DEFINISI
A. Pengertian
BAB II
RUANG LINGKUP
1
a. Instalasi Gawat Darurat
b. Instalasi Rawat Inap
c. Instalasi Rawat Jalan
d. ICU
BAB III
KEBIJAKAN
Dalam penyusunan panduan ini mengacu pada peraturan yang sudah ada :
2
b. Undang – undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit ,
c. Undang – undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran.
d. Kepmenkes 1333/1999 Tentaang Staandar Pelayanan Rumah Sakit
e. Permenkes No 71/2013 tentang Standar Akreditasi RS
f. Permenkes No1438/2010 Tentang Standar Pelayanan
g. Surat Keputusan Rumah Sakit Sumber Waras
BAB IV
TATA LAKSANA
A. Tata Laksana
3
a) Pendampingan oleh petugas penerimaan pasien dan
mengantarkan sampai tempat periksa yang dituju dengan
memakai alat bantu bila diperlukan 2.
b) Perawat poli umum, spesialis dan gigi wajib mendampingi pasien
untuk dilakukan pemeriksaan sampai selesai.
c) Pasien usia lanjut harus didampingi oleh keluarganya setiap saat
termasuk pada saat menerima edukasi, mendapat penjelasan
tentang kondisi penyakit pasien pada saat dilakukan
tindakan/prosedur, dan lain-lain
d) Petugas memberikan penjelasan kepada keluarga terdekat pasien
apabila akan dilakukan tindakan resiko tinggi dan keluarga
pasien memberikan persetujuan dengan menandatangani lembar
informed consent.
1) Ruang perina harus dijaga minimal satu orang perawat, ruangan tidak
boleh ditinggalkan tanpa ada perawat yang menjaga.
4
2) Petugas penerima pasien melakukan proses penerimaan pasien anak baik
rawat jalan maupun rawat inap dan wajib membantu serta menolong
sesuai dengan kebutuhan sampai proses selesai dilakukan.
3) Pasien anak harus didampingi keluarganya setiap saat termasuk pada saat
menerima edukasi, mendapat penjelasan tentang kondisi penyakit pasien,
pada saat dilakukan tindakan/prosedur, dan lain-lain.
4) Petugas memberikan penjelasan kepada keluarga terdekat pasien apabila
akan dilakukan tindakan resiko tinggi dan keluarga pasien memberikan
persetujuan dengan menandatangani lembar informed consent.
5) Memastikan bel pasien mudah dijangkau oleh pasien dan memastikan
pasien dapat menggunakan bel tersebut.
6) Jika diruangan tersebut tidak memiliki bel, pastikan ada salah satu
keluarga yang menjaga pasien.
7) Perawat memasang dan memastikan pengaman tempat tidur pasien.
8) Modifikasi lingkungan yang bernuansa anak-anak dapat menciptakan
keceriaan dan rasa nyaman bagi pasien
9) Keluarga bayi yang bisa memasuki ruangan perina hanya orang tua bayi.
Dan orang tua bayi yang ingin melihat harus seizin petugas
10) Closed Circuit Television (CCTV) terpasang di unit perawatan anak dan
kamar bayi guna untuk pengawasan.
d. Tata laksana pelayanan terhadap populasi pasien yang berisiko kekerasan (napi,
korban dan tersangka tindak pidana, korban kekerasan dalam rumah tangga serta
pasien dengan risiko bunuh diri).
1) Pasien ditempatkan di kamar perawatan sedekat mungkin dengan
ruangan perawat.
2) Pasien dengan resiko kekerasan harus selalu didampingi oleh
keluarganya.
3) Pengunjung maupun penjaga pasien wajib lapor dan mencatat
identitas di ruangan perawat, berikut dengan penjaga maupun
pengunjung pasien lain yang satu kamar perawatan dengan pasien
beresiko.
4) Perawat berkoordinasi dengan satuan pengamanan untuk memantau
lokasi perawatan pasien, penjaga maupun pengunjung pasien.
5) Koordinasi dengan pihak berwajib bila diperlukan
5
BAB V
DOKUMENTASI
6
DAFTAR PUSTAKA
Anderson. (2012). Health Locus of Control and Health Behaviour. Journal of Health
Psychology, vol. 3 (2) :
Badan Pusat Statistik R.I. (2009). Statistik Penduduk Lanjut Usia 2009. Jakarta: Badan
Pusat Statistik RI
Bangun, Isnamuli O. (2012). Bagaimana Efektivitas Pelaksanaan Program Day Care
Services (Pelayanan Harian Lanjut Usia) oleh Unit Pelaksanaan Teknis (UPT)
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan. Skripsi. Universitas Sumatera
Utara
7
Ekasari, Fatma. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatanya. Jakarta: Salemba
Medika
Ika, S. (2010). Hubungan antara Pekerjaan, Pendapatan, Pengetahuan, Sikap Lansia
dengan Kunjungan ke Posyandu Lansia. Jurnal Kesehatan. Jember: Akademi
Kebidanan Jember.
Marlina, L. et-al. (2012). Hubungan Tingkat pengetahuan Lansia Tentang Posbindu
dengan Motivasi Lansia Mengunjungi Posbindu.
http://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/4287/JURN AL.pdf?
sequence=1. Diakses 21 Maret 2016