Anda di halaman 1dari 2

1.

pengkajian
pengkajian pada anak dengan gastroenteritis menurut Wulandari (2016) meliputi:
a. identitas pasien/biodata
meliputi nama lengkap pasien, tempat tinggal , jenis kelamin, tanggal lahir, umur,
asal suku bangsa nama orang tua, Pekerjaan orang tua, penghasilan.
b. keluhan utama
Buang Air besar (BAB) lebih 3 kali sehari, kurang dari empat kali dengan
konsistensi cair (diare tanpa dehidrasi). BAB 4 sampai 10 kali dengan konsistensi
cair (dehidrasi ringan/sedang). bab lebih dari 10 kali (dehidrasi berat).Bila
berlangsung kurang dari 14 hari adalah diare akut titik Bila berlangsung 14 hari
atau lebih adalah diare persisten.
c. riwayat penyakit sekarang
1) mula-mula bayi/anak menjadi cengeng, Geulis gelisah, suhu mungkin
menit nafsu nafsu makan berkurang atau tidak ada, timbul diare.
2) tinju semak cair, mungkin di lendir atau dan darah. warna warna. berupa
menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
3) anus dan darah sekitarnya timbul lecet, karena sering defekasi dan
sifatnya asam.
4) gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
5) bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala
dehidrasi mulai tampak.
6) diuresis, yaitu terjadinya oliguria (kurang 1 ml/kgbb/jam) bila terjadi
dehidrasi. tidak ada urine dalam waktu 6 jam (dehidrasi berat).
d. riwayat kesehatan masa lalu
1) Riwayat pemberian imunisasi terutama anak yang belum Imunisasi campak
2) riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antibiotik).
3) riwayat penyakit yang sering pada anak dibawah 2 tahun biasanya batuk, panas,
pilek, dan kejang yang terjadi sebelum, selama, atau setelah diare.
e. riwayat nutrisi
riwayat pemberian makanan sebelum sakit diare meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) pemberian ASI penuh pada anak umur 4 sampai 6 bulan sangat mempengaruhi
q&a infeksi yang serius.
2) pemberian susu formula, Apakah menggunakan air mata, diberikan dengan botol
atau dot, karena botol yang tidak bersih akan mudah terjadi pencemaran.
3) perasaan haus, anak diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus (Minum biasa),
pada dehidrasi ringan atau sedang anak merasa haus, ingin minum banyak,
sedangkan pada dehidrasi berat anak malas minum atau tidak bisa minum.
f. pemeriksaan fisik
1) keadaan umum
a) baik, sadar (tanpa dehidrasi)
b) gelisah, rewel (dehidrasi ringan atau sedang)
c) lesu, lunglai, atau tidak sadar (dehidrasi berat)
2) berat badan
Anak yang menderita diare dengan dehidrasi biasanya Mengalami penurunan
berat badan.
3) kulit
untuk mengetahui elastisitas kulit. turgor kembali cepat kurang dari 2 detik berarti
diare tanpa dehidrasi. turgor kembali lambat bila cubitan kembali dalam waktu 2
detik dan ini berarti diare dengan dehidrasi ringan atau sedang. turgor kembali kan
kembali lebih dari 2 detik dan ini termasuk diare dengan dehidrasi berat.
4) kepala
anak di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, ubun-ubunnya biasanya
cekung.
5) mata
anak yang diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak mata normal. bila dehidrasi
ringan atau sedang, kelopak mata cekung (cowong). sedangkan dehidrasi berat,
kelopak mata sangat cekung.
6) mulut dan lidah
a) mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi)
b) Mulut dan lidah kering dan (dehidrasi ringan atau sedang)
c) mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat)
7) abdomen
kemungkinan distensi, kram, bising usus meningkat meningkat.
8) anus, Adakah iritasi pada kulitnya.
pemeriksaan fisik IAPP menurut Terry Kyle & susah carman (2012)
1) inspeksi
kaca dehidrasi anak yang mengalami diare titik observasi penampilan umum dan
warna kulit anak. pada dehidrasi ringan anak dapat tampak normal. pada
dehidrasi sedang mengalami penurunan produksi air mata, atau lingkar mata
cekung. membran mukosa juga dapat kering. status mental dan dapat di
diperbarui dengan dahi sedang hingga berat Oma ya dengan lesu atau retargi.
kulit mungkin tidak elastis atau menunjukan kekenduran, tanda kurangnya
hidrasi, distensi abdomen atau kecekungan mungkin muncul, keluaran urine juga
dapat menurun jika anak mengalami dehidrasi titik haluaran feses dapat
digunakan untuk mengkaji warna, dan konsistensi. inspeksi area anak anal untuk
ada kamera atau ruang yang terkait dengan peningkatan volume dan frekuensi
defekasi.
2) auskultasi
auskultasi bising khusus untuk mengkaji adanya isi khusus hipoaktif atau
hiperaktif. bising usus hipoaktif dapat mengindikasikan obstruksi atau
peritonitis.bising usus hiperaktif dapat mengindikasikan diare atau gastroenteritis.
3) perkusi
Perkusi abdomen, perhatikan adanya abdomalitas. adanya abdomalitas pada
pemeriksaan untuk diagnosis diare akut atau kronik dapat mengindikasikan
proses patologis.
4) palpasi
nyeri tekan pada kuadran bawah dapat berkaitan dengan gastroenteritis. nyeri
pantul atau nyeri tidak di ditemu saat palpasi. jika ditemukan, Hal ini dapat
mengindikasikan appendicitis atau peritonitis.

Anda mungkin juga menyukai