E DENGAN
VENTILATOR
OLEH :
NIP: 198111292010012006
2019
i
LEMBAR PENGESAHAN
Mengesahkan,
ii
KATA PENGANTAR
Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari berbagai kendala namun berkat
dan dorongan dari berbagai pihak, baik moral maupun material sehingga sedikit
demi sedikit kendala tersebut dapat diatasi dengan baik. Oleh karena itu, penulis
1. drg.Orta Wido Artati, M.Kes selaku Direktur RSUD Bhakti Dharma Husada
Surabaya.
4. drg. Migit Suprihati, M.Kes selaku tim Registrasi dan Akreditasi Dinas
iii
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi
perbaikan dimasa yang akan datang. Demikian atas perhatiannya semoga dapat
Penulis
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL.......................................................................................... i
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : TINJAUAN
2.1.2. Etiologi........................................................................................... 5
2.2.2. Etiologi............................................................................................. 13
v
2.2.3. Tanda dan gejala ............................................................................. 14
2.2.5. Penatalaksanaan............................................................................... 15
2.4.2. Indikasi............................................................................................. 21
vi
3.2 Analisa data ...................................................................................... 47
3.5 Implementasi...................................................................................... 51
BAB IV : PEMBAHASAN
4.1. Pengkajian.......................................................................................... 64
4.3. Perencanaan........................................................................................ 66
4.5. Evaluasi.............................................................................................. 67
BAB V : PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
vii
BAB I
PENDAHULUAN
ada di media, baik di air, udara atau bahkan dengan yang ada dalam dirinya
sendiri. Pada dasarnya manusia memiliki suatu mekanisme pertahanan tubuh yang
kuat, tapi ada suatu keadaan dimana suatu pertahanan tubuh menjadi berkurang
kekuatanya dalam menghalangi antigen yang masuk kedalam tubuh .Jika antigen
dalam tubuh mengalami pembelahan maka fungsi tubuh akan terganggu, bisa juga
mengalami syok yang diakibatkan oleh adanya bakteri dalam tubuh yang terlalu
Syok septic yaitu infasi aliran darah oleh beberapa organism mempunyai
&Suddarth vol. 3 edisi8, 2002).Syok septic sering terjadi karena adanya infeksi
nosokomial, yaitu terpapar oleh bakteri di Rumah Sakit atau karena adanya ruptur
di dalam saluran pencernaan. Sebagian besar syok septic disebabkan oleh bakteri
gram negative tapi bakteri gram positif dan virus juga dapat menyebabkan syok
septic.
1
5
1. TujuanUmum
Tujuan umum dari penulisan karya tulis ini adalah untuk memahami tentang
2. TujuanKhusus
Tujuan khusus dari penulisan karya tulis ini adalah membahas tentang
a. Syokseptik
b. Peritonitis Generalisata
c. Laparatomy
d. Ventilator
1. Manfaat Teoritis
Dengan adanya karya tulis yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Ny.E
2. Manfaat Praktek
a. BagiPenyusun
b. Bagi Perawat
Manfaat penulisan karya tulis ini bagi perawat adalah sebagai dasar teori
BAB I : PENDAHULUAN
2.3. Laparatomy
2.4. Ventilator
3.1 Pengkajian
3.4 RencanaTindakanKeperawatan
3.5 Implementasi
3.6 Evaluasi
BAB IV : PEMBAHASAN
4.1. Pengkajian
4.2. DiagnosaKeperawatan
4.3. Perencanaan
4.4. Implementasi
4.5. Evaluasi
BAB V : PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Pengertian
2.1.2. Etiologi
demikian, agen infeksius lain seperti bakteri gram positif dan virus juga dapat
perubahan status mental seperti rancu, agitasi, kecemasan, koma. Pada hasil
Hipotensi
Sianosis
Penurunan PaO2
Penurunan HCO3-
2.1.4. Patofisiologi
Sindrom sepsis berat dan syok septik merupakan respon sistemik yang
sistem inflamasi / kekebalan tubuh. Fragmen protein, pelepasan racun dan zat
makrofag. Setelah aktif, sistem dan sel pelepasan mediator atau sitokin,
Pada sepsis berat dan syok septik, respon host berubah dan tidak
sitokinin.
8
oksigen ke sel .
atau diare.
kapiler. Pada fase ini tekanan darah pasien turun, dan kulit dingin
9
dan serta pucat. Suhu tubuh mungkin normal atau dibawah normal.
Pemeriksaan darah menunjukkan jumlah sel darah putih yang banyak atau
Jika terjadi gagal ginjal, kadar hasil buangan metabolik (seperti urea
konsentrasi oksigen.
a. Penatalaksanaan medis
Pada saat gejala syok septik timbul, penderita segera dimasukkan ke ruang
banyak diberikan melalui infus untuk menaikkan tekanan darah dan harus
menciutkan pembuluh darah sehingga tekanan darah naik dan aliran darah
gangren dari usus atau menutup rongga dalam perut yang mengalami
b. Keperawatan
tepat.
3) Selain itu jalur intravena, insisi bedah, luka trauma, kateter urin dan
a. Pengkajian
1) Aktivitas
Gejala : Malaise
2) Sirkulasi
seimbangan elektrolit.
burik ( vasokontriksi ).
3) Eliminasi
Gejala : Diare
4) Makanan/Cairan
5) Nyeri/Kenyamanan
urtikaria, pruritus
12
6) Pernafasan
7) Suhu
8) Riwayat splenektomi.
9) Pemeriksaan diagnostic
30.000 ).
ginjal.
syok.
memadai
tidak mencukupi
Rencana TindakanKeperawatan :
d) Kaji warna kulit , suhu, dan ada tidaknya diaforesis setiap 4 jam
Rencana TindakanKeperawatan :
ventilator
terindikasi.
sesuai indikasi.
gula darah
16
aliran darah
2.2.1. Pengertian
2.2.2. Etiologi
a. Infeksi bakteri
Tukak thypoid
17
Salpingitis
Divertikulitis
Demam
18
Distensi abdomen
Nyeri tekan abdomen dan rigiditas yang lokal, difus, atrofi umum,
Bising usus tak terdengar pada peritonitis umum dapat terjadi pada
Nausea
Vomiting
Penurunan peristaltik.
2.2.4. Patofisiologi
pada kasus peritoneal dialisis) tetapi dalam beberapa jam terjadi kontaminasi
Respon yang segera dari saluran intestinal adalah hipermotil tetapi segera
dikuti oleh ileus paralitik dengan penimbunan udara dan cairan di dalam usus
besar.
2.2.5. Penatalaksanaan
ditegakkan.
19
e. Penyakit yang berhubungan dan akibat umum peritonitis itu harus diobati
pula
f. Pembedahan
bakteri yang virulen, resistensi yang menurun, dan adanya benda asing
penunjang.
2.3. Laparatomy
2.3.1. Pengertian
telah didiagnosa oleh dokter dan dinyatakan dalam status atau catatan medik
abdomen yang dapat dilakukan pada bedah digestif dan kandungan (Smeltzer
& Bare, 2006). Tindakan bedah digestif yang sering dilakukan dengan teknik
adalah berbagai jenis operasi uterus, operasi pada tuba fallopi dan operasi
bilateral. Selain tindakan bedah dengan teknik sayatan laparatomi pada bedah
digestif dan kandungan, teknik ini juga sering dilakukan pada pembedahan
organ lain antara lain ginjal dan kandung kemih (Syamsuhidayat & Wim De
Jong, 2008).
1. Midline insision; yaitu insisi pada daerah tengah abdomen atau pada
tengah.
operasi appendictomy.
saluran pencernaan (Internal Blooding), sumbatan pada usus halus dan usus
besar, massa pada abdomen. Selain itu, pada bagian obstetri dan ginecology
1. Apendisitis
peradangan akibat infeksi pada usus buntu. Bila infeksi parah, usus
buntu itu akan pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang
ujungnya buntu dan menonjol pada bagian awal unsur atau sekum
(Jitowiyono, 2010)
2. Secsio Cesarea
melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram. Jenis-jenis
sectio sesaria yaitu sectio sesaria klasik dan sectio sesaria ismika. Sectio
sesaria klasik yaitu dengan sayatan memanjang pada korpus uteri ± 10-
3. Peritonitis
yang meradang typoid, tukak pada tumor. Secara langsung dari luar
4. Kanker colon
dari lapisan epitel usus) dimulai sebagai polop jinak tetapi dapat
tumor primer dan menyebar ke dalam tubuh yang lain (paling sering ke
Pasase darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua. Gejala
5. Abses Hepar
rongga yang berisi nanah pada hati yang diakibatkan oleh infeksi.
Penyebab abses hati yaitu oleh kuman gram negatif dan penyebab yang
6. Ileus Obstruktif
Obstruksi usus didefinisikan sebagai sumbatan bagi jalan distal isi usus.
ada dasar mekanis, tempat sumbatan fisik terletak melewati usus atau ia
bisa karena suatu ileus. Ileus juga didefinisikan sebagai jenis obstruksi
hambatan.
25
1. Tromboplebitis
Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding
pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke paru-paru,
hati dan otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki post operasi,
2. Infeksi
lnfeksi luka sering muncul pada 36-46 jam setelah operasi. Organisme
3. Eviserasi
2.4. Ventilator
2.4.1. Pengerian
2.4.2. Indikasi
d. Respiratory Arrest.
a. Penyebab sentral
b. Penyebab perifer
1) Kelaian Neuromuskuler:
Tetanus
Trauma servikal
Asma bronchial
3) Kelainan di paru
5) Kelainan jantung.
mmHg.
type ini bila ada perubahan compliance paru, maka volume udara
napas permenit).
tetapi tergantung dari mode yang kita setting. Mode mode tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Mode Control
sangat jelek, lemah sekali atau bahkan apnea. Pada mode ini
dalam paru meningkat dan bisa berakibat alveoli pecah dan terjadi
seling dengan nafas klien itu sendiri. Pada mode IMV pernafasan
apakah klien pada saat inspirasi atau ekspirasi sehingga bisa terjadi
Mode ini diberikan pada klien yang sudah bisa nafas spontan atau
klien yang masih bisa bernafas tetapi tidal volumnenya tidak cukup
dari ventilator.
misalnya klien batuk, cubing tertekuk, terjadi fighting dan lain-lain. Alarm
ini harus digantikan dengan suatu alat yang disebut humidifier. Semua udara
yang dialirkan dari ventilator melalui air dalam humidifier dihangatkan dan
dijenuhkan. Suhu udara diatur kurang lebih sama dengan suhu tubuh. Pada
terlalu itnggi dapat menyebabkan luka bakar pada trachea dan bila suhu terlalu
rendah bisa mengakibatkan kekeringan jalan nafas dan sekresi menjadi kental
negatif sehingga aliran udara masuk ke paru, sedangkan fase ekspirasi berjalan
secara pasif.
Akibat dari tekanan positif pada rongga thorax, darah yang kembali ke
jantung terhambat, venous return menurun, maka cardiac output juga menurun.
dan usia lanjut), maka bisa mengakibatkan hipotensi. Darah yang lewat paru
sehingga darah yang menuju atrium kiri berkurang, akibatnya cardiac output
oksigenasi.Selain itu bila volume tidal terlalu tinggi yaitu lebih dari 10-12
ml/kg BB dan tekanan lebih besar dari 40 CmH2O, tidak hanya mempengaruhi
di rongga thorax darah yang kembali dari otak terhambat sehingga tekanan
intrakranial meningkat.
a. Pada paru
udara vaskuler.
3) Infeksi paru
4) Keracunan oksigen
1) Vasokonstriksi cerebral
2) Oedema cerebral
dari hipoventilasi.
4) Gangguan kesadaran
5) Gangguan tidur.
2) Perdarahan lambung.
e. Gangguan psikologi
34
ekspirasi: 0-5 Cm, ini diberikan pada klien yang mengalami oedema
oleh respon pasien yang ditunjukkan oleh hasil analisa gas darah
(Blood Gas)
ACCAPTABLE FISIOTERAPI
INTUBASI
RANGE DADA, TERAPI
TRACHEOSTO
PARAMETER (TIDAK PERLU OKSIGEN,
MI VENTILASI
TERAPI MONITORING
MEKANIK
KHUSUS) KETAT
1. MEKANIK
- Frekwensi 12 - 25 25 - 35 > 35
nafas
- Vital capacity 70 - 30 30 - 15 < 15
(ml/kg)
- Inspiratori
force, CmH2O 100 - 50 50 - 25 < 25
2. OKSIGENASI
- AaDO2 100% 50 - 200 200 - 350 >350
O2 mmHg
- PaO2 mmHg 100 - 75 200 - 70 < 70
(Air) (O2 mask) (O2 mask)
3. VENTILASI
- VD / VT
- PaCO2 0,3 - 0,4 0,4 - 0,6 0,6
35 - 45 5 - 60 60
a. Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada klien yang mendapat nafas buatan dengan
ventilator adalah :
1) Biodata
3) Keluhan
keluhannya. Keluhan klien yang perlu dikaji adalah rasa sesak nafas,
4) Pemeriksaan fisik
37
Mode ventilator
Ventilation)
Ventilation)
Suport)
Frekwensi nafas
tambahan
Status cairan dan nutrisi penting dikaji karena bila ada gangguan
Status psycososial
b. Diagnosa keperawatan
proses penyakitnya
selang endotracheal
1) Diagnosa Keperawatan
40
Tujuan:
Kriteria hasil:
Tindakan keperawatan:
INTERVENSI RASIONAL
1 Auskultasi bunyi napas tiap 2-4 jam 1 Mengevaluasi keefektifan
pernafasan. hipoksia
g. Menjamin keefektifan
jalan nafas.
2) Diagnosa Keperawatan
proses penyakitnya
Kriteria hasil:
- PH (7,35 - 7,45)
- BE (-2 - + 2)
42
Tidak sianosis
Tindakan keperawatan:
INTERVENSI RASIONAL
1 Cek analisa gas darah setiap 10 - 1 Evaluasi keefektifan setting
hipoksia
3) Diagnosa Keperawatan
endotracheal
Kriteria hasil:
Tindakan keperawatan:
43
INTERVENSI RASIONAL
1 Lakukan pemeriksaan 1 Diteksi dini adanya kelainan
teratur.
4) Diagnosa Keperawatan
44
kematian
gelisah, kooperatif.
Tindakan keperawatan:
INTERVENSI RASIONAL
1 Lakukan komunikasi terapeutik. 1 Membina hubungan saling
Memahami tujuan
ventilator.
5) Diagnosa Keperawatan
45
metode alternatif.
Tindakan keperawatan:
INTERVENSI RASIONAL
1 Berikan papan, kertas dan 1 Mempermudah klien untuk
dilepas.
6) Diagnosa Keperawatan
Tujuan:
Kriteria hasil:
46
Tindakan keperawatan:
INTERVENSI RASIONAL
1 Evaluasi warna, jumlah, 1 Indikator untuk menilai
program dokter.
47
7) Diagnosa Keperawatan
Kriteria hasil:
Tindakan keperawatan:
INTERVENSI RASIONAL
1 Monitor ventilator terhadap 1 Peningkatan secara tajam dapat
8) Diagnosa Keperawatan
Kriteria hasil:
Tindakan keperawatan:
INTERVENSI RASIONAL
1 Atur posisi selang ETT dan 1 Mencegah penarikan dan
Bakteri Gram ( - )
Bakteri Gram ( + )
Endotoksin
Eksotoksin
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
1. Identitas
Nama : Ny. E
Umur : 34 th
Berat badan : + 65 kg
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
laparotomy+ventilator
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Tanggal : 09/01/2019 dini hari perut terasa sakit tidak enak mual
3. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem Pernafasan ( B1 )
20, PEEP 8, PS 14, PC 12, FiO2 30%, nafas vesikuler dan teratur.
wheezing, retraksi dada tidak ada, slem putih kental tidak terlalu
banyak.
b. Sistem Kardiovaskuler ( B2 )
9 cm H2O, terpasang infus KAEN Mg3 1000 cc: RD5% 500 cc/24
jam via CVC. Terpasang drain pada perut kanan, produksi + 60 cc.
c. Sistem Kesadaran ( B3 )
GCS: E3VXM6, pupil isokor +3/+3, reflek cahaya +/+, tidak ada
lateralisasi
d. Sistem Perkemihan ( B4 )
e. Sistem Pencernaan ( B5 )
f. Sistem Muskuloskeletal ( B6 )
perut sebelah kiri. Kedua tangan dan kaki dingin, kedua tangan
4. Pemeriksaan penunjang
PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN
Kimia klinik BUN 25,6
Creatinin 2,33
Albumin 1,92
Glukosa 96
SGOT 44
SGPT 21
Hematologi WBC 3,7
RBC 3.75
HGB 7,7
PLT 271
HCT 24,8
Analisa gas darah PH 7,28
(O2 masker 6 lpm) PCO2 33
PO2 202
HCO3 15,5
BE -11,2
Kultur darah Diambil tgl 27-03-2018 Belum jadi
d. Hasil EKG
syringe pump
(dioplos PZ 40 cc.
hasilnya 7,8 cc/jam)
9. Hasil laboratorium:
- WBC : 3,7
- Hb : 7,7
- HCT : 24,8
- PLT : 271
- Suhu : 39,5°C
- CVP + 9 cm H2O
- CRT < 2 detik
- RR antara 25-30
x/menit
3 DS : Septic shock Gangguan
D : - Klien mendapat pertukaran
O bantuan nafas Vasodilatsi pembuluh gas
dengan ventilator darah
mode BIPAP , Rate
20, PEEP 8, PS 14, Cardiac output menurun
PC 12, FiO2 30%
- RR antara 25-30 Perfusi jaringan menurun
x/menit
- Gerakan dada agak
cepat
50
- SpO2 95 %
- Hasil BGA :
- PH : 7,28
- PCO2 : 33
- PO2 : 202
(O2 6 lpm)
- HCO3 : 15,5
- BE : - 11,2
4 DS : Ruptur duodenum Peningkatan
D : - Suhu : 39,5°C suhu tubuh
O - RR antara 25-30 Adanya peradangan
x/menit
- TD 91/48 mmHg Sepsis
- Hasil laboratorium:
- WBC : 3,7 Peningkatan suhu tubuh
- Hb : 7,7
- HCT : 24,8
- PLT : 271
darah
jaringan
N DIAGNOSA TUJUAN/
INTERVENSI
O KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1 Penurunan curah Setelah dilakukan 1) Ukur CVP tiap jam
mmHg lengkap
rapid
amplitudo kuat
obat-obatan
3.5 Implementasi
A
1 09/01/2019 21.00 1. Mengukur CVP. Hasilnya + 9 cm
53
H2O
- TD : 91/48 mmHg
lemah
- S : 39,5°C
- RR : 30 x/menit
monitornya AF rapid
lengkap
medis
µg/kgBB/menit
2 09/01/2019 21.00 1. Mengobservasi perfusi klien.
- TD : 91/48 mmHg
- N : 135 x/menit
- S : 39,5°C
- RR : 30 x/menit
3x6
3 09/01/2019 21.30 1. Memonitor ventilator dan respon
dan mulut
X/menit
- TD : 91/48 mmHg
- N : 135 x/menit
- S : 39,5°C
- RR : 30 x/menit
pemeriksan BGA
55
3.6 Evaluasi
A
1 10-01-2019 07.00 DS :
Tanda-tanda vital :
- TD : 90/50 mmHg
- N : 130 x/menit
- S : 38,7°C
- RR : 30 x/menit
Rencana dilanjutkan.
obatan.
(observasi CVP)
2. Pemeriksaan penunjang
CVP
vital
2 10-01-2019 07.00 DS :
Tanda-tanda vital :
- TD : 90/50 mmHg
- N : 130 x/menit,
amplitudo menguat
- S : 38,7°C
A : - RR : 30 x/menit
P : GCS 4x6
sebagian
Rencana dilanjutkan
DO : menggeleng
RR 30 x/menit
SpO2 95 %
Hasil BGA :
- PH : 7,33
- PCO2 : 34,4
- PO2 : 56,2
- HCO3 : 18,2
- BE : - 7,9
1 11-01-2019 07.00 DS :
Tanda-tanda vital :
- TD : 108/62 mmHg
- N : 107 x/menit
- S : 37,1°C
- RR : 22 x/menit
06.00) :
- WBC : 14,8
A : - Hb : 10,3
P : - HCT : 31,2
58
- PLT : 147
- Albumin : 2,19
Rencana dilanjutkan
Terapi baru :
3. Vascon stop
6. Dobutamin
3µg/kgBB/menit
8. Lain-lain tetap
Memberikan Dobutamin
pump 3 µg/kgBB/menit
Vascon di stop
2 11-01-2019 07.00 DS :
sebelumnya – 720 cc
Tanda-tanda vital :
- TD : 108/62 mmHg
- N : 107 x/menit,
amplitudo kuat
A : - S : 37,1°C
P : - RR : 22 x/menit
GCS 4x6
Rencana dilanjutkan
obatan.
2. Pemeriksaan penunjang
DO : menggeleng
RR 18 x/menit
SpO2 96-97 %
- PH : 7,345
- PCO2 : 39,5
- PO2 : 99,3
- BE : - 4,1
Tanda-tanda vital :
- TD : 108/73 mmHg
amplitudo kuat
- S : 36,8°C
- RR : 18 x/menit
O2 6 lpm, SpO2 97 %
61
- TD : 108/73 mmHg
- N : 101 x/menit,
amplitudo kuat
- S : 36,8°C
- RR : 22 x/menit
Injeksi dexamethason 2
ampul IV
masker 6 lpm
Tanda-tanda vital :
- TD : 119/84 mmHg
- N : 101 x/menit,
amplitudo kuat
- S : 36,8°C
- RR : 22 x/menit
SpO2 96-97 %
- PH : 7,28
- PCO2 : 34
- PO2 : 96
- HCO3 : 16,0
62
- BE : - 10,7
1 12-01-2019 06.00 DS :
Tanda-tanda vital :
- TD : 128/72 mmHg
- N : 84 x/menit
- S : 36,4°C
- RR : 22 x/menit
monitor AF ventrikel
respon84-90 x/menit
21.18) :
- WBC : 20,2
- Hb : 10,3
- HCT : 32
- PLT : 125
- Albumin : 2,23
A :
- Glukosa : 113
P :
- Natrium : 144,3
I :
- Kalium : 3,64
- Klorida : 112,7
63
- Kalsium : 7,4
Masalah teratasi
Terapi baru :
yeyenustomy feeding
jam
5. Lain-lain tetap
2 12-01-2019 08.00 DS :
sebelumnya – 500 cc
Tanda-tanda vital :
- TD : 128/72 mmHg
- N : 84 x/menit
A : - S : 36,4°C
P : - RR : 22 x/menit
GCS 456
Masalah teratasi
64
DO : sesak
memakai oksigen
Tanda-tanda vital :
- TD : 136/93 mmHg
- N : 77 x/menit,
amplitudo kuat
- RR : 22 x/menit
wheezing
SpO2 96-97 %
A : - PH : 7,38
P : - PCO2 : 34
- PO2 : 132
- HCO3 : 20,1
- BE : - 5,7
Masalah teratasi
TD : 127/78 mmHg
N : 96 x/menit
S : 36,3°C
RR : 18 x/ menit
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan antara teori
4.1. Pengkajian
maksud dan tujuan, pada tahap ini penulis mengumpulkan data melalui observasi
secara langsung pada pasien yai tu wawancara dengan suami klien langsung,
pemeriksaan fisik, serta mendapatkan data dari perawat ruangan dan status klien.
Dari hasil pengumpulan data, penulis tidak menemukan hambatan karena adanya
saluran cerna atau karena adanya rupture di dalam saluran pencernaan. Sebagian
66
besar syok septic disebabkan oleh bakteri gram negative tapi bakteri gram positif
dan virus juga dapat menyebabkan syok septic. Manifestasi kliniknya adalah
perubahan status mental seperti rancu, agitasi, kecemasan, koma. Pada hasil
pemeriksaan darah lengkap pun ditemukan adanya leukopeni, jadi pada teori dan
adalah adanya kerja sama yang baik antara keluarga pasien dengan perawat
ruangan, serta tim medis lainnya, dan tersedianya format pengkajian yang
sistematis.
4.2. DiagnosaKeperawatan
dengan hipertensi pulmonal, edema dan ARDS, resiko tinggi infeksi berhubungan
dengan syok, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
perfusi jaringandan edema. Berdasarkan WOC yang dibuat penulis bisa muncul
keperawatan yang ditemukan pada kasus Ny. E adalah penurunan curah jantung
menurun maka suplai oksigen keseluruh tubuh pun akan menurun. Oleh karena itu
manusia masih bisa hidup tanpa nafas tapi tidak bisa hidup kalau jantungnya
berhenti (sesuai dengan guidlenes CPR 2015 yaitu early circulation). Jadi
diagnosa keperawatan yang sama antara kasus dengan teori adalah penurunan
keperawatan.
4.3. Perencanaan
tahap awal dilakukan penentuan prioritas masalah yang harus diatasi lebih dahulu,
setelah itu ditentukan tujuan tindakan keperawatan dan jangka waktu evaluasi
68
serta kriteria hasil. Perencanaaan yang telah penulis susun tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dan kasus. Tujuan pada perencanaan disusun berdasarkan
masalah keperawatan yang timbul sedang kriteria hasil berdasarkan etiologi dari
utama berdasarkan prioritas sesuai dengan guidlenes CPR 2015 yaitu early
menyusun suatu rencana keperawatan dengan: ukur CVP tiap jam, observasi
tanda-tanda vital tiap jam, observasi amplitude dari nadi, observasi irama jantung,
mempunyai tujuan yaitu adanya kenaikan dari curah jantung. Waktu untuk
mencapai tujuan tersebut penulis menetapkan 1x24 jam sehingga tercapai tujuan
dengan criteria hasil yaitu MAP > 70, tensisistol> 100 mmHg, CVP antara 10-15
penunjang, sehingga penulis dapat menulis rencana tindakan yaitu dengan melihat
kebutuhan pasien dan kondisi pasien saat ini. Faktor penghambat yang dihadapi
69
dalam menyusun rencana tindakan tidak ada dikarenakan adanya kerjasama dari
semua pihak yang terkait baik dokter DPJP , perawat ruangan icu.
4.4. Implementasi
sehingga tindakan tersebut dapat dilakukan sesuai dengan tujuan yang telah
curah jantung. Diagnosa ketiga penulis juga melakukan semua intervensi masalah
4.5. Evaluasi
atau belum dengan criteria hasil standar dari masing-masing masalah keperawatan
yang penulis rumus kan dan rencanakan yang ditetapkan dapat diperoleh hasil
70
sebagai berikut: masalah teratasi, masalah teratasi sebagian dan masalah belum
monitor irama sinus 84-90 x/menit. Diagnosa kedua gangguan perfusi jaringan
hangat kering merah, produksi urine 120 cc/2 jam, balance cairan hari sebelumnya
defisit 500 cc, tekanan darah 127/78 mmHg, nadi 96 x/menit, amplitude kuat,
suhu 36,3°C, RR 18 x/ menit, GCS 456. Diagnosa ketiga gangguan pertukaran gas
pernafasan spontan tanpa memakai oksigen, pergerakan dada normal, tidak ada
ronchi dan wheezing, SpO2 96-97 %, hasil BGA (jam 04.04): PH : 7,38; PCO2 :
34; PO2 : 132; HCO3 : 20,1; BE : - 5,7 dan klien boleh pindah ruangan. Faktor
kerjasama yang baik antara keluarga dan perawat ruangan serta tim medis lainnya.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
dengan asuhan keperawatan pada Ny. E dengan diagnosa syok septic + peritonitis
sampai 12-01-2019 di Ruang ICU RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya, maka
penulis menyimpulkan bahwa syok septic adalah syok yang disebabkan adanya
infeksi yang karena adanya ruptur di dalam saluran pencernaan. Pada diagnosa
Pada rencana tindakan yang penulis lakukan adalah ukur CVP tiap jam,
observasi tanda-tanda vital tiap jam, observasi amplitudo dari nadi, observasi
irama jantung, monitor laboratorium darah lengkap, kolaborasi dengan tim medis
irama jantung dari monitor EKG, mengambil sampel darah untuk pemeriksaan
gelofusin 500 cc (challence test 100 cc 5x). Evaluasi akhir yang telah penulis
71
72
5.2. Saran
1. Pendidikan / diklat
implementasi.
Ganong F. William, 2003, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 20, EGC,
Jakarta.
Guyton & Hall, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Cetakan I, EGC, Jakarta.
http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2004/3/7/ink1.html
Pujiastutik.ai.Journal
Smeltzer Bare, 2002, Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah Brunner &