Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Ekonomi Kesehatan

“Laporan Hasil Survei Need and Demand Di Wilayah Kerja


Puskesmas Liang Anggang”

Oleh :
KELOMPOK 1

R. Akbar Agustriyanto 1610912310037


Aulia Rizky Maulida 1610912220004
Nanda Suji P 1610912320032
Nur Aidha A 1610912220023
Shinta Aulidya 1610912320046
Yolanda Amelia Marta 1610912120033

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya


kepada kami sehingga dapat menyelesaikan laporan ini yang berjudul
“Laporan Hasil Survei Need and Demand Di Wilayah Kerja Puskesmas Liang
Anggang” dengan tepat pada waktunya. Kami menyadari bahwa penulisan
laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami sangat
mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan dikemudian hari. Kami berharap gagasan ini dapat
dimanfaatkan sebaik mungkin guna melakukan evaluasi khususnya bagi
pembaca.

Banjarbaru, November 2018

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER .................................................................................................................i
KATA PENGANTAR .............................................................................................ii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................3
C. Tujuan .....................................................................................................3
D. Manfaat ..................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Needs dan Demand ....................................................................5
B. Needs dalam Pelayanan Kesehatan .......................................................6
C. Demand dalam Pelayanan Kesehatan ...................................................7
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Need dan Demand Pelayanan
Kesehatan ...............................................................................................8
E. Citra Pelayanan Kesehatan ....................................................................11
F. BAB III METODE......................................................................................13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................15
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................27
B. Saran .......................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Karakteristik Responden ....................................................................15
Tabel 4.2 Distribusi Pemilihan Fasilitas Kesehatan di Wilayah Kerja
Puskesmas Liang Anggang ...............................................................16
Tabel 4.3 Distribusi Alasan Pemilihan Pelayanan .............................................17
Tabel 4.4 Distribusi Pemilihan Pakaian yang Sebaiknya Dipakai Tenaga
Kesehatan ..........................................................................................18
Tabel 4.5 Faktor yang Mempengaruhi dalam Memilih Pelayanan Kesehatan,
Berdasarkan Prioritas yang Paling Banyak Dipilih ...........................18
Tabel 4.6 Fasilitas Tambahan yang Ada di Ruang Tunggu...............................19
Tabel 4.7 Fasilitas tambahan yang ada di kamar pasien ..................................19
Tabel 4.8 Fasilitas pendukung yang sangat penting di tempat pelayanan
kesehatan ...........................................................................................20
Tabel 4.9 Prioritas dari tempat pelayanan kesehatan .....................................20
Tabel 4.10 Sakit pada periode 6 bulan terakhir ................................................21
Tabel 4.11 Pelayanan kesehatan yang dikunjungi terakhir kali ........................21
Tabel 4.12 Distribusi tujuan datang ke pelayanan terakhir ..............................22
Tabel 4.13 Distribusi yang melakukan pemeriksaan pada kunjungan terakhir
kali di pelayanan kesehatan .............................................................23
Tabel 4.14 Pelayanan pemeriksaan yang dilakukan petugas kesehatan.........23
Tabel 4.15 Distribusi petugas pelayanan kesehaan pernah memberikan
penjelasan mengenai upaya preventif ............................................23
Tabel 4.16 Distribusi jumlah pengecekan keadaan pasien dalam sehari ........24
Tabel 4.17 Distribusi lama waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan
pelayanan .........................................................................................24
Tabel 4.18 Tindakan medis yang terakhir kali anda dapatkan di pelayanan
kesehatan .........................................................................................24
Tabel 4.19 Tarif yang dikeluarkan untuk memperoleh pelayanan
kesehatan .........................................................................................25
Tabel 4.20 Lama waktu yang dibutuhkan untuk datang ke pelayanan
kesehatan .........................................................................................25
Tabel 4.21 Perilaku petugas kesehatan dalam memberikan informasi di pusat
layanan informasi .............................................................................25
Tabel 4.22 Kesulitan yag dialami dalam meminta informasi tentang program
pelayanan kesehatan .......................................................................25
Tabel 4.23 Yang membuat responden kecewa terhadap pelayanan
kesehatan .........................................................................................26

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani yaitu “oikos” yang berarti
keluarga atau rumah tangga dan “nomos” yaitu peraturan, aturan, hukum.
Maka secara garis besar ekonomi diartikan sebagai aturan rumah tangga atau
manajemen rumah tangga. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ekonomi
berarti ilmu yang mengenai asas-asas produksi, distribusi dan pemakaian
barangbarang serta kekayaan (seperti keuangan, perindustrian dan
perdagangan). Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan
dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat, antara lain sandang, pangan,
perumahan, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan
tersebut berkaitan dengan penghasilan (Khopsoh, 2016).
Pelayanan kesehatan yang baik merupakan suatu kebutuhan masyarakat
dan sering kali menjadi ukuran dalam keberhasilan pembangunan. Menyadari
bahwa pelayanan kesehatan menjadi kebutuhan setiap warga negara maka
pemerintah berupaya dari waktu ke waktu untuk menghasilkan program-
program yang dapat meningkatkan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
Salah satu program yang diselenggarakan oleh Pemerintah Indonesia adalah
penyelenggaraan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang
diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) menurut
Undang-undang (UU) yakni UU Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN). Permasalahan klasik yang sering timbul di Puskesmas
adalah berupa ketersediaan tenaga kesehatan yang kurang serta kelengkapan
obat yang belum memadai, ditambahkan pula dengan sikap dan perilaku
petugas kesehatan terhadap pasien. Terkadang hubungan antara petugas
kesehatan dengan pasien belum tercipta secara baik menimbulkan rendahnya
tingkat kepercayaan terhadap layanan yang diberikan. Hal tersebut banyak

1
2

mempengaruhi minat masyarakat khususnya peserta BPJS kesehatan untuk


memperoleh pelayanan kesehatan di Puskesmas (Rumengan, 2015).
Literasi ekonomi merupakan alat yang berguna untuk merubah perilaku
dari tidak cerdas menjadi cerdas. Seperti bagaimana memanfaatkan
pendapatan untuk menabung, berinvestasi, proteksi dan memenuhi
kebutuhan hidup. Sesuai dengan yang disampaikan Raharja dan Manurung
(2010: 1) bahwa keputusan dalam menentukan pilihan bukanlah pekerjaan
yang mudah, sebab berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Dilanjutkan oleh Raharja dan Manurung karenanya manusia perlu belajar
bagaimana menetukan pilihan, hal inilah yang akan dipelajari dalam ilmu
ekonomi (economic). Dengan demikian ilmu ekonomi membantu manusia agar
upaya kearah pemenuhan kebutuhan yang selalu langka tersebut bisa
dilakukan dengan baik (Astuti, 2016).
Upaya manusia untuk memenuhi kebutuhannya sudah berlangsung sejak
manusia itu ada. Salah satu kegiatan manusia dalam usaha memenuhi
kebutuhan tersebut adalah memerlukan adanya pasar sebagai sarana
pendukungnya. Pasar merupakan kegiatan ekonomi yang termasuk salah satu
perwujudan adaptasi manusia terhadap lingkungannya. Hal ini didasari atau
didorong oleh faktor perkembangan ekonomi yang pada awalnya hanya
bersumber pada problem untuk memenuhi kebutuhan hidup (kebutuhan
pokok). Manusia sebagai makhluk sosial dalam perkembangannya juga
menghadapi kebutuhan sosial untuk mencapai kepuasan atas kekuasaan,
kekayaan dan martabat (Hakim, 2017).
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan yaitu harga barang itu
sendiri, harga barang lain, pendapatan konsumen, jumlah anggota keluarga
konsumen, dan selera konsumen. Pendapatan konsumen merupakan factor
penting terhadap permintaan barang. Permintaan semakin meningkat seiring
dengan meningkatnya pendapatan masayarakat. Selain itu harga dapat
mempengaruhi jumlah permintaan. Bertambahnya penghasilan masyarakat
3

sebagai konsumen akan menyebabkan meningkatnya permintaan terhadap


suatu produk. Elastisitas permintaan adalah persentase perubahan dari
kuantitas yang diminta sebagai akibat dari perubahan nilai salah satu variabel
yang menentukan permintaan sebesar satu persen. Elastisitas permintaan
merupakan ukuran kepekaan perubahan permintaan terhadap harga dan
pendapatan. Elastisitas permintaan terdiri dari elastisitas harga, elastisitas
pendapatan, dan elastisitas harga silang (Rahmawati dkk, 2018).
Beberapa kendala yang dialami ketika menangani permintaan produk
adalah keterbatasan dari produksi dan persediaan manajemen pasokan, cara
perusahaan dalam menghasilkan produk sesuai permintaan pemesanan, serta
tingginya kompleksitas rantai pasokan juga mempengaruhi permintaan
(Purnamasari dan Azhari, 2017).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan bahwa
“bagaimana needs dan demand masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Liang
Anggang”.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari laporan ini yaitu menganalisis needs dan demand
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Liang Anggang.
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis needs masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Liang
Anggang.
b. Menganalisis demand masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Liang
Anggang.
4

D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Laporan ini diharapkan dapat membantu mengetahui apa saja need dan
demand yang dibutuhkan oleh masyarakat.
b. Dapat menerapkan materi yang didapat selama mengikuti perkuliahan
dan mengaplikasikanya di lapangan.
2. Bagi Puskesmas
a. Sebagai masukan agar mengetahui needs dan demand masyarakat
terhadap puskesmas.
b. Agar puskesmas dapat meningkatkan kualitas pelayanan sesuai dengan
needs dan demand masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Needs dan Demand
Kebutuhan (needs) adalah keinginan manusia atas barang dan jasa yang
perlu dipenuhi untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Needs
menggambarkan kebutuhan dasar manusia seperti pangan, sandang, papan,
pendidikan, kesehatan, rekreasi, dan lainnya. Menurut Shaikh & Hatcher
(2005) kebutuhan antara manusia bisa saja tidak sama tergantung faktor yang
memengaruhinya. Needs (kebutuhan) adalah segala sesuatu yang ingin
dipenuhi yang berasal dari dalam diri manusia. Contoh rasa lapar, rasa haus,
kebutuhan seksual, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan
penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri. Needs tidak bisa diciptakan maka
produsen harus mampu mengidentifikasi needs dan wants suatu produk
dengan cara melakukan riset pasar (Haning dkk, 2018).
Demand adalah keinginan akan produk spesifik yang didukung oleh
kemampuan dan kesedian untuk membelinya. Jadi, sebelum seorang
produsen memproduksi dan mempasarkan produknya, dia harus meriset,
apakah ada demand terhadap suatu produk secara kuantitatif. Permintaan
(demand) adalah keinginan terhadap produk spesifik yang didukung oleh
kemampuan dan kesediaan untuk membeli. Permintaan kesehatan sangat
berpengaruh pada pemanfaatan pelayanan kesehatan. Pemanfaatan
pelayanan kesehatan adalah suatu perilaku atau tindakan yang dimiliki oleh
individu dalam mencari pelayanan kesehatan. Pemanfaatan pelayanan
kesehatan merupakan hal penting dalam masyarakat yang bertujuan untuk
membantu dalam menentukan status kesehatan (Haning dkk, 2018).
Secara umum keadaan needs dan demand pelayanan kesehatan dapat
dilukiskan dalam suatu konsep yang disebut fenomena gunung es (iceberg
phenomenon). Konsep ini mengacu pada pengertian bahwa demand yang
benar seharusnya merupakan bagian dari need. Secara konseptual, need akan

5
6

pelayanan kesehatan dapat berwujud suatu gunung es yang hanya sedikit


puncaknya terlihat sebagai demand. “Sedikit” tersebut bersifat variatif. Di
negara-negara maju mungkin puncak gunung es akan terlihat relatif besar bila
dibandingkan dengan negara-negara yang masih dalam keadaan miskin.
Pelayanan kesehatan tentunya berusaha agar batas air menjadi serendah
mungkin (Trisnantoro, 2017).

B. Needs dalam Pelayanan Kesehatan


Kebutuhan (needs) adalah keinginan manusia atas barang dan jasa yang
perlu dipenuhi untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Needs
menggambarkan kebutuhan dasar manusia seperti pangan, sandang, papan,
pendidikan, kesehatan, rekreasi, dan lainnya. Menurut Shaikh & Hatcher
kebutuhan antara manusia bisa saja tidak sama tergantung faktor yang
memengaruhinya. Dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan setiap orang
mempunyai kebutuhan yang berbeda. Pada umumnya manusia cenderung
untuk memilih produk yang dianggapnya memenuhi kebutuhannya dan
dapat menghasilkan kepuasan dimana semua itu sebanding dengan
banyaknya uang yang mereka keluarkan (Haning dkk, 2018).
Needs dalam pelayanan kesehatan adalah keadaan kesehatan yang oleh
tenaga kedokteran dinyatakan harus mendapatkan penanganan medis
(Trisnantoro, 2017). Kebutuhan dasar kesehatan adalah kebutuhan akan
layanan kesehatan yang memungkinkan seseorang yang sakit dapat sembuh
kembali sehingga ia dapat berfungsi normal sesuai usianya (Armanda, 2017).
Dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan setiap orang mempunyai kebutuhan
yang berbeda. Pada umumnya manusia cenderung untuk memilih produk yang
dianggapnya memenuhi kebutuhannya dan dapat menghasilkan kepuasan
dimana semua itu sebanding dengan banyaknya uang yang mereka keluarkan
(Haning dkk, 2018).
7

Kebutuhan terhadap layanan kesehatan dinilai berdasarkan beberapa


indikator, terdiri dari kebutuhan terhadap layanan, sumber daya manusia,
kelengkapan, sarana dan prasarana, kesediaan penggunaan layanan, alasan
kepercayaan, alasan ketidakpercayaan, jenis informasi, tindakan pertama pada
saat sakit, fasilitas kesehatan pilihan, tempat rujukan pilihan, tindakan
pertama saat sakit mata, layanan kesehatan mata pilihan, dan alasan
pemilihan layanan kesehatan (Khasanah, 2018).

C. Demand dalam Pelayanan Kesehatan


Permintaan (demand) dalam kesehatan adalah keinginan terhadap
pelayanan kesehatan yang didukung kemampuan dan kesediaan untuk
memanfaatkan pelayanan kesehatan tersebut. Menurut (Grossman, 1972)
konsumen memiliki 2 alasan dalam hal permintaan terhadap kesehatan yaitu:
(a) kesehatan sebagai komoditas konsumsi, dimana dengan kesehatan itu
sendiri konsumen merasa lebih baik dan dapat melakukan aktivitas fisik
dengan leluasa tanpa ada gangguan dari kesehatan mereka sendiri, (b)
kesehatan sebagai sebuah investasi, dimana kondisi kesehatan akan
menentukan jumlah waktu yang tersedia untuk seseorang yang dapat ia
gunakan untuk bekerja dan melakukan aktivitas lainnya. Sebaliknya, sakit
dapat menyebabkan seseorang kehilangan penghasilannya akibat tidak dapat
bekerja selama ia sakit (Haning dkk, 2018). Permintaan terhadap layanan
kesehatan dinilai berdasarkan beberapa indikator, terdiri dari status kesakitan,
kategori penyakit secara umum, waktu sakit, tindakaan pada saat sakit,
riwayat kesembuhan, keinginan pindah ke layanan kesehatan lain, dan gejala
penyakit (Khasanah, 2018).
Secara umum, demand diukur dengan tingkat keterpakaian tempat tidur
(bed occupancy), jumlah kunjungan, jumlah tes diagnostik, dan sebagainya.
Demand terhadap pelayanan kesehatan secara dominan sangat dipengaruhi
beberapa faktor yaitu tarif (harga), penghasilan pasien, preferensi pasien, dan
8

barang alternatif (ketersediaan dan harga). Hubungan faktor-faktor dimaksud


dengan permintaan terhadap pelayanan kesehatan sangat variatif. Harga
pelayanan kesehatan mempunyai hubungan negatif dengan demand terhadap
pelayanan kesehatan, semakin tinggi harga maka demand terhadap pelayanan
kesehatan semakin menurun. Hubungan serupa juga terjadi antara
ketersediaan barang alternatif dan demand terhadap pelayanan kesehatan.
Sedangkan penghasilan dan preferensi pasien serta harga barang alternatif
memiliki hubungan yang positif dengan demand terhadap pelayanan
kesehatan (Janis, 2014).
Menurut Milss & Gilson (1990), hubungan antara teori permintaan
dengan jasa pelayanan kesehatan di negara-negara berkembang sangat
dipengaruhi oleh pendapatan, sarana dan kualitas pelayanan kesehatan.
Pendapatan memiliki hubungan (asosiasi) dengan besarnya permintaan akan
pemeliharaan kesehatan, terutama dalam hal pelayanan kesehatan modern.
Harga berperan dalam menentukan permintaan terhadap pemeliharaan
kesehatan. Meningkatnya harga mungkin akan lebih mengurangi permintaan
dari kelompok yang berpendapatan tinggi. Sulitnya pencapaian sarana
pelayanan kesehatan secara fisik akan menurunkan permintaan. Kemanjuran
dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan sangat berpengaruh dalam
pengambilan keputusan untuk meminta pelayanan dan pemberi jasa tertentu
(Parung, 2014).

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Need dan Demand Pelayanan


Kesehatan
Persoalan kesehatan, kebutuhan (need) pelayanan kesehatan dan
permintaan (demand) pelayanan kesehatan merupakan tiga konsep berbeda
di dalam ekonomi kesehatan yang harus dijelaskan untuk menghindari
kerancuan karena ketiga istilah tersebut kerap digunakan secara bergantian
satu sama lain. Ada tiga situasi yang dapat diperhatikan atas tingkat persoalan
9

kesehatan dan kebutuhan pelayanan kesehatan yang dirasakan oleh seorang


individu. Permintaan pelayanan kesehatan timbul melalui proses perubahan
persoalan kesehatan menjadi persoalan kesehatan yang dirasakan, dilanjutkan
dengan merasa dibutuhkannya pelayanan kesehatan dan akhirnya dinyatakan
dengan permintaan aktual. Dalam upayanya mengubah kebutuhan pelayanan
yang dirasakan menjadi suatu bentuk permintaan yang efektif, konsumen
harus memiliki kesediaan (willingness) dan kemampuan (ability) untuk
membeli atau membayar sejumlah jenis pelayanan kesehatan yang diperlukan
(Parung, 2014).
Menurut Santerre dan Neun (2000), ada beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap jumlah permintaan pemeliharaan pelayanan kesehatan
(Quantity demanded) seperti harga pembayaran secara langsung oleh rumah
tangga, pendapatan bersih (real income), biaya waktu (time cost), termasuk di
dalamnya adalah biaya (uang) untuk perjalanan termasuk muatan bis atau
bensin ditambah biaya pengganti untuk waktu, harga barang substitusi dan
komplementer, selera dan preferensi, termasuk di dalamnya status
pernikahan, pendidikan dan gaya hidup, fisik dan mental hidup, status
kesehatan serta kualitas pelayanan (quality of care) (Parung, 2014).
Faktor-faktor yang mempengaruhi demand terhadap terhadap
pelayanan kesehatan yaitu terdiri dari karakteristik kultural-demografi,
kejadian penyakit, faktor ekonomi, dan faktor tersedianya pelayanan
kesehatan. Karakteristik kultural-demografi meliputi: umur, jenis kelamin,
pendidikan, pengetahuan, status perkawinan, dan jumlah anggota dalam
keluarga. Sedangkan faktor ekonomi meliputi: tarif, pendapatan, dan
kepemilikan jaminan kesehatan (Ariska dkk, 2016).
1. Umur
Semakin tua umur seseorang maka semakin meningkat demand-nya
terhadap pelayanan kuratif. Sementara itu, demand terhadap pelayanan
kesehatan preventif menurun. Dengan kata lain, semakin mendekati saat
10

kematian, seseorang merasa bahwa keuntungan dari pelayanan kesehatan


preventif akan lebih kecil dibandingkan dengan masih muda. Umur
mempunyai pengaruh yang tidak signifikan dalam hubungannya dengan
permintaan jasa pelayanan kesehatan (Ariska dkk, 2016).
2. Jenis Kelamin
Demand terhadap pelayanan kesehatan oleh wanita lebih tinggi
dibanding dengan laki-laki, hal ini bisa dikarenakan wanita mempunyai
insidensi penyakit yang lebih tinggi dibanding dengan laki-laki dan juga angka
kerja wanita lebih rendah sehingga kesediaan meluangkan waktu untuk
pelayanan kesehatan lebih besar dibanding dengan laki-laki (Ariska dkk, 2016).
3. Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah anggota keluarga yang besar dengan tingkat penghasilan yang
sama akan membagi pendapatan tersebut untuk kepentingan keluarga yang
lebih besar dibandingkan dengan jumlah anak lebih sedikit, sehingga keluarga
dengan jumlah anggota lebih sedikit akan mempunyai kesempatan relatif
besar untuk dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan. Begitu juga dengan
kepesertaan terhadap jaminan kesehatan nasional, semakin banyak jumlah
anggota keluarga maka akan semakin banyak pula biaya yang harus
dikeluarkan untuk iuran tiap bulan. Jumlah tanggungan keluarga berhubungan
dengan permintaan terhadap konsumsi kesehatan. Banyaknya jumlah
tanggungan keluarga mempengaruhi tingkat pendapatan keluarga dalam hal
konsumsi kesehatan, yang dalam hal ini terkait dengan kepesertaan dalam
jaminan kesehatan nasional (Ariska dkk, 2016).
4. Pendidikan
Seseorang dengan pendidikan tinggi cenderung mempunyai demand
yang lebih tinggi. Pendidikan yang lebih tinggi cenderung untuk meningkatkan
kesadaran status kesehatan dan konsekuensinya untuk menggunakan
pelayanan kesehatan. Masyarakat yang berpendidikan lebih tinggi
menganggap penting nilai kesehatan, sehingga akan mengkonsumsi jasa
11

kesehatan lebih banyak dibandingkan masyarakat yang pendidikan lebih


rendah. Seseorang yang memiliki pendidikan yang tinggi maka akan memiliki
pemikiran yang lebih baik dalam mengolah informasi sehingga dapat
mempengaruhi pengetahuannya dalam suatu hal yang dalam hal ini adalah
kepesertaan pada jaminan kesehatan nasional (Ariska dkk, 2016).
5. Pengetahuan
Pengetahuan yang lebih tinggi cenderung meningkatkan demand akan
status kesehatannya dan konsekuensi untuk meningkatkan penggunaan
pelayanan kesehatan Pengetahuan atau kognitif memang merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, namun tidak
memulai perubahan tindakan (Ariska dkk, 2016).

E. Citra Pelayanan Kesehatan


Citra didefinisikan sebagai the set of belief, ideas, and impressions a
person holds regarding an object (kepercayaan, gagasan, dan kesan seseorang
mengenai suatu obyek). Sikap serta tindakan kepada obyek tersebut sangat
dikondisikan oleh citra obyek itu sendiri. Citra yang positif akan meningkatkan
atau menutupi kekurangan pelayanan yang dirasakan pelanggan. Sebaliknya
citra negatif akan memperburuk pelayanan yang dirasakan pelanggan. Hal ini
terjadi karena citra yang positif akan menjadi buffer (penutup) terhadap
pelayanan yang buruk. Kualitas produk atau jasa mempunyai pengaruh yang
kuat bagi pembentukan citra organisasi yang dipersepsikan pelanggan, maka
untuk menciptakan suatu citra yang positif dapat dilakukan dengan
membantu pelanggan melihat keistimewaan produk atau jasa melalui cara
yang terbaik, melakukan apa saja yang mungkin untuk menampilkan citra
positip serta layanan dan mengembangkan hubungan yang mampu membuat
pelanggan merasa diistimewakan dan dihargai secara pribadi. Citra organisasi
berasal dari pengalaman menggunakan produk atau jasa oleh pelanggan
dimana service quality secara langsung berpengaruh pada corporate image.
12

Oleh karenanya citra adalah sebuah bayangan dalam benak seseorang yang
timbul karena emosi dari reaksi terhadap lingkungan disekitarnya. Pendapat
lain, mengatakan pelayanan yang memuaskan merupakan suatu citra
organisasi. Citra dianggap sebagai persepsi yang dimiliki oleh pelanggan
tentang kualitas barang atau jasa yang ditawarkan. Citra juga mempengaruhi
perilaku pelanggan dalam melakukakan pembelian. Citra yang efektif
melakukan tiga hal. Pertama, memantapkan karakter perusahaan. Kedua,
menyampaikan karakter itu dengan cara yang berbeda sehingga tidak
dikacaukan dengan pesaing. Ketiga, memberikan kepuasan emosional lebih
sekedar citra mental. Citra harus dapat disampaikan melalui sarana komunikasi
yang tersedia. Citra sebuah merek terbentuk dari citra perusahaan
(organisasi), citra produk dan citra pengguna (Gozali, 2013).
BAB III
METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Dalam
penelitian kuantitatif, peneliti dapat dengan mudah menetapkan data
penelitian yang berupa variabel yang terukur. Jumlah dan jenis variabel dapat
ditetapkan sebelumnya, serta hubungan antar variabel dapat dibuat di dalam
suatu model atau paradigma penelitian. Namun dalam penelitian kualitatif,
peneliti tidak dapat menentukan data dengan tepat dalam rancangan yang
disusun sebelum melakukan penelitian, karena dalam penelitian kualitatif tidak
menekankan pada bentuk hubungan antar variabel, tetapi pada makna yang
terkandung dalam masalah penelitian pada konteks tertentu (Djaelani, 2013).
Lofland dalam Moleong (2005) menyatakan sumber data utama dalam
penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan lainnya. Jika dalam penelitian kuantiatif yang
menjadi titik perhatian dalam pengumpulan data adalah sampel yang
diperlakukan sebagai subyek penelitian, sedangkan di dalam penelitian
kualitatif tidak berbicara tentang sampel sebagaimana penelitian kuantitatif,
tetapi tentang informan dan aktor/pelaku, kata-kata dan tindakan informan
dan pelaku itulah yang dijadikan sumber data untuk diamati/diobservasi dan
diminta informasinya melalui wawancara/diskusi/dokumentasi (Djaelani, 2013).
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah
data yang diperoleh secara langsung dari subjek penelitian, dalam hal ini
peneliti memperoleh data atau informasi langsung dengan menggunakan
instrument-instrument yang telah ditetapkan. Oleh karena itu untuk
mendapatkan data, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan wawancara mendalam. Teknik pengumpulan data
yang utama dalam penelitian ini adalah wawancara. Danim (2010) menyatakan
bahwa wawancara merupakan sebuah percakapan antara dua orang atau
lebih, yang pertanyaannya diajukan oleh peneliti kepada subjek atau kelompok

13
14

peneliti untuk dijawab. Tujuan wawancara mendalam adalah mengumpulkan


informasi yang kompleks, sebagian besar berisi pendapat, sikap dan
pengalaman pribadi (Sani, 2013).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dari wawancara terhadap reponden yang menggunakan Kartu
Jaminan Nasional di wilayah kerja Puskesmas Liang Anggang dengan 30
responden yang terdiri dari 12 oarang Laki-laki dan 18 orang Perempuan.
Karakteristik responden dibedakan Kategori umur dibedakan menjadi
kelompok remaja (usia 12–25 tahun), dewasa (usia 26–45 tahun) dan lansia
(usia 46–65). Sedangkan tingkat pendidikan dibedakan mulai dari lulusan SD
hingga lulusan Perguruan Tinggi.
Tabel 4.1. Karakteristik Responden
No. Tempat Pelayanan Kesehatan N Persentase
Umur
1. Remaja (12 tahun-25 tahun) 3 11%
2. Dewasa (26 tahun-45 tahun) 7 26%
3. Lansia (>45 tahun) 17 63%
Total 30 100%
Jenis Kelamin
1 Laki-laki 12 40%
2 Perempuan 18 60%
Total 30 100%
Tingkat Pendidikan
1 SD 10 34%
2 SMP 7 23%
3 SMA 13 43%
Total 30 100%
Jenis Pekerjaan
1 Tentara 1 4%
2 Karyawan swasta 5 17%
3 Wiraswasta 2 7%
4 Buruh harian lepas 1 3%
5 Pelajar 1 3%
6 Mahasiswa 3 10%
7 STM 1 3%
8 Ibu rumah tangga 15 50%
9 Pensiunan 1 3%
Total 30 100%
Kepemilikan Asuransi
1 Ya 30 100%
Total 30 100%

15
16

Jenis pekerjaan responden terdiri dari beberapa kelompok yaitu,


Tentara, pegawai swasta, wiraswasta, buruh harian lepas, pelajar, mahasiswa,
ibu rumah tangga, pensiunan dan lainnya. Selain itu responden dibedakan juga
berdasarkan status kepemilikan asuransi.Berdasarkan Tabel 1 memberikan
informasi bahwa dominasi responden terbanyak pada penelitian ini adalah
lansia (>45 tahun) dengan persentase 63%. Responden laki-laki 40% dengan
terdapat selisih 20% untuk responden perempuan dengan presentase 60%.
Tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah lulusan SMA sebesar
43%. Jenis pekerjaan responden sebagian besar adalah karyawan swasta 17%.
Pemilihan fasilitas kesehatan setiap responden memiliki tujuan yang
berbeda dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Pada survei ini,
responden diminta memberi peringkat berdasarkan urutan tempat
pelayanan kesehatan.
A. Needs (Kebutuhan)
Tabel 4.2. Distribusi Pemilihan Fasilitas Kesehatan di Wilayah Kerja
Puskesmas Liang Anggang
No. Need Pemilihan Fasilitas Kesehatan N Persentase
1. Dokter Praktik 4 14%
2. Puskesmas 25 83%
3. Apotik/Toko Obat 1 3%
Total 30 100%

Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Liang Anggang memilih


memanfaatkan Puskesmas untuk mendapatkan pelayanan kesehatan karena
dekat dengan tempat tinggal mereka. Hal ini dibuktikan dengan hasil
distribusi pada Tabel 4.2 yang menjelaskan bahwa 83% responden
memanfaatkan puskesmas untuk berobat. Puskesmas sebagai FKTP
mempunyai peran strategis dan keunggulan dalam mendukung
terlaksananya JKN dibandingkan dengan praktik dokter, dan klinik swasta.
Hal ini disebabkan karena penyelenggaraan puskesmas yang berdasarkan
prinsip paradigma sehat, pertanggungjawaban wilayah, kemandirian
masyarakat, pemerataan, teknologi tepat guna serta keterpaduan dan
17

kesinambungan sehingga puskesmas berfungsi sebagai pusat penggerak


pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat
dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama (Haning dkk, 2018).
Dalam implementasi sistem kesehatan nasional prinsip managed care
diberlakukan dimana terdapat 4 (empat) pilar yaitu Promotif, Preventif,
Kuratif dan Rehabilitatif. Prinsip ini akan memberlakukan pelayanan
kesehatan akan difokuskan di Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
(FKTP)/Faskes Primer seperti di Puskesmas, klinik atau dokter prakter
perseorangan yang akan menjadi gerbang utama peserta BPJS Kesehatan
dalam mengakses pelayanan kesehatan (BPJS Kesehatan, 2014).
Tabel 4.3. Distribusi Alasan Pemilihan Pelayanan
No. Alasan Memilih Pelayanan N Persentase
Kesehatan
1. Arahan BPJS 14 52%
2. Dekat dari rumah 12 44%
3. Lebih Cepat 4 4%
Total 30 100%
Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan sebagian besar yang
diwawancarai lebih memilih pergi kepelayanan tersebut dikarenakan arahan
dari petugas BPJS (52%) dan sisanya menjawab karena pelayanan kesehatan
tersebut jaraknya dekat dari rumah (44%) dan penanganannya lebih cepat
(4%).
Tindakan pertama ketika masyarakat sakit adalah segera mencari
pelayanan kesehatan. Pada Tabel 4.3 menjelaskan bahwa ada beberapa alasan
masyarakat lebih memilih berobat ke Puskesmas yaitu karena arahan langsung
dari penggunaan kartu BPJS, karena jarak dari rumah ke Puskesmas dekat dan
pelayanan yang dilakukan di Puskesmas lebih cepat. Hal ini berarti masyarakat
tersebut sering memanfaatkan layanan kesehatan di Puskesmas Liang
Anggang karena mereka puas sehingga ketika mereka sakit maka akan
kembali menggunakan layanan kesehatan yang disediakan oleh Puskesmas
tersebut (Haning dkk, 2018).
18

Tabel 4.4. Distribusi Pemilihan Pakaian yang Sebaiknya Dipakai Tenaga


Kesehatan
No. Pakaian Tenaga Kesehatan N Persentase
1. Seragam Putih 27 9%
2. Seragam Berwarna 3 31%
Total 30 100%
Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan sebagian besar dari wawancara
yang dilakukan kepada 30 responden, pakaian yang seharusnya digunakan
oleh tenaga kesehatan yaitu memakai seragam putih (69%) dengan alasan agar
identitasnya lebih jelas, sehingga tidak membuat masyarakat bingung
mengenali petugas kesehatan, dan 3 orang diantaranya yang mengatakan
petugas pelayanan kesehatan lebih bagus memakai seragam yang berwarna
(31%).
Tabel 4.5. Faktor yang Mempengaruhi dalam Memilih Pelayanan Kesehatan,
Berdasarkan Prioritas yang Paling Banyak Dipilih
Prioritas Faktor pengaruh memilih N Persentase
Pelayanan Kesehatan
1 Kualitas Pelayanan 12 37%
Kesehatan
2 Kecepatan dalam 9 30%
mendapatkan layanan
3 Jarak rumah dengan 7 23%
tempat pelayanan
kesehatan
4 Adanya Jaminan 9 30%
Kesehatan
5 Keramahan petugas 4 21%
6 Harga pelayanan 6 22%
kesehatan
7 Kemampuan komunikasi 8 30%
dokter/bidan
8 Ada atau tidaknya sanak 18 60%
saudara yang bekerja di
pelayanan kesehatan
9 Kebersihan tempat 15 50%
pelayanan kesehatan
Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan sebagian besar dari beberapa
faktor yang mempengaruhi dalam memilih pelayanan kesehatan berdasarkan
prioritas yang paling banyak dipilih adalah kualitas pelayanan kesehatan yang
19

baik (37%), kecepatan dalam mendapatkan pelayanan kesehatan (30%) dan


prioritas yang ketiga yaitu keramahan petugas (23%).
Tabel 4.6. Fasilitas Tambahan yang Ada di Ruang Tunggu
Prioritas Fasilitas Tambahan N Persentase
1 AC 16 53%
2 AC 17 57%
3 Wifi 26 87%
Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan sebagian besar prioritas pertama
dari fasilitas tambahan yang ada di ruang tunggu adalah AC (53%) sebanyak 16
dari 30 orang responden. Pada prioritas kedua AC juga menduduki urutan
kedua dengan presentase 57% sebanyak 17 dari 30 orang responden
sedangkan TV presentasenya 33% sebanyak 10 dari 30 orang responden.
Sedangkan yang menjadi prioritas ketiga dari fasilitas tambahan di ruang
tunggu adalah Wifi dengan presentase 87% sebanyak 26 dari 30 orang
responden. Dari hasil tebel tersebut dapat disimpulkan bahwa fasilitas
tambahan yang ada di ruang tunggu kebanyakan memilih AC dan Wifi.
Tabel 4.7. Fasilitas tambahan yang ada di kamar pasien
Prioritas Faktor pengaruh memilih N Persentase
Pelayanan Kesehatan
1 Kulkas 13 46%
2 Kamar mandi 13 30%
3 TV 7 23%
4 Lemari 21 70%
5 Rak Sepatu 24 80%
Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukkan sebagian besar prioritas urutan
pertama dari fasilitas tambahan yang ada di kamar pasien adalah kulkas
dengan presentase 46% sebanyak 13 dari 30 orang responden. Dan pada
prioritas kedua adalah kamar mandi dengan presentase 30% sebanyak 13 dari
30 orang responden. Pada prioritas ketiga kamar mandi juga menempati
urutan ketiga dengan presentase 40% sebanyak 12 dari 30 orang responden
sedangkan TV presentasenya 23% sebanyak 7 dari 30 orang responden. Pada
urutan keempat dan kelima adalah lemari dengan presentase 70% sebanyak 21
20

dari 30 orang responden dan rak sepatu presentasenya 80% sebanyak 24 dari
30 responden.

Tabel 4.8. Fasilitas pendukung yang sangat penting di tempat pelayanan


kesehatan
Prioritas Faktor pengaruh memilih N Persentase
Pelayanan Kesehatan
1 Ruang Ibadah 16 53
2 Tempat Tunggu 16 54
3 Taman 12 40
4 Kantin 24 80
Berdasarkan Tabel 8 menunjukkan sebagian besar fasilitas
pendukung yang sangat penting ada ditempat pelayanan kesehatan yaitu
ruang ibadah (53%) ini menjadi prioritas utama dari hasil wawancara yang kami
lakukan. Fasilitas lainnya yaitu ruang tunggu sebagai prioritas kedua, taman
dan kantin menjadi prioritas ketiga dan keempat. Kualitas layanan merupakan
faktor penentu dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh masyarakat.
Masyarakat akan dengan nyaman menggunakan pelayanan kesehatan jika
pelayanan yang disediakan oleh provider sesuai dengan kebutuhan (Belaid
dkk, 2015).
Tabel 4.9. Prioritas dari tempat pelayanan kesehatan
Prioritas Faktor pengaruh memilih N %
Pelayanan Kesehatan
1 Peralatan medis yang 15 50
digunakan
2 Kebersihan tempat 14 47
pelayanan kesehatan
3 Kerapian tempat 16 53
pelayanan kesehatan
4 Fasilitas yang ada di 11 36
tempat pelayanan
kesehatan
5 Petugas pelayanan 17 57
kesehatan
6 Kemudahan memahami 24 80
prosedur pelayanan
Berdasarkan Tabel 4.9 menunjukkan sebagian besar prioritas dari
tempat pelayanan kesehatan yaitu peralatan medis yang digunakan (50%),
21

prioritas yang kedua yaitu kebersihan (47%), prioritas ketiga yaitu kerapian
(53%), prioritas keempat yaitu fasilitas (36%), prioritas kelima yaitu petugas
kesehatan (57%) dan prioritas keenam yaitu kemudahan dalam memahami
prosedur pelayanan (80%).

B. Demand (Permintaan)
Permintaan (demand) pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan dan diinginkan oleh pasien yang disertai juga dengan daya
beli dari pasien. Banyak faktor yang memengaruhi permintaan konsumen
terhadap pelayanan medis baik dari segi pasien maupun dari pihak pemberi
layanan medis (Haning dkk, 2018).
Tabel 4.10. Sakit pada periode 6 bulan terakhir
No. Sakit periode 6 bulan N Persentase
terakhir
1. Ya 13 13%
2. Tidak 17 87%
Total 30 100%
Berdasarkan Tabel 4.10 menunjukkan sebagian besar yang mengalami
sakit pada masa periode 6 bulan terakhir adalah sebanyak 13 orang (13%) dari
30 responden. Dan tidak mengalami sakit sebanayk 17 orang (87%) dari 30
orang responden.
Tabel 4.11. Pelayanan kesehatan yang dikunjungi terakhir kali
No. Pelayanan Kesehatan yang N Persentase
Dikunjungi
1. RS pemerintah 7 23%
2. Praktik dokter 5 17%
3. Puskesmas 16 54%
4. Klinik 1 3%
5. Beli obat sendiri 1 3%
Total 30 100%
Dari tabel diatas dapat diketahui dalam periode 6 bulan terakhir sakit
yang menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang dikunjungi paling
banyak adalah Puskesmas sebanyak 16 orang (54%) dari 30 orang responden.
Puskesmas merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat
22

yang aman, bermutu, dan terjangkau. Puskesmas sendiri merupakan unit


pelaksana teknis dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja
(Ekasari, 2017).
Alasan masyarakat lebih banyak memilih pelayanan puskesmas karena
dekat dan juga biaya yang murah dibandingkan tempat pelayanan yang lain.
RS pemerintah menempati urutan kedua terbanyak setelah puskesmas yaitu
sebanyak 7 orang (23%) dari 30 responden, alasan responden memilih rumah
sakit perintah karena perlatan medis yang lengkap dan juga ada tanggungan
biaya seperti bpjs,askes dan lain-lain yang dapat mengurangi biaya awalnya.
Praktik dokter menempati urutan ketiga terbanyak setelah RS Pemerintah
yaitu sebanyak 5 orang (17%), sedangkan klinik dan beli obat sendiri
menempati urutan terakhir yang dipilih oleh masyarakat sebanyak masing-
masing 1 orang dengan presentase (3%).
Tabel 4.12. Distribusi tujuan datang ke pelayanan terakhir
No Tujuan datang ke N Persentase
pelayanan kesehatan
1 Rawat inap 3 10%
2 Rawat jalan 5 17%
3 Konsultasi kesehatan 5 17%
4 Pemeriksaan 17 56%
Total 30 100%
Dari tabel diatas diketahui yang mengalami sakit pada periode 6 bulan
terakhir yang memanfaatkan tempat pelayanan kesehatan dan tujuannya yang
paling banyak adalah melakukan pemeriksaan sebanyak 17 orang (56%) dari 30
orang responden baik pemeriksaan kesehetaan maupun pemeriksaan
kehamilan. Sedangkan konsultasi kesehatan dan rawat jalan memiliki angka
presentase yang sama dengan banyak 5 orang (17%), dan rawat inap
merupakan proses perawatan pasien oleh tenaga kesehatan profesional
akibat penyakit tertentu, dimana pasien diinapkan di suatu ruangan di rumah
sakit. Rawat inap memiliki urutan akhir dengan persentase tujuan datang ke
pelayanan terakhir dengan angka sebanyak 3 orang (10%) dari 30 responden.
23

Konsultasi kesehatan merupakan datang ke pemberi pelayanan


kesehatan, mencari informasi melalui telepon, korespodensi melalui media
cetak dan media elektronikuntuk membincangkan masalah keluhan
kesehatan, jadi alasan responden memilih konsultasi kesehatan yaitu bukan
untuk mendapat pengobatan, termasuk konsultasi keluarga berencana (KB)
dan konsultasi dokter. Rawat jalan merupakan pelayanan medis kepada
seorang pasien untuk tujuan pengamatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi,
dan pelayanan kesehatan lainnya, tanpa mengharuskan pasien tersebut
dirawat inap ( Bimantara, 2017).
Tabel 4.13. Distribusi yang melakukan pemeriksaan pada kunjungan terakhir
kali di pelayanan kesehatan
No. Melakukan Pemeriksaan N Persentase
1. Dokter 28 93%
2. Perawat 1 4%
3. Bidan 1 3%
Total 30 100%
Berdasarkan Tabel 4.13 menunjukkan sebagian besar pemeriksaan
yang dilakukan di Puskesmas paling banyak dilakukan oleh dokter sebnanyak
28 orang (93%) dari 30 orang responden.
Tabel 4.14. Pelayanan pemeriksaan yang dilakukan petugas kesehatan
No. Pelayanan Pemeriksaan N Persentase
1. Baik 30 100%
Berdasarkan Tabel 4.14 menunjukkan sebagian besar dari penggunaan
fasilitas tempat pelayanan kesehatan yang dilayani oleh petugas kesehatan
dilakukan sangat baik.
Tabel 4.15. Distribusi petugas pelayanan kesehaan pernah memberikan
penjelasan mengenai upaya preventif
No. Petugas kesehatan menjelaskan N Persentase
upaya preventive
1. Pernah 28 93%
2. Tidak Pernah 2 7%
Total 30 100%
Berdasarkan Tabel 4.15 menunjukkan sebagian besar petugas yang
pernah melakukan upaya pencegahan prevebtive sebanyak 28 orang (93%)
24

sedangkan masyarakat yang mengaku tidak pernah mendapatkan penjelasan


apapun sebnayak 2 orang (7%).
Tabel 4.16. Distribusi jumlah pengecekan keadaan pasien dalam sehari
No. Melakukan Pemeriksaan N Persentase
1. Dua kali 6 20%
2. Satu kali 5 17%
3. Conditional 19 63%
Total 30 100%

Tabel 4.17. Distribusi lama waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan


pelayanan
No. Lama Waktu Pemeriksaan N Persentase
1. <30 menit 18 60%
2. 30-60 menit 12 40%
Total 30 100%
Berdasarkan Tabel 4.16. menunjukkan sebagian besar pengecekan
pasien yang dilakukan dokter paling banyak dua kali (20%) dan Condition
sebanyak (63%). Dan Berdasarkan Tabel 4.17 menunjukkan sebagian besar
lama waktu pemeriksaan yang kurang dari 30 menit (60%).
Tabel 4.18. Tindakan medis yang terakhir kali anda dapatkan di pelayanan
kesehatan
No. Tindakan medis N Persentase
1. Pengobatan 26 84%
2. Rotgen 1 13%
3. Bersalin 4 3%
Total 30 100%
Berdasarkan Tabel 4.18 menunjukkan sebagian besar tindakan medis
yang sering dilakukan di tempat pelayanan kesehatan yaitu pengobatan
sebanyak 26 orang (84%). Dan dengan alur pelayanan yaitu melakukan
pendaftaran diloket, kemudian dilakukan pemeriksaan, setelah dilakukan
pemeriksaan melakukan diagnose penyakit dan kalau penyakitnya tergolong
berbahaya bias dilakukan rujukan kerumah sakit yang mempunyai fasilitas
kesehatan yang lengkap.
25

Tabel 4.19. Tarif yang dikeluarkan untuk memperoleh pelayanan kesehatan


No. Biaya yang dikeluarkan N Persentase
1. <500.000 26 84%
2. 500.000- 1 juta 2 10%
3. > 1 juta 3 6%
Total 30 100%
Berdasarkan Tabel 4.19 menunjukkan sebagian besar tarif yang biasa
dikeluarkan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yaitu senilai kurang dari
Rp 500.000 sebanyak 26 orang (84%).
Tabel 4.20. Lama waktu yang dibutuhkan untuk datang ke pelayanan
kesehatan
No. Jarak tempuh N Persentase
1. <30 menit 21 70%
2. 30-60 menit 9 30%
Total 30 100%
Berdasarkan Tabel 4.20 menunjukkan sebagian besar jarak tempuh
yang dibutuhkan untuk datang ke pelayanan kesehatan yang kurangdari 30
menit (70%) dan memakan waktu 30-60 menit sebanyak (30%).
Tabel 4.21. Perilaku petugas kesehatan dalam memberikan informasi di pusat
layanan informasi
No. Pelayanan petugas N Persentase
kesehatan
1. Ramah 30 100%
Dari tabel diatas diketahui perilaku petugas kesehatan di tempat
pelayanan kesehatan menurut masyarakat yang menyatakan ramah sebanyak
30 0rang. Perilaku yang ramah di dalam pelayanan kesehatan sangatlah
diutamakan karena ramah itu sendiri memberikan makna dalam hal untuk
mendukung layanan kesehatan yang optimal, karena tenaga kesehatan harus
mampu berkomunikasi dan memberikan etika yang baik kepada pasien
(Nugraha dkk, 2017).
Tabel 4.22. Kesulitan yag dialami dalam meminta informasi tentang program
pelayanan kesehatan
No. Kesulitan meminta Informasi N Persentase
1. Tidak pernah 28 93%
2. Pernah 2 7%
Total 30 100%
26

Berdasarkan Tabel 4.22 menunjukkan sebagian besar masyarakat yang


merasa tidak mengalami kesulitan dalam meminta informasi tentang program
yang dijalankan oleh pelayanan kesehtaan adalah sebanyak 28 orang (93%) dan
pernah merasa kesulitan sebanyak 2 orang (7%).
Tabel 4.23. Yang membuat responden kecewa terhadap pelayanan kesehatan
No. Kekurangan dari tempat N Persentase
pelayanan kesehatan
1. Pelayanannya 2 6%
2. Kebersihan 5 17%
3. Lama tunggu 21 70%
4. Lainnya 2 7%
Total 30 100%
Berdasarkan Tabel 4.23 menunjukkan sebagian besar yang membuat
masyarakat kecewa terhadap pelayanan kesehatan adalah lama tunggu
antrian yang panjang (70%), dan masyarakat yang kecewa dengan kebersihan
(17%), dan sebanyak 2 orang yang merasa kecewa dengan pelayanannya (6%).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulannya dari sisi demand sudah banyak masyarakat yang berobat
ke puskesmas, dan rata-rata untuk melakukan pemeriksaan, dan untuk
pelayanan sudah sangat baik, untuk pengeluaran rata-rata membayar kurang
dari 500.ooo, dan yang dikeluhkan oleh masyarakat adalah lama tunggunya
yang terlalu lama, sedangkan dari sisi need masih banyak masyarakat yang
memerlukan fasilitas-fasilitas seperti Tv, tempat ibadah, Ac, Kamar mandi,
Kulkas dan sebagainya agar mereka lebih merasa nyaman.

B. Saran
Diharapkan pihak puskesmas bisa lebih meningkatkan lagi pelayanan
kesehatannya dari segi apapun agar masyarakat merasa senang saat berobat
karena pelayanan dan fasilitasnya yang sangat baik, dan dari pihak puskesmas
juga bisa lebih sering mempertanyakan kepada masyarakat apa saja yang
mereka inginkan dan mereka butuhkan saat melakukan pemeriksaan ataupun
pengobatan di puskesmas.

27
DAFTAR PUSTAKA
Ariska N, dkk. 2016. Analisis Demand Masyarakat Pesisir terhadap Kepesertaan
pada Jaminan Kesehatan Nasional di Kecamatan Puger Kabupaten
Jember Tahun 2016. Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa: 1-8.

Armanda RAP. 2018. Analisis Kepuasan Masyarakat Peserta Bjps Kesehatan


Terhadap Pelayanan Kesehatan Di UPTD Puskesmas Tegal Selatan
Tahun 2016. Journal of Politic and Government Studies 6(04): 301-310.

Astuti Rika P F. 2016. Pengaruh status sosial ekonomi orang tua, literasi
ekonomi dan life style terhadap perilaku konsumsi mahasiswa jurusan
pendidikan ekonomi ikip pgri Bojonegoro. Jurnal Edutama 3(2): 49-58.

Belaid, H., Bouchenafa, A., & Barich, A.B.D.E. 2015. the Quality of Health
Services in Bechar Public Hospital Institution, IV (2), 1–14.

Bimantara Z, 2017. Analisis pengendelian intern dalam sistem akutansi


penerimaan kas pelayanan rawat inap dan rawat jalan pasien umum.
Jurnal Administrasi bisnis 45(1):203-209.

BPJS Kesehatan. 2014. Panduan Praktis tentang Kepesertaan dan


Pelayanan Kesehatan yang Diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan
Berdasarkan Regulasi yang Sudah Terbit. Jakarta.

Djaelani AR. 2013. Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif.


Majalah ilmiah pawiyatan 20(1): 82-92.

Ekasari R, dkk. 2017. Analisis kualitas pelayanan Puskesmas dengan Metode


Servqual. Jurnal pendidikan, komunikasi dan pemikiran hukum islam
10(1):86-93.

Gozali I. 2013. Persepsi kualitas dan citra pelayanan puskesmas (pusat


kesehatan masyarakat) di kota semarang. Media Ekonomi dan
Manajemen 28(2): 117-130.

Hakim A. 2017. Analisis pengaruh pembangunan pasar sanggam aji dilayas


terhadap sosial ekonomi masyarakat di kelurahan Gunung Tabur
kabupaten Berau. Jurnal Ecobuild 1(1): 48-61.

Haning E, Ira UA dan Thinni NR. 2018. Analisis Need dan Demand Pelayanan
Kesehatan Pada Puskesmas Siwalankerto Kota Surabaya di Era JKN
Need And Demand Analysis Of Health Services at Puskesmas Siwalankerto
Surabaya In Natjional Health Insurance Era. Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan, 21(3) : 172–179.

Janis, N. 2014. BPJS Kesehatan, Supply, dan Demand Terhadap Layanan


Kesehatan. Jurnal Kemenkeu Kepala Sub Bidang Analisis Risiko
Ekonomi Keuangan dan Sosial: 1-8.

Khasanah UN. 2018. Kebutuhan dan permintaan terhadap layanan kesehatan


mata: sebuah survei dari penduduk Surabaya. MTPH Journal 2(2): 195-
200.

Khopsoh S. 2016. Hubungan sosial ekonomi peserta BPJS di kelurahan


Rowosari dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas
Rowosari. Skripsi.

Nugraha dkk, 2017. Analisis pengaruh citra kualitas layanan terhadap


kepuasan pasien serta implakasinya pada komunikasi pemasaran di
Rumah Bersalin Fatimah kota Bandung. Jurnal Teknologi dan
Manajemen Industri 3(1): 14-19.

Parung JMA. 2014. Analisis permintaan jasa pelayanan kesehatan di kabupaten


toraja utara. Skripsi. Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Hasanuddin Makassar.

Purnamasari Dwi A, Azhari. 2017. model agen untuk peramalan permintaan


retailer menggunakan metode double exponential smoothing. Jurnal
Suistainable 06(01): 44-52.

Rahmawati D, dkk. 2018. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi


permintaan jeruk pamelo (citrus grandis) di kabupaten Pati. JEPA 2(3):
179-186.

Rumengan Debra S S, dkk. 2015. Faktor-faktor yang berhubungan dengan


pemanfaatan pelayanan kesehatan pada peserta bpjs kesehatan di
puskesmas Paniki bawah kecamatan Mapanget kota Manado. JIKMU
5(1): 88-100.

Sani EMF. 2013. Pemanfaatan buletin pustakawan oleh pustakawan di kota


Semarang. Jurnal ilmu perperpustakaan. 2(3): 1-10.

Trisnantoro L. 2017. Memahami Penggunaan Ilmu Ekonomi dalam Manajemen


Rumah Sakit. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
LAMPIRAN
1. Dokumentasi
2. KTP dan Kartu BPJS

Anda mungkin juga menyukai