Anda di halaman 1dari 21

STRATEGI PIMPINAN

DALAM PENINGKATAN
BUDAYA KERJA DOSEN
DI PERGURUAN TINGGI

Oleh: Noer Rohmah


(STIT Ibnu Sina Malang)

Universities as higher education are dominant social institutions


that influence culture and responsible for cultural transmission
and preservation. Higher education should be ready to face the
challenges of globalization and must produce competitive graduates
in the global era. Higher Education must have a global vision as
Pusaka

well as employ international standard Resources. Therefore, mindset


shift in universities is necessary to keep pace with the change and
to create dynamic, productive, as well as competitive work culture.
The followings are the strategies that can be taken by the university
Januari - Juni 2016

leaders in order to increase the lecturers’ work culture:


47 Jurnal

(1) Creating the organizational and the intelligent culture; (2)


encouraging the spirit of competition dynamic; (3) improving
emotional intelligence to establish effective network; and (4)
intensifying communication to create cohesive work team.
Keywords: Strategy, higher education, work culture
A. PENDAHULUAN yang mampu mendukung dan menyi-
Perguruan tinggi adalah bagian ti- apkan mahasiswa menjawab tantangan
dak terpisahkan dalam kerangka men- dan mengisi era globalisasi ini.
ciptakan kecerdasan berbangsa dan Keberhasilan di era globalisa-
bernegara. Perguruan tinggi dengan si, menurut Soehendro ditentukan
Tri Dharma perguruan tinggi yakni oleh produktivitas, efisiensi dalam
Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian bekerja.1 Modal penggeraknya sum-
masyarakat, menjadi kekuatan untuk ber daya manusia (SDM) berkualitas
melahirkan alumni-alumni yang me- yang dihasilkan dari perguruan tinggi
miliki kompetensi atau skill, sikap dan terbaik. Keberhasilan perguruan tinggi
pengetahuan yang mampu bermanfaat dalam menghasilkan SDM berkualitas
dalam dunia kerja maupun masyarakat dapat dilakukan bila dosennya memi-
banyak. Tujuan dan arah Pendidikan liki pengetahuan, keterampilan, sikap,
Tinggi di Indonesia seperti yang ter- tingkah laku baik, handal, profesional
tuang pada Bab II pasal 2. Keputusan guna mendorong terlaksananya fungsi
Menteri Pendidikan No.232/U/2000 tridharma perguruan tinggi, yaitu pen-
adalah menyiapkan peserta didik didikan & pengajaran, penelitian serta
untuk menjadi anggota masyarakat pengabdian pada masyarakat.
yang memiliki kemampuan akademik Budaya kerja dosen maupun kar-
dalam menerapkan, mengembang- yawan akan menjadi kenyataan, jika
kan, dan/atau memperkaya hasanah dilakukan pembinaan oleh pimpinan
ilmu pengetahuan, teknologi dan tanpa henti selama kepemimpinannya
atau kesenian, serta menyebarluaskan yang diikuti dengan penyempurnaan
dan mengupayakan penggunaannya dan perbaikan perilaku. Pengem-
untuk meningkatkan taraf kehidupan bangan budaya kerja dosen maupun
dan memperkaya kebudayaan nasi- karyawan berhasil bila disertai upaya
onal (Keputusan Mentri Pendidikan mengoptimalkan perilaku positif dan
Nasional Republik Indonesia No. meminimunkan perilaku negatif.2
232/U/2000 tentang Pedoman Penyu-
sunan Kurikulum Pendidikan Tinggi Bahkan, Kasali menyatakan
dan Penilaian Belajar Mahasiswa). pengembangan budaya kerja dosen,
meng-isyaratkan pimpinan kampus
Era globalisasi senantiasa meng- untuk terus melakukan perubahan
Jurnal Pusaka

hadirkan perubahan-perubahan yang yang mencerminkan tuntutan baru


menyebabkan pola pikir dan pola dalam masyarakat karena dari situlah
hidup masyarakat sekarang turut ber- elite bangsa dihasilkan. Kalau dunia
ubah untuk melakukan penyesuaian. usaha berubah, melakukan pembenah-
Dalam dunia pendidikan, perubahan- an budaya kerja tapi dunia pendidikan
Januari - Juni 2016

-perubahan itu harus dihadapi oleh jalan di tempat maka celaka suatu Ne-
para pimpinan pendidikan melalui gara. Untuk itu reformasi budaya kerja
strategi tertentu. Agar dapat mewujud- di perguruan tinggi perlu dilakukan
kan lulusan yang mampu bersaing di 1 Bambang Soehendro. Kerangka Pengembang-
ranah global, Salah satu hal untuk me- an Pendidikan Tinggi Jangka Panjang. (Jakarta: Depdik-
bud Dirjend Dikti. 1996), Hal. 1
wujudkan hal tersebut adalah budaya 2 Suyadi Prawirosentono. Manajemen Sumber
Daya Manusia Kebijakan Kinerja Karyawan; Kita mem-
48

kerja perguruan tinggi yang mumpuni, benagun Organisasi Kompetitif menjelang Perdagangan
Bebas. (Yogyakarta: BPFE. 1999). Hal. 320
pimpinannya.3 Karena pimpinan per- suatu organisasi, pelanggaraan terha-
guruan tinggi tidak cukup melakukan dap kebiasaan ini memang tidak ada
perubahan dan pengembangan struk- sangsi tegas, namun dari pelaku orga-
tural saja. Oleh sebab itu pembinaan nisasi secara moral telah menyepakati
kultural civitas akademika oleh pim- bahwa kebiasaan tersebut merupakan
pinan penting dilakukan agar mereka kebiasaan yang harus ditaati dalam
bekerja dengan nilai-nilai baru yang rangka pelaksanaan pekerjaan untuk
cocok dengan tuntutan zaman. mencapai tujuan. 4
Pengembangan budaya kerja Adapun Menurut Triguno da-
dosen maupun karyawan menjadi lam bukunya Manajemen Sumber
penting dilakukan. Karena budaya Daya Manusia menerangkan bahwa:
kerja dosen berperan sebagai katalisa- Budaya kerja adalah suatu falsafah
tor & inhibitor proses kerja perguruan yang didasari oleh pandangan hidup
tinggi. Budaya kerja dosen merupakan sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat,
strategi bagi setiap perguruan ting- kebiasaan, dan kekuatan pendorong,
gi yang ingin survive dan unggul di membudaya dalam kehidupan suatu
arena nasional maupun global, un- kelompok masyarakat atau organisasi
tuk itu dalam kepemimpinan rektor yang tercermin dari sikap menjadi pe-
perlu memiliki komitmen menjadikan rilaku, kepercayaan, cita-cita, pendapat
perguruan tinggi yang dimpinnya dan tindakan yang terwujud sebagai
menjadi world class University (WCU). kerja atau bekerja.5 Taliziduhu Ndra-
Karena kepemimpinan seseorang ha dalam buku Teori Budaya Kerja,
dalam sebuah lembaga apalagi pergu- mendefinisikan budaya kerja, yaitu;
ruan tinggi mempunyai peran penting ”sekelompok pikiran dasar atau pro-
dalam membangun dan mengembang- gram mental yang dapat dimanfaatkan
kan budaya kerja di lembaga tinggi untuk meningkatkan efisiensi kerja
tersebut. Budaya kerja dalam sebuah dan kerjasama manusia yang dimiliki
perguruan tinggi akan memberikan oleh suatu golongan masyarakat”.6
seperangkat norma yang dibutuhkan Dari uraian-uraian di atas bahwa,
anggota organisasi. Sehingga budaya budaya kerja merupakan falsafah seba-
kerja dapat memberikan pemaknaan gai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebi-
yang kuat terhadap apa yang dilakukan asaan, dan kekuatan pendorong yang
Pusaka

para dosen, mahasiswa dan karyawan dimiliki bersama oleh setiap individu
di perguruan tinggi tersebut. dalam lingkungan kerja suatu organi-
B. KONSEP DASAR TENTANG sasi. Jika dikaitkan dengan organisasi,
BUDAYA KERJA maka budaya kerja dalam organisasi
menunjukkan bagaimana nilai-nilai
Januari - Juni 2016

1. Pengertian Budaya Kerja organisasi dipelajari yaitu ditanam


49 Jurnal

Budaya kerja menurut Hadari Na- dan dinyatakan dengan menggunakan


wawi adalah kebiasaan yang dilakukan sarana (vehicle) tertentu berkali-kali,
berulang-ulang oleh pegawai dalam 4 Hadari Nawawi, Manajemen Sumber Daya
Manusia. Cetakan V, (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press. 2003). Hal.65
3 Rhenal Kasali. Manajemen Perubahan dan 5 Triguno. Prasetya, Manajemen Sumber Daya
Manajemen Harapan. (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Uta- Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001). Hal. 13
ma. 2010), Hal. 31 6 Taliziduhu Ndraha, Teori Budaya Organisasi,
Cetakan Kedua, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003). Hal. 80
sehingga agar masyarakat dapat meng- negatif dalam mencapai prestasi secara
amati dan merasakannya. efektif. Dengan mengutip pendapat
Budaya Kerja itu sudah lama dike- Peters dan Waterman, Imam Mudjiono
nal oleh umat manusia, namun belum mengatakan bahwa organisasi yang
disadari bahwa suatu keberhasilan efektif itu mempunyai kebudayaan
kerja itu berakar pada nilai-nilai yang internal. Organisasi bisa menjadi kuat
dimiliki dan perilaku yang menjadi berkat adanya mutu yang sangat baik
kebiasaannya. Nilai-nilai yang telah dari organisasi itu sendiri.8 Jika bu-
menjadi kebiasaan tersebut dinamakan daya kerja dalam sebuah organisasi
Budaya. Oleh karena budaya tersebut atau lembaga pendidikan termasuk
dikaitkan dengan mutu/kualitas kerja, perguruan tinggi itu mengedepankan
maka dinamakan Budaya Kerja. kedisiplinan, kreativitas, kerja sama,
Budaya Kerja dapat diwujudkan kesetaraan, dan lahirnya ide-ide segar
setelah melalui proses yang panjang. yang inovatif, maka dalam waktu tidak
Hal ini dikarenakan perubahan nilai- lama organisasi akan mengalami pe-
-nilai lama menjadi nilai-nilai baru ningkatan yang signifikan. Akan tetapi
akan memakan waktu untuk menja- jika organisasi melakukan toleransi
di kebiasaan dan tak henti-hentinya terhadap ketidakdisiplinan, konflik
terus melakukan penyempurnaan dan serta dominasi, maka organisasi akan
perbaikan. Produktivitas Budaya Kerja berjalan secara stagnan dan dekaden.
merupakan suatu sikap mental yang Di sinilah pentingnya membentuk
selalu mencari perbaikan atau pe- budaya kerja dalam organisasi yang
nyempurnaan apa yang telah dicapai, dinamis, progressif, produktif dan
dengan menerapkan metoda-metoda harmonis. Jadi, budaya kerja dalam
baru serta yakin akan kemajuan yang sebuah organisasi termasuk lembaga
akan diperolehnya. Dalam hal ini pendidikan tinggi sangat ditentukan
dapat dilihat kaitan antara kepribadi- oleh pembentuk budaya dalam organi-
an dan hasil kerja di mana di dalam sasi tersebut.
kepribadian terkandung unsur bakat, Untuk selanjutnya bahwa buda-
keterampilan, minat, sifat, gairah, dan ya kerja dapat menjalankan sejum-
nilai-nilai. Kepribadian tersebut men- lah fungsi dalam sebuah organisasi.
jadi sikap, kemudian menjadi perilaku Pertama, budaya kerja mempunyai
satu peranan dalam menetapkan tapal
Jurnal Pusaka

yang mengandung unsur semangat,


disiplin, rajin, jujur, tanggung jawab, batas, artinya budaya kerja akan men-
hemat, integritas; sehingga hasil kerja ciptakan pembedaan yang jelas antara
akan mencapai kualitas yang tinggi organisasi yang satu dengan organisasi
atau memuaskan.7 yang lainnya. Kedua, budaya kerja
akan membawa suatu rasa identitas
Januari - Juni 2016

2. Fungsi, Tujuan, dan Manfaat bagi anggota-anggota organisasi. Keti-


Budaya Kerja ga, budaya kerja akan mempermudah
Setiap organisasi mempunyai timbulnya komitmen pada sesuatu
kebudayaan. Dan kebudayaan dapat yang lebih luas daripada kepentingan
menjadi kekuatan, baik positif maupun diri pribadi seseorang.9
7 Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitet, 8 Imam Moedjiono, Kepemimpinan dan Keor-
50

Dan Pembangunan, (Jakarta : PT. Gramedia. 1974). Hal. ganisasian (Yogyakarta: UII Press, 2002). Hal.141
45 9 Triguno. Budaya Kerja; Menciptakan Lingkun-
Budaya kerja akan lebih mening- a. Meningkatkan kualitas hasil kerja
katkan kemantapan dalam sistem b. Meningkatkan kualitas pelayanan
kerja dan sistem sosial dalam suatu c. Menciptakan budaya kualitas
organisasi. Dalam hal ini budaya kerja
akan dapat menjadi perekat sosial yang d. Meningkatkan profesionalitas
membantu mempersatukan organisasi e. Mengurangi kelemahan birokrasi
itu dengan memberikan standar-stan- Manfaat yang diharapkan dari
dar yang tepat untuk apa yang harus penerapan budaya kerja dalam suatu
dikatakan dan dilakukan oleh para pekerjaan antara lain sebagai berikut:
karyawan. Dan yang terakhir, budaya
kerja akan berfungsi sebagai mekanis- a. Menjamin hasil kerja dengan kuali-
me pembuat makna dan kendali yang tas yang baik.
memandu dan membentuk sikap serta b. Keterbukaan antara para individu
perilaku para karyawan. dalam melakukan pekerjaan.
Tujuan fundamental dari Buda- c. Saling bergotong royong apabila
ya Kerja adalah untuk membangun dalam suatu pekerjaan ada masalah
sumber daya manusia seutuhnya agar yang sulit.
setiap orang sadar bahwa mereka ber- d. Menimbulkan rasa kebersamaan
ada dalam suatu hubungan sifat pe- antara individu dengan individu lain
ran sebagai pelanggan, pemasok, dan dalam pekerjaan.
komunikasi dengan orang lain secara e. Cepat menyesuaikan diri dengan
efektif dan efisien serta menggembi- perkembangan yang terjadi di dunia
rakan. Oleh karenanya, Budaya Kerja luar
berupaya mengubah budaya komu- f. Membuka seluruh jaringan komuni-
nikasi tradisional menjadi perilaku kasi, kegotongroyongan, kekeluarga-
manajemen modern, sehingga terta- an, sehingga cepat menemukan dan
nam kepercayaan dan semangat kerja memperbaiki kesalahan dan cepat
sama yang tinggi serta disiplin. Hal ini menyesuaikan diri dengan perkem-
tentunya akan mengakibatkan produk- bangan dari luar;
tivitas kerja semakin meningkat.
g. Mengurangi laporan berupa data-
Suatu organisasi yang memiliki Budaya
-data dan informasi yang salah dan
Kerja yang kuat akan dapat mempero-
palsu. (Teknologi, Masyarakat, Sosi-
Pusaka

leh hasil yang lebih baik, hal ini dika-


al, Ekonomi dan sebagainya).11
renakan para pekerja atau pegawainya
telah mengetahui dan memahami akan Manfaat lainnya yang dapat
“Pekerjaan apa yang harus dilakukan muncul antara lain kepuasan ker-
dan bagaimana cara menyelesaikan ja meningkat, pergaulan yang lebih
Januari - Juni 2016

pekerjaan tersebut” (what to do and akrab, disiplin meningkat, pengawasan


51 Jurnal

how to do it). Dengan demikian dapat fungsional berkurang, tingkat absensi


dikatakan bahwa tujuan budaya kerja turun, keinginan belajar yang tinggi,
itu adalah:10 keinginan memberikan yang terbaik
bagi organisasi, dan lain-lain. Lebih
gan Yang Kondusif Untuk Meningkatkan Produktivitas jauh, Roland E. Wolseley dan Laurence
Kerja. (Jakarta: Golden Terayon Press. 1999). Hal. 56

10 Djarot Subianto. Budaya Kerja Era Digital,(


Jakarta: PPM Lembaga Manajemen. 2000). Hal. 22 11 Ibid. Subianto, Budaya Kerja…, Hal. 89
R. Campbell dalam bukunya “Explo- mereka berpikir positif tentang mereka
ring Journalism” menyatakan bahwa: dan organisasi. Dengan demikian, or-
a. Orang yang terlatih dalam kelom- ganisasi dapat memaksimalkan potensi
pok budaya kerja akan memecah- stafnya dan memenangkan kompetisi.12
kan permasalahan secara mandiri 3. Model Budaya Kerja
dengan bantuan keahliannya berda- Model budaya kerja berdasarkan
sarkan metode ilmu pengetahuan, kajian-kajian yang dilakukan mengenai
dibangkitkan oleh pemikiran yang budaya kerja organisasi telah menam-
kritis, kreatif, tidak menghargai pe- pilkan beberapa model tertentu yaitu
nyimpangan akal bulus dan perten- budaya autoritarian, budaya birokratik,
tangan. budaya tugas, budaya individualistik,
b. Orang yang terdidik melalui kelom- budaya tawar- menawar dan budaya
pok budaya kerja akan berusaha kolektiviti.
menyesuakan diri antara kehidupan
pribadinya dengan kebiasaan sosial- a. Budaya Kerja Autoritarian
nya, baik nilai nilai spiritual maupun Budaya kerja jenis ini menum-
standar-standar etika yang funda- pukan kepada ‘command and control’.
mental untuk menyerasikan kepri- Kuasa dan autoriti dalam organisasi
badian dan moral karakternya. biasanya terpusat kepada pemimpin-
c. Orang yang terdidik dalam kelom- nya yang seringkali disanjung sebagai
pok budaya kerja akan mempersi- , hero’ .Pekerja akan diharapkan untuk
apkan dirinya dengan pengetahu- memperlihatkan kesetiaan yang tinggi
an umum dan keahlian-keahlian kepada pemimpin. Arahan dan per-
khusus dalam mengelola tugas atau aturan dihantar dari atas menuju ke
kewajibannya dalam bidangnya, dasar organisasi.
demikian pula dalam hal berpro- Dengan demikian hubungan per-
duksi dan pemenuhan kebutuhan sonal yang rapat dengan pihak atasan
hidupnya. adalah faktor penting dalam kelancar-
d. Orang yang terlatih dalam kelompok an pekerjaan dan kenaikan pangkat.
budaya kerja akan memahami dan Oleh itu bagi menjaga kepentingan,
menghargai lingkungannya pekerja cenderung untuk bersikap ‘yes
e. Budaya kerja membentuk perilaku man , dan ‘play safe’ daripada mem-
Jurnal Pusaka

staf dengan mendorong percam- beri pandangan kritikal bagi menjaga


puran core values dan perilaku yang kedudukan dan kepentingan masing-
diinginkan, sehingga memungkin- -masing.
kan organisasi bekerja dengan lebih b. Budaya Kerja Birokratik
efisien dan efektif, meningkatkan
Januari - Juni 2016

Budaya kerja birokratik ini ber-


konsistensi, menyeleseikan konflik asaskan kepada konsep bahawa or-
dan menfasilitasi koordinasi dan ganisasi boleh diurus dengan cakap
control. menerusi kaedah pengurusan bersifat
Budaya kerja akan meningkatkan impersonal, rasional, autoriti dan for-
motivasi staf dengan memberi mereka 12 Ismail Nawawi, Budaya Organisasi, Kepemi-
perasaan memiliki, loyalitas, keperca- mpinan dan Kinerja, Proses Terbentuk, Tumbuh Kem-
52

bang,Dinamika, dan Kinerja Organisasi, (Jakarta: Ken-


yaan, dan nilai-nilai, dan mendorong cana, 2013). Hal. 15
maliti. Impersonal bermaksud setiap perlu membuktikan bahawa mereka
pekerja tertakluk kepada peraturan memberi sumbangan yang lebih dari-
dan prosedur yang sama dan harus pada orang lain kepada organisasi.
menerima layanan yang sama. Pera- e. Budaya Kerja Tawar Menawar
turan dan prosedur tersebut adalah
dilaksanakan secara formal untuk Dalam organisasi jenis ini, kesa-
mengingatkan pekerja akan etika dan tuan sekerja berfungsi untuk menjaga
keperluan yang dikehendaki daripada kepentingan pekerja dan membantu
mereka. pengurusan mencapai matlamat orga-
nisasi. Perundingan dan tawar mena-
c. Budaya Kerja Fungsional war berlangsung berdasarkan perun-
Organisasi-organisasi kerja yang dangan dan prosedur yang diakui oleh
berjaya di Barat sering mengamalkan kedua-dua belah pihak. Meskipun
budaya kerja fungsional atau ‘project- pertikaian dan pertentangan pendapat
-based’ ini. Dalam konsep fungsional, kadangkala berlaku antara kesatuan
kerja dalam organisasi dibagi dan ditu- sekerja dan majikan, tetapi ia sering
gaskan kepada individu atau pasukan dapat diselesaikan di meja rundingan.
tertentu. Projek yang paling penting Dari satu segi pihak pengurusan boleh
akan diserahkan kepada pekerja atau mendapat pandangan wakil kesatuan
sekumpulan pekerja yang paling ber- sekerja bagi melaksanakan peraturan,
kemampuan. Apabila projek tersebut sistem dan ganjaran. Manakala kesa-
selesai, maka tugas individu atau kum- tuan sekerja akan mempastikan hak,
pulan akan selesai dan kumpulan baru kepentingan dan kebajikan pekerja
pula akan dibentuk bagi melaksanakan diberi jaminan. Secara keseluruhannya
projek yang lain. Oleh itu, struktur pendekatan ini yang berkonsepkan hu-
kumpulan adalah fleksibel dan inter- bungan rapat majikan pekerja bertuju-
aksi adalah berasaskan kemahiran dan an untuk mewujudkan situasi menang-
hormat-menghormati. -menang antara kedua belah pihak.
d. Budaya Kerja Individualistik f. Budaya Kerja Kolektif
Dalam organisasi yang meng- Dikatakan bahawa antara kunci
amalkan budaya kerja ini, individu kejayaan organisasi Jepun adalah ke-
tertentu menjadi tumpuan utama. bolehan mereka untuk menggunakan
Terdapat universiti yang bergantung idea dan cadangan pekerja bawahan.
Pusaka

kepada profesor ternama untuk mena- Ini karena pekerja adalah ‘pemilik
rik pelajar dan mendapatkan tujuan. proses kerja’ dan mereka lebih me-
Dalam organisasi seperti ini segelintir ngetahui tentang sistem dan tatacara
kecil pekerja adalah tulang belakang melaksanakan kerja berbanding orang
kejayaan syarikat kerena mereka mem- lain. Dengan itu pekerja diberi peluang
Januari - Juni 2016
53 Jurnal

punyai reputasi, kredibiliti, kepandaian untuk mengemukakan cadangan dan


dan keterampilan. Kebolehan menda- kreativitas bagi memperbaiki proses
patkan pelanggan seringkali menye- kerja, sistem dan prosedur.13
babkan mereka kurang terikat kepada
peraturan dan prosedur. Kenaikan
pangkat sepenuhnya bergantung ke-
pada meritokrasi kerana setiap orang 13 Taliziduhu Ndraha, Teori Budaya Organisasi,
Cetakan Kedua, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002). Hal. 25
4. Pengembangan Budaya Kerja di peraturan dan pemimpin yang tegas
Perguruan Tinggi dan benar dalam menetapkan seluruh
Keberadaan perguruan tinggi perintah dan kebijakannya. Kerena
merupakan salah satu pertanda pera- hal ini menyangkut kepercayaan dan
daban suatu masyarakat. Masyarakat sikap mental tegas untuk memajukan
yang berperadaban cenderung me- institusi organisasi. Kelaziman diinsti-
ngembangkan berbagai institusi yang tusi pendidikan yang masih menganut
mampu menggali, mengembangkan, manajemen keluarga, peranan pemilik
mengalihkan, dan menerapkan penge- institusi begitu dominan dalam pe-
tahuan yang diperlukan untuk mema- ngendalian sebuah kebijakan institusi
jukan masyarakat tersebut. Dalam hal akademis, terkadang melupakan nilai
ini, perguruan tinggi adalah institusi profesionalisme yang justru hal inilah
yang mempunyai kedudukan terpen- salah satu penyebab jatuh dan mun-
ting. Dengan demikian perguruan durnya sebuah perguruan tinggi.
tinggi-pengembangan pengetahuan- 2) Budaya peran (Role culture)
-pembangunan masyarakat merupa- Budaya ini ada kaitannya dengan
kan suatu mata rantai yang tidak dapat prosedur birokratis, seperti peraturan
dipisahkan.14 organisasi dan peran/jabatan/posisi
Dalam perkembangan berikutnya spesifik yang jelas karena diyakini
dapat kita lihat ada keterkaitan antara bahwa hal ini akan menstabilkan
budaya dengan disain organisasi atau sistem. Keyakinan dan asumsi dasar
hubungan budaya dengan keberhasilan tentang kejelasan status/posisi/peran-
suatu perguruan tinggi sesuai dengan an yang jelas inilah akan mendorong
design culture yang akan diterapkan. terbentuknya budaya positif yang jelas
Untuk memahami disain organisasi akan membantu menstabilkan suatu
tersebut, Harrison membagi empat organisasi. Bagi seorang dosen tetap
tipe budaya kerja dalam organisasi jauh lebih cepat menerima seluruh
antara lain yaitu :15 kebijakan akademis daripada dosen
terbang yang hanya sewaktu-waktu ha-
1) Budaya Kekuasaan (Power culture). dir sesuai dengan jadwal perkuliahan.
Budaya ini lebih memfokuskan se- Hampir semua orang menginginkan
jumlah kecil pimpinan menggunakan suatu peranan dan status yang jelas
Jurnal Pusaka

kekuasaan yang lebih banyak dalam dalam organisasi.


cara memerintah. Budaya kekuasaan
juga dibutuhkan dengan syarat meng- Bentuk budaya ini kalau diterap-
ikuti esepsi dan keinginan anggota kan dalam budaya akademis dapat
suatu organisasi. dilihat dari sejauhmana peran dosen
dalam merancang, merencanakan dan
Januari - Juni 2016

Seorang dosen, seorang guru memberikan masukan (input) terha-


dan seorang karyawan butuh adanya dap pembentukan suatu nilai budaya
14 Ahmad Sonhadji, Manusia, Teknologi, dan kerja tanpa adanya birokarasi dari
Pendidikan menuju Peradaban Baru, (Malang: UM Press,
2012). Hal. 116 pihak pimpinan. Jelas masukan dari
15 C. Handy, Understanding Organizations,
(London : Penguin, 1985), dikutip langsung oleh Eugene
bawah lebih independen dan dapat
McKenna dan Nic Beec, The Essence of : Manajemen diterima karena sudah menyangkut
Sumber Daya Manusia,Trj. Toto Budi Santoso, (Yogjakarta:
54

Penerbit Andi, 2002). Hal. 65-66 masalah personal dan bisa didukung
oleh berbagai pihak melalui adanya kampus yang lebih menekankan ter-
perjanjian psikologis antara pimpinan ciptanya tenaga akademisi yang profe-
dengan dosen yang dibawahnya. Bu- sional, mandiri dan berprestasi dalam
daya peran yang diberdayakan secara melaksanakan tugasnya.
jelas juga akan membentuk terciptanya Dari empat tipe budaya diatas cu-
profesionalisme kerja seorang dosen kup mengena dalam kaitannya dengan
dan rasa memiliki yang kuat terhadap pengaruh budaya terhadap kinerja se-
peran sosialnya di kampus serta aktif- orang dosen dapat dilihat dari budaya
itasnya diluar kegiatan akademis dan prestasi atau lebih tepat sebagai bentuk
kegiatan penelitian. profesionalisme seorang dosen dalam
3) Budaya Pendukung (Support perannya, dimana Handi menyebut-
culture) nya dengan istilah budaya pribadi
Budaya dimana didalamnya ada (person culture).16
kelompok atau komunitas yang men- SDM di perguruan tinggi terdiri
dukung seseorang yang mengusahakan dari tenaga kependidikan dan tenaga
terjadinya integrasi dan seperangkat administratif. Tenaga kependidikan
nilai bersama dalam organisasi terse- merupakan unsur terbesar dari keselu-
but. Selain budaya peran dalam meng- ruhan SDM di PT, dan sebagian besar
internalisasikan suatu budaya perlu tenaga kependidikan di PT adalah
adanya budaya pendukung yang dise- dosen, Dosen adalah pendidik profesi-
suaikan dengan kredo dan keyakinan onal dan ilmuwan dengan tugas utama
anggota dibawah. Budaya pendukung mentransformasikan, mengembang-
telah ditentukan oleh pihak pimpin- kan, dan menyebarluaskan ilmu pe-
an ketika organisasi/institusi tersebut ngetahuan, teknologi, dan seni melalui
didirikan oleh pendirinya yang di- pendidikan, penelitian, dan pengabdi-
tuangkan dalam visi dan misi orga- an kepada masyarakat.17
nisasi tersebut. Jelas didalamnya ada
keselaran antara struktur, strategi dan Selanjutnya Kotter & Hesket
budaya itu sendiri. Dan suatu waktu juga mengatakan bahwa budaya kerja
bisa terjadi adanya perubahan dengan dalam organisasi berawal dari gagasan
menanamkan budaya untuk belajar manajemen puncak yang diwujud-
terus menerus (longlife education). kan menjadi filosofi, visi dan strategi.
Filosofi, visi, dan strategi tersebut
Pusaka

4) Budaya Prestasi (Achievement diimplementasikan pada perilaku


culture) organisasi. Perilaku organisasi tersebut
Budaya yang didasarkan pada akan membentuk budaya organisasi
dorongan individu dalam organisasi yang dilakukan oleh anggota organisasi
dalam suasana yang mendorong eksep- untuk mencapai tujuan yang telah dite-
Januari - Juni 2016
55 Jurnal

si diri dan usaha keras untuk adanya tapkan. Proses ini dapat diilustrasikan
independensi dan tekananya ada pada pada gambar berikut:
keberhasilan dan prestasi kerja. Bu-
daya ini sudah berlaku dikalangan
akademisi tentang independensi dalam 16 Ibid. C. Handy, Understanding……. Hal. 66
pengajaran, penelitian dan pengabdian Manajemen
17 Sugeng Listyo Prabowo, Implementasi Sistem
Mutu di Perguruan Tinggi, (Malang; UIN
serta dengan pemberlakuan otonomi Press, 2009). Hal.15
MANAJEMEN PUNCAK annya, sehingga terbentuklah sebuah
Manajer puncak mengembangkan dan sistem nilai, kebiasaan (habits), citra
berusaha mengimplementasikan filosofi, akademis, ethos kerja yang terin-
visi atau strategi ternalisasikan dalam kehidupannya
sehingga mendorong adanya apresiasi
dirinya terhadap peningkatan prestasi
PERILAKU ORGANISASI kerja baik terbentuk oleh lingkungan
Implementasi pekerjaan oleh anggota organisasi itu sendiri maupun dikuat-
organisasi dipandu oleh filosofi, visi dan kan secara organisatoris oleh pimpinan
strategi akademis yang mengeluarkan sebuah
kebijakan yang diterima ketika seseo-
rang masuk organisasi tersebut.
HASIL Fungsi pimpinan sebagai pemben-
Berhasil dan berkesinambungan tuk Kultur akademis diungkapkan oleh
Peter, Dobin dan Johnson bahwa :
Para pimpinan sekolah khususnya
dalam kapasitasnya menjalan-
BUDAYA kan fungsinya sangat berperan
Budaya muncul dari filosofi, visi, penting dalam dua hal yaitu : a).
dan strategi yang dimiliki dalam Mengkonsepsitualisasikan visi
mengimplementasikannya dan perubahan dan b). Memiliki
pengetahuan, keterampilan dan
Gambar 1. Proses Pembentukan Buda- pemahaman untuk mengtrans-
ya dari Top Manajer formasikan visi menjadi etos dan
kultur akademis kedalam aksi riil.18
Seorang pemimpin, baik pemim-
pin puncak atau menengah, mempu- Jadi terbentuknya Kultur aka-
nyai peran utama untuk membangun demis bisa dicapai melalui proses
moral kerja dan produktivitas para transformasi dan perubahan tersebut
dosen, mahasiswa dan karyawan di sebagai metamorfosis institusi aka-
lembaganya. Pimpinan memberikan demis menuju kultur akademis yang
pemahaman yang kuat kepada semua ideal. Budaya itu sendiri masuk dan
anggota organisasi tentang visi misi terbentuk dalam pribadi seorang do-
lembaga sehingga hal tersebut dapat sen itu melalui adanya adaptasi dengan
Jurnal Pusaka

dimanifestasikan dalam bentuk nilai, lingkungan, pembiasaan tatanan yang


keyakinan dan perilaku organisasi sudah ada dalam etika pendidikan
sehari-hari. ataupun dengan membawa sistem nilai
sebelumnya yang kemudian masuk
Dalam dunia pendidikan meng- dan diterima oleh institusi tersebut
Januari - Juni 2016

istilahkan budaya dalam organisasi yang akhirnya terbentuklah sebuah


dengan istilah Kultur akademis yang budaya akademis dalam sebuah orga-
pada intinya mengatur para pendidik nisasi.
agar mereka memahami bagaimana
seharusnya bersikap terhadap profesi-
nya, beradaptasi terhadap rekan kerja
dan lingkungan kerjanya serta berlaku 18 Sudarwan Danim. Menjadi Komunitas Pembe-
56

lajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003). Hal. 74


reaktif terhadap kebijakan pimpin-
Pola pembiasaan dalam sebu- kopetitif meliputi berikut : menjual
ah budaya sebagai sebuah nilai yang sebuah produk atau jasa dengan harga
diakuinya bisa membentuk sebuah rendah, memiliki kualitas superior
pola prilaku dalam hal ini Ferdinand dengan harga yang sedang, membe-
Tonnies membagi kebiasaan kedalam rikan sebuah produk atau jasa yang
beberapa pengertian antara lain : unik dalam sebuah segmen pasar yang
a) Kebiasaan sebagai suatu kenya- diabaikan oleh organisasi yang ber-
taan objektif sehari-hari yang meru- saing (strategi “ceruk”), memberikan
pakan sebuah kelajiman baik dalam pelayanan pelanggan yang luar biasa,
sikap maupun dalam penampilan memiliki produk atau jasa yang paling
sehari-hari. Seorang pendidik sebagai inovatif, dan menjadi organisasi yang
profesionalis biasa berpenampilan rapi, paling fleksibel mengenai pengkhusus-
berdasi dan berkemeja dan bersikap an produk atau jasa untuk memenuhi
formal, sangat lain dengan melihat kebutuhan setiap klien.20
penampilan dosen institut seni yang Adapun beberapa pedoman untuk
melawan patokan formal yang berlaku memformulasikan strategi antara lain
didunia pendidikan dengan berpakai- adalah:
an kaos dan berambut panjang. 1. Menentukan sasaran dan priori-
b) Kebiasaan sebagai Kaidah yang tas jangka panjang
diciptakan dirinya sendiri yaitu kebi- 2. Menilai kekuatan dan kelemahan
asaan yang lahir dari diri pendidik itu saat ini
sendiri yang kemudian menjadi ciri 3. Mengenali kompetensi diri
khas yang membedakan dengan yang 4. Mengevaluasi kebutuhan akan
lainnya. perubahan besar dalam strategi
c) Kebiasaan sebagai perwujudan 5. Mengenali strategi yang menjan-
kemauan untuk berbuat sesuatu yaitu jikan
kebiasaan yang lahir dari motivasi dan 6. Mengevaluasi kemungkinan hasil
inisatif yang mencerminkan adanya dari sebuah strategi
prestasi pribadi. 19 7. Melibatkan eksekutif lain dalam
memilih sebuah strategi
C. STRATEGI PIMPINAN DALAM Soenarjo juga menyatakan bahwa
PENGEMBANGAN BUDAYA budaya kerja dapat terlaksana de-
Pusaka

KERJA DI PERGURUAN TINGGI ngan baik, sesuai dengan harapan bila


Strategi adalah sebuah rencana diawali dengan komitmen pimpinan
atau cetak biru untuk menjalankan puncak dan diikuti bawahan, sehingga
misi dan mencapai sasaran strategis. seluruh civitas akademika perguruan
tinggi melaksanakan budaya kerja
Januari - Juni 2016

Bagi organisasi bisnis maupun or-


57 Jurnal

ganisasi pendidikan, sebuah bagian dengan sepenuh hati.Pengembangan


utama dari strategi itu adalah bagai- budaya kerja oleh pimpinan puncak
mana bersaing secara efektif di pasar harus mengutamakan aspek “achieve-
dan tetap mendapatkan keuntungan. ment dan teamwork” tujuannya me-
beberapa contoh kemungkinan strategi ningkatkan kepuasan pekerja, custo-

19 Soerjono Soekanto, Sosiologi suatu Pengan- 20 Gary Yukl. Kepemimpinan dalam Organisasi,
tar, (Jakarta: Grafindo, 2003). Hal.174 Edisi V, (Jakarta: PT. Indeks, 2010). Hal. 430
mers dan kinerja institusi keunggulan pengetahuan, kesadaran, dan kete-
bersaing dengan institusi lain. Usaha rampilan berperilaku. Pengembangan
itu berawal dari pembinaan visi, misi, kecerdasan budaya terjadi dalam bebe-
dan nilai yang terdapat di dalam insti- rapa tahapan sebagai berikut.22
tusi, perilaku, sistem pengembangan Tahap 1: Reaktivitas terhadap
sumber daya, dan kepemimpinan stimuli eksternal. Sebagai titik awal
melakukan komunikasi secara intensif, adalah kesetiaan tanpa pertimbangan
komitmen yang kuat untuk mengem- pada aturan dan norma budaya sen-
bangkan budaya kerja.21 diri. Pada tahap ini tipikal individu
Pengembangan budaya kerja oleh sangat sedikit minat pada budaya lain.
pimpinan perguruan tinggi, dapat Tahap 2: Pengakuan terhadap
dilakukan berupa a) berorientasi pada norma budaya lain dan motivasi un-
hasil kerja, b) komitmem untuk me- tuk belajar lebih banyak tentangnya.
lakukan perbaikan terus-menerus, c) Keingintahuan tumbuh dan individu
menekankan pentingnya kualitas kerja, ingin lebih banyak belajar. Orang pada
d) fokus manajemen perlu dirubah tahap ini berjuang memilih melalui
ke arah pemenuhan kebetuhan pasar, kompleksitas lingkungan budaya.
proaktif, melihat ke depan, hari ini Mereka mencari aturan berdasarkan
lebih baik dari kemaren, mendapat- pengalaman untuk mengarahkan peri-
kan ide-ide dan cara baru, dukungan laku mereka.
kuat untuk bekerjasama, e) nilai-nilai
organisasipun ikut dirubah ke arah Tahap 3: Akomodasi terhadap
yang bisa dimengerti dengan jelas se- norma dan aturan budaya lain dalam
suai dengan strategi cita-cita institusi, pikiran kita. Pemahaman lebih dalam
f) kenaikan pangkat dan imbalan atas tentang variasi budaya mulai dikem-
prestasi kerja, responsibility, accounta- bangkan. Pengakuan terhadap respons
bility, loyalitas tinggi, kemauan untuk perilaku yang cocok untuk pengem-
hal-hal baru, mengedepankan nilai bangan situasi, tetapi perilaku adaptif
universal. memerlukan banyak usaha dan sering
janggal. Orang pada tahap ini menge-
Adapun beberapa strategi yang tahui apa yang dikatakan dan melaku-
dapat digunakan oleh pimpinan dalam kan dalam variasi situasi budaya.
proses pengembangan budaya kerja
Jurnal Pusaka

antara lain adalah: Tahap 4: Asimilasi dari norma


budaya beragam ke dalam perilaku
1. Menciptakan Organisasi yang alternative. Pada tahap ini, penyesuai-
Cerdas Budaya an pada situasi yang berbeda tidak lagi
Untuk dapat bertahan terhadap memerlukan banyak usaha. Individu
Januari - Juni 2016

perubahan lingkungan yang terja- mengembangkan perilaku dari mana


di, suatu organisasi harus mampu mereka dapat memilih tergantung
mengembangkan dirinya menjadi pada situasi budaya spesifik.
organisasi yang cerdas budaya. Suatu Tahap 5: Proaktivitas dalam
organisasi cerdas budaya adalah suatu perilaku budaya didasarkan pada
organisasi yang mampu mensinergikan
22 Wibowo, Budaya Organisasi Sebuah Kebutu-
58

21 Soenarjo. Komitmen Pemimpin,Awal han Untuk meningkatkan Kinerja Jangka Panjang, (Jakar-
Keberhasilan Budaya Kerja, 2005 . Hal. 67 ta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013). Hal. 63
Mindfulness

Behavioral skills
Cultural Intelligence

Behavioral skills
Knowledge

Knowledge

Mindfulness

Gambar 2. Memperoleh Kecerdasan Budaya

pengakuan perubahan isyarat yang memerlukan pembelajaran melalui


orang lain tidak merasa. Orang yang pengalaman yang cukup memerlukan
memiliki kecerdasan budaya tinggi waktu.23
mempunyai kemampuan merasakan Proses ini memerlukan tingkat
perubahan dalam konteks budaya, ka- dasar pengetahuan, penguasaan penge-
dang-kadang bahkan sebelum anggota tahuan baru dan perspektif alternative
budaya lain. Mereka sangat menye- melalui kesadaran, dan akomodasi
suaikan diri pada nuansa interaksi serta asimilasi pengetahuan ini ke da-
interkultural sehingga mereka secara lam keterampilan perilaku. Proses ini
otomatis menyesuaikan perilaku untuk bersifat saling berhubungan dan dapat
mengantisipasi perubahan ini dan dipikirkan sebagai serangkaian kurva S
memfasilitasi interaksi interkultural seperti gambar di atas.
lebih baik satu sama lain.
Penguasaan kecerdasan budaya
Orang pada tingkat kecerdasan menyangkut pembelajaran dari inter-
budaya yang lebih tinggi mempunyai
Pusaka

aksi sosial. Pembelajaran sosial meru-


persepsi yang kompleks terhadap pakan cara yang sangat kuat di mana
lingkungan. Mereka mendiskripsikan pengalaman orang dipindahkan ke
orang dan kejadian dalam karakteristik dalam pengetahuan dan keterampil-
yang berbeda dan dapat melihat hu- an. Pembelajaran sosial menyangkut
bungan diantara karakteristik tersebut.
Januari - Juni 2016

perhatian pada situasi dan ingatan


59 Jurnal

Adapun proses pengembangan- dari pengetahuan yang diperoleh dari


nya adalah bahwa harus kita pahami situasi, reproduksi dari keterampilan
bersama bahwa kecerdasan budaya perilaku yang diamati, dan akhirnya
mengandung tiga komponen, yaitu penguatan tentang efektivitas dari
knowledge, mindfulness, dan behavior
skill. Meningkakan kecerdasan budaya 23 Thomas David C. and Kerr Inkson, Cultural In-
telligence, (San Francisco: Berrett- Koehler Publisher, Inc.,
tidak merupakan proses linier, tetapi 2004). Hal. 69
perilaku yang disesuaikan.Memperba- c. Pengalaman Luar Negeri dan
iki kecerdasan budaya dengan belajar Penugasan Ekspatriat
dari pengalaman sosial berarti mem- Situasi paling menantang dimana
beri perhatian pada dan menghargai dapat menghadapi perbedaan budaya
perbedaan kritis antara diri sendiri adalah hidup dan bekerja di negara
dan orang lain dalam budaya dan latar asing untuk sementara. Situasi ini juga
belakang. 24 menawarkan peluang untuk menda-
Selanjutnya terdapat beberapa patkan pembelajaran eksperimensial
aktivitas yang dapat berperan penting secara intensif.
untuk mengembangkan kecerdasan d. Interaksi Antarbudaya di Da-
budaya antara lain yaitu:25 lam Negeri
a. Pendidikan formal/ Training Interaksi dengan pelayan restoran
Terdapat tiga metode yang dapat Cina merupakan interaksi antar bu-
dipergunakan untuk meningkatkan daya, tetapi dengan pengalaman yang
kecerdasan budaya. Metode factual sangat lunak dan kekurangan ikatan
menggunakan buku, kuliah atau cera- signifikan. Untuk menjadi lebih cerdas
mah. Metode analitikal menggunakan budaya perlu menantang dengan cara
film, asimilator budaya, dan sensitivity lebih dalam.
training. Metode experiential menggu- 2. Membangun Karyawan agar
nakan simulasi, kunjungan lapangan, Memiliki Semangat Kompetisi yang
dan bermain peran. Dinamis
Diantara ketiga metode di atas, Seorang pemimpin harus mam-
experiential training adalah paling pu mengarahkan bawahannya untuk
efektif dalam mengembangkan kecer- memiliki kompetensi dalam bekerja.
dasan budaya tinggi. Tetapi experien- Karena dengan kepemilikan kompe-
tial training formal adalah jarang dan tensi karyawan tersebut akan mampu
sering mahal. Karena itu untuk men- mendorong peningkatan kualitas
jadi cerdas budaya, kebanyakan meng- kinerja perusahaan maupun lembaga
gunakan interaksi dengan orang yang pendidikan. Kita bisa melihat perbe-
secara cultural berbeda. daan antara karyawan yang memiliki
b. Kelompok dan Tim Antarbu- kompetensi dan yang rendah nilai
Jurnal Pusaka

daya kompetensinya, pada hasil kinerja


Pekerjaan yang dilakukan melalui yang mereka hasilkan.26 Untuk itu
kelompok dan tim kerja cenderung setiap pemimpin bukan hanya dituntut
semakin meningkat. Di samping itu untuk mampu bekerja secara mak-
simal namun juga mengerti dimana
Januari - Juni 2016

banyak orang terlibat dalam kelompok


sosial dan kepentingan. Globalisasi permasalahan yang dimiliki oleh setiap
menyebabkan kelompok terdiri dari karyawan selama ini. Termasuk per-
orang yang berasal dari berbagai bu- masalahan dalam mengembangkan
daya. bakat yang dimiliki oleh seorang kar-
yawan. Memahami bakat dan keahlian
60

24 Op. Cit. Wibowo, Budaya Organisasi…..Hal.90 26 Irham Fahmi. Perilaku Organisasi, Teori, Ap-
25 Ibid. Wibowo, Budaya Organisasi…..Hal. 92-94 likasi dan Kasus. (Bandung. PT. Alfabeta.2014), Hal. 88.
Value of

Line of leads

Line of employers

Gambar 3. Peranan Pemimpin dalam Membangun Nilai Kompetensi pada


Karyawan

dengan kesesuaiannya, adalah me- kan pada gambar 3 dan 4 di bawah ini
nempatkan karyawan tersebut sesuai akan semakin bisa memperjelas pada
dengan tempatnya atau diterapkannya kita tentang bagaimana peran pimpin-
konsep “The right man and the right an dalam membangun karyawan yang
place. “Dalam konteks ini menarik jika memiliki semangat kompetisi yang
kita memahami konsep dalam menge- dinamis.
lola organisasi bisnis maupun lembaga Pada gambar pertama (Gambar 3)
pendidikan. memperlihatkan peran pimpinan yang
Konsep kompetisi yang dina- begitu besar dalam mendukung dan
mis artinya membangun persaingan membangun terwujudnya nilai kompe-
namun tetap dalam konteks yang fear tensi pada karyawannya. Dimana pim-
atau positif, yaitu dengan persaingan pinan pada akhirnya berhasil mengka-
yang ada mampu member dan mem- derkan karyawan untuk memiliki nilai
bentuk kondisi kerja yang mengutama- kompetensi yang melebihi dari nilai
kan kepentingan perusahaan maupun kompetensi pimpinan. Sehingga pada
Pusaka

lembaga dari pada kepentingan priba- posisi ini pimpinan dapat suatu saat
di. Dengan begitu diharapkan visi dan menugaskan karyawan yang terpilih
misi organisasi akan tercapai. Karena tersebut untuk menangani urusan-
salah satu faktor gagalnya pencapaian -urusan penting bahkan mnegambil
visi dan misi organisasi adalah dise- posisinya sebagai pimpinan di kemu-
Januari - Juni 2016
61 Jurnal

babkan telah terbentuknya semangat dian hari. Di mata investor perusahaan


persaingan yang bersifat individual seperti ini dianggap mmeiliki tingkat
demi kepentingan individual.27 kesolidan kuat dalam membangun
Oleh karena itu jika kita kembali dan mempertahankan kualitas kinerja
kepada konsep di atas maka berdasar- keuangannya.
Artinya para investor sangat
27 Ibid. Fahmi. Perilaku Organisasi…, Hal. 89 menyukai pemimpin yang memiliki
Value of

Line of leads

Line of employers

Gambar 4. Kondisi Hubungan Pemimpin yang Tidak Membangun Nilai


Kompetensi pada Karyawan

sikap orientasi pada pengembangan. yang ditugaskan atau diperintahkan


Pemimpin yang berorientasi pengem- oleh pimpinan.
bangan adalah pemimpin yang meng- c. Jika suatu saat ada kejadian-kejadian
hargai eksperimentasi, mengusahakan tertentu yang bersifat tidak terduga,
gagasan baru, dan menimbulkan serta seperti pimpinan sakit, loss contact,
melaksanakan perubahan.28 dan sebagainya maka kondisi ini
Adapun pada gambar yang kedua bisa mengganggu atau tertundanya
(Gambar 4) terlihat dimana pimpinan berbagai aktivitas bahkan ini ber-
tidak memiliki kepedulian kuat dalam dampak pada persoalan keputusan.
membangun terwujudnya nilai kom- Kondisi seperti ini bisa memuncul-
petensi pada diri karyawan. Sehingga kan vacuum of power (kekosongan
dampaknya karyawan tidak pernah kekuasaan), dan jika tidak segera
diberi dan memiliki kesempatan untuk di atasi maka bisa menimbulkan
menunjukkan kemampuannya. De- penurunan nilai perusahaan di mata
ngan terjadinya kondisi seperti pada publik.
gambar yang kedua di atas ada bebera-
Jurnal Pusaka

Jika hal ini terjadi pada suatu


pa dampak yang akan timbul pada saat perusahaan, di mata investor perusa-
seorang pimpinan menerapkan konsep haan seperti ini memiliki sisi rentan
seperti itu, yaitu: dalam konteks permasalahan keu-
a. Konstruksi manajemen lembaga angan di kemudian hari, khususnya
Januari - Juni 2016

pendidikan tidak memiliki nilai kinerja keuangan. Dengan kata lain


kompetensi secara jangka panjang. kondisi kinerja keuangannya memiliki
b. Manajemen lembaga pendidikan nilai fluktuasi yang tinggi atau memi-
dalam konteks pengambilan kepu- liki kelabilan yang tinggi. Yaitu akibat
tusan sangat tergantung pada apa keputusan yang begitu sentralistis dan
begitu kurang atau rendahnya keperca-
28 Stephen P. Robbins, Timothy A. Judge. Organi-
zational Behavior. Perilaku Organisasi, penerjemah Ratna yaan pimpinan kepada karyawan.
62

Saraswati. (Jakarta: Salemba Empat. 2013). Hal. 45


3. Meningkatkan Kecerdasan Emosi itu pimpinan jika mengharapkan
dalam Membangun Hubungan Kerja pencapaian kinerja maksimal, upaya
Secara psikologis, individu yang yang paling tepat bagaimana membi-
normal adalah individu yang memiliki na diri dan membina SDM bawahan
integritas yang tinggi antara fungsi psi- untuk memiliki kecerdasan emosi baik
kis (rohani) dan fisiknya (jasmaniah). (kecedasan emosi baik berarti mampu
Dengan adanya integritas yang tinggi memahami diri dan orang lain secara
antara fungsi psikis dan fisik, maka benar, memiliki jati diri, kepribadian
individu tersebut memiliki konsentrasi dewasa mental, tidak iri hati, tidak
diri yang baik. Konsentrasi yang baik benci, tidak sakit hati, tidak dendam,
ini merupakan modal utama individu tidak memiliki perasaan bersalah yang
manusia mampu mengelola dan men- berlebihan, tidak cemas, tidak mudah
dayagunakan potensi dirinya secara marah dan tidak mudah frustrasi)
optimal dalam melaksanakan kegiatan Pada umumnya, individu yang
atau aktivitas kerja sehari-hari dalam mampu bekerja dengan penuh konsen-
mencapai tujuan organisasi. Dengan trasi apabila ia memiliki tingkat inteli-
kata lain, tanpa adanya konsentrasi gensi minimal normal dengan tingkat
yang baik dari individu dalam beker- kecerdasan emosi baik (tidak merasa
ja, maka akan menjadi sebuah mimpi bersalah yang berlebihan, tidak mudah
bagi seorang pimpinan mengharapkan marah, tidak dengki, tidak benci, tidak
mereka dapat bekerja produktif dalam iri hati, tidak dendam, tidak sombong,
mencapai tujuan organisasi.Konsen- tidak minder, tidak cemas, memiliki
trasi individu dalam bekerja sangat pandangan dan pedoman hidup yang
dipengaruhi oleh kemampuan potensi jelas berdasarkan kitab sucinya).
(kecerdasan pikiran/ inteligensi quoti- Hubungan relasi di tempat kerja
ent/IQ, kecerdasan emosi/ emotional perlu diciptaka agar iklim kerja dalam
quotient/EQ dan kecerdasan spiritual / organisasi menjadi kondusif. Pimpinan
SQ).29 dan bawahan perlu memahami bahwa
Hasil penelitian Daniel Goleman mereka memiliki peran dalam men-
menyimpulkan bahwa “pencapaian ciptakan situasi yang penuh dengan
kinerja ditentukan hanya 20 persen pengelolaan emosi secara efektif. Pim-
dari IQ, sedangkan 80 persen lagi di- pinan dan staf yang brilyan jika tidak
Pusaka

tentukan oleh kecerdasan emosi (EQ). memiliki keterampilan cara berko-


Begitu pula disimpulkan oleh Joan munikasi efektif dan produktif dalam
Beck bahwa IQ sudah berkembang 50 membangun hubungan kerja, maka
persen sebelum usia 5 tahun, 80 persen mereka akan sulit mencapai tujuan or-
berkembangnya sebelum 8 tahun, dan ganisasi. Oleh karena itu, agar tercipta
Januari - Juni 2016

hanya berkembang 20 persen sampai hubungan relasi kerja yang harmonis


63 Jurnal

akhir masa remaja; sedangkan kecer- dan efektif, pimpinan perlu mengambil
dasan emosi ( EQ) dapat dikembang- langkah-langkah sebagai berikut:
kan tanpa batas waktu. Oleh karena a. Menciptakan lingkungan kerja yang
mendukung sinergi dan partisipasi
29 Anwar Prabu Mangku Negara. Perilaku dan
Budaya Organisasi. (Bandung: PT Refika Aditama, 2010).
kelompok;
Hal. 36
b. Menyusun kebijaksanaan yang layak AIDDAS.
dan adil yang tidak menimbulkan A = Attention (perhatian),
pertentangan antara karyawan dan I = Interest (minat),
pimpinan;
D = Desire (hasrat),
c. Menghilangkan bias prasangka ter-
hadap individu dan kelompok kerja; D = Decision (keputusan),
d. Meluangkan waktu untuk mem- A = Action (tindakan nyata), dan
pelajari aspirasi-aspirasi emosional S = Satisfaction (kepuasan).
karyawan dan bagaimana mereka Pertama kali perlu dibangkitkan
berhubungan dengan tim kerja ; perhatian kepada karyawan (kelom-
e. Memilih orang-orang yang sesuai pok kerja) terhadap tujuan organisasi
untuk peran dalam tim dan meng- yang berhubungan dengan tugas yang
angkat pimpinan tim yang memiliki harus segera dikerjakan agar timbul
kemampuan professional dan kecer- minat mereka, kemudian kembang-
dasan emosional baik; kan hasratnya untuk mencapai target
f. Menitikberatkan pada orang-orang dengan komitmen (atasan dan bawah-
sebagai prioritas utama dalam orga- an). Setelah itu arahkan mereka untuk
nisasi; memutuskan (mengmabil keputusan
g. Memberikan penghargaan atas ke- bersama) untuk melakukan pekerjaan
majuan tim; (proyek) dengan kerja keras dalam
mencapai target group dengan harap-
h. Membersihkan perusahaan dari an hasil kerjanya harus memberikan
pengaruh negatif yang mneghancur- kepuasan bagi organisasi dan dirinya.
kan antusiasme tim;
i. Menyusun nilai inti dan standar Langkah-langkah penggunaan
perilaku yang bisa diterima oleh pendekatan AIDDAS adalah sebagai-
kelompok; mana berikut di bawah ini:
j. Menyelenggarakan pemeriksa- 1) Berikan perhatian kepada karya-
an kecerdasan emosional; wan dengan pendekatan komunikasi
k. Menciptakan suasana saling mem- yang efektif dan menarik;
perlihatkan dan memotivasi kreati- 2) Pelajarilah terlebih dahulu kebu-
vitas; tuhan, keinginan, perasaan, sifat dan
Jurnal Pusaka

l. Pengembangan mentalitas “pelayan- ciri khas kepribadian karyawan;


an sepenuh hati” dalam hubungan 3) Dengarkan dengan bijak penda-
dengan karyawan dan konsumen.30 pat karyawan dan kemudian berilah
keyakinan mengenai tujuan orga-
nisasi (kelompok kerja) yang akan
Januari - Juni 2016

4. Meningkatkan Komunikasi dalam dicapai;


Menciptakan Hubungan Tim Kerja 4) Manfaatkan rumus pendekatan
Pendekatan terbaik untuk mencapai AIDDAS dengan ekspresi muka
kelompok kerja yang solid adalah yang meyakinkan dan menyenang-
pendekatan psikologis dengan teknik kan (Prabu, 2010: 41-42).31
komunikasi persuasif melalui rumus
64

30 Ibid. Prabu. Perilaku…,.Hal.37-38 31 Ibid. Prabu. Perilaku…, Hal 41-42


D. KESIMPULAN proses yang tanpa akhir atau terus-
Dalam menghadapi era globali- -menerus.
sasi yang semakin bersifat kompetitif Kepemimpinan seseorang akan
seperti sekarang ini, sebuah perguruan lebih efektif apabila didukung kondisi
tinggi harus siap dan mampu mengha- budaya kerja yang kuat. Dapat pula
silkan lulusan atau output yang bermu- diartikan sebagai upaya pemimpin
tu dan siap pakai, untuk mencapai itu dalam mempengaruhi, merubah atau
salah satu faktor pendukungnya adalah mempertahankan budaya kerja yang
adanya pimpinan dan para dosen kuat untuk mendukung terwujud-
yang bermutu pula. Secara operasi- nya pencapaian tujuan, visi dan misi
onal peningkatan mutu kerja dosen lembaga. Nilai keyakinan dan perilaku
harus dilakukan dengan pendekatan pemimpin menjadi bagian penting un-
baru yaitu pendekatan kultural, oleh tuk melihat keefektifan kepemimpinan
karenanya pimpinan perguruan tinggi seseorang pada budaya kerja pada
dituntut untuk membangun budaya lembaga yang dipimpinnya. Itulah
akademik dan etika keilmuan sehingga sebabnya bahwa pemimpin akan beru-
memberi pencerahan pada masyarakat paya untuk membangun budaya kerja
kampus. Untuk mencapai itu dosen dalam organisasi didasari nilai, keya-
maupun karyawan perlu dibina mela- kinan dan perilaku yang dimilikinya.
lui pengembangan budaya kerja seba- Adapun beberapa strategi yang
gai satu peluang untuk membangun bisa ditempuh oleh pimpinan untuk
human resource development melalui peningkatan budaya kerja agar lebih
penanaman nilai (value), keyakinan dinamis dan kompetitif diantaranya
(belief), norma, pandangan, kebiasaan adalah; (1) Menciptakan Organisasi
dan kepemimpinan untuk melakukan yang Cerdas Budaya, (2) Membangun
perubahan sikap dan perilaku yang Karyawan agar Memiliki Semangat
diharapkan mampu menyesuaikan diri Kompetisi yang Dinamis, (3) Me-
dengan tantangan yang sedang berja- ningkatkan Kecerdasan Emosi dalam
lan dan akan datang. Membangun Hubungan Kerja, dan
Budaya kerja adalah seperang- (4) Meningkatkan Komunikasi dalam
kat perilaku perasaan dan kerangka Menciptakan Hubungan Tim Kerja. []
psikologis yang terinternalisasi sa-
Pusaka

ngat mendalam dan dimiliki bersama


oleh anggota organisasi. Budaya kerja
merupakan suatu komitmen organisasi
yang luas dalam upaya membangun
sumber daya manusia, proses kerja,
Januari - Juni 2016

dan hasil kerja yang lebih baik. Untuk


65 Jurnal

mencapai tingkat kualitas yang makin


lebih baik tersebut diharapkan ber-
sumber dari setiap individu yang ter-
kait dalam organisasi kerja itu sendiri.
Budaya Kerja lebih merupakan suatu
DAFTAR PUSTAKA

Asmani, Jamal Ma’mur. 2012. Tips Sakti Membangun Organisasi Sekolah,


Jogjakarta: Diva Press.
C. Handy, Understanding Organizations, 2002. London : Penguin, 1985. dikutip
langsung oleh Eugene McKenna dan Nic Beec, The Essence of: Manajemen
Sumber Daya Manusia,Trj. Toto Budi Santoso, (Yogjakarta : Penerbit Andi.)
Danim, Sudarwan.2003. Menjadi Komunitas Pembelajar, Jakarta : Bumi Aksara.
David C., Thomas. and Kerr Inkson. 2004.. Cultural Intelligence, San
Francisco:Berrett- Koehler Publisher,Inc.
Fahmi, Irham .2014. Perilaku Organisasi, Teori, Aplikasi dan Kasus. Bandung. PT.
Alfabeta.
Keputusan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 232/U/2000
tentang  PedomanPenyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi danPenilaian
BelajarMahasiswa
Kasali, Rhenal. 2010. Manajemen Perubahan dan Manajemen Harapan. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Koentjaraningrat, 1974. Kebudayaan, Mentalitet, Dan Pembangunan, Jakarta :
PT. Gramedia.
Listyo Prabowo, Sugeng. 2009. Implementasi Sistem Manajemen Mutu di
Perguruan Tinggi, Malang; UIN Press.
Moedjiono, Imam. 2002. Kepemimpinan dan Keorganisasian. Yogyakarta: UII
Press.
Nawawi, Hadari. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Kelima,
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Mangku Negara, Anwar Prabu.2010. Perilaku dan Budaya Organisasi. Bandung:
PT Refika Aditama.
Jurnal Pusaka

Ndraha, Taliziduhu. 2002. Teori Budaya Organisasi, Cetakan Kedua, Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Nawawi, Ismail. 2013. Budaya Organisasi, Kepemimpinan dan Kinerja, Proses
Terbentuk, Tumbuh Kembang,Dinamika, dan Kinerja Organisasi. Jakarta:
Kencana.
Januari - Juni 2016

Prasetya, Triguno. Manajemen Sumber Daya Manusi. 2001. Jakarta: Bumi Aksara.
Prawirosentono, Suyadi 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia Kebijakan
Kinerja Karyawan; Kita membenagun Organisasi KOmpetitif menjelang
Perdagangan Bebas. Yogyakarta: BPFE.
Robbins, Stephen P. Timothy A. Judge. 2013. Organizational Behavior. Perilaku
66

Organisasi) penerjemah Ratna Saraswati. Jakarta: Salemba Empat.


Soehendro, Bambang. 1996. Kerangka Pengembangan Pendidikan Tinggi Jangka
Panjang, Jakarta: Depdikbud Dirjend Dikti.
Subianto, Djarot. 2000. Budaya Kerja Era Digital. Jakarta : PPM Lembaga
Manajemen.
Sonhadji, Ahmad. 2012. Manusia, Teknologi, dan Pendidikan menuju Peradaban
Baru, Malang: UM Press.
Soekanto, Soerjono. 2003. Sosiologi suatu Pengantar, Jakarta : Grafindo.
Soenarjo. Komitmen Pemimpin,Awal Keberhasilan Budaya Kerja, 2005 http://
www.d-infokom-jatim.gi.id/news. php?id= 2494, Diakses tanggal 4 Oktober
2014.
Triguno, 1999. Budaya Kerja; Menciptakan Lingkungan Yang Kondusif Untuk
Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta: Golden Terayon Press.
Wibowo. 2013. Budaya Organisasi Sebuah Kebutuhan Untuk meningkatkan
Kinerja Jangka Panjang, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Yukl, Gary. 2010. Kepemimpinan dalam Organisasi, Jakarta: PT. Indeks, Edisi
Kelima.

Pusaka
Januari - Juni 2016
67 Jurnal

Anda mungkin juga menyukai