Anda di halaman 1dari 12

Nama Peserta : dr.

Dita Nur Hapsari


Nama Wahana : RS PTPN X Jember Klinik
TOPIK : PPOK
Tanggal (kasus) : 16/11/19 No. RM: 237799
Nama Pasien : An.N Nama Pendamping: dr. Anita Fadhillah MMRS
Nama Pendamping II : dr. Rizky Imansari Nama Pembimbing: dr. Angga ,Sp P
Objektif Presentasi
o Keilmuan o Keterampilan o Penyegaran o Tinjauan Pustaka
o Diagnostik o Manajemen o Masalah o Istimewa
o Neonatus o Bayi o Anak o Remaja o Dewasa o Lansia o Bumil
o Deskripsi :

o Tujuan:
1. Menegakkan diagnosis PPOK
2. Manajemen dan tatalaksana awal Pasien PPOK
Bahan Bahasan: Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara Membahas: Diskusi Presentasi dan E-mail
Diskusi
Data Pasien Nama : An N No Registrasi : 237799

Nama fasilitas kesehatan: RS PTPN X Jember Klinik Telp : - Terdaftar sejak : 26/01/20
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/Gambaran Klinis :
Keluhan Utama : Sesak nafas.
2. Riwayat Penyakit Sekarang :Pasien mengeluh sesak nafas 2 hari yang lalu. Sesak tidak dipengaruhi oleh perubahan

1
posisi. Selain itu terdapat batuk dahak pada pasien yang telah berlangsung lama. Tidak terdapat batuk darah dan
muntah. Pasien juga mengeluh mual-mual. Pasien mengaku selama 20 tahun merokok. Sehari dapat menghabiskan tiga
bungkus. Pasien berhenti merokok sejak 3 tahun yang lalu. BAK normal,BAB normal.
3. Riwayat penyakit dahulu : Pasien pernah mengalami sesak dan batuk berdahak
4. Riwayat Pengobatan : Pasien pernah berobat ke puskesmas untuk mengatasi sesak dan batuk berdahak dan keluhan
berkurang.
5. Riwayat sosial ekonomi : Pasien bekerja sebagai buruh tani. Memiliki seorang istri, tiga anak, dan delapan orang cucu.
6. Pemeriksaan Fisik (dilakukan tanggal 20/11/2019 di Ruangan Anthurium 2)
Status Generalis
7. Kepala : Normocephal
8. Mata : Konjungtiva Anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-), Eksolftalmus (-/-), dema palpebra (-/-)
9. Leher : Tidak ada pembesaran KGB, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, trakea tepat berada ditengah
10. Toraks : pergerakan nafas secara statis dan dinamis simetris pada kedua lapang paru, palpasi : fremitus taktil dan vokal
sama kanan dan kiri, perkusi hipersonor pada seluruh lapangan paru,auskultasi wheezing +/+, ronki basah +/+ ,
vesikuler +/+, gallop - , murmur –
11. Abdomen : bentuk abdomen normal , tidak ada massa, hepar dan lien tidak teraba , timpani pada seluruh lapang
abdomen, Auskultasi : bising usus normal
12. Ekstrimitas : tidak pucat , tidak ada edema , akral hangat
13. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (19/11/2019)

2
Darah lengkap
Hb 6,5
WBC 5800
PLT 122.000
PCV 19,3%
Diff
Segmen 81
Monosit 6
Lymfosit 12
Basophil 1
Anti HIV : Reaktif

SEROLOGI
Widal :negatif

Daftar Pustaka:

1. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease – Revised 2011.

2. Kumar V, Abbas AK, Fausto N, Aster JC, editors. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. 7th ed. Philadelphia: Saunders;
2005.

3
4
Tinjauan Pustaka

DEFINISI
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah keadaan terbatasnya
aliran udara secara persisten yang biasanya progresif dan terkait peningkatan
respons inflamasi kronis di saluran udara dan paru-paru pada partikel atau
gas iritatif.
(Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease – Revised 2011)

FAKTOR RISIKO
Faktor risiko genetik yang telah ditemukan adalah defisiensi bawaan
alpha-1 antitripsin. Faktor risiko lainnya:
 Merokok tembakau
 Polusi udara dalam ruangan, biasanya dari bahan bakar biomasa untuk
memasak dan pemanas di ruangan yang kurang ventilasi
 Zat kimia dan debu okupasional (uap, iritan, asap)
 Polusi udara luar ikut berkontribusi, namun dengan kontribusi yang lebih
sedikit pada PPOK

PATOGENESIS

5
GAMBARAN KLINIK
PPOK biasanya terjadi pada usia >40 tahun.
Gejala-gejala PPOK:
 Sesak napas, yang bersifat:
- progresif
- bertambah parah dengan aktifitas fisik
- persisten
 Batuk kronis, mungkin hilang timbul dan mungkin juga kering
 Produksi sputum kronis
 Riwayat terpapar faktor risiko
 Riwayat PPOK pada keluarga

Pemeriksaan penunjang:
 Spirometri: jika hasil FEV1/FVC < 0,70 setelah pemberian bronkodilator
menggambarkan keterbatasan aliran udara persisten (PPOK).

DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis Karakteristik
PPOK Awitan pada usia paruh baya.
Gejala progresif perlahan.
Riwayat merokok tembakau atau paparan pada asap

6
Asma Awitan pada usia dini (keseringan kanak-kanak).
Gejala sangat bervariasi dari hari ke hari.
Gejala memburuk pada malam/dini hari.
Adanya alergi, rhinitis, dan/atau eczema.
Riwayat asma pada keluarga.
Gagal Jantung Foto X-ray toraks menunjukkan jantung membesar,
Kongestif edema paru.
Tes fungsi paru mengindikasikan restriksi volume,
bukan keterbatasan aliran udara.
Bronkiektasis Sputum purulen dengan volume yang banyak.
Biasanya disertai infeksi bakteri.
Foto X-Ray/CT toraks menunjukkan dilasi bronkial,
penebalan dinding bronkial.
Tuberkulosis Awitan segala usia.
X-ray toraks menunjukkan infiltrat paru.
Konfirmasi mikrobiologis.
Prevalensi lokal yang tinggi akan tuberkulosis.

PENILAIAN PPOK
Spirometri dibutuhkan untuk diagnosis klinis PPOK. Spirometri merupakan uji
sederhana untuk mengukur jumlah udara yang dapat dihembuskan, dan
jumlah waktu yang diperlukan.

FVC (Forced Vital Capacity): volume udara maksimum yang dapat diekshalasi
pada manuver terkuat.
FEV1 (Forced Expired Volume in one second): volume ekspirasi selama 1
detik pertama pada ekspirasi maksimal setelah inspirasi maksimal.
FEV1/FVC: indeks klinis yang berguna menyangkut keterbatasan aliran udara.

7
Ratio FEV1/FVC adalah antara 0,70-0,80 pada orang dewasa normal. Nilai

<0,70 mengindikasikan keterbatasan aliran udara (PPOK) .

8
PENATALAKSANAAN PPOK STABIL
Non-farmakologis
 Berhenti merokok: hal yang paling menentukan perjalanan alami PPOK
- konseling
- terapi penggantian nikotin (permen karet nikotin, inhaler, nasal spray,
transdermal patch, tablet sublingual, atau lozenge)
 Pencegahan paparan polutan okupasional
 Kurangi paparan polusi dalam ruangan (ventilasi dapur harus baik) dan
luar ruangan (kurangi keluar ruangan jika sedang polusi).
 Rehabilitasi: program latihan fisik esensial untuk pasien kelompok B, C, D.
Program rehabilitasi setidaknya selama 6 minggu agar efektif.
Farmakologis
 Bronkodilator
 Kortikosteroid
 Inhibitor phosphodiesterase-4
 Methylxanthine
 Antibiotik: tidak direkomendasikan kecuali pada eksaserbasi akibat infeksi
dan infeksi bakteri lainnya

9
 Mukolitik: pasien dengan sputum kental
 Vaksin influenza (pneumococcal polysaccharide vaccine)
 Alpha-1 antitrypsin augmentation therapy: pada pasien dengan defisiensi
alpha-1 antitrypsin

EKSASERBASI PPOK
Eksaserbasi PPOK didefinisikan sebagai kejadian akut yang dicirikan dengan
perburukan gejala pernapasan pasien melebihi variasi normal hari ke hari dan
mengakibatkan berubahnya tatalaksana. (Global Initiative for Chronic
Obstructive Lung Disease – Revised 2011)

Penyebab tersering dari eksaserbasi adalah infeksi saluran pernapasan (virus


atau bakteri). Adanya sputum purulen saat eksaserbasi merupakan indikasi
untuk memulai pemberian antibiotik empiris.

Pemeriksaan penunjang:

10
 Darah Perifer Lengkap: dapat terjadi polisitemia atau perdarahan
 Tes kimia darah: melihat adanya ketidakseimbangan elektrolit, diabetes
 Analisis gas darah: melihat adanya gagal napas
 EKG: melihat komorbiditas jantung
 Foto X-Ray dada: menyingkirkan diagnosis banding
Spirometri tidak direkomendasikan saat eksaserbasi karena sulit dilakukan
dan hasilnya kurang akurat.

Penatalaksanaan:
 Oksigen
 Bronkodilator: inhalasi short-acting beta2-agonist dengan atau tanpa short-
acting anticholinergics
 Kortikosteroid sistemik: 30-40 mg prednisolon per hari selama 10-14 hari
 Antibiotik pada pasien dengan:
- peningkatan sesak
- peningkatan volume sputum
- peningkatan purulensi sputum
 Terapi suportif: sesuai kondisi klinis pasien. Keseimbangan cairan, nutrisi
cukup, berhenti merokok, pengobatan komorbiditas.
 Rawat inap, indikasi:
- peningkatan intensitas gejala secara jelas
- penderita PPOK berat
- Awitan gejala/tanda baru
- Eksaserbasi tidak membaik dengan penatalaksanaan medis awal
- Adanya komorbiditas yang berat
- Eksaserbasi sering
- Usia lanjut
- Dukungan rumah/keluarga tidak cukup

KOMORBIDITAS PPOK
Penderita PPOK sering mengalami komorbiditas dengan:

11
 Penyakit kadriovaskular (penyakit jantung iskemik, gagal jantung, fibrilasi
atrium, dan hipertensi)
 Osteoporosis dan ansietas/depresi
 Kanker paru-paru
 Infeksi paru-paru
 Sindroma metabolik dan diabetes

12

Anda mungkin juga menyukai