Anda di halaman 1dari 5

3.

Analisis pemanfaatan laporan dalam bentuk cakupan maupun indikator untuk


mendukung kegiatan manajerial di Puskesmas.
Mekanisme sistem pencatatan dan pelaporan di Puskesmas adalah dengan
format register, ada kohor kemudian ada yang manual dan online. Registrasi yang
berlaku sesuai dengan ketentuan dan kebutuhan program dalam pemantauan dan
evaluasi. Ada yang memakai LB 1 LB2 LB3 dan LB4. Semua program akan di kirim
ke sistem pelayanan kesehatan terpadu. Dan untuk surveilans kasus KLB akan
dikirim per minggu agar cepat ditangani.
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa laporan berbentuk form atau
blangko yang direkap menjadi laporan bulanan yang kemudian diinput ke dalam
aplikasi SIMPUS. Selain itu juga hasil rekap selama satu tahun akan direkap menjadi
laporan tahunan yang kemudian diintegrasikan ke SIMPUS. Menurut Permenkes No.
75 tahun 2014 Pasal 1 ayat 11 Sistem Informasi Puskesmas adalah suatu tatanan yang
menyediakan informasi untuk membantu proses pengambilan keputusan dalam
melaksanakan manajemen puskesmas dalam mencapai sasaran kegiatannya (Pratiwi
dan Pujihastuti, 2016). Puskesmas Sungai Ulin menggunakan SIMPUS online dengan
aplikasi dan ada juga yang manual. SIMPUS dikerjakan oleh single user sehingga
apabila orang tersebut berhalangan maka akan terjadi kendala pada pelaporan.
Laporan dibuat dalam bentuk SP2TP yang akan dilaporkan ke Dinas Kesehatan.
Pemanfaatan data dari SP2TP dapat digunakan sebagai pemantauan untuk
tindakan perbaikan segera dan yang paling penting untuk dilakukan di tingkat
puskesmas, adapun perencanaan pelaksanaan kegiatan (POA) sebagai penyusunan
hasil kegiatan pokok Puskesmas dan kondisi tenaga serta wilayah kerjanya. Laporan
dilihat dari target dan pencapaiannya kemudian di evaluasi menggunakan 5M dan
dari 5M tersebut dilihat yang mana yang perlu perbaikan untuk kegiatan selanjutnya.
Laporan di evaluasi per bulan dan di lakukan Lokakarya Mini untuk membahas
keberhasilan masing-masing program serta kendala atau hambatannya dengan
maksud mencari penyebab hambatan dan rencana tindakan yang akan dilakukan
kedepan. Kegiatan ini melibatkan lintas sektor dan tokoh masyarakat. Pemantapan
laporan dilakukan pada akhir tahun untuk membuat RUK (rencana usaha kerja) yang
dibuat berdasarkan evaluasi seperti dari jumlah kunjungan dan jumlah pasien tahun
lalu.

Dalam menyelenggarakan fungsinya sesuai dengan Peraturan Menteri


Kesehatan No 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas, bahwa setiap Puskesmas
berwenang untuk: (a) Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah
kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan; (b).
Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan; (c) Melaksanakan
komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang
kesehatan; (d) Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama
dengan sektor lain terkait; (e) Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan
pelayanan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat; (f) Melaksanakan peningkatan
kompetensi sumber daya manusia Puskesmas; (g) Memantau pelaksanaan
pembangunan agar berwawasan kesehatan; (h) Melaksanakan pencatatan, pelaporan,
dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan cakupan pelayanan kesehatan; dan
Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk dukungan
terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit
(Ainurrahmah, 2017).

Berdasarkan hasil wawancara, terdapat kendala dalam pelaporan informasi di


Puskesmas tersebut yaitu mengenai 5M (Man, Machines, Money, Method dan
Materials) dalam Susilo (2015):

1. Man
Kendala yang ada di Puskesmas tersebut adalah kekurangan orang
sehingga satu orang memegang beberapa laporan. SIMPUS yang baik dapat
dilihat dari beberapa indikator sepeti; kompetensi pengguna, beban kerja
pengguna aplikasi SIMPUS, tingkat produktivitas, tingkat pemahaman
dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengguna SIMPUS sebagai
eksekutor data. Penerapan SIMPUS dapat berjalan lancar dengan intensitas
penggunaan aplikasi SIMPUS didukung dengan kompetensi/pemahaman
pengolah data yang kompeten, meskipun distribusi sumber daya manusia
pengolah data belum merata.
2. Machine
Mesin (komputer dan aplikasi SIMPUS) memiliki peran penting dalam
proses pengolahan data. Komputer/aplikasi yang handal akan meningkatkan
proses pengolahan data. Komputer dan aplikasi merupakan alat untuk
menghasilkan output. Jika output sesuai dengan kebutuhan maka akan
meningkatkan esensi penerapan SIMPUS dalam memanajemen informasi.
Untuk sistem perlindungan data dari ancaman virus diperlukan intervensi
yang lebih mengingat hal ini akan mempengaruhi kinerja komputer
tersebut.
3. Money
Depkes (2011) menyatakan tidak ditemukan hubungan yang signifikan
dalam unsur dana dengan penerapan SIMPUS, dimungkinkan telah
terpenuhinya sarana dan prasarana secara umum sebagai investasi awal
dalam penerapan SIMPUS serta biaya pemeliharaannya yang relatif tidak
selalu mengeluarkan biaya. Dalam SIKDA Generik, diuraikan bahwa
memodernisasikan SIK dengan adopsi TIK memerlukan investasi yang
sangat tinggi karena melibatkan banyak dana untuk perangkat keras, lunak,
implementasi dan operasional. Hal tersebut merupakan sebab mengapa
implementasi TIK di sektor kesehatan masih belum menyeluruh.
Menyeluruh dalam hal ini bukan berarti menjadi masalah dalam penerapan
di seluruh puskesmas yang sudah menerapkan SIMPUS.
Hal lain yang menjadi asumsi bahwa dana tidak memiliki hubungan
yang signifikan adalah perangkat elektronik tidak selalu rusak saat
digunakan, kualitas komputer meski kurang handal namun masih layak
digunakan dalam penerapan SIMPUS dan energi listrik tidak selalu menjadi
masalah di setiap harinya. Hal ini sejalan dengan definisi dana menurut
Hasibuan (2007) yang menyatakan bahwa unsur money adalah uang yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Uang tersebut dalam tersebut diperlukan
dengan tujuan pengadaan komputer dan peralatan pendukung utama dalam
penerapan SIMPUS (invest).
4. Method
Dari hasil wawancara, kendala yang dialami Puskesmas tersebut
adalah metode yang digunakan dalam pencatatan pelaporan data masih
secara manual. Kemampuan data dalam berintegrasi akan mengurangi
beban kerja, karena pengguna tidak perlu merekap ulang data. Hal ini juga
akan meningkatkan intensitas penggunaan aplikasi SIMPUS dalam proses
pelayanan di puskesmas. Selain itu, jika semua data sudah dapat terintegrasi
dengan baik, penggunaan kertas dapat dikurangi karena data secara otomatis
akan menampilkan hingga dalam bentuk informasi.
Hal ini sejalan dengan adanya studi yang dilakukan oleh Yi Qin &
Shitan Huang (2011) menyatakan bahwa penggunaan metode komputer
saling terintegrasi akan meningkatkan performa komputer selain itu, dengan
memadukan antara software dan hardware dengan sistem terintegrasi alur
data lebih terarah, lebih handal dan lebih berdaya guna.
5. Materials
Kesesuaian format data sudah dapat memenuhi kebutuhan operator
pengolah data. Kelengkapan format data dalam kategori baik dan data yang
tersimpan dalam basis data dapat dipilah sesuai dengan kebutuhan
pengguna. Meski demikian, unsur material masih memiliki sisi yang perlu
ditingkatkan. Kemampuan data untuk berintegrasi antar ruang pelayanan
masih perlu ditingkatkan dalam proses penerapan SIMPUS.

DAFTAR PUSTAKA

Pratiwi DP, Antik P. 2016. Tinjauan pelaksanaan pelaporan Sistem Informasi


Manajemen Puskesmas (SIMPUS) di Puskesmas Jumantoro Kabupaten Karang
Anyar. Jurnal Rekam Medis 10(2): 1011-1111.

Ainurrahmah Yusri. 2017. Pengaruh manajemen Pusat Kesehatan Masyarakat


terhadap akses pelayanan kesehatan untuk mewujudkan mutu pelayanan
kesehatan. Jurnal publik 11(2): 239-256.

Susilo Didik Agus. 2015. Hubungan unsur manajemen dengan penerapan sistem
informasi manajemen puskesmas di Kabupaten Boyolali. Naskah Publikasi.
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai