Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendarahan adalah salah satu kejadian yang menakutkan selama kehamilan.
Pendarahan ini dapat bervariasi mulai dari jumlah yang sangat kecil (binti-bintik), sampai
pendarahan hebat dengan gumpalan dank ram perut. Karena itu, pendarahan selama
kehamilan dapat dianggap sebagai suatu keadaan akut yang dapat membahayakan ibu dan
anak, sampai dapat menimbulkan kematian. Sebanyak 20% wanita hamil pernah
mengalami perdarahan pada awal kehamilan dan sebagian mengalami abortus. Hal ini
tentu akan menimbulkan ketidakberdayaan dari wanita sehingga ditinjau dari suatu
kesehatan akan sangat ditanggulangi utnuk meningkatakan keberdayaan seorang wanita.
Mengingat akan hal tersebut, maka penting untuk mengetahui lebih dalam mengenai
masalah perdarahan saat kehamilan ini.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu meninjau masalah perdarahan antenatal.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Perdarahan antenatal pada trimester pertama (kehamilan muda) adalah
perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 22 minggu (Saifuddin : 2004).
Perdarahan antenatal pada kehamilan lanjut adalah perdarahan pada kehamilan setelah 22
minggu sampai sebelum bayi dilahirkan atau perdarahan intrapartum sebelum kelahira
(Saifuddin : 2004). Perdarahan kehamilan muda adalah perdarahan pada usia kehamilan
kurang dari 22 minggu atau kurang dari usia kehamilan 5 bulan (Maulana : 2008).
Perdarahan kehamilan lanjut adalah perdarahan dari saluran genital di akhir kehamilan
setelah usia gestasi 24 minggu dan sebelum awitan persalinan (Fraser Cooper : 2009).
Jadi, Perdarahan antenatal merupakan perdarahan dari traktus genital yang terjadi pada
saat kehamilan.

2. Etiologi

Perdarahan pada trimester pertama biasanya akibat abortus, blighted ovum,


hamil anggur, dan kehamilan ektopik pada trimester kedua diakibatkan plasenta previa
dan penyakit atau kelainan mulut rahim. Dan perdarahan pada trimester ketiga
diakibatkan oleh plasenta previa, solusio plasenta dan preklamsia.

3. Patofisiologi
a. Perdarahan pada Kehamilan muda
 Abortus
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis
jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda
asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda
asing tersebut. Abortus biasanya disertai dengan perdarahan di dalam desidua
basalis dan perubahan nekrotik di dalam jaringan-jaringan yang berdekatan
dengan tempat perdarahan. Ovum yang terlepas sebagian atau seluruhnya dan
mungkin menjadi benda asing di dalam uterus sehingga merangsang kontraksi
uterus dan mengakibatkan pengeluaran janin.
 Kehamilan Ektopik
Proses implantasi ovum yang dibuahi terjadi di tuba pada dasarnya sama halnya
di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner. Perkembangan telur
selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara
dini dan kemudian direasibsu, setekag tempat nidasi tertutup, maka telur
dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan
dinamakan pseudokapsularis. Pembentukan desidua di tuba tidak sempurna.
Perkembangan janin selanjutnya bergantung pada beberapa factor, seperti tempat
implantasi, tebalnya dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh
invasi trofoblas.

Mengenai nasib kehamilan dalam tuba terdapat beberapa kemungkinan . sebagian besar
kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu.

1. Hasil konsepsi mati dini dan resorbsi


2. Abortus ke dalam lumen tuba
3. Rupture dinding tuba.
Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang telah dibuahi
dalam prjalanannya menuju kavum utei. Pada suatu saat kebutuhan embrio dalam tuba
tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu.

Ada beberfapa kemungkinan akibat dari hal ini yaitu :

a) Kemungkinan “tubal abortion “, lepas dan keluarnyda darah dan jaringan ke ujung distal
(timbria) dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan ampulla,
darah yang keluar dan kemudian masuk ke rongga peritoneum baisanya tidak begityu
banyak karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.
b) Kemungkinan rupture dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat dari
distensi berlebihan tuba.
c) Faktor abortus ke dalam lumen tuba.
Rupture dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya
pada kehamilan muda. Rupture dapat terjadi secara spontan atau karena trauma koitus
dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam rongga perut,
kadang-kadang sedikit hinggabanyak, sampai menimbulkan syok dan kematian.

b. Perdarahan pada kehamilan Lanjut


1. Plasenta Previa
Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus. Kadang-
kadang bagian atau seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah uterus,
dimana hal ini dapat diketahui sebagai plasenta previa. Karena segmen bawah
agak merentang kemudian terbelah dan meningkatkan lapisan tipis yang melekat
pada mometrium sehingga terbentuk hematoma desidual yang menyebabkan
pelepasan, kompresi dan akhirnya penghancuran plasenta yang berdekatan dengan
bagian tersebut. Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua selama kehamilan lanjut
dan persalinan, dalam usaha mencapai dilatasi serviks dan kelahiran anak,
pemisahan plasenta dari dinding uterus sampai tingkat tertentu tidak dapat
dihindarkan sehingga terjadi pendarahan.
2. Solusio Plasenta
Terjadinya solusio plasenta dipicu oleh perdarahan ke dalam desidua
basalis yang menyebabkan hematoma retro plasenta yang akan memutuskan lebih
banyak pembuluh darah, hingga pelepasan plasenta makin luas dan mencapai tepi
plasenta, karena uterus tetap berdistensi dengan adanya janin, uterus tidak mampu
berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh darah tersebut. Selanjutnya darah
yang mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban.

4. Manifestasi Klinik
a. Perdarahan kehamilan muda
1. Abortus
 Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.
 Pada pemeriksaan fisik keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun,
tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil,
suhu badan normal atau meningkat.
 Pendarahan pervaginam, mungkin disertai hasil konsepsi.
 Rasa mulas atau keram perut didaerah atas simfisis, sering disertai nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus.
 Pemeriksaan ginekologis.
a) Inspeksi vulva: perdarahan pervaginam
b) Inspeksi perdarahan pada kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah
tertutup.
c) Colok vagina porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam kavum uteri.

2. Kehamilan ektopik
Gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu sangat berbeda-beda; dari
perdarahan yang banyak yang tiba-tiba dalam ronggaperut sampai terdapatnya
gejala yang tidak jelas sehingga sukar membuat diagnosanya. Gejala dan tanda
tergantung padalamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba,
tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi dan keadaanumum penderita
sebelum hamil. Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting kedua pada
kehamilan ektopik terganggu. Halini menunjukkan kematian janin. Kehamilan
ektopik terganggu sangat bervariasi, dari yang klasik dengan gejala
perdarahanmendadak dalam rongga perut dan ditandai oleh abdomen akut sampai
gejala-gejala yang samar-samar sehingga sulit untuk membuat diagnosanya.
Secara umum, tanda dan gejala kehamilan ektopik adalah :
a) Nyeri abdomen bawah atau pelvic, disertai amenorrhea atau spotting atau
perdarahan vaginal
b) Menstruasi abnormal
c) Abdomen dan pelvis yang lunak
d) Perubahan pada uterus yang dapat terdorong ke satu sisi oleh massa
kehamilan, atau tergeser akibat perdarahan. Dapat ditemukan sel desidua
pada endometrium uterus.
e) Penurunan tekanan darah dan takikardi bila terjadi hipovolemi.
f) Massa pelvis
g) Kuldosentesis.
Untuk identifikasi adanya hemoperitoneum yang ditandai

Beberapa gejala berikut dapat membantu dalam mendiagnosis kehamilan ektopik :

1. Nyeri : Nyeri panggul atau perut hampir terjadi hampir 100% kasus kehamilan
ektopik. Nyeri dapat bersifat unilateral atau bilateral , terlokalisasi atau
tersebar.
2. Perdarahan : Perdarahan abnormal uterin, biasanya membentuk bercak.
Biasanya terjadi pada 75% kasus
3. Amenorhea: Hampir sebagian besar wanita dengan kehamilan ektopik yang
memiliki berkas perdarahan pada saat mereka mendapatkan menstruasi, dan
mereka tidak menyadari bahwa mereka hamil

b. Perdarahan kehamilan tua


1. Plasenta Previa
Menururt FKUI (2000), tanda dan gejala plasenta previa diantaranya adalah :
i. Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya dan berulang.
ii. Darah biasanya berwarna merah segar atau kehitaman dengan bekuan.
iii. Terjadi pada saat tidur atau saat melakukan aktivitas.
iv. Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai kelainan letak
janin.
v. Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak
fatal, kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya. Tetapi
perdarahan berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih banyak.
2. Solusio plasenta
Manifestasi klinis solusio plasenta dapat dibagi menjadi :
a. Anamnesis
Perdarahan biasanya pada trimester ketiga, perdarahan pervaginan
berwarna kehitam-hitaman yang sedikit sekali dan tanpa rasa nyeri
sampai dengan yang disertai nyeri perut, uterus tegang perdarahan
pervaginan yang banyak, syok dan kematian janin intra uterin.
b. Pemeriksaan fisik
Tanda vital dapat normal sampai menunjukkan tanda syok.
c. Pemeriksaan obstetri
Nyeri tekan uterus dan tegang, bagian-bagian janin yang sukar dinilai,
denyut jantung janin sulit dinilai / tidak ada, air ketuban berwarna
kemerahan karena tercampur darah.

5. Tes Diagnostik
a. Perdarahan kehamilan muda
1) Abortus
a. ositif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus
b. Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup
c. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
2) Kehamilan ektopik
Walaupun diagnosanya agak sulit dilakukan, namun beberapa cara
ditegakkan, antara lain dengan melihat (5,6,8):
a. Anamnesis dan gejala klinis Riwayat terlambat haid, gejala dan tanda
kehamilan muda, dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginam, ada
nyeri perut kanan / kiri bawah. Berat atau ringannya nyeri tergantung pada
banyaknya darah yang terkumpul dalam peritoneum.
b. Pemeriksaan fisis Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di
daerah adneksa. Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi,
pucat dan ekstremitas dingin, adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu
perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen.
c. Pemeriksaan ginekologis. Pemeriksaan dalam: seviks teraba lunak, nyeri
tekan, nyeri pada uteris kanan dan kiri.
d. Pemeriksaan penunjang
- Laboratorium : Hb, Leukosit, urine B-hCG (+). Hemoglobin
menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat
meningkat.
- USG : Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri,Adanya
kantung kehamilan di luar kavum uteri,Adanya massa komplek di
rongga panggul.
e. Kuldosentesis : suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam
kavum Douglas ada darah.
f. Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.
g. Ultrasonografi berguna pada 5 – 10% kasus bila ditemukan kantong
gestasi di luar uterus.
b. Perdarahan kehamilan lanjutan
1. Plasenta Previa
a. Anamnesis : adanya perdarahan per vaginam pada kehamilan lebih 20 minggu
dan berlangsung tanpa sebab.
b. Pemeriksaan luar : sering ditemukan kelainan letak. Bila letak kepala maka
kepala belum masuk pintu atas panggul.
c. Inspekulo : adanya darah dari ostium uteri eksternum.
d. USG untuk menentukan letak plasenta. Penentuan letak plasenta secara langsung
dengan perabaan langsung melalui kanalis servikalis tetapi pemeriksaan ini
sangat berbahaya karena dapat menyebabkan perdarahan yang banyak. Oleh
karena itu cara ini hanya
2. Solusio plasenta
a. Pemeriksaan laboratorium darah : hemoglobin, hemotokrit, trombosit, waktu
protombin, waktu pembekuan, waktu tromboplastin, parsial, kadar fibrinogen,
dan elektrolit plasma
b. Cardiotokografi untuk menilai kesejahteraan janin.
c. USG untuk menilai letak plasenta, usia gestasi dan keadaan janin. 6.
Penatalaksanaan Medis a. Perdarahan kehamilan muda 1. Abortus 2. Kehamilan
ektopik Penatalaksanaan kehamilan ektopik tergantung pada beberapa hal,
antara lain lokasi kehamilan dan tampilan klinis. Sebagai contoh,
penatalaksanaan kehamilan tuba berbeda dari penatalaksanaan kehamilan
abdominal. Selain itu, perlu dibedakan pula penatalaksanaan kehamilan ektopik
yang belum terganggu dari kehamilan ektopik terganggu. Tentunya
penatalaksanaan pasien dengan kehamilan ektopik yang belum terganggu
berbeda dengan penatalaksanaan pasien dengan kehamilan ektopik terganggu
yang menyebabkan syok. Seorang pasien yang terdiagnosis dengan kehamilan
tuba dan masih dalam kondisi baik dan tenang, memiliki 3 pilihan, yaitu
penatalaksanaan ekspektasi (expectant management), penatalaksanaan medis dan
penatalaksanaan bedah.
B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan
menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien.
Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah : Biodata : mengkaji identitas klien dan
penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan,
status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat Keluhan utama :
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang
Riwayat kesehatan , yang terdiri atas :
1. Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau
pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran
uterus lebih besar dari usia kehamilan.
2. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis
pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.

Anda mungkin juga menyukai