Seorang laki-laki usia 31 tahun datang ke UGD dengan keluhan penurunan kesadaran, tidak mau makan dan minum, urin warna kemerahan. Mempunyai riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu. Hasil pengkajian primer : circulation : TD 170/100 mmHg, Nadi 103 x/mnt, cappilary refill > 3 detik, ekstremitas hangat, mukosa bibir kering, kulit kering , terpasang cateter dengan produksi urin 50 cc, terpasang infus NaCl 0,9% 40 tetes per menit, disability : kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah kanan 4, otot ekstremitas atas dan bawah kiri 5, GCS E3M2V3, airway : tidak ada sumbatan jalan nafas, breathing : pasien tampak sesak nafas dengan RR 25 x/menit, ireguler, terpasang oksigen 3 liter/menit , disability : pasien dalam keadaan koma, exposure : ada kelemahan pada ekstremitas sebelah kanan. Saat ini pasien masih menunggu hasil laboratorium. Klien mendapatkan terapi manitol 300 cc. Lakukan analisa kasus tersebut mulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi!
2. Kasus 2 : Kasus kegawatan hernia
Seorang laki laki usia 55 tahun datang ke UGD dengan keluhan nyeri perut bagian kanan bawah, tampak benjolan pada perut bagian bawah. Nyeri yang dirasakan seperti tertusuk benda tajam, datang tiba tiba jika nyeri sampai muntah, dirasakan di perut bagian bawah, skala 4, dan nyerinya sering dirasakan. Tidak memiliki riwayat penyakit keturunan, tidak memiliki riwayat dioperasi sebelumnya. Diagnosa medis hernia scrotalis. Hasil pengkajian primer Circulation : terpasang infus RL 20 tpm, terpasang oksigen 2 liter/menit, TD 140/90 mmHg, Nadi 107 x/mnt, suhu 37 , mukosa bibir lembab warnaa merah, cappilary refill < 3 detik, kekuatan otot 5, Lingkar perut 70 cm, peristaltik usus 13 x/menit, tidak ada jejas pada abdomen, Airway : tidak ada sumbatan jalan nafas, Breathing : tidak ada sesak nafas, nafas 18 x/mnt, reguler, Disability : pasien dalam keadaan CM, Exposure : tidak ada luka pada abdomen, tidak ada distensi abdomen. Hasil Laboratorium Hb 12 g/dl, AL 19.000, Hmt 35%, At 300.000. Di UGD mendapat terapi infus RL, Cefotaxim 1 gr/ 8 jam , Ketorolac 30 mg /8 jam, Ranitidin 50 mg/12 jam, Analisa kasus tersebut mulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi, inplementasi dan evaluasi.
3. Kasus 3 : Kasus kegawatan fraktur
Seorang laki-laki usia 20 tahun datang ke IGD dengan dibopong. Klien mengeluh nyeri pada kaki kanan bagian paha , terasa seperti tertusuk benda tajam , skala 7, sering terasa nyeri. Riwayat masuk IGD kecelakaan. Hasil pengkajian primer : circulation : pasien terpasang infus RL 20 tpm, TD 130/90 mmHg, Nadi 96 x/mnt, cappilary refill < 3 detik, konjungtiva warna merah, airway : tidak ada sumbatan jalan nafas, breathing : nafas 18 x/mnt, tidak ada sesak nafas, disability : keadaan umum CM,tidak dapat menggerakan kaki kanan , Exposure: terdapat luka robek pada kaki kanan, warna kulit kemerahan, bengkak, krepitasi, terdapat darah beku. Hasil pemeriksaan rontgen : fraktur femur dextra sepertiga distal .Hasil Laboratorium Hb 11 g/dl, AL 21.000, Hmt 40%, At 220.000. Di UGD mendapat terapi infus RL, Cefotaxim 2 gr , Ketorolac 30 mg , Ranitidin 50 mg, injeksi anti tetanus. Analisa kasus tersebut mulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi.