Anda di halaman 1dari 11

GOLD NANO PARTICLE SEBAGAI DETEKSI DAN TERAPI KANKER

Oleh : Noviana Anjar Hastuti


12708251009

Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah


Perkembangan zaman menuntut perubahan pemikiran dan kehidupan manusia.
Manusia yang dinamis menuntut segala sesuatu yang cepat, efektif, efisien, simpel,
prkatis, dan murah. Sebagai gambaran, kita dapat melihat bagaimana perkembangan
bentuk komputer dari awal hingga saat ini. Jika bberapa dekade yang lalu masih
belum terbayangkan dalam benak manusia bahwa sebuah komputer dapat dibawa
kemana-kemana, saat ini perusahaan pengembang komputer terus-menerus berlomba
memasarkan berbagai komputer (laptop, notebook, netbook) dalam bentuk yang
semakin kecil, tipis, dan ringan, sehingga konsumen semakin mudah membawanya.
Gambaran di atas hanya satu contoh kecil hasil perkembangan teknologi yang
telah dicapai manusia. Trend yang nampak pada penemuan-penemuan abad 20 tidak
lagi berada dalam skala makro, namun sudah memasuki skala mikro, bahkan skala
nano. Sudah tidak asing lagi bila mendengar mengenai teknologi nanopartikel. Istilah
nanopartikel sendiri diambil untuk menunjukkan bahwa ukuran teknologi ini sudah
menggunakan ukuran nano. Satu nanometer adalah seperseribu mikrometer, atau
sepersatu juta milimeter atau sepersatumiliar meter.
Ukuran nanometer digunakan dengan bahan pertimbangan bahwa semakin
kecil ukurannya, semakin mudah, dan semakin dibutuhkan. Menurut sebuah situs
pengkajian nanoteknologi (2012) dijelaskan bahwa sifat-sifat material yang meliputi
sifat fisis, kimiawi, maupun biologi berubah begitu dramatis ketika dimensi material
masuk ke dalam skala nanometer. Yang lebih menarik lagi adalah sifat-sifat tersebut
ternyata bergantung ukuran, bentuk, kemurnian permukaan, maupun topologi
material.
Riset material skala nanometer memasuki babak yang paling progresif.
Penemuan di berbagai bidang seperti elektronik, energi, kimia, kedokteran, kesehatan,
pengobatan dan juga lingkungan sudah banyak dikembangkan. Dalam bidang
kesehatan khususnya, telah dilakukan berbagai penelitian mengenai manfaat dari
nanopartikel. Salah satunya adalah sebagai partikel pembawa atau partikel pendeteksi.
Sel memiliki kemampuan yang sangat baik untuk melindungi bagian terpentingnya,
sehingga sangat sulit untuk menembus dinding membran sel untuk bisa mengantarkan
obat, nutrisi atau sensorbio tanpa membahayakan atau merusak sel. Dengan partikel
yang berukuran nano diharapkan dapat mengatasi hal tersebut.
Selain itu, penelitian mengenai nanoteknologi juga telah memanfaatkan
penggunaan berbagai macam unsur yang ada, khususnya emas. Unsur emas memiliki
sifat fisika dan kimiawi yang amat mengagumkan. Frank dan Agus (2009)
mengungkapkan bahwa sifat partikel emas berukuran nano inilah yang hendak
dimanfaatkan tim peneliti dari Institut Faraunhofer untuk Teknik Kedokteran Biologi
di St. Ingbert jerman, untuk metode terbaru diagnosis penyakit kanker.
Rohadi (2009: 42) sebuah tim peneliti dari Rice University berhasil melakukan
uji coba penanganan kanker menggunakan nanopartikel berukuran 120 nm.
Nanopartikel emas yang dibungkus dengan peptida atau antibodi dimasukkan ke
dalam tubuh dan terbawa aliran darah hingga partikel emas menempel pada sel
kanker. Partikel emas dipanaskan menggunakan sinar infra merah dari luar tubuh
untuk membunuh sel kanker di dekatnya.
Melihat begitu penting dan begitu progresifnya riset tentang nanopartikel
emas, maka dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut bagaimana proses
nanopartikel emas dalam terapi pengobatan kanker.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah “bagaimana pemanfaatan nanopartikel emas (Gold Nano Particle)
dalam terapi pengobatan penyakit kanker?”

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui prinsip kerja
pemanfaatan nanopartikel emas (Gold Nano Particle) dalam terapi pengobatan
penyakit kanker
Pembahasan

A. Gold Nano Particle


1. Nanopartikel
Nanopartikel merupakan partikel mikroskopis yang setidaknya memiliki
skala 1-100 nanometer. Istilah nanopartikel mengacu pada perpaduan atom-atom,
selain itu nanopartikel tidak hanya berbentuk bulat, namun dapat berbentuk
batang, piramid, atau bentuk yang tidak diketahui. Sifat nanopartikel tergantung
pada ukuran dan susunan ikatannya (Baker and Sternby, 2013: 1).

Sumber: www.nanoworldindonesia.org

Gambar 2. Nanopartikel emas terbuat dari atom-atom emas


Perubahan sifat pada nanopartikel merupakan akibat dari perbandingan luas
permukaan terhadap volumenya. Secara makroskopik sebuah materi memiliki
ukuran atom yang besar, atau lebih banyak atom yang tidak terdapat pada
permukaan daripada yang terdapat pada permukaan. Hal ini menyebabkan luas
permukaan atom seringkali terabaikan dan menyebabkan sifatnya bergantung
pada banyaknya atom itu sendiri. Namun jika secara mikroskopik, bagaimanapun
luas permukaan berperan besar dan permukaan atom yang menyusun sifatnya,
karena reaksi sebuah reaksi terjadi pada saat pertemuan dua zat, jadi ketika
sebuah partikel memiliki lebih banyak luas permukaan, maka partikel tersebut
akan memiliki kemampuan biologis dalam aplikasi biologi. Dengan demikian zat
tersebut memiliki proporsi yang lebih besar untuk dapat berinteraksi dengan
materi di sekitarnya, dengan kata lain peningkatan luas permukaan akan
meningkatkan rekativitas suatu zat Baker dan Sternby (2013: 1-2).

Gambar 3.
Luas Permukaan akan Meningkat Jika Suatu Zat Dipecah Menjadi Potongan yang
Lebih Kecil

2. Nanopartikel emas (Gold Nano Particle, GNP)


Nanopartikel emas (Gold Nano Particle, GNP) bukan merupakan hal yag
baru, pada abad ke-19, Michael Faraday mempublikasikan makalah ilmiah
pertama mengenai sintesis nanopartikel emas, mendiskripsikan mengenai
pembuatan koloid emas dengan cara mereduksi aurochloric acid acid dengan
fosfor. Di akhir abad ke-20, teknik yang meliput transmissin electron microscopy
(TEM) dan atomic force microscopy (AFM) dapat memungkinkan pencitraan
GNP secara langsung dan mengendalikan sifatnya seperti ukuran dan lapisan
permukaannya (Jain, Hirst, O’sullivan, 2010:101).
GNP biasanya lebih baik diaplikasikan dalam biologi dibandingkan
nanopartikel lainnya, karena bila dibandingkan dengan unsur lain seperti cadmium
atau perak, emas ‘lebih aman’ lebih tidak meracuni tubuh. Selain itu, GNP relatif
lebih mudah untuk dikontrol ukuran dan bentuknya selama proses sintesis. Ukuran
menjadi penting karena hal tersebut terkait dengan penentuan sifat dari
nanopartikel.

3. Sintesis nanopartikel emas


Rahajeng dan titik (2013: 182) sintesis nanopartikel berarti pembuatan
naopartikel dengan ukuran yang kurang dari 100nm dan sekaligus mengubah sifat
atau fungsinya. Secara garis besar, pembentukan naopartikel logam dapat
dilakukan dengan metode top down (fisika) dan bottom up (kimia). Metode fisika
dilakukan dengan cara memecah padatan logam menjadi partikel-partikel kecil
berukuran nano. Sedangkan metode kimia dilakukan dengan cara menumbuhkan
partikel-partikel nano mulai dari atom logam yang didapat dari prekursor
molekular atau ionik. Sintesis nanopartikel logam dengan metoda kimia
dilengkapi dengan penggunaan surfaktan atau polimer yang membentuk susunan
teratur (self-assembly) pada permukaan nanopartikel logam. Bagian surfaktan atau
polimer yang hidrofob langsung teradsorpsi pada permukaan nanopartikel dan
bagian hidrofilnya berada pada bulk larutan. Bahan organik tersebut (surfaktan
dan polimer) dapat mengontrol kecepatan reduksi dan agregasi nanopartikel
logam.
Secara umum, GNP diperoleh dalam bentuk cairan dengan cara mereduksi
chloroauric acid (H[AuCl4), walaupun ada metode yang lebih maju dan tepat.
Setelah melarutkan (H[AuCl4), aduk larutan dengan cepat sambil menambahkan
agen reduksi. Hal ini akan menyebabkan ion Au3+ tereduksi ke dalam atom emas
netral. Penambahan atom emas secara terus menerus akan menyebabkan larutan
menjadi jenuh, dan emas akan berangsur-angsur mulai mengendap dalam bentuk
partikel sub-nanometer. Sisa dari atom emas yang terbentuk, melekat pada partikel
yang ada, dan jika larutan tersebut diaduk,ukuran partikel yang terbentuk akan
sama. Untuk mencegah partikel bergabung kembali, tambahkan agen penstabil
yang kemudian akan melekat pada permukaan nanopartikel.

Gambar 4. Sintesis GNP


Langkahnya:
1. Tambahkan 20 mL 1,0 mM HauCL4 ke dalam 50 mL gelas beaker atau
erlenmeyer yang diletakkan di atas stirring hot plate. Biarkan larutan mendidih.
2. Dalam larutan yang mendidih, tambahkan 2 mL dari 1% larutan trisodium citrate
dihydrate, Na3C6H5O7 .2H2O. jika larutan sudah berwarna merah dinginkan.
3. Untuk mengetes adanya suspensi koloid sinari larutan tersebut dengan berkas
sinar laser

B. Pemanfaatan Gold Nano Particle sebagai terapi pengobatan kanker


Herlan (2012:2) di Amerika Serikat penggunaan radioisotop emas (Au-198)
sebagai radioterapi untuk penyakit kanker telah disetujui oleh Badan Pengawas Obat
dan Makanan setempat. Pada awalnya Au-198 di dunia kesehatan digunakan sebagai
sumber terapi untuk penyakit kanker prostat, berupa sediaan koloid emas berukuran
mikro maupun biji emas. Dengan proses pembuatan nanopartikel emas, proses
distribusi Au-198 terhadap sel kanker lebih efektif, karena sumber akan dibawa
langsung oleh agen pembawa (drug delivery) sehigga Au-198 akan kontak langsung
dengan sel kanker target.
Baker dan Sternby (2013: 2-7) pelapis yang biasa digunakan pada GNP adalah
PEG (poly-ethylene-glycol). Melapisi partikel dengan PEG akan mempertahankan
partikel tersebut, menurunkan kemungkinan penggumpalan, dan membantu
‘menyembunyikan’ partikel tersebut dari respon imun tubuh. Selain itu PEG tidak
mahal, serbaguna, serta telah disahkan oleh FDA. Stabilitas GNP akan meningkat jika
dilapisi PEG karena PEG akan melindungi GNP dari interaksi dengan partikel lain.
Prajapati, shah, and sen (2010: 30-37) koloid emas, atau yang biasa dikenal
dengan “nanogold” merupakan suspensi (atau koloid) dari bagian-ukuran-mikro
partikel emas dalam fluida-biasanya air. Cairan ini biasanya berwarna merah (untuk
partikel yang lebih kecil dari 100nm) atau berwarna kuning keruh (untuk partikel
berukuran besar). GNP sangat baik dalam menghamburkan dan menyerap cahaya.
GNP memiliki sifat menghamburkan dalam sel untuk memudahkan pendeteksian
kanker.
Untuk dapat mendeteksi sel kanker, kebanyakan sel kanker memiliki protein
yang dikenal sebagai Epidermal Growth Factor Receptor (EFGR) di setiap
permukaan, sementara itu sel yang sehat/normal tidak mengekspresikan protein
tersebut. Melalui konjugasi atau pengikatan, GNP dalam antibodi untuk EFGR atau
anti-EFGR. GNP dapat menarik dirinya sendiri pada sel kanker. Ketika GNP
mengikat sel kanker akan tampak dalam mikroskop bahwa sel kanker tersebut akan
bersinar. Sel sehat/sel normal tidak akan mengikat GNP, sehingga sel tersebut tidak
akan terlihat. Dengan demikian kita akan dapat mengetahui bahwa sel yang bersinar
itu merupakan kanker.

Gambar 5. Sel kanker dilapisi oleh Gold nanoparticle


Afinitas GNP terhadap sel kanker 600% yang lebih besar dibandingkan
afinitasnya terhadap sel bukan kanker. Selain penyerapan spektrum GNP yang dapat
digunakan untuk membedakan sel kanker, kelebihan lain dari GNP adalah prosesnya
cepat. Jika kita mengambil sel kanker dari sebiah jaringan kemudian
menyemprotkannya dengan GNP kita akan dapat melihat hasilnya langsung. Selain
itu teknik ini tidak berbahaya bagi sel tubuh. Teknologi GNP membuat pendeteksian
kanker menjadi lebih mudah, cepat, dan tidak begitu mahal.
Ada banyak teknik untuk mendiagnosa dan melakukan perawatan kanker, tetapi
dibutuhkan teknik yang lebih akurat dan atau invasive pada tubuh. Teknologi
nanopartikel dapat memanaskan hingga derajat tertentu higga sel yang rusak dapat
terbakar. Interaksi antara cahaya dan struktur nano emas tidak hanya digunakan
sebagai treatment kanker, tetapi juga untuk mendiagnosisnya.

Gambar 6. deteksi kanker


Sebuah tim peneliti dari Rice University berhasil melakukan uji coba
penanganan kanker menggunakan nanopartikel berukuran 120 nm. Nanopartikel emas
yang dibungkus dengan peptida atau antibodi dimasukkan ke dalam tubuh dan
terbawa aliran darah hingga partikel emas menempel pada sel kanker. Partikel emas
dipanaskan menggunakan sinar infra merah dari luar tubuh untuk membunuh sel
kanker di dekatnya. Pada penelitian di atas, efek terapi berupa pembunuhan sel kanker
diperoleh dengan memanfaatkan efek termal dari partikel emas. Efek termal ini hanya
dapat diberikan selama penyinaran infra merah dilakukan. Terapi pembunuhan sel
kanker dapat pula diperoleh dengan memanfaatkan radiasi pengion yang dipancarkan
terus menerus oleh radioisotop emas-198 (198Au). Radioisotop 198Au telah terbukti
dapat digunakan dalam terapi kanker dalam bentuk gold grain dan diharapkan dapat
membunuh sel kanker lebih efektif dalam bentuk nanopartikel karena dapat
menjangkau sel kanker dalam jarak lebih dekat. Pada penggunaannya, naopartikel ini
perlu dipandu oleh antibodi atau peptida untuk membawanya pada sel kanker dengan
cepat untuk mengurang dampak pada sel sehat (Rohadi, 2009: 42-43)

C. Kelemahan dan Kelebihan Pengobatan Kanker dengan GNP


Kemoterapi merupakan teknik yang paling umum digunakan dalam pengobatan
kanker saat ini. Kemoterapi bekerja dengan cara menghentikan atau memperlambat
perkembangan sel kanker. Sayangnya, karena kemoterapi tidak dapat hanya melihat
sel kanker saja, maka sel yang sehat pun seringkali justru malah terkena. Akibatnya
pasien malah menjadi lemah, dan mengalami gangguan seperti diare, anemia, mual
dan muntah-muntah, sering pingsan, kerontokan rambut, dan konstipasi. Dengan
penggunaan GNP penargetan sel kanker akan lebih tepat sasaran, sehingga
pengobatan hanya tertuju pada sel kanker, tidak pada sel sehat lainnya.
Namun hal lain yang perlu diwaspadai dari teknologi GNP adalah penembusan
GNP pada setiap membran yang tubuh karena ukuran partikelnya yang sangat kecil.
Ditakutkan penembusan ini kemudian dapat masuk kedalam aliran darah dan masuk
ke dalam otak sehingga justru dapat menyebabkan penyumbatan, kelumpuhan bahkan
kematian jika tidak dapat dikendalikan. Dengan demikian diperlukan penelitian lebih
lanjut mengenai teknologi GNP ini, sehingga nantinya dapat aman jika digunakan
dalam pengobatan (Baker and Sternby, 2013: 6-8).
PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Nuryati Kurniasari (12708251053)


Bagaimana pengeluaran (eksresi) GNP dari dalam tubuh?
Jawab:
Proses pengobatan kanker dengan GNP dilakukan dengan memasukkan GNP tersebut
ke dalam tubuh. GNP merupakan sintesis logam emas, ketika logam dimasukkan
dalam tubuh maka logam tersebut akan sulit untuk dikeluarkan, akan terakumulasi
dan tidak menutup kemungkinan justru akan membahayakan tubuh. Namun pada
dasarnya, tubuh memiliki proses alami untuk mengeluarkan benda sisa-sisa
metabolisme dari zat-zat asing, seperti obat-obatan atau dalam hal ini GNP yang tidak
lagi diperlukan, biasanya melalui feses ataupun urin. Jika pengobatan dengan GNP
hanya dilakukan sesekali maka kemungkinan tubuh masih memiliki toleransi untuk
dapat menetralisir logam tersebut, tapi jika dilakukan berkali-kali maka logam emas
tersebut dapat terakumulasi. Hingga saat ini belum ditemukan cara yang efektif untuk
bisa benar-bear mengeluarkan dan membersihkan sisa-sisa GNP dari dalam tubuh.

2. Rara Dwi Prasatia (12708251048)


a) Sintesis GNP dilakukan dengan metode fisik dan metode kimia. Bagaimana
proses sintesis GNP melalui metode fisika?
Jawab:
Metode fisika dilakukan dengan cara memecah padatan logam menjadi partikel-
partikel kecil berukuran nano, pemecahan tersebut tentu saja menggunakan alat
tertentu sehingga bisa memecah logam menjadi ukuran yang sangat amat kecil.
b) Bagaimana proses pengujicobaan GNP pada tikus (rara)?
Jawab:
GNP disuntikkan ke dalam tubuh tikus, kemudian GNP tersebut akan mendeteksi
dan menyelimuti sel kanker pada bagian tubuh tertentu. Ketika telah terdeteksi
dimana letak sel kanker, maka pada bagian tubuh tersebut akan disinari oleh sinar
inframerah untuk menghancurkan sel kanker tersebut dengan panas. Penggunaan
GNP sebagai pendeteksi sel kanker diharapkan dapat membuat pengobatan kanker
menjadi lebih efektif, karena pengobatan langsung tepat sasaran hanya fokus pada
sel kankernya saja, tidak justru menghancurkan sel-sel yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA

Baker Christine and Sternby Sarah. (2013). Gold Nano Particles in Cancer Treatment. Diambil
pada tanggal 10 Oktober 2013 dari
www.136.142.82.187/eng12/Chair/data/papers/3005.pdf

Herlan Setiawan, et all. (2012). Pembuatan Larutan H198 AuCl4 dari Logam Emas (Foil),
Sebagai Bahan Baku Utama Sintesis Nanopartikel Au-Paman Dendrimer. Diambil pada
tanggal 10 Oktober 2013 dari www.digilib.batan.go.id/ppin/katalog/index.../BO-12.pdf

Rohadi Awaludin. (2009). Pembuatan Nanopartikel Emas Radioaktif dengan Aktivasi


Neutron. Diambil pada tanggal 10 Oktober 2013 dari
http://journal.ui.ac.id/technology/article/view/495/491

Jain, S., Hirst. D.G., O’sullivan, M. (2010). Gold Nanoparticles as novel agents for Cancer
Therapy. Diambil pada tanggal 10 Oktober 2013 dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3473940/

Prajapati Parimal M, Shah Yastri, and Sen D.J. (2010). Gold Nanoparticles: A new Approach
for Cancer Detection. Diambill pada tanggal 10 Oktober 2013 dari
http://jocpr.com/second-issue/J.%20Chem.%20Pharm.%20Res.,2010,%202(1)%2030-
37.pdf

Nano World Indonesia .(2012). Nanopartikel dan Aplikasinya di Bidang Medis. Diambil pada
tanggal 10 Oktober 2013 dari www.nanoworldindonesia.org

Anda mungkin juga menyukai