Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An A

Dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Cairan dan Elektrolit :


Gastroenteritis di Ruang Ganesha.
RSUD BHAKTI DHARMA HUSADA SURABAYA

Makalah ini Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan Akreditasi


Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil Dari Golongan III / A Ke Golongan III / B

Oleh :

NINA PRASETYAWATI
NIP : 19840323 201001 2 018

RSUD BHAKTI DHARMA HUSADA


SURABAYA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah ini telah disahkan pada tanggal 12 Februari 2019

Mengesahkan ,

Atasan langsung Penulis

Homaidi, S.Kep.Ns Nina Prasetyawati, Amd.Kep


Pembina Penata Muda
NIP. 19610705 198501 1 003 NIP. 19840323 201001 2 018

Surabaya,

Tim Akreditasi Tanda Tangan

1. drg. Migit Supriati. M.Kes 1. .......................................

2. Siti Fatimah, S.Kep.Ns 2. ............................................

i
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat limpahan
Rahmat-Nya lah ,telah memberikan kesehatan dan kekuatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dalam rangka memenuhi persyaratan Akreditasi kepangkatan pegawai
negeri sipil dari golongan III A ke golongan III B dengan judul " ASUHAN KEPERAWATAN
PADA An A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Cairan dan Elektrolit :
Gasteroenteritis di ruang Ganesha RSUD BHAKTI DHARMA HUSADA SURABAYA "
Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari berbagai kendala namun berkat dan dorongan
dari berbagai pihak, baik moral maupun material sehingga sedikit demi sedikit kendala tersebut
dapat diatasi dengan baik. Oleh karena itu, penulis menghaturkan terima kasih sebanyak
banyaknya kepada :
1. drg. Orta Wido Artati, M kes selaku direktur RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya.
2. Homaidi, S. Kep. Ns selaku kepala seksi keperawatan RSUD Bhakti Dharma Husada
Surabaya.
3. Ibu Siti Fatimah,S. Kep. Ns yang dengan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya
dalam membimbing penulis guna penyempurnaan dalam menyelesaikan makalah ini.
4. drg. Migit Suprihatin, M Kes selaku tim Registrasi dan Akreditasi Dinas kesehatan kota
Surabaya.
5. Staf perpustakaan dinas kesehatan kota Surabaya

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi perbaikan dimasa yang akan datang.
Demikian atas perhatiannya semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dan profesi

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................... 3
1.3. Tujuan................................................................................................. 3
1.4. Manfaat............................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 5


2.1. Konsep Dasar Cairan dan Elektrolit............................................................... 5
2.1.1 Definisi............................................................................................. 5
2.1.2 Volume dan distribusi cairan tubuh................................................. 5
2.1.3 Kosentrasi cairan tubuh................................................................... 8
2.1.4 Tekanan Cairan................................................................................ 9
2.1.5 Pergerakan cairan dan elektrolit tubuh............................................. 9
2.1.6 Keseimbangan cairan........................................................................ 10
2.1.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan & elektrolit 11
2.1.8 Pengaturan Keseimbangan cairan....................................................... 11
2.1.9 Cara Pengeluaran cairan...................................................................... 12
2.1.10 Pengaturan Elektrolit......................................................................... 12
2.1.11 Masalah Keseimbangan Cairan......................................................... 14
2.1.12 Keseimbangan Asam Basa................................................................ 14
2.1.13 Kelainan Elektrolit dan Metabolik..................................................... 15
2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar
Cairan Elektrolit................................................................................................. 17
2.2.1 Pengkajian............................................................................................ 17
2.2.2 Analisa Data........................................................................................ 19
2.2.3 Rumusan Masalah................................................................................ 19
2.2.4 Perencanaan.......................................................................................... 19
2.2.5 Implementasi........................................................................................ 20
2.2.6 Evaluasi................................................................................................ 20

BAB III TINJAUAN KASUS................................................................................ 21


3.1 Pengkajian............................................................................................... 21
3.2 Analisa Data........................................................................................... 28
3. 3 Masalah Keperawatan........................................................................... 30
3.4 Prioritas Masalah Keperawatan............................................................. 30
3.5 Rencana Asuhan Keperawatan Dan Rasional........................................ 31
3.6 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan............................................. 33

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN............................................................... 36


4.1 Kesimpulan.............................................................................................. 36
4.2 Saran........................................................................................................ 36

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 37

iii
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Penyakit gastroenteritis (diare akut) masih menjadi salah satu masalah


kesehatan masyarakat yang penting karena merupakan penyumbang utama angka
kesakitan dan kematian pada anak di berbagai negara termasuk Indonesia.
Gastroenteritis didefenisikan sebagai keadaan peningkatan dan perubahan tiba-tiba
frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agens infeksius dalam traktus GI. Diare
akut biasanya sembuh sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari) dan akan mereda
tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi (Wong, 2008).
Diseluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak menderita diare setiap
tahunnya dan 20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup di negara berkembang
berhubungan dengan diare serta dehidrasi (Wong, 2008).
Penyebab gastroenteritis terbesar adalah karena infeksi. Gastroenteritis infeksi
bisa disebabkan oleh organisme bakteri, virus, dan atau parasit. Kebanyakan
mikroorganisme patogen penyebab diare disebarluaskan lewat jalur fekal-oral melalui
makanan atau air yang terkontaminasi atau ditularkan antar-manusia dengan kontak
yang erat (mis, pada tempat penitipan anak). Kurangnya air bersih, tinggal berdesakan,
higiene yang buruk, kurang gizi dan sanitasi yang jelek merupakan faktor risiko utama,
khususnya untuk terjangkit infeksi bakteri atau parasit yang patogen. Peningkatan
insiden dan beratnya penyakit diare pada bayi juga berhubungan dengan perubahan
yang spesifik menurut usia pada kerentanan terhadap mikroorganisme patogen (Wong,
2008).
Rotavirus merupakan agens paling penting yang menyebabkan diare disertai
dehidrasi pada anak kecil diseluruh dunia. Gejala dapat berkisar mulai dari gambaran
klinik tanpa manifestasi gejala hingga kematian akibat dehidrasi. Infeksi rotavirus
menyebabkan sebagian perawatan rumah sakit karena diare berat pada anak-anak kecil
dan merupakan infeksi nosokomial (infeksi yang didapat dirumah sakit) yang
signifikan oleh mikroorganisme patogen. Salmonella, Shigella dan Campylobacter
merupakan bakteri patogen yang paling sering diisolasi.Mikroorganisme Giardia
lamblia dan Cyptosporidium merupakan parasit paling sering menimbulkan diare
infeksius akut.

1
Gastroenteritis saat ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan, jutaan
kasus dilaporkan setiap tahun dan diperkirakan 4-5 juta orang meninggal karena
gastroenteritis akut. World health Organization (WHO) memperkirakan empat milyar
kasus terjadi didunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian
besar anak-anak dibawah umur 5 tahun (Adisasmito,2007).
Indonesia mencatat angka kejadian gastroenteritis atau diare sekitar 120-130
kejadian per 1000 penduduk, dan sekitar 60% kejadian tersebut terjadi pada balita.
Kejadian luar biasa setiap tahun terjadi sekitar 150 kejadian dengan jumlah kasus
sekitar 20.000 orang dan angka kematian sekitar 2% (Irianto et al, 1884). Berdasarkan
data 10 besar penyakit diruang Ganesha RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya
diagnosa Gastroenteritis adalah diagnosa tertinggi selama 3 bln terakhir (Juli - Agustus
2018).
Penyebab utama kematian yang disebabkan oleh diare adalah karena dehidrasi
sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui feses. Dasar dari semua diare
adalah gangguan transportasi, larutan usus akibat perpindahan air melalui membrane
usus berlangsung pasif dan hal ini ditentukan oleh aliran dan larutan secara aktif
maupun pasif, terutama natrium klorida dan glukosa. Dalam tubuh individu yang sehat
sekitar 69% dari barat badannya terdiri dari air dan secara umum dianggap terdapat
dalam dua kompartemen utama yakni cairan intraselular dan ekstraselular.
Kompartemen cairan ekstraselular dapat dibagi lagi menjadi cairan interstisial dan
intravascular.
Cairan dan elektrolit sangat dibutuhkan dalam rangka menjaga kondisi tubuh
tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh adalah merupakan salah
satu bagian homeostasis keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan
perpindahan berbagai cairan tubuh, cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air
(pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektolit adalah zat kimia yang menghasilkan
partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika dalam larutan cairan dan
elektrolit masuk kedalam tubuh melalui makanan dan minuman dan cairan intravena
(IV) dan distribusi kebagian seluruh tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti
dari air tubuh total dan elektrolit kedalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan
dan elektrolit saling bergantung satu sama lainnya, jika salah satu terganggu maka akan
berpengaruh dengan yang lainnya (Daniel, 2013).

2
Terapi pertama yang dilakukan bagi bayi dan anak-anak yang menderita diare
akut dan dehidrasi oral (oral dehydration therapy,ORT) atau pemberian oralit.
Pemakaian oralit merupakan salah satu kemajuan dalam bidang pelayanan kesehatan
di dunia selama dawarsa yang lalu. Cara ini dipandang lebih efektif, lebih aman, tidak
memberikan rasa nyeri, dan juga biasanya lebih murah dibandingkan dengan terapi
intravena (pemberian infus). Sebagai hasilnya, American acade-my of pediatrics,
World Health organization (WHO) dan Cennters for disease Control and Prevention
merekomendasikan penggunaan oralit sebagai terapi pilihan bagi sebagian besar kasus
dehidrasi karena diare (American Academy of Pediatrics, 1996; Gastanadudy da Begue,
1999; Hugger, Harkles dan Rentschler, 1998;lasche dan Duggan, 1999). Larutan oralit
meningkatkan dan mempermudah reabsorbsi natrium serta air, dan sejumlah penelitian
menunjukkan bahwa larutan ini sangat mengurangi gejala muntah, kehilangan cairan
akibat diare dan lamanya sakit.
Ganguan volume cairan dan elektrolit merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia. Fisiologis yang harus dipenuhi apabila penderita telah banyak mengalami
kehilangan air dan elektrolit, maka terjadi gejala dehidrasi. Terutama diare pada anak
perlu mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat sehingga tidak mempengaruhi
tumbuh kembang anak (Soliki, 2011).
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk menyusun karya
tulis ilmiah tentang asuhan keperawatan dengan gangguan kebutuhan cairan dan
elektrolit ; Gastroenteritis di ruang Ganesha RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya.

1.2 Rumusan masalah


Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan prioritas masalah kebutuhan dasar
cairan dan elektrolit; Gastroenteritis diruang Ganesha RSUD Bhakti Dharma Husada
Surabaya?

1.3 Tujuan

1. Tujuan Umum
Perawat dapat mengetahui dan memahami Asuhan keperawatan pada anak dengan
gangguan kebutuhan dasar cairan dan elektrolit.

3
2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi pengkajian keperawatan pasien pada gangguan keseimbangan


cairan dan elektrolit.
b. Mengidentifikasi analisa data asuhan keperawatan pasien pada gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit.
c. Mengidentifikasi rumusan masalah asuhan keperawatan pasien gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit.
d. Mengidentifikasi perencanaan asuhan keperawatan pasien dengan gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit.
e. Mengidentifikasi implementasi asuhan keperawatan pasien dengan gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit.
f. Mengidentifikasi kriteria hasil evaluasi asuhan keperawatan pasien dengan
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

1.4. Manfaat

1. Penulis

Dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk melakukan asuhan


keperawatan bagi pasien dengan gangguan kebutuhan dasar cairan dan
elektrolit.
2. Instansi kesehatan

Diharapkan hasil penulisan ini dapat bermanfaat bagi instansi kesehatan


dalam memberikan penyuluhan dan informasi atau masukan dalam
meningkatkan mutu asuhan keperawatan khususnya bagi pasien yang
mengalami gangguan kebutuhan dasar cairan dan elektrolit.
3. Bagi tenaga kesehatan

Diharapkan dapat memberikan masukan bagi praktisi keperawatan agar dapat


meningkatkan dan mengembangkan perencanaan keperawatan anak sebagai
edukator dalam fungsinya.

4
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Cairan dan Elektrolit

2.1.1 Definisi

Air merupakan bagian terbesar pada tubuh manusia, persentasenya dapat


tergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas seseorang. Pada bayi usia < 1
tahun cairan tubuh adalah sekitar 80-85% berat badan dan pada bayi > 1 tahun
mengandung air sebanyak 70-75%. seiring dengan pertumbuhan seseorang persentase
jumlah cairan terhadap berat badan berangsur-angsur turun yaitu pada laki-laki dewasa
50-60% berat badan, sedangkan pada wanita dewasa 50% berat badan (Vaughans,
2013).
Elektrolit adalah mineral bermuatan listrik yang ditemukan didalam sel dan
diluar tubuh. Mineral tersebut dimasukkan dalam cairan dan makanan dan dikeluarkan
utamanya melalui ginjal. Elektrolit juga dikeluarkan melalui hati, kulit dan paru-paru
(Kozier, 2010).

2.1.2 Volume dan Distribusi Cairan Tubuh

1. Volume cairan

Total body water (TBW) dapat ditentukan melalui beberapa perhitungan


yang menerapkan tehnik dilusi dengan menggunakan berbagai zat seperti,
deuterium, tritium dan antipirin. Penentuan jumlah cairan ekstrasel biasanya diukur
secara langsung akan tetapi lebih sulit dibandingkan pengukuran air tubuh total.
Hal ini disebabkan bahan yang digunakan dalam proses dilusi harus hanya terdapat
pada cairan ekstrasel dan tersebar pada seluruh kompartemen ekstrasel (Tarwoto,
2006).

Beberapa cara mengukur kompartemen cairan tubuh, yaitu :

a. Pengukuran cairan kompartemen tubuh berdasarkan konsentrasi suatu zat


terlarut di dalam kompartemen.
Konsentrasi zat = jumlah zat yang disuntikan volume distribusi

5
b. Dalam melakukan pengukuran jumlah air dalam kompartemen, perlu dilakukan
perhitungan (koreksi) zat-zat yang diekskresikan dalam kurun waktu yang
dibutuhkan oleh zat tersebut sejak disuntikkan dan
terdistribusi kedalam kompartemen.

Vd : jumlah zat disuntikan – jumlah dieksresikan konsentrasi setelah


ekuibilibrium

c. mengukur volume cairan kompartemen, diperhitungkan zat tertentu yang


terdistribusi dengan sendirinya di dalam kompartemen. Sementara pengukuran
volume kompartemen yang tidak mengandung zat tertentu, dilakukan dengan
melakukan pengurangan.
1).Untuk mengukur jumlah total air tubuh (total body water) dibutuhkan zat
deuterium atau disebut deuterated water (D2O), tritium atau disebut
tritiated water (THO). Dan antipirin.
2). Volume ekstraseluler (ekstracellular fluid volume, ECFV) diukur dengan
melakukan pemberian label dengan inulin, sukrosa, mannitol dan sulfat.
3). Volume intraselular (intracelular fluid volume, ICFV) diukur dengan
melakukan substaksi

ICF = TBW – ECFV

Jumlah cairan tubuh total kurang lebih 55-60% dari berat badan dan
persentase ini berhubungan dengan jumlah lemak dalam tubuh, jenis kelamin, dan
umur. Pengaruh terbesar adalah jumlah lemak tubuh. Kandungan air di dalam sel
lemak lebih rendah dibandingkan kandungan air dalam sel otot. Sehingga cairan
tubuh total pada orang yang gemuk lebih rendah dari mereka yang tidak gemuk.
Pada bayi dan anak persentase cairan tubuh total lebih besar dibandingkan dengan
orang dewasa dan akan menurun sesuai dengan pertambahan usia. Pada bayi
prematur jumlah cairan tubuh total sebesar 70-75% dari berat badan, sedangkan
pada bayi normal dan pada orang dewasa sebesar 55-60% dari berat badan.
Bila diperkirakan sekitar 55% berat tubuh merupakan air, maka
perhitungan cairan tubuh total menggunakan rumus :

Jumlah total air tubuh (L) = Berat badan (Kg) x 55

6
Perhitungan ini hanya berlaku untuk individu dalam keadaan
keseimbangan air tubuh normal. Pada keadaan dehidrasi berat, air tubuh total
berkurang sekitar 10% maka pada keadaan dehidrasi berat air tubuh total dihitung
Jumlah air tubuh total (L) = 0,9 x Berat badan (Kg) x 55%

2. Distribusi cairan

Menurut Wong (2008), seluruh cairan tubuh didistribusikan ke dalam


kompartemen intraselular dan kompartemen ekstraselular. Lebih jauh kompartemen
ekstraselular dibagi menjadi cairan intravaskular dan intersisial.
a. Cairan intraselular

Cairan yang terkandung diantara sel disebut cairan intraselular. Cairan intrasel
(CIS) ditemukan berada didalam sel-sel tubuh. Pada orang dewasa, sekitar
duapertiga dari cairan dalam tubuhnya terdapat di intraseluler (sekitar 27 liter
rata-rata untuk orang dewasa laki-laki dengan berat badan sekitar 70 Kg),
sebaliknya pada bayi hanya setengah dari berat badannya merupakan cairan
intraselular
b. Cairan ekstraselular

Cairan yang berada diluar sel disebut cairan ekstraselular. Jumlah relatif
cairan ekstraselular berkurang seiring dengan usia. Pada bayi baru lahir,
sekitar setengah dari cairan tubuh terdapat dicairan ekstraselular. Setelah usia
1 tahun, jumlah cairan ekstraselular menurun sampai dengan sepertiga dari
volume total. Ini sebanding dengan sekitar 15 liter pada dewasa muda dengan
berat badan rata-rata 70 Kg. Cairan ekstraseluler dibagi menjadi :

1). Cairan interstitial

Cairan yang mengelilingi sel termasuk dalam cairan interstitial, sekitar


11-12 liter pada orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume
interstitial. Relatif terhadap ukuran tubuh. Volume ISF adalah sekitar 2
kali lipat pada bayi baru lahir dibandingkan orang dewasa.

7
2). Cairan intravaskular

Merupakan cairan yang terkandung dalam pembuluh darah (contohnya


volume plasma). Rata-rata volume darah orang dewasa sekitar 5-6 L
dimana liternya merupakan plasma, sisanya terdiri dari sel darah merah,
sel darah putih dan platelet.

3). Cairan transeluler

Merupakan cairan yang terkandung diantara rongga tubuh tertentu seperti


serebrospinal, perikardial, pleura, sendi sinovial, intraokular dan sekresi
saluran pencernaa. Pada keadaan sewaktu, volume cairan transeluler
adalah sekitar 1 L, tetapi cairan dalam jumlah banyak dapat masuk dan
keluar dari ruang transeluler.

Cairan ekstrasel berperan sebagai pengantar semua keperluan sel (nutrien,


oksigen, berbagai io, tracemierals dan regulator hormon/molekul).

3. Fungsi cairan

Menurut Tarwoto 2006, ada 5 fungsi cairan yaitu :

a. Sebuah medium untuk reaksi metabolik didalam sel.

b. Sebuah pengangkut gizi, produk sisa, dan zat lain ke sel.

c. Sebuah pelumas antar organ

d. Sebagai penyekat dan penyerap guncangan

e. Sebuah cara dalam mengatur dan mempertahankan suhu tubuh.

2.1.3 Konsentrasi Cairan Tubuh

1. Osmolaritas

Osmolalitas adalah konsentrasi larutan atau partikel terlarut per liter larutan,
osmolaritas ditentukan oleh konsentrasi zat terlarut total didalam kompartemen
cairan dan diukur sebagai bagian dari zat terlarut perkilogram air. Dengan
demikian osmolaritas menciptakan tekanan osmotic sehingga mempengaruhi
pergerakan cairan (Vaughans.2013).

8
2. Tonisitas

Tonisitas merupakan osmolalitas yang menyebabkan pergerakan air dari


kompartemen yang lain. Menurut Soegianto (2002) Beberapa istilah yang terkait
dengan tonisitas adalah sebagai berikut :

a. Larutan isotonik memiliki osmolalitas yang sama dengan cairan tubuh. Salin
normal, natrium klorida 0,9% yang merupakan sebuah larutan isotonik.
b. Larutan hipertonik memiliki osmolalitas yang lebih tinggi dibandingkan cairan
tubuh; natrium klorida 3% merupakan larutan hipertonik.
c. Larutan hipotonik seperti salin normal (nantrium klorida 0,45%), sebaliknya.

2.1.4 Tekanan Cairan

Perbedaan lokasi antara di interstitial pada ruang vaskular menimbulkan


tekanan cairan yaitu tekanan hidrostatik dan tekanan onkotik atau osmotic koloid.
Tekanan hidrostatik adalah teakanan yang disebabkan karena volume cairan dalam
pembuluh darah akibat kerja dari organ tubuh. Tekanan onkotik merupakan tekanan
yang disebabkan karna protein (Tarwoto,2006).

2.1.5 Pergerakan Cairan dan Elektrolit Tubuh

Pergerakan cairan tubuh (hidrodinamik) mencakup penyerapan air di usus,


masuk kepembuluh darah dan beredar ke seluruh tubuh.
Menurut Hidayat (2012), Metode pergerakan elektrolit dan zat terlarut lain
adalah dengan cara osmosis, difusi,filtrasi dan transpor aktif:
1. Osmosis

Osmosis adalah pergerakan air menembus membran sel, dari larutan yang
berkonsentrasi tinggi, dengan kata lain, air bergerak menuju zat terlarut yang
berkonsentrasi lebih tinggi sebagai upaya untuk menyeimbangkan konsentrasi.
2. Difusi

Difusi merupakan percampuran kontinu beberapa molekul di dalam cairan, gas


atau zat padat yang disebabkan oleh pergerakan molekul secara acak. Kecepatan
difusi zat bervariasi sesuai dengan ukuran molekul, konsentrasi larutan, dan suhu
larutan.

9
3. Filtrasi

Filtrasi merupakan sebuah proses pergerakan cairan dan zat terlarut secara bersama
menyembrangi sebuah membran dari satu kompartemen ke kompartemen yang
lain. Pergerakan terjadi dari area bertekanan tinggi ke area bertekanan rendah.
4. Transpor aktif

Zat dapat bergerak menyebrangi membran sel dari larutan berkonsentrasi rendah
ke larutan berkonsentrasi tinggi dengan sebuah transfor aktif. Proses ini terutama
penting dalam mempertahankan perbedaan konsentrasi ion natrium dan kalium
didalam CIS dan CES.

2.1.6 Keseimbangan Cairan

Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake dan output. Pemasukan cairan


berasal dari minuman dan makanan. Kebutuhan cairan setiap hari antara 1800-
2500ml/hari. Sedangkan pengeluaran cairan melalui ginjal dalam bentuk urine 1200-
1500ml/hari, feses 100ml, paru-paru 300-500ml, dan kulit 600-800ml (Tarwoto, 2006).

2.1.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan dan

Elektrolit

1. Usia

Bayi dan anak yang sedang tumbuh memiliki perpindahan cairan yang jauh lebih
besar dibandingkan orang dewasa karena laju metabolisme mereka lebih tinggi
meningkatkan kehilangan cairan
2. Jenis kelamin dan ukuran tubuh.

Air tubuh total dipengaruhi oleh jenis kelamin dan ukuran tubuh. Karena sel lemak
mengandung lebih sedikit atau sama sekali tidak mengandung air dan jaringan tanpa
lemak memiliki kandungan air lebih tinggi.
3. Temperatur lingkungan

Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat kehilangan NaCl


melalui keringat sebanyak 15-30 gram/hari.

10
4. Gaya hidup

a. Diet : pada saat tubuh kekurangan nutrisi tubuh akan memecah cadangan energi
b. Stress : dapat meningkatkan metabolisme selular, kadar konsentrasi glukosa
darah, dan kadar katekolamin, stress dapat meningkatkan produksi ADH, yang
pada gilirannya menurunkan produksi urin.
5. Sakit

Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal, dan jantung, gangguan


hormon akan mengganggu keseimbangan (Vaughans, 2013)

2.1.8 Pengaturan Keseimbangan Cairan

1. Rasa dahaga

Mekanisme rasa dahaga :


a. Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan renin, yang pada akhirnya
menimbulkan produksi angiostensin II yang dapat dapat merangsang hipotalamus
untuk melepaskan supstratneural yang bertanggung jawab terhadap sensasi haus.
b. Osmoreseptor dihipotalamus mendeteksi peningkatan osmotic dan
mengantisivasi jaringan syaraf yang dapat mengakibatkan sensasi rasa dahaga.
2. Antidiuretik hormon (ADH)

Hormon yang mengatur sekresi dari ginjal, disintesis dibagian anterior hipotalamus
dan bekerja pada duktus kolektivus nefron.
3. Aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada tubulus ginjal untuk
meningkatkan absorbsi natrium. Pelepasan aldosteron dirangsang oleh perubahan
konsentrasi kalium, natrium serum, dan sistem renin-angiotensin serta sangat
efektif dalam mengendalikan hiperkalemia.
4. Prostaglain
Prostagladin adalah asam lemak alami yang terdapat dalam banyak jarigan dan
berfungsi dalam merespon radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus
dan mobilitas gastrointestinal. Dalam ginjal prostagladin berperan mengatur
sirkulasi ginjal, respon natrium, dan efek ginjal pada ADH

11
5. Glukokortikoid

Meningkatkan responsi natrium dan air, sehingga volume darah naik dan terjadi
retensi natrium. Perubahan kadar glukortikoid menyebabkan perubahan pada
keseimbangan olume darah (Kozier, 2010).

2.1.9 Cara Pengeluaran Cairan

Menurut Tarwoto 2006, Pengeluaran cairan terjadi melalui organ-organ seperti


:
1. Ginjal
a. Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170 liter darah
untuk disaring setiap hari.
b. Produksi urin untuk semua usia 1 ml/Kg/jam.
c. Jumlah urin yang diproduksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron.
2. Kulit
a. Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang merangsang
aktivitas kelenjar keringat.
b. Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari aktivitas otot, temperatur
lingkungan yang meningkat dan demam
c. Disebut juga isensibel water loss (IWL) sekitar 15-20ml/jam.
3. Paru-paru
a. Menghasilkan IWL sekitar 400 ml/hari
b. Meningkatkan cairan yang hilang sebagai respon terhadap perubahan kecepatan
dan kedalaman napas akibat pergerakan atau demam.

4. Gastrointestinal
a. Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal setiap sekitar 100-
200 ml.
b. Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15 cc/Kg/BB/24 jam, dengan
kenaikan 10% dari IWL pada setiap kenaikan temperatur 1 derajat Celcius.

2.1.10 Pengaturan Elektrolit

1. Natrium (Na+)

a. Merupakan kation yang terbanyak dicairan ekstrasel dan merupakan kontributor


utama terhadap osmolalitas serum.
+
b. Na mempengaruhi keseimbangan air, hantaran impuls saraf, dan kontraksi otot

12
c Sodium diatur oleh intake garam,aldosteron, dn pengeluaran urin. Normalnya
sekitar 135-148 mEq/liter.

2. Kalium (K+)

a. Kalium merupakan kation utama didalam intrasel.

b. Kalium sangat penting pengaturan elektrolit

c. Berfungsi sebagai eskatibilitas neorumuskular dan kontraksi otot.

d. Diperlukan untuk pembentukan glikogen, sintesis protein, pengaturan


keseimbangan asam basa, karena ion K+ dapat diubah menjadi ion hidrogen.
Nilai normalnya sekitar 3,5-5,5 mEq/liter

3. Kalsium

a. Sebagian besar kalium didalam tubuh berada didalam sistem rangka, relatif
sedikit berada di dalam cairan ekstrasel
b. Kalsium dalam cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid.

c. Hormon paratidroid mengabsorbsi kalsium melalui gastrointestinal, sekresi


melalui ginjal.
d. Hormon tirokkalsitonim menghambat penyerapan Ca+

4. Magnesium (Mg2+)

a. Magnesium ditemukan didalam tulang rangka dan cairan intrasel

b. Magnesium berfungsi untuk metabolisme intrasel, yang terutama terlibat dalam


produksi dan penggunaan ATP.
5. Klorida (Cl-)

a. Klrorida merupakan anion utama dalam CES

b. Klorida merupakan komponen utama asam lambung sebagai asam hidroklorida


(HCl) dan terlibat dalam pengaturan keseimbangan asam basa.
6. Fosfat PO4-

a. Merupakan anion utama dalam cairan intrasel

b. Terdapat dalam CE, tulang otot rangka dan jaringan saraf. Anak-anak memiliki
kadar fosfat yang lebih tinggi dibanding orang dewasa.

13
c. Berfungsi untuk meningkatkan kegiatan neuromuskular, metabolisme
karbohidrat, dan pengaturan asam basa
d. Pengaturan oleh hormon paratiroid.
-
7. Bikarbonat HCO3

a. Bikarbonat terdapat dalam cairan intrasel dan ekstrasel

b. Bikarbonat berfungsi untuk mengatur keseimbangan asam basa sebagai


komponen esensial dan sistem buffer asam karbonat dan bikarbonat, kadar
bikarbonat diatur oleh ginjal (Lowry, 2014).

2.1.11 Masalah Keseimbangan Cairan

1. Hipovolemia

Kondisi dimana kekurangan cairan tubuh yang disebabkan oleh asupan yang tidak
memadai atau kehilangan berlebihan. Kehilangan cairan berlebihan dapat terjadi
ketika muntah, diare, perdarahan, penggunaan diuretik berlebih, trauma karena
sakit ginjal, kekurangan aldostero dan melepuh akibat luka bakar dan askites.
Hipovolemia yang berlangsung lama dapat menimbulkan gagal ginjal akut
(Vaughans, 2013).

2. Hipervolemia

Kondisi dimana kelebihan cairan disebabkan oleh asupan berlebihan atau


berkurangnya ekskresi cairan. Kondisi yang menyebabkan menurunnya eksresi
cairn antara lain gagal jantung penyakit renal, kelainan endokrin, dan terkadang
kelainan sistem saraf pusat dan pulmonai (Tarwoto, 2006).

2.1.12 Ketidakseimbangan Asam Basa

Pada keadaan normal pH serum darah dipertahankan sekitar 7,35-7,45 agar


aktivitas sel dan reaksi kimia dapat berjalan secara optimal. Keseimbangan asam basa
ditentukan oleh adanya kadar ion hidrogen dalam cairan intrasel maupun ekstrasel. Ion
hidrogen adalah hasil akhir dari katabolisme karbohidrat, lemak, dan protein serta
penguraian dari asam karbonat (H2CO3) yang merupakan senyawa CO2 dengan air.
Jika kadar pH kurang dari 7,35 disebut asidosis, sedangkan, jika pH lebih dari asam
atau kekurangan bikarbonat dalam larutan tubuh.

14
Menurut Tarwoto 2006, Keseimbangan asam basa diklasifikasikan menjadi
asidosis metabolic, asidosis respiratorik, alkalosis respiratoric.

1. Asidosis respiratorik

Disebabkan karena kegagalan sistem pernapasan dalam membuang CO 2 dari


cairan tubuh. Kerusakan pernapasan, peningkatan pCO 2 arteri diatas 45mmHg
dengan penurunan pH<7,35
Penyebab : penyakit obstruksi, restriksi paru, polimielitis, penurunan aktivitas
pusat pernapasan (trauma kepala, perdarahan, narkotik, anastesi, dan lain-lain

2. Alkalosis respiratorik

Disebabkan karna kehilangan CO2 dari paru-paru pada kecepatan yang lebih tinggi
dalam produksinya dalam jaringan. Hal ini menimbulkan pCO 2 arteri <35 mmHg,
pH7,45.
Penyebab : hiperventilasi alveolar, ansietas, demam, meningitis, keracunan
aspirin, pneumoni, dan emboli paru
3. Asidosis metabolik

Terjadi akibat akumulasi abnormal pixed acid atau kehilangan basa pH arteri
<7,35, HCO3 menurun dibawah 22 mEq/liter

Gejala : pernapasan kusmaul (dalam dan cepat), disorientasi dan koma.

4. Alkalosis metabolik

Disebabkan oleh kehilangan ion hidrogen atau penambahan rasa pada cairan

tubuh. Bikarbonat plasma meningkat >26 mEq/liter dan pH arteri > 7,45. Penyebab
; mencerna sebagian besar basa (misalnya BaHCO 3, antasida, soda kue) untuk
mengatasi ulkus peptikum atau rasa kembung.

2.1.13 Kelainan Elektrolit dan Metabolik

1. Muntah

Muntah adalah ejeksi kuat dari isi lambung, penyebab tersering adalah
gastroenteritis. Pada anak, pikirkan infeksi sistemik, ingesti toksik, apendisitis,
sindroma reye, dan pertusis. Jika muntah adalah gejala satu-satunya, pikirkan
peninggian tekanan intracranial.

15
2. Diare

Banyak penyebab diare akut dan kronik. Penyebab infeksi mencakup virus
(rotavirus tersering), bakteri (salmonella,shigella, campylobakter tersering, parasit
(giardia, Csriptosporidium), infeksi terlokalisir ditempat lain, terkait antibiotik dan
keracunan makanan khususnya sari buah sindroma, susu iriatif, intoleransi protein
susu, intoleransi laktosa setelah diare infeksi dan radang usus.

3. Dehidrasi

Prinsip umum untuk mengatasi dehidrasi

a. Timbang BB

b. Pastikan menambahkan kehilangan yang sedang berlangsung ke jumlah


rumatan+cairan dan elektrolit pengganti
c. Jika dehidrasi sedang atau berat, berikan bolus cairan awal 20 ml/kg RL atau NS
dalam 20 menit. Ulangi bolus jika respon tidak adekuat.
d. Pada dehidrasi hipotonik dan isotonic, hitung cairan dan elektrolit total
(rumatan+pengganti deficit) untuk 24 jam pertama, berikan separuhnya 8 jam
pertama dan selebihnya dalam 16 jam berikutnya, pada dehidrasi hipertonik,
koreksi deficit cairan dan elektrolit perlahan-lahan dalam 48 jam.
e. Jangan tambahkan kalium ke infuse, keculi jika urine sudah ada. Pengecualian
adalah ketoasidosis diabetic, dimana koreksi hiperglikemiadan asidosis cepat
mengakibatkan hipokalemia.
f. Tambah cairan rumatan sebesar 12% untuk setiap derajat Celcius diatas 37
derajat Celsius.
Gejala : apatis, lemah, gangguan mental, kram, dan pusing.

16
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar
Cairan Elektrolit
2.2.1 Pengkajian

Ketepatan pengkajian yang dilakukan perawat sangat berpengaruh


terhadap kualitas asuhan keperawatan yang dilakukannya. Terkait dengan
gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit, maka ada beberapa aspek yang perlu
dikaji oleh perawat antara lain :

a. Riwayat pengkajian.

1).Pemasukan dan pengeluaran cairan dam makanan (oral, parenteral)

2). Tanda umum masalah elektrolit

3). Tanda kekurangan dan kelebihan cairan.

4). Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostasis cairan dan


elektrolit.
5). Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu status cairan
6). Status perkembangan seperti usia atau situasi sosial

7). Faktor psikologis seperti perilaku emosional yang mengganggu


pengobatan.

b. Pengukuran klinik

1). Berat badan

Kehilangan atau bertambahnya berat badan menunjukkan adanya


masalah keseimbangan cairan :
1). Ringan : lebih kurang 2%

2). Sedang : lebih kurang 5%

3). Berat : lebih kurang 10%

Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama.

2).Keadaaan umum

1). Pengukuran tanda vital seperti temperatur, tekanan darah, nadi, dan
pernapasan

17
2). Tingkat kesadaran

3). Pengukuran pemasukan cairan

1). Cairan oral : NGT dan oral

2). Cairan parenterl termasuk obat-obatan IV

3). Makanan yang cenderung mengandung air

4). Irigasi kateter atau NGT

4). Pengukuran pengeluaran cairan

1). Urine : volume, kejernihan atau kepekatan

2). Feses : jumlah dan konsistensi

3). Muntah

4). Tube drainase

5). IWL

5). Ukuran keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya sekitar lebih


kurang 200 cc

c. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik pada kebutuhan cairan dan elektrolit difokuskan pada :

1). Integument : keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot,


tetani, dan sensasi rasa
2). Kardivaskular : distensi vena jugularis, teakanan darah, hemoglobin, dan
bunyi jantung
3). Mata : cekung, air mata kering

4). Neurologi : reflex, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran

5). Gatrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-muntah,


bising usus.

d. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan elektrolit, darah lengkap, pH, berat, jenis urine, dan analisis gas
darah.

18
2.2.2 Analisa data

Data dasar adalah dasar untuk mengindividualiskan rencana asuhan


keperawatan, mengembangkan dan memperbaiki sepanjang waktu asuhan perawat
untuk klien. Pengumpulan data harus berhubungan dengan masalah kesehatan
tertentu, dengan kata lain pengkajian harus relevan. Perawat mengumpulkan data
yang bersifat deskriptif, singkat dan lengkap (Potter dan Perry, 2005).
Pengumpulan data yang tidak akurat, tidak lengkap, atau tidak sesuai
mengarah pada identifikasi kebutuhan keperawatan klien yang tidak tepat dan
akibatnya diagnosa keperawatan yang dibuat menjadi tidak akurat, tidak lengkap
atau tidak sesuai.data yang tidak akurat terjadi bila perawat tidak berhasil
mengumpulkan informasi yang relevan dengan area spesifik atau jika perawat
tidak tertur atau tidak terampildalam teknik pengkajian (Potter dan Perry, 2005)

2.2.3 Rumusan masalah

Perumusan masalah keperawatan didasarkan pada identifikasi kebutuhan


klien. Bila data pengkajian mulai menunjukkan masalah, perawat diarahkan pada
pemilihan diagnosa keperawatan. Beberapa diagnosis keperawatan akan tampak
dengan jelas berdasarkan hasil pemeriksaan fisik yang saksama. Diagnosis utama
yang cocok untuk bayi atau anak diuraikan dalam rencana asuhan keperawatan.
Diagnosis lainnya akan terbukti berdasarkan usia, kondisi, dan etiologi diare.

2.2.4 Perencanaan

Fase ketiga dari proses keperawatan adalah perencanaan, selama fase ini
diagnosis diprioritaskan, tujuan dan kriteria hasil disusun, intervensi diidentifikasi,
dan sebuah rencana asuhan tertulis dikembangkan. Berikut ini merupakan tujuan
yang akan dicapai pada bayi atau anak yang mengalami dehidrasi dan bagi
keluarganya:

a. Bayi atau anak akan mempertahankan hidrasi yang memadai.

b. Bayi atau anak akan mempertahankan status nutrisi yang tepat menurut
usia.
c. Keluarga akan mendapat dukungan dan penyuluhan yang tepat.

19
2.2.5 Implementasi

Merupakan fase proses keperawatan dimana rencana diterapkan dalam


tindakan. implementasi melibatkan penilaian yang berkesinambungan mengenai
situasi untuk memprioritaskan secara tepat dan membuat modifikasi saat diperlukan.
Penatalaksanaan sebagian besar kasus diare akut dapat dilaksanakan dirumah dengan
pemberian pendidikan yang benar kepada keluarga tentang penyebab diare,
komplikasi yang potensial, dan terapi yang tepat. Keluarga diajarkan untuk
memantau tanda-tanda dehidrasi, khususnya jumlah popok yang basah atau
frekuensi berkemih; memantau cairan yang masuk lewat mulut; dan menilai
frekuensi defekasi serta jumlah cairan yang hilang lewat feses. Jika anak diare akut
dan dehidrasi di rumah sakit, penimbangan berat badannya harus dikerjakan
dengan akurat disamping dilakukannya pemantauan asupan dan haluaran cairan
yang cermat. Anak dapat memperoleh terapi cairan parenteral tanpa pemberian
apapun lewat mulut (puasa) selama 12 sampai 48 jam. Pemantauan pemberian
cairan infus merupakan fungsi primer keperawatan, dan perawat harus yakin
bahwa cairan serta elektrolit yang diberikan lewat infus tersebut sudah memiliki
konsentrasi yang benar; kecepatan tetesan harus diatur untuk memberikan cairan
dengan colume yang dikehendaki dalam periode tertentu dan lokasi pemberian
infus harus dijaga (wong, 2008)

2.2.6 Evaluasi

Fase kelima dari proses keperawatan adalah evaluasi. Dalam proses


keperawatan, evaluasi umumnya merupakan penentuan dari efektivitas rencana
asuhan terhadap seorang pasien.
Evaluasi terhadap gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit secara umum
dapat dinilai dari adanya kemampuan dalam mempertahankan keseimbangan
cairan dan elektrolit dengan ditunjukkan oleh adanya keseimbangan antara jumlah
asupan dan pengeluaran, nilai elektrolit dalam batas normal, berat badn sesuai
dengan tinggi badan atau tidak ada penurunan, turgor kulit baik, tidak terjadi
edema, dan lain sebagainya (Hidayat, 2012).

20
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN

3.1.1 IDENTITAS PASIEN

Nama Pasien : An. A

Tanggal Lahir : 23-08-2012

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 6 Tahun

No Register : 15.88.18

Agama : Islam

Pendidikan :-

Alamat : Jl Wonorejo 1/29 Tandes Sby

Tgl Masuk RS : 18-01-2019

Ruangan / Kamar : Ganesha/7 A

Tanggal Pengkajian : 18-01-2019

Berat Badan : 16 kg

Diagnosa : Gastroenteritis

3.1.2 PENGKAJIAN KHUSUS PEDIATRIK


Riwayat Prenatal ;
Lama Kehamilan : 9 bln 2 mggu

Komplikasi : Tidak ada

Riwayat Natal Persalinan : Normal

21
Penyulit Persalinan : Tidak ada

Riwayat post natal : Aterm

Riwayat Imunisasi : Imunisasi dasar lengkap

Riwayat Penyakit Dlm Kel : Tidak ada

Riwayat Tumbuh Kembang;

LK anak saat lahir : Ibu lupa

BB anak saat lahir : 2,5 kg

TB anak saat lahir : 49 cm

ASI sampai umur : Tidak

Susu formula mulai : 0 bulan

Makanan tambahan umur : 6 bulan

Masalah neonatus : Tidak ada

Kelainan kongenital : Tidak ada

Tengkurap : 4 bulan

Duduk : 7 bulan

Merangkak : 8 bulan

Berdiri : 12 bulan

Berjalan : 16 bulan

3.1.3 PENGKAJIAN KEPERAWATAN


KELUHAN UTAMA

Ny. N mengatakan An. A mengalami muntah dan mencret 1 hari yang lalu
yang disebabkan oleh An. A makan jajanan sembarangan yang dibelinya di
lingkungan tempat tinggalnya.Panas mulai hari ini.

22
RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Provocative/pallitive
Apa penyebabnya : Ny. N mengatakan An. A jajan sembarangan dilingkungan
rumahnya.
Quantity/quality

Bagaimana dirasakan : klien lemas, dan nyeri dibagian abdomen.


Bagaimana dilihat : klien terlihat lemas, mukosa mulut dan bibir kering, kulit
klien tampak kering, turgor kembali agak lambat.
Region
Dimana lokasinya : klien mual dan nyeri dibagian Abdomen.
Severity

An. A mengalami diare dengan dehidrasi ringan ditandai turgor klien masih
baik, mukosa bibir dan mulut kering dan klien tidak mau minum banyak,
terpasang infus Kaen 3B 1500 cc/24 jam
Time
Muntah dan mencret dialami klien sejak 1 hari yang lalu.Panas mulai hari ini.

RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

Riwayat penyakit sebelumnya : Tidak ada

Pernah dirawat di RS : Tidak pernah

Obat obatan yang digunakan : Tidak ada

Tindakan operasi : Tidak pernah

Riwayat alergi : Tidak ada

RIWAYAT PSIKO SOSIAL

Anak ke 1 dari 1 bersaudara

Pekerjaan ayah : Swasta

Pekerjaan ibu : Ibu rumah tangga

Umur ayah : 28 tahun

23
Umur ibu : 28 tahun

Yang mengasuh : Ortu

Hubungan dengan anggota keluarga : baik

Hubungan dengan teman sebaya : baik

POLA KEBUTUHAN DASAR SEHARI-HARI

Nafsu makan : Menurun

Pola makan : 3 x/hari

Pola tidur : 2 x/hari;10 jam /hari

Mandi : 2 x/hari

Aktifitas bermain. : Berkurang

PENGKAJIAN FISIK

Tekanan darah : 90/50 mmhg

Nadi : 100 x/ menit

Frekuensi nafas : 22 x/ menit

Suhu : 37,8 °c

Kesadaran : Compos mentis

Kesan umum tampak sakit : Sedang

Konjungtiva anemis : Tidak

Sklera ikterik : Tidak

Jalan nafas : Bebas

Pengembangan dinding dada : Simetris dan adekuat

Pernapasan : Normal

Suara nafas : Vesiculer

24
Pencernaan : Mual dan muntah.Hari ini muntah >10x

Suara bising usus : Ada, 32 x / mnt

BAB pola rutin : 1x/ hari

BAB saat ini : 4 - 6 x / hari

Konsistensi feses : Cair dengan sedikit ampas

Warna feses : Kuning

Lendir : Tidak ada

BAK pola rutin : 6 x / hari

BAK saat ini : 3 - 4 x / hari

Genetalia : Normal

Ekstremitas :

Akral : Hangat kering merah

Turgor : Lambat

CRT : < 2 detik

25
PENGUKURAN BALANCE CAIRAN
Tanggal Input Output Balance cairan

18/01/2019 Minum : 100 cc Urine : 1000 cc Input – (Output+IWL)


Makan : 100 c Feses : 600 cc 1780 cc – 1800 cc
Infus : 1500 cc Muntah : 100 cc = (-) 20 cc
+ IWL : 120 cc

1780 ml
+

1800 cc

19/01/2019 Minum : 120 cc Urine : 1000 cc Input - (Output+IWL)


Makan : 100 cc Feses : 600 cc 1720 cc – 1800 cc
Infus: 1500 cc Muntah : 100 cc = (-) 60 cc
+ IWL : 120 cc
1720 cc
+

1800 cc

20/01/2019 Minum : 100 cc Urine : 1000 cc Input - (Output + IWL)


Makan : 120 cc Feses : 500 cc 1640 cc – 1720 cc
Infus : 1500 cc Muntah : 100 cc = (-) 80 cc
+ IWL : 120 cc

1640 cc
+

1720 cc

26
JENIS TERAPI

Jenis Dosis Fungsi Efek samping


terapi/obat
IVFD Kaen 3 B 1500 cc / 24 jam Untuk memelihara Panas,infeksi pada
keseimbangan air dan tempat penyuntikan
elektrolit pada dehidrasi. (tromboebitis)
Hiperkalemi
Ondansentron 2 x 3 mg Untuk mencegah dan Pusing, mengantuk,
mengatasi muntah. sakit kepala, merasa
lemah atau capek.
Metronidazole 3x1 Bakteri yang sudah terdeteksi. Kadang kadang
Antimikroba yang termasuk timbul rasa
golongan nitroimidazole. mual,anoreksia.
Nyeri pada
epigastrium.
Rasa tidak enak
dimulut, penurunan
nafsu makan, mual,
muntah, atau
gangguan pada
saluran cerna.
Zinkid 20 mg 1x1 Sebagai pelengkap diare pada Dosis tinggi zink
anak anak untuk periode lama
dapat menyebabkan
penurunan LIPI
protein plasma dan
absorb8si tembaga.
Lacto b 2x1 Mencegah dan mengobati Perut kembung dan
diare. rasa tidak nyaman
Mengurangi gejala intoleransi pada perut.
laktosa.
Paracetamol 170 3 x 1 Untuk penanganan demam Menghambat
mg dan nyeri sebagai antipiretik sikloseginase pusat.
dan analgetik. Menghambat sintesa
prostagladin
27
3.2 ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


keperawatan
1 Data subyektif ; Makanan dan Kekurangan
Ny N mengatakan An A muntah minuman yang volume cairan
kurang lebih 10 kali, BAB cair sedikit terkontaminasi oleh
ampas, muntah jika diberi makan bakteri
sejak 1 hari yang lalu.
Ny N mengatakan An A tidak mau Dikonsumsi oleh
makan. anak

Data obyektif ;
Infeksi pada usus
BAB dengan konsistensi cair dan
(enteritis)
sedikit ampas.
BAB 4 - 6 kali.
Muntah dan mencret
Kulit kering, mukosa mulut dan bibir
kering, mata cekung.
Volume cairan
BAK 3 - 4 kali.
kurang dari
BB turun 1 kg.
kebutuhan tubuh
Tidak selera makan.
TTV ;
Diare dehidrasi
Suhu : 37,8,° c
ringan
Nadi : 100 x / menit
RR : 22 x / menit
Tensi : 90 / 50 mmhg
Terpasang infus Kaen 3 B 1500 cc /
24 jam

28
2 Data subyektif ; Mual dan muntah Nutrisi kurang dari
Ny N mengatakan An A minum susu kebutuhan tubuh
hanya sedikit dan jika dipaksa untuk Motilitas usus
makan dan minum, maka an A akan meningkat
muntah.
Ny N mengatakan An A tidak selera Sekresi asam
makan. lambung menurun

Data obyektif ;
Haus ingin minum
An A tidak selera makan,minum susu
hanya sedikit.
BB turun 1 kg.
Rongga usus penuh
An A tidak menghabiskan porsi
dengan air
makan yang sediakan.
Tensi 90 l 50 mmhg.
Perut terasa penuh
An A tampak lemes,kulit kering.

Tidak selera makan

Nutrisi kurang dari


kebutuhan
3 Data subyektif ; Proses penyakit Kurang
Ny N mengatakan cemas terhadap pengetahuan
anaknya yang sedang dirawat. Kurang terpajan
informasi tentang
Data obyektif;
penyakit
Orang tua klien tampak cemas dan
gelisah.
Kurang pengetahuan
Orang tua klien mengatakan kurang
tau tentang penyakit anaknya

29
3.3 MASALAH KEPERAWATAN

1. Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah
dan mencret yang dialami An. A sejak 1 hari yang lalu ditandai dengan mukosa bibir
dan mulut kering, turgor kulit kembali lambat, Mata Cekung.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah yang dialami An.
A ditandai dengan Ny. N mengatakan An. A nafsu makannya berkurang, berat badan
menurun, kulit kering.
3. Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan
Ny. N mengatakan tidak pernah mendapat informasi tentang penyakit yang dialami
anaknya

3.4 PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN


Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah
yang dialami An. A sejak 1 hari yang lalu ditandai dengan berat badan An. A turun 1
kg, terpasang infus dengan cairan Kaen 3 B 1500 cc / 24 jam, mata An. A tampak
cekung, mukosa bibir dan mulut kering.

30
3.5 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL
No. Dx Perencanaan
1. Gangguan Tujuan : pasien menunjukkan tanda-tanda rehidrasi dan
volume mempertahankan rehidrasi kuat
cairan Kriteria hasil :
kurang dari Anak menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang adekuat
kebutuhan Rencana tindakan Rasional
tubuh 1. Berikan cairan oral dan 1. Sebagai upaya rehidrasi
berhubungan parenteral sesuai dengan untuk mengganti cairan.
dengan program rehidrasi
muntah dan 2. Pantau intake dan out put 2. Asupan dan haluaran cairan
mencret menentukan status hidrasi
yang dialami anak dan menjadi pedoman
An. A sejak dalam terapi penggantian
1 hari yang cairan.
lalu ditandai
3. Timbang BB anak tiap 3. BB secara langsung
dengan hari mengukur status hidrasi
mukosa bibir4. Kaji warna kulit anak, 4. Kulit pucat, turgor kulit
dan mulut turgor kulit, tingkat buruk, fontanel yang
kering, kesadaran, waktu melesak kedalam,
turgor kulit pengisian-ulang kapiler, penurunan tingkat
kembali dan membran mukosa. kesadaran, peningkatan
lambat, mata waktu pengisian-ulang
cekung kapiler, dan membran
mukosa kering
mengidentifikasikan
dehidrasi
5. Kaji tanda vital, 5. Untuk menilai status
tanda/gejala dehidrasi, hidrasi,elektrolit dan
dan hasil pemeriksaan keseimbangan asam basa
laboratorium
2. Nutrisi Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan berat badan
kurang dari stabil dan meningkat.
kebutuhan Tujuan dan kriteria hasil : anak menunjukkan status nutrisi
tubuh yang baik dan menunjukkan penambahan berat badan.
berhubungan Rencana tindakan Rasional
dengan 1. Timbang berat badan anak 1. Memberikan informasi
muntah yang setiap hari. perubahan berat badan.
dialami An. 2. Jaga kebersihan mulut 2. Mulut yang bersih
A ditandai pasien meningkatkan nafsu makan
dengan Ny. 3. Berikan makan sedikit 3. Untuk meningkatkan intake
N tapi sering setiap 2-3 jam. makanan
mengatakan 4. Tingkatkan asupan cairan 4. Untuk memperbaiki status
An. A nafsu dan nutrisi nutrisi klien
makannya 5. Instruksikan keluarga 5. meningkatkan kepatuhan
berkurang dalam memberikan diet keluarga terhadap program
yang tepat terapeutik.

31
3. Kurang Tujuan: keluarga memahami penyakit anak dan
pengetahuan pengobatannya serta mampu memberikan perawatan
berhubungan Kriteria Hasil : keluarga mampu merawat anggota keluarga
dengan yang sakit.
proses Tindakan Keperawatan Rasional
penyakit 1. Berikan informasi kepada 1. Untuk mendorong
ditandai keluarga tentang penyakit kepatuhan terhadap
dengan Ny. anak dan tindakan program terapeutik,
N terapeutik. khususnya jika berada di
mengatakan rumah.
tidak pernah 2. Bantu keluarga dalam 2. Untuk memberikan rasa
mendapat memberikan rasa nyaman nyaman terhadap anak
informasi dan dukungan pada anak
tentang 3. izinkan anggota keluarga 3. Untuk memenuhi
penyakit untuk berpartisipasi kebutuhan anak dan
yang dialami dalam perawatan anak keluarga
anaknya sebanyak yang mereka
inginkan
4. Instruksikan keluarga 4. Untuk mencegah
mengenai pencegahan penyebaran penyakit
terhadap proses penyakit
5. Pendkes tentang
penggunaan obat Zink

32
3.6 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/Tanggal No. Implementasi Evaluasi
Dx
Jumat/ 1 1. Memberikan cairan oral S:-
18-01-2019 dan parenteral sesuai O:
dengan rehidrasi Anak tampak lemas,
2. Memantau intake dan mata cekung, mukosa
output
bibir dan mulut
3. Menimbang BB anak kering, feses encer,
tiap hari BB 16 Kg, kulit
4. Mengkaji warna kulit kering
anak, turgor kulit, tingkat TTV : suhu 37,8 0C
kesadaran, waktu A:
pengisian-ulang kapiler Kerurangan volume
dan membran mukosa cairan
5. Mengkaji tanda-tanda P:
vital, tanda dan gejala Intervensi dilanjutkan
rehidrasi
2 1. Menimbang berat badan S:
anak setiap hari Ny. N mengatakan
2. mengkaji kebersihan An. A tidak mau
mulut pasien makan, makanan yang
3. Memberikan makan dimakan selalu
sedikit tapi sering setiap dimuntahkan
2-3 jam O:
4. Meningkatkan asupan An. A tampak lemah,
cairan dan nutrisi BB 16 Kg.
5. Mengkaji intake dan BAB 6x sehari
output klien A:
Masalah belum
teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
3 1. Memberikan informasi S:
kepada keluarga tentang Ny. N mengatakan
penyakit anak dan sudah mengerti
tindakan terapeutik. tentang proses
2. Memantu keluarga dalam penyakit.
memberikan rasa nyaman O:
dan dukungan pada anak Ny. MNtampak tenang
3. izinkan anggota keluarga A:
untuk berpartisipasi Masalah teratasi
dalam perawatan anak sebagian
sebanyak yang mereka P:
inginkan Intervensi dilanjutkan
4. instruksikan keluarga
mengenai pencegahan
terhadap proses penyakit

33
5. Memberikan pendkes
tentang kegunaan obat
Zink
Sabtu/ 1 1. Memberikan cairan oral S:-
19-01-1019 dan parenteral sesuai O:
dengan rehidrasi mukosa bibir dan
2. Memantau intake dan mulut kering, feses
output cair, BB 16,2 kg, kulit
3. Menimbang BB anak tampak lembab
tiap hari TTV : suhu 37,30C
4. Mengkaji warna kulit A:
anak, turgor kulit, tingkat masalah teratasi
kesadaran, waktu sebagian
pengisian-ulang kapiler P:
dan membran mukosa intervensi dilanjutkan
5. Mengkaji tanda-tanda
vital, tanda dan gejala
rehidrasi.
2 1. Menimbang berat badan S:
anak setiap hari Ny. N mengatakan
2. Menjaga kebersihan anak sudah mau
mulut klien makan tapi masih
3. Memberikan makan sedikit, muntah
sedikit tapi sering setiap berkurang
2-3 jam O:
4. Meningkatkan asupan An. A tampak segar,
cairan dan nutrisi BB 16,2 kg
5. Mengkajiintakedan A:
output klien masalah tertasi
sebagian sebagian
P:
intervensi dilanjutka
3 1. Memberikan informasi S : Ny. N mengatakan
kepada keluarga tentang sudah mengerti
penyakit anak dan tentang proses
tindakan terapeutik. penyakit
2. Memantu keluarga dalam Ny. N mengatakan
memberikan rasa nyaman sudah mengerti cara
dan dukungan pada anak merawat klien
3. Izinkan anggota keluarga O:
untuk berpartisipasi Ny. N tampak tenang
dalam perawatan anak A:
sebanyak yang mereka Masalah teratasi
inginkan P:
4. Instruksikan keluarga intervensi dihentikan
mengenai pencegahan
terhadap proses penyakit
5. Memberikan Pendkes

34
tentang kegunaan obat
Zink

Minggu/ 1 1. Memberikan cairan oral S:-


10-01-2019 dan parenteral sesuai
dengan rehidrasi O : mukosa bibir dan
2. Memantau intake dan mulut lembab,feses
output sedikit cair banyak
3. Menimbang BB anak ampas,BB 16,4 kg,
tiap hari kulit lembab.
4. Mengkaji warna kulit
anak, turgor kulit, tingkat A : masalah teratasi
kesadaran, waktu
pengisian-ulang kapiler P : intervensi
dan membran mukosa dihentikan
5. Mengkaji tanda-tanda
vital, tanda dan gejala
rehidrasi.

2 1. Menimbang berat badan S:


anak setiap hari Ny. N mengatakan
2. Memberikan makan anak sudah mau
sedikit tapi sering setiap makan dan minum,
2-3 jam dan tidak muntah lagi
3. Meningkatkan asupan O:
cairan dan nutrisi BB : 16,4 Kg
4. Mengkaji intake dan Makan
output klien A:
masalah teratasi
P:
intervensi dihentikan

35
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN
An. A mengalami gangguan kebutuhan dasar cairan dan elektrolit berhubungan
dengan mual dan muntah yang dialami An. A sejak 1 hari yang lalu ditandai dengan
output yang berlebihan, berat badan berkurang, kehilangan nafsu makan. Pengkajian
dilakukan pada tanggal 18 - 01 - 2019 sampai 20 - 01 - 2019, dan ditemukan masalah
gangguan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output
yang berlebihan ditandai dengan An. A muntah dan mencret sejak 1 hari yang lalu.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah yang dialami An. A
ditandai dengan Ny. N mengatakan An. A nafsu makannya berkurang, mukosa bibir
dan mulut kering, turgor kulit kembali lambat, mata cekung. Kurang pengetahuan
keluarga berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan Ny. N mengatakan
tidak pernah mendapat informai tentang penyakit anaknya. Dilakukan implementasi
berdasarkan intervensi selama 3 hari dan hasil evaluasi dari masalah yang dialami An.
A yakni masalah teratasi.

4.2 SARAN
4.2.1 Bagi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan petugas kesehatan yang ada di rumah sakit khususnya perawat yang
ada diruangan lebih aktif dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada
pasien dengan masalah kebutuhan dasar cairan dan elektrolit
4.2.2 Bagi rumah sakit
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan yang lebih berkualitas,
profesional, terampil, inovatif dan aktif. Sehingga petugas mampu menerapkan
asuhan keperawatan yang berkualitas.
4.2.3 Bagi keluarga
Dengan adanya bimbingan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga pasien,
keluarga dapat mendukung pasien dan memberikan pertolongan pertama bagi
pasien dengan masalah kebutuhan dasar cairan dan elektrolit.

36
DAFTAR PUSTAKA

Axton, S. (2014). Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik. Edisi Ketiga. Jakarta:


EGC.

Carpenito. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan, alih bahasa Yasmin Asih.
Edisi Kesepuluh. Jakarta: EGC

Hidayat, A. A. (2012). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia- Aplikasi Konsep Dan


Proses Keperawatan. Jakarta: Medika Salemba

Kozier, B. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:Konsep, Proses, Dan


Praktik, alih bahasa Pamilih Eko Karyuni. Edisi Ketujuh. Jakarta: EGC.

Soegianto. (2002). Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa &Penatalaksanaan. Edisi Pertama.


Jakarta: Salemba Medika.

Speer, K. M. (2007). Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik Dengan Clinikal


Pathway. Edisi ketiga. Jakarta : EGC.

Tarwoto. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi Ketiga.
Jakarta: Salemba Medika

Vhaugans, B. W. (2011). Keperawatan Dasar. Edisi Pertama. Yogyakarta: Rapha


Publishing.

Wilkinson, J. M. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperwatan: Diagnosis NANDA,


Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Edisi Kesembilan. Jakarta: EGC.

Wong. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, alih bahasa Andri Hartono, dkk.
Edisi Keenam. Jakarta : EGC

37

Anda mungkin juga menyukai