Anda di halaman 1dari 6

DIAGNOSIS PROCES

Dosen pembimbing :

Ns. Puji Purwaningsih, S.kep., M.kep

Disusun oleh :

Blandina patti peilohy

010118A026

FAKULTAS KEPERAWATAN

PROGAM STUDI SI KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2019
A. ASSESSMENT (PENGKAJIAN)

Pengkajian yaitu langkah awal dalam proses keperawatan yang mengharuskan


perawat setepat mungkin mendata pengalaman masa lalu pasien, pengetahuan yang dimiliki,
perasaan, dan harapan kesehatan dimasa datang.

Dokumentasi adalah bagian integral bukan sesuatu yang berbeda dari metode
problem- solving. Dokumentasi proses keperawatan mencakup pengkajian, identifikasi
masalah, perencanaan, intervensi (Nursalam,2008).

Menurut S. Suarli-Yayan Bahtiar (2010) catatan keperawatan merupakan dokumen


yang penting bagi asuhan keperawatan di rumah sakit. Jadi perlu diingat, perawat bahwa
dokumen asuhan keperawatan merupakan, bukti dari pelaksanaan keperawatan yang
menggunakan metode pendekatan proses keperawatan dan catatan tentang tanggapan/respon
pasien terhadap tindakan medis, tindakan keperawatan, atau reaksi pasien terhadap penyakit.

B. CLUSTER CUES/ DEFINING CHARACTERISTICS


Diagnosis Keperawatan merupakan tahap pengambilan keputusan professional
dengan menganalisis data yang telah dikumpulkan. Keputusan yang diambil dapat berupa
rumusan diagnosis keperawatan, yaitu respon biopsikososio spiritual terhadap masalah
kesehatan actual maupun potensial.
Diagnosis keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan
untuk mencapai tujuan/hasil yang diinginkan, dimana perawat mempunyai tanggung gugat.
IDE PIKIR: Diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data yang
diperoleh dari pengkajian keperawatan klien. Diagnosis keperawatan memberikan
gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien yang nyata.

C. GENERATE LIST OF POTENTIAL DIAGNOSA


Perencanaan keperawatan dibuat setelah perawat mampu memformulasikan diagnosis
keperawatan. Perawat memilih metode khusus dan memilih sekumpulan tindakan alternative
untuk menolong pasien mempertahankan kesejahteraan yang optimal.
D. COLLECT ADDITIONAL DATA TO NARROW LIST OF POTENTIAL
DIAGNOSES
Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin responden di bangsal pria RSUD
Datoe Binangkang Kabupaten Bolaang Mongondow.

JENIS KELAMIN N %
Laki-laki 9 56,3
Perempuan 7 43,8
Jumlah 16 100
Sumber : Data Primer Tahun 2016

Berdasarkan data pada tabel 1 menunjukkan bahwa karakteristik responden yang


berjenis kelamin laki-laki lebih besar yaitu 9 (56,3%). Penelitian yang dilakukan di Bangsal
Pria RSUD Datoe Binangkang Kabupaten Bolaang Mongondow didapatkan data 16
responden. Responden berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada responden yang
berjenis kelamin perempuan. Responden yang berjenis kelamin laki-laki 9 (56,3%),
sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan 7 (43,8%). Hasil penelitian stefan
(2013) dengan judul hubungan karakteristik pasien dengan kepuasan pasien terhadap kualitas
pelayanan kesehatan di puskesmas kecamatan pesanggrahan Jakarta selatan menunjukkan
bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan
kesehatan.

E. DETERMINE DIAGNOSIS/ DIAGNOSES TO BE TREATED


Perawat berperan penting dalam memberikan obat-obatan sebagai hasil kolaborasi dengan
dokter kepada pasien. Mereka bertanggung jawab dalam pemberian obat – obatan yang aman.
Untuk itu, perawat harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan
mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis yang
diberikan di luar batas yang direkomendasikan.
Penyakit-penyakit hati, seperti sirosis , hepatitis, mempengaruhi metabolism obat.
Waktu paruh, dilambangkan dengan t1/2dari suatu obat adalah waktu yang dibutuhkan oleh
separuh konsentrasi obat untuk dieliminasi.Metabolisme dan eliminasi mempengaruhi waktu
paruh obat, contohnya pada kelainan fungsi hati atau ginjal, waktu paruhobat menjadi lebih
panjang dan lebih sedikit obat dimetabolisasi dan dieliminasi. Jika suatu obat diberikan terus
menerus, maka dapat terjadi penumpukan obat. Suatu obat akan melalui beberapa kali waktu
paruh sebelum lebih dari 90% obat itu dieliminasi. Jika seorang klien mendapat 650 mg
aspirin (miligram) dan waktu paruhnya adalah 3 jam, maka dibutuhkan 3jam untuk waktu
paruh pertama untuk mengeliminasi 325 mg, dan waktu paruh kedua (atau 6 jam) untuk
mengeliminasi 162 mg berikutnya, dan seterusnya, sampai pada waktu paruh keenam (atau
18 jam) di mana tinggal 10 mg aspirin terdapat dalam tubuh.Waktu paruh selama 4-8 jam
dianggap singkat, dan 24 jam atau lebih dianggap panjang.Jika suatu obat memiliki waktu
paruh yang panjang (seperti digoksin, 36 jam), maka diperlukan beberapa hari agar tubuh
dapat mengeliminasi obat tersebut seluruhnya.

Tabel 1.1
Presentasi Pengikatan dengan Protein dan Waktu Paruh obat-obat tertentu

Obat Pengikatan dengan Protein Waktu Paruh (t ½)


(%) (jam)

Aspirin 49 0,25 - 2
Klorpromazin 95 30
Diazepam 98 30-80
Digitoksin 90 8
Digoksin 25 36
Furosemid 95 1,5
Lidokain 50 2
Fenitoin 88 10-40
Propanolol 92 92-4
Teofilin 60 9

F. IMPLEMENT OF CARE BASED ON IDENTIFIED DIAGNOSES


Implementasi merupakan langkah berikutnya dalam proses keperawatan semua
kegiatan yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien harus
direncanakan untuk menunjang Tujuan pengobatan medis, dan memenuhi Tujuan rencana
keperawatan. Implementasi rencana asuhan keperawatan berarti perawat mengarahkan,
menolong, mengobservasi, dan mendidik semua personil keperawatan yang terlibat dalam
asuhan pasien tersebut.

G. EVALUATE SUCCESS OF PLAN CARE


Evaluasi adalah pertimbangan sistematis dan standar dari Tujuan yang dipilih
sebelumnya, dibandingkan dengan penerapan praktik yang actual dan tingkat asuhan yang
diberikan. Evaluasi keefektifan asuhan yang diberikan hanya dapat dibuat jika Tujuan
diidentifikasikan sebelumnya cukup realistis, dan dapat dicapai oleh perawat, pasien, dan
keluarga. Kelima langkah dalam proses keperawatan ini dilakukan terus menerus oleh
perawat, melalui metode penugasan yang ditetapkan oleh para menejer keperawatan
sebelumnya. Para menejer keperawatan (terutama menejer tingkat bawah) terlibat dalam
proses menejerial yang melibatkan berbagai fungsi manajemen, dalam rangka
mempengaruhi dan menggerakkan bawahan. Hal ini dilakukan agar mampu memberikan
asuhan keperawatan yang memadai, dengan kode etik dan standar praktik keperawatan

Berdasarkan fenomena diatas diperlukan upaya untuk mengetahui motivasi kerja


perawat dan mengetahui hubungan antara motivasi kerja perawat dengan kepatuhan
pendoumentasian asuhan keperawatan sehingga menageman dapat memotivasi kerja perawat
dengan berbagai cara sehingga diharapkan dengan motivasi kerja yang tinggi akan
menghasilkan kepatuhan pendokumentasian yang baik pula.

DAFTAR PUSTAKA

(Datoe, Kabupaten, and Mongondow 2017)

(Setyoadi 2017)

(Datoe, Kabupaten, and Mongondow 2017)


(lestari n.d.)

Anda mungkin juga menyukai