Kelas : B
PRODI MANAJEMEN
2019
KEPAILITAN DAN HUKUM LIKUIDASI PERUSAHAAN
A. KEPAILITAN
Kata ”Failiet” berasal dari Bahasa Perancis yaitu ”Failite” yang berarti
pemogokan/kemacetan pembayaran. Sedangkan orang yang mogok atau berhenti
membayar dalam Bahasa Perancis disebut ”Le failli”. Di negara-negara yang
berbahasa inggris dipergunakan istilah ”Bangkrut” dan “Bank-ruptcy”.
Istilah "pailit" berasal dari bahasa belanda "failliet" yang juga berasal dari
bahasa perancis. "failliet" mempunyai arti pemogokan atau kemacetan pembayaran,
dalam kamus umum bahasa indonesia, kata pailit berarti bankrut, sedangkan kata
bangkrut berarti menderita kerugian besar.
" Eksekusi massal yang ditetapkan dengan keputusan hakim, yang berlaku
serta merta dengan melakukan penyitaan umum atas semua harta orang yang
dinyatakan pailit, maupun yang diperoleh selama kepailitan berlangsung, untuk
kepentingan semua kreditor yang dilakukan dengan pengawasan pihak yang
berwajib."
B.G. Tubuan mendefinisikan kepailitan sebagai "sita umum yang mencakup seluruh
harta kekayaan debitor untuk kepentingan seluruh kreditornya"
"Debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar
sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo, dan dapat ditagih, dinyatakan pailit
dengan putusan pengadilan yang berwenang sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 2,
baik atas permohonan sendiri, maupun atas permintaan satu atau lebih kreditor".
"Debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas
sedikitnya satu yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan
putusan pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu
atau lebih kreditornya.
1. menjamin pembagian yang sama terhadap harta kekayaan debitor di antara para
kreditornya.
2. Mencegah agar debitor tidak melakukan perbuatan perbuatan yang dapat merugikan
kepentingan para kreditor.
3. Memberikan perlindungan kepada debitor yang beritikad baik dari para kreditornya,
dengan cara memproleh pembebasan utang.
1.untuk menghindari perebutan harta debitor apabila dalam waktu yang sama ada
beberapa kreditor yang menagih piutangnya dari debitor.
SYARAT-SYARAT KEPAILITAN
Hal mengenai syarat untuk mengajukan permohonan pernyataan pailit telah diatur
dalam pasal 2 ayat (1) UU Kepailitan dan PKPU,
"Debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas
sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit
dengan putusan Pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas
permohonan satu atau lebih kreditornya".
a. Debitor yang ingin dipailitkan mempunyai sedikit dua utang artinya mempunyai dua
atau lebih kreditor. Oleh karena itu, syarat ini disebut syarat concursus creditorium.
b. Debitor tidak melunasi sedikitnya satu utang kepada salah satu kreditornya.
c. Utang yang tidak dibayar lunas itu haruslah utang telah jatuh waktu dandapat
ditagih (due/expired and payable) . Yag dimaksud dengan "utang yang telah jatuh
waktu dan dapat ditagih" adalah kewajiban untuk membayar uang yang telah jatuh
waktu, baikkarena telah diperjanjikan, karena percepatan waktu penagihannya
sebagaimana diperjanjikan, karena pengenaan saksi atau dendan oleh instansi yang
berwenang, maupun karena putusan pengadilan, arbiter atau majelis arbitrase.
Sehubungan dengan uraian diatas, maka perlu pula diperhatikab siapa pihak-
pihak yang berhak untuk mengajukan permohonan pailit mereka itu adalah :
2. Debitor Sendiri
b. debitor sedikitnya tidak membayar satu utang yag telah jatuh waktu dan dapat
ditagih.
3. Kejaksaan untuk kepentingan umum
c. debitor mempunyai utang kepada Badan Usaha Milik Negara atau badan usaha lain
yang menghinpun dana dari masyarakat;
e. debitor tidak beritikad baik atau tidak kooperatif dalam menyelesaikan masalah
utang piutang yang telah jatuh waktu; atau
Adapun tatacara pengajuan permohonan pailit adalah sama dengan permohonan pailit
yang diajukan oleh debitor atau kreditor, dengan ketentuan bahwa permohonan pailit
dapat diajukan oleh kejaksaan tanpa menggunakan jasa advokasi.
Asas Keseimbangan
Asas Keadilan
Asas Integrasi
Kreditor Separatis
Berdasarkan UUK-PKPU, apabila kuasa atas benda yang dijaminkan ada pada
debitor pailit atau pada kurator, maka hak esekusi terpisah tersebut di atas
ditangguhkan untuk jangka waktu paling lama (90) sembilan puluh hari sejak
pernyataan pailit dijatuhkan. Sedangkan, jika nilai eksekusi benda tersebut ternyata
tidak mencukupi untuk menutup utang debitor, maka kreditor separatis dapat meminta
dirinya ditempatkan pada posisi kreditor konkuren untuk menagih sisa piutangnya.
Oleh karena demi kepastian hukum, hak eksekusi langsung yang dimiliki oleh
kreditor separatis hanya bisa digunakan dalam jangka waktu dua bulan setelah
terjadinya keadaan insolvensi. Setelah lewat jangka waktu tersebut, eksekusi hanya
dapat dilakukan oleh kurator, meskipun hak yang dimiliki kreditor separatis sebagai
kreditor pemegang jaminan tidak berkurang. Perbedaan proses eksekusi tersebut akan
berakibat pada perlu tidaknya pembayaran biaya kepailitan dari hasil penjualan benda
yang dijaminkan.
Kreditor Preferen
Kreditor preferen adalah kreditor yang memiliki hak istimewa atau hak
prioritas. UUK-PKPU menggunakan istilah hak-hak istimewa, sebagaima yang diatur
dalam KUH Perdata. Hak istimewa mengandung makna “hak yang oleh undang-
undang diberikan kepada seorang berpiutang sehingga tingkatannya lebih tinggi
daripada orang berpiutang lainnya.
Berdasarkan ketentuan KUH Perdata, ada dua jenis hak istimewa, yaitu hak
istimewa khusus dan hak istimewa umum. Hak istimewa khusus adalahhak yang
menyangkut benda-benda tertentu, sedangkan hak istimewa umum berarti menyangkut
seluruh benda, sesuai dengan KUH Perdata pula, hak istimewa khusus di dahulukan
atas hak istimewa umum.
Kreditor Konkuren
Kreditor konkuren adalah kreditor yang harus berbagi dengan para kreditor
lainnya secara proporsional (pari passu), yaitu menurut perbandingan besarnya
masing-masing tagihan, dari hasil penjualan harta kekayaan debitor yang tidak
dibebani dengan hak jaminan. Istilah yang digunakan dalam Bahasa Inggris untuk
kreditor konkuren adalah unsecured creditor.
Kreditor ini memiliki kedudukan yang sama dan berhak memperoleh hasil
penjualan harta kekayaan debitor, baik yang telah ada maupun yang akan ada
dikemudian hari setelah sebelumnya dikurangi dengan kewajiban membayar
piutangnya kepada kreditor pemegang hak jaminan dan para kreditor dengan hak
istimewa.
B. LIKUIDASI
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa likuidasi dilakukan dalam rangka
pembubaran badan hukum.Sedangkan kepailitan, tidak dilakukan dalam rangka
pembubaran badan hukum, dan tidak berakibat pada bubarnya badan hukum yang
dipailitkan tersebut
Sewaktu waktu karena kehendak atau rapat umum pemegang saham ( dengan kourum
dan voting supermajority). Jangka waktu berdiri perusahaan sudah berakhir dan tidak
perpanjang. Berdasarkan penetapan pengadilan. Sebagai akibat dari marger atau
konsilidasi perusahaan yang memerlukan likuidasi.
TUJUAN LIKUIDASI
1.Mengkonversi aktiva perusahaan menjadi uang tunai dengan kerugian minimum dari
relisasi aktiva.
3.Untuk membagikan uang tunai dan aktiva lain yang tidak dapat dicairkan kepada
masing-masing sekutu dengan cara yang adil.
4.Pengangkatan likuidator.
6.Pembubaran perusahaan.
TAHAP-TAHAP LIKUIDASI
Dalam hal terjadinya pembubaran Perseroan sesuai yang tercantum dalam pasal 142
ayat (1) Undang-Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UUPT”),
maka Pasal 142 ayat (2) huruf a UUPT menentukan bahwa setelah pembubaran
perseroan karena alasan-alasan yang dimaksud dalam pasal 142 ayat (1) UUPT wajib
diikuti dengan likuidasi yang dilakukan oleh likuidator atau kurator.
Berikut ini adalah tahap-tahap Likuidasi sebuah Perseroan, sebagaimana yang diatur
dalam Pasal 147 sampai dengan pasal 152 UUPT:
1. Tahap Pengumuman dan Pemberitahuan Pembubaran Perseroan
Selanjutnya, menurut Pasal 149 ayat (1) UUPT, kewajiban likuidator dalam
melakukan pemberesan harta kekayaan Perseroan dalam proses likuidasi harus
meliputi pelaksanaan: Pencatatan dan pengumpulan kekayaan dan utang Perseroa
Pengumuman dalam Surat Kabar dan Berita Negara Republik Indonesia mengenai
rencana pembagian kekayaan hasil likuidasi. Pembayaran kepada para kreditor.
Pembayaran sisa kekayaan hasil likuidasi kepada pemegang saham. Tindakan lain
yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan pemberesan kekayaan. Kemudian dalam hal
likuidator memperkirakan bahwa utang Perseroan lebih besar daripada kekayaan
Perseroan, likuidator wajib mengajukan permohonan pailit Perseroan, kecuali
peraturan perundang-undangan menentukan lain dan semua kreditor yang diketahui
identitas dan alamatnya, menyetujui pemberesan dilakukan di luar kepailitan. (Pasal
149 ayat (2) UUPT).
Tagihan yang diajukan kreditor tersebut dapat dilakukan dalam hal terdapat
sisa kekayaan hasil likuidasi yang diperuntukkan bagi pemegang saham. Dengan
demikian pemegang saham wajib mengembalikan sisa kekayaan hasil tersebut secara
proposional dengan jumlah yang diterima terhadap jumlah tagihan (Pasal 150 ayat (3),
(4) dan (5) UUPT).