Anda di halaman 1dari 13

KEPAILITAN DAN HUKUM LIKUIDASI PERUSAHAAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Hukum Bisnis


Dosen Pengampu : MUHAMMAD ADAM HR, S.H.I., M.H

Disusun oleh kelompok 7 :


1. Karima Salsabila ( 1700011186 )
2. Kerisnawati ( 17000111090 )
3. Krismonita Ds ( 1700011129 )
4. Lina Elvira ( 17000111092 )
5. Lusi Fazmi ( 1700011106 )
6. M.Fahrurrozidan ( 1700011149 )

Kelas : B

PRODI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

2019
KEPAILITAN DAN HUKUM LIKUIDASI PERUSAHAAN

A. KEPAILITAN

Kata ”Failiet” berasal dari Bahasa Perancis yaitu ”Failite” yang berarti
pemogokan/kemacetan pembayaran. Sedangkan orang yang mogok atau berhenti
membayar dalam Bahasa Perancis disebut ”Le failli”. Di negara-negara yang
berbahasa inggris dipergunakan istilah ”Bangkrut” dan “Bank-ruptcy”.

Pengertian pailit menurut pasal 1 ayat ( 1 ) UU Kepailitan adalah sebagai


berikut : ”Pailit ialah keadaan si terhutang dalam keadaan berhenti membayar utang-
utangnya. ”Istilah berhenti membayar seperti yang tercantum dalam pasal 1 ayat ( 1 )
uu Kepailitan tersebut tidak harus diartikan bahwa si debitur berhenti sama sekali
untuk membayar utang-utangnya, melainkan cukup diartikan pada waktu diajukan
permohonan pailit, debitur berada dalam keadaan tidak dapat membayar utangnya.
(K.M.N. Purwosutjipto,1984: 28)

Istilah "pailit" berasal dari bahasa belanda "failliet" yang juga berasal dari
bahasa perancis. "failliet" mempunyai arti pemogokan atau kemacetan pembayaran,
dalam kamus umum bahasa indonesia, kata pailit berarti bankrut, sedangkan kata
bangkrut berarti menderita kerugian besar.

Menurut Subekti dan R.Tjirosoedibio, pailit adalah:

"keadaan dimana seorang debitor telah berhenti membayar hutangnya. setelah


orang yang demikian atas permintaan para kreditornya atau atas permintaan sendiri
oleh pengadilan dinyatakan pailit, maka harta kekayaannya dikuasai oleh balai harta
peninggalan selaku Curatrice (pengampu) dalam urusan kepailitan tersebut untuk
dimanfaatkan bagi semua kreditor"

Sedangkan istilah "kepailitan" menurut Retnowulan adalah:

" Eksekusi massal yang ditetapkan dengan keputusan hakim, yang berlaku
serta merta dengan melakukan penyitaan umum atas semua harta orang yang
dinyatakan pailit, maupun yang diperoleh selama kepailitan berlangsung, untuk
kepentingan semua kreditor yang dilakukan dengan pengawasan pihak yang
berwajib."
B.G. Tubuan mendefinisikan kepailitan sebagai "sita umum yang mencakup seluruh
harta kekayaan debitor untuk kepentingan seluruh kreditornya"

Berdasarkan pengertian diatas, maka terdapat perbedaan konseptual antara


"pailit" dengan "kepailitan".  Pailit merupakan suatu keadaan dimana debitor tidak
mampu melakukan pembayaran hutang kepada para kreditornya. Sedangkan kepailitan
merupakan keputusan pengadilan yang mengakibatkan sita umum atas seluruh
kekayaan debitor pailit, baik yang telah ada maupun yang akan ada di kemudian hari.
jadi, kepailitan merupakan suatu sita dan eksekusi atas seluruh harta kekayaan debitor.

KEPAILITAN MENURUT PERUNDANG-UNDANGAN.

Undang-Undang Nomor 4 tahun 1998 tentang kepailitan

"Debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar
sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo, dan dapat ditagih, dinyatakan pailit
dengan putusan pengadilan yang berwenang sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 2,
baik atas permohonan sendiri, maupun atas permintaan satu atau lebih kreditor".

Undang-Undang No. 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban


Pembayaran Hutang (PKPU).

"Debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas
sedikitnya satu yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan
putusan pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu
atau lebih kreditornya.

Pada prinsipnya, pengertian kepailitan dari UU Nomor 4 Tahun 1998 tentang


kepailitan dengan UU Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaaan
Kewajiban Pembayaran Hutang tidak jauh berbeda, hanya terdapat sedikit perbedaan
yaitu pada kata "lunas" sebagai tambahan kata "tidak membayar", kata "pengadilan
yang berwenang" diganti dengan kata "pengadilan", dan kata "permintaan seseorang"
diganti dengan kata "permohonan satu"
TUJUAN HUKUM KEPAILITAN

Menurut levintan (dalam sutan reimy syahdeni, 2009;28) tujuan hukum


kepailitan (backruptcylaw), adalah :

1. menjamin pembagian yang sama terhadap harta kekayaan debitor di antara para
kreditornya.

2. Mencegah agar debitor tidak melakukan perbuatan perbuatan yang dapat merugikan
kepentingan para kreditor.

3. Memberikan perlindungan kepada debitor yang beritikad baik dari para kreditornya,
dengan cara memproleh pembebasan utang.

Dalam penjelasan UU Kepailitan dan PKPU dikemukakan beberapa faktor


perlunya pengaturan mengenai kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran
piutang sebagai berikut:

1.untuk menghindari perebutan harta debitor apabila dalam waktu yang sama ada
beberapa kreditor yang menagih piutangnya dari debitor.

2.untuk menghindari adanya kreditor pemegang hak jaminan kebendaan yang


menuntut haknya dengan cara menjual hak milik debitor tanpa memperhatikan
kepentingan debitor atau kreditor lainnya.

3.Untuk menghindari adanya kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh salah


seorang kreditor atau debitor sendiri. Misalnya, debitor berusaha untuk memberikan
keuntungan kepada seorang atau beberapa kreditor tertentu sehingga kreditor lainnya
dirugikan,atau adanya perbuatan curang dari debitor untuk melarikan semua harta
kekayaannya dengan maksud untuk melepaskan tanggung jawabnya terhadap para
kreditor.

SYARAT-SYARAT KEPAILITAN

Hal mengenai syarat untuk mengajukan permohonan pernyataan pailit telah diatur
dalam pasal 2 ayat (1) UU Kepailitan dan PKPU, 

"Debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas
sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit
dengan putusan Pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas
permohonan satu atau lebih kreditornya".

Ketentuan tersebut diatas mempunyai arti bahwa untuk mengajukan


permohonan pailit terhadap seorang Debitor harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:

a. Debitor yang ingin dipailitkan mempunyai sedikit dua utang artinya mempunyai dua
atau lebih kreditor. Oleh karena itu, syarat ini disebut syarat concursus creditorium.

b. Debitor tidak melunasi sedikitnya satu utang kepada salah satu kreditornya.

c. Utang yang tidak dibayar lunas itu haruslah utang telah jatuh waktu dandapat
ditagih (due/expired and payable) . Yag dimaksud dengan "utang yang telah jatuh
waktu dan dapat ditagih" adalah kewajiban untuk membayar uang yang telah jatuh
waktu, baikkarena telah diperjanjikan, karena percepatan waktu penagihannya
sebagaimana diperjanjikan, karena pengenaan saksi atau dendan oleh instansi yang
berwenang, maupun karena putusan pengadilan, arbiter atau majelis arbitrase.

Sehubungan dengan uraian diatas, maka perlu pula diperhatikab siapa pihak-
pihak yang berhak untuk mengajukan permohonan pailit mereka itu adalah :

1. Kreditor atau beberapa kreditor

Kreditor dalam pengertian di atas meliputi baik kreditor konkuren, kreditor


separatis maupun kreditor preferen, mereka dapat mengajukan permohonan
pernyataan pailittanpa kehilangan hakagunan atas kebendaan yang mereka miliki
terhadap harta Debitor dan haknya untuk didahulukan.

2. Debitor Sendiri

Seorang debitor dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit terhadap


dirinya (voluntary pettion)   apabila memenuhi syarat sebagai berikut :

a. debitor mempunyai dua atau lebih kreditor.

b. debitor sedikitnya tidak membayar satu utang yag telah jatuh waktu dan dapat
ditagih.
3. Kejaksaan untuk kepentingan umum

Kejaksaan dapat mengajukan permohonan pailit dengan alasan untuk


kepentingan umum syarat untuk pengajuan permohonan pailit telah dipenuhi. Yang
dimaksud dengan "kepentingan umum" dalahkepentingan bangsa dan nagara dan/atau
kepentingan masyarakat luas, misalnya:

a. debitor melarikan diri;

b. debitor menggelapkan bagian harta darri kekayaan;

c. debitor mempunyai utang kepada Badan Usaha Milik Negara atau badan usaha lain
yang menghinpun dana dari masyarakat;

d. debitor mempunyai utang yangberasal dari pernghimpunan dana dari masyarakat


luas;

e. debitor tidak beritikad baik atau tidak kooperatif dalam menyelesaikan masalah
utang piutang yang telah jatuh waktu; atau

f. dalam hal lainnya menurut kejaksaan merupakan kepentingan umum.

Adapun tatacara pengajuan permohonan pailit adalah sama dengan permohonan pailit
yang diajukan oleh debitor atau kreditor, dengan ketentuan bahwa permohonan pailit
dapat diajukan oleh kejaksaan tanpa menggunakan jasa advokasi.

ASAS-ASAS HUKUM KEPAILITAN

 Asas Keseimbangan

Undang-Undang ini mengatur beberapa ketentuan yang merupakan


perwujudan dari asas keseimbangan. di satu pihak terdapat ketentuan yang dapat
mencegah terjadinya penyalahgunaan pranata dan lembaga kepailitan oleh debitor
yang tidak jujur. di lain pihak, terdapat ketentuan yang dapat mencegah terjadinya
penyalahgunaan pranata dan lembaga kepailitan oleh kreditor yang tidak beritikad
baik.

 Asas Kelangsungan Usaha


Dalam Undang-Undang ini, terdapat ketentuan yang memungkinkan
perusahaan debitor yang prospektif tetap berjalan.

 Asas Keadilan

Asas ini mencegah terjadinya kesewenang-wenangan pihak penagih yang


mengusahakan pembayaran tagihannya tanpa mempedulikan kreditor lainnya.

 Asas Integrasi

Asas Integrasi dalam Undang-Undang ini mengandung pengertian bahwa


sistem hukum formil dan materiil peraturan kepailitan merupakan suatu kesatuan utuh
dari sistem hukum perdata dan hukum acara perdata nasional.

JENIS-JENIS KREDITOR DALAM KEPAILITAN

 Kreditor Separatis

Kreditor separatis adalah kreditor pemegang hak jaminan kebendaan, yang


dapat bertindak sendiri. Golongan kreditor ini tidak terkena akibat putusan pernyataan
pailit, artinya hak-hak eksekusi mereka tetap dapat dijalankan seperti tidak ada
kepailitan debitor. Kreditor pemegang gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, dan
hipotek atau hak agunan atas kebendaan lainnya merupakan karakteristik kreditor
separatis.

Separatis yang dimaksudkan adalah terpisahnya hak eksekusi atas benda-benda


yang dijaminkan dari harta yang dimiliki debitor pailit. Dengan demikian,  kreditor
separatis mendapatkan posisi paling utama dalam proses kepailitan, sehubungan
dengan hak atas kebendaan yang dijaminkan untuk piutangnya. Sepanjang nilai
piutang yang diberikan oleh kreditor separatis tidak jauh melampaui nilai benda yang
dijaminkan dan kreditor berkuasa atas benda tersebut, maka proses kepailitan tidak
akan banyak berpengaruh pada pemenuhan pembayaran piutang kreditor tersebut.

Berdasarkan UUK-PKPU, apabila kuasa atas benda yang dijaminkan ada pada
debitor pailit atau pada kurator, maka hak esekusi terpisah tersebut di atas
ditangguhkan untuk jangka waktu paling lama (90) sembilan puluh hari sejak
pernyataan pailit dijatuhkan. Sedangkan, jika nilai eksekusi benda tersebut ternyata
tidak mencukupi untuk menutup utang debitor, maka kreditor separatis dapat meminta
dirinya ditempatkan pada posisi kreditor konkuren untuk menagih sisa piutangnya.

Oleh karena demi kepastian hukum, hak eksekusi langsung yang dimiliki oleh
kreditor separatis hanya bisa digunakan dalam jangka waktu dua bulan setelah
terjadinya keadaan insolvensi. Setelah lewat jangka waktu tersebut, eksekusi hanya
dapat dilakukan oleh kurator, meskipun hak yang dimiliki  kreditor separatis sebagai
kreditor pemegang jaminan tidak berkurang. Perbedaan proses eksekusi tersebut akan
berakibat pada perlu tidaknya pembayaran biaya kepailitan dari hasil penjualan benda
yang dijaminkan.

 Kreditor Preferen

Kreditor preferen adalah kreditor yang memiliki hak istimewa atau hak
prioritas. UUK-PKPU menggunakan istilah hak-hak istimewa, sebagaima yang diatur
dalam KUH Perdata. Hak istimewa mengandung makna “hak yang oleh undang-
undang diberikan kepada seorang berpiutang sehingga tingkatannya lebih tinggi
daripada orang berpiutang lainnya.

Berdasarkan ketentuan KUH Perdata, ada dua jenis hak istimewa, yaitu hak
istimewa khusus dan hak istimewa umum. Hak istimewa khusus adalahhak yang
menyangkut benda-benda tertentu, sedangkan hak istimewa umum berarti menyangkut
seluruh benda,  sesuai dengan KUH Perdata pula, hak istimewa khusus di dahulukan
atas hak istimewa umum.

 Kreditor Konkuren

Kreditor konkuren adalah kreditor yang harus berbagi dengan para kreditor
lainnya secara proporsional (pari passu), yaitu menurut perbandingan besarnya
masing-masing tagihan, dari hasil penjualan harta kekayaan debitor yang tidak
dibebani dengan hak jaminan. Istilah yang digunakan dalam Bahasa Inggris untuk
kreditor konkuren adalah unsecured creditor.

Kreditor ini memiliki kedudukan yang sama dan berhak memperoleh hasil
penjualan harta kekayaan debitor, baik yang telah ada maupun yang akan ada
dikemudian hari setelah sebelumnya dikurangi dengan kewajiban membayar
piutangnya kepada kreditor pemegang hak jaminan dan para kreditor dengan hak
istimewa.
B. LIKUIDASI

Likuidasi adalah pembubaran perusahaan oleh likuidator dan sekaligus


pemberesan dengan cara melakukan penjualan harta perusahaan, penagihan,piutang,
pelunasan utang, penyelesaian sisa harta atau utang di antara para pemilik.

Dalam hal syarat pembubaran perusahaan telah terpenuhi, maka proses


likuidasi diawali dengan ditunjuknya seorang atau lebih likuidator. Jika tidak
ditentukan likuidator dalam proses likuidasi tersebut maka direksi bertindak sebagai
likuidator.Dalam praktiknya likuidator yang ditunjuk bisa orang profesional yang ahli
di bidangnya (dalam arti seseorang di luar struktur manajemen perusahaan), namun
banyak juga likuidator yang ditunjuk adalah direksi dari perusahaan tersebut.Dalam
melakukan tugasnya likuidator diberikan kewenangan luas termasuk membentuk tim
likuidator dan menunjuk konsultan-konsultan lainnya guna membantu proses likuidasi.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa likuidasi dilakukan dalam rangka
pembubaran badan hukum.Sedangkan kepailitan, tidak dilakukan dalam rangka
pembubaran badan hukum, dan tidak berakibat pada bubarnya badan hukum yang
dipailitkan tersebut

sedangkan dalam “Encyclopedi of Banking and finance”, istilah likuidasi mempunyai


2 arti :

Pertama, likuidasi berarti realisasi tunai, artinya penjualan kepemilikan saham,


obligasi atau komoditas baik untuk memperoleh laba maupun mengantisipasi ataupun
menghindari kerugian-kerugian karena harga lebih rendah.

kedua, likuidasi berarti pengakhiran suatu perusahaan dengan cara pengkonversian


aset-asetnya menjadi uang tunai.

SEBAB TERJADINYA LIKUIDASI PERUSAHAAN

Sewaktu waktu karena kehendak atau rapat umum pemegang saham ( dengan kourum
dan voting supermajority). Jangka waktu berdiri perusahaan sudah berakhir dan tidak
perpanjang. Berdasarkan penetapan pengadilan. Sebagai akibat dari marger atau
konsilidasi perusahaan yang memerlukan likuidasi.
TUJUAN LIKUIDASI

1.Mengkonversi aktiva perusahaan menjadi uang tunai dengan kerugian minimum dari
relisasi aktiva.

2.Untuk menyelesaikan kewajiban yang sah dari persekutuan.

3.Untuk membagikan uang tunai dan aktiva lain yang tidak dapat dicairkan kepada
masing-masing sekutu dengan cara yang adil.

AKIBAT HUKUM KARENA ADANYA LIKUIDASI

1.Perusahaan tidak dapat berbisnis lagi.

2.Perusahaan dapat melaksanakn kegiatan tertentu sejauh yang menyangkut dengan


pemberesan kekayaan.

3.Dibelakang nama perusahaan di bubuhkan kata dalam likuidasi.

4.Pengangkatan likuidator.

5.Kewajiban pemberesan hak dan kewajiban perusahaan.

6.Pembubaran perusahaan.

TAHAP-TAHAP LIKUIDASI

Dalam hal terjadinya pembubaran Perseroan sesuai yang tercantum dalam pasal 142
ayat (1) Undang-Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UUPT”),
maka Pasal 142 ayat (2) huruf a UUPT menentukan bahwa setelah pembubaran
perseroan karena alasan-alasan yang dimaksud dalam pasal 142 ayat (1) UUPT wajib
diikuti dengan likuidasi yang dilakukan oleh likuidator atau kurator.

Berikut ini adalah tahap-tahap Likuidasi sebuah Perseroan, sebagaimana yang diatur
dalam Pasal 147 sampai dengan pasal 152 UUPT:
1. Tahap Pengumuman dan Pemberitahuan Pembubaran Perseroan

Terhitung sejak tanggal pembubaran Perseroan, dalam jangka waktu paling


lambat 30 (tiga puluh) hari, Likuidator wajib memberitahukan kepada semua kreditor
mengenai pembubaran Perseroan dalam Surat Kabar dan Berita Negara Republik
Indonesia. Selanjutnya, Likuidator juga wajib memberitahukan pembubaran Perseroan
kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar Perseroan bahwa Perseroan dalam
likuidasi. (Pasal 147 ayat (1) UUPT).

Kemudian, likuidator melakukan pemberitahuan kepada kreditor dalam Surat


Kabar dan Berita Negara Republik Indonesia. sebagaimana yang dimaksud diatas,
pemberitahuan harus memuat pembubaran Perseroan dan dasar hukumnya; nama dan
alamat likuidator; tata cara pengajuan tagihan dan jangka waktu pengajuan tagihan.
Jangka waktu pengajuan tagihan tersebut adalah 60 (enam puluh) hari terhitung sejak
tanggal pengumuman pembubaran Perseroan. Dalam hal pemberitahuan kepada
Menteri tentang pembubaran Perseroan, likuidator wajib melengkapi dengan bukti
dasar hukum pembubaran Perseroan dan pemberitahuan kepada kreditor dalam surat
kabar. (Pasal 147 ayat (2), (3) dan (4) UUPT).

Apabila pemberitahuan kepada kreditor dan Menteri belum dilakukan,


pembubaran Perseroan tidak berlaku bagi orang ketiga. Jika likuidator lalai melakukan
pemberitahuan tersebut, likuidator secara tanggung renteng dengan Perseroan
bertanggung jawab atas kerugian yang diderita pihak ketiga. (Pasal 148 ayat (1) dan
(2) UUPT).

2. Tahap Pencatatan dan Pembagian Harta Kekayaan

Selanjutnya, menurut Pasal 149 ayat (1) UUPT, kewajiban likuidator dalam
melakukan pemberesan harta kekayaan Perseroan dalam proses likuidasi harus
meliputi pelaksanaan: Pencatatan dan pengumpulan kekayaan dan utang Perseroa
Pengumuman dalam Surat Kabar dan Berita Negara Republik Indonesia mengenai
rencana pembagian kekayaan hasil likuidasi. Pembayaran kepada para kreditor.
Pembayaran sisa kekayaan hasil likuidasi kepada pemegang saham. Tindakan lain
yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan pemberesan kekayaan. Kemudian dalam hal
likuidator memperkirakan bahwa utang Perseroan lebih besar daripada kekayaan
Perseroan, likuidator wajib mengajukan permohonan pailit Perseroan, kecuali
peraturan perundang-undangan menentukan lain dan semua kreditor yang diketahui
identitas dan alamatnya, menyetujui pemberesan dilakukan di luar kepailitan. (Pasal
149 ayat (2) UUPT).

3. Tahap Pengajuan Keberatan Kreditor

Kreditor dapat mengajukan keberatan atas rencana pembagian kekayaan hasil


likuidasi dalam jangka waktu paling lambat 60 (enam) puluh hari terhitung sejak
tanggal pengumuman pembubaran Perseroan. Dalam hal pengajuan keberatan tersebut
ditolak oleh likuidator, kreditor dapat mengajukan gugatan ke pengadilan negeri dalam
jangka waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal penolakan
(Pasal 149 ayat (3) dan (4)).

Kemudian kreditor yang mengajukan tagihan sesuai dengan jangka waktu


tersebut, dan kemudian ditolak oleh likuidator dapat mengajukan gugatan ke
pengadilan negeri dalam jangka waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari terhitung
tanggal penolakan, sebaliknya kreditor yang belum mengajukan tagihannya dapat
mengajukan melalui pengadilan negeri dalam jangka waktu 2 (dua) tahun terhitung
sejak pembubaran perseroan diumumkan (Pasal 150 ayat (1) dan (2)).

Tagihan yang diajukan kreditor tersebut dapat dilakukan dalam hal terdapat
sisa kekayaan hasil likuidasi yang diperuntukkan bagi pemegang saham. Dengan
demikian pemegang saham wajib mengembalikan sisa kekayaan hasil tersebut secara
proposional dengan jumlah yang diterima terhadap jumlah tagihan (Pasal 150 ayat (3),
(4) dan (5) UUPT).

Apabila dalam hal likuidator tidak dapat melaksanakan kewajibannya seperti


yang diatur, atas permohonan pihak yang berkepentingan atau atas permohonan
kejaksaan ketua pengadilan negeri dapat mengangkat Likuidator baru dan
memberhentikan likuidator lama. Pemberhentian likuidator tersebut, dilakukan setelah
yang bersangkutan dipanggil untuk didengar keterangannya (Pasal 151 ayat (1) dan (2)
UUPT).

4. Tahap Pertanggung Jawaban Likuidator

Likuidator bertanggung jawab kepada RUPS atau pengadilan yang mengangkatnya


atas likuidasi Perseroaan yang dilakukan dan kurator bertanggung jawab kepada
hakim pengawas atas likuidasi Perseroan yang dilakukan (Pasal 152 ayat (1) UUPT).
5. Tahap Pengumuman Hasil Likuidasi

Kemudian, likuidator wajib memberitahukan kepada Menteri dan


mengumumkan hasil akhir proses likuidasi dalam Surat Kabar setelah RUPS
memberikan pelunasan dan pembebasan kepada likuidator atau setelah pengadilan
menerima pertanggung jawaban likuidator yang ditunjuknya. Ketentuan tersebut
berlaku juga bagi kurator yang pertanggung jawabannya telah diterima oleh hakim
pengawas (Pasal 152 ayat (3) dan (4) UUPT).

Menteri mencatat berakhirnya status badan hukum Perseroan dan menghapus


nama Perseroan dari daftar Perseroan, setelah ketentuan sebagaimana dimaksud pada
Pasal 152 ayat (3) dan ayat (4) dipenuhi. Ketentuan ini berlaku juga bagi berakhirnya
status badan hukum Perseroan karena Penggabungan, Peleburan atau Pemisahan
(Pasal 152 ayat (5) dan (6) UUPT).

Selanjutnya, pemberitahuan dan pengumuman sebagaimana dimaksud Pasal


152  ayat (3) dan (4) UUPT dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga
puluh) hari terhitung sejak tanggal pertanggungjawaban likuidator atau kurator
diterima oleh RUPS, pengadilan atau hakim pengawas (Pasal 152 ayat (7) UUPT).

Anda mungkin juga menyukai