Anda di halaman 1dari 166

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KARTU SUKU KATA UNTUK MEMBACA PERMULAAN


BERBASIS METODE MONTESSORI

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Yoshinta Woro Indriyani

NIM: 131134141

PROGRAM STUDI PENDIDKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iv

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi

PERSEMBAHAN

Karya tulis sederhana ini peneliti persembahkan kepada:

1. Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya


2. Kedua orang tuaku bapak Sukijan dan ibu Handayani, Kakak untuk doa yang terus
mengalir
3. Para sahabat yaitu Frater Okto, Alfa, Candra, Nia, Grontil, Bayu, Lemon Squash,
Nadia, Agnes, dan Erfindo yang telah memberi semangat.
4. Almamater Universitas Sanata Dharma.

Salam Hormat dan Bakti

vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO

“ Memberikan kesempatan untuk membaca permulaan bagi anak usia dini


merupakan kesempatan yang sangat berharga dan kesempatan emas bagi Bangsa
Indonesia untuk bersaing di kancah dunia”

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, selayaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 12 Januari 2018


Peneliti

vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN


PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:


Nama : Yoshinta Woro Indriyani
Nomor Mahasiswa : 131134141

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan


Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
KARTU SUKU KATA UNTUK MEMBACA PERMULAAN BERBASIS
METODE MONTESSORI
Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada
perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun
memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
peneliti.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal,12 Januari 2018

vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

viii

ABSTRAK

KARTU SUKU KATA UNTUK MEMBACA PERMULAAN BERBASIS


METODE MONTESSORI

Yosinta Woro Indriyani


131134141
Universitas Sanata Dharma

Potensi pada penelitian ini berkaitan dengan kemampuan membaca


permulaan pada siswa kelas 1 SD N 1 Keputran. Masalah yang peneliti dapatkan,
Saat peneliti memberi lima kata permulaan (babi, kaki, dadu, kuda, dan sapi) pada
22 siswa: ada satu siswa tidak dapat membaca semuanya dan ada dua siswa baru
dapat membaca tiga kata (babi, sapi, dan kaki). Oleh karena itu peneliti terdorong
membantu tiga siswa tersebut untuk dapat membaca permulaan dengan baik.
Caranya dengan mengembangkan alat peraga kartu suku kata untuk membaca
permulaan berbasis metode Montessori.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian dan pengembangan
(Research and Development) dengan menggunakan model Borg dan Gall.
Prosedur dalam penelitian ini melalui 5 tahap penelitian, yaitu (1) potensi dan
masalahan,(2) penyusunan rencana, (3) pengembangan bentuk produk awal, (4)
validasi produk dan (5) uji coba lapangan terbatas. Alat peraga terdiri dari huruf,
suku kata, kartu kata, kartu gambar dan kata, benda miniatur. Validasi alat peraga
oleh ketiga ahli menunjukkan kualitas baik dengan skor rata-rata 3,55 dari skor
maksimal 4 sehingga layak diuji cobakan. Alat peraga kartu suku kata untuk
membaca permulaan berbasis metode Montessori ini memiliki lima ciri alat
peraga Montessori yang bersifat auto-education, auto-correction, menarik,
bergradasi dan kontekstual.
Uji coba terbatas dilakukan pada tiga siswa kelas satu SD N 1 Keputran.
Satu siswa dapat membaca tiga kata (babi, sapi, dan kaki) dengan benar. Dua
siswa menjadi dapat membaca semua kata (babi, kaki, dadu, kuda, dan sapi)
dengan benar. Jadi alat peraga kartu suku kata berbasis metode Montessori dapat
membantu siswa yang belum bisa membaca permulaan menjadi dapat membaca
permulaan.

Kata Kunci: Penelitian dan Pengembangan, membaca permulaan, alat peraga


membaca permulaan, Montessori.

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ix

ABSTRACT

Yoshinta Woro Indriyani


131134141
Sanata Dharma University

The potential of this study is related to the ability to read the beginning of
students in grade 1 SD N 1 Keputran. The problem the researchers got, When the
researchers gave five preliminary words (pigs, legs, dice, horses, and cows) to 22
students: one student could not read them all and two new students could read
three words (pigs, cows and legs ). Therefore researchers are encouraged to help
the three students to be able to read the beginning well. How to develop syllabic
card props to read the beginning of Montessori-based method.

The researcher uses research and development designs by using model of


Borg and Gall. The procedure through 5 steps, they are (1) potency and problem,
(2) problem arranging, (3) the beginning form product development,(4) product
validation, and (5) limited field trial. The results show aids syllable cards to read
onset using Montessori method have some components. Aids components such as
letter, syllable, word card, picture card, and words, miniature. Aids validation by
the three experts prove good quality with average 3,55 from maximum score 4. A
syllable aids that is used to read onset based on Montessori method which has 5
characteristics of Montessori aids they are that has a character of auto-education,
auto-correctio, interesting, gradation, and contextual.

A limited trial was conducted on three first graders of SD N 1 Keputran. One


student can read three words (pig, cow, and leg) correctly. Two students became
able to read all the words (pigs, feet, dice, horses, and cows) correctly. So the
Montessori based syllabs can help students who can not read the beginning to be
able to read the beginning.

Keywords : Research and development, reading onset, reading onset aids,


Montessori.

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan rasa syukur yang berlimpah peneliti haturkan ke hadirat Tuhan
Yang maha belaskasih, atas berkat hidup, kesehatan yang telah diberikan kepada
peneliti, sehingga sampai saat ini peneliti masih merasakan kasih dan kebaikan
yang besar dari pada-Nya. Lebih dari itu peneliti juga bersyukur sehingga peneliti
dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini tepat pada waktunya. Semuanya ini
peneliti menyadari bahwa ada berbagai pihak yang terlibat dalam menyelesaikan
skripsi ini dengan harapan untuk terus berjuang dalam mencapai cita-cita.
Untuk itu semua, pada kesempatan yang penuh kegembiraan ini peneliti
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Rohandi., Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Christiyanti Aprinastuti., S.Si., M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd selaku Wakaprodi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Dra. Ignatia Esti Sumrah, M.Hum selaku dosen pembimbing I yang telah
meluangkan waktu, tenaga, sumbangan pikiran untuk memberikan
pengetahuan, kesabaran, memotivasi, untuk membimbing serta memberikan
teladan kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Irine Kurniastuti, S.Psi., M.Psi. selaku dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing, memotivasi, menyumbangkan
pikiran untuk memberikan pengetahuan, kesabaran serta teladan kepada
peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan kepada
peneliti untuk mengembangkan diri menjadi pribadi yang utuh.
7. Program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah menjadi wadah
bagi peneliti untuk menimba ilmu.
8. Para Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma yang
telah turut membimbing dan mengajarkan ilmu kepada peneliti.

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xi

9. Kepala sekolah SD N 1 Keputran yang telah memberikan izin serta masukan-


masukan kepada peneliti selama melakukan penelitian.
10. Pakar pembelajaran Bahasa Indonesia yang telah bersedia untuk menjadi
validator pengembangan alat peraga berbasis metode Motessori.
11. Guru Para siswa Kelas I SD N 1 Keputran yang turut membantu peneliti
untuk melakukan penelitian baik di kelas maupun di luar kelas.
12. Para guru SDN 1 Keputran yang turut mendukung peneliti selama melakukan
penelitian.
13. Ibu dan bapak yang telah melahirkan, membesarkan, merawat dan selalu
memanjatkan doa untuk peneliti.
14. Kakak dan adik yang memberikan penghiburan yang hangat kepada peneliti.
15. Teman-teman seangkatan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang juga telah
menjadi rekan, teman dengan cara masing-masing dalam mendukung peneliti.
16. Semua pihak yang telah mendukung serta membantu yang tidak dapat peneliti
sebutkan satu per satu.
Peneliti menyadari bahwa penelitian skripsi ini masih ada kekurangan dan
keterbatasan, akan tetapi peneliti berharap skripsi dapat bermanfaat bagi pembaca.

Peneliti

Yoshinta Woro Indriyani


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xii

DAFTAR ISI

PENGESAHAN .................................................... Error! Bookmark not defined.


PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi
MOTTO........................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................... vii
ABSTRAK .................................................................................................... viii
ABSTRACT ..................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ..................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv
DAFTAR TABEL......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Penelitian .................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 6
1.5 Spesifikasi Produk yang Diharapkan .................................................... 8
BAB II LANDASAN TEORI......................................................................... 11
2.1 Kajian Pustaka................................................................................... 11
2.1.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia................................................... 11
2.1.1.1 Bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran ................................. 11
2.1.1.2 Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar .......................................... 12
2.1.2 Membaca.................................................................................... 13
2.1.2.1 Pengertian Membaca ............................................................... 13
2.1.3 Membaca Permulaan .................................................................. 14
2.1.3.1 Pengajaran Membaca .............................................................. 14
2.1.3.2 Materi Pelajaran Membaca Permulaan ..................................... 15
2.1.4 Metode Pelajaran Membaca Permulaan ....................................... 16

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiii

2.1.4.1 Metode Pelajaran Membaca Permulaan .................................... 16


2.1.5 Teori Perkembangan Anak .......................................................... 17
2.1.6 Pendidikan Montessori................................................................ 19
2.1.6.1 Sejarah Montessori .................................................................. 19
2.1.6.2 Metode Montessori .................................................................... 21
2.1.7 Alat Peraga Montessori ............................................................... 22
2.1.7.1 Hakikat Alat Peraga ................................................................ 23
2.1.7.2 Alat Peraga Berbasis Metode Montessori ................................. 23
2.2 Penelitian yang relevan ...................................................................... 26
2.2.1 Penelitian tentang Alat Peraga Berbasis Metode Montessori......... 26
2.2.2 Penelitian tentang Membaca Permulaan....................................... 27
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 33
3.1 Jenis Penelitian .................................................................................. 33
3.2 Setting penelitian ............................................................................... 34
3.2.1 Subjek Penelitian ........................................................................ 34
3.2.2 Objek Penelitian ......................................................................... 34
3.2.3 Lokasi Penelitian ........................................................................ 34
3.2.4 Waktu Penelitian ........................................................................ 34
3.3 Rancangan Penelitian......................................................................... 35
3.4 Prosedur Penelitian ............................................................................ 38
3.4.1 Potensi dan Masalah ................................................................... 40
3.4.2 Penyusunan rencana.................................................................... 41
3.4.3 Pengembangan Bentuk Awal Produk ........................................... 41
3.4.4 Validasi Produk .......................................................................... 42
3.4.5 Uji Coba Lapangan Terbatas ....................................................... 42
3.5 Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 43
3.5.1 Observasi ................................................................................... 43
3.5.2 Wawancara................................................................................. 44
3.5.3 Kuesioner ................................................................................... 45
3.6 Instrumen Penelitian .......................................................................... 46
3.6.1 Pedoman Observasi .................................................................... 46
3.6.1.1 Wawancara Guru Kelas I ......................................................... 47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiv

3.6.1.2 Wawancara Siswa Kelas I....................................................... 47


3.6.2 Kuesioner ................................................................................... 48
3.6.2.1 Kuesioner Analisis Kebutuhan ................................................. 49
3.6.2.2 Kuesioner Validasi Produk ...................................................... 49
3.6.3 Kuesioner tanggapan mengenai alat peraga.................................. 51
3.6.4 Soal Tes ..................................................................................... 52
3.7 Triagulasi .......................................................................................... 52
3.8 Teknik analisis data ........................................................................... 54
3.8.1 Analisis Data Kualitatif ............................................................... 54
3.8.2 Analisis Data Kuantitatif ............................................................. 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 56
4.1 Hasil Penelitian ...................................................................................... 56
4.1.1 Potensi dan Masalah......................................................................... 56
4.1.1.1 Identifikasi Masalah................................................................... 56
4.1.1.1.1 Observasi ............................................................................ 56
4.1.1.1.2 Wawancara ......................................................................... 59
4.1.1.2 Analisis Kebutuhan ................................................................... 64
4.1.1.2.1 Analisis Karakteristik Siswa ................................................ 64
4.1.1.2.2 Analisis Karakteristik Alat Peraga Montessori ..................... 65
4.1.1.2.3 Uji Validasi Instrumen Analisis Kebutuhan .......................... 65
4.1.1.2.4 Data Analisis Kebutuhan Guru ............................................ 67
4.1.2 Penyusunan Rencana........................................................................ 70
4.1.2.1 Disain Alat Peraga ..................................................................... 70
4.1.2.2 Validasi Produk ......................................................................... 72
4.1.3 Uji Coba Produk ......................................................................... 74
4.2 Pembahasan ........................................................................................... 81
4.2.1 Produk Akhir .................................................................................. 81
4.2.2 Kualitas Alat Peraga......................................................................... 83
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 86
5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 86
5.2 Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 87
5.3 Saran................................................................................................. 88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xv

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Gambar Alat Peraga ....................................................................... 9


Gambar 2. 1 Literatur Map dari Penelitian yang Relevan .................................. 30
Gambar 3. 1 Tahapan Penelitian Sugiono ......................................................... 36
Gambar 3. 2 Prosedur Penelitian ...................................................................... 39
Gambar 3. 3 Trigulasi Teknik Pengumpulan Data............................................. 53
Gambar 3. 4 Trigulasi Sumber Data ................................................................. 53
Gambar 4. 1 Triangulasi Sumber Data Wawancara ........................................... 63

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Rencana Wawancara dengan Kepala Sekolah ................................... 46


Tabel 3. 2 Rencana Wawancara dengan Guru Kelas I ....................................... 47
Tabel 3. 3 Rencana Wawancara Identifikasi Masalah dengan Siswa .................. 48
Tabel 3. 4 Rencana Wawancara Analisis Kebutuhan dengan Siswa ................... 48
Tabel 3. 5 Kisi-kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan ........................................... 49
Tabel 3. 6 Kisi-kisi Kuesioner Validasi Produk ................................................ 50
Tabel 3. 7 Kisi-kisi Kuesioner Tanggapan Untuk Guru Mengenai Alat Peraga .. 51
Tabel 3. 8 Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif ............................................ 55
Tabel 4. 1 Hasil Penilaian Pedoman Observasi oleh Ahli .................................. 57
Tabel 4. 2 Hasil Observasi Ketersediaan Alat Peraga danPembelajaran Membaca
Permulaan di Kelas I ....................................................................................... 58
Tabel 4. 3 Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah ........................................ 59
Tabel 4. 4 Hasil Wawancara dengan Guru ........................................................ 61
Tabel 4. 5 Hasil Wawancara dengan Siswa....................................................... 62
Tabel 4. 6 Hasil Validasi Kuisioner Analisis Kebutuhan Guru Oleh Ahli .......... 65
Tabel 4. 7 Hasil Validasi Wawancara Analisis Kebutuhan Untuk Siswa ............ 66
Tabel 4. 8 Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan dengan Siswa ........................ 66
Tabel 4. 9 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru .......... 67
Tabel 4. 10 Hasil Pengisian Kuesioner Analisis Kebutuhan Oleh Guru.............. 68
Tabel 4. 11 Hasil Penilaian Produk Oleh Ahli .................................................. 72
Tabel 4. 12 Hasil Observasi Penggunaan Alat Peraga ....................................... 74
Tabel 4. 13 Hasil Unjuk Kerja Siswa Sebelum Menggunakan Alat Peraga ........ 77
Tabel 4. 14 Hasil Unjuk Kerja Siswa Setelah Menggunakan Alat Peraga .......... 78
Tabel 4. 15 Peningkatan Hasil Unjuk Kerja Siswa ............................................ 79
Tabel 4. 16 Hasil Wawancara dengan Siswa ..................................................... 80

xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Identifikasi Masalah ...................................................... 94


Lampiran 1. 1 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah, Guru dan
Siswa .............................................................................................................. 94
Lampiran .1 2 Transkip Wawancara dengan Kepala Sekolah ............................ 98
Lampiran 2 Lampiran 2Instrumen Analisis Kebutuhan ..................................107
Lampiran 2. 1 Lembar Vlidasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru oleh Ahli..107
Lampiran 2. 2 Lembar Hasil Validasi Wawancara Analisis Kebutuhan Siswa...111
Lampiran Lampiran 2. 3 Lembar Hasil Pengisiaan Kuesioner Analisis Kebutuhan
Oleh Guru ......................................................................................................113
Lampiran 3 Validasi Kuisioner ......................................................................119
lampiran 3. 1 Lembar Hasil Validasi Kuesioner Validasi Produk ....................119
lampiran 3. 2 Lembar Hasil Validasi Produk Oleh Ahli Montesori ...................122
lampiran 3. 3 Lembar Hasil Validasi Produk Oleh Ahli Bahasa Indonesia .......129
lampiran 3. 4 Lembar Hasil Validasi Produk Oleh Guru Kelas I SD .................136
Lampiran 4 Hasil Observasi ........................................................................ 13939
lampiran 4. 1 Hasil Observasi Setelah Menggunakan Alat Peraga ................ 13939
Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian................................................................... 1400
Lampiran 5. 1 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ...................................... 140
Lampiran 6 Dokumentasi ............................................................................. 1411
Lampiran 7 Petunjuk Penggunaan Alat Peraga ............................................. 1422
Lampiran 8 Curriculum Vitae ....................................................................... 1512

xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

Uraian dalam bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, spesifikasi produk yang diharapkan dan definisi operasional.

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pada era globalisasi seperti ini, telah terjadi kemajuan yang sangat pesat

pada bidang teknologi informasi dan komunikasi, selain itu dalam dunia

pendidikan pun juga turut adanya kemajuan. Kemajuan pendidikan sangat

dirasakan saat ini, berbagai metode, strategi pembelajaran dan alat peraga banyak

bermunculan. Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia dan dirasakan

penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan adalah seluruh kegiatan belajar yang

direncanakan, dengan materi terorganisasi, dilaksanakan secara terjadwal dalam

sistem pengawasan, dan diberikan evaluasi berdasarkan pada tujuan yang telah

ditentukan (Suparlan, 2009: 84). Semua kemajuan dalam bidang pendidikan

tersebut menuntut dukungan dalam keterampilan membaca maka dari itu banyak

orang tua saat ini yang sudah memberikan pengajaran anaknya dalam usia dini.

Sedangkan membaca sendiri merupakan suatu proses yang bersangkut paut

dengan bahasa (Tarigan, 1979: 8). Sebenarnya saat ini, membaca permulaan dapat

diajarkan setelah anak masuk Sekolah Dasar sebagaimana kebijakan kurikulum

Taman Kanak-kanak yang diterapkan pada saat ini. Tetapi orang tua pada saat ini

banyak yang sudah menuntut anaknya agar bisa membaca pada usia dini, bahkan

tidak sedikit orang tua yang sudah memberikan pendidikan diluar sekolah

anaknya untuk belajar membaca.

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Membaca permulaan ini termuat dalam mata pelajaran bahasa Indonesia

yang dimana memiliki ruang lingkup yang mencangkup komponen kemampuan

berbahasa dan bersastra yang meliputi empat aspek antara lain mendengarkan,

berbicara, membaca itu sendiri dan menulis (BNSP, 2006: 318). Sebenarnya

keempat aspek tersebut dilaksanakan secara terpadu. akan tetapi, pelajaran bahasa

Indonesia untuk kelas 1 menekankan pada aspek peningkatan membaca dan

menulis permulaan.Membaca permulaan merupakan sajian utama di awal-awal

pembelajaran kelas 1 Sekolah Dasar. Pembelajaran membaca memiliki tujuan

utama, adapun tujuan utama dari membaca adalah untuk mencari serta

memperoleh informasi, mencangkup isi, memahami makna bacaan (Tarigan,

1979: 9). Sedangkan membaca permulaan sendiri juga memiliki tujuan yaitu agar

siswa memiliki pengetahuan dasar yang dapat digunakan sebagai dasar untuk

membaca bahasa Indonesia, dan diarahkan untuk memperkuat kemampuan

berbahasa lisan siswa. Sedangkan menurut Solchan, 2008: 8.5 mengatakan bahwa

tujuan dari membaca permulaan adalah untuk membinakan dasar mekanisme

membaca, seperti kemampuan mengasiasikan huruf dengan bunyi-bunyi bahasa

yang diwakilinya, membina gerakan mata membaca dari kiri ke kanan, membaca

kata-kata dan kalimat sederhana.

Penjabaran tujuan membaca permulaan di atas, kenyataan di lapangan

terdapat masalah-masalah yang menghambat tercapainya tujuan tersebut. Menurut

Slamet 2014: 107-108 menyebutkan permasalahan umum yang dihadapi anak

dalam membaca antara lain, (1) kesulitan anak mengenali huruf; (2) membaca

suara, kesulitannya pada (a) membaca kata demi kata, (b)pemarafrasean yang

salah, (c) kesalahan mengucapkan, (d) penghilangan, (e) pengulangan,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(f) pembalikan, (g) penyisipan, (h) penggantian, dan (i) penggunaan gerak bibir,

menggunakan jari telunju, dan menggerakkan kepala; dan (3) pemecah kode yang

meliputi (a) kesulitan konsonan, (b) kesulitan vokal, (c) kesulitan kluster, diftong,

disgraph, (d) kesulitan menganalisis struktur kata, dan (e) tidak mengenali kata

dalam kalimat.

Selain permasalahan yang diungkapkan diatas oleh Slamet 2014; 107 –

108 permasalahan dalam membaca ternyata terjadi di salah satu sekolah. Salah

satu kasus permasalahan dalam membaca dialami oleh siswa kelas I SD N 1

Keputran. Peneliti melakukan wawancara langsung dengan guru kelas I SD N 1

Keputran untuk mengetahui sejauh mana permasalahan dalam membaca yang

dialami siswa. Dari hasil wawancara menunjukan data bahwa mayoritas siswa

yang mengalami kesulitan dalam mengenal huruf dan membaca adalah siswa

kelas I. Dari jumlah 22 siswa yang ada di kelas I, ada 3 siswa laki-laki yang masih

kesulitan dalam hal mengenal kata dan membaca. Hal ini disebabkan oleh

beberapa persoalan diantaranya karena tidak mengalami masa Taman Kanak-

Kanak (TK), dengan demikian siswa yang belum mengalami masa Taman Kanak-

Kanak (TK) ini belum mengenal huruf apalagi membaca. Selain itu juga ada yang

dalam pengucapannya susah dan ada juga yang disebabkan malu dan malas karena

merasa ketinggalan dengan teman yang lainnya yang menyebabkan rendahnya

konsentrasi siswa ketika belajar mengenal huruf dan membaca. Permasalahan ini

diperkuat saat peneliti kembali ke SD N 1 Keputran untuk melakukan observasi

pada bulan Oktober 2016. Dari hasil obervasi permasalahan yang muncul antara

lain adalah (1) Terdapat 1 siswa yang sudah mampu menghafal alfabet namun

pada saat peneliti memberi 5 kata hanya dapat membaca 3 kata dengan benar, (2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1 bisa membaca 3 kata dari jumlah 5 kata yang diberikan peneliti, dan (3) 1 siswa

hanya dapat membaca 1 kata yang diberikan oleh peneliti.

Metode pelajaran yang sesuai untuk mengatasi permasalahan dalam

membaca permulaan ini adalah metode pembelajaran dengan menggunakan alat

peraga. Hal tersebut didukung dengan pernyataan Asyar (dalam Prastowo, 2015:

298) yang mengungkapkan bahwa alat peraga adalah media yang memiliki ciri

dan atau bentuk dari konsep materi ajar yang digunakan untuk memperagakan

materi tersebut sehingga materi pembelajaran lebih mudah dipahami oleh siswa.

Salah satu metode pembelajaran yang khas dengan penggunaan alat peraga adalah

metode pembelajaran Montessori. Pembelajaran ini diciptakan oleh dokter Maria

Montessori (1870-1952). Alat peraga dalam pembelajaran Montessori memiliki

ciri-ciri yaitu 1) auto-education,2) auto-correction,3) menarik, 4)bergradasi dan

5) kontekstual.

Dalam penggunaan alat peraga tersebut, dapat memungkinkan terjadinya

perkembangan sendiri (Montessori, 2002: 169-174). Alat peraga Montessori

sangat cocok diberikan untuk siswa kelas I karena dalam alat peraga Montessori

ini sangat kontekstual dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Selain itu alat peraga

Montessori merupakan sesuatu yang konkret bagi siswa sehingga sesuai dengan

tahap perkembangan kognitif siswa. Berdasarkan tahap perkembangan kognitif

Piaget, anak usia 7-12 tahun (usia anak Sekolah Dasar) masuk dalam tahapan

operasional konkret (Salkind, 2004: 326). Selama tahap ini, proses pemikiran

diarahkan pada kejadian riil yang agak kompleks selama problem itu konkret dan

tidak abstrak (Hergenhahn & Olson, 2008: 320).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Selain kontekstual dan kongkrit alat peraga Montessori ini juga dapat

digunakan untuk mengatasi kesulitan belajar. Hal tersebut diperkuat dengan

penelitian yang dilakukan oleh Wulan (2016) mengenai alat peraga berbasis

Montessori. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wulan (2016) menunjukkan

bahwa alat peraga membaca dan menulis permulaan dapat membantu kesulitan

belajar siswa dalam membaca dan menulis permulaan serta alat peraga sudah

baik. Akan tetapi alat peraga wulan baru dalam pengenalan huruf.

Berdasarkan dari hasil wawancara yang dilakukan dengan guru SD N 1

Keputran guru kelas IA dan IB yang menggunakan metode suku kata untuk

belajar membaca permulaan. Alat peraga Montessori ini tidak terdapat peraga

suku kata untuk belajar membaca permulaan, akan tetapi di Indonesia dikenalkan

metode suku kata untuk belajar membaca permulaan. Berdasarkan wawancara

peneliti dengan guru kelas IA dan IB tentang cara mengajar membaca permulaan

menyatakan bahwa prosesnya mulai dari mengenalkan huruf, kemudian

mengenalkan suku kata hingga terbentuk dalam kata sampai nanti menjadi

kalimat, paragraf.

Berdasarkan permasalahan yang muncul peneliti melakukan

pengembangan alat peraga berbasis metode Montessori pada mata pelajaran

Bahasa Indonesia untuk membaca permulaan. Khususnya media kartu suku kata

yang dapat digunakan untuk melatih membaca permulaan. Alat peraga ini

diharapkan juga dapat digunakan untuk anak yang berkebutuhan khusus dalam hal

ini penglihatan, karena kartu suku kata ini memiliki permukaan yang timbul

sehingga dapat dikenali melalui indera peraba. Peneliti melakukan penelitian dan

pengembangan Research and Development.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1.2 Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti merumuskan dua rumusan masalah.

Rumusan masalah tersebut sebagai berikut.

1. Bagaimana proses pengembangan alat peraga kartu suku kata berbasis

metode montessori untuk membaca permulaan?

2. Bagaimana kualitas produk alat peraga kartu suku kata untuk menunjang

membaca permulaan berbasis metode Montessori yang dikembangkan?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan dalam pelaksanaanya. Tujuan tersebut

sebagai berikut.

1. Memaparkan proses pengembangan alat peraga kartu suku kata berbasis

metode Montessori untuk membaca permulaan.

2. Mendeskripsikan kualitas produk alat peraga kartu suku kata untuk

menunjang membaca permulaan berbasis metode Montessori.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat untuk berbagai

pihak. Manfaat yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis

a. Penelitian ini disusun dengan harapan dapat menjadi acuan bagi penelitian

yang akan datang yang terkait dengan penelitian ini.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam

mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya yang berhubungan dengan

masalah peningkatan prestasi bahasa Indonesia (membaca permulaan)

dengan penggunaan alat peraga suku kata berbasis metode Montessori.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti

1) Memperoleh pengalaman langsung dalam melaksanakan mengajar

anak yang kesulitan mengenal kata untuk bekal membaca permulaan

sehingga akan menjadi bekal ketika kelak menjadi guru.

2) Penelitian ini memberikan pemikiran baru bagi mahasiswa bahwa alat

peraga suku kata untuk siswasekolah dasar berbasis metode montessori

dapaat dibuat dan dikembangkan di Indonesia dengan biaya yang lebih

murah.

b. Bagi siswa

1) Dapat meminimalkan kesulitan belajar mengenal kata, sehingga dapat

meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa.

2) Meningkatkan keterampilan membaca permulaan.

3) Siswa memperoleh pengalaman belajar yang melatih panca indera

secara maksimal, dan sesuai dengan kemampuan belajar setiap siswa.

4) Siswa mendapatkan pengalaman langsung dengan menggunakan alat

peraga suku kata berbassis metode montessori.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

c. Bagi guru

1) Dapat memberikan alternatif kepada guru dalam menggunakan media

suku kata sebagai sarana untuk mengatasi masalah kesulitan mengenal

kata untuk belajar membaca permulaan siswa bagi siswa berkesulitan

belajar.

2) Dapat memberikan wawasan bagi guru dalam menyiapkan media suku

kata yang berbasis metode montessori yang sesuai dengan

kebutuhan/materi pelajaran bahasa Indonesia.

3) Guru dapat mengembangkan sendiri berbagai alat peraga yang lain

dengan menggunakan prinsip-prinsip pembelajaran berbasis metode

Montessori.

1.5 Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Produk yang dikembangkan adalah alat peraga kartu suku kata untuk

menunjang membaca permulaan berbasis metode Montessori. Alat peraga ini

terdiri dari kotak suku kata, kartu gambar, kartu suku kata, kartu bergambar, dan

kartu gambar suku kata.

Kotak suku kata terdiri dari 30 kotak kecil yang terdiri dari 26 kotak

didalam kotak terdapat kartu suku kata dan 4 kotak lainnya adalah satu kotak

untuk kartu bergambar, kartu suku kata berserta gambar dan dua lainya adalah

kotak suku kata untuk memasangkan dengan kartu bergambar. Bahan pembuatan

kotak ini adalah kayu Mdf begitu juga dengan kartu suku kata. Dalam media ini

huruf vokal diberi warna merah sedangkan huruf konsonan diberi warna biru. Tata

letak suku kata disusun berdasarkan urutan abjad dimana nantinya suku kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tersebut berfungsi sebagai alat untuk menyusun kata benda berdasarkan kartu

gambar yang sudah disediakan.

Gambar 1. 1 Gambar Alat Peraga

1.6 Definisi Operasional

1. Metode Montessori adalah metode pembelajaran yang dikembangkan

dengan mengutamakan pada kebebasan, kemandirian, untuk melatih indra

dan pemikiran anak.

2. Alat peraga adalah suatu media yang digunakan untuk membantu siswa

dalam pembelajaran agar lebih mudah untuk memahami materi yang

diajarkan, media ini dapat mengambarkan konsep materi ajar yang

diajarkan.

3. Alat peraga berbasis metode Montessori adalah suatu media yang

menekankan pada indra-indra dan pemikiran anak dengan menggunakan

prinsip yang ada dalam Montessori, didalam alat peraga ini memiliki

karakteristik antara lain menarik, kontekstual, bergradasi (melibatkan

beberapa indera yang dimiliki oleh anak), auto-correction (dapat

digunakan oleh anak secara mandiri tanpa bantuan orang lain) dan auto-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

education (adanya pengendali kesalahan yang berfungsi untuk mengetahui

salah atau benar yang dikerjakan oleh anak).

4. Suku kata adalah struktur yang terjadi dari beberapa huruf dimana ada

huruf konsonan dan huruf vokal didalamnya.

5. Membaca permulaan adalah pembelajaran membaca tahap awal yang

dilakukan dikelas menggunakan metode suku kata.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

BAB II
LANDASAN TEORI

Uraian dalam bab ini terdiri dari kajian pustaka, penelitian yang relevan

dan kerangka berpikir.

2.1 Kajian Pustaka

Subbab ini menguraikan beberapa teori pendukung penelitian. Teori-teori

tersebut di antaranya adalah Pembelajaran Bahasa Indonesia, Membaca, Membaca

permulaan, Metode Pelajaran Membaca Permulaan, Pendidikan Montessori, dan

Alat Peraga Montessori.

2.1.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia

Uraian dalam subbab ini terdiri dari Bahasa Indonesia sebagai Mata

Pelajaran dan Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Berikut adalah uraian dari

subbab tersebut.

2.1.1.1 Bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran

Bahasa Indonesia merupakan bahasa negara yang berfungsi sebagai bahasa

pemersatu, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, lambang kebanggaan

nasional, serta untuk kepentingan pemerintahan dan kenegaraan (Ngalimun, 2014:

4). Karena itu, pembelajaran bahasa di pendidikan Indonesia diajarkan kepada

siswa melalui pembelajaran Bahasa Indonesia. Selain itu Pelajaran bahasa

Indonesia ini adadi tingkat pendidikan SD - Sarjana. Pelajaran Bahasa Indonesia

ini memiliki tujuan akhir agar siswa dapat terampil berbahasa yang tercermin

dalam empat keterampilan bahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan

menulis (Mulyati, 2011: 1). Keempat keterampilan tersebut berjalan dengan

terpadu selain itu juga keempat keterampilan tersebut merupakan ruang lingkup

11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang diajarkan secara bertahap.

Keterampilan mendengarkan dan membaca merupakan keterampilan reseptif,

sedangkan keterampilan menulis dan berbicara merupakan keterampilan produktif

(Ngalimun, 2014: 5). Setiap keterampilan itu erat sekali berhubungan dengan

proses-proses berfikir yang mendasari bahasa.

2.1.1.2 Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Pembelajaran bahasa tidak lepas dari pendekatan pembelajaran.

Pendekatan merupakan dasar teoritis untuk suatu metode. Terdapat empat

pendekatan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, yakni pendekatan tujuan,

pendekatan struktural, pendekatan komulatif, dan pendekatan terpadu.

Pendekatan tujuan dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam setiap kegiatan

belajar mengajar, yang harus dipikirkan dan ditetapkan lebih dahulu ialah tujuan

yang hendak dicapai. Pendekatan struktural merupakan salah satu pendekatan

dalam pembelajaran bahasa, yang dilandasi oleh asumsi yang menganggap bahasa

sebagai seperangkat kaidah bahasa atau tata bahasa. Pendekatan komunikatif

merupakan pendekatan yang dilandasi oleh pemikiran bahwa kemampuan

menggunakan bahasa dalam komunikasi merupakan tujuan yang harus dicapai

dalam pelajaran bahasa. Penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari, baik

dalam situasi formal maupun non formal, tiap-tiap aspek tidak berdiri sendiri

melainkan bersama-sama dalam penggunaanya. Dengan kata lain, penggunaan

bahasa dalam prakteknya komunikasi akan tampil secara terpadu (Slamet, 2014:

19-22).

Dalam kenyataannya pembelajaran di sekolah dasar,untuk kelas 1

pembelajaran bahasa Indonesia lebih menekankan pada aspek peningkatan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

kemampuan membaca dan menulis permulaan, sedangkan untuk kelas 3-6

menekankan pada peningkatan kemampuan berkomunikasi lisan dan tulis.

Dengan demikian, pembelajaran Bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan komunikasi lisan dan tertulis.

2.1.2 Membaca

Uraian dalam subbab ini terdiri dari pengertian membaca. Berikut adalah

uraian dari subbab tersebut.

2.1.2.1 Pengertian Membaca

Menurut Hodgson (dalam Tarigan, 2008: 7) membaca merupakan proses

yang digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang akan disampaikan

peneliti melalui tulisan Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta

dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan

oleh peneliti melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Suatu proses yang

menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam

suatu pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat

diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang

tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak

terlaksana dengan baik menurut Hodson (dalam Tarigan, 2008: 43-44).

Katz (1997: xi) mengatakan bahwa kegiatan membaca merupakan langkah

awal pendidikan bagi seorang anak. Membaca merupakan bagian dari penguasaan

bahassa-bunyi yang dilukiskan dengan simbol-simbol visual. Membaca

merupakan pemakaian kata-kata kompleks di mana anak sudah menguasaina.

Pada anak usia 5 tahun, seorang anak mungkin sudah memiliki sekitar 2000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

perbendarahan kata. Belajar memakai kata-kata untuk meembentuk percakapan

merupakan langkah pertama yang penting.

Membaca dapat pula diartikan sebagai suatu metode yang kita pergunakan

untuk berkomunikasi dengan diri kita sendiri bahkan terkadang orang lain, yaitu

mengkomunikasikan makna yang terkandung kadang tersirat pada lambang-

lambang tertentu. Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta

memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna baca (Tarigan 1979: 7-

9). Berdasarkan pengertian-pengertian membaca diatas, maka dapat diartikan

membaca merupakan suatu aktivitas yang dilakukan pembaca untuk memperoleh

informasi dari aktivitas membaca tersebut.

2.1.3 Membaca Permulaan

Uraian dalam subbab ini terdiri dari pengajaran membaca dan materi

pelajaran membaca permulaan. Berikut adalah uraian dari subbab tersebut.

2.1.3.1 Pengajaran Membaca

Pengajaran membaca yang paling baik adalah pengajaran membaca yang

didasarkan pada kebutuhan anak dan mempertimbangan apa yang telah dikuasai

anak. Rubin (dalam Slamet 2014: 107) mengemukakan beberapa kegiatan yang

dilakukan dalam pengajaran membaca yakni sabegai berikut, (1) peningkatan

ucapan, (2) kesadaran fonemik (bunyi bahasa), (3) hubungan antara huruf-huruf

merupakan prasyarat untuk membaca, (4) membedakan bunyi-bunyi merupakan

hal penting dalam pemerolehan bahasa, khususnya membaca, (5) kemampuan

mengingat, (6) membedakan huruf, (7) orientasi kekiri dan ke kanan, (8)

keterampilan pemahaman, dan (9) penguasaan kosakata.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

Kemampuan membaca yang diperoleh pada membaca permulaan ini akan

sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca selanjutnya. Sebagai

mendasari kemampuan berikutnya maka kemampuan membaca permulaan benar-

benar memerlukan perhatian guru. (Slamet, 2014: 24).

2.1.3.2 Materi Pelajaran Membaca Permulaan

Materi membaca permulaan di sekolah dasar terdapat di kurikulum dan

silabus kelas I dan II. Dalam penelitian ini peneliti membatasi pada kelas I saja

dikarenakan jumlah anak kelas satu yang bermasalah dalam membaca cukup

banyak. Materi membaca permulaan untuk kelas I semester pertama dan kedua

diuraikan oleh Slamet (2014: 24-27) sebagai berikut,

1. Kelas I Semester Pertama

a. Persiapan (pramembaca)

Anak dikenalkan tentang sikap duduk yang baik, cara meletakan atau

menempatkan buku di meja, cara memegang buku, cara membalik

halaman buku, dan memperhatikan gambar atau tulisan.

b. Sesudah Pramembaca

Anak dikenalkan tentang lafal atau ucapan kata (menirukan guru), intonasi

kata dan intonasi kalimat (lagu kalimat sederhana), huruf-huruf yang

sudah dikenal anak, dan kata-kata baru yang bermakna. Tahap pertama,

anak dikenalkan secara bertahap dengan keempat belas huruf yaitu: 1) a, i,

m dan n; 2) u,b, dan i; 3) e, t dan p; 4) o dan d; 5) k dan s.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

2. Kelas I semester Kedua

Materi pembelajaran membaca permulaan berikut adalah bacaan kurang

lebih 10 kalimat (dibaca dengan lafal dan intonasi yang wajar), kalimat-

kalimat sederhana (untuk dipahami isinya), dan huruf kapital pada awal

kata nama orang, Tuhan, agama, kitab suci.

2.1.4 Metode Pelajaran Membaca Permulaan

Uraian dalam subbab ini terdiri dari metode pelajaran membaca

permulaan. Berikut adalah uraian dari subbab tersebut.

2.1.4.1 Metode Pelajaran Membaca Permulaan

Menurut Solchan (2008: 6.16-6.22) menguraikan enam metode dalam

pembelajaran membaca permulaan. Keenam metode tersebut adalah metode SAS.

Dalam Penelitian ini peneliti menggunakaan 3 metode dari keenam metode

tersebut yaitu metode eja, metode suku kata, dan metode kata. Berikut uraian dari

ketiga metode yang digunakaan peneliti.

1. Metode Eja

Metode ini memulai pengajarannya dengan memperkenalkan huruf-huruf

secara alfabetis. Huruf-Huruf tersebut dihafalkan dan dilafalkan anak

sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Setelah itu, siswa diajak untuk

berkenalan dengan suku kata dengan merangkaikan beberapa huruf yang

sudah dikenal. Misalnya:

b, o, l, a menjadi b-o → bo { dibaca atau dieja/be-o → (bo) }


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

2. Metode Suku Kata

Metode ini diawali dengan pengenalan suku kata, seperti ba, bi, bu, be, bo.

suku-suku kata tersebut, kemudian dirangkaian menjadi kata-kata

bermakna. Misalnya: cu-ci

Kegiatan ini dapat melanjutkan dengan perangkaian kata menjadi

kelompok kata sederhana. Contoh: cu-ci bo-la.

3. Metode Kata

Metode ini disebut juga metode kata lembaga. Dalam pembelajarannya,

diawali dengan mengenal kata tertentu kemudian diuraikan menjadi suku

kata, suku kata menjadi huruf-huruf. Selanjutnya, perangkaian menjadi

suku kata dan suku kata menjadi kata. Dengan kata lain, hasil pengupasan

dikembalikan ke bentuk asal sebagai kata lembaga (kata semula). Contoh:

sapi → sa-pi→s-a-p-i→sa-pi→sapi

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa ada beragam metode

membaca permulaan. Adapun dalam penelitian ini, akan dikembangkan

metode membaca yang berdasarkan pada penggunaan metode suku kata

yang dimulai dari penggenalan suku kata kemudian dirangkai menjadi kata

sederhana.

2.1.5 Teori Perkembangan Anak

Istilah “perkembangan” (development) dalam psikologi merupakan sebuah

konsep yang cukup rumit dan kompleks, di dalamnya banyak mengandung

dimensi. Oleh karena itu untuk dapat memahami beberapa konsep perkembangan

perlu terlebih dahulu memahami beberapa konsep lain yang terkandung di


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

dalamnya, diantaranya : pertumbuhan, kematangan, dan perubahan (Desmita,

2007: 3). Menurut Reni Akbar Hawadi (dalam Desmita, 2007: 4), perkembangan

secara luas menunjuk pada keseluruhan proses perubahan dari saat pembuahan

dan akhir dengan kematian.

Menurut Piaget ( dalam Dahar, 2011:136) setiap individu mengalami

tingkatan-tingkatan perkembangan intelektual sebagai berikut.

a. Sensori-motor (0-2 tahun)

ada tahap ini, intelegensi anak lebih didasarkan pada tindakan inderawi anak

terhadap lingkungannya, seperti melihat, meraba, menjamah, mendengar,

membau, dan lain-lain.

b. Tahap Praoperasi (2-7 tahun)

Tahap pemikiran praoperasi dicirikan dengan adanya fungsi semiotik, yaitu

penggunaan simbol atau tanda untuk menyatakan atau menjelaskan suatu objek.

Adanya penggunaan simbol, seorang anak dapat mengungkapkan dan

membicarakan suatu hal yang sudah terjadi.

c. Tahap Operasi Konkret (7-11 tahun)

Tahap operasi konkret dicirikan dengan perkembangan sistem pemikiran yang

didasarkan pada aturan-aturan tertentu yang logis.

d. Tahap Operasi Formal (11 tahun ke atas)

Pada tahap ini, logika remaja mulai berkembang dan digunakan. Cara berpikir

yang abstrak mulai dimengerti.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan anak

adalah proses perubahan yang terjadi pada anak yang berlangsung secara

bertahap-tahap. Dalam penelitian ini, alat peraga yang dikembangkan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

diperuntukkan untuk siswa yang berada pada peralihan tahap praoperasional ke

operasi konkret. Maka dari itu, berdasarkan referensi di atas, alat peraga yang

dikembangkan menggunakan objek untuk membantu anak dalam mengasosiasi

sebuah simbol dan sudah mulai memasukkan aturan-aturan tertentu.

2.1.6 Pendidikan Montessori

Uraian dalam subbab ini terdiri dari Sejarah Montessori, Metode

Montessori. Berikut adalah uraian dari subbab tersebut.

2.1.6.1 Sejarah Montessori

Perjalanan hidup Maria Montessori dimulai sejak kelahirannya pada

tanggal 31 Agustus 1870 di Chiaravalle kota bukit dengan pemandangan Laut

Adriatik, di provinsi Ancona di Italia Utara (Gutek, 2013:1). Ayah Montessori

adalah Alesssandro Montessori seorang seorang tentara Italia, karena jasanya

Alesandro diangkat menjadi karyawan kepausan dan bekerja di departemen

keuangan sebagai akutan, tetapi beralih menjadi pengawas perusahaan garam dan

temabakau. Saat menjalankan tugasnya sebagai inspektur bertemulah dengan

Renilde Stoppani yang merupakan keturunan bangsawan. Renilde Stoppani adalah

ibu Montessori. Renilde Stoppani seorang wanita bangsawan dengan pola hidup

tradisional, tetapi tetap memberikan dukungan pada perjuangan wanita untuk

meningkatkan derajatnya.

Masa kecil Maria Montessori tetap di kota kelahirannya. Pada masa itu di

daerah semenanjung Italia dikuasai oleh Perancis dan Australia,pada akhirnya

terjalin persatuan di Italia serta berhasil terbebas dari Australia. Pada pertengahan

1870 Italia mengalami pemindahan kekuasaan tetapi kondisi di Italia belum


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

mengalami perubahan yang signifikan untuk menjadi negara yang lebih baik.

Kondisi negara yang seperti itu tidak memberikan pengaruh banyak pada

kehidupan Montessori. Montessori hidup dalam lingkungan keluarga yang

terbuka, demokrasi, dan disiplin sehingga Montessori pun mempunyai kepekaan

yang tinggi terhadap masalah sosial di sekitarnya. Pada tahun 1900’s Maria

Montessori bekerja di klinik psikiatri di Roma dengan menjadi direktur sekolah

ortopredik yang mempersiapkan para guru untuk anak-anak yang mengalami

keterlambatan perkembangan. Sekolah pertama yang didirikan oleh Montossori

adalah House of Children (Casa dei Bambini) di Via dei Marsi, Roma yang

dibuka pada tanggal 6 Januari tahun 1907 lalu diikuti tahun 1908 membuka Casa

Dei Bambini di Vai Solari, Milan (Magini, 2013: 103-111). Sekolah tersebut

menerapkan metode khusus yang dirancang langsung oleh Montessori. Metode

pendidikan yang diterapkan oleh Montessori terinspirasi dari penemuan Edward

Séguin (1812-1881) dan Jean Marc Gaspard Itard (1775-1838) tentang

keberhasilannya membimbing anak-anak berkebutuhan khusus secara mental

maupun fisik. Pada akhirnya Montessori mengundurkan dari sebagai dosen di

Universitas Roma dan meninggalkan praktik sebagai dokter untuk fokus pada

dunia pendidikan. Pada tahun 1911, pendekatan Montessori sudah banyak dipakai

di sekolahan-sekolahan di Inggris, Argentina, dan di sekolah dasar di Italia dan

Swiss (Magini, 2013: 103-111).

Sebelum Pada tanggal 6 Mei 1952 Maria Montessori meninggal dunia di

Noordwijkaan Zee, Belanda Montessori memulai menyelenggarakan kursus

pelatihan dan kongres Montessori di beberapa negara seperti Eropa. Maria

montesori mengabdikan pada pendidikan (Magini, 2013: 103-111).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

2.1.6.2 Metode Montessori


Berawal dari Casa dei Bambini atau rumah anak-anak yang didirikan oleh

Montessori pada 6 Januari 1907, dimana Montessori juga seorang dokter mulai

mempelajari berbagai tingkah laku anak. Dari situlah Montessori melakukan

observasi langsung, ia melihat kecendurungan dan kebiasaan anak yang

padaakhirnya menjadi dasar bagi metode Montessori. Di rumah anak-anak ia

meletakkan berbagai jenis mainan dan beberapa alat didaktis dari Itard dan Seguin

yang telah ia modifikasi (Magini, 2013: 43-46). Berdasarkan pada alat peraga

yang digunakan Itard dan Seguin, Montessori telah mengembangkan dan

mengujicobakan pada anak-anak normal di distrik kumuh di daerah Roma

sebelum ia mendirikan Casa dei Bambini (Montessori, 2002: 32). Pada percobaan

tersebut diperoleh hasil bahwa anak-anak tunagrahita dapat belajar dengan baik.

Karena kesibukan Montessori sebagai pengajar, dokter, maupun pembantu dalam

penelitian, Montessori hanya bisa mengunjungi Casa dei Bambini seminggu

sekali. Setiap kunjungannya Montessori selalu melakukan observasi terhadap

berbagai aktivitas yang dilakukan anak. Ia menemukan bahwa konsentrasi,

kebebasan, kemandirian, rasa hormat dan menghargai, adalah hal dasar yang harus

diciptakan di sekitar lingkungan belajar anak (Magini, 2013: 49-54).

Montessori mulai mengembangkan rumah anak dengan menambah

berbagai alat peraga yang didesainnya sendiri, mengatur ulang lingkungan belajar

agar lebih relevan dengan kebutuhan anak, dan membuka jelas eksperimental

lainnya. Beberapa bulan berjalan, hasil eksperimen Montessori melalui

menunjukkan hasil. Anak-anak terlihat lebih mandiri, teratur, ramah, dan aktif

sehingga orang tua mereka bangga karena kebiasaan tersebut tidak hanya

berlangsung di rumah anak-anak tersebut menarik berbagai pihak untukdatang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

melihat aktivitas belajar sehingga mampu menjunjung popularitas Casa dei

Bambini (Magini, 2013: 56).

Melalui kegiatan belajar, Montessori menggunakan konsentrasi sebagai

indikasi bahwa anak telah benar-benar belajar. Selain konsentrasi, kebebasan

adalah hak mutlak yang harus dimiliki anak. Kebebasan memberikan kepercayaan

pada anak untuk melakukan segala sesuatu, sehingga rasa enggan dan takut telah

terhindar. Melalui kebebasan juga anak disiapkan untuk dapat menerima konsep

baru kapanun tanpa terkait situasi dan kondisi. Tentunya sebebas-bebasnya anak

dalam belajar tetaplah ada pengontrolnya. Kelas Montessori benar-benar diatur

untuk mempelajari sumua hal, baik itu matematika, bahasa, seni, dan sebagainya.

Belajar di suatu lingkungan kelas yang dihuni banyak anak dengan hanya

satu atau dua direktris, menuntut anak untuk memiliki sikap mandiri atas

kebebasan yang diberikan kepadanya. Prinsip kemandirian ini memiliki peran

yang besar dalam pembelajaran berbasis individu. Dengan atau tanpa pendidik,

anak mampu mengontrol diri dan memahami apa yang boleh atau tidak boleh

dilakukan ketika berada pada situasi kelas Montessori. Pendidik harus

memberikan kebebasan pada anak untuk membentuk kemandirian dengan tidak

memberikan interventasi yang terlalu dalam pada aktivitas belajarnya

(Montessori, 2002: 95-101).

2.1.7 Alat Peraga Montessori

Uraian dalam subbab alat peraga Montessori menguraikan pengertian alat

peraga, fungsi alat peraga, kriteria alat peraga dan alat perga berbasis metode

Montessori. Berikut adalah uraian dari subbab tersebut.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

2.1.7.1 Hakikat Alat Peraga

Alat merupakan benda yang digunakan untuk mengerjakan suatu

hal,sedangkan alat peraga adalah alat bantu untuk mendidik atau mengajar supaya

apa yang diajarkan mudah dimengerti oleh siswa (KBBI, 1991: 24). Alat peraga

adalah media alat bantu pembelajaran dan segala macam benda yang digunakan

untuk memperagakan materi pelajaran. Segala sesuatu yang masih bersifat

abstrak, kemudian dikonkretkan dengan menggunakan alat agar dapat dijangkau

dengan pikiran yang sederhana dan dapat dilihat, dipandang, dan dirasakan

(Arsyad, 2014: 9).

Fungsi alat peraga untuk menerangkan atau memperagakan suatu mata

pelajaran dalam proses belajar mengajar (Sudono, 2010: 14). Sedangkan menurut

Prastowo (2015: 295) alat peraga digunakan antara lain untuk: pertama,

membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan dan pengetahuannya, kedua,

mengilustrasikan dan memantabkan pesan dan informasi, dan ketiga,

menghilangkan ketegangan dan hambatan dan rasa malas siswa.

Melalui pengertian diatas dapat diartikan bahwa alat peraga adalah alat

yang yang digunakan untuk membantu siswa dalam pembelajaran agar siswa lebih

mudah untuk memahami materi yang diajarkan.

2.1.7.2 Alat Peraga Berbasis Metode Montessori

Alat peraga Montessori memiliki ciri-ciri yaitu menarik, bergradasi, auto-

education, auto-correction, dan kontekstual. Secara lebih rinci karakteristik alat

peraga Montessori sebagai berikut,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

1) Menarik

Alat peraga Montessori dirancang sangat menarik bagi siswa karena anak

belajar sesuatu melalui panca indera. Pertama jika melihat warna, diamati

menggunakan indera penglihatan anak warna dari alat peraga sangat cerah,

kedua mengaktifkan sensorial anak ketika menyentuh dan meraba alat

peraga menggunakan indera peraba, ketiga mendengarkan bunyi yang

ditimbulkan oleh alat peraga menggunakan indera pendengaran

(Montessori, 2022: 174).

2) Bergradasi

Alat peraga Montessori mempunyai ciri bergradasi. Dilihat dari segi fisik

alat peraga Montessori, gradasi yang dimaksud ialah gradasi warna,

kekerasan, berat, dan rangsangan-rangsangan yang akan dimunculkan oleh

anak. Alat peraga bergradasi ini melibatkan panca indera anak. Oleh

karena itu, alat peraga dibuat agar anak terlatih panca inderanya, dan dapat

digunakan juga untuk berbagai macam usia dan berbagai macam konsep

(Gutek, 2013: 234-240)

3) Ciri yang ketiga adalah auto-correction.

Alat peraga Montessori mempunyai pengendali kesalahan pada alat peraga

itu sendiri, jadi apabila anak menggunakan alat peraga montessori ini

tanpa ada pengawasan dari guru ia dapat mengetahui benar atau salah.

Control of error adalah sebutan dari pengendali kesalahan yang ada pada

setiap alat peraga Montessori (Montessori, 2002: 83).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

4) Auto-education

Ciri yang keempat dari alat peraga Montessori ini adalah auto-education.

Tujuan dari penggunaan alat peraga Montessori adalah untuk

memunculkan pembelajaran sendiri. Guru atau Direktris (sebutan guru di

sekolah Montessori) tidak perlu ikut campur, cukup mengamati dan

memberikan kebebasan untuk anak bekerja (Montessori, 2002: 172-173).

5) Ciri yang kelima adalah kontekstual

Penelitian yang dilakukan oleh Montessori untuk menemukan metode

Montessori sekarang ini dilakukan dengan merancang alat peraga dan

lingkungan belajar yangg disesuaikan dengan lingkungan anak di mana ia

tinggal untuk mendapatkan konteks yang sesuai melalui observasi pada

anak (Lillard, 2005: 32). Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa konteks

lingkungan yang sudah akrab dengan siswa dapat menjadi sumber belajar

yang disediakan banyak pengetahuan dan kesempatan belajar bagi anak.

Dengan hal tersebut pembuatan alat peraga dalam penelitian ini

memanfaatkan benda-benda di lingkungan sekitar sesuai dengan penelitian

terdahulu Montessori yang melaksanakan hal tersebut sehingga diperoleh

konteks yang sesuai dengan siswa.

Berdasarkan uraian diatas, alat peraga berbasis metode Montessori ialah

alat peraga yang memiliki ciri-ciri menarik, bergradasi, auto-correction, auto-

education, dan kontekstual. Dalam penelitian ini peneliti mengembangkan lat

peraga yang sudah ada dengan membuat beberapa modifikasi. Alat peraga yang

dikembangkan menarik, berwarna, cara penggunaannya menyenagkan, dan dapat


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

pulla dikembangkan dengan berbagai macam permainan.alat peraga bergradasi

karena dapat digunakan oleh berbagai usia. Terdapat pengendali kesalahan

dimana siswa dapat menemukan dan memperbaiki kesahan itu sendiri (auto-

correction). Sehingga memungkinkan timbulnya pembelajaran sendiri tanpa

didampingi oleh guru (auto-education). Benda yang disebuutkan dalam alat

peraga ini dapat ditemukan di sekitar anak. Alat peraga yang dikembangkan oleh

peneliti adalah alat peraga membaca permulaan berbasis metode Montessori.

2.2 Penelitian yang relevan

Uraian dalam subbab ini terdiri dari beberapa penelitian yang

relevan.Peneliti membahas penelitian yang relevan dengan metode Montessori

dan penelitian yang relevan dengan membaca permulaan. Berikut penjabaran dari

penelitian tersebut.

2.2.1 Penelitian tentang Alat Peraga Berbasis Metode Montessori

Penelitian tentang alat peraga berbasis metode Montessori dilakukan oleh

Danik (2014), dan Hadrianus (2015). Danik (2014) mengembangkan alat peraga

matematika untuk materi sudut berbasis metode Montessori. Jenis penelitian yang

digunakan adalah Research and Development (R&D). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa alat peraga Montessori yang dikembangkan untuk melatih

siswa dalam mengidentifikasi besar dan jenis sudut pada siswa kelas III semester

genap (1) memiliki lima ciri yaitu auto education, menarik, bergradasi, auto

correction, dan kontekstual; (2) memiliki kualitas “sangat baik” (3) berdampak

pada meningkatnya kepercayaan diri siswa dan hasil belajar melalui peningkatan

pretest ke posttest sebesar 56,18%.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

Hadrianus (2015) mengembangkan alat peraga pembelajaran matematika

SD materi perkalian berbasis metode montessori. Jenis penelitian yang digunakan

adalah Research and Development (R&D). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

alat peraga papan perkalian memiliki lima ciri, antara lain, menarik bagi siswa,

bergradasi, memiliki pengendalian kesalaahan dan dapat digunakan secara

mandiri oleh siswa.Kualitas alat peraga papan perkalian ditunjukan dengan

perolehan skor validasi 3,73 dalam kategori “sangat baik”. Terdapat perbedaan

nilai ketika uji coba terbatas, skor pretest menunjukkan rerata 58,21 sedangkan

posttest menunjukkan rerata 97,82. Oleh sebab, itudapat disimpulkan bahwa alat

peraga papan perkalian sudah layak digunkan dan dapat melalui tahap uji coba

yang lebih luas.

2.2.2 Penelitian tentang Membaca Permulaan

Penelitian tentang membaca permulaan dilakukan oleh Sunarni (2014),

Titik (2014), dan Wulan (2016). Sunarni (2014) meningkatkan keterampilan

membaca permulaan melalui media animasi pada anak kelompok B1 TK

KKLKMD Rukun, Bambanglipuro, Bantul. Peneliti menggunakan jenis penelitian

penelitian tindak kelas (PTK) yang bersifat kolaboratif yang dilakukan pada anak

kelompok B1 TK KKLKMD Rukun, Bambanglipuro, Bantul. Hasil penelitian ini

menunjukkan adanya peningkatan keterampilan membaca permulaan anak melalui

media animasi. Pada kegiatan pratindakan sebesar 41%, meningkat pada siklus I

menjadi 49%, dan meningkat pada Siklus II menjadi 86%. Adapun langkah-

langkah pembelajaran adalah: 1) Anak mengamati dan mengenal media animasi

dan alat yang digunkan; 2) Anak menonton media animasi dan mendengarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

penjelasan guru secara klasikal; 3) Anak diberikan contoh pengucapan (anak

mendengarkan kemudian menirukan); dan 4) Anak maju kedepan secara individu

untukmenjalani rangkaian kegiatan dari melafalkan huruf, membaca huruf,

merangkai huruf menjadi suku kata, merangkai suku kata menjadi kata dengan

media animasi sebagaimana yang telah dijelaskan guru.

Titik (2014) Peningkatan kemampuan membaca awal melalui penggunaan

media papan flanel pada anak kelompok B di TK ABA Kalikotak, Sendangsari,

Minggir, Sleman. Adapun jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah

penelitian tindak kelas (PTK) yang dilakukan secara kolaboratif menggunakan

modifikasi model Kemmis dan Mc. Taggart. Subyek penelitian ini adalah anak

kelompok B TK ABA Kalikotak. Adapun hasail dari penelitian ini adalah

peningkatan persentase rata-rata kelas kemampuan membaca awal pada setiap

siklusnya. Presentase rata-rata kelas kemampuan membaca awal pada saat

Pratindak sebesar 47,22%, pada Siklus I menjadi 56,11%, pada Siklus Iimenjadi

67,5%, pada Siklus III menjadi 79,44%. Adapun keberhasilan tersebut dilakukan

dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) guru mempersiapkan media papan

flanel beeserta item-itemnya: (2) anak memberikan contoh cara mengenal huruf

dan kata, (3) memberikan contoh membaca gambar bertuliskan kalimat sederhana,

(4) anak diberikan kesembatan melihat, meraba huruf-huruf dan melepas atau

menempelitem-item, (5) guru lebih menenkankan pengenlan huruf yang masih

sulit dikenali anak, (6) memberikan kesempatan lebih besar pada anak yang

peningkatan kemampuan membaca awal masih sulit, anak lebih dibimbing dan

dimotivasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

2.2.3 Penelitian Tentang Pengembangan Alat Montessori untuk Membaca

Permulaan

Wulan (2016) Mengembangkan alat peraga membaca dan menulis

berbasis metode Montessori dan mengembangkan alat peraga dengan kualitas

baik. Penelitian ini dilaksanakan pada sampel yaitu siswa kelas I SD N

Karangwuni I tahun ajaran 2015/2016. Penelitian yang digunakan adalah

penelitian dan pengembangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat peraga

membaca dan menulis permulaan yang dikembangkan dari alat peraga Montessori

yaitu Large Movable Alphabet (LMA) memiliki beberapa komponen. Komponen

alat peraga berupa kotak huruf, kartu suku kata, kartu diftong, kartu kata, kartu

gambar, kartu garis, papan petunjuk penelitian huruf, dan papan tulis. Uji

lapangan terbatas menunjukkan hasil bahwa perolehan nilai maksimal 4. Uji coba

lapangan terbatass menunjukkan hasil bahwa perolehan nilai membaca dan

menulis dalam posttest lebih tinggi daripada nilai pretest. Selisih rerata nilai

membaca dalam pretest dan posttest sebesar 26,2. Sedangkan selisih nilai menulis

dalam pretest dan posttest sebesar 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

alat peraga membaca dan menulis permulaan dikembangkan dari alat peraga

Montessori yang sudah ada, memiliki kualitas sangat baik dan dapat membantu

siswa dalam membaca dan menulis.

Berdasarkan beberapa penelitian di atas, peneliti menemukan relevansi

dari penelitian-penelitian diatas dengan penelitian yang dilakukan. Dari studi

relevansi tersebut, terbukti bahwa alat peraga berbais metode Montessori mampu

meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian tentang memaca dan menulis

permulaan menunjukkan hasil bahwa pembelajaran membaca permulaan dapat


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

ditingkatkan berbagai metode dan pengembangan. Walaupun sudah ada yang

melakukan penelitian tentang pengembangan alat peraga berbasis metode

Montessori untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis permulaan

namun peneliti mencoba menawarkan penelitian yang mengembangkan alat perga

untuk membaca permulaan berbasis metode Montessori dengan memodifikasi alat

peraga dapat digunakan untuk anak yang memilki kebutuhan khusus dalam indera

penglihatan. Adapun kerangka relevansi penelitian ini dapat dilihat pada literature

map pada gambar 2.1.

Gambar 2. 1 Literatur Map dari Penelitian yang Relevan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

2.3 Kerangka Berfikir

Membaca merupakan keterampilan dasar yang harus dilakukan seseorang

sejak dini. Keterampilan membaca permulaan ini dimasukkan dalam pelajaran di

Sekolah Dasar. Di kelas rendah, membaca ini masuk dalam satu pembelajaran

yang disebut membaca menulis permulaan (MMP). Pelajaran tersebut harus

diberikan kepada siswa untuk melatih dan mendalami keterampilan membaca dan

menulis. Sebab, membaca dan menulis merupakan keterampilan dasar yang wajib

dikuasai oleh siswa agar mampu menguasai keterampilan lainnya. Namun pada

penelitian ini hanya terbatas pada keterampilan membaca permulaan saja.

Pada kenyataannya, tidak sedikit permasalahan yang muncul dalam

pelajaran membaca permulaan. Oleh karena itu, sebagai sarana untuk mengatasi

permasalahan tersebut, salah satu metode yakni metode Montessori untuk

membantu kebutuhan siswa dalam mengatasi permasalahan dalam membaca serta

meningkatkan kemampuan membaca. Kekhasan dari metode ini adalah alat

peraganya yang memiliki ciri-ciri menarik, bergradasi, auto-corection, auto-

education, dan kontekstual. Pembelajaran dengan alat peraga dalam metode ini

memungkinkan siswa agar belajar secara mandiri tanpa bantuanorang lain dan

menyenagkan.

Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini dilakukan guna menjawab akan

kebutuhan alat peraga di sekolah. Namun pada penelitian ini dibatasi pada

pembelajaran membaca permulaan untuk mengenal dan merangkai suku kata,

kata. Penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas I di SD N 1 Keputran. Jika alat

peraga berbasis metode Montessori diterapkan dalam pembelajaran membaca


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

permulaan, diharapkan siswa akan terbantu dalam menguasai dan

mengembangkan keterapilan membaca permulaan.

2.4 Pertanyaan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti merumuskan pertanyaan penelitian adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil identifikasi masalah dan analisis kebutuhan yang

dilakukan di SD N 1 Keputran?

2. Bagimana langkah pengembangan alat peraga membaca permulaan

berdasarkan metode alat perga Montessori?

3. Bagaimana hasil penilaian terhadap ciri alat peraga Montessori pada alat

peraga membaca permulaan?

4. Bagaimana hasil ujicoba terbatas kepada siswa atas alat peraga yang

dikembangkan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

BAB III

METODE PENELITIAN

Urian bab ini berisi (1) jenis penelitian, (2) setting penelitian, (3)

rancangan penelitian, (4) prosedur penelitian, (5) instrumen penelitian, (6) teknik

pengumpulan data, dan (7) teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian dan

pengembangan atau Research and Development (R&D). Penelitian dan

pengembangan atau reseach and development (R&D) adalah rangkaian proses

atau langkah-langkah dalam rangka mengembangkan suatu produk baru atau

menyempurnakan produk yang telah ada agar dapat dipertanggungjawabkan

(Trianto, 2010: 206). Borg & Gall (dalam Setyosari, 2010: 194) mengemukakan

bahwa penelitian dan pengembangan adalah suatu proses yang dipakai untuk

mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Model pengembangan

yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan ini mengadopsi dua model

yaitu langkah pengembangan Borg & Gall (dalam Setyosari, 2010: 204-207) dan

langkah pengembangan Sugiyono (2010: 409-426). Penelitian ini dibatasi sampai

pada uji coba lapangan terbatas yang dilakukan pada siswa kelas I untuk

mengetahui perkembangan yang dialami siswa dengan menggunakan alat peraga

tersebut. Hasil penelitian ini berupa media membaca permulaan berbasis metode

Montessori.

33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

3.2 Setting penelitian

3.2.1 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah tiga siswa kelas satu SD N 1 Keputran,

Kemalang, Klaten semester ganjil tahun ajaran 2016/2017.

3.2.2 Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah alat peraga kartu suku kata berbasis

metode Montessori. Alat peraga ini dirancang untuk membantu siswa melatih

kemampuan mengenal suku kata untuk membaca permulaan yang dikembangkan

melalui alat peraga yaitu kemampuan membaca suku kata. Alat peraga ini terbuat

dari kayu pinus yang dibagi menjadi 30 kotak kecil. Kotak-kotak kecil tersebut

berisi kartu huruf-huruf abjad a-z dan kartu suku kata yang dibuat dari MDF. Alat

peraga tersebut digunakan untuk berlatih membaca permulaan.

3.2.3 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SD N 1 Keputran dengan alamat Keputran,

Kemalang, Klaten. Peneliti memilih sekolah ini karena lokasinya mudah

dijangkau oleh peneliti. Selain itu, siswa yang diteliti tempat tinggalnya

berdekatan dengan peneliti.

3.2.4 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Januari 2017 sampai bulan April

2017. Selama waktu kurang lebih 2-3 bulan ini, sudah termasuk analisis

kebutuhan siswa dan guru, validasi produk oleh guru kelas 1 dan uji produk oleh

siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

3.3 Rancangan Penelitian

Penelitian dan pengembangan ini mengadaptasi pada model penelitian dan

pengembangan dari Borg dan Gall. Borg dan Gall (dalam Tegeh, Jampel, &

Pudjawan, 2014: 7) mengemukakan langkah umum dalam siklus R&D. Langkah

tersebut yaitu 1) Penelitian dan pengumpulan informasi, 2) Perencanaan, 3)

Mengembangkan bentuk pendahuluan produk, 4) Uji lapangan persiapan, 5)

Revisi produk utama, 6) Uji lapangan utama, 7) Pelaksanaan revisi produk, 8) Uji

lapangan operasional, 9) Revisi produk akhir, dan 10) Penyebaran dan

pengimplementasian.

Sugiyono (2015: 35-36) menguraikan secara singkat setiap langkah

penelitian dari Borg dan Gall sebagai berikut.1) potensi dan masalah, 2)

pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi disain, 5) revisi disain, 6) uji

coba produk, 7) revisi produk, 8) uji coba pemakaian, 9) revisi produk, 10)

produksi massal. Langkah penelitian menurut Sugiyono dapat dilihat pada gambar

3.1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

Gambar 3. 1 Tahapan Penelitian Sugiono

Sugiyono menjelaskan bahwa tahap pertama dilakukan analisis potensi

atau masalah yang ada. Analisis ini harus ditunjukkan dengan data empirik

sehingga dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Setelah ditemukan sebuah

masalah atau potensi maka selanjutnya harus mengumpulkan informasi lebih

banyak lagi terkait dengan masalah atau potensi yang telah ditetapkan.Informasi

yang diperoleh dipaparkan secara faktual, dapat dilakukan perencanaan produk

yang akan dikembangkan. Tahapan berikutnya adalah desain produk. Produk yang

dihasilkan dalam R&D bermacam-macam dapat dalam bentuk bagan atau gambar

dengan spesifikasi setiap bagian sehingga desain produk yang dihasilkan jelas.

Setelah desain produk diperoleh, tahap berikutnya adalah validasi desain. Validasi

desain ini dilakukan oleh ahli untuk mengetahui kelemahan dan kekuatannya.

Kelemahan yang diketahui diperbaiki pada langkah revisi desain. langkah


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

selanjutnya adalah membuat produk berdasarkan hasil revisi disain yang

kemudian akan diujicobakan pada kelompok yang terbatas. Setelah uji coba

terbatas, dilakukan revisi kembali untuk memperbaiki kelemahan produk selama

diujicobakan. Selanjutnya, produk tersebut diujicobakan pada kondisi nyata untuk

lingkup yang luas. Apabila dalam pemakaian terjadi kekurangan dan kelemahan,

produk sebaiknya direvisi kembali. Setelah melalui proses penyempurnaan,

langkah terakir adalah pembuatan produk masal (Sugiono, 2012: 298-311).

Pengembangan alat peraga membaca permulaan berbasis metode

Montessori ini peneliti mengadaptasi dan memodifikasi model penelitian dan

pengembangan dari Borg dan Gall (dalam Tegeh, Jampel, & Pudjawan, 2014: 7)

dan Model Sugiyono (2012: 298 -311). Apabila peneliti menggunakan kesepuluh

langkah, penelitian ini akan membutuhkan waktu yang lebih lama. Oleh karena

itu, penelitian ini dibatasi pada ujicoba lapangan terbatas dan menghasilkan alat

peraga yang telah divalidasi. Langkah-langkah penelitian dan pengembangan yang

dimodifikasi oleh peneliti berupa potensi masalah, penyusunan rencana,

pengembangan bentuk awal produk, validasi produk, dan uji coba lapangan

terbatas. Penelitian dan pengembangan dimulai dengan mengidentifikasi masalah

dan analisis kebutuhan siswa dan guru. Selanjutnya peneliti membuat instrumen

penelitian pada tahap perencanaan. Kemudian peneliti membuat desain produk

dan membuat produk yang sesuai dengan lima ciri alat peraga Montessori. Setelah

produk selesai, produk tersebut divalidasi oleh ahli bidang Montessori dan ahli

bidang bahasa. Produk kemudian diujicobakan pada sekelompok siswa secara

terbatas. Kelima tahap penelitian tersebut disajikan dalam prosedur penelitian

pada gambar 3.2.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

3.4 Prosedur Penelitian


Berikut adalah kelima tahap penelitian, dimulai dengan mengetahui

potensi masalah, penyusunan rencana agar penelitian dapat rinci dan testruktur,

pengembangan bentuk awal produk, uji coba lapangan terbatas, dan validasi

produk. Tahap penelitian disajikan pada bagan 3.2 berikut,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

Gambar 3. 2 Prosedur Penelitian


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

3.4.1 Potensi dan Masalah

Tahapan pertama, peneliti melakukan potensi dan masalah dengan cara

mengidentifikasi permasalahan dalam pembelajaran membaca di kelas I. Langkah

melakukan identifikasi masalah ini dengan cara peneliti melakukan observasi dan

wawancara. Pedoman observasi dan pedoman wawancara divalidasi terlebih

dahulu oleh ahli dan guru. Setelah divalidasi, peneliti melakukan observasi dan

wawancara. Peneliti melakukan observasi di kelas I selama pembelajaran

membaca. Sedangkan wawancara dilakukan oleh peneliti dengan kepala sekolah,

guru kelas I, dan siswa kelas I. Tujuan dari dilakukannya observasi dan

wawancara pada tahap yang pertama ini adalah untuk memperoleh data terkait

ketersediaan dan penggunaan alat peraga serta kesulitan belajar membaca yang

dialami oleh siswa. Hasil dari analisis data terkait dengan karakteristik alat peraga

Montessori dan karakteristik siswa digunakan untuk bahan penyusunan kuesioner

dan wawancara analisis kebutuhan. Wawancara ditujukan untuk mengambil data

dengan siswa. Sedangkan kuesioner ditujukan untuk guru. Langkah selanjutnya

yang dilakukan peneliti adalah menyusun instrumen analisis kebutuhan.

Instrumen tersebut selanjutnya divalidasi oleh guru dan ahli untuk mengetahui

kelayakan istrumen.Instrumen yang sudah divalidasi kemudian diperbaiki oleh

peneliti. Analisis kebutuhan dilakukan dengan tujuan mengetahui karakteristik

dan kebutuhan siswa dalam membaca, serta ketersediaan dan pemanfaatan alat

peraga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

3.4.2 Penyusunan Rencana

Tahap penyusunan rencana ini, data dari analisis kebutuhan yang diperoleh

digunakan sebagai bahan pembuatan konsep alat peraga. Peneliti membuat konsep

tentang disain alat peraga, disain album alat peraga, dan instrumen penelitian.

Instrumen penelitian berupa instrumen tes dan kuesioner validasi produk untuk

guru dan siswa. Instrumen tes akan digunakan sebagai pretest dan posttest yang

dibuat dalam bentuk tes membaca. Tes membaca terdiri dari membaca abjad dan

membaca suku kata kemudian membaca kata. Instrumen tersebut divalidasi oleh

ahli pembelajaran Bahasa Indonesia dan guru. Kemudian peneliti memperbaiki

kelemahan yang ada sebelum instrumen siap digunakan.

Selain itu, peneliti juga menyusun kuesioner untuk validasi alat peraga

oleh ahli dan kuesioner untuk tanggapan mengenai produk alat peraga oleh guru

dan siswa. Setelah menyusun, kuesioner tersebut divalidasi oleh ahli dan guru

untuk menguji kelayakan instrumen.Hasil validasi kemudian direvisi oleh peneliti

sebelum kuesioner tersebut siap digunakan.

3.4.3 Pengembangan Bentuk Awal Produk

Tahap ketiga adalah pengembangan bentuk awal produk yang sesuai

dengan hasil analisis kebutuhan di SD N 1 Keputran. Meskipun masih bentuk

awal, kelengkapan produk harus diperhatikan. Sebelum melakukan pembuatan

alat peraga langkah pertama yang ditempuh oleh peneliti adalah dengan membuat

desain alat peraga sesuai dengan konsep pengembangan dan hasil analisis

kebutuhan. Pada tahap ini dibuat kerangka album alat peraga. Saat desain alat

peraga sudah siap digunakan dapat dilanjutkan dengan mengumpulkan bahan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

untuk membuat produk, setelah terkumpul kemudian akan diproses

dandikembangkan sesuai dengan desain yang telah dibuat. Setelah selesai dibuat,

maka album alat peraga dapat dilengkapi dengan foto pada tahapan-tahapan

penggunaan alat peraga. Adanya album alat peraga akan membantu sitiap orang

dalam penggunaan alat peraga tersebut. Hasil akhir dari tahap ini adalah alat

peraga dan album yang siap divalidasi.

3.4.4 Validasi Produk

Tahap keempat adalah validasi produk dan revisi produk. Alat peraga

divalidasi oleh ahli pembelajaran Montessori dan pembelajaran Bahasa Indonesia

sebanyak 1 kali. Hal ini dilakukan supaya peneliti dapat mengetahui kesesuaian

alat peraga dengan kedua pembelajaran tersebut. Sedangkan album alat peraga

divalidasi oleh ahli. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian langkah-

langkah penggunaan alat peraga dengan pembelajaran Montessori. Hasil dari

validasi yang dilakukan oleh ahli akan dianalisis oleh peneliti dan menjadi bahan

pertimbangan oleh peneliti dalam melakukan revisi produk. Dalam tahap ini

menghasilkan album dan alat peraga yang sudah siap untuk uji coba lapangan

terbatas.

3.4.5 Uji Coba Lapangan Terbatas

Tahap kelima adalah uji coba lapangan terbatas. Produk yang dibuat

diujikan kepada siswa SD penelitian. Sebelum diujicobakan, siswa tersebut

diberikan pretest. Setelah melalui pretest, uji coba dilakukan kepada siswa

tersebut. Ketika uji coba selesai, siswa diberikan posttest. Peneliti kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

meminta tanggapan kepada guru dan siswa mengenai penggunaan alat peraga

tersebut. Peneliti kemudian melakukan revisi apabila diperlukan. Hasil akhir dari

tahapan ini adalah prototipe alat peraga membaca permulaan berbasis metode

Montessori.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Kualitas data hasil penelitian dipengaruhi oleh kualitas pengumpulan data

yang berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan

data. Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan,

keterangan, kenyataa-kenyataan, dan informasi yang dapat dipercaya (Sudaryono,

Margono, Rahayu, 2013: 29). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik wawancara, observasi, kuesioner, gabungan

(triangulasi) dan test.

3.5.1 Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara

mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan

yang sedang berlangsung baik secara partisipatif maupun non partisipatif

(Sukmadinata, 2008: 220). Observasi dilakuakan dalam penelitian ini adalah

observasi non partisipatif dimana peneliti hanya mengamati pembelajaran yang

berlangsung. Observasi dilaksanakan pada pembelajaran Bahasa Indonesia kelas I

yang diampu oleh guru kelas. Aspek yang diamati ialah ketersediaan dan

penggunaan alat peraga membaca serta kesulitan belajar yang dialami siswa

dalam membaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

3.5.2 Wawancara

Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk

memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Pedoman yang digunakan dalam

wawancara berisi tentang uraian penelitian yang dituangkan dalam bentuk daftar

pertanyaan agar proses wawancara dapat berjalan dengan baik (Sudarsono, dkk,

2013: 35). Kusumah (2009: 77) mengatakan wawancara adalah metode

pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara lisan kepada subjek

yang diteliti. Wiratmadja (2007: 118) mengatakan bahwa ada beberapa

wawancara, antara lain wawancara terstruktur, wawancara setengah terstruktur,

dan wawancara tidak terstruktur. Dalam penelitian ini wawancara ditujukan

kepada beberapa narasumber yaitu Kepala SD N 1 Keputran, Guru kelas I, dan

siswa kelas I.

Data yang diperoleh dari wawancara dengan kepala sekolah berupa

informasi terkait dengan permasalahan dalam pembelajaran membaca,

ketersediaan dan penggunaan alat peraga di sekolah, dan penelitian yang pernah

dilakukan di sekolah berkaitan dengan alat peraga. Data dari hasil wawancara

dengan guru kelas I berkaitan dengan ketersediaan dan penggunaan alat peraga

kelas, kesulitan yang dialami guru dalam membimbing siswa dalam membaca,

dan usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan baik guru maupun siswa.

Sedangkan data yang diperoleh dari wawancara dengan siswa kelas I adalah

informasi tentang tanggapan siswa terhadap kegiatan membaca, penggunaan alat

peraga, dan kesulitan yang dialami siswa dalam membaca. Selain untuk

memperoleh informasi mengenai analisis kebutuhan untuk siswa berupa

ketersediaan alat peraga di kelas, pengadaan alat peraga membaca dengan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

pemanfaatan benda sekitar, karakteristik alat peraga yang menarik, bergradasi,

auto-correction, auto-education , dan kontekstual, serta peran alat peraga tersebut

dalam pembelajaran.

3.5.3 Kuesioner

Sugiyono (2010: 199) mengatakan bahwa kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan

atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Begitu pula dengan

Sukmadinata (2008: 219) yang memaparkan kuesioner sebagai suatu teknik atau

cara pengumpulan data secara tidak langsung (penelitian tidak langsung bertanya-

jawab dengan responden). Kuesioner berisi sejumlah pertanyaan dan pertanyaan

tersebut harus dijawab oleh responden. Bentuk pertanyaan dalam kuesioner bisa

bermacam-macam yaitu pertanyaan terbuka, pertanyaan berstruktur, dan

pertanyaan tertutup.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner untuk analisis

kebutuhan yang diberikan kepada guru terkait dengan alat peraga. Keusioner

berikut adalah kuesioner validasi produk diberikan kepada ahli pembelajaran

Montessori dan ahli pembelajaran Bahasa Indonesia. Kuesioner validasi produk

diberikan kepada ahli pembelajaran Montessori dan ahli pembelajaran Bahasa

Indonesia. Kuesioner tanggapan mengenai alat peraga diberikan kepada guru

kelas I dan siswa kelas I untuk mengetahui kelayakan dari hasil akhir alat peraga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

3.6 Instrumen Penelitian

Hasil penelitian sangat tergantung pada jenis instrumen pengumpul

datanya. Oleh sebab itu, instrumen penelitian harus memiliki tingkat kepercayaan

dan sekaligus data itu memiliki tingkat kesahihan (Setyosari, 2013: 207).

Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian di antaranya kuesioner,

pedoman observasi, pedoman wawancara, dan matriks triangulasi untuk teknik

nontes dan soal pretest-posttest untuk teknik test.

3.6.1 Pedoman Observasi

Observasi dilaksanakan di kelas I untuk memperoleh data mengenai

pembelajaran membaca dan ketersediaan alat peraga. Aspek yang diamati dalam

observasi antara lain ketersediaan alat peraga membaca dikelas, penggunaan alat

peraga membaca di kelas, cara penggunaan alat peraga membaca dikelas, dan

kesulitan belajar yang dialami siswa dalam membaca. Kisi-kisi observasi dapat

dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3. 1 Rencana Wawancara dengan Kepala Sekolah

No Topik Pertanyaan
1. Informasi berkaitan dengan permaslahan membaca.
Ketersediaan alat peraga di sekolah antara lain:
a. Alat perga membaca yang sudah ada di sekolah
2.
b. Pengadaan alat peraga membaca di sekolah
c. Perawatan alat peraga membaca di sekolah
3. Penggunaan alat peraga membaca dalam pembelajaran
Penelitian yang pernah dilakukan di sekolahan berkaitan dengan alat
4.
peraga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

3.6.1.1 Wawancara Guru Kelas I

Peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas I di SD N 1 Keputran

dengan menggunakan pedoman wawancara tak berstruktur. Wawancara ini

berkaitan dengan ketersediaan dan penggunaan alat peraga di kelas, kesulitan

yang dialami guru dalam membimbing siswa dalam membaca, kesulitan belajar

yang dialami siswa dalam membaca, dan usaha yang dilakukan untuk mengatasi

kesulitan baik guru maupun siswa. Berikut kisi-kisi daftar pertanyaann wawancara

yang dilakukan kepada guru SD kelas I dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3. 2 Rencana Wawancara dengan Guru Kelas I

No Topik Pertanyaan
Ketersediaan alat peraga di kelas anatara lain:
1. a. Alat peraga membaca yang dimiliki oleh kelas
b. Pengadaan alat peraga membaca oleh guru
2. Penggunaan alat peraga membaca dalam pembelajaran.
3. Kesulitan yang dialami guru dalam membimbing siswa membaca.
4. Kesulitan belajar yang dialamisiswa dalam membaca.
5. Usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan terseebut.

3.6.1.2 Wawancara Siswa Kelas I

Wawancara dengan siswa kelas I dilakukan untuk menggali informasi

tentang tanggapan siswa terhadap kegiatan membaca, penggunaan alat peraga, dan

kesulitan yang dialami siswa dalam membaca. Selain untuk memperoleh

informasi mengenai analisis kebutuhan alat peraga. Dalam wawancara ini peneliti

menggunakan teknik wawancara tak berstruktur. Adapun rencana wawancara

dengan siswa kelas I dapat dilihat pada tabel 3.3 dan 3.4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

Tabel 3. 3 Rencana Wawancara Identifikasi Masalah dengan Siswa

No Topik Pertanyaan
1. Tanggapan terhadap kegiatan membaca yang selama ini terjadi.
2. Penggunaan alat peraga untuk membaca dan menulis
3. Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam membaca

Tabel 3. 4 Rencana Wawancara Analisis Kebutuhan dengan Siswa

No Indikator
1. Adanya penggunaan alat peraga dalam membaca.
Penggadaan alat peraga membaca dengan memanfaatkan benda-benda
2.
di sekitar.
3. Karakteristik alat peraga membaca yang kontekstual.
4. Karakteristik alat peraga membaca yang menarik.
5. Karakteristik alat peraga membaca yang auto-correction.
6. Karakteristik alat peraga membaca yang bergradasi.
7. Peran alat peraga membaca dalam pembelajaran.

3.6.2 Kuesioner

Pengumpulan data melalui kuesioner dilakukan peneliti untuk memperoleh

data hasil validasi produk kartu suku kata berbasis metode Montessori yang telah

dikembangkan oleh peneliti melalui uji validasi produk yang dilakukan oleh satu

dosen ahli, satu guru kelas I dan satu orang siswa kelas I. Kuesioner tersebut

bertujuan untuk mengetahui kualitas alat peraga yang telah dihasilkan. Melalui

kuesioner peneliti juga terbantu dalam melakukan revisi produk berdasarkan

komentar dan saran dari validator. Sebelum menyusun kuesioner, peneliti

membuat kisi-kisi terlebih dahulu.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

3.6.2.1 Kuesioner Analisis Kebutuhan

Kuesioner analisis kebutuhan menggunakan bentuk kuesioner terbuka.

Oleh karena itu pertanyaan dalam kuesioner dijawab secara bebas oleh responden.

Kuesioner ini disusun dengan tujuan untuk memperoleh data mengenai kebutuhan

akan alat peraga beserta karakteristik alat peraga yang diinginkan responden.

Responden yang dituju ialah guru kelas I. Kisi-kisi kuesioner analisis kebutuhan

disajikan dalam tabel 3.5.

Tabel 3. 5 Kisi-kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan

No. No. Item Indikator


1 1 dan 2 Adanya penggunaan alat peraga dalam membaca
Pengadaan alat peraga membaca dengan
2 3
memanfaatkan benda-benda di sekitar.
Karakteristik alat peraga membaca yang kontekstual,
4, 5, 6, 7, 8,
3 menarik, bergradasi, auto-correction, dan auto-
dan 9
education
4 10 Peran alat peraga membaca dalam pembelajaran.

Keempat indikator dalam tabel 3.5 dikembangkan menjadi 10 pertanyaan

yang disusun dalam kuesioner analisis kebutuhan.

3.6.2.2 Kuesioner Validasi Produk

Kuesioner validasi produk disusun untuk mengetahui kelayakan produk

yang dikembangkan. Kuesioner validasi produk diisi oleh ahli pembelajaran

Montessori dan ahli pembelajaran Bahasa Indonesia. Kuesioner diisi oleh para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

ahli setelah peneliti mempresentasikan penggunaan alat peraga. Kisi-kisi

kuesioner validasi produk dapat dilihat pada tabel 3.6.

Tabel 3. 6 Kisi-kisi Kuesioner Validasi Produk

No.
Indikator Aspek yang dinilai
Item

Warna alat peraga suku kata menarikperhatian siswa. 1

Menarik Bentuk alat peraga menarik perhatian siswa. 2

Cara kerja alat peraga suku kata dapat membuat


3
siswa tertarik belajar.
Penggunaan alat peraga melibatkan lebih dari satu
4
indera.
Alat peraga suku kata dapat digunakan untuk
Bergradasi 5
mempelajari kompetensi dasar lain.
Alat peraga dapat digunakan oleh siswa dengan
6
kemampuan yang berbeda.
Alat peraga suku kata dapat membantu siswa
7
Auto- menemukan kesalahan sendiri.
correction Alat peraga dapat membantu siswa menemukan
8
jawaban yang benar.
Alat peraga suku kata dapat digunakan siswa secara
9
Auto- mandiri
education
Membantu siswa dalam membaca 10

Bahan pembuatan alat peraga suku kata dapat


11
Konteks- ditemukan di lingkungan sekitar siswa
tual Alat peraga suku kata dapat diproduksi secara
12
mandiri oleh sekolahan atau guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

Setelah seluruh kuesioner divalidasi oleh para ahli, peneliti mendapatkan

hasil validasi kemudian mengolah data tersebut. Melalui hasil validasi konstruk

yang dilakukan oleh para ahli tersebut diperoleh hasil rerata skor.

3.6.3 Kuesioner tanggapan mengenai alat peraga

Kuesioner tanggapan mengenai alat peraga disusun untuk mengetahui

tanggapan guru dan siswa terhadap alat peraga. Kuesioner diisi oleh guru dan

salah satu siswa kelas I.

Tabel 3. 7 Kisi-kisi Kuesioner Tanggapan Untuk Guru Mengenai Alat Peraga

Indikator Aspek yang dinilai No.item

Warna alat peraga suku kata menarikperhatian


1
siswa.

Menarik Bentuk alat peraga menarik perhatian siswa. 2

Cara kerja alat peraga suku kata dapat membuat


3
siswa tertarik belajar.
Penggunaan alat peraga melibatkan lebih dari
4
satu indera.
Alat peraga suku kata dapat digunakan untuk
Bergradasi 5
mempelajari kompetensi dasar lain.
Alat peraga dapat digunakan oleh siswa dengan
6
kemampuan yang berbeda.
Alat peraga suku kata dapat membantu siswa
7
Auto- menemukan kesalahan sendiri.
correction Alat peraga dapat membantu siswa menemukan
8
jawaban yang benar.
Alat peraga suku kata dapat digunakan siswa
Auto-education 9
secara mandiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

Membantu siswa dalam membaca 10

Bahan pembuatan alat peraga suku kata dapat


11
ditemukan di lingkungan sekitar siswa
Kontekstual
Alat peraga suku kata dapat diproduksi secara
12
mandiri oleh sekolahan atau guru.

3.6.4 Soal Tes

Dalam penelitian ini, instrumen tes digunakan sebagai pretest dan posttest.

Kedua tes tersebut digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum dan

sesudah uji coba terbatas dengan alat peraga. Soal tes hanya terdiri dari satu kali

tes. Jenis tes tersebut adalah tes membaca. Dalam tes membaca, kemampuan

siswa dalam membaca huruf, suku kata, dan kata diukur dengan kriteria yang

telah disusun.

3.7 Triagulasi

Trigulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang

bersifatmenggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data

yang telah ada (Sugiyono, 2010: 230). Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan beberapa teknik untuk memperoleh data yaitu lewat observasi,

wawancara dan kuesioner. Berikut gambar 3.3 trigulasi analisis kebutuhan,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

Gambar 3. 3 Trigulasi Teknik Pengumpulan Data.

Berdasarkan trigulasi teknik pengumpulan data tersebut, peneliti juga

mengumpulkan data dari berbagai sumber penelitian antara lain guru, kepala

sekolah dan siswa. Hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat mempertimbangkan

untuk pembuatan alat peraga membaca suku kata berbasis metode Montessori.

Berikut ini sumber data yang diperoleh oleh peneliti dapat dilihat pada bagan 3.4.

Gambar 3. 4 Trigulasi Sumber Data


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

3.8 Teknik analisis data

Teknik analasis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh

responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan analisis data adalah untuk

menyusun secara sistematis, mengelompokkan data berdasarkan data yang

diperoleh (Sugiyono, 2010: 207). Dalam menganalisis ada dua tahap analisis yaitu

analisis data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif peneliti peroleh lewat hasil

observasi, hasil wawancara dan kuesioner yang disusun. Sedangkan analisis data

kuantitatif peneliti peroleh lewat validasi pedoman observasi, pedoman validasi

wawancara, validasi kuesioner, validasi alat peraga, uji keterbacaan soal tes,

pretest dan posttest. Untuk mengetahui lebih mendalam, berikut ini analisis

kualitatif dan kuantitatif akan diuraikan lebih rinci.

3.8.1 Analisis Data Kualitatif

Analisis data secara kulitatif dilakukan pada instrumen analisis kebutuhan

guru, kuesioner validasi produk, observasi, dan wawancara kepala sekolah, guru

dan siswa. Untuk analisis kuesioner, peneliti melakukan analisis dengan cara

pertama, membuat kode-kode dan tema secara kualitatif. Kedua, menghitung

berapa kali kode dan tema tersebut muncul dalam teks. Ketiga, membandingkan

dengan data kuantitatif yang ada (Creswell, 2012: 328-329).

Untuk memperoleh data hasil observasi dan wawancara, data diolah

dengan cara pertama. Membaca transkip wawancara/observasi yang sudah disusun

secara berulang-ulang dan dengan pemahaman yang baik. Kedua, menemukan

kata kunci. Ketiga, membuat catatan lain berisi interpretasi atau kesimpulan

sementara. Keempat, mengumpulkan kata kunci dan tema dari daftar yang telah

dibuat (Poerwandari dalam Supratiknya, 2012: 117). Selanjutnya data tersebut


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

diolah dengan teknik triangulasi, baik triangulasi teknik maupun triangulasi

sumber. Dengan demikian, data yang diperoleh semakin lengkap dan akurat.

3.8.2 Analisis Data Kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari hasil validasi yang telah dilakukan oleh ahli

pembelajaran Motessori, ahli pembelajaran Bahasa Indonesia dan guru

pembelajaran Bahasa Indonesia SD N 1 Keputran. Data kuantitatif dapat disajikan

dalam bentuk skala nilai antara satu sampai empat menurut (Widoyoko, 2014).

Instrumen yang diberi kemudian untuk diolah untuk memperoleh skor rerata.

Hasil perolehan tersebut dihitung dengan rumus:

Rumus perhitungan rerata hasil Penilaian Skala Likert.

Rerata tersebut kemudian dikonversikan menjadi data kualitatif

berdasarkan (Widoyoko, 2014). Konversi tersebut dapat disajikan pada tabel 3.8.

Tabel 3. 8 Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif

Interval Skor Kategori

3,26-X-4,00 Sangat Baik

2,51-X-3,25 Baik

1,76-X-2,50 Kurang

1,00X-1,75 Sangat Kurang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Subbab ini menguraikan proses penelitian yang meliputi potensi masalah,

penyusunan rencana, pengembangan bentuk awal produk, validasi produk, dan uji

coba lapangan terbatas.

4.1.1 Potensi dan Masalah


Penelitian ini dimulai dari adanya potensi dan masalah. Pada potensi dan

masalah, peneliti menguraikan identifikasi masalah dan kebutuhan.

4.1.1.1 Identifikasi Masalah


Peneliti melakukan identifikasi masalah dengan teknik observasi dan

wawancara. Permasalahan yang diidentifikasi yaitu masalah yang berkaitan

dengan ketersediaan alat peraga di kelas dan permasalahan yang berkaitan dengan

pembelajaran membaca. Hasil dari obervasi dan wawancara kemudian dikaji

dengan menggunakan triangulasi data. Kemampuan membaca siswa pada tahap

permulaan merupakan potensi yang dibahas dalam penelitian ini sedangkan

kemampuan membaca permulaan yang belum dimiliki siswa SD N 1 Keputran

adalah permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.

4.1.1.1.1 Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara

mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan

yang sedang berlangsung baik secara partisipatif maupun non partisipatif

(Sukmadinata, 2008: 220). Observasi dilaksanakan untuk mengamati

pembelajaran membaca di kelas I SD N 1 Keputran selain itu juga untuk

56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

mengamati ketersediaan alat peraga membaca permulaan. Sebelum pedoman

observasi digunakan, pedoman observasi dinilai terlebih dahulu oleh ahli bahasa.

Tujuan dilakukannya penilaian terhadap pedoman observasi adalah untuk

mengetahui kelayakan pedoman observasi. Berikut adalah hasil penilaian ahli

bahasa terhadap pedoman observasi yang disajikan pada tabel di bawah ini,

Tabel 4. 1 Hasil Penilaian Pedoman Observasi oleh Ahli

No.
Kisi-Kisi Observasi Objek yang Diamati Skor
Item

Ketersediaan alat peraga Adanya alat peraga yang


1 untuk latihan membaca digunakan untuk latihan 4
permulaan di kelas. membaca.

Guru menggunakan alat peraga


Penggunaan alat peraga untuk
2 untuk latihan membaca 4
latihan membaca di kelas.
permulaan dikelas.

Guru menjelaskan cara


Cara menggunaan alat peraga
menggunakan alat peraga
3 untuk latihan membaca 4
untuk latihan membaca
permulaan di kelas.
permulaan dikelas

1. Siswa melakukan kesalahan


3
Kesulitan belajar yang dalam membaca di kelas
4,5 dialami siswa dalam 2. Siswa kurang
membaca. berkonsentrasi dalam 3
membaca di kelas.

Jumlah skor 18

Rerata Skor 3,6


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

Dengan demikian dapat dilakukan perhitungan menggunakan perhitungan

menurut Widoyoko (2014: 149) untuk memperoleh rerata skor penilaian

instrumen sebagai berikut,

Rerata skor = 3,6

Berdasarkan perhitungan hasil penilaian pedoman di atas, dapat diketahui

bahwa jumlah rerata skor hasil penilaian pedoman observasi adalah 3,6. Jika

dilihat pada tabel pengklasifikassian skor, rerataskor pedoman observasi masuk

dalam kategori sangat baik. Dengan demikian, instrumen pedoman observasi

termasuk dalam kriteria sangat baik sehingga layak untuk digunakan. Hasil

observasi peneliti terhadap ketersediaan alat peraga membaca dan kesulitan

membaca siswa SD kelas 1 SD N 1 Keputran dapat dilihat pada tabel di bawah

ini.

Tabel 4. 2 Hasil Observasi Ketersediaan Alat Peraga danPembelajaran Membaca


Permulaan di Kelas I

Obyek yang diamati Jawaban Catatan

Adanya alat peraga yang didisplay Beberapa poster huruf untuk


Ada
untuk membaca dikelas memperkenalkan huruf.

Guru menggunakan alat peraga Alat peraga sedang tidak


Tidak
membaca di kelas digunakan

Guru menjelaskan cara Guru menuliskan kata di


penggunaan alat peraga membaca Tidak papan tulis. Kemudian Guru
di kelas mengejakan kata yang ada di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

papan tulis kemudian siswa


membaca kata tersebut.

Ada satu siswa terlambat


Siswa melakukan kesalahan dalam dalam membaca kata. Satu
Ya
membaca di kelas siswa membaca kata belajar
menjadi belaja

Siswa melakukan aktivitas lain Satu siswa bermain tempat


Ya
selain yang diminta guru pensil.

Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh, peneliti menyimpulkan bahwa

ketersediaan alat peraga membaca permulaan belum ada sehingga kurang

mendukung dalam meningkatkan aktivitas dalam pembelajaran membaca yang

dan mudah bagi siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil observasi dimana

siswa melakukan aktivitas lain yang tidak berkaitan dengan membaca.

Permasalahan yang dialami beberapa siswa belum dapat diatasi secara optimal

apabila guru hanya menggunakan teknik dikte dalam belajar membaca permulaan.

4.1.1.1.2 Wawancara
Wawancara dilakukan dengan kepala sekolah, guru kelas I dan dua siswa

kelas I. Pedoman wawancara telah divalidasi oleh guru SD. Wawancara telah

dilakukan dengan kepala sekolah. Hasil wawancara dengan kepala sekolah

disajikan dalam tabel dibawah ini.

Tabel 4. 3 Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah

Topik pertanyaan No. Item Hasil Wawancra

Informasi berkaitan 1,2,3,4, Di SD N 1 Keputran dalam setiap


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

dengan permasalahan dan 5 tahunnya terdapat mengalami


membaca permulaan. permasalahan membaca sebanyak 60%.
Permasalahan yang muncul anatara lain
siswa belum hafal huruf yang
menyebabkan kesulitan merangkai
huruf menjadi kata dan kalimat.
Permasalahan disebabkan karena
beberapa siswa ada yang tidak
mengalami masa TK dan memiliki
kemampuan menghafal yang
rendahsehingga siswa kurang minat
dalam membaca.

Alat peraga untuk membaca yang ada


Ketersediaan alat peraga 6,7,8,9 di sekolahan berupa poster huruf dan
di sekolah dan 10 poster kata dengan terdiri dari dua suku
kata.

Alat peraga membaca digunakan dalam


Penggunaan alat peraga
pembelajaran. Alat peraga digunakan
membaca dalam 11 dan 12
secara klasikal di kelas walaupun
pembelajran.
belum optimal.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dapat diketahui

bahwa di SD N 1 Keputran dalam setiap tahunnya terdapat mengalami

permasalahan membaca. Alat peraga untuk membaca permulaan yang dimiliki

sekolahan untuk membantu siswa masih terbatas. Alat peraga yang dimiliki

sekolahan berupa poster huruf dan poster kata. Wawancara kedua dilakukan

dengan guru kelas I. Adapun hasil wawancara dengan guru SD N 1 Keputran


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

yang dilaksanakan tanggal 15 September 2016. Hasil wawancara dengan guru

dituangkan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4. 4 Hasil Wawancara dengan Guru

No. Topik Pertanyaan Jawaban

Kegiatan belajar di kelas saat ini memang


Proses kegiatan belajar di sedikit terganggu atau sedikit terhambat
1
kelas karena ada siswa yang belum bisa membaca
dan ada yang masih belum lancar membaca.

Di kelas satu ini ada alat peraga membaca,


tapi hanya berupa pengenalan huruf yang
Penggunaan alat peraga dipajang di dinding. Alat peraga tersebut
2
di kelas. digunakan diawal saja untuk penggenalan
setelah itu tidak ada lanjutan
penggunaannya.

Kesulitan yang dialami adalah ketika


membimbing siswa yang belum lancar
Kesulitan yang dialami membaca. Ada siswa yang masih mengenal
guru dalam membimbing huruf. Ditambah lagi dengan keterbatasan
3
siswa latihan membaca alat peraga yang ada di kelas. Adapun
dan menulis permulaan jumlah secara keseluruhan setiap tahunnya
adasekitar 5 siswa yang belum lancar
membaca.

Kesulitan belajar yang


Sulit membaca suku kata, kata dan
dialami siswa dalam
4 membaca kalimat dikarenakan ada siswa
latihan membaca dan
yang tidak menempuh pendidikan di TK.
menulis permulaan

5 Usaha yang dilakukan Selama ini saya sering mengajak anak-anak


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

guru untuk mengatasi untuk mengeja dan membaca dalam


kesulitan-kesulitan pelajaran bahasa Indonesia maupun
tersebut. pelajaran yang lain

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru SD kelas I yang

disajikan pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa, Setiap tahunnya di kelas I selalu

ada siswa yang belum lancar membaca. Adapun penyebab kesulitan membaca

yang dialami siswa beranekaragam. Ada siswa yang tidak bersekolah di taman

kanak-kanak. Ada siswa yang masih sulit mengeja kata. Alat peraga untuk latihan

membaca yang dimiliki di kelas I masih terbatas. Wawancara ketiga dilakukan

dengan siswa kelas I SD N 1 Keputran. Hasil wawancara dapat dilihat pada tabel

dibawah ini.

Tabel 4. 5 Hasil Wawancara dengan Siswa

Jawaban Siswa
Pertanyaan
DV RY HS

Apakah kamu suka pelajaran bahasa


Ya Tidak Tidak
Indonesia?

Apakah di kelasmu terdapat kartu suku Tidak, adanya


Tidak Tidak
kata untuk latihan membaca? gambar huruf.

Apakah kamu menginginkan ada kartu Ya


Ya Ya
suku kata untuk latihan membaca?

Apakah kamu masih kesulitan dalam


Masih Masih Masih
mengucapkan bunyi huruf?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

Berdasarkan hasil wawancara kepala sekolah, guru dan siswa dapat

disimpulkan bahwa masih terdapat permasalahan dalam membaca serta

ketersediaan alat peraga untuk membaca masih terbatas. Bagan dibawah ini

memperlihatkan triangulasi data dari ketiga narasumber tersebut,

Gambar 4. 1 Triangulasi Sumber Data Wawancara

Berdasarkan bagan di atas, diketahui bahwa masih ada permasalahan

dalam membaca yang dialami siswa. Beberapa siswa masih merasa kesulitan

dalam membaca. Hal tersebut dikarenakan ketersediaan alat peraga yang terbatas.

Alat peraga memang sudah tersedia tetapi guru jarang menggunakan alat tersebut.

Salah satu alasannya adalah karena kondisi alat peraga yang sudah rusak dam

jumlah yang terbatas. Padahal siswa merasa lebih senang dan mudah memahami

materi apabila menggunakan alat peraga dalam pembelajaran.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

Berdasarkan hasil identifikasi masalah yang telah dilakukan, diketahui

bahwa siswa mengalami kesulitan dalam membaca. Pada saat observasi, peneliti

menemukan masalah seperti kesulitan menyebutkan huruf, sulit merangkai huruf,

terbata-bata dalam membaca, kurangnya ketertarikan siswa dalam pembelajaran

membaca. Ketika peneliti melakukan wawancara dengan siswa, siswa

mengungkapkan bahwa mereka sudah merasa bosan saat membaca.

Permasalahan lain yang ditemukan adalah penggunaan alat peraga dalam

kegiatan membaca di dalam kelas belum optimal. Dari hasil observasi, alat peraga

untuk membaca sudah ada namun tidak digunakan secara optimal. Asannya

karena ketersediaan alat peraga yang terbatas dan kondisi fisik alat peraga yang

rusak. Metode yang selama ini digunakan oleh guru adalah metode Iqro.

4.1.1.2 Analisis Kebutuhan


4.1.1.2.1 Analisis Karakteristik Siswa
Karakteristik siswa dianalisis berdasarkan observasi pembelajaran bahasa

indonesia kelas I SD N 1 Keputran. Hasil yang diperoleh adalah siswa mudah

bosan, memiliki konsentrasi dan minat yang rendah. Hal ini terlihat ketika

pembelajaran bahasa indonesia ada siswa yang melakukan aktivitas lain yang

tidak berhubungan dengan pelajaran.

Siswa kelas I cenderung memiliki mobilitas yang tinggi. Hanya siswa

tertentu yang mampu memperhatikan selama pelajaran berlangsung. Siswa lain

cenderung langsung bergerak melakukan aktivitas lain, berbicara dengan teman.

Dengan demikian, siswa cenderung menyukai aktivitas yang membutuhkan

pergerakan, menyenangkan, dan menarik minat siswa. Karakteristik tersebut


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

menjadi pertimbangan peneliti dalam pembuatan kuesioner dan wawancara

analisis kebutuhan.

4.1.1.2.2 Analisis Karakteristik Alat Peraga Montessori


Alat peraga Montessori memiliki ciri antara lain menarik, auto-education,

auto-correction, bergradasi, dan kontekstual. Ciri yang kelima atau kontekstual

karena peneliti menggunakan bahan pembuatan alat peraga dari benda-benda di

sekitar. Ciri menarik, dilihat dari bentuk dan warna yang menarik perhatian siswa.

Ciri auto-education, melalui alat peraga tersebut dapat membentuk pembelajaran

mandiri bagi siswa. Ciri auto- correction, dengan alat peraga tersebut siswa dapat

menemukan kesalahannya sendiri dan mempu memperbaiki sendiri. Ciri

bergradasi, dilihat dari gradasi berat dan materi yang dapat digunakan melalui alat

peraga tersebut. Kelima ciri alat peraga montessori digunakan sebagai acuan

dalam pembuatan kuesioner dan wawancara analisis kebutuhan.

4.1.1.2.3 Uji Validasi Instrumen Analisis Kebutuhan

Instrumen yang digunakan dalam analisis kebutuhan adalah menyebarkan

kuesioner analisis kebutuhan guru. Analisis kebutuhan guru digunakan untuk

mengetahui kebutuhan guru akan alat peraga. Kuesioner analisis kebutuhan guru

dapat dipergunakan setelah melalui tahap validasi untuk menguji kelayakan

instrumen.Instrumen analisis kebutuhan divalidasi oleh guru SD. Berikut adalah

hasil validasi kuesioner analisis kebutuhan untuk guru disajikan pada tabel

dibawah ini,

Tabel 4. 6 Hasil Validasi Kuisioner Analisis Kebutuhan Guru Oleh Ahli

No. Item
Ahli Total Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

Guru SD 3 2 4 3 4 4 3 4 3 4 34 3,4

Berdasarkan tabel hasil validasi kuesioner analisis kebutuhan guru oleh

ahli, didapatkan rerata skor 3,4. Rerata skor tersebut termasuk dalam kategori

sangat baik . Dengan demikian, instrumen dinyatakan valid dan layak digunakan.

Tabel 4. 7 Hasil Validasi Wawancara Analisis Kebutuhan Untuk Siswa

No. Item
Ahli Total Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Guru SD 4 4 4 4 4 2 3 3 3 2 33 3,3

Berdasarkan hasil validasi wawancara mendapatkan rerata skor 3,3

termasuk dalam kategori sangat baik. Oleh karena itu, instrumen dinyatakan valid.

Peneliti melakukan wawancara dengan 3 orang siswa. Adapun hasil

wawancara dituangkan pada tabel dibawah ini,

Tabel 4. 8 Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan dengan Siswa

Indikator No.Item Hasil Wawancara

Guru pernah menggunakan alat peraga.


Auto-education 1 dan 2 Dengan alat peraga siswa merasa lebih
mudah dalam belajar.

Siswa sering membaca kata yang ada


Kontekstual 3 dan 4 dibungkus jajanan. Siswa menginginkan alat
peraga yang dibuat dari benda di sekitar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

Siswa cenderung melihat alat peraga dari


Menarik 5 dan 6
warna dan bentuknya.

Siswa menginginkan alat peraga yang


Bergradasi 7 dan 8 melibatkan lebih dari satu panca indera dan
dapat digunakan lebih dari satu materi.

Siswa menginginkan alat peraga yang dapat


auto-correction 9 dan 10 memberikan petunjuk apabila siswa
melakukan kesalahan

4.1.1.2.4 Data Analisis Kebutuhan Guru

Lembar hasil kuesioner analisis kebutuhan untuk guru sebagai bahan

pertimbangan peneliti dalam mengembangkan alat peraga membaca. Data analisis

kebutuhan guru diambil dengan menggunakan kuesioner analisis kebutuhan guru.

Sebelum disebarkan, kuesioner analisis kebutuhan guru dinilai oleh ahli terlebih

dahulu.

Tabel 4. 9 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru

No. Item
Ahli Total Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Guru SD 4 4 4 4 4 2 3 3 3 2 33 3,3

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa skor rerata yang diperoleh

untuk hasil penilaian kuesioner analisis kebutuhan guru oleh ahli bahasa

memperoleh skor 3,3. Dengan demikian, kuesioner analisis kebutuhan guru yang

telah dinilai oleh ahli bahasa layak untuk digunakan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

Tabel 4. 10 Hasil Pengisian Kuesioner Analisis Kebutuhan Oleh Guru

No. Pertanyaan Jawaban

Apakah Bapak/Ibu pernah menggunakan alat


peraga untuk latihan membaca permulaan?

(…) Pernah
Pernah.
Sebutkan alat peraga yang digunakan danberikan
1 Gambar huruf dan
penjelasan!
balok huruf
……………………………………………………

(…) Tidak pernah

Apakah alat peraga yang Bapak/Ibu gunakan Dapat membantu


dapat membantu siswa berlatih membaca secara siswa berlatih
2 mandiri? membaca secara

(…) Ya (…) Tidak mandiri

Apakah Bapak/Ibu pernah menggunakan benda- Pernah, karena belajar


3 benda yang berasal dari lingkungan sekitar untuk di mulai dari apa yang

latihan membaca? ditemui siswa

Manakah bahan pembuatan alat peraga yang


Bapak/Ibu suka?

(…) Kayu

(…) Besi Bahan yang bisa tahan


4
lama seperti kayu.
(…) Kertas

(…) Plastik

(…) Lainnya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

Sebutkan………………………………………..

1. Menurut Bapak/Ibu apakah pemberian warna


pada alat peraga membuat lebih menarik? Ya tentu, apa lagi
5
warna yang menyala.
(…) Ya (…) Tidak

1. Menurut Bapak/Ibu apakah bentuk alat peraga


dapat menarik minat siswa untuk
6 menggunakannya? Ya

(…) Ya (…) Tidak

1. Menurut Bapak/Ibu bagaimana salah satu


kriteria dari sebuah alat peraga yang baik
Satu alat peraga untuk
berdasarkan fungsinya?
lebih dari satu materi
(…) 1 alat peraga hanya untuk 1 materi karena dapat
7 membantu untuk
Alasan
kurikulum K13 yang
………………………………………
materinya saling
(…) 1 alat peraga untuk lebih dari 1 materi berkaitan.

Alasan………………………………………

1. Apakah alat peraga yang digunakan Bapak/Ibu


melibatkan lebih dari satu indera?

(…) Ya
8 Ya, mata dan mulut
Alasan………………………………………

(…) Tidak

Alasan………………………………………

Menurut Bapak/Ibu seperti apa kriteria alat peraga Dapat membantu


9
latihan membaca permulaan? siswa menemukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

(…) Dapat membantu siswa menyadari kesalahan sendiri

kesalahannya sendiri.

Alasan ………………………………………

(…) Tidak dapat membantu siswa menyadari

kesalahannya sendiri.

Alasan………………………………………

Dapat membantu
Apakah penggunaan alat peraga untuk latihan
siswa untuk
10 membaca permulaan dapat membantu siswa untuk
menemukan jawaban
menemukan jawaban yang benar?
yang benar.

Berdasarkan hasil pengisian kuesioner analisis kebutuhan guru yang

disajikan pada tabel di atas dapat diketahui bahwa, dalam pembelajaran, alat

peraga membaca yang digunakan oleh guru berupa gambar huruf yang tertempel

di dinding. Namun jumlah alat peraga yang dimiliki hanya terbuat dari kertas

yang membuat alat peraga tidak tahan lama. Guru menginginkan alat peraga yang

memiliki warna-warna cerah dan bahan yang digunkan bisa tahan lama. Guru juga

menginginkan alat peraga yang dapat mempelajari lebih dari satu materi.

4.1.2 Penyusunan Rencana


4.1.2.1 Disain Alat Peraga
Setelah memperoleh data, peneliti membuat desain alat peraga. Desain alat

peraga yang dibuat dalam penelitian ini disesuaikan dengan kebutuhan guru dan

kebutuhan siswa siswa di lapangan. Berdasarkan data yang diperoleh di lpangan

menunjukkan bahwa, siswa membutuhkan alat peraga yang menarik. Pembuatan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

desain alat peraga ini juga mempertimbangkan produk-produk yang telah

dihasilkan dalam penelitian sebelumnya. Alat peraga ini memiliki lima

karakteristik khas alat peraga montessori yaitu menarik, auto-education, auto-

correction, bergradasi, dan kontekstual.

Prosedur pembuatan alat peraga membaca permulaan berbasis metode

Montessori adalah sebagai berikut,

a. Desain produk sesuai dengan kebutuhan dilapangan

Setelah melakukan observasi, wawancara dan kuesioner analisis kebutuhan

guru maka memperoleh data bahwa ketersediaan alat peraga untuk membaca

masih terbatas.

b. Komponen alat peraga

1. Kartu huruf

Komponen pertama adalah kartu huruf. Kotak huruf ini berisi kartu huruf

dari a-z. Kartu huruf ini membantu siswa untuk mengenal urutan huruf dan

langkah awal untuk memperkenalkan huruf vokal, konsonan yang nantinya

membentuk kartu suku kata.

2. Kartu suku kata

Kartu suku kata ini merupakan lanjutan dari kartu huruf. Kartu suku kata

yang terdiri dari ba, bi, bu, be, bo, ca, ci, cu, ce, co dan seterusnya sampai z

untuk setiap huruf konsonan. Dalam kartu suku kata ini huruf vokal diberi

warna merah sedangkan huruf konsonan berwarna biru.

3. Kartu pengendali kesalahan

Kartu pengendali kesalahan ini adalah katu gambar dan kata dari gambar

tersebut,sisi depan terdapat gambar dan sisi belakang terdapat nama dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

gambar yang merupakan pengendali kesalahan pada saat menyusun huruf.

Kartu pengendali ini berjumlah sama dengan benda miniatur.

4. Kartu gambar

Kartu gambar ini berisi gambar tentang benda-benda miniatur tersebut. yang

nantinya akan membantu siswa dalam menyusun kata.

5. Benda miniatur

Benda miniatur ini dipilih dari benda-benda yang sering dijumpai siswa.

benda-benda tersebut merupakan salah satu dari karakteristik khas alat

peraga.

6. Kain sebagai alas

Kain berfungsi sebagai alas alat peraga sebagai penganti karpet.

4.1.2.2 Validasi Produk


Validasi produk merupakan proses kegiatan untuk menilai kelayakan

produk sebelum diuji cobakan. Dalam validasi produk divalidasi oleh tiga ahli

yang berbeda bidangnya yaitu ahli bahasa, ahli Montessori dan guru SD kelas I.

Tujuan validasi produk ini adalah untuk mengetahui tingkat kelayakan alat peraga

membaca permulaan berbasis metode Montessori sebelum diujicobakan. Hasil

validasi produk oleh ahli disajikan dalam tabel dibawah ini,

Tabel 4. 11 Hasil Penilaian Produk Oleh Ahli

No.Item
Ahli Total Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Ahli Bahasa 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 40 3,33


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

Ahli Montessori 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 43 3,58

Guru 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 45 3,75

Rerata 128 3,55

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa skor rerata yang di peroleh

untuk penilaian alat peraga membaca permulaan berbasis metode Montessori oleh

ahli bahasa memperoleh skor 3,33. Rentang skor ini termasuk dalam kategori

baik. Dengan demikian, alat peraga membaca permulaan berbasis metode

Montessori yang telah dinilai oleh ahli bahasa termasuk dalam kategori naik

sehingga layak untuk digunakan.

Selain dari ahli bahasa berdassarkan tabel diatas dapat diketahui skor

rerata yang diperoleh untuk penilaian alat peraga membaca permulaan oleh ahli

Montessori memperoleh skor 3,75. Perhitungan skor rerata pengklasifikasian skor

ini termasuk dalam rentang skor 3,25< X 4,00. Rentang skor ini termasuk dalam

kategori sangat baik. Dengan demikian, alat peraga membaca permulaan berbasis

metode Montessori yang telah dinilai oleh ahli Montessori termasuk dalam

kategori sangat baik sehingga layak untuk digunakan.

Berdasarkan perhitungan tabel diatas dapat diketahui bahwa skor rerata

yang diperoleh untuk penilaian alat peraga membaca permulaan berbasis metode

Montessori oleh guru SD kelas I memperoleh skor 3,75. Pengklasifikasian skor ini

termasuk dalam rentang skor 3,25 < X 4,00. Rentang skor ini termasuk dalam

kategori sangat baik. Dengan demikian, alat peraga membaca permulaan berbasis

metode Montessori layak untuk digunakan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

Penilaian alat peraga yang telah dilakukan oleh ketiga ahli digabungkan

dan dicari nilai reratanya dengan rumus sebagai berikut ini.

Dari perhitungan menggunakan rumus di atas diperoleh skor rerata hasil

penilaian produk oleh ketiga ahli adalah sebesar 3,55. Skor ini termasuk dalam

rentang skor 3,25 < X 4,00. Rentang skor ini termasuk dalam kategori sangat baik.

Dengan demikian alat peraga layak untuk diujicobakan dan siap untuk uji coba.

4.1.3 Uji Coba Produk

Prosedur kelima dalam penelitian dan pengembangan ini adalah uji coba

produk. Uji coba produk ini dilakukan secara terbatas. Uji coba produk dilakukan

pada tiga siswa-siswa SD N 1 Keputran yang terdiri satu siswa perempuan dan

dua siswa laki-laki. Ketiga siswa-siswa tersebut dipilih berdasarkan saran dari

guru dan observasi yang dilakukan peneliti. Selama uji coba produk, peneliti

melakukan observasi pada siswa terhadap penggunaan alat peraga. Pedoman

observasi penggunaan alat peraga dapat dilihat pada tabel dibawah ini,

Tabel 4. 12 Hasil Observasi Penggunaan Alat Peraga

Siswa Siswa Siswa


Hal yang diamati
DV RY HS

Membawa alat peraga dengan benar


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

Menggunakan alas

Mengetahui huruf a-z

Meletakkan kartu kata dibawah kartu gambar


x
benda

Menggunakan kartu pengendali kesalahan


dengan benar

Meletakkan kartu pada wadahnya x

Menyimpan alat peraga pada wadah


penyimpanan

Berdasarkan tabel observasi penggunaan alat peraga membaca permulaan

berbasis metode Montessori di atas dapat diketahui bahwa, semua siswa dapat

menggunakan alat peraga. Semua siswa dapat membawa alat peraga dengan benar

sesuai dengan cara membawa alat peraga Montessori dengan temannya. Semua

siswa menggunakan alas berupa kain hitam yang dibentangkan di atas lantai.

Siswa pertama bernama DV. Ketika DV melihat alat peraga langsung

berkata “Hore, apa itu bu guru”. Saat melakukan uji coba, DV melakukannya

dengan penuh konsentrasi dan paling aktif bertanya. Meskipun ada beberapa

gangguan dari temannya yang berada dalam satu ruangan yang sama, namun DV

tetap melanjutkan pekerjaanya. Pada latihan pertama, DV berhasil memasangkan

benda, kartu bergambar dan kartu suku kata. DV terlihat senang dan puas. Pada

saat mengembalikan komponen alat peraga dalam kotak, DV dapat melakukannya

dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

Siswa kedua bernama RY. Pada saat peneliti memperkenalkan alat peraga,

RY merasa penasaran dengan alat peraga. Ketika giliran RY untuk menggunakan

alat peraga RY merasa gugup karena mendapat gangguan dari teman-temannya.

Ketika pertama memperkenalkan kartu huruf a-z dia tidak begitu ragu karena

memang RY tidak menempuh pendidikan Taman Kanak-kanak. Setelah berhasil

dengan kartu huruf RY melanjutkan dengan memasangkan benda miniatur, kartu

gambar dan kartu suku kata RY belum berhasil memasangkan semua dengan

benar. Saat menggunakan kartu pengendali kesalahan untuk memeriksa

jawabannya RY dapat menemukan bahwa dirinya salah dalam memasangkan. RY

dapat menemukan bahwa dirinya salah dalam meletakkan kata “babi” di bawah

kartu gambar “sapi”. Dengan begitu RY langsung mencari kartu kata “sapi”

kemudian meletakkannya dibawah kartu gambar “sapi”. Karena masih ada

kesalahan maka RY mendapatkan kesempatan untuk menggulang, kembali RY

belum dapat memasangkan kartu gambar, kartu suku kata.

Siswa ketiga bernama HS. Ketika peneliti memperkenalkan alat peraga,

siswa HS langsung bertanya, “kotak apa itu bu?” kemudian peneliti menjelaskan

alat peraga kemudian membuka kotak tersebut dan memperkenalkan komponen-

komponen alat peraga. HS begitu antusias dan memperhatikan alat peraga. HS

memulai latihan menggunakan alat peraga pada penggunaan ini HS berhasil

menyeselaikan dan memasangkan benda miniatur, kartu gambar dan kartu

sukukata dengan tepat. HS terlihat bahagia ketika berhasil dengan sempurna

menyelesaikan latihan pertama. Namun pada saat penggunaan kartu pengendali

kesalahan dia nampak ragu dan sering melihat ke peneliti. Setelah selesai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

menggunakan alat peraga, HS menyimpan komponen alat peraga pada wadahnya

masing-masing.

Berdasarkan hasil uji coba produk pada ketiga siswa dapat diketahui

bahwa, alat peraga membaca permulaan berbasis metode Montessori disukai oleh

anak dan dapat menarik perhatian siswa. Dengan demikian alat peraga membaca

permulaan berbasis metode Montessori dapat membantu siswa dalam latihan

membaca permulaan dikelas I.

Selain melakukan observasi terhadapap penggunaan alat peraga, peneliti

juga melakukan observasi terhadap kemampuan siswa dalam membaca membaca

kata. Observasi kemampuan siswa dalam membaca dilakukan dua kali yaitu

sebelum siswa menggunakan alat peraga dan setelah siswa menggunakan alat

peraga. Hasil observasi peneliti terhadap kemampuan siswa dalam membaca kata

sebelum menggunakan alat peraga sebagai berikut,

Tabel 4. 13 Hasil Unjuk Kerja Siswa Sebelum Menggunakan Alat Peraga

Siswa
Kalimat
DV RY HS

Kuda X X

Babi X X

Sapi

Dadu X X X

Kaki X

Total 3 1 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

Total x 2 4 2

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebelum menggunakan

alat peraga membaca permulaan berbasis metode Montessori, siswa DV dapat

membaca 3 kata dari 5 kata. Kata yang berhasil dibaca oleh DV adalah babi, sapi,

kaki.sedangkan kalimat yang belum berhasil dibaca oleh DV adalah kuda, dadu.

Siswa RY dapat membaca satu kata saja yaitu kata sapi. Sedangkan 4 kata lain

yang belum bisa dibaca oleh siswa RY yaitu kuda, babi, dan, kaki.

Siswa HS dapat membaca tiga kata sederhana dari jumlah total lima kata

sederhana yang diberikan peneliti. Ketiga kata tersebut adalah kuda, sapi, dan

kaki. Sedangkan dua kata yang belum dapat dibaca oleh oleh siswa HS yaitu babi

dan dadu.

Setelah siswa menggunakan alat peraga membaca permulaan berbasis

metode Montessori, peneliti kembali melakukan observasi unjuk kerja siswa

dalam membaca lima kata sederhana.

Tabel 4. 14 Hasil Unjuk Kerja Siswa Setelah Menggunakan Alat Peraga

Siswa
Kalimat
DV RY HS

Kuda X

Babi

Sapi

Dadu X
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

Kaki

Total 3 1 3

Total x 2 4 2

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui setelah menggunakan alat

peraga membaca permulaan berbasis metode Montessori, siswa DV berhassil

membaca lima kata yang telah disediakan menggunakan alat peraga. Lima kata

yang di berikan peneliti tersebut adalah kuda, babi, sapi, dadu, dan kaki.

Siswa RY mengalami peningkatan dengan mampu membaca tiga kata yang

disediakan peneliti dari lima kata. Ketiga kata tersebut adalah babi, sapi, dan kaki.

Sedangkan kata yang belum dapat dibaca adalah kuda dan dadu.

Siswa HS dapat membaca kelima kata dari jumlah lima kata yang diberikan

peneliti. Kelima kata tersebut yaitu kuda, babi, sapi, dadu, kaki. Peningkatan

kemampuan membaca kata ketiga siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini,

Tabel 4. 15 Peningkatan Hasil Unjuk Kerja Siswa

Nama Sebelum Menggunakan Setelah Menggunakan Poin


Siswa Alat Peraga Alat Peraga Peningkatan

DV 3 kata 5 kata 2 kata

RY 1kata 3 kata 2 kata

HS 3 kata 5 kata 2 kata

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa DV sebelum

menggunakan alat peraga, dapat membaca 3 kata setelah menggunakan alat


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

peraga dapat membaca lima kata. Dengan demikian siswa DV mengalami

peningkatan (kenaikan jumlah kata yang berhasil dibaca) yaitu sebanyak dua kata.

Sebelum menggunakan alat peraga, siswa RY dapat membaca satu kata saja dari

lima kata dan setelah menggunakan alat peraga, dapat membaca sebanyak tiga

kata dengan demikian siswa RY mengalami peningkatan 2 kata. Setelah

menggunakan alat peraga HS mampu membaca lima kata dari lima kata yang

disediakan peneliti sebelum menggunakan alat peraga HS hanya mampu

membaca tiga kata saja. Dengan demikian, siswa HS mengalami peningkatan 2

kata.

Selain melakukan observasi unjuk kerja siswa, peneliti juga melakukan

wawancara dengan siswa, mengenai tanggapan siswa tentang alat peraga

membaca permulaan berbasis metode Montessori. Daftar pertanyaan dan jawaban

wawancara siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini,

Tabel 4. 16 Hasil Wawancara dengan Siswa

Jawaban

Pertanyaan Siswa Siswa Siswa


DV RY HS

Apakah kamu suka dengan alat peraga ini ? Suka Suka Suka

Apakah kamu kesulitan menggunakan alat


Tidak Tidak Engga
peraga ini ?

Apakah kamu suka dengan warna dan bentuk


Iya Suka Iya suka
dari alat peraga ini ?

Apakah kamu suka dengan miniatur benda- Iya, lucu Iya Iya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

benda ini?

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan siswa, dapat diketahui

bahwa alat peraga membaca permulaan berbasis metode Montesori disukai oleh

siswa. Hasil wawancara dengan siswa menunjukkan bahwa alat peraga tidak sulit

digunakan oleh siswa kelas I. Selain siswa juga menyukai miniatur benda-benda

dalam alat peraga.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Produk Akhir
Hasil identifikasi masalah dan analisis kebutuhan yang dilakukan di SD

N 1 Keputran diperolehkan melalui wawancara, observasi, dan kuesioner.

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dilakukan, terdapat permasalahan

pada tiga siswa kelas satu SD N 1 Keputran dalam membaca . Selain itu, diketahui

bahwa ketersediaan dan penggunaan alat peraga guna mengatasi permasalahan

kesulitan dalam membaca permulaan masih terbatas. Sedangkan berdasarkan hasil

analisis kebutuhan guru dan siswa menyetujui bahwa alat peraga dapat membantu

siswa dalam belajar membaca.

Sesuai yang telah peneliti sebutkan pada bab 2 sebelumnya, mengenai

permasalahan umum yang dihadapi anak dalam membaca menurut Slamet 2014:

107-108 yakni, (1) kesulitan anak mengenali huruf; (2) membaca suara,

kesulitannya pada (a) membaca kata demi kata, (b) pemarafrasean yang salah, (c)

kesalahan mengucapkan (d) penghilangan, (e) pengulangan, (f) pembalikan, (g)

penyisipan, (h) penggantian, (i) penggunaan gerak bibir, menggunakan jari

telunjuk, dan menggerakan kepala; (3) pemecah kode, yang meliputi (a) kesulitan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

konsonan, (b) kesulitan vokal, (c) kesulitan kluster, diftong, disgraph, (d)

kesulitan menganalisis struktur kata, dan (e) tidak mengenali kata dalam kalimat.

Dari permasalahan umum Slamet membandingkan dengan hasil identifikasi

masalah pada SD N 1 Keputran tersebut, peneliti hanya menemui masalah

tentang kesulitan anak mengenali huruf u dan i, membaca kata yang terdapat

akhiran huruf u dan I, dan membaca kata demi kata. Adapun alat peraga yang

sedang dikembangkan untuk mengatasi permasalahan membaca permulaan berupa

kartu suku kata untuk membaca permulaan berbasis metode Montessori.

Tiga siswa kelas satu SD N 1 Keputran trmasuk pada usia 7-11 tahun,

perkembangan siswa sudah masuk dalam tahap opersional konkret. Siswa sudah

mampu mengembangkan sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan

tertentu yang logis (Piaget dalam Suparno, 2001: 26-101). Melihat dari tahap

perkembangan siswa yang sudah masuk dalam tahap operasi konkret, peneliti

mengembangkan produk berbasis metode Montessori yang menggunakan alat

peraga konkret. Alat peraga yang dikembangkan oleh peneliti mengadopsi dari

alat peraga Montessori yaitu arge Movable Alphabet (LMA).

Tahap pertama dalam pengembangan alat peraga ini adalah huruf yang

digunakan dalam LMA adalah huruf tegak bersambung.Peneliti mengganti huruf

pada LMA dengan huruf lepas berdasarkan saran dari guru kelas I agar siswa

lebih mudah memahami. Tahap yang kedua adalah penambahan kartu. Alat

peraga LMA yang semula hanya terdiri dari huruf-huruf, kini terdapat kartu-kartu

yang mendukung latihan membaca. Peneliti menambahkan kartu suku kata, kartu

gambar, kartu kata. Pengendali kesalahan terdapat pada kartu gambar dan huruf.

Pemilihan kata pada kartu kata dikembangkan dari benda-benda yang sering
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

ditemui oleh anak pada kehidupan sehari-hari dan KD 3.1 Membaca nyaring suku

kata dan kata dengan lafal yang tepat. Oleh karena itu, peneliti mengembangkan

kartu suku kata dan kartu kata dengan gradasi kata yang dipilih (2-3 suku kata).

Tahap ketiga adalah penambahan kotak benda konkret. Peneliti menambahkan

benda konkret dengan tujuan agar siswa dapat belajaran dengan benda yang sering

mereka temui dan anak pada usia ini masih belajar dalam tahap konkret.

Dengan demikian, alat peraga membaca permulaan yang dikembangkan

memiliki komponen berupa kartu huruf, kartu suku kata, kartu gambar, kartu

gambar dan kata, dan benda konkret.

4.2.2 Kualitas Alat Peraga


Alat peraga membaca permulaan berbasis metode Montessori telah

melalui proses penilaian atau validasi oleh tiga ahli. Tiga ahli yang melakukan

penelaian terhadap alat peraga membaca permulaan berbasis metode Montessori

yaitu ahli bahasa, ahli Montessori, dan guru SD kelas satu. Tujuan dilakukan

penilaian alat peraga oleh tiga ahli adalah untu mengetahui kualitas alat peraga

dari segi penggunaan bahasa, kekhasan Montessori, dan kesesuaian alat peraga

untuk digunaan oleh siswa SD kelas satu. Berdasarkan skor rerata dari ahli bahasa

Indonesia, ahli Montessori, dan guru SD kelas I memperoleh skor rerata sebesar

3,55. Jika diklasifikasikan dalam tabel penskoran Widoyoko skala empat, maka

kualitas alat peraga termasuk dalam kategori sangat baik sehingga layak untuk

digunakan.

Alat peraga kartu suku kata untuk membaca permulaan berbasis metode

montessori ini memiliki kualitas yang sangat baik jika dilihat dari segi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

karakteristik Montessori yaitu menarik, bergradasi, auto-education, auto-

correction dan kontekstual. Alat peraga dibuat untuk menarik perhatian dari siswa

(Gutek, 2013:235-239). Alat peraga membaca permulaan berdasarkan ciri alat

peraga Montessori dapat dilihat dari komponen dan cara penggunaan alat peraga

membaca permulaan. Ciri menarik dapat dilihat dari bentuk alat peraga yang

memiliki warna pada huruf-huruf, gambar-gambar yang beragam pada kartu

gambar, serta penggunaan alat peraga yang menarik. Terdapat banyak pilihan kata

maupun gambar pada kartu yang memberi kebebasan kepada siswa dalam

mempelajari. Pada alat peraga membaca kartu suku kata untuk membaca

permulaan berbasis metode Montessori, bergradasi muncul dari alat peraga dapat

digunakan untuk lebih dari satu materi. Selain itu penggunaan alat peraga ini

melibatkan lebih dari satu indra yaitu indra pendengaran dan indera penglihatan.

Indra pendengaran digunaan untuk mendengarkan directis atau guru. Indra

penglihatan digunaan siswa pada saat meletakkan kartu gambar dan kartu suku

kata. Selain itu alat peraga dapat digunakan dalam berbagai usia. Alat peraga

Montessori memiliki ciri auto-correction atau pengendali kesalahan. hal tersebut

dibuat dengan tujuan agar anak mengetahui kesalahan yang dibuat oleh dirinya

sendiri selama menggunakan alat peraga tanpa ada orang lain yang memberi tahu

(Montessori, 2002: 171). Pengendali kesalahan dalam alat peraga kartu suku kata

untuk membaca permulaan berbassis metode Montessori berupa kartu gambar dan

kata. Kartu gambar dibagian atas terdapata gambar lalu pada bawah gambar

terdapat kata yang sesuai dengan gambar tersebut. Auto-correction juga dapat

ditunjukkan oleh guru, karena untuk siswa yang masih kesulitan membaca perlu

pendampingan guru. Guru akan membenarkan jawaban siswa yang salah ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

mengucapkan bunyi huruf. Dalam pelajaran Montessori alat peraga dibuat untuk

mengembangkan kemampuan belajar secara auto-education atau mandiri tanpa

ada campur tangan dari orang dewasa (Montessori, 2002: 172-173). Ciri auto-

education yang ada dalam alat peraga membaca permulaan berbasis metode

Montessori ini dapat digunakan oleh siswa secara mendiri tanpa bantuan guru.

Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji coba, bahwa siswa dapat menggunakan

komponen alat peraga sesuai dengan langkah-langkah yang sudah ditunjukkan

oleh guru sebelumnya. Ciri kontekstual, maksud kontekstual dalam hal ini adalah

disesuaikan dengan konteks siswa. Benda-benda yang digunakan dalam alat

peraga membaca permulaan ini adalah benda-benda yang sering dijumpai anak

dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil pretest dan posttest siswa dalam membaca permulaan pada uji coba

terbatas menunjukkan adanya peningkatan dalam membaca permulaan. Peneliti

memberikan lima kata permulaan (babi, kaki, dadu, kuda, dan sapi) untuk ketiga

siswa kelas satu SD N 1Keputran. Peningkatan ketiga siswa yang semula satu

siswa tidak dapat membaca semuanya dan ada dua siswa baru dapat membaca tiga

kata menjadi Satu siswa dapat membaca tiga kata (babi, sapi, dan kaki) dengan

benar. Dua siswa menjadi dapat membaca semua kata (babi, kaki, dadu, kuda, dan

sapi) dengan benar.adi alat peraga kartu suku kata berbasis metode Montessori

dapat membantu siswa yang belum bisa membaca permulaan menjadi dapat

membaca permulaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

BAB V

PENUTUP

Bab 5 menguraikan beberapa hal yang berupa kesimpulan, keterbatassan

penelitian dan saran.

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut,

1. Penelitian ini menggunakan desain penelitian dan pengembangan (Research

and Development) dengan menggunakan model Borg dan Gall. Prosedur

dalam penelitian ini melalui 5 tahap penelitian, yaitu (1) potensi dan

masalahan,(2) penyusunan rencana, (3) pengembangan bentuk produk awal,

(4) validasi produk dan (5) uji coba lapangan terbatas. Alat peraga membaca

permulaan dikembangkan dari alat peraga Montessori yaitu Large Movable

Alphabet (LMA). Huruf tegak bersambung pada LMA dikembangkan

menjadi huruf lepas. Ciri alat peraga Montessori dikembangkan dalam alat

peraga membaca permulaan. Ciri menarik terdapat pada warna huruf alat

peraga dan langkah penggunaannya. Ciri bergradasi terdapat pada warna, dan

rangsangan-rangsangan yang akan dimunculkan oleh anak. Ciri auto-

corecttion terdapat pada kartu gambar dan huruf. Ciri auto-education terdapat

pada langkah penggunaan yang memungkinkan adanya pembelajaran sendiri.

Dan ciri kontekstual terdapat pada bahan pembuatan alat peraga MMP yang

terdapat di lingkungan sekitar. Dengan demikian, alat peraga membaca

permulaan yang dikembangkan memiliki komponen berupa kotak huruf, kotak

86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

suku kata, kartu huruf, kartu suku kata, kartu bergambar, kartu bergambar dan

kata.

2. Kartu suku kata untuk membca permulaan berbasis metode Montessori telah

dikembangkan melalui tahap-tahap pengembangan salah satunya validasi oleh

para ahli, yaitu ahli Bahasa Indonesia, ahli Montessori, dan guru kels I SD.

Kualitas alat peraga kartu suku kata untuk membaca permulaan berbasis

metode Montessori adalah sangat baik. Validasi produk yang dilakukan oleh

ahli mendapatkan skor rerata sebesar 3,45 yang berarti memiliki kualitas

sangat baik. Uji coba lapangan terbatas menunjukkan hasil bahwa adanya

peningkatan yang baik dari posttest dari pada pretest yaitu peningkatan

membaca kata dari sebelum menggunakan alat peraga. Satu siswa dapat

membaca tiga kata (babi, sapi, dan kaki) dengan benar. Dua siswa menjadi

dapat membaca semua kata (babi, kaki, dadu, kuda, dan sapi) dengan benar.

Dengan demikian, alat peraga membaca dapat membantu siswa dalam

menguasai keterampilan membaca permulaan.

5.2 Keterbatasan Penelitian


Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut, Alat peraga

hanya dibuat satu.

1. Peneliti kurang memperhitungkan berat keseluruhan alat peraga.

Berdasarkan data analisis kebutuhan, alat peraga dapat dibawa anak dengan

mandiri, namun pada kenyataanya alat peraga dapat dibawa dengan bantuan

temannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

5.3 Saran
Saran yang dapat dipertimbangkan untuk penelitian selanjutnya adalah

sebagai berikut,

1. Ukuran berat yang akan digunakan perlu dipertimbangkan matang-matang agar

berat yang diperoleh masih sesuai apabila digunakan untuk siswa kelas I.

2. Pembuatan disain dapat dilakukan dengan bantuan orang yang lebih

berpengalaman dalam desain grafis apabila peneliti mengalami masalah dalam

pembuatan disain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, A. (2014). Media Pelajaran (edisi revisi). Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

Badan Nasional Standar Pendidikan. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan Tingkat SD, MI, dan SD-LB, Jakarta: BNSP

Cresswell, W. (2012). Reseach design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan


Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gutek, G. L. (2013). Metode Montessori Panduan Wajib untuk Guru dan


Orangtua Didik PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Lillard, A. S. (2005). Montessori the Science Behind the Genius. New York:
Oxford University Press

Magini, A. P., (2013n). Sejarah Pendekatan Montessori. Yogyakarta: Kanisius.


Montessori, M. (2002). The Montessori Method. New York: Frederick A.
Stokescompany.

Mulyati, Y. (2010). Pembelajaran Membaca dan Menulis. Jurnal FPBS


Univeritas Pendidikan Indonesia. Diunduh pada 30 Januari 2016.

Ngalimun & Alfulaila, N. (2014). Pembelajaran Keterampilan Berbahasa


Indonesia. Yogyakarta:. Aswaja pressindo.

Prastowo, A. (2015). Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


Tematik Terpadu Implementasi Kurikulum 2013 untuk SD/MI. Jakarta:
Prenadamedia Group.

Setyosari, P. (2013). Metode Peneltian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta:


Kencana Prenadamedia Group.

Slamet,S.Y. (2014). Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di kelas Rendah


dan Tinggi Sekolah Dasar. Surakarta: UNS Press.

92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

Solchan, Mulyati, Syarif. (2008). Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Jakarta:


Universitas Terbuka.

Sudarsono. (2013). Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan. Yogyakarta:


Graha Ilmu

Sudaryono: Margono, & Rahayu, (2013). Pengembangan Instrumen Penelitian


Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sudono, A. (2010). Sumber Belajar dan Alat Permainan. Jakarta: PT. Grasindo.

Sugiyono, (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

________. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

________. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sukmadinata, N. S. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Supratiknya, A. (2012). Penilaian Hasil Belajar dengan Teknik Nontes.


Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Tarigan, H.G. (1985). Pengajar Ejaan Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa

Tengeh, Jambel, & Pudjawan. (2014). Model Penelitian Pengembangan.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Widoyoko, S.E. (2014). Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

Lampiran 1. Instrumen Identifikasi Masalah


Lampiran 1. 1 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah, Guru dan
Siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

Lampiran 1. 2 Transkip Wawancara dengan Kepala Sekolah

TRANSKIP WAWANCARA IDENTIFIKASI MASALAH DENGAN


KEPALA SEKOLAH SD 2 SUKORINI

Peneliti : Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu mengenai pelajaran


Bahasa Indonesia?

Kepala Sekolah : Untuk pelajaran bahasa Indonesia ini merupakan


pelajaran dasar dan inti ya mbak, karena pelajaran bahasa
Indonesia ini diajarkan dari SD sampai keperguruan
tinggi

Peneliti : Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu mengenai pelajaran


Bahasa Indonesia terkait dengan pengenalan huruf abjad?

Kepala Sekolah : Kalau menurut sayamengenaipelajaran Bahasa Indonesia


terkaitpenggenalan huruf seharunya guru jeli dalam hal
ini karena penggenalan huruf ini merupakan bagian dari
membaca yang nantiya dapat mendorong mata pelajaran
yang lainnya.

Peneliti : Apakah di sekolah terdapat alat peraga untuk latihan


membaca permulaan?

Kepala Sekolah :Alat peraga di sekolahan ini sebenarnya banyak mbak tapi
karena beberapa waktu lalu ada renovasi jadi tidak terawat
dan banyak yang hilang. Namunmasih ada beberapa yang
tersisa yang berada di kelas I yaitu papan huruf-huruf a-z
yang terpajang di dinding-dinding.

Peneliti : Jika ada, apa saja alat peraga yang digunakan?

Kepala Sekolah : Alat peraga yang digunakan untuk kelas rendah itu hanya
papan huruf a-z ya mbak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

Peneliti : Apakah alat peraga tersebut dibeli dari luar atau membuat
sendiri?

Kepala Sekolah : Kalau alat peraga untuk sekolah biasanya kami


disubsididari pemerintah ya mbak

Peneliti : Apakah alat peraga dirawat dengan baik?

Kepala Sekolah : Ada beberapa alat peraga yang dirawat seperti papan
huruf a-z yang diletakkan di kelas rendah yang
digantungkan di tembok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

Lampiran 1. 3 Transkip Wawancara dengan Guru Kelas I

TRANSKIP WAWANCARA IDENTIFIKASI MASALAH DENGAN GURU


KELAS I SD 2 SUKORINI

Peneliti : Bagaimana proses kegiatan belajar mengajar di kelas terutama


dalam latihan membaca permulaan?

Guru : Untuk kegiatan belajar permulaan di kelas I diawali dengan


mengenalkan huruf abjad dulu ya mbak baru ke suku kata, kata,
lalu kemudian kalimat.

Peneliti :Apakah dalam proses belajar mengajar di kelas, Bapak/Ibu


menggunakan alat peraga untuk latihan membaca permulaan ?

Guru : Ya mbak,namun ya seadanya alat peraganya saja tidak semua


menggunakan alat peraga. Karena anak-anak itu lebih tertarik
apabila menggunakan alat peraga.

Peneliti : Apa alat peraga yang Bapak/Ibu gunakan?


Guru : kalau dulu banyak ya mbak ada kotak-kotak huruf, namunkarena
sudah tidak ada jadi ya tinggal menggunakan huruf-huruf saja
yang terpajang di dinding.
Peneliti : Apakah alat peraga tersebut digunakan siswa secara individu
atau kelompok?
Guru : Kalau penggunaan alat peraga ini berkelompok ya mbak, karena
terbatasnya alat peraga yang ada.
Peneliti : Apakah Bapak/Ibu sering mengggunakan alat peraga?

Guru : Hanya awal-awal saja, karenaa alat peraga banyak yang hilang
dan hanya sedikit yang tersisa yang mbak.

Peneliti : Apakah Bapak/Ibu mengalami kesulitan dalam membimbing


siswa dalam latihan membaca permulaan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

Guru : Iya mbak, karena ada siswa yang tidak mengalami taman kanak-
kanak jadi agak sulit dan tertinggal dibandingkan teman yang
lain.

Peneliti : Apa saja kesulitan yang dialami Bapak/Ibu ketika membimbing


siswa dalam latihan membaca permulaan ?

Guru : Ya itu tadi mbak ada siswa yang belum mengenal huruf a-z , jadi
harus dari awal.

Peneliti : Berapa siswa yang benar-benar belum bisa membaca dan


menulis terutama mengenal huruf a-z

Guru : Kalau untu yang belum benar-benar bisa membaca ada 6 anak
mbak, namun yang 3 sudah lebih baik.

Peneliti : Apa saja faktor yang mempengaruhi timbulnya permasalahan


tersebut?
Guru : Siswa yang belum mengetahui huruf a-z kurang adanya tekanan
dalam pengenalan huruf. Kemudia minat siswa untuk berlatih
membaca hingga mereka merasa kesulitan dalam membaca.
Peneliti : Apa saja bentuk kesulitan yang dialami siswa?

Guru : Kesulitan yang dialami siswa dalam hal membaca yaitu


pengucapan bunyi huruf dan dalam pengejaan mbak.

Peneliti : Apa saja faktor yang mempengaruhi timbulnya permasalahan


tersebut?

Guru : Kurang ditekankan dalam hal pengenalan huruf sehingga ada


beberapa huruf yang mereka sulit dalam pengucapannya , selain
itu juga karena adanya siswa yang tidak mengalami masa kanak-
kanak.

Peneliti : Bagaimana cara Bapak/Ibu untuk mengatasi kesulitan-kesulitan


tersebut?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

Guru : Ya dalam hal harus telaten ya mbak untuk mengenalkan huruf.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

Lampiran 1. 4 Transkip Wawancara dengan Siswa Kelas I

TRANSKIP WAWANCARA IDENTIFIKASI MASALAH DENGAN SISWA


SD 2 SUKORINI

Peneliti : Apakah kamu suka pelajaran bahasa Indonesia?

Siswa : Kadang suka kadang tidak.

Peneliti : Apakah di kelasmu terdapat kartu huruf untuk latihan membaca ?

Siswa : Tidak ada

Peneliti : Apakah kamu menginginkan ada kartu suku kata untuk latihan
membaca ?

Siswa : iya, ingin ada kartu suku kata

Peneliti : Apakah kamu masih kesulitan dalam mengucapkan bunyi huruf?

Siswa : Masih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

Lampiran 1. 5 Hasil Validasi Pedoman Observasi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

Lampiran 1. 6 Hasil Observasi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

Lampiran 2. Lampiran Instrumen Analisis Kebutuhan


Lampiran 2. 1 Lembar Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru oleh Ahli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

111

Lampiran 2. 2 Lembar Hasil Validasi Wawancara Analisis Kebutuhan Siswa


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

113

Lampiran 2. 3 Lembar Hasil Pengisian Kuesioner Analisis Kebutuhan Oleh Guru


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

117

Lampiran 2. 4 Transkip Wawancara Analisis Kebutuhan Siswa

TRANSKIP WAWANCARA ANALISIS KEBUTUHAN OLEH SISWA

Peneliti : Apakah Bapak/Ibu gurumu pernah menggunakan alat


peraga untuk latihan membaca permulaan?

Siswa : Belum pernah

Peneliti :Apakah dengan menggunakan alat peraga kamu merasa


lebih mudah untuk latihan membaca?
Siswa : Iya, kalau ada alat peraga jadi mudah dan asik.

Peneliti : Apakah kamu pernah menggunakan benda-benda yang


ada di sekitarmu untuk latihan membaca?
Siswa :Kayaknya pernah, menyebutkan nama benda yang ada di
kelas.

Peneliti : Dari bahan pembuatan alat peraga seperti kayu, kertas,


dan plastik, manakah bahan pembuatan alat peraga yang
kamu suka?

Siswa :Kayu, biar awet.

Peneliti : Apakah pemberian warna pada alat peraga membuat lebih


menarik?

Siswa :Iya biar bagus.

Peneliti : Apakah kamu melihat alat peraga dari bentuknya?

Siswa :iya, kalau bentuknya lucu pasti bagus mbak.

Peneliti : Apakah kamu menginginkan alat peraga yang


melibatkan lebih dari satu indera?

Siswa : Iya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

118

Peneliti : Apakah kamu menginginkan alat peraga yang dapat


digunakan untuk belajar lebih dari satu materi?

Siswa : Iya mbak aku mengiginkannya.

Peneliti : Apakah dengan menggunakan alat peraga, kamu dapat


menemukan kesalahanmu sendiri ketika latihan mebaca?

Siswa : Iya,biar pintar.

Peneliti : Apakah dengan menggunakan alat peraga, kamu dapat


menemukan cara yang benar ketika belajar membaca dan
menulis?

Siswa : Iya, supaya tahu yang benar


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

119

Lampiran 3. Validasi Kuisioner


Lampiran 3. 1 Lembar Hasil Validasi Kuesioner Validasi Produk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

122

Lampiran 3. 2 Lembar Hasil Validasi Produk Oleh Ahli Montesori


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

129

Lampiran 3. 3 Lembar Hasil Validasi Produk Oleh Ahli Bahasa Indonesia


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

136

Lampiran 3. 4 Lembar Hasil Validasi Produk Oleh Guru Kelas I SD


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

139

Lampiran 4. Hasil Observasi


Lampiran 4. 1 Hasil Observasi Setelah Menggunakan Alat Peraga

No Aspek yang dinilai Nama siswa

DV RY HS

1. Ketertarikan menggunakan alat Tertarik Tertarik Tertarik


peraga. menggunakan menggunakan menggunakan
alat peraga. alat peraga. alat peraga.

2. Menggunakan alat peraga secara Dapat Dapat Dapat


mandiri tanpa bantuan menggunakan menggunakan menggunakan
guru/pembimbing. alat peraga alat peraga alat peraga
secara secara secara
mandiri. mandiri, mandiri.
namun perlu
pendampingan
dalam
memasangkan.

3. Penggunaan benda-benda Menyukai Menyukai Menyukai


konkret. menggunakan menggunakan menggunakan
benda benda konkret benda
konkret atau atau benda- konkret atau
benda-benda benda benda-benda
disekitar. disekitar. disekitar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

140

Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian


Lampiran 5. 1 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

141

Lampiran 6. Dokumentasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

142

Lampiran 7. Petunjuk Penggunaan Alat Peraga

Disusun oleh :

Yoshinta Woro Indriyani

PGSD – 131134141

2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

143

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan

album petunjuk penggunaan alat peraga membaca permulaan ini. Album alat

peraga ini dibuat untuk melengkapi tugas akhir skripsi yang berjudul “Kartu Suku

Kata Berbasis Metode Montessori untuk Latihan Membaca Permulaan”. Selain

itu, album alat peraga ini digunakan sebgai buku petunjuk penggunaan dari alat

peraga membaca permulaan.

Peneliti dibantu oleh berbagai pihak sehingga peneliti berhasil

menyelesaikan album alat peraga dengan lancar. Semoga album ini dapat berguna

bagi para pembaca dan bisa menjadi salah satu sumber inspirasi untuk lebih baik

lagi. Peneliti mohon maaf apabila ada beberapa kesalahan dalam penyajian album

alat peraga ini.

Yogyakarta, Maret 2017

Peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

144

PENGENALAN ALAT PERAGA MEMBACA PERMULAAN

Kotak alat peraga membaca permulaan terdiri dari lima bagian, yaitu kotak

huruf, kotak benda nyata, kotak kartu suku kata, kotak kartu bergambar, kotak

pengendali kesalahan (kartu gambar dan suku kata). Pada kotak huruf terdapat

atas huruf abjad a – z dimana di bawah huruf-huruf konsonannya terdapat kartu

suku kata. Pada kotak benda nyata terdapat beberapa miniatur benda nyata yang

sering ditemui oleh anak dalam kehidupan sehari-hari. Kotak kartu bergambar

memuat kartu gambar. Pengendali kesalahan terdapat kartu gambar suku kata. Di

bagian atas terdapat gambar sedangkan di bawah gambar terdapat ejaan suku kata

dari gambar tersebut.

PETUNJUK PENGGUNAAN ALAT PERAGA KARTU SUKU KATA

Materi Pembelajaran Membaca

Tujuan langsung Mengenalkan suku kata untuk membaca

permulaan

Usia Mulai usia 6 tahun

Syarat Siswa mengenal abjad

Alat peraga Kartu Suku Kata

Pengendali kesalahan - Kartu gambar beserta penelitian

- Direktris
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

145

Persiapan Pertama

1. Direktris mengajak siswa belajar dengan berkata “Hari ini kita akan

belajar mengenal suku kata. Mari bekerja dengan menggunakan alat

peraga suku kata bersama ibu!”

2. Direktris mengarahkan siswa mengambil alat peraga suku kata dari tempat

penyimpanan dengan berkata “Mari bantu ibu membawa alat peraga suku

kata!”.

3. Direktris mengarahkan siswa dalam membawa alat peraga suku kata.

4. Siswa mengambil alat peraga suku kata dari tempat penyimpanan bersama

teman atau direktris.

5. Siswa meletakkan alat peraga suku kata di atas karpet.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

146

6. Direktris mengarahkan siswa untuk duduk di samping kirinya.

7. Direktris membuka alat peraga suku kata.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

147

Latihan pertama

8. Direktris memperlihatkan apa saja yang ada di kotak suku kata

9. Direktris mengenalkan alat peraga suku kata kepada siswa dan berkata “

Ini adalah alat peraga suku kata “

10. Direktris menunjukkan letak setiap huruf pada kotak huruf dan berkata

“Disini adalah tempat huruf a!” sambil menunjuk kotak huruf a. Begitu

seterusnya sampai z.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

148

11. Direktris menunjukkan letak kartu suku kata dan berkata “ Di bawah huruf

konsonan terdapat suku kata di dalamnya!” Sambil salah satu menunjuk

huruf konsonan.

12. Direktris menunjukkan letak benda kongkrit pada kotak dan berkata “Di

sini adalah tempat benda kongkrit!” sambil menunjukkan kotak benda

kongkrit.

13. Direktris bertanya kepada siswa “Mana letak huruf a?”. Siswa menunjuk

letak yang diminta direktris.

14. Direktris bertanya kepada siswa “Mana letak huruf b?”. Siswa

menunjukkan letak yang diminta direktris.

15. Direktris bertanya kepada siswa “Mana letak suku kata?”. Siswa

menunjuk letak yang diminta direktris.

16. Direktris bertanya kepada siswa “Mana letak benda kongkrit?” Siswa

menunjukkan letak yang diminta direktris.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

149

Persiapan kedua

17. Direktris mengajak siswa dengan berkata “Sekarang kita akan belajar

menyusun suku kata agar menjadi kata benda dengan alat ini”.

Latihan pertama

18. Direktris mengeluarkan benda konkret dari kotak dan meletakkannya

19. Direktris menyebutkan nama benda yang ada tersebut

20. Direktris mengambil huruf yang sesuai dengan nama, kemudian

menyusunnya.

21. Direktris mengambil suku kata yang sesuai dengan nama, kemudian

menyusun dibawah susunan huruf.

22. Direktris kemudian membaca nama benda berdasarkan susunan huruf dan

suku kata.

23. Direktris mengecek kebenaran menyusun huruf dan suku kata dengan

mencari kartu kata bergambar.

24. Direktris menawarkan kepada siswa untuk menyusun huruf sambil berkata

“Apakah kamu mau mencoba?”.

25. Siswa melanjutkan menyusun huruf dan suku kata berdasarkan benda.

Penutup

26. Direktris memberi kesimpulan ”Hari ini, kita telah belajar menyusun huruf

dan suku kata dengan menggunakan alat peraga suku kata”.

27. Direktris meminta siswa mengembalikan alat peraga suku kata dengan

berkata, “Mari bantu ibu mengembalikan alat peraga suku kata!”.

28. Siswa mengembalikan alat peraga suku kata ke tempat penyimpanan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

150

29. Siswa membereskan tempat kerja.

Catatan Tambahan

- Dalam satu pertemuan siswa harus mempelajari lima

benda kongkrit yang sudah disediakan.

- Jika siswa sudah memahami, siswa boleh belajar

sendiri tanpa bantuan direktris, dengan

menggunakan kartu-kartu yang telah disediakan.

- Jika siswa belum paham, Direktris mengulangi

presentasi kembali pada hari berikutnya.

- Selanjutnya jika sudah mengerjakan semua yang

sudah disediakan maka siswa dapat melanjutkan

menyusun kata dengan melihat benda disekitarnya


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

151

Lampiran 8. Curriculum Vitae

CURRICULUM VITAE

Yoshinta Woro Indriyani merupakan anak kedua dari dua bersaudara yang lahir
di Klaten, 8 Juli 1996. Peneliti memperoleh pendidikan dasar di SD Negeri 2 Sukorini, tamat
pada tahun 2006. Kemudian dilanjutkan dengan menempuh pendidikan menengah pertama
diperoleh di SMP 1 Manisrenggo, tamat pada tahun 2011. Pendidikan menengah atas diperoleh
di SMA 1 Jogonalan, tamat pada tahun 2013.
Pada tahun 2013, peneliti melanjutkan studi ke perguruan tinggi dan terdaftar sebagai
mahasiswi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar (PGSD). Pendidikan di perguruan tinggi diakhiri
dengan menulis skripsi yang berjudul: "Kartu Suku Kata untuk Membaca Permulaan Berbasis
Metode Montessori”.

Anda mungkin juga menyukai