Anda di halaman 1dari 4

Upaya Preventif :

1. Gangguan Mobilitas Fisik


a. Tatalaksana
 Tatalaksana umum
1) Kerjasama tim medis interdisiplin dengan partisipasi pasien,
keluarga, dan pramuwerdha
2) Edukasi pada pasien dan keluarga mengenai bahaya tirah
baring lama, pentingnya latihan bertahap dan ambulasi dini,
serta mencegah ketergantungan pasien dengan melakukan
aktivitas kehidupan sehari-hari sendiri, semampu pasien
3) Dilakukan pengkajian geriatric paripurna, perumusan target
fungsional, dan pembuatan rencana terapi yang mencakup pula
perkiraan waktu yang diperlukan untuk mencapai target terapi
4) Temu dan kenali tatalaksana infeksi, malnutrisi, anemia,
gangguan cairan dan elektrolit yang mungkin terjadi pada
masalah imobilisasi, serta penyakit/kondidi penyetara lainnya
5) Evaluasi seluruh obat-obatan yang dikonsumsi, obat-obatan
yang dapat menyebabkan kelemahan atau kelebihan wajib
diturunkan dosisnya atau dihentikan bila memungkinkan
6) Berikan nutrisi yang adekuat, asupa cairan dan makanan yang
mengandung serat, serta suplementasi vitamin dan mineral
7) Program latihan dan remobilisasi dimulai ketika kestabilan
kondisi medis terjadi meliputi latihan mobilitas ditempat tidur,
latihan gerak sendi (pasif, aktif, dan aktif dengan bantuan),
latihan penguat otot-otot (isotonic, isometric, isokinetic),
latihan koordinasi/keseimbangan, dan ambulasi terbatas
8) Bila diperlukan, sediakan dan ajarkan cara penggunaan alat-alat
bantu berdiri dan ambulasi
9) Manajemen miksi dan defekasi, termasuk penggunaan komod
atau toilet
 Tatalaksana khusus
1) Tatalaksana factor risiko imobilisasi
2) Tatalaksana komplikasi akibat imobilisasi
3) Pada keadaan-keadaan khusus, konsultasikan kondisi medic
kepada dokter spesialis yang kompeten
b. Upaya Preventif
Didalam kasus ini peran keluarga sendiri merupakan yang paling
utama dalam pemberian tindakan keperawatan. Keluarga merupakan
support system utama bagi pasien dengan gangguan mobilitas fisik.
Keluarga memegang peranan penting dalam perawatan maupun
pencegahan kesehatan pada pasien maupun anggota keluarga lainnya.
Maka dari itu harus diberikan motivasi dan dukungan pada keluarga
Tn. S untuk saling mengingatkan antar anggota keluarga untuk
berperilaku hidup sehat dan tetap memperhatikan kesehatan Tn. S
Dalam kasus ini upaya yang dilakukan bisa dilakukan yaitu
memberikan fisioterapi kepada pasien. Salah satu bentuk fisioterapi
untuk memulihkan gangguan mbilitas fisik adalah Range Of Motion
(ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan dan
memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakkan
persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan masa otot
dan tonus otot. Selain itu standar merawat Tn. S dengan diet rendah
lemak dan rendah garam, pemeriksaan tekanan darah secara teratur,
pemeriksaan GDS secara teratur, melakukan gerak pasif dan aktif
keluarga mampu menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan,
kriteria psikomotor, standar lingkungan yang mendukung menjauhkan
benda-benda yang bisa melukai Tn. S, mampu memanfaatkan fasilitas
kesehatan.

2. Gangguan Memori
a. Tatalaksana
Tatalaksana gangguan memori terdiri dari terapi etiologi gangguan
memori dan terapi untuk mengatasi sindrom gangguan memori itu
sendiri. Terapi ini dibagi menjadi terapi farmakologis dan terapi non-
farmakologis. Selain penatalaksanaan yang sesuai, edukasi kepada
keluarga juga penting dalam menangani kasus gangguan memori.
Penatalaksaan utama pada gangguan memori adalah pendekatan
psikologis dan suportif yang disertai tatalakasana penyakit yang
mendasari ganggguan memori. Oleh karena itu, penting untuk mencari
tahu penyebab gangguan memori agar tatalaksana yang diberikan
tepat. Diagnosis gangguan memori akibat degenerative ditegakkan jika
penyebab lain sudah disingkirkan dan digambarkan klinis pasien
sesuai.
Penatalaksaan non-farmakologis dan suportif :
1) Nutrisi
Pasien gangguan memori sering kali mengalami malnutrisi dan
dehidrasi. Keluarga sebaiknya memperhatikan asupan makanan
dan cairan pasien
2) Rehabilitasi
Rehabilitasi dapat berupa :
 Latihan/rehabilitasi kognitif : peningkatan fungsi kognitif
bergantung pada jenis dan frekuensi latihan/rehabilitasi kognitif
yang dilakukan
 Latihan fisik : latihan fisik secara teratur bertujuan untuk
meningkatkan fungsi fisik pasien dan mengurangi depresi.
Namun, manfaat latihan fisik pada fungsi kognitif masih belum
terbukti karena hasil antar penelitian berbeda-beda.
3) Intervensi perilaku
b. Upaya Preventif
Upaya yang dilakukan untuk menangani gangguan memori
dilakukan dengan cara 3 pendekatan :
1. Pendekatan behavioral : melalui strategi modifikasi perilaku untuk
melihat kebiasaan yang tidak sesuai dan menggantinya dengan
yang sesuai. Selain itu, pendekatan ini juga dapat digunkan untuk
mengembangkan cara efektif untuk menggunakan ingatan.
2. Pendekatan psikodinamika : dalam pendekatan ini, terapis
memakai asosiasi bebas. Pasien akan diminta untuk bercerita
mengenai hal apapun yang segera muncul dipikiran tanpa berpikir
lebih jauh dan merasa bersalah, sehingga dapat membuka ingatan
yang terpendam atau tertekan dalam pikirannya.
3. Pendekatan dengan teknik hypnosis: teknik ini dilakukan untuk
mengungkapkan ingatan yang tertekan atau terpendam. Teknik ini
digunakan karena tidak semua orang dapat dan mau menceritakan
pengalaman yang tersimpan dengan rapat dalam keadaan sadar.
Selain itu, teknik yang mirip dengan hypnosis adalah
narcoanalysis. Teknik tersebut akan menggunakan obat sodium
pentothal untuk menemukan ingatan dan menyelidiki ingatan yang
tertekan.
Selain 3 pendekatan tersebut, upaya lain yang dilakukan yaitu :
mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin B dan vitamin D
yang dapat meningkatkan kesehatan otak bersama kegiatan lainnya,
mengkonsumsi suplemen diet lain seperti isoflavon kedelai membantu
meningkatkan memori, aktivitas fisik seperti jalan cepat dan bentuk
lain dari latihan aerobic terkait dengan risiko demensia, melatih
konsentrasi, interaksi social (komunikasi yang menarik, menantang
dan kreatif)

3. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif


a. Tatalaksana
Mengingat perjalanan penyakit yang panjang, dibutuhkan
penatalaksanaan khusus intesif pasca stroke dengan tujuan
kemandirian pasien, mengerti, memahami dan melaksanakan program
preventif primer dan sekunder
Setelah perfusi serebral teratasi, penatalaksanaan keperawatan yang
dilakukan adalah mempertahankan patensi jalan napas dan oksigenasi,
periksa tanda-tanda vital dan status neurologi serta pertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit dan pastikan pemenuhan nutrisi
adekuat. Penceghan lain yang dapat dilakukan pada pasien yang
mengalami perfusi jaringan serebral dengan pemberian sitikolin baik
secara oral maupun intravena, tindakan tersebut terbukti mencegah
kerusakan sel otak akibat iskemik yang memeliki efek neuroprotektor
serta mencegah radikal bebas.
b. Upaya Preventif
Upaya untuk pasien dengan perfusi jaringan serebral segera
dilakukan pemberian terapi trombolitik 3 jam pertama setelah gejala
yang bertujuan untuk mengilangkan oklusi dan memulihkan aliran
darah sehingga kerusakan otak dapat dikurangi. Selanjutnya diberikan
antikoagulan seperti heparin namun tidak untuk penderita tekanan
darah tinggi dan perdarahan otak yang akan menambah terjadinya
perdarahan otak. Manfaat dari antikoagulan sendiri untuk
mempertahankan patensi pembuluh darah dan mencegah pembentukan
bekuan lebih lanjut.
Selain itu, tindakan yang dilakukan di intalasi rumah sakit meliputi
perbaikan tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik dan penunjang serta
dukungan mental kepada psien dan keluarga. Stadium subakut
tindakan medis dapat berupa terapi kognitif, tingkah laku, menelan,
terapi wicara, dan bladder training termasuk terapi fisi.

Anda mungkin juga menyukai