Anda di halaman 1dari 33

Laporan kasus

LUKA BAKAR

Pembimbing:
dr. Syamsul

Disusun Oleh :
Bimo Suryo Pribadi
030.14.032

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU BEDAH


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARAWANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 14 JANUARI – 22 MARET 2019
KARAWANG, FEBUARI 2019
LEMBAR PERSETUJUAN

Referat dengan judul:


“LUKA BAKAR”

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Kepanitraan Klinik


Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Karawang
Periode 14 Januari – 22 Maret 2019

Disusun Oleh:
Bimo Suryo Pribadi
030.14.032

Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing


Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Bedah
di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang
periode 14 Januari – 22 Maret 2019

Karawang, Febuari 2019


Pembimbing,

dr. Ade Sigit, Sp. B

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan karunia-Nya, Penulis dapat menyelesaikan referat ini sesuai dengan waktu
yang telah ditetapkan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr.Ade Sigit, Sp.
B selaku pembimbing dan seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan
referat ini, terutama kepada pembimbing yang telah memberikan waktu dan ilmu
selama penulisan referat ini.

Sepenuhnya penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna
dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang
bersifat membangun sangatlah penulis harapkan untuk menyempurnakan referat
ini. Terlepas dari segala kekurangan yang ada penulis berharap semoga referat ini
dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Karawang, Febuari 2019

Penyusun,
Bimo Suryo Pribadi
03014032

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN
COVER .................................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................2


2.1 Kulit .........................................................................................................2
2.1.1 Definisi Kulit............................................................................2
2.1.2 Anatomi Kulit ..........................................................................2
2.2 Definisi Luka Bakar ................................................................................9
2.3 Etiologi ....................................................................................................9
2.4 Epidemiologi ..........................................................................................10
2.5 Patofisiologi ...........................................................................................12
2.6 Klasifikasi Luka Bakar ...........................................................................14
2.7 Diagnosis ................................................................................................21
2.7.1 Pemeriksaan Diagnosis ...........................................................21
2.7.2 Indikasi Rawat Inap ................................................................22
2.8 Penatalaksanaan ......................................................................................22
2.9 Prognosis .................................................................................................26
2.10 Komplikasi ...........................................................................................27

BAB III KESIMPULAN ........................................................................................27


DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................28

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lapisan – lapisan Kulit ..........................................................................3


Gambar 2. Lapisan Epidermis .................................................................................5
Gambar 3. Frekuensi Luka Bakar ...........................................................................11
Gambar 4. Luka Dakar Derajat 1............................................................................15
Gambar 5. Luka Dakar Derajat 2............................................................................16
Gambar 6. Luka Bakar Derajat 3 ............................................................................17
Gambar 7. Rule of Nine pada Dewasa ...................................................................18
Gambar 8. Rule of Nine pada Anak .......................................................................19
Gambar 9. Lund dan Browder Chart ......................................................................20

v
BAB I
PENDAHULUAN

Kulit sebagai organ tubuh paling luar yang dapat memberika perlindungan
dari lingkungan luar tubuh dan strukturnya yang komplek. Luka bakar merupakan
salah satu penyakit yang kompleks. Luka bakar adalah suatu trauma pada kulit
yang dapat di sebabkan karena terpaparnya zat secara lansung maupun secara
radiasi. Dapat karena terpapar oleh api, bahan kimia asam atau basa kuat, listrik
tegangan tinggi, atau radiasi sinar matahari1,2.
Dilihat dari epidemiologinya menurut WHO Global Burden Disease, pada
tahun 2004 diperkirakan 310.000 orang meninggal akibat luka bakar, dan 30%
pasien berusia kurang dari 20 tahun dan di Indonesia menurut Riskesdas 2013
prevalensi luka bakar di Indonesia mencapai 0,7%. Dari data tersebut bahwa
angka kematian akibat luka bakar masih tinggi4.

Luka bakar dapat mempengaruhi otot, tulang, saraf dan pembuluh darah
yang akan merusak dan merubah berbagai system dalam tubuh.. Maka luka bakar
tersebut dapat merusak keseimbangan cairan atau elektrolit normal
tubuh,temperatur tubuh ,pengaturan suhu tubuh,fungsi sendi, sisem pernafasan
dan penampilan fisik6.

Untuk itu harus segera di lakukan penatalaksannan yang sesuai dam tepat.
Penatalaksanaan yang tepat dapat di lakukan dengan melakukan penegakan
diagnosis secara menyeluruh dari derajat, berat dan luas luka. Apabila tidak di
lakukan pennganan segera dapat terjadi berbagai masalah kesehatan dan
komplikasi yang serius.

1
BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1 Kulit
2.1.1 Definisi Kulit
Kulit adalah organ yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkunga hidup manusia.
Luas kulit orang dewasa 2 m2 denhan berat kira-kira 16% dari berat badan. Kulit merupakan
organ yangesensia dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat
kompleks, elastis dan sensitive, bervariasi pada keadaan iklim ,umur jenis kelamin, ras dan juga
bergantung pada lokasi tubuh2
2.1.2 Anatomi
Kulit beserta turunannya, meliputi rambut, kuku, kelenjar sebasea, kelenjar
keringat, dan kelenjar mamma disebut juga integumen. Fungsi spesifik kulit
terutama tergantung sifat epidermis. Epitel pada epidermis ini merupakan
pembungkus utuh seluruh permukaan tubuh dan ada kekhususan setempat bagi
terbentuknya turunan kulit, yaitu rambut, kuku, dan kelenjar-kelenjar3

Kulit sebagai organ

Kulit merupakan organ yang tersusun dari 4 jaringan dasar:

1. Kulit mempunyai berbagai jenis epitel, terutama epitel berlapis gepeng


dengan lapisan tanduk. Penbuluh darah pada dermisnya dilapisi oleh endotel.
Kelenjar-kelenjar kulit merupakan kelenjar epitelial.

2. Terdapat beberapa jenis jaringan ikat, seperti serat-serat kolagen dan elastin,
dan sel-sel lemak pada dermis.

3. Jaringan otot dapat ditemukan pada dermis. Contoh, jaringan otot polos,
yaitu otot penegak rambut (m. arrector pili) dan pada dinding pembuluh darah,
sedangkan jaringan otot bercorak terdapat pada otot-otot ekspresi wajah.

4. Jaringan saraf sebagai reseptor sensoris yang dapat ditemukan pada kulit

2
berupa ujung saraf bebas dan berbagai badan akhir saraf. Contoh, badan
Meissner dan badan Pacini.

Struktur kulit

Kulit terdiri atas 2 lapisan utama yaitu epidermis dan dermis. Epidermis
merupa- kan jaringan epitel yang berasal dari ektoderm, sedangkan dermis berupa
jaringan ikat agak padat yang berasal dari mesoderm. Di bawah dermis terdapat
selapis jaringan ikat longgar yaitu hipo- dermis, yang pada beberapa tempat
terutama terdiri dari jaringan lemak.3

Gambar 1. Lapisan-lapisan dan apendiks kulit. Diagram lapisan kulit


memperlihatkan saling hubung dan lokasi apendiks dermal (folikel rambut,
kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea)

3
Epidermis

Epidermis merupakan lapisan paling luar kulit dan terdiri atas epitel
berlapis gepeng dengan lapisan tanduk. Epidermis hanya terdiri dari jaringan
epitel, tidak mempunyai pembuluh darah maupun limf; oleh karenaitu semua
nutrien dan oksigen diperoleh dari kapiler pada lapisan dermis3.

Epitel berlapis gepeng pada epidermis ini tersusun oleh banyak lapis sel yang
disebut keratinosit. Sel-sel ini secara tetap diperbarui melalui mitosis sel-sel
dalam

lapis basal yang secara berangsur digeser ke permukaan epitel. Selama perjalanan-
nya, sel-sel ini berdiferensiasi, membesar, dan mengumpulkan filamen keratin
dalam sitoplasmanya. Mendekati permukaan, sel- sel ini mati dan secara tetap
dilepaskan (terkelupas). Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai permukaan
adalah 20 sampai 30 hari. Modifikasi struktur selama perjalanan ini disebut
sitomorfosis dari sel-sel epider- mis. Bentuknya yang berubah pada tingkat
berbeda dalam epitel memungkinkan pembagian dalam potongan histologik tegak
lurus terhadap permukaan kulit.

Epidermis terdiri atas 5 lapisan yaitu, dari dalam ke luar, stratum basal, stratum
spinosum, stratum granulosum, stratum lusidum, dan stratum korneum2.

1. Stratum basal

Lapisan ini terletak paling dalam dan terdiri atas satu lapis sel yang tersusun
berderet-deret di atas membran basal dan melekat pada dermis di bawahnya. Sel-
selnya kuboid atau silindris. Intinya besar, jika dibanding ukuran selnya, dan
sitoplasmanya basofilik. Pada lapisan ini biasanya terlihat gambaran mitotik sel,
proliferasi selnya berfungsi untuk regenerasi epitel. Sel-sel pada lapisan ini
bermigrasi ke arah permukaan untuk memasok sel-sel pada lapisan yang lebih

superfisial. Pergerakan ini dipercepat oleh adalah luka, dan regenerasinya dalam
keadaan normal cepat.

4
2. Stratum spinosum

Lapisan ini terdiri atas beberapa lapis sel yang besar-besar berbentuk poligonal
dengan inti lonjong. Sitoplasmanya kebiruan. Bila dilakukan pengamatan dengan
pembesaran obyektif 45x, maka pada dinding sel yang berbatasan dengan sel di
sebelahnya akan terlihat taju-taju yang seolah-olah menghubungkan sel yang satu
dengan yang lainnya. Pada taju inilah terletak desmosom yang melekatkan sel-sel
satu sama lain pada lapisan ini. Semakin ke atas bentuk sel semakin gepeng.

3. Stratum granulosum

Lapisan ini terdiri atas 2-4 lapis sel gepeng yang mengandung banyak granula
basofilik yang disebut granula kerato- hialin, yang dengan mikroskop elektron
ternyata merupakan partikel amorf tanpa membran tetapi dikelilingi ribosom.
Mikro- filamen melekat pada permukaan granula.

Gambar 2. Lapisan-lapisan epidermis kulit tebal.

5
4. Stratum lusidum

Lapisan ini dibentuk oleh 2-3 lapisan sel gepeng yang tembus cahaya, dan agak
eosinofilik. Tak ada inti maupun organel pada sel-sel lapisan ini. Walaupun ada
sedikit desmosom, tetapi pada lapisan ini adhesi kurang sehingga pada sajian
seringkali tampak garis celah yang memisahkan stratum korneum dari lapisan lain
di bawahnya.

5. Stratum korneum

Lapisaniniterdiriatasbanyaklapisan sel-sel mati, pipih dan tidak berinti serta


sitoplasmanya digantikan oleh keratin. Sel- sel yang paling permukaan merupa-
kan sisik zat tanduk yang terdehidrasi yang selalu terkelupas.

Sel-sel epidermis

Terdapat empat jenis sel epidermis, yaitu: keratinosit, melanosit, sel Langerhans,
dan sel Merkel.

Keratinosit

Keratinosit merupakan sel terbanyak (85-95%), berasal dari ektoderm permukaan.


Merupakan sel epitel yang mengalami keratinisasi, menghasilkan lapisan kedap
air dan perisai pelidung tubuh. Proses keratinisasi berlangsung 2-3 minggu mulai
dari proliferasi mitosis, diferensiasi, kematian sel, dan pengelupasan
(deskuamasi).

Melanosit

Melanosit meliputi 7-10% sel epidermis, merupakan sel kecil dengan cabang
dendritik panjang tipis dan berakhir pada keratinosit di stratum basal dan
spinosum. Terletak di antara sel pada stratum basal, folikel rambut dan sedikit
dalam dermis. Dengan pewarnaan rutin sulit dikenali. Dengan reagen DOPA (3,4-
dihidroksi-fenilalanin), melanosit akan terlihat hitam. Pembentukan melanin
terjadi dalam melanosom, salah satu organel sel melanosit yang tirosin dan enzim
tirosinase. Melalui serentetan reaksi, tirosin akan diubah menjadi melanin yang

6
berfungsi sebagai tirai penahan radiasi ultraviolet yang berbahaya.

Sel Langerhans

Sel Langerhans merupakan sel dendritik yang bentuknya ireguler, ditemukan


terutama di antara keratinosit dalam stratum spinosum. Tidak berwarna baik
dengan HE. Sel ini berperan dalam respon imun kulit, merupakan sel pembawa-
antigen yang merangsang reaksi hipersensitivitas tipe lambat pada kulit.

Sel Merkel

Jumlah sel jenis ini paling sedikit, berasal dari krista neuralis dan ditemukan pada
lapisan basal kulit tebal, folikel rambut, dan membran mukosa mulut. Merupakan
sel besar dengan cabang sitoplasma pendek. Serat saraf tak bermielin menembus
membran basal, melebar seperti cakram dan berakhir pada bagian bawah sel
Merkel. Kemungkinan badan Merkel ini merupakan mekano- reseptor atau
reseptor rasa sentuh.

Dermis

Dermis terdiri atas stratum papilaris dan stratum retikularis, batas antara
kedua lapisan tidak tegas, serat antaranya saling menjalin.

1. Stratum papilaris

Lapisan ini tersusun lebih longgar, ditandai oleh adanya papila dermis yang
2
jumlahnya bervariasi antara 50 – 250/mm . Jumlahnya terbanyak dan lebih dalam
pada daerah di mana tekanan paling besar, seperti pada telapak kaki. Sebagian
besar papila mengandung pembuluh-pembuluh kapiler yang memberi nutrisi pada
epitel di atasnya. Papila lainnya mengandung badan akhir saraf sensoris yaitu
badan Meissner. Tepat di bawah epidermis serat-serat kolagen tersusun rapat

2. Stratum retikularis

Lapisan ini lebih tebal dan dalam. Berkas-berkas kolagen kasar dan sejumlah kecil
serat elastin membentuk jalinan yang padat ireguler. Pada bagian lebih dalam,

7
jalinan lebih terbuka, rongga-rongga di antaranya terisi jaringan lemak, kelenjar
keringat dan sebasea, serta folikel rambut. Serat otot polos juga ditemukan pada
tempat-tempat tertentu, seperti folikel rambut, skrotum, preputium, dan puting
payudara. Pada kulit wajah dan leher, serat otot skelet menyusupi jaringan ikat
pada dermis. Otot-otot ini berperan untuk ekspresi wajah. Lapisan retikular
menyatu dengan hipodermis/fasia superfisialis di bawahnya yaitu jaringan ikat
longgar yang banyak mengandung sel lemak.

Sel-sel dermis

Jumlah sel dalam dermis relatif sedikit. Sel-sel dermis merupakan sel-sel jaringan
ikat seperti fibroblas, sel lemak, sedikit makrofag dan sel mast.

Hipodermis

Sebuah lapisan subkutan di bawah retikularis dermis disebut hipodermis.


Ia berupa jaringan ikat lebih longgar dengan serat kolagen halus terorientasi
terutama sejajar terhadap permukaan kulit, dengan beberapa di antaranya menyatu
dengan yang dari dermis. Pada daerah tertentu, seperti punggung tangan, lapis ini
meungkinkan gerakan kulit di atas struktur di bawahnya. Di daerah lain, serat-
serat yang masuk ke dermis lebih banyak dan kulit relatif sukar digerakkan. Sel-
sel lemak lebih banyak daripada dalam dermis. Jumlahnya tergantung jenis
kelamin dan keadaan gizinya. Lemak subkutan cenderung mengumpul di daerah
tertentu. Tidak ada atau sedikit lemak ditemukan dalam jaringan subkutan kelopak
mata atau penis, namun di abdomen, paha, dan bokong, dapat mencapai ketebalan
3 cm atau lebih. Lapisan lemak ini disebut pannikulus adiposus3.

Warna kulit

Warna kulit ditentukan oleh tiga faktor, yaitu: pigmen melanin berwarna
coklat dalam stratum basal, derajat oksigenasi darah dan keadaan pembuluh darah
dalam dermis yang memberi warna merah serta pigmen empedu dan karoten
dalam lemak subkutan yang memberi warna kekuningan. Perbedaan warna kulit
tidak berhubungan dengan jumlah melanosit tetapi disebabkan oleh jumlah
granul-granul melanin yang ditemukan dalam keratinosit3.

8
2.2 Definisi Luka Bakar
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang dapat
disebabkan oleh panas (api, cairan/lemak panas, uap panas), radiasi, listrik, kimia.
Luka bakar merupakan jenis trauma yang merusak dan merubah berbagai sistem
tubuh1.

Luka bakar adalah kerusakan jaringan tubuh terutama kulit akibat


langsung atau peratara dengan sumber panas (thermal), kimia, elektrik, dan radiasi
luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh trauma panas yang memberikan
gejala, tergantung luas, dalam, dan lokasi lukanya.

Berdasarkan uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa luka bakar adalah


suatu trauma jaringan pada tubuh terutama kulit dapat kontak secara langsung
ataupun radiasi, yang disebabkan oleh panas, listrik, maupun bahan kimia, yang
memberikan gejala tergantung pada luas, kdalaman, dan lokasi lukanya

2.3 Etiologi
a. Luka Bakar Termal

Luka bakar termal(panas) disebabkan oleh terpapar atau kontak dengan api, cairan
panas atau objek panas lainya. Penyebab paling sering yaitu luka bakar yang
disebabkan karena terpajan dengan suhu panas seperti terbakar api secara lansung
atau terkena permukaan logam yang panas5.

b. Luka Bakar Kimia

Luka bakar kimia di sebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam atau
basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang
terpapar menentukan luasnya trauma karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat
terjadi misalnya kontak dengan zat pembersih yang sering di pergunakan untuk
keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang di pergunakan dalam bidang
industry, pertanian dan militer5.

9
c. Luka Bakar Elektrik

Luka bakar elektrik(listrik) disebabkan oleh panas yang di gerakan dari energy
listrik yang di hantarkan melaui tubuh. Berat ringanya luka di pengaruhi oleh
lamanya kontak, tingginya tegangan voltage da cara gelombang elektrik itu
sampai mengenai tubuh. Luka bakar lstrik ini biasanya lukanya lebih serius dari
apa yang terlihat di permuakaan.

d. Luka Bakar Radiasi

luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri
ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industry atau dari
sumber radiasi untuk keperluan terpeutik pa dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar
matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka
bakar radiasi5.

2.4 Epidemiologi

Di Amerika Serikat kurang lebih 250.000 orang mengalami luka bakar


setial tahunya. Dari angka tersebut, 112.000 penderita lukabakat membutuhkan
tindakan emergensi dan sekitar 210 penderita luka bakar meninggal dunia.
erdasarkan WHO Global Burden Disease, pada tahun 2004 diperkirakan 310.000
orang meninggal akibat luka bakar, dan 30% pasien berusia kurang dari 20 tahun.
Luka bakar karena api merupakan penyebab kematian ke-11 pada anak berusia 1 –
9 tahun. Anak – anak beresiko tinggi terhadap kematian akibat luka bakar, dengan
prevalensi 3,9 kematian per 100.000 populasi. Luka bakar dapat menyebabkan
kecacatan seumur hidup. Luka bakar dapat menyebabkan kecacatan seumur hidup
,kebanyakan kematian terjadi pada daerah yang miskin, seperti Afrika, Asia
Tenggara, dan daerah Timur Tengah. Frekuensi kematian terendah terjadi pada
daerah dengan pendapatan tinggi, seperti Eropa dan Pasifik Barat .Di Indonesia
menurut riskesdas 2013, prevalensi luka bakar sebesar 0,7% dan usia rentan
terkena luka bakar di Indonesia adalah usia 1-4 tahun yaitu 1.5 % 1,4.

10
Gambar 3. Frekuensi Mortalitas Akibat Luka Bakar karena Api per 100.000
anak-anak berdasarkan Tingkat Pendapatan Negara, 2004 (WHO,2008)

11
2.5 Patofisiologi

Luka bakar adalah yang di sebabkan kaera pengalihan energy dari sumber
panas ke tubuh. Panas dapat di pindahkan lewat hantaran atau radiasi
elektromaknetik. Luka bakar disebabkan karena transfer energy panas dari sebuah
sumber energy ke tubuh, panas akan menyebabkan kerusakan jaringan. Keparahan
luka bakar menentukan derajat perubahan yang tapak di dalam organ-organ dan
system tubuh. Kerusakan jaringan tubuh akibat panas tersebut tergantung dari
beberapa factor, yaitu: temperature sumber panas, lamanya kontak dengan sumber
panas serta jaringan tubuh yang terkena. Factor jarngan tubuh yang terkena
merupakan jaringan, yaitu: kandungan air dalam jaringan, adanya sekresi local,
pigmentasi jaringan, ketebalan kulit,efeltivitas barrier tahan panas seperti aliran
darah dalam jaringan6

Oleh karena banyaknya factor yang berpengaruh, trauma yang terjadi pada
kulit sangat bervariasi.kontak dengan panas >60oc selama satu menit akan
mengakibatkan full thickness injury.

Efek dari luka bakar dapat digolongkan menjadi 3 kategori: efek pada
kulit, efek pada pembuluhdarah dan elemen darah, serta respon metabolic dan
perubahan hemodinamika.

Fungsi utama kulit adalah sebagai barrier terhadap panas dan kehilangan
cairan dari tubuh serta sebagai pertahanan dari invasi kuman. Pada keadaan
normal kulit yang intak mampu membatasi proses evaporasi cairan tubuh 5%
dibandingkan jaringan kulit yang tidak intak. Rata-rata kehilangan cairan melalui
jaringan kulit intak sekitar 15ml/m2/jam sedangkan pad luka bakar derajat III anak
terjadi kehilangan cairan sebesar 200ml/m2/jam. Evaporasi cairan pada luka bakar
derajat II dab III akan disertai dengan peningkatan kebutuhan 0ksigen, keadaan ini
akan meningkatkan metabolism tubuh dan produksi energy untuk
menpertahankan homeostatis panas tubuh. Pada penderita luka bakar akan terjadi
dehidrasi hipertonis di sertai hipernatremi.

12
Fungsi lain dari kulit adlah barrier kuman, meskipun yang intak juga
terdapat kuman ,tetapi jarang sekali terinfeksi. Pada luka derajat III, fungsi kulit
sebagai barrier kuman akan hilang. Sedangkan pad luka derajat II kemampuan
kulit sebagai barrier masih tetap ada meskipun dapat terjadi sepsis.

Trauma termis akan mengakibatkan perubahan integritas pembuluh darah


dan meninhkatnya permeabilitas kapiler, terutama di daerah luka bakar. Oleh
karena itu cairan dan protein dengan cepat akan meninggalkan pembuluh darah ke
jaringan intertisiel sehingga dapat terjadi udem. Peningkatan permeabilitas
pembulih darah juga terjadi secara general.

Pada awalnya cairan yang berada di daerah luka bakar akan di resorbsi
system limfe, tetapi lama kelamaan kehilangan cairan akan bertambah karena
melebihi kemampuan resorbsi limfe. Cairan tersebut akan terkumpul di ruang
intertisiel di sekitar dan di luka bakar sehingga udem

Kehilangan cairan pada pendeita luka bakar terutama akan terjadi pad 24
jam pertama. Stelah 48 jam kemudian permeabilitas kapiler akan kembali normal.
Berkurangnya cairan kaya protein dari sirkulasi akan menyebabkan syok
hipovolemik. Dengan banyaknya kehilangan cairan tubuh ajkan menyebabkan
iskemik ginjal dan oliguria.

Berkurangnya volume plasma akan diikutin berkurangnya volume


seldarah merah umumnya terjadi 24 jam pertama. Yang biaasanya di sebabkan
yaitu: hemolysis sel darah merah karena panas. Terperangkapnya sel darah merah
di daerah luka bakar oleh karena thrombosis pembuluh darah dan pengendapan sel
drah merah6.

FASE PADA LUKA BAKAR


Dalam perjalanan penyakit, dapat dibedakan menjadi tiga fase pada luka
bakar, yaitu7:
1. Fase awal, fase akut, fase syok
Pada fase ini, masalah utama berkisar pada gangguan yang terjadi pada
saluran nafas yaitu gangguan mekanisme bernafas, hal ini dikarenakan

13
adanya eskar melingkar di dada atau trauma multipel di rongga toraks; dan
gangguan sirkulasi seperti keseimbangan cairan elektrolit, syok hipovolemia.
2. Fase setelah syok berakhir, fase sub akut
Masalah utama pada fase ini adalah Systemic Inflammatory Response
Syndrome (SIRS) dan Multi-system Organ Dysfunction Syndrome (MODS)
dan sepsis. Hal ini merupakan dampak dan atau perkembangan masalah yang
timbul pada fase pertama dan masalah yang bermula dari kerusakan jaringan
(luka dan sepsis luka)
3. Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah penutupan luka sampai terjadinya maturasi
jaringan. Masalah yang dihadapi adalah penyulit dari luka bakar seperti parut
hipertrofik, kontraktur dan deformitas lain yang terjadi akibat kerapuhan
jaringan atau struktur tertentu akibat proses inflamasi yang hebat dan
berlangsung lama

2.6 Klasifikasi luka Bakar


Derajat Luka Bakar8

Kedalaman kerusakan jaringan akibat luka bakar tergantung dari derajat sumber,
penyebab, dan lamanya kontak dengan permukaan tubuh. Luka bakar terbagi
dalam 3 derajat.

1. Luka bakar derajat I

Kerusakan jaringan terbatas pada lapisan epidermis (superfisial)/epidermaburn.


Kulit hiperemik berupa eritema, sedikit edema, tidak dijumpai bula, dan terasa
nyeri akibat ujung saraf sensoris teriritasi. Pada hari keempat paska paparan sering
dijumpai deskuamasi. Salep antibiotika dan pelembab kulit dapat diberikan dan
tidak memerlukan pembalutan.

14
Gambar 4. Luka bakar derajat 1

2. Luka bakar derajat II

Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis berupa reaksi inflamasi


disertai proses eksudasi. Pada derajat ini terdapat bula dan terasa nyeri akibat
iritasi ujung-ujung saraf sensoris.Dangkal/superfisial/superficial partial thickness
Dalam/deep partial thickness 
Pada luka bakar derajat II dangkal/ superficial
partial thickness, kerusakan jaringan meliputi epidermis dan lapisan atas
dermis.Kulittampakkemerahan,edema,dan terasa lebih nyeri daripada luka bakar
derajat I. luka sangat sensitif dan akan lebih pucat jika kena tekanan. Masih dapat
ditemukan folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea. Penyembuhan
terjadi secara spontan dalam 10-14 hari tanpa sikatrik, namun warna kulit sering

15
tidak sama dengan sebelumnya. Perawatan luka dengan pembalutan, salep
antibiotika perlu dilakukan tiap hari. Penutup luka sementara (xenograft, allograft
atau dengan bahan sintetis) dapat diberikan sebagai pengganti pembalutan.

Pada luka bakar derajat II dalam/deep partial thickness, kerusakan jaringan terjadi
pada hampir seluruh dermis. Bula sering ditemukan dengan dasar luka eritema
yangbasah. Permukaan luka berbecak merah dan sebagian putih karena variasi
vaskularisasi. Luka terasa nyeri, namun tidak sehebat derajat II dangkal. Folikel
rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea tinggal sedikit. Penyembuhan
terjadi lebih lama, sekitar 3-9 minggu dan meninggalkan jaringan parut. Selain
pembalutan dapat juga diberikan penutup luka sementara (xenograft, allograft
atau dengan bahan sintetis).

Gambar 5. Luka bakar derajat 2

3. Luka bakar derajat III

Kerusakan jaringan permanen yang meliputi seluruh tebal kulit hingga jaringan
subkutis, otot, dan tulang. Tidak ada lagi elemen epitel dan tidak dijumpai bula,
kulit yang terbakar berwarna keabu-abuan pucat hingga warna hitam kering
(nekrotik). Terdapat eskar yang merupakan hasil koagulasi protein epidermis dan
dermis. Luka tidak nyeri dan hilang sensasi akibat kerusakan ujung-ujung saraf
sensoris. Penyembuhan lebih sulit karena tidak ada epitelisasi spontan. Perlu
dilakukan eksisi dini untuk eskar dan tandur kulit untuk luka bakar derajat II
dalam dan luka bakar derajat III. Eksisi awal mempercepat penutupan luka,

16
mencegah infeksi, mempersingkat durasi penyembuhan, mencegah komplikasi
sepsis, dan secara kosmetik lebih baik.

Gambar 6. Luka bakar derajat 3

Berat Dan Luas Luka Bakar1


Berat luka bakar bergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Usia dan
kesehatan pasien sebelumnya akan sangat mempengaruhi prognosis. Adanya
trauma inhalasi juga akan mempengaruhi berat luka bakar.
Jaringan lunak tubuh akan terbakar bila terpapar pada suhu di atas 46oC.
Luasnya kerusakan akan ditentukan oleh suhu permukaan dan lamanya kontak.
Luka bakar menyebabkan koagulasi jaringan lunak. Seiring dengan peningkatan
suhu jaringan lunak, permeabilitas kapiler juga meningkat, terjadi kehilangan
cairan, dan viskositas plasma meningkat dengan resultan pembentukan
mikrotrombus. Hilangnya cairan dapat menyebabkan hipovolemi dan syok,
tergantung banyaknya cairan yang hilang dan respon terhadap resusitasi. Luka
bakar juga menyebabkan peningkatan laju metabolik dan energi metabolisme.

17
Semakin luas permukaan tubuh yang terlibat, morbiditas dan mortalitasnya
meningkat, dan penanganannya juga akan semakin kompleks. Luas luka bakar
dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Ada beberapa metode cepat
untuk menentukan luas luka bakar, yaitu:
 Estimasi luas luka bakar menggunakan luas permukaan palmar pasien.
Luas telapak tangan individu mewakili 1% luas permukaan tubuh. Luas
luka bakar hanya dihitung pada pasien dengan derajat luka II atau III.

 Rumus 9 atau rule of nine untuk orang dewasa


Pada dewasa digunakan ‘rumus 9’, yaitu luas kepala dan leher, dada,
punggung, pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas
kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki
kiri masing-masing 9%. Sisanya 1% adalah daerah genitalia. Rumus ini
membantu menaksir luasnya permukaan tubuh yang terbakar pada orang
dewasa.

Gambar 7.Rule of nine pada dewasa

18
Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan
kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil.
Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda,
dikenal rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-15-20 untuk anak.

Gambar 8. Rule of nine pada anak


 Metode Lund dan Browder9
Metode yang diperkenalkan untuk kompensasi besarnya porsi massa tubuh
di kepala pada anak. Metode ini digunakan untuk estimasi besarnya luas
permukaan pada anak. Apabila tidak tersedia tabel tersebut, perkiraan luas
permukaan tubuh pada anak dapat menggunakan ‘Rumus 9’ dan
disesuaikan dengan usia:
o Pada anak di bawah usia 1 tahun: kepala 18% dan tiap tungkai
14%. Torso dan lengan persentasenya sama dengan dewasa.
o Untuk tiap pertambahan usia 1 tahun, tambahkan 0.5% untuk tiap
tungkai dan turunkan persentasi kepala sebesar 1% hingga tercapai
nilai dewasa.

19
Lund and Browder chart illustrating the method for calculating the percentage of body surface
area affected by burns in children.

Gambar 9. Lund and Browder Burn Chart

Pembagian Luka Bakar


1. Luka bakar berat (major burn)9
a. Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas
usia 50 tahun
b. Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir
pertama
c. Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum
d. Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan
luas luka bakar
e. Luka bakar listrik tegangan tinggi
f. Disertai trauma lainnya

20
g. Pasien-pasien dengan resiko tinggi
2. Luka bakar sedang (moderate burn)
a. Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat
III kurang dari 10 %
b. Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa >
40 tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %
c. Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang
tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum
3. Luka bakar ringan
a. Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa
b. Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut
c. Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka,
tangan, kaki, dan perineum.

2.7 Diagnosis

2.7.1 Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik dari luka bakar sebagai penunjang untuk menggunakkan


diagnosa keperawatan antara lain sebagai berikut 9:
a. Hitung darah lengkap
Peningkatan HT awal menunjukkan hemokonsentrasi sehubungan
dengan pemindahan atau kehilangan cairan.

b. Sel darah putih


Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan kehilangan sel pada sisi luka.

c. GDA (Gas Darah Arteri)


Penurunan Pa O2 atau peningkatan Pa CO2 mungkin terlihat pada retensi
karbon monoksida. Asidosis dapat terjadi sehubungan dengan penurunan
fungsi ginjal dan kehilangan kompensasi pernapasan.

d. CoHbg (Karboksi Hemoglobin)


Peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan keracunan karbon
monoksida atau cedera inhalasi.

21
e. Elektrolit Serum
Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera jaringan
dan penurunan fungsi ginjal: hipokalemi dapat terjadi apabila mulai terjadi
diuresis. Magnesium mungkin menurun, Natrium pada awal juga menurun.

f. Natrium Urine Random


Lebih besar dari 20 mEq/L, mengindikasikan kelebihan resusitasi cairan,
kurang dari 10 mEq/L, menduga ketidakadekuatan resusitasi cairan.

2.7.2 Indikasi Rawat Inap Pasien Luka Bakar


Menurut American Burn Association, seorang pasien diindikasikan untuk
dirawat inap bila 8:
1. Luka bakar derajat III > 5%
2. Luka bakar derajat II > 10%
3. Luka bakar derajat II atau III yang melibatkan area kritis (wajah, tangan,
kaki, genitalia, perineum, kulit di atas sendi utama)  risiko signifikan
untuk masalah kosmetik dan kecacatan fungsi
4. Luka bakar sirkumferensial di thoraks atau ekstremitas
5. Luka bakar signifikan akibat bahan kimia, listrik, petir, adanya trauma
mayor lainnya, atau adanya kondisi medik signifikan yang telah ada
sebelumnya
6. Adanya trauma inhalasi

2.8 Penatalaksanaan

Pasien luka bakar harus dievaluasi secara sistematik. Prioritas utama


adalah mempertahankan jalan nafas tetap paten, ventilasi yang efektif dan
mendukung sirkulasi sistemik. Intubasi endotrakea dilakukan pada pasien yang
menderita luka bakar berat atau kecurigaan adanya jejas inhalasi atau luka bakar
di jalan nafas atas. Intubasi dapat tidak dilakukan bila telah terjadi edema luka
bakar atau pemberian cairan resusitasi yang terlampau banyak. Pada pasien luka
bakar, intubasi orotrakea dan nasotrakea lebih dipilih daripada trakeostomi.

22
Pasien dengan luka bakar saja biasanya hipertensi. Adanya hipotensi awal
yang tidak dapat dijelaskan atau adanya tanda-tanda hipovolemia sistemik pada
pasien luka bakar menimbulkan kecurigaan adanya jejas ‘tersembunyi’. Oleh
karena itu, setelah mempertahankan ABC, prioritas berikutnya adalah
mendiagnosis dan menata laksana jejas lain (trauma tumpul atau tajam) yang
mengancam nyawa. Riwayat terjadinya luka bermanfaat untuk mencari trauma
terkait dan kemungkinan adanya jejas inhalasi. Informasi riwayat penyakit dahulu,
penggunaan obat, dan alergi juga penting dalam evaluasi awal.
Pakaian pasien dibuka semua, semua permukaan tubuh dinilai.
Pemeriksaan radiologik pada tulang belakang servikal, pelvis, dan torak dapat
membantu mengevaluasi adanya kemungkinan trauma tumpul.
Setelah mengeksklusi jejas signifikan lainnya, luka bakar dievaluasi.
Terlepas dari luasnya area jejas, dua hal yang harus dilakukan sebelum dilakukan
transfer pasien adalah mempertahankan ventilasi adekuat, dan jika diindikasikan,
melepas dari eskar yang mengkonstriksi10,11.

Tatalaksana resusitasi luka bakar


a. Tatalaksana resusitasi jalan nafas:
1. Intubasi
Tindakan intubasi dikerjakan sebelum edema mukosa menimbulkan
manifestasi obstruksi. Tujuan intubasi mempertahankan jalan nafas dan
sebagai fasilitas pemelliharaan jalan nafas.
2. Pemberian oksigen 100%
Bertujuan untuk menyediakan kebutuhan oksigen jika terdapat patologi
jalan nafas yang menghalangi suplai oksigen. Hati-hati dalam pemberian
oksigen dosis besar karena dapat menimbulkan stress oksidatif, sehingga
akan terbentuk radikal bebas yang bersifat vasodilator dan modulator
sepsis.
3. Penghisapan sekret (secara berkala)
4. Pemberian terapi inhalasi
Bertujuan mengupayakan suasana udara yang lebih baik didalam lumen
jalan nafas dan mencairkan sekret kental sehingga mudah dikeluarkan.

23
Terapi inhalasi umumnya menggunakan cairan dasar natrium klorida 0,9%
ditambah dengan bronkodilator bila perlu. Selain itu bias ditambahkan zat-
zat dengan khasiat tertentu seperti atropin sulfat (menurunkan produksi
sekret), natrium bikarbonat (mengatasi asidosis seluler) dan steroid (masih
kontroversial)
7. Bilasan bronkoalveolar
8. Perawatan rehabilitatif untuk respirasi

b. Tatalaksana resusitasi cairan


Resusitasi cairan diberikan dengan tujuan preservasi perfusi yang adekuat
dan seimbang di seluruh pembuluh darah vaskular regional, sehingga iskemia
jaringan tidak terjadi pada setiap organ sistemik. Selain itu cairan diberikan
agar dapat meminimalisasi dan eliminasi cairan bebas yang tidak diperlukan,
meminimalisasi respons inflamasi dan hipermetabolik dengan menggunakan
dari berbagai macam cairan seperti kristaloid, hipertonik, koloid, dan
sebagainya pada waktu yang tepat.
Resusitasi cairan dilakukan dengan memberikan cairan pengganti. Ada
beberapa cara untuk menghitung kebutuhan cairan ini1:
 Cara Evans
1. Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam
2. Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam
3. 2.000 cc glukosa 5% per 24 jam
Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah
jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah
cairan hari kedua.
 Cara Baxter
Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL
Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah
jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah
cairan hari kedua.11

24
c. Resusitasi nutrisi
Pada pasien luka bakar, pemberian nutrisi secara enteral sebaiknya
dilakukan sejak dini dan pasien tidak perlu dipuasakan. Bila pasien tidak sadar,
maka pemberian nutrisi dapat melalui naso-gastric tube (NGT). Nutrisi yang
diberikan sebaiknya mengandung 10-15% protein, 50-60% karbohidrat dan
25-30% lemak. Pemberian nutrisi sejak awal ini dapat meningkatkan fungsi
kekebalan tubuh dan mencegah terjadinya atrofi vili usus. Dengan demikian
diharapkan pemberian nutrisi sejak awal dapat membantu mencegah
terjadinya komplikasi11.

d. Dermatoterapi pada luka bakar

Luka bakar mengakibatkan hilangnya barier pertahanan kulit sehingga


memudahkan timbulnya koloni bakteri atau jamur pada luka, dengan resiko
penetrasi patogen ke jaringan yang lebih dalam dan pembuluh darah sehinga
beresiko menjadi infeksi sistemik yang mengarah pada kematian. Pemberian
terapi antimikroba topikal dalam bentuk salep atau cairan kompres/rendam
seperti: Silver- Sulfadiazine, Mafenide acetate, Silver nitrate, Povidone-Iodine,
Bacitracin, Neomycin, Polymyxin B, dan antifungal seperti nystatin, mupirocin,
dan preparat herbal seperti Moist Exposed Burn Ointment/Therapy (MEBO/ MEBT)5.

e. Managemen Nyeri
Nyeri merupakan masalah yang serius bagi pasien luka bakar semasa
pengobatan. Luka bakar pada lapisan epidermis akan terasa nyeri yang hebat.
Akibat tidak ada lapisan epidermis sehingga ujung-ujung saraf lebih
tersensitisasi oleh rangsangan. Nyeri juga dialami pada luka bakar derajat II
sedangkan pada derajat III tidak ada. Peningkatan katekolamin saat nyeri
mengakibatkan peningkatan denyut nadi, tekanan darah, dan respirasi. Nyeri
akan dirasakan pasien terutama saat ganti pembalut luka, saat prosedur operasi,
dan saat rehabilitasi. Golongan opioid dan anti inflamasi non steroid lazim
diberikan untuk mengatasi nyeri. Preparat anestesi inhalasi dapat pula
diberikan saat ganti pembalut5.

25
2.9 Prognosis
Prognosis pada luka bakar terutama tergantung pada dalam dan luasnya
permukaan luka bakar, dan penanganan awal hingga proses penyembuhan
penyembuhan. Selain itu faktor letak daerah yang terbakar, usia dan keadaan
kesehatan penderita juga turut menentukan dalam psroses penyembuhan.
Prognosis yang kurang baik dapat di pengaruhi oleh beberapa penyulit.
Penyulit yang dapat timbul pada luka bakar antara lain gagal ginjal akut, edema
paru, SIRS, infeksi dan sepsis, serta parut hipertrofik dan kontraktur.

2.10 Komplikasi
Setelah sembuh dari luka, masalah berikutnya adalah jaringan parut yang dapat
berkembang menjadi cacat berat. Kontraktur kulit dapat mengganggu fungsi dan
menyebabkan kekakuan sendi atau menimbulkan cacat estetik yang buruk sekali
sehingga diperlukan juga ahli ilmu jiwa untuk mengembalikan kepercayaan diri.
Permasalahan-permasalahan yang ditakuti pada luka bakar:
 Infeksi dan sepsis
 Oliguria dan anuria
 Oedem paru
 ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome )
 Anemia
 Kontraktur
 Kematian10

26
BAB III
KESIMPULAN

Kulit adalah organ tubuh manusia paling luar yang melapisi seluruh tubuh
dan membatasi dengan lingkungan luar. Kulit memiliki 3 lapisan yaitu epidermis
yang merupakan lapisan terluar, dermis yang terdiri dari jaringan ikat dan banyak
ujung saraf, kelenjar, pembuluh darah, dan lapisan sub kutis terdiri lapisan
jaringan longgar dan elastis.
Luka bakar menjadi salah satu penyakit yang Luka bakar merupakan
cedera yang disebabkan oleh panas, listrik, radiasi atau zat korosif yang paling
banyak didapatkan oleh panas (api). Luka bakar harus di hitung derajat, beratnya
dan luas dari luka bakar untuk mengetahui luka bakar tersebut terindikasi untuk di
rawat di rumah sakit atau tidak dan untuk menetukan terapi yang tepat.
Penanganan dengan cepat dapat mengatasi terjadinya asfiksia dan syok
hipovolemik dan prognosis yang baik. Apabila tidak dilakukan terapi segera dapat
terjadi komplikasi yang serius pada penderita luka bakar.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. R Sjamsuhidajat, Wim De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-4. Penerbit
Buku Kedokteran.EGC.2016:1

2. Tortora,G. J,Derrickson, B. Principles Of Anatomy and Physiologi.USA: John


Wiley and Sons:2009

3. Kalangi, SJ. Histofisiologi Kulit.Jurnal Biomedik(JBM). Fakultas Kedokteran


Universitas Sam Ratulangi Manado.2013:5(3)

4. Balitbang Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar:Riskesdas. Jakarta: Balitbang


Kemenkes RI.2013

5. Rahayuningsih, T. Penatalaksanaan Luka Bakar(Combustio). Jurnal


profesi.2012:8

6. Chu DH. Overview Of Biology, Develop- Ment, And Structure Of The Skin. In:
In: Wolf KW, Et Al. Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine, 8thed.
Mc Graw Hill Medical. 2013:7

7. Noer MS, Saputro ID, Perdanakusuma DS. Penanganan Luka Bakar. Airlangga
University Press. Surabaya. 2006.2:3-9

8. Anggowarsito, J. Luka Bakar
Sudut Pandang Dermatologi. Jurnal Widya


Medika Surabaya.2014:2(2)

9. Kristanto, E. Sonny K. Penentuan Derajat Luka Dalam Visum Et Repertum


Pada Kasus Luka Bakar. Histofisiologi Kulit. Jurnal Biomedik(JBM). Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.2013:5(3)

10. Mayo clinic staff. Bruns First Aids. http// ww.nlm.nih.gov/medlineplus.

11. James H. Holmes, david M. heimbach. Burn,In: Schwartz’s Principles of


surgery. 18 th ed.McGraw-Hill.Nyew

28

Anda mungkin juga menyukai