekomendasi, bagaimana rekomendasi untuk mengatasi masalah tertentu dibuat dan
dikembangkan.
c. Preskripsi, bagaimana peraturan-peraturan umum dipergunakan atau diterapkan dan
oleh siapa?
d. Permohonan (invocation), siapa yang menentukan?
e.Aplikasi, bagaimana undang-undang atau peraturan-peraturan sebenarnya diterapkan?
f. Penilaian, bagaimana pelaksanaan kebijakan, keberhasilan atau kegagalan itu dinilai?
g.Terminasi, bagaimana peraturan atau undang-undang semula dihentikan atau
dilanjutkan dalam bentuk yang berubah atau dimodifikasi?

Contohnya yaitu, lahirnya kebijakan Penyalahgunaan Narkoba dan Akohol dengan


Inpres No.12 tahun 2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan
dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba. Dimana di Indonesia
kasus penyalahgunaan narkoba dan alkohol sudah menjamur dimana mana terutama di
kalangan generasi muda, sehingga perlu perhatian khusus dalam penangananya, sehingga
pemerintah membuat Kebijakan tersebut untuk diterapkan di seluruh Indonesia, sehingga di
setiap daerah dibentuk BNN( Badan Narkotika Nasional) untuk mendukung kebijakan
tersebut. Dan kebijakan ini masih belum bisa dikatakan sepenuhnya berhasil dikarenakan
masih dalam tahap proses. Dan untuk mewujudkanya juga sangat diperlukan peran serta
masyarakat. Kebijakan tersebut merupakan lanjutan dari UU No.35 tahun 2009 tentang
Upaya Mencegah dan Memberantas Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika.

5. Teori Kelembagaan
Teori ini secara jelas menggambarkan bahwa apapun keputusan yang dibuat pemerintah
adalah sebuah public policy, dan dengan berprinsip bahwa pelaku pembuat kebijakan adalah
pemerintah tanpa berinteraksi dengan lingkungan sehingga mengakibatkan terabaikannya
masalah-masalah lingkungan tempat kebijakan diterapkan. Kelemahan dari pendekatan ini
adalah bahwa pendekatan lembaga dalam ilmu politik tidak mcncurahkan perhatian yang
banyak pada hubungan antar struktur lembaga-lembaga pemerintah dan substansi kebijakan
publik. Sebaliknya, studi-studi lembaga biasanya lebih berusaha menjelaskan lembaga-
lembaga pemerintah secara khusus, seperti misalnya, struktur, organisasi, kewajiban dan
fungsi-fungsi tanpa secara otomatis menyelidiki dampak dari karakteristik-karakteristik
lembaga-lembaga tersebut pada hasil-hasil kebijakan.
Contohnya yaitu, Lahirnya kebijakan mengenai kenaikan harga BBM, Dimana
kenaikan harga BBM dibuat sendiri langsung oleh pemerintah tanpa adanya berinteraksi
dengan masyarakat. Dan mengakibatkan ketidak siapan masyarakat dalam menghadapi
kenaikan BBM sehingga melakukan unjuk rasa dengan tuntutan agar pemerintah menurunkan
harga BBM. Karena dirasa kebijakan yang dibuat pemerintah tidak memendang masalah
ekonomi yang dialami masyarakat secara kesuruhan. Dan hal ini sangan membebani
masyarakat kecil.
AGENDA SETTING

NO TATARAN MASALAH
1 Private Problem Kasus Jennifer Dunn
2 Public Problem Penyalahgunaan Narkoba dan Alkohol
3 Policy Issues 1. Pengawasan ketat di Instansi Pendidikan (full day
school).
2. Pengadaan Razia rutin oleh pihak polisi.
3. Memperluas jaringan zona kerja Badan Narkotika
Nasional
4 Systemic Agenda Penyusunan dan pelaksanaan program P4GN (Pencegahan,
Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap
Narkoba)
5 Institutional Agenda Munculnya Inpres No.12 tahun 2011 tentang Pelaksanaan
Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan
Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
Narkoba.

Anda mungkin juga menyukai