SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
NIM: 131134141
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERSEMBAHAN
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, selayaknya karya ilmiah.
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal,12 Januari 2018
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
The potential of this study is related to the ability to read the beginning of
students in grade 1 SD N 1 Keputran. The problem the researchers got, When the
researchers gave five preliminary words (pigs, legs, dice, horses, and cows) to 22
students: one student could not read them all and two new students could read
three words (pigs, cows and legs ). Therefore researchers are encouraged to help
the three students to be able to read the beginning well. How to develop syllabic
card props to read the beginning of Montessori-based method.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan rasa syukur yang berlimpah peneliti haturkan ke hadirat Tuhan
Yang maha belaskasih, atas berkat hidup, kesehatan yang telah diberikan kepada
peneliti, sehingga sampai saat ini peneliti masih merasakan kasih dan kebaikan
yang besar dari pada-Nya. Lebih dari itu peneliti juga bersyukur sehingga peneliti
dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini tepat pada waktunya. Semuanya ini
peneliti menyadari bahwa ada berbagai pihak yang terlibat dalam menyelesaikan
skripsi ini dengan harapan untuk terus berjuang dalam mencapai cita-cita.
Untuk itu semua, pada kesempatan yang penuh kegembiraan ini peneliti
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Rohandi., Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Christiyanti Aprinastuti., S.Si., M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd selaku Wakaprodi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Dra. Ignatia Esti Sumrah, M.Hum selaku dosen pembimbing I yang telah
meluangkan waktu, tenaga, sumbangan pikiran untuk memberikan
pengetahuan, kesabaran, memotivasi, untuk membimbing serta memberikan
teladan kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Irine Kurniastuti, S.Psi., M.Psi. selaku dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing, memotivasi, menyumbangkan
pikiran untuk memberikan pengetahuan, kesabaran serta teladan kepada
peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan kepada
peneliti untuk mengembangkan diri menjadi pribadi yang utuh.
7. Program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah menjadi wadah
bagi peneliti untuk menimba ilmu.
8. Para Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma yang
telah turut membimbing dan mengajarkan ilmu kepada peneliti.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
Peneliti
xii
DAFTAR ISI
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
xiv
xv
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR TABEL
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
Uraian dalam bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan
Pada era globalisasi seperti ini, telah terjadi kemajuan yang sangat pesat
pada bidang teknologi informasi dan komunikasi, selain itu dalam dunia
dirasakan saat ini, berbagai metode, strategi pembelajaran dan alat peraga banyak
penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan adalah seluruh kegiatan belajar yang
sistem pengawasan, dan diberikan evaluasi berdasarkan pada tujuan yang telah
tersebut menuntut dukungan dalam keterampilan membaca maka dari itu banyak
orang tua saat ini yang sudah memberikan pengajaran anaknya dalam usia dini.
dengan bahasa (Tarigan, 1979: 8). Sebenarnya saat ini, membaca permulaan dapat
Taman Kanak-kanak yang diterapkan pada saat ini. Tetapi orang tua pada saat ini
banyak yang sudah menuntut anaknya agar bisa membaca pada usia dini, bahkan
tidak sedikit orang tua yang sudah memberikan pendidikan diluar sekolah
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berbahasa dan bersastra yang meliputi empat aspek antara lain mendengarkan,
berbicara, membaca itu sendiri dan menulis (BNSP, 2006: 318). Sebenarnya
keempat aspek tersebut dilaksanakan secara terpadu. akan tetapi, pelajaran bahasa
utama, adapun tujuan utama dari membaca adalah untuk mencari serta
1979: 9). Sedangkan membaca permulaan sendiri juga memiliki tujuan yaitu agar
siswa memiliki pengetahuan dasar yang dapat digunakan sebagai dasar untuk
berbahasa lisan siswa. Sedangkan menurut Solchan, 2008: 8.5 mengatakan bahwa
yang diwakilinya, membina gerakan mata membaca dari kiri ke kanan, membaca
dalam membaca antara lain, (1) kesulitan anak mengenali huruf; (2) membaca
suara, kesulitannya pada (a) membaca kata demi kata, (b)pemarafrasean yang
(f) pembalikan, (g) penyisipan, (h) penggantian, dan (i) penggunaan gerak bibir,
menggunakan jari telunju, dan menggerakkan kepala; dan (3) pemecah kode yang
meliputi (a) kesulitan konsonan, (b) kesulitan vokal, (c) kesulitan kluster, diftong,
disgraph, (d) kesulitan menganalisis struktur kata, dan (e) tidak mengenali kata
dalam kalimat.
108 permasalahan dalam membaca ternyata terjadi di salah satu sekolah. Salah
dialami siswa. Dari hasil wawancara menunjukan data bahwa mayoritas siswa
yang mengalami kesulitan dalam mengenal huruf dan membaca adalah siswa
kelas I. Dari jumlah 22 siswa yang ada di kelas I, ada 3 siswa laki-laki yang masih
kesulitan dalam hal mengenal kata dan membaca. Hal ini disebabkan oleh
Kanak (TK), dengan demikian siswa yang belum mengalami masa Taman Kanak-
Kanak (TK) ini belum mengenal huruf apalagi membaca. Selain itu juga ada yang
dalam pengucapannya susah dan ada juga yang disebabkan malu dan malas karena
konsentrasi siswa ketika belajar mengenal huruf dan membaca. Permasalahan ini
pada bulan Oktober 2016. Dari hasil obervasi permasalahan yang muncul antara
lain adalah (1) Terdapat 1 siswa yang sudah mampu menghafal alfabet namun
pada saat peneliti memberi 5 kata hanya dapat membaca 3 kata dengan benar, (2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1 bisa membaca 3 kata dari jumlah 5 kata yang diberikan peneliti, dan (3) 1 siswa
peraga. Hal tersebut didukung dengan pernyataan Asyar (dalam Prastowo, 2015:
298) yang mengungkapkan bahwa alat peraga adalah media yang memiliki ciri
dan atau bentuk dari konsep materi ajar yang digunakan untuk memperagakan
materi tersebut sehingga materi pembelajaran lebih mudah dipahami oleh siswa.
Salah satu metode pembelajaran yang khas dengan penggunaan alat peraga adalah
5) kontekstual.
sangat cocok diberikan untuk siswa kelas I karena dalam alat peraga Montessori
ini sangat kontekstual dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Selain itu alat peraga
Montessori merupakan sesuatu yang konkret bagi siswa sehingga sesuai dengan
Piaget, anak usia 7-12 tahun (usia anak Sekolah Dasar) masuk dalam tahapan
operasional konkret (Salkind, 2004: 326). Selama tahap ini, proses pemikiran
diarahkan pada kejadian riil yang agak kompleks selama problem itu konkret dan
Selain kontekstual dan kongkrit alat peraga Montessori ini juga dapat
penelitian yang dilakukan oleh Wulan (2016) mengenai alat peraga berbasis
bahwa alat peraga membaca dan menulis permulaan dapat membantu kesulitan
belajar siswa dalam membaca dan menulis permulaan serta alat peraga sudah
baik. Akan tetapi alat peraga wulan baru dalam pengenalan huruf.
Keputran guru kelas IA dan IB yang menggunakan metode suku kata untuk
belajar membaca permulaan. Alat peraga Montessori ini tidak terdapat peraga
suku kata untuk belajar membaca permulaan, akan tetapi di Indonesia dikenalkan
peneliti dengan guru kelas IA dan IB tentang cara mengajar membaca permulaan
mengenalkan suku kata hingga terbentuk dalam kata sampai nanti menjadi
kalimat, paragraf.
Bahasa Indonesia untuk membaca permulaan. Khususnya media kartu suku kata
yang dapat digunakan untuk melatih membaca permulaan. Alat peraga ini
diharapkan juga dapat digunakan untuk anak yang berkebutuhan khusus dalam hal
ini penglihatan, karena kartu suku kata ini memiliki permukaan yang timbul
sehingga dapat dikenali melalui indera peraba. Peneliti melakukan penelitian dan
2. Bagaimana kualitas produk alat peraga kartu suku kata untuk menunjang
sebagai berikut.
1. Manfaat Teoretis
a. Penelitian ini disusun dengan harapan dapat menjadi acuan bagi penelitian
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti
murah.
b. Bagi siswa
c. Bagi guru
belajar.
Montessori.
Produk yang dikembangkan adalah alat peraga kartu suku kata untuk
terdiri dari kotak suku kata, kartu gambar, kartu suku kata, kartu bergambar, dan
Kotak suku kata terdiri dari 30 kotak kecil yang terdiri dari 26 kotak
didalam kotak terdapat kartu suku kata dan 4 kotak lainnya adalah satu kotak
untuk kartu bergambar, kartu suku kata berserta gambar dan dua lainya adalah
kotak suku kata untuk memasangkan dengan kartu bergambar. Bahan pembuatan
kotak ini adalah kayu Mdf begitu juga dengan kartu suku kata. Dalam media ini
huruf vokal diberi warna merah sedangkan huruf konsonan diberi warna biru. Tata
letak suku kata disusun berdasarkan urutan abjad dimana nantinya suku kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tersebut berfungsi sebagai alat untuk menyusun kata benda berdasarkan kartu
2. Alat peraga adalah suatu media yang digunakan untuk membantu siswa
diajarkan.
prinsip yang ada dalam Montessori, didalam alat peraga ini memiliki
digunakan oleh anak secara mandiri tanpa bantuan orang lain) dan auto-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
4. Suku kata adalah struktur yang terjadi dari beberapa huruf dimana ada
11
BAB II
LANDASAN TEORI
Uraian dalam bab ini terdiri dari kajian pustaka, penelitian yang relevan
Uraian dalam subbab ini terdiri dari Bahasa Indonesia sebagai Mata
Pelajaran dan Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Berikut adalah uraian dari
subbab tersebut.
ini memiliki tujuan akhir agar siswa dapat terampil berbahasa yang tercermin
terpadu selain itu juga keempat keterampilan tersebut merupakan ruang lingkup
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
(Ngalimun, 2014: 5). Setiap keterampilan itu erat sekali berhubungan dengan
belajar mengajar, yang harus dipikirkan dan ditetapkan lebih dahulu ialah tujuan
dalam pembelajaran bahasa, yang dilandasi oleh asumsi yang menganggap bahasa
dalam situasi formal maupun non formal, tiap-tiap aspek tidak berdiri sendiri
bahasa dalam prakteknya komunikasi akan tampil secara terpadu (Slamet, 2014:
19-22).
13
2.1.2 Membaca
Uraian dalam subbab ini terdiri dari pengertian membaca. Berikut adalah
yang digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang akan disampaikan
peneliti melalui tulisan Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta
oleh peneliti melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Suatu proses yang
menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam
suatu pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat
diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang
tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak
awal pendidikan bagi seorang anak. Membaca merupakan bagian dari penguasaan
Pada anak usia 5 tahun, seorang anak mungkin sudah memiliki sekitar 2000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Membaca dapat pula diartikan sebagai suatu metode yang kita pergunakan
untuk berkomunikasi dengan diri kita sendiri bahkan terkadang orang lain, yaitu
lambang tertentu. Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta
Uraian dalam subbab ini terdiri dari pengajaran membaca dan materi
didasarkan pada kebutuhan anak dan mempertimbangan apa yang telah dikuasai
anak. Rubin (dalam Slamet 2014: 107) mengemukakan beberapa kegiatan yang
ucapan, (2) kesadaran fonemik (bunyi bahasa), (3) hubungan antara huruf-huruf
mengingat, (6) membedakan huruf, (7) orientasi kekiri dan ke kanan, (8)
15
silabus kelas I dan II. Dalam penelitian ini peneliti membatasi pada kelas I saja
dikarenakan jumlah anak kelas satu yang bermasalah dalam membaca cukup
banyak. Materi membaca permulaan untuk kelas I semester pertama dan kedua
a. Persiapan (pramembaca)
Anak dikenalkan tentang sikap duduk yang baik, cara meletakan atau
b. Sesudah Pramembaca
Anak dikenalkan tentang lafal atau ucapan kata (menirukan guru), intonasi
sudah dikenal anak, dan kata-kata baru yang bermakna. Tahap pertama,
16
lebih 10 kalimat (dibaca dengan lafal dan intonasi yang wajar), kalimat-
kalimat sederhana (untuk dipahami isinya), dan huruf kapital pada awal
tersebut yaitu metode eja, metode suku kata, dan metode kata. Berikut uraian dari
1. Metode Eja
sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Setelah itu, siswa diajak untuk
17
Metode ini diawali dengan pengenalan suku kata, seperti ba, bi, bu, be, bo.
3. Metode Kata
suku kata dan suku kata menjadi kata. Dengan kata lain, hasil pengupasan
sapi → sa-pi→s-a-p-i→sa-pi→sapi
yang dimulai dari penggenalan suku kata kemudian dirangkai menjadi kata
sederhana.
dimensi. Oleh karena itu untuk dapat memahami beberapa konsep perkembangan
18
2007: 3). Menurut Reni Akbar Hawadi (dalam Desmita, 2007: 4), perkembangan
secara luas menunjuk pada keseluruhan proses perubahan dari saat pembuahan
ada tahap ini, intelegensi anak lebih didasarkan pada tindakan inderawi anak
penggunaan simbol atau tanda untuk menyatakan atau menjelaskan suatu objek.
Pada tahap ini, logika remaja mulai berkembang dan digunakan. Cara berpikir
adalah proses perubahan yang terjadi pada anak yang berlangsung secara
19
operasi konkret. Maka dari itu, berdasarkan referensi di atas, alat peraga yang
keuangan sebagai akutan, tetapi beralih menjadi pengawas perusahaan garam dan
ibu Montessori. Renilde Stoppani seorang wanita bangsawan dengan pola hidup
meningkatkan derajatnya.
Masa kecil Maria Montessori tetap di kota kelahirannya. Pada masa itu di
terjalin persatuan di Italia serta berhasil terbebas dari Australia. Pada pertengahan
20
mengalami perubahan yang signifikan untuk menjadi negara yang lebih baik.
Kondisi negara yang seperti itu tidak memberikan pengaruh banyak pada
yang tinggi terhadap masalah sosial di sekitarnya. Pada tahun 1900’s Maria
adalah House of Children (Casa dei Bambini) di Via dei Marsi, Roma yang
dibuka pada tanggal 6 Januari tahun 1907 lalu diikuti tahun 1908 membuka Casa
Dei Bambini di Vai Solari, Milan (Magini, 2013: 103-111). Sekolah tersebut
Universitas Roma dan meninggalkan praktik sebagai dokter untuk fokus pada
dunia pendidikan. Pada tahun 1911, pendekatan Montessori sudah banyak dipakai
21
Montessori pada 6 Januari 1907, dimana Montessori juga seorang dokter mulai
meletakkan berbagai jenis mainan dan beberapa alat didaktis dari Itard dan Seguin
yang telah ia modifikasi (Magini, 2013: 43-46). Berdasarkan pada alat peraga
sebelum ia mendirikan Casa dei Bambini (Montessori, 2002: 32). Pada percobaan
tersebut diperoleh hasil bahwa anak-anak tunagrahita dapat belajar dengan baik.
kebebasan, kemandirian, rasa hormat dan menghargai, adalah hal dasar yang harus
berbagai alat peraga yang didesainnya sendiri, mengatur ulang lingkungan belajar
agar lebih relevan dengan kebutuhan anak, dan membuka jelas eksperimental
menunjukkan hasil. Anak-anak terlihat lebih mandiri, teratur, ramah, dan aktif
sehingga orang tua mereka bangga karena kebiasaan tersebut tidak hanya
22
adalah hak mutlak yang harus dimiliki anak. Kebebasan memberikan kepercayaan
pada anak untuk melakukan segala sesuatu, sehingga rasa enggan dan takut telah
terhindar. Melalui kebebasan juga anak disiapkan untuk dapat menerima konsep
baru kapanun tanpa terkait situasi dan kondisi. Tentunya sebebas-bebasnya anak
untuk mempelajari sumua hal, baik itu matematika, bahasa, seni, dan sebagainya.
Belajar di suatu lingkungan kelas yang dihuni banyak anak dengan hanya
satu atau dua direktris, menuntut anak untuk memiliki sikap mandiri atas
yang besar dalam pembelajaran berbasis individu. Dengan atau tanpa pendidik,
anak mampu mengontrol diri dan memahami apa yang boleh atau tidak boleh
peraga, fungsi alat peraga, kriteria alat peraga dan alat perga berbasis metode
23
hal,sedangkan alat peraga adalah alat bantu untuk mendidik atau mengajar supaya
apa yang diajarkan mudah dimengerti oleh siswa (KBBI, 1991: 24). Alat peraga
adalah media alat bantu pembelajaran dan segala macam benda yang digunakan
dengan pikiran yang sederhana dan dapat dilihat, dipandang, dan dirasakan
pelajaran dalam proses belajar mengajar (Sudono, 2010: 14). Sedangkan menurut
Prastowo (2015: 295) alat peraga digunakan antara lain untuk: pertama,
Melalui pengertian diatas dapat diartikan bahwa alat peraga adalah alat
yang yang digunakan untuk membantu siswa dalam pembelajaran agar siswa lebih
24
1) Menarik
Alat peraga Montessori dirancang sangat menarik bagi siswa karena anak
belajar sesuatu melalui panca indera. Pertama jika melihat warna, diamati
menggunakan indera penglihatan anak warna dari alat peraga sangat cerah,
2) Bergradasi
Alat peraga Montessori mempunyai ciri bergradasi. Dilihat dari segi fisik
anak. Alat peraga bergradasi ini melibatkan panca indera anak. Oleh
karena itu, alat peraga dibuat agar anak terlatih panca inderanya, dan dapat
digunakan juga untuk berbagai macam usia dan berbagai macam konsep
itu sendiri, jadi apabila anak menggunakan alat peraga montessori ini
tanpa ada pengawasan dari guru ia dapat mengetahui benar atau salah.
Control of error adalah sebutan dari pengendali kesalahan yang ada pada
25
4) Auto-education
Ciri yang keempat dari alat peraga Montessori ini adalah auto-education.
anak (Lillard, 2005: 32). Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa konteks
lingkungan yang sudah akrab dengan siswa dapat menjadi sumber belajar
peraga yang sudah ada dengan membuat beberapa modifikasi. Alat peraga yang
26
dimana siswa dapat menemukan dan memperbaiki kesahan itu sendiri (auto-
peraga ini dapat ditemukan di sekitar anak. Alat peraga yang dikembangkan oleh
dan penelitian yang relevan dengan membaca permulaan. Berikut penjabaran dari
penelitian tersebut.
Danik (2014), dan Hadrianus (2015). Danik (2014) mengembangkan alat peraga
matematika untuk materi sudut berbasis metode Montessori. Jenis penelitian yang
siswa dalam mengidentifikasi besar dan jenis sudut pada siswa kelas III semester
genap (1) memiliki lima ciri yaitu auto education, menarik, bergradasi, auto
correction, dan kontekstual; (2) memiliki kualitas “sangat baik” (3) berdampak
pada meningkatnya kepercayaan diri siswa dan hasil belajar melalui peningkatan
27
alat peraga papan perkalian memiliki lima ciri, antara lain, menarik bagi siswa,
perolehan skor validasi 3,73 dalam kategori “sangat baik”. Terdapat perbedaan
nilai ketika uji coba terbatas, skor pretest menunjukkan rerata 58,21 sedangkan
posttest menunjukkan rerata 97,82. Oleh sebab, itudapat disimpulkan bahwa alat
peraga papan perkalian sudah layak digunkan dan dapat melalui tahap uji coba
penelitian tindak kelas (PTK) yang bersifat kolaboratif yang dilakukan pada anak
media animasi. Pada kegiatan pratindakan sebesar 41%, meningkat pada siklus I
menjadi 49%, dan meningkat pada Siklus II menjadi 86%. Adapun langkah-
dan alat yang digunkan; 2) Anak menonton media animasi dan mendengarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
merangkai huruf menjadi suku kata, merangkai suku kata menjadi kata dengan
modifikasi model Kemmis dan Mc. Taggart. Subyek penelitian ini adalah anak
Pratindak sebesar 47,22%, pada Siklus I menjadi 56,11%, pada Siklus Iimenjadi
67,5%, pada Siklus III menjadi 79,44%. Adapun keberhasilan tersebut dilakukan
flanel beeserta item-itemnya: (2) anak memberikan contoh cara mengenal huruf
dan kata, (3) memberikan contoh membaca gambar bertuliskan kalimat sederhana,
(4) anak diberikan kesembatan melihat, meraba huruf-huruf dan melepas atau
sulit dikenali anak, (6) memberikan kesempatan lebih besar pada anak yang
peningkatan kemampuan membaca awal masih sulit, anak lebih dibimbing dan
dimotivasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Permulaan
membaca dan menulis permulaan yang dikembangkan dari alat peraga Montessori
alat peraga berupa kotak huruf, kartu suku kata, kartu diftong, kartu kata, kartu
gambar, kartu garis, papan petunjuk penelitian huruf, dan papan tulis. Uji
lapangan terbatas menunjukkan hasil bahwa perolehan nilai maksimal 4. Uji coba
menulis dalam posttest lebih tinggi daripada nilai pretest. Selisih rerata nilai
membaca dalam pretest dan posttest sebesar 26,2. Sedangkan selisih nilai menulis
dalam pretest dan posttest sebesar 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
alat peraga membaca dan menulis permulaan dikembangkan dari alat peraga
Montessori yang sudah ada, memiliki kualitas sangat baik dan dapat membantu
relevansi tersebut, terbukti bahwa alat peraga berbais metode Montessori mampu
30
peraga dapat digunakan untuk anak yang memilki kebutuhan khusus dalam indera
penglihatan. Adapun kerangka relevansi penelitian ini dapat dilihat pada literature
31
Sekolah Dasar. Di kelas rendah, membaca ini masuk dalam satu pembelajaran
diberikan kepada siswa untuk melatih dan mendalami keterampilan membaca dan
menulis. Sebab, membaca dan menulis merupakan keterampilan dasar yang wajib
dikuasai oleh siswa agar mampu menguasai keterampilan lainnya. Namun pada
pelajaran membaca permulaan. Oleh karena itu, sebagai sarana untuk mengatasi
education, dan kontekstual. Pembelajaran dengan alat peraga dalam metode ini
memungkinkan siswa agar belajar secara mandiri tanpa bantuanorang lain dan
menyenagkan.
kebutuhan alat peraga di sekolah. Namun pada penelitian ini dibatasi pada
kata. Penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas I di SD N 1 Keputran. Jika alat
32
sebagai berikut:
dilakukan di SD N 1 Keputran?
3. Bagaimana hasil penilaian terhadap ciri alat peraga Montessori pada alat
4. Bagaimana hasil ujicoba terbatas kepada siswa atas alat peraga yang
dikembangkan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
BAB III
METODE PENELITIAN
Urian bab ini berisi (1) jenis penelitian, (2) setting penelitian, (3)
rancangan penelitian, (4) prosedur penelitian, (5) instrumen penelitian, (6) teknik
(Trianto, 2010: 206). Borg & Gall (dalam Setyosari, 2010: 194) mengemukakan
bahwa penelitian dan pengembangan adalah suatu proses yang dipakai untuk
yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan ini mengadopsi dua model
yaitu langkah pengembangan Borg & Gall (dalam Setyosari, 2010: 204-207) dan
pada uji coba lapangan terbatas yang dilakukan pada siswa kelas I untuk
tersebut. Hasil penelitian ini berupa media membaca permulaan berbasis metode
Montessori.
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Subjek dalam penelitian ini adalah tiga siswa kelas satu SD N 1 Keputran,
Objek dari penelitian ini adalah alat peraga kartu suku kata berbasis
metode Montessori. Alat peraga ini dirancang untuk membantu siswa melatih
melalui alat peraga yaitu kemampuan membaca suku kata. Alat peraga ini terbuat
dari kayu pinus yang dibagi menjadi 30 kotak kecil. Kotak-kotak kecil tersebut
berisi kartu huruf-huruf abjad a-z dan kartu suku kata yang dibuat dari MDF. Alat
dijangkau oleh peneliti. Selain itu, siswa yang diteliti tempat tinggalnya
Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Januari 2017 sampai bulan April
2017. Selama waktu kurang lebih 2-3 bulan ini, sudah termasuk analisis
kebutuhan siswa dan guru, validasi produk oleh guru kelas 1 dan uji produk oleh
siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
pengembangan dari Borg dan Gall. Borg dan Gall (dalam Tegeh, Jampel, &
Revisi produk utama, 6) Uji lapangan utama, 7) Pelaksanaan revisi produk, 8) Uji
pengimplementasian.
penelitian dari Borg dan Gall sebagai berikut.1) potensi dan masalah, 2)
coba produk, 7) revisi produk, 8) uji coba pemakaian, 9) revisi produk, 10)
produksi massal. Langkah penelitian menurut Sugiyono dapat dilihat pada gambar
3.1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
atau masalah yang ada. Analisis ini harus ditunjukkan dengan data empirik
banyak lagi terkait dengan masalah atau potensi yang telah ditetapkan.Informasi
yang akan dikembangkan. Tahapan berikutnya adalah desain produk. Produk yang
dihasilkan dalam R&D bermacam-macam dapat dalam bentuk bagan atau gambar
dengan spesifikasi setiap bagian sehingga desain produk yang dihasilkan jelas.
Setelah desain produk diperoleh, tahap berikutnya adalah validasi desain. Validasi
desain ini dilakukan oleh ahli untuk mengetahui kelemahan dan kekuatannya.
37
kemudian akan diujicobakan pada kelompok yang terbatas. Setelah uji coba
lingkup yang luas. Apabila dalam pemakaian terjadi kekurangan dan kelemahan,
pengembangan dari Borg dan Gall (dalam Tegeh, Jampel, & Pudjawan, 2014: 7)
dan Model Sugiyono (2012: 298 -311). Apabila peneliti menggunakan kesepuluh
langkah, penelitian ini akan membutuhkan waktu yang lebih lama. Oleh karena
itu, penelitian ini dibatasi pada ujicoba lapangan terbatas dan menghasilkan alat
pengembangan bentuk awal produk, validasi produk, dan uji coba lapangan
dan analisis kebutuhan siswa dan guru. Selanjutnya peneliti membuat instrumen
dan membuat produk yang sesuai dengan lima ciri alat peraga Montessori. Setelah
produk selesai, produk tersebut divalidasi oleh ahli bidang Montessori dan ahli
38
potensi masalah, penyusunan rencana agar penelitian dapat rinci dan testruktur,
pengembangan bentuk awal produk, uji coba lapangan terbatas, dan validasi
39
40
melakukan identifikasi masalah ini dengan cara peneliti melakukan observasi dan
dahulu oleh ahli dan guru. Setelah divalidasi, peneliti melakukan observasi dan
guru kelas I, dan siswa kelas I. Tujuan dari dilakukannya observasi dan
wawancara pada tahap yang pertama ini adalah untuk memperoleh data terkait
ketersediaan dan penggunaan alat peraga serta kesulitan belajar membaca yang
dialami oleh siswa. Hasil dari analisis data terkait dengan karakteristik alat peraga
Instrumen tersebut selanjutnya divalidasi oleh guru dan ahli untuk mengetahui
dan kebutuhan siswa dalam membaca, serta ketersediaan dan pemanfaatan alat
peraga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Tahap penyusunan rencana ini, data dari analisis kebutuhan yang diperoleh
digunakan sebagai bahan pembuatan konsep alat peraga. Peneliti membuat konsep
tentang disain alat peraga, disain album alat peraga, dan instrumen penelitian.
Instrumen penelitian berupa instrumen tes dan kuesioner validasi produk untuk
guru dan siswa. Instrumen tes akan digunakan sebagai pretest dan posttest yang
dibuat dalam bentuk tes membaca. Tes membaca terdiri dari membaca abjad dan
membaca suku kata kemudian membaca kata. Instrumen tersebut divalidasi oleh
Selain itu, peneliti juga menyusun kuesioner untuk validasi alat peraga
oleh ahli dan kuesioner untuk tanggapan mengenai produk alat peraga oleh guru
dan siswa. Setelah menyusun, kuesioner tersebut divalidasi oleh ahli dan guru
alat peraga langkah pertama yang ditempuh oleh peneliti adalah dengan membuat
desain alat peraga sesuai dengan konsep pengembangan dan hasil analisis
kebutuhan. Pada tahap ini dibuat kerangka album alat peraga. Saat desain alat
42
dandikembangkan sesuai dengan desain yang telah dibuat. Setelah selesai dibuat,
maka album alat peraga dapat dilengkapi dengan foto pada tahapan-tahapan
penggunaan alat peraga. Adanya album alat peraga akan membantu sitiap orang
dalam penggunaan alat peraga tersebut. Hasil akhir dari tahap ini adalah alat
Tahap keempat adalah validasi produk dan revisi produk. Alat peraga
sebanyak 1 kali. Hal ini dilakukan supaya peneliti dapat mengetahui kesesuaian
alat peraga dengan kedua pembelajaran tersebut. Sedangkan album alat peraga
divalidasi oleh ahli. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian langkah-
validasi yang dilakukan oleh ahli akan dianalisis oleh peneliti dan menjadi bahan
pertimbangan oleh peneliti dalam melakukan revisi produk. Dalam tahap ini
menghasilkan album dan alat peraga yang sudah siap untuk uji coba lapangan
terbatas.
Tahap kelima adalah uji coba lapangan terbatas. Produk yang dibuat
diberikan pretest. Setelah melalui pretest, uji coba dilakukan kepada siswa
tersebut. Ketika uji coba selesai, siswa diberikan posttest. Peneliti kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
meminta tanggapan kepada guru dan siswa mengenai penggunaan alat peraga
tersebut. Peneliti kemudian melakukan revisi apabila diperlukan. Hasil akhir dari
tahapan ini adalah prototipe alat peraga membaca permulaan berbasis metode
Montessori.
Margono, Rahayu, 2013: 29). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
3.5.1 Observasi
yang diampu oleh guru kelas. Aspek yang diamati ialah ketersediaan dan
penggunaan alat peraga membaca serta kesulitan belajar yang dialami siswa
dalam membaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
3.5.2 Wawancara
wawancara berisi tentang uraian penelitian yang dituangkan dalam bentuk daftar
pertanyaan agar proses wawancara dapat berjalan dengan baik (Sudarsono, dkk,
siswa kelas I.
ketersediaan dan penggunaan alat peraga di sekolah, dan penelitian yang pernah
dilakukan di sekolah berkaitan dengan alat peraga. Data dari hasil wawancara
dengan guru kelas I berkaitan dengan ketersediaan dan penggunaan alat peraga
kelas, kesulitan yang dialami guru dalam membimbing siswa dalam membaca,
dan usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan baik guru maupun siswa.
Sedangkan data yang diperoleh dari wawancara dengan siswa kelas I adalah
peraga, dan kesulitan yang dialami siswa dalam membaca. Selain untuk
45
dalam pembelajaran.
3.5.3 Kuesioner
atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Begitu pula dengan
Sukmadinata (2008: 219) yang memaparkan kuesioner sebagai suatu teknik atau
cara pengumpulan data secara tidak langsung (penelitian tidak langsung bertanya-
tersebut harus dijawab oleh responden. Bentuk pertanyaan dalam kuesioner bisa
pertanyaan tertutup.
kebutuhan yang diberikan kepada guru terkait dengan alat peraga. Keusioner
kelas I dan siswa kelas I untuk mengetahui kelayakan dari hasil akhir alat peraga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
datanya. Oleh sebab itu, instrumen penelitian harus memiliki tingkat kepercayaan
dan sekaligus data itu memiliki tingkat kesahihan (Setyosari, 2013: 207).
pembelajaran membaca dan ketersediaan alat peraga. Aspek yang diamati dalam
observasi antara lain ketersediaan alat peraga membaca dikelas, penggunaan alat
peraga membaca di kelas, cara penggunaan alat peraga membaca dikelas, dan
kesulitan belajar yang dialami siswa dalam membaca. Kisi-kisi observasi dapat
No Topik Pertanyaan
1. Informasi berkaitan dengan permaslahan membaca.
Ketersediaan alat peraga di sekolah antara lain:
a. Alat perga membaca yang sudah ada di sekolah
2.
b. Pengadaan alat peraga membaca di sekolah
c. Perawatan alat peraga membaca di sekolah
3. Penggunaan alat peraga membaca dalam pembelajaran
Penelitian yang pernah dilakukan di sekolahan berkaitan dengan alat
4.
peraga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
yang dialami guru dalam membimbing siswa dalam membaca, kesulitan belajar
yang dialami siswa dalam membaca, dan usaha yang dilakukan untuk mengatasi
kesulitan baik guru maupun siswa. Berikut kisi-kisi daftar pertanyaann wawancara
yang dilakukan kepada guru SD kelas I dapat dilihat pada tabel 3.2.
No Topik Pertanyaan
Ketersediaan alat peraga di kelas anatara lain:
1. a. Alat peraga membaca yang dimiliki oleh kelas
b. Pengadaan alat peraga membaca oleh guru
2. Penggunaan alat peraga membaca dalam pembelajaran.
3. Kesulitan yang dialami guru dalam membimbing siswa membaca.
4. Kesulitan belajar yang dialamisiswa dalam membaca.
5. Usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan terseebut.
tentang tanggapan siswa terhadap kegiatan membaca, penggunaan alat peraga, dan
informasi mengenai analisis kebutuhan alat peraga. Dalam wawancara ini peneliti
dengan siswa kelas I dapat dilihat pada tabel 3.3 dan 3.4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
No Topik Pertanyaan
1. Tanggapan terhadap kegiatan membaca yang selama ini terjadi.
2. Penggunaan alat peraga untuk membaca dan menulis
3. Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam membaca
No Indikator
1. Adanya penggunaan alat peraga dalam membaca.
Penggadaan alat peraga membaca dengan memanfaatkan benda-benda
2.
di sekitar.
3. Karakteristik alat peraga membaca yang kontekstual.
4. Karakteristik alat peraga membaca yang menarik.
5. Karakteristik alat peraga membaca yang auto-correction.
6. Karakteristik alat peraga membaca yang bergradasi.
7. Peran alat peraga membaca dalam pembelajaran.
3.6.2 Kuesioner
data hasil validasi produk kartu suku kata berbasis metode Montessori yang telah
dikembangkan oleh peneliti melalui uji validasi produk yang dilakukan oleh satu
dosen ahli, satu guru kelas I dan satu orang siswa kelas I. Kuesioner tersebut
bertujuan untuk mengetahui kualitas alat peraga yang telah dihasilkan. Melalui
49
Oleh karena itu pertanyaan dalam kuesioner dijawab secara bebas oleh responden.
Kuesioner ini disusun dengan tujuan untuk memperoleh data mengenai kebutuhan
akan alat peraga beserta karakteristik alat peraga yang diinginkan responden.
Responden yang dituju ialah guru kelas I. Kisi-kisi kuesioner analisis kebutuhan
Montessori dan ahli pembelajaran Bahasa Indonesia. Kuesioner diisi oleh para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
No.
Indikator Aspek yang dinilai
Item
51
hasil validasi kemudian mengolah data tersebut. Melalui hasil validasi konstruk
yang dilakukan oleh para ahli tersebut diperoleh hasil rerata skor.
tanggapan guru dan siswa terhadap alat peraga. Kuesioner diisi oleh guru dan
52
Dalam penelitian ini, instrumen tes digunakan sebagai pretest dan posttest.
Kedua tes tersebut digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum dan
sesudah uji coba terbatas dengan alat peraga. Soal tes hanya terdiri dari satu kali
tes. Jenis tes tersebut adalah tes membaca. Dalam tes membaca, kemampuan
siswa dalam membaca huruf, suku kata, dan kata diukur dengan kriteria yang
telah disusun.
3.7 Triagulasi
yang telah ada (Sugiyono, 2010: 230). Dalam penelitian ini, peneliti
53
mengumpulkan data dari berbagai sumber penelitian antara lain guru, kepala
sekolah dan siswa. Hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat mempertimbangkan
untuk pembuatan alat peraga membaca suku kata berbasis metode Montessori.
Berikut ini sumber data yang diperoleh oleh peneliti dapat dilihat pada bagan 3.4.
54
responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan analisis data adalah untuk
diperoleh (Sugiyono, 2010: 207). Dalam menganalisis ada dua tahap analisis yaitu
analisis data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif peneliti peroleh lewat hasil
observasi, hasil wawancara dan kuesioner yang disusun. Sedangkan analisis data
wawancara, validasi kuesioner, validasi alat peraga, uji keterbacaan soal tes,
pretest dan posttest. Untuk mengetahui lebih mendalam, berikut ini analisis
guru, kuesioner validasi produk, observasi, dan wawancara kepala sekolah, guru
dan siswa. Untuk analisis kuesioner, peneliti melakukan analisis dengan cara
berapa kali kode dan tema tersebut muncul dalam teks. Ketiga, membandingkan
kata kunci. Ketiga, membuat catatan lain berisi interpretasi atau kesimpulan
sementara. Keempat, mengumpulkan kata kunci dan tema dari daftar yang telah
55
sumber. Dengan demikian, data yang diperoleh semakin lengkap dan akurat.
Data kuantitatif diperoleh dari hasil validasi yang telah dilakukan oleh ahli
dalam bentuk skala nilai antara satu sampai empat menurut (Widoyoko, 2014).
Instrumen yang diberi kemudian untuk diolah untuk memperoleh skor rerata.
berdasarkan (Widoyoko, 2014). Konversi tersebut dapat disajikan pada tabel 3.8.
2,51-X-3,25 Baik
1,76-X-2,50 Kurang
56
BAB IV
penyusunan rencana, pengembangan bentuk awal produk, validasi produk, dan uji
dengan ketersediaan alat peraga di kelas dan permasalahan yang berkaitan dengan
4.1.1.1.1 Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
observasi digunakan, pedoman observasi dinilai terlebih dahulu oleh ahli bahasa.
bahasa terhadap pedoman observasi yang disajikan pada tabel di bawah ini,
No.
Kisi-Kisi Observasi Objek yang Diamati Skor
Item
Jumlah skor 18
58
bahwa jumlah rerata skor hasil penilaian pedoman observasi adalah 3,6. Jika
termasuk dalam kriteria sangat baik sehingga layak untuk digunakan. Hasil
ini.
59
dan mudah bagi siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil observasi dimana
Permasalahan yang dialami beberapa siswa belum dapat diatasi secara optimal
apabila guru hanya menggunakan teknik dikte dalam belajar membaca permulaan.
4.1.1.1.2 Wawancara
Wawancara dilakukan dengan kepala sekolah, guru kelas I dan dua siswa
kelas I. Pedoman wawancara telah divalidasi oleh guru SD. Wawancara telah
60
sekolahan untuk membantu siswa masih terbatas. Alat peraga yang dimiliki
sekolahan berupa poster huruf dan poster kata. Wawancara kedua dilakukan
61
62
disajikan pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa, Setiap tahunnya di kelas I selalu
ada siswa yang belum lancar membaca. Adapun penyebab kesulitan membaca
yang dialami siswa beranekaragam. Ada siswa yang tidak bersekolah di taman
kanak-kanak. Ada siswa yang masih sulit mengeja kata. Alat peraga untuk latihan
dengan siswa kelas I SD N 1 Keputran. Hasil wawancara dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Jawaban Siswa
Pertanyaan
DV RY HS
63
ketersediaan alat peraga untuk membaca masih terbatas. Bagan dibawah ini
dalam membaca yang dialami siswa. Beberapa siswa masih merasa kesulitan
dalam membaca. Hal tersebut dikarenakan ketersediaan alat peraga yang terbatas.
Alat peraga memang sudah tersedia tetapi guru jarang menggunakan alat tersebut.
Salah satu alasannya adalah karena kondisi alat peraga yang sudah rusak dam
jumlah yang terbatas. Padahal siswa merasa lebih senang dan mudah memahami
64
bahwa siswa mengalami kesulitan dalam membaca. Pada saat observasi, peneliti
kegiatan membaca di dalam kelas belum optimal. Dari hasil observasi, alat peraga
untuk membaca sudah ada namun tidak digunakan secara optimal. Asannya
karena ketersediaan alat peraga yang terbatas dan kondisi fisik alat peraga yang
rusak. Metode yang selama ini digunakan oleh guru adalah metode Iqro.
bosan, memiliki konsentrasi dan minat yang rendah. Hal ini terlihat ketika
pembelajaran bahasa indonesia ada siswa yang melakukan aktivitas lain yang
65
analisis kebutuhan.
sekitar. Ciri menarik, dilihat dari bentuk dan warna yang menarik perhatian siswa.
mandiri bagi siswa. Ciri auto- correction, dengan alat peraga tersebut siswa dapat
bergradasi, dilihat dari gradasi berat dan materi yang dapat digunakan melalui alat
peraga tersebut. Kelima ciri alat peraga montessori digunakan sebagai acuan
mengetahui kebutuhan guru akan alat peraga. Kuesioner analisis kebutuhan guru
hasil validasi kuesioner analisis kebutuhan untuk guru disajikan pada tabel
dibawah ini,
No. Item
Ahli Total Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Guru SD 3 2 4 3 4 4 3 4 3 4 34 3,4
ahli, didapatkan rerata skor 3,4. Rerata skor tersebut termasuk dalam kategori
sangat baik . Dengan demikian, instrumen dinyatakan valid dan layak digunakan.
No. Item
Ahli Total Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Guru SD 4 4 4 4 4 2 3 3 3 2 33 3,3
termasuk dalam kategori sangat baik. Oleh karena itu, instrumen dinyatakan valid.
67
Sebelum disebarkan, kuesioner analisis kebutuhan guru dinilai oleh ahli terlebih
dahulu.
No. Item
Ahli Total Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Guru SD 4 4 4 4 4 2 3 3 3 2 33 3,3
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa skor rerata yang diperoleh
untuk hasil penilaian kuesioner analisis kebutuhan guru oleh ahli bahasa
memperoleh skor 3,3. Dengan demikian, kuesioner analisis kebutuhan guru yang
68
(…) Pernah
Pernah.
Sebutkan alat peraga yang digunakan danberikan
1 Gambar huruf dan
penjelasan!
balok huruf
……………………………………………………
…
(…) Kayu
(…) Plastik
(…) Lainnya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Sebutkan………………………………………..
Alasan………………………………………
(…) Ya
8 Ya, mata dan mulut
Alasan………………………………………
(…) Tidak
Alasan………………………………………
70
kesalahannya sendiri.
Alasan ………………………………………
kesalahannya sendiri.
Alasan………………………………………
Dapat membantu
Apakah penggunaan alat peraga untuk latihan
siswa untuk
10 membaca permulaan dapat membantu siswa untuk
menemukan jawaban
menemukan jawaban yang benar?
yang benar.
disajikan pada tabel di atas dapat diketahui bahwa, dalam pembelajaran, alat
peraga membaca yang digunakan oleh guru berupa gambar huruf yang tertempel
di dinding. Namun jumlah alat peraga yang dimiliki hanya terbuat dari kertas
yang membuat alat peraga tidak tahan lama. Guru menginginkan alat peraga yang
memiliki warna-warna cerah dan bahan yang digunkan bisa tahan lama. Guru juga
menginginkan alat peraga yang dapat mempelajari lebih dari satu materi.
peraga yang dibuat dalam penelitian ini disesuaikan dengan kebutuhan guru dan
71
guru maka memperoleh data bahwa ketersediaan alat peraga untuk membaca
masih terbatas.
1. Kartu huruf
Komponen pertama adalah kartu huruf. Kotak huruf ini berisi kartu huruf
dari a-z. Kartu huruf ini membantu siswa untuk mengenal urutan huruf dan
Kartu suku kata ini merupakan lanjutan dari kartu huruf. Kartu suku kata
yang terdiri dari ba, bi, bu, be, bo, ca, ci, cu, ce, co dan seterusnya sampai z
untuk setiap huruf konsonan. Dalam kartu suku kata ini huruf vokal diberi
Kartu pengendali kesalahan ini adalah katu gambar dan kata dari gambar
tersebut,sisi depan terdapat gambar dan sisi belakang terdapat nama dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
4. Kartu gambar
Kartu gambar ini berisi gambar tentang benda-benda miniatur tersebut. yang
5. Benda miniatur
Benda miniatur ini dipilih dari benda-benda yang sering dijumpai siswa.
peraga.
produk sebelum diuji cobakan. Dalam validasi produk divalidasi oleh tiga ahli
yang berbeda bidangnya yaitu ahli bahasa, ahli Montessori dan guru SD kelas I.
Tujuan validasi produk ini adalah untuk mengetahui tingkat kelayakan alat peraga
No.Item
Ahli Total Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
73
Guru 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 45 3,75
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa skor rerata yang di peroleh
untuk penilaian alat peraga membaca permulaan berbasis metode Montessori oleh
ahli bahasa memperoleh skor 3,33. Rentang skor ini termasuk dalam kategori
Montessori yang telah dinilai oleh ahli bahasa termasuk dalam kategori naik
Selain dari ahli bahasa berdassarkan tabel diatas dapat diketahui skor
rerata yang diperoleh untuk penilaian alat peraga membaca permulaan oleh ahli
ini termasuk dalam rentang skor 3,25< X 4,00. Rentang skor ini termasuk dalam
kategori sangat baik. Dengan demikian, alat peraga membaca permulaan berbasis
metode Montessori yang telah dinilai oleh ahli Montessori termasuk dalam
yang diperoleh untuk penilaian alat peraga membaca permulaan berbasis metode
Montessori oleh guru SD kelas I memperoleh skor 3,75. Pengklasifikasian skor ini
termasuk dalam rentang skor 3,25 < X 4,00. Rentang skor ini termasuk dalam
kategori sangat baik. Dengan demikian, alat peraga membaca permulaan berbasis
74
Penilaian alat peraga yang telah dilakukan oleh ketiga ahli digabungkan
penilaian produk oleh ketiga ahli adalah sebesar 3,55. Skor ini termasuk dalam
rentang skor 3,25 < X 4,00. Rentang skor ini termasuk dalam kategori sangat baik.
Dengan demikian alat peraga layak untuk diujicobakan dan siap untuk uji coba.
Prosedur kelima dalam penelitian dan pengembangan ini adalah uji coba
produk. Uji coba produk ini dilakukan secara terbatas. Uji coba produk dilakukan
pada tiga siswa-siswa SD N 1 Keputran yang terdiri satu siswa perempuan dan
dua siswa laki-laki. Ketiga siswa-siswa tersebut dipilih berdasarkan saran dari
guru dan observasi yang dilakukan peneliti. Selama uji coba produk, peneliti
observasi penggunaan alat peraga dapat dilihat pada tabel dibawah ini,
75
Menggunakan alas
berbasis metode Montessori di atas dapat diketahui bahwa, semua siswa dapat
menggunakan alat peraga. Semua siswa dapat membawa alat peraga dengan benar
sesuai dengan cara membawa alat peraga Montessori dengan temannya. Semua
siswa menggunakan alas berupa kain hitam yang dibentangkan di atas lantai.
berkata “Hore, apa itu bu guru”. Saat melakukan uji coba, DV melakukannya
dengan penuh konsentrasi dan paling aktif bertanya. Meskipun ada beberapa
gangguan dari temannya yang berada dalam satu ruangan yang sama, namun DV
benda, kartu bergambar dan kartu suku kata. DV terlihat senang dan puas. Pada
dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Siswa kedua bernama RY. Pada saat peneliti memperkenalkan alat peraga,
Ketika pertama memperkenalkan kartu huruf a-z dia tidak begitu ragu karena
gambar dan kartu suku kata RY belum berhasil memasangkan semua dengan
dapat menemukan bahwa dirinya salah dalam meletakkan kata “babi” di bawah
kartu gambar “sapi”. Dengan begitu RY langsung mencari kartu kata “sapi”
siswa HS langsung bertanya, “kotak apa itu bu?” kemudian peneliti menjelaskan
kesalahan dia nampak ragu dan sering melihat ke peneliti. Setelah selesai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
masing-masing.
Berdasarkan hasil uji coba produk pada ketiga siswa dapat diketahui
bahwa, alat peraga membaca permulaan berbasis metode Montessori disukai oleh
anak dan dapat menarik perhatian siswa. Dengan demikian alat peraga membaca
kata. Observasi kemampuan siswa dalam membaca dilakukan dua kali yaitu
sebelum siswa menggunakan alat peraga dan setelah siswa menggunakan alat
peraga. Hasil observasi peneliti terhadap kemampuan siswa dalam membaca kata
Siswa
Kalimat
DV RY HS
Kuda X X
Babi X X
Sapi
Dadu X X X
Kaki X
Total 3 1 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Total x 2 4 2
membaca 3 kata dari 5 kata. Kata yang berhasil dibaca oleh DV adalah babi, sapi,
kaki.sedangkan kalimat yang belum berhasil dibaca oleh DV adalah kuda, dadu.
Siswa RY dapat membaca satu kata saja yaitu kata sapi. Sedangkan 4 kata lain
yang belum bisa dibaca oleh siswa RY yaitu kuda, babi, dan, kaki.
Siswa HS dapat membaca tiga kata sederhana dari jumlah total lima kata
sederhana yang diberikan peneliti. Ketiga kata tersebut adalah kuda, sapi, dan
kaki. Sedangkan dua kata yang belum dapat dibaca oleh oleh siswa HS yaitu babi
dan dadu.
Siswa
Kalimat
DV RY HS
Kuda X
Babi
Sapi
Dadu X
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Kaki
Total 3 1 3
Total x 2 4 2
membaca lima kata yang telah disediakan menggunakan alat peraga. Lima kata
yang di berikan peneliti tersebut adalah kuda, babi, sapi, dadu, dan kaki.
disediakan peneliti dari lima kata. Ketiga kata tersebut adalah babi, sapi, dan kaki.
Sedangkan kata yang belum dapat dibaca adalah kuda dan dadu.
Siswa HS dapat membaca kelima kata dari jumlah lima kata yang diberikan
peneliti. Kelima kata tersebut yaitu kuda, babi, sapi, dadu, kaki. Peningkatan
kemampuan membaca kata ketiga siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini,
80
peningkatan (kenaikan jumlah kata yang berhasil dibaca) yaitu sebanyak dua kata.
Sebelum menggunakan alat peraga, siswa RY dapat membaca satu kata saja dari
lima kata dan setelah menggunakan alat peraga, dapat membaca sebanyak tiga
menggunakan alat peraga HS mampu membaca lima kata dari lima kata yang
kata.
Jawaban
Apakah kamu suka dengan alat peraga ini ? Suka Suka Suka
Apakah kamu suka dengan miniatur benda- Iya, lucu Iya Iya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
benda ini?
bahwa alat peraga membaca permulaan berbasis metode Montesori disukai oleh
siswa. Hasil wawancara dengan siswa menunjukkan bahwa alat peraga tidak sulit
digunakan oleh siswa kelas I. Selain siswa juga menyukai miniatur benda-benda
4.2 Pembahasan
4.2.1 Produk Akhir
Hasil identifikasi masalah dan analisis kebutuhan yang dilakukan di SD
pada tiga siswa kelas satu SD N 1 Keputran dalam membaca . Selain itu, diketahui
analisis kebutuhan guru dan siswa menyetujui bahwa alat peraga dapat membantu
permasalahan umum yang dihadapi anak dalam membaca menurut Slamet 2014:
107-108 yakni, (1) kesulitan anak mengenali huruf; (2) membaca suara,
kesulitannya pada (a) membaca kata demi kata, (b) pemarafrasean yang salah, (c)
telunjuk, dan menggerakan kepala; (3) pemecah kode, yang meliputi (a) kesulitan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
konsonan, (b) kesulitan vokal, (c) kesulitan kluster, diftong, disgraph, (d)
kesulitan menganalisis struktur kata, dan (e) tidak mengenali kata dalam kalimat.
tentang kesulitan anak mengenali huruf u dan i, membaca kata yang terdapat
akhiran huruf u dan I, dan membaca kata demi kata. Adapun alat peraga yang
Tiga siswa kelas satu SD N 1 Keputran trmasuk pada usia 7-11 tahun,
perkembangan siswa sudah masuk dalam tahap opersional konkret. Siswa sudah
tertentu yang logis (Piaget dalam Suparno, 2001: 26-101). Melihat dari tahap
perkembangan siswa yang sudah masuk dalam tahap operasi konkret, peneliti
peraga konkret. Alat peraga yang dikembangkan oleh peneliti mengadopsi dari
Tahap pertama dalam pengembangan alat peraga ini adalah huruf yang
pada LMA dengan huruf lepas berdasarkan saran dari guru kelas I agar siswa
lebih mudah memahami. Tahap yang kedua adalah penambahan kartu. Alat
peraga LMA yang semula hanya terdiri dari huruf-huruf, kini terdapat kartu-kartu
yang mendukung latihan membaca. Peneliti menambahkan kartu suku kata, kartu
gambar, kartu kata. Pengendali kesalahan terdapat pada kartu gambar dan huruf.
Pemilihan kata pada kartu kata dikembangkan dari benda-benda yang sering
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
ditemui oleh anak pada kehidupan sehari-hari dan KD 3.1 Membaca nyaring suku
kata dan kata dengan lafal yang tepat. Oleh karena itu, peneliti mengembangkan
kartu suku kata dan kartu kata dengan gradasi kata yang dipilih (2-3 suku kata).
benda konkret dengan tujuan agar siswa dapat belajaran dengan benda yang sering
mereka temui dan anak pada usia ini masih belajar dalam tahap konkret.
memiliki komponen berupa kartu huruf, kartu suku kata, kartu gambar, kartu
melalui proses penilaian atau validasi oleh tiga ahli. Tiga ahli yang melakukan
yaitu ahli bahasa, ahli Montessori, dan guru SD kelas satu. Tujuan dilakukan
penilaian alat peraga oleh tiga ahli adalah untu mengetahui kualitas alat peraga
dari segi penggunaan bahasa, kekhasan Montessori, dan kesesuaian alat peraga
untuk digunaan oleh siswa SD kelas satu. Berdasarkan skor rerata dari ahli bahasa
Indonesia, ahli Montessori, dan guru SD kelas I memperoleh skor rerata sebesar
3,55. Jika diklasifikasikan dalam tabel penskoran Widoyoko skala empat, maka
kualitas alat peraga termasuk dalam kategori sangat baik sehingga layak untuk
digunakan.
Alat peraga kartu suku kata untuk membaca permulaan berbasis metode
montessori ini memiliki kualitas yang sangat baik jika dilihat dari segi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
correction dan kontekstual. Alat peraga dibuat untuk menarik perhatian dari siswa
peraga Montessori dapat dilihat dari komponen dan cara penggunaan alat peraga
membaca permulaan. Ciri menarik dapat dilihat dari bentuk alat peraga yang
gambar, serta penggunaan alat peraga yang menarik. Terdapat banyak pilihan kata
maupun gambar pada kartu yang memberi kebebasan kepada siswa dalam
mempelajari. Pada alat peraga membaca kartu suku kata untuk membaca
permulaan berbasis metode Montessori, bergradasi muncul dari alat peraga dapat
digunakan untuk lebih dari satu materi. Selain itu penggunaan alat peraga ini
melibatkan lebih dari satu indra yaitu indra pendengaran dan indera penglihatan.
penglihatan digunaan siswa pada saat meletakkan kartu gambar dan kartu suku
kata. Selain itu alat peraga dapat digunakan dalam berbagai usia. Alat peraga
dibuat dengan tujuan agar anak mengetahui kesalahan yang dibuat oleh dirinya
sendiri selama menggunakan alat peraga tanpa ada orang lain yang memberi tahu
(Montessori, 2002: 171). Pengendali kesalahan dalam alat peraga kartu suku kata
untuk membaca permulaan berbassis metode Montessori berupa kartu gambar dan
kata. Kartu gambar dibagian atas terdapata gambar lalu pada bawah gambar
terdapat kata yang sesuai dengan gambar tersebut. Auto-correction juga dapat
ditunjukkan oleh guru, karena untuk siswa yang masih kesulitan membaca perlu
pendampingan guru. Guru akan membenarkan jawaban siswa yang salah ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
mengucapkan bunyi huruf. Dalam pelajaran Montessori alat peraga dibuat untuk
ada campur tangan dari orang dewasa (Montessori, 2002: 172-173). Ciri auto-
education yang ada dalam alat peraga membaca permulaan berbasis metode
Montessori ini dapat digunakan oleh siswa secara mendiri tanpa bantuan guru.
Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji coba, bahwa siswa dapat menggunakan
oleh guru sebelumnya. Ciri kontekstual, maksud kontekstual dalam hal ini adalah
peraga membaca permulaan ini adalah benda-benda yang sering dijumpai anak
Hasil pretest dan posttest siswa dalam membaca permulaan pada uji coba
memberikan lima kata permulaan (babi, kaki, dadu, kuda, dan sapi) untuk ketiga
siswa kelas satu SD N 1Keputran. Peningkatan ketiga siswa yang semula satu
siswa tidak dapat membaca semuanya dan ada dua siswa baru dapat membaca tiga
kata menjadi Satu siswa dapat membaca tiga kata (babi, sapi, dan kaki) dengan
benar. Dua siswa menjadi dapat membaca semua kata (babi, kaki, dadu, kuda, dan
sapi) dengan benar.adi alat peraga kartu suku kata berbasis metode Montessori
dapat membantu siswa yang belum bisa membaca permulaan menjadi dapat
membaca permulaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat
dalam penelitian ini melalui 5 tahap penelitian, yaitu (1) potensi dan
(4) validasi produk dan (5) uji coba lapangan terbatas. Alat peraga membaca
menjadi huruf lepas. Ciri alat peraga Montessori dikembangkan dalam alat
peraga membaca permulaan. Ciri menarik terdapat pada warna huruf alat
peraga dan langkah penggunaannya. Ciri bergradasi terdapat pada warna, dan
corecttion terdapat pada kartu gambar dan huruf. Ciri auto-education terdapat
Dan ciri kontekstual terdapat pada bahan pembuatan alat peraga MMP yang
86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
suku kata, kartu huruf, kartu suku kata, kartu bergambar, kartu bergambar dan
kata.
2. Kartu suku kata untuk membca permulaan berbasis metode Montessori telah
para ahli, yaitu ahli Bahasa Indonesia, ahli Montessori, dan guru kels I SD.
Kualitas alat peraga kartu suku kata untuk membaca permulaan berbasis
metode Montessori adalah sangat baik. Validasi produk yang dilakukan oleh
ahli mendapatkan skor rerata sebesar 3,45 yang berarti memiliki kualitas
sangat baik. Uji coba lapangan terbatas menunjukkan hasil bahwa adanya
peningkatan yang baik dari posttest dari pada pretest yaitu peningkatan
membaca kata dari sebelum menggunakan alat peraga. Satu siswa dapat
membaca tiga kata (babi, sapi, dan kaki) dengan benar. Dua siswa menjadi
dapat membaca semua kata (babi, kaki, dadu, kuda, dan sapi) dengan benar.
Berdasarkan data analisis kebutuhan, alat peraga dapat dibawa anak dengan
mandiri, namun pada kenyataanya alat peraga dapat dibawa dengan bantuan
temannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
5.3 Saran
Saran yang dapat dipertimbangkan untuk penelitian selanjutnya adalah
sebagai berikut,
berat yang diperoleh masih sesuai apabila digunakan untuk siswa kelas I.
pembuatan disain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, A. (2014). Media Pelajaran (edisi revisi). Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Lillard, A. S. (2005). Montessori the Science Behind the Genius. New York:
Oxford University Press
92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Sudono, A. (2010). Sumber Belajar dan Alat Permainan. Jakarta: PT. Grasindo.
94
95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Kepala Sekolah :Alat peraga di sekolahan ini sebenarnya banyak mbak tapi
karena beberapa waktu lalu ada renovasi jadi tidak terawat
dan banyak yang hilang. Namunmasih ada beberapa yang
tersisa yang berada di kelas I yaitu papan huruf-huruf a-z
yang terpajang di dinding-dinding.
Kepala Sekolah : Alat peraga yang digunakan untuk kelas rendah itu hanya
papan huruf a-z ya mbak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Peneliti : Apakah alat peraga tersebut dibeli dari luar atau membuat
sendiri?
Kepala Sekolah : Ada beberapa alat peraga yang dirawat seperti papan
huruf a-z yang diletakkan di kelas rendah yang
digantungkan di tembok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Guru : Hanya awal-awal saja, karenaa alat peraga banyak yang hilang
dan hanya sedikit yang tersisa yang mbak.
101
Guru : Iya mbak, karena ada siswa yang tidak mengalami taman kanak-
kanak jadi agak sulit dan tertinggal dibandingkan teman yang
lain.
Guru : Ya itu tadi mbak ada siswa yang belum mengenal huruf a-z , jadi
harus dari awal.
Guru : Kalau untu yang belum benar-benar bisa membaca ada 6 anak
mbak, namun yang 3 sudah lebih baik.
102
103
Peneliti : Apakah kamu menginginkan ada kartu suku kata untuk latihan
membaca ?
Siswa : Masih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
107
108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Siswa : Iya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
119
120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
DV RY HS
140
141
Lampiran 6. Dokumentasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
Disusun oleh :
PGSD – 131134141
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
album petunjuk penggunaan alat peraga membaca permulaan ini. Album alat
peraga ini dibuat untuk melengkapi tugas akhir skripsi yang berjudul “Kartu Suku
itu, album alat peraga ini digunakan sebgai buku petunjuk penggunaan dari alat
menyelesaikan album alat peraga dengan lancar. Semoga album ini dapat berguna
bagi para pembaca dan bisa menjadi salah satu sumber inspirasi untuk lebih baik
lagi. Peneliti mohon maaf apabila ada beberapa kesalahan dalam penyajian album
Peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
Kotak alat peraga membaca permulaan terdiri dari lima bagian, yaitu kotak
huruf, kotak benda nyata, kotak kartu suku kata, kotak kartu bergambar, kotak
pengendali kesalahan (kartu gambar dan suku kata). Pada kotak huruf terdapat
suku kata. Pada kotak benda nyata terdapat beberapa miniatur benda nyata yang
sering ditemui oleh anak dalam kehidupan sehari-hari. Kotak kartu bergambar
memuat kartu gambar. Pengendali kesalahan terdapat kartu gambar suku kata. Di
bagian atas terdapat gambar sedangkan di bawah gambar terdapat ejaan suku kata
permulaan
- Direktris
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
Persiapan Pertama
1. Direktris mengajak siswa belajar dengan berkata “Hari ini kita akan
2. Direktris mengarahkan siswa mengambil alat peraga suku kata dari tempat
penyimpanan dengan berkata “Mari bantu ibu membawa alat peraga suku
kata!”.
4. Siswa mengambil alat peraga suku kata dari tempat penyimpanan bersama
146
147
Latihan pertama
9. Direktris mengenalkan alat peraga suku kata kepada siswa dan berkata “
10. Direktris menunjukkan letak setiap huruf pada kotak huruf dan berkata
“Disini adalah tempat huruf a!” sambil menunjuk kotak huruf a. Begitu
seterusnya sampai z.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
11. Direktris menunjukkan letak kartu suku kata dan berkata “ Di bawah huruf
huruf konsonan.
12. Direktris menunjukkan letak benda kongkrit pada kotak dan berkata “Di
kongkrit.
13. Direktris bertanya kepada siswa “Mana letak huruf a?”. Siswa menunjuk
14. Direktris bertanya kepada siswa “Mana letak huruf b?”. Siswa
15. Direktris bertanya kepada siswa “Mana letak suku kata?”. Siswa
16. Direktris bertanya kepada siswa “Mana letak benda kongkrit?” Siswa
149
Persiapan kedua
17. Direktris mengajak siswa dengan berkata “Sekarang kita akan belajar
menyusun suku kata agar menjadi kata benda dengan alat ini”.
Latihan pertama
menyusunnya.
21. Direktris mengambil suku kata yang sesuai dengan nama, kemudian
22. Direktris kemudian membaca nama benda berdasarkan susunan huruf dan
suku kata.
23. Direktris mengecek kebenaran menyusun huruf dan suku kata dengan
24. Direktris menawarkan kepada siswa untuk menyusun huruf sambil berkata
25. Siswa melanjutkan menyusun huruf dan suku kata berdasarkan benda.
Penutup
26. Direktris memberi kesimpulan ”Hari ini, kita telah belajar menyusun huruf
27. Direktris meminta siswa mengembalikan alat peraga suku kata dengan
150
Catatan Tambahan
151
CURRICULUM VITAE
Yoshinta Woro Indriyani merupakan anak kedua dari dua bersaudara yang lahir
di Klaten, 8 Juli 1996. Peneliti memperoleh pendidikan dasar di SD Negeri 2 Sukorini, tamat
pada tahun 2006. Kemudian dilanjutkan dengan menempuh pendidikan menengah pertama
diperoleh di SMP 1 Manisrenggo, tamat pada tahun 2011. Pendidikan menengah atas diperoleh
di SMA 1 Jogonalan, tamat pada tahun 2013.
Pada tahun 2013, peneliti melanjutkan studi ke perguruan tinggi dan terdaftar sebagai
mahasiswi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar (PGSD). Pendidikan di perguruan tinggi diakhiri
dengan menulis skripsi yang berjudul: "Kartu Suku Kata untuk Membaca Permulaan Berbasis
Metode Montessori”.