DALAM PENINGKATAN
BUDAYA KERJA DOSEN
DI PERGURUAN TINGGI
-perubahan itu harus dihadapi oleh jalan di tempat maka celaka suatu Ne-
para pimpinan pendidikan melalui gara. Untuk itu reformasi budaya kerja
strategi tertentu. Agar dapat mewujud- di perguruan tinggi perlu dilakukan
kan lulusan yang mampu bersaing di 1 Bambang Soehendro. Kerangka Pengembang-
ranah global, Salah satu hal untuk me- an Pendidikan Tinggi Jangka Panjang. (Jakarta: Depdik-
bud Dirjend Dikti. 1996), Hal. 1
wujudkan hal tersebut adalah budaya 2 Suyadi Prawirosentono. Manajemen Sumber
Daya Manusia Kebijakan Kinerja Karyawan; Kita mem-
48
kerja perguruan tinggi yang mumpuni, benagun Organisasi Kompetitif menjelang Perdagangan
Bebas. (Yogyakarta: BPFE. 1999). Hal. 320
pimpinannya.3 Karena pimpinan per- suatu organisasi, pelanggaraan terha-
guruan tinggi tidak cukup melakukan dap kebiasaan ini memang tidak ada
perubahan dan pengembangan struk- sangsi tegas, namun dari pelaku orga-
tural saja. Oleh sebab itu pembinaan nisasi secara moral telah menyepakati
kultural civitas akademika oleh pim- bahwa kebiasaan tersebut merupakan
pinan penting dilakukan agar mereka kebiasaan yang harus ditaati dalam
bekerja dengan nilai-nilai baru yang rangka pelaksanaan pekerjaan untuk
cocok dengan tuntutan zaman. mencapai tujuan. 4
Pengembangan budaya kerja Adapun Menurut Triguno da-
dosen maupun karyawan menjadi lam bukunya Manajemen Sumber
penting dilakukan. Karena budaya Daya Manusia menerangkan bahwa:
kerja dosen berperan sebagai katalisa- Budaya kerja adalah suatu falsafah
tor & inhibitor proses kerja perguruan yang didasari oleh pandangan hidup
tinggi. Budaya kerja dosen merupakan sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat,
strategi bagi setiap perguruan ting- kebiasaan, dan kekuatan pendorong,
gi yang ingin survive dan unggul di membudaya dalam kehidupan suatu
arena nasional maupun global, un- kelompok masyarakat atau organisasi
tuk itu dalam kepemimpinan rektor yang tercermin dari sikap menjadi pe-
perlu memiliki komitmen menjadikan rilaku, kepercayaan, cita-cita, pendapat
perguruan tinggi yang dimpinnya dan tindakan yang terwujud sebagai
menjadi world class University (WCU). kerja atau bekerja.5 Taliziduhu Ndra-
Karena kepemimpinan seseorang ha dalam buku Teori Budaya Kerja,
dalam sebuah lembaga apalagi pergu- mendefinisikan budaya kerja, yaitu;
ruan tinggi mempunyai peran penting ”sekelompok pikiran dasar atau pro-
dalam membangun dan mengembang- gram mental yang dapat dimanfaatkan
kan budaya kerja di lembaga tinggi untuk meningkatkan efisiensi kerja
tersebut. Budaya kerja dalam sebuah dan kerjasama manusia yang dimiliki
perguruan tinggi akan memberikan oleh suatu golongan masyarakat”.6
seperangkat norma yang dibutuhkan Dari uraian-uraian di atas bahwa,
anggota organisasi. Sehingga budaya budaya kerja merupakan falsafah seba-
kerja dapat memberikan pemaknaan gai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebi-
yang kuat terhadap apa yang dilakukan asaan, dan kekuatan pendorong yang
Pusaka
para dosen, mahasiswa dan karyawan dimiliki bersama oleh setiap individu
di perguruan tinggi tersebut. dalam lingkungan kerja suatu organi-
B. KONSEP DASAR TENTANG sasi. Jika dikaitkan dengan organisasi,
BUDAYA KERJA maka budaya kerja dalam organisasi
menunjukkan bagaimana nilai-nilai
Januari - Juni 2016
Dan Pembangunan, (Jakarta : PT. Gramedia. 1974). Hal. ganisasian (Yogyakarta: UII Press, 2002). Hal.141
45 9 Triguno. Budaya Kerja; Menciptakan Lingkun-
Budaya kerja akan lebih mening- a. Meningkatkan kualitas hasil kerja
katkan kemantapan dalam sistem b. Meningkatkan kualitas pelayanan
kerja dan sistem sosial dalam suatu c. Menciptakan budaya kualitas
organisasi. Dalam hal ini budaya kerja
akan dapat menjadi perekat sosial yang d. Meningkatkan profesionalitas
membantu mempersatukan organisasi e. Mengurangi kelemahan birokrasi
itu dengan memberikan standar-stan- Manfaat yang diharapkan dari
dar yang tepat untuk apa yang harus penerapan budaya kerja dalam suatu
dikatakan dan dilakukan oleh para pekerjaan antara lain sebagai berikut:
karyawan. Dan yang terakhir, budaya
kerja akan berfungsi sebagai mekanis- a. Menjamin hasil kerja dengan kuali-
me pembuat makna dan kendali yang tas yang baik.
memandu dan membentuk sikap serta b. Keterbukaan antara para individu
perilaku para karyawan. dalam melakukan pekerjaan.
Tujuan fundamental dari Buda- c. Saling bergotong royong apabila
ya Kerja adalah untuk membangun dalam suatu pekerjaan ada masalah
sumber daya manusia seutuhnya agar yang sulit.
setiap orang sadar bahwa mereka ber- d. Menimbulkan rasa kebersamaan
ada dalam suatu hubungan sifat pe- antara individu dengan individu lain
ran sebagai pelanggan, pemasok, dan dalam pekerjaan.
komunikasi dengan orang lain secara e. Cepat menyesuaikan diri dengan
efektif dan efisien serta menggembi- perkembangan yang terjadi di dunia
rakan. Oleh karenanya, Budaya Kerja luar
berupaya mengubah budaya komu- f. Membuka seluruh jaringan komuni-
nikasi tradisional menjadi perilaku kasi, kegotongroyongan, kekeluarga-
manajemen modern, sehingga terta- an, sehingga cepat menemukan dan
nam kepercayaan dan semangat kerja memperbaiki kesalahan dan cepat
sama yang tinggi serta disiplin. Hal ini menyesuaikan diri dengan perkem-
tentunya akan mengakibatkan produk- bangan dari luar;
tivitas kerja semakin meningkat.
g. Mengurangi laporan berupa data-
Suatu organisasi yang memiliki Budaya
-data dan informasi yang salah dan
Kerja yang kuat akan dapat mempero-
palsu. (Teknologi, Masyarakat, Sosi-
Pusaka
kepada profesor ternama untuk mena- Ini karena pekerja adalah ‘pemilik
rik pelajar dan mendapatkan tujuan. proses kerja’ dan mereka lebih me-
Dalam organisasi seperti ini segelintir ngetahui tentang sistem dan tatacara
kecil pekerja adalah tulang belakang melaksanakan kerja berbanding orang
kejayaan syarikat kerena mereka mem- lain. Dengan itu pekerja diberi peluang
Januari - Juni 2016
53 Jurnal
Penerbit Andi, 2002). Hal. 65-66 masalah personal dan bisa didukung
oleh berbagai pihak melalui adanya kampus yang lebih menekankan ter-
perjanjian psikologis antara pimpinan ciptanya tenaga akademisi yang profe-
dengan dosen yang dibawahnya. Bu- sional, mandiri dan berprestasi dalam
daya peran yang diberdayakan secara melaksanakan tugasnya.
jelas juga akan membentuk terciptanya Dari empat tipe budaya diatas cu-
profesionalisme kerja seorang dosen kup mengena dalam kaitannya dengan
dan rasa memiliki yang kuat terhadap pengaruh budaya terhadap kinerja se-
peran sosialnya di kampus serta aktif- orang dosen dapat dilihat dari budaya
itasnya diluar kegiatan akademis dan prestasi atau lebih tepat sebagai bentuk
kegiatan penelitian. profesionalisme seorang dosen dalam
3) Budaya Pendukung (Support perannya, dimana Handi menyebut-
culture) nya dengan istilah budaya pribadi
Budaya dimana didalamnya ada (person culture).16
kelompok atau komunitas yang men- SDM di perguruan tinggi terdiri
dukung seseorang yang mengusahakan dari tenaga kependidikan dan tenaga
terjadinya integrasi dan seperangkat administratif. Tenaga kependidikan
nilai bersama dalam organisasi terse- merupakan unsur terbesar dari keselu-
but. Selain budaya peran dalam meng- ruhan SDM di PT, dan sebagian besar
internalisasikan suatu budaya perlu tenaga kependidikan di PT adalah
adanya budaya pendukung yang dise- dosen, Dosen adalah pendidik profesi-
suaikan dengan kredo dan keyakinan onal dan ilmuwan dengan tugas utama
anggota dibawah. Budaya pendukung mentransformasikan, mengembang-
telah ditentukan oleh pihak pimpin- kan, dan menyebarluaskan ilmu pe-
an ketika organisasi/institusi tersebut ngetahuan, teknologi, dan seni melalui
didirikan oleh pendirinya yang di- pendidikan, penelitian, dan pengabdi-
tuangkan dalam visi dan misi orga- an kepada masyarakat.17
nisasi tersebut. Jelas didalamnya ada
keselaran antara struktur, strategi dan Selanjutnya Kotter & Hesket
budaya itu sendiri. Dan suatu waktu juga mengatakan bahwa budaya kerja
bisa terjadi adanya perubahan dengan dalam organisasi berawal dari gagasan
menanamkan budaya untuk belajar manajemen puncak yang diwujud-
terus menerus (longlife education). kan menjadi filosofi, visi dan strategi.
Filosofi, visi, dan strategi tersebut
Pusaka
si diri dan usaha keras untuk adanya tapkan. Proses ini dapat diilustrasikan
independensi dan tekananya ada pada pada gambar berikut:
keberhasilan dan prestasi kerja. Bu-
daya ini sudah berlaku dikalangan
akademisi tentang independensi dalam 16 Ibid. C. Handy, Understanding……. Hal. 66
pengajaran, penelitian dan pengabdian Manajemen
17 Sugeng Listyo Prabowo, Implementasi Sistem
Mutu di Perguruan Tinggi, (Malang; UIN
serta dengan pemberlakuan otonomi Press, 2009). Hal.15
MANAJEMEN PUNCAK annya, sehingga terbentuklah sebuah
Manajer puncak mengembangkan dan sistem nilai, kebiasaan (habits), citra
berusaha mengimplementasikan filosofi, akademis, ethos kerja yang terin-
visi atau strategi ternalisasikan dalam kehidupannya
sehingga mendorong adanya apresiasi
dirinya terhadap peningkatan prestasi
PERILAKU ORGANISASI kerja baik terbentuk oleh lingkungan
Implementasi pekerjaan oleh anggota organisasi itu sendiri maupun dikuat-
organisasi dipandu oleh filosofi, visi dan kan secara organisatoris oleh pimpinan
strategi akademis yang mengeluarkan sebuah
kebijakan yang diterima ketika seseo-
rang masuk organisasi tersebut.
HASIL Fungsi pimpinan sebagai pemben-
Berhasil dan berkesinambungan tuk Kultur akademis diungkapkan oleh
Peter, Dobin dan Johnson bahwa :
Para pimpinan sekolah khususnya
dalam kapasitasnya menjalan-
BUDAYA kan fungsinya sangat berperan
Budaya muncul dari filosofi, visi, penting dalam dua hal yaitu : a).
dan strategi yang dimiliki dalam Mengkonsepsitualisasikan visi
mengimplementasikannya dan perubahan dan b). Memiliki
pengetahuan, keterampilan dan
Gambar 1. Proses Pembentukan Buda- pemahaman untuk mengtrans-
ya dari Top Manajer formasikan visi menjadi etos dan
kultur akademis kedalam aksi riil.18
Seorang pemimpin, baik pemim-
pin puncak atau menengah, mempu- Jadi terbentuknya Kultur aka-
nyai peran utama untuk membangun demis bisa dicapai melalui proses
moral kerja dan produktivitas para transformasi dan perubahan tersebut
dosen, mahasiswa dan karyawan di sebagai metamorfosis institusi aka-
lembaganya. Pimpinan memberikan demis menuju kultur akademis yang
pemahaman yang kuat kepada semua ideal. Budaya itu sendiri masuk dan
anggota organisasi tentang visi misi terbentuk dalam pribadi seorang do-
lembaga sehingga hal tersebut dapat sen itu melalui adanya adaptasi dengan
Jurnal Pusaka
19 Soerjono Soekanto, Sosiologi suatu Pengan- 20 Gary Yukl. Kepemimpinan dalam Organisasi,
tar, (Jakarta: Grafindo, 2003). Hal.174 Edisi V, (Jakarta: PT. Indeks, 2010). Hal. 430
mers dan kinerja institusi keunggulan pengetahuan, kesadaran, dan kete-
bersaing dengan institusi lain. Usaha rampilan berperilaku. Pengembangan
itu berawal dari pembinaan visi, misi, kecerdasan budaya terjadi dalam bebe-
dan nilai yang terdapat di dalam insti- rapa tahapan sebagai berikut.22
tusi, perilaku, sistem pengembangan Tahap 1: Reaktivitas terhadap
sumber daya, dan kepemimpinan stimuli eksternal. Sebagai titik awal
melakukan komunikasi secara intensif, adalah kesetiaan tanpa pertimbangan
komitmen yang kuat untuk mengem- pada aturan dan norma budaya sen-
bangkan budaya kerja.21 diri. Pada tahap ini tipikal individu
Pengembangan budaya kerja oleh sangat sedikit minat pada budaya lain.
pimpinan perguruan tinggi, dapat Tahap 2: Pengakuan terhadap
dilakukan berupa a) berorientasi pada norma budaya lain dan motivasi un-
hasil kerja, b) komitmem untuk me- tuk belajar lebih banyak tentangnya.
lakukan perbaikan terus-menerus, c) Keingintahuan tumbuh dan individu
menekankan pentingnya kualitas kerja, ingin lebih banyak belajar. Orang pada
d) fokus manajemen perlu dirubah tahap ini berjuang memilih melalui
ke arah pemenuhan kebetuhan pasar, kompleksitas lingkungan budaya.
proaktif, melihat ke depan, hari ini Mereka mencari aturan berdasarkan
lebih baik dari kemaren, mendapat- pengalaman untuk mengarahkan peri-
kan ide-ide dan cara baru, dukungan laku mereka.
kuat untuk bekerjasama, e) nilai-nilai
organisasipun ikut dirubah ke arah Tahap 3: Akomodasi terhadap
yang bisa dimengerti dengan jelas se- norma dan aturan budaya lain dalam
suai dengan strategi cita-cita institusi, pikiran kita. Pemahaman lebih dalam
f) kenaikan pangkat dan imbalan atas tentang variasi budaya mulai dikem-
prestasi kerja, responsibility, accounta- bangkan. Pengakuan terhadap respons
bility, loyalitas tinggi, kemauan untuk perilaku yang cocok untuk pengem-
hal-hal baru, mengedepankan nilai bangan situasi, tetapi perilaku adaptif
universal. memerlukan banyak usaha dan sering
janggal. Orang pada tahap ini menge-
Adapun beberapa strategi yang tahui apa yang dikatakan dan melaku-
dapat digunakan oleh pimpinan dalam kan dalam variasi situasi budaya.
proses pengembangan budaya kerja
Jurnal Pusaka
21 Soenarjo. Komitmen Pemimpin,Awal han Untuk meningkatkan Kinerja Jangka Panjang, (Jakar-
Keberhasilan Budaya Kerja, 2005 . Hal. 67 ta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013). Hal. 63
Mindfulness
Behavioral skills
Cultural Intelligence
Behavioral skills
Knowledge
Knowledge
Mindfulness
24 Op. Cit. Wibowo, Budaya Organisasi…..Hal.90 26 Irham Fahmi. Perilaku Organisasi, Teori, Ap-
25 Ibid. Wibowo, Budaya Organisasi…..Hal. 92-94 likasi dan Kasus. (Bandung. PT. Alfabeta.2014), Hal. 88.
Value of
Line of leads
Line of employers
dengan kesesuaiannya, adalah me- kan pada gambar 3 dan 4 di bawah ini
nempatkan karyawan tersebut sesuai akan semakin bisa memperjelas pada
dengan tempatnya atau diterapkannya kita tentang bagaimana peran pimpin-
konsep “The right man and the right an dalam membangun karyawan yang
place. “Dalam konteks ini menarik jika memiliki semangat kompetisi yang
kita memahami konsep dalam menge- dinamis.
lola organisasi bisnis maupun lembaga Pada gambar pertama (Gambar 3)
pendidikan. memperlihatkan peran pimpinan yang
Konsep kompetisi yang dina- begitu besar dalam mendukung dan
mis artinya membangun persaingan membangun terwujudnya nilai kompe-
namun tetap dalam konteks yang fear tensi pada karyawannya. Dimana pim-
atau positif, yaitu dengan persaingan pinan pada akhirnya berhasil mengka-
yang ada mampu member dan mem- derkan karyawan untuk memiliki nilai
bentuk kondisi kerja yang mengutama- kompetensi yang melebihi dari nilai
kan kepentingan perusahaan maupun kompetensi pimpinan. Sehingga pada
Pusaka
lembaga dari pada kepentingan priba- posisi ini pimpinan dapat suatu saat
di. Dengan begitu diharapkan visi dan menugaskan karyawan yang terpilih
misi organisasi akan tercapai. Karena tersebut untuk menangani urusan-
salah satu faktor gagalnya pencapaian -urusan penting bahkan mnegambil
visi dan misi organisasi adalah dise- posisinya sebagai pimpinan di kemu-
Januari - Juni 2016
61 Jurnal
Line of leads
Line of employers
akhir masa remaja; sedangkan kecer- dan efektif, pimpinan perlu mengambil
dasan emosi ( EQ) dapat dikembang- langkah-langkah sebagai berikut:
kan tanpa batas waktu. Oleh karena a. Menciptakan lingkungan kerja yang
mendukung sinergi dan partisipasi
29 Anwar Prabu Mangku Negara. Perilaku dan
Budaya Organisasi. (Bandung: PT Refika Aditama, 2010).
kelompok;
Hal. 36
b. Menyusun kebijaksanaan yang layak AIDDAS.
dan adil yang tidak menimbulkan A = Attention (perhatian),
pertentangan antara karyawan dan I = Interest (minat),
pimpinan;
D = Desire (hasrat),
c. Menghilangkan bias prasangka ter-
hadap individu dan kelompok kerja; D = Decision (keputusan),
d. Meluangkan waktu untuk mem- A = Action (tindakan nyata), dan
pelajari aspirasi-aspirasi emosional S = Satisfaction (kepuasan).
karyawan dan bagaimana mereka Pertama kali perlu dibangkitkan
berhubungan dengan tim kerja ; perhatian kepada karyawan (kelom-
e. Memilih orang-orang yang sesuai pok kerja) terhadap tujuan organisasi
untuk peran dalam tim dan meng- yang berhubungan dengan tugas yang
angkat pimpinan tim yang memiliki harus segera dikerjakan agar timbul
kemampuan professional dan kecer- minat mereka, kemudian kembang-
dasan emosional baik; kan hasratnya untuk mencapai target
f. Menitikberatkan pada orang-orang dengan komitmen (atasan dan bawah-
sebagai prioritas utama dalam orga- an). Setelah itu arahkan mereka untuk
nisasi; memutuskan (mengmabil keputusan
g. Memberikan penghargaan atas ke- bersama) untuk melakukan pekerjaan
majuan tim; (proyek) dengan kerja keras dalam
mencapai target group dengan harap-
h. Membersihkan perusahaan dari an hasil kerjanya harus memberikan
pengaruh negatif yang mneghancur- kepuasan bagi organisasi dan dirinya.
kan antusiasme tim;
i. Menyusun nilai inti dan standar Langkah-langkah penggunaan
perilaku yang bisa diterima oleh pendekatan AIDDAS adalah sebagai-
kelompok; mana berikut di bawah ini:
j. Menyelenggarakan pemeriksa- 1) Berikan perhatian kepada karya-
an kecerdasan emosional; wan dengan pendekatan komunikasi
k. Menciptakan suasana saling mem- yang efektif dan menarik;
perlihatkan dan memotivasi kreati- 2) Pelajarilah terlebih dahulu kebu-
vitas; tuhan, keinginan, perasaan, sifat dan
Jurnal Pusaka
Ndraha, Taliziduhu. 2002. Teori Budaya Organisasi, Cetakan Kedua, Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Nawawi, Ismail. 2013. Budaya Organisasi, Kepemimpinan dan Kinerja, Proses
Terbentuk, Tumbuh Kembang,Dinamika, dan Kinerja Organisasi. Jakarta:
Kencana.
Januari - Juni 2016
Prasetya, Triguno. Manajemen Sumber Daya Manusi. 2001. Jakarta: Bumi Aksara.
Prawirosentono, Suyadi 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia Kebijakan
Kinerja Karyawan; Kita membenagun Organisasi KOmpetitif menjelang
Perdagangan Bebas. Yogyakarta: BPFE.
Robbins, Stephen P. Timothy A. Judge. 2013. Organizational Behavior. Perilaku
66
Pusaka
Januari - Juni 2016
67 Jurnal