Oleh :
Citta Arunika Risyudhanti (01.210.6112)
Erani Sukmawati (01.210.6148)
Radit H. Mayangkara (01.207.5412)
Pembimbing :
dr. Sofwan Dahlan, Sp.F (K)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2015
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
LUKA TUSUK DAN PEMBUNUHAN
DAFTAR ISI
2
Februari 2015
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................................
ii
iii
11
17
19
20
BAB I
PENDAHULUAN
Dengan demikian dalam lima bulan di tahun 2013, jumlah kejadian pembunuhann sudah
melampaui 50 persen jumlah di tahun 2012. Dari data yang dikeluarkan mabes polri,
kematian akibat pembunuhan, biasanya pelaku melakukan pembunuhan dengan senjata tajam
. senjata tajam dapat berupa pisau dapur, gunting, golok, celurit, obeng.
Tindakan pembunuhan ini merupakan tindakan pidana dan sudah diatur oleh undang
undang Hukum Pidana (KUHP). Dalam hal ini pembunuhan diatur dalam Bab XIX Buku II
pasal 338-350 KUHP tentang kejahatan terhadap nyawa. Pembunuhan disini bermacam
macam antara lain pembunuhan biasa, pembunuhan terkualifikasi, pembunuhan berencana
(moord), pembunuhan bayi, pembunuhan atas permintaan korban, penganjuran dan
pertolongan bunuh diri dan pengguguran kandungan. Kejahatan pembunuhan ini juga diatur
dalam Undang-Undang No. 23 tahun 2004 tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU
KDRT), walaupun hanya sebatas pada kejadian-kejadian kekerasan, termasuk pembunuhan
terhadap anggota keluarga yang tinggal di rumah yang sama, diatur dalam pasal 44 ayat (4)
yaitu matinya korban, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun atau
denda paling banyak Rp 45.000.000,-00 (empat puluh lima juta rupiah ).9
Kita tidak bisa menekan pembunuhan menjadi tidak ada sama sekali. Maka yang bisa
dilakukan adalah memperkuat fungsi sosial, memperkuat peradilan pidana, dan yang terakhir
adalh memperkuat sistem hukum. Agar walaupun masih ada, dapat ditekan seminimal.10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Luka tusuk merupakan trauma yang diakibatkan benda tajam (trauma tajam). 1 Luka
tusuk ini terjadi akibat tusukan benda tajam dengan arah kurang lebih tegak lurus terhadap
kulit.5 Lebar luka yang ditimbulkan pada kulit jarang sekali memberikan gambaran dari
kedalaman luka tusuk. Luka tusuk diakibatkan oleh suatu gerakan aktif maju yang cepat atau
suatu dorongan pada tubuh dengan sebuah alat yang ujungnya tajam.6
2.2 Epidemiologi
Kasus pembunuhan di Eropa lebih sering terjadi dengan senjata tajam daripada kasus
pembunuhan di Amerika Serikat yang biasa menggunakan senjata api. Pada penelitian di
Dallas, Amerika Serikat, menunjukkan bahwa dari 630 kematian akibat trauma benda tajam
90 % adalah kasus pembunuhan, 7,5 % karena bunuh diri dan 3,5 % karena kecelakaan. Di
Jerman 376 kematian akibat trauma tajam yang terjadi menunjukkan bahwa 80% merupakan
kasus pembunuhan, 17% bunuh diri dan 3% diantaranya adalah kecelakaan. 12 Di Indonesia
khususnya di Daerah Khusus Ibukota Jakarta, menurut laporan Direktorat Reserse Kriminal
Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya selama tahun 2012 terjadi sekitar 690 kasus
pembunuhan.11
2.3 Karakteristik luka tusuk
a) Kedalaman luka
Pemakaian istilah luka penetrasi ditunjukkan untuk menjelaskan dimana
kedalaman luka yang diakibatkan oleh benda itu melebihi lebar luka yang tampak pada
permukaan kulit.12,2 Dalamnya luka sulit ditentukan pada daerah tanpa tulang seperti di
daerah abdomen oleh karena elastisitas dinding perut tersebut.5
Panjang saluran luka atau kedalaman luka dapat mengindikasikan panjang
minimun dari senjata yang digunakan. Umumnya dalam luka lebih pendek dari panjang
senjata, karena jarang ditusukan sampai kepangkal senjata.4
b) Lebar luka
Kebanyakan luka tusuk akan menganga, bukan karena sifat benda yang masuk
tetapi sebagai akibat elastisitas dari kulit.12 Pada bagian tertentu pada tubuh, dimana
terdapat dasar berupa tulang atau serat otot, luka itu mungkin nampak berbentuk seperti
kurva. Lebar luka sangat penting diukur dengan cara merapatkan kedua tepi luka sebab
itu akan mewakili lebar alat. Lebar luka di permukaan kulit tampak lebih kecil dari lebar
alat, apalagi bila luka melintang terhadap otot.4
Bila luka masuk dan keluar melalui alur yang sama maka lebar luka sama
dengan lebar alat. Tetapi sering yang terjadi lebar luka melebihi lebar alat kerena tarikan
ke samping waktu menusuk dan waktu menarik. Demikian juga bila alat/pisau yang
masuk kejaringan dengan posisi yang miring. 4
c) Bentuk luka
Bentuk luka merupakan gambaran yang penting dari luka tusuk karena karena
hal itu akan sangat membantu dalam membedakan berbagai jenis senjata yang mungkin
telah dikumpulkan oleh polisi dan dibawa untuk diperiksa. Pinggir luka dapat
menunjukan bagian yang tajam (sudut lancip) dan tumpul (sudut tumpul) dari pisau
berpinggir tajam satu sisi. Pisau dengan kedua sisi tajam akan menghasilkan luka dengan
dua pinggir tajam 4
Gambar 2.1. Pisau bermata satu yang ditusukan dengan kedalaman yang berbedabeda)7
Perlu diingat bahwa benda lain yang dapat menembus tubuh, seperti pahat,
obeng atau gunting, akan menyebabkan perbedaan bentuk luka yang kadang-kadang
berbentuk segi empat atau, yang lebih jarang, berbentuk satelit seperti ditunjukkan pada
gambar berikut.
Harus diingat bahwa posisi tubuh korban saat ditusuk berbeda dengan pada
saat autopsi. Posisi membungkuk, berputar, dan mengangkat tangan dapat disebabkan
oleh senjata yang lebih pendek dibandingkan apa yang didapatkan pada saat autopsi.
Manipulasi tubuh untuk memperlihatkan posisi saat ditusuk sulit atau bahkan tidak
mungkin mengingat berat dan adanya kaku mayat. Poin lain yang perlu
dipertimbangkan adalah adanya kompresi dari beberapa anggota tubuh pada saat
penusukan. Pemeriksa yang sudah berpengalaman biasanya ragu-ragu untuk
menentukan jenis senjata yang digunakan.
2.4. Pemeriksaan luka tusuk
Pada pemeriksaan luka ada dua tipe luka oleh karena instrumen yang tajam
yang perlu diperhatikan dengan baik dan memiliki ciri yang dapat dikenali dari aksi
korban yaitu tanda percobaan dan luka perlawanan. Keduanya mempunyai bentuk,
letak dan medikolegal.
1. Luka percobaan adalah insisi dangkal, luka tusuk dibuat sebelum luka yang fatal oleh
individu yang berencana bunuh diri. Luka percobaan tersebut seringkali terletak paralel
dan terletak dekat dengan luka dalam di daerah pergelangan tangan atau leher. Bentuk
lainnya antara lain luka tusuk dangkal didekat luka tusuk dalam dan mematikan.
Meskipun jarang sekali dilaporkan.12,4
Jumlah luka
Lokasi luka
Arah luka
Ukuran luka (panjang, lebar dan dalam)
Memperkirakan luka sebagai penyebab kematian korban atau bukan.
Memperkirakan cara terjadinya luka apakah kasus pembunuhan, bunuh diri, atau
kecelakaan.
Lokasi luka dijelaskan dengan menghubungkan daerahdaerah yang
berdekatan dengan garis anatomi tubuh dan posisi jaringan tertentu, misalnya garis
tengah tubuh, ketiak, puting susu, pusat, persendian dan lain lain.4
Bentuk luka sebaiknya dibuat dalam bentuk sketsa atau difoto untuk
menggambarkan kerusakan permukaan kulit, jaringan dibawahnya, dan bila perlu organ
dalam (viseral). Diukur secara tepat (dalam ukuran millimeter atau centimeter) tidak
boleh dalam ukuran kirakira saja.4
2.5 Kualifikasi luka
Dalam membuat kesimpulan luka sebaiknya dokter juga menentukan derajat
keparahan luka yang dialami korban atau disebut juga derajat kualifikasi luka. Yang
diharapkan dari dokter untuk dapat membantu kalangan hukum dalam menilai berat
ringannya luka yang dialami korban pada waktu atau selama perawatan dilakukannya.4
Kualifikasi luka yang dapat dibuat oleh dokter adalah menyatakan pasien
mengalami luka ringan, luka sedang atau luka berat.
1. Luka ringan
Luka ringan adalah luka yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan dalam
menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencahariannya.
2. Luka sedang
Luka sedang adalah luka yang mengakibatkan penyakit atau halangan dalam
menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencahariannya untuk sementara waktu.
3. Luka berat
Luka berat adalah luka yang sebagaimana diuraikan di dalam pasal 90 KUHP, yang
terdiri atas1 :
a) Luka atau penyakit yang tidak dapat diharapkan akan sembuh dengan sempurna.
b) Luka yang dapat mendatangkan bahaya maut.
c) Luka yang menimbulkan rintangan tetap dalam menjalankan pekerjaan jabatan atau
mata pencahariannya.
d) Kehilangan salah satu dari panca indera.
e) Cacat besar atau kudung.
f) Lumpuh.
g) Gangguan daya pikir lebih dari 4 minggu lamanya.
h) Keguguran atau kematian janin seorang perempuan.
Kualifikasi di atas secara terperinci dapat di bagi dalam empat kualifikasi derajat luka,
yaitu : 5
1. Orang yang bersangkutan tidak menjadi sakit atau tidak mendapat halangan dalam
melakukan pekerjaan atau jabatan.
2. Orang yang bersangkutan menjadi sakit dan tidak ada halangan untuk melakukan
pekerjaan atau jabatannya
3. Orang yang bersangkutan menjadi sakit dan berhalangan untuk melakukan pekerjaan
atau jabatannya.
4. Orang yang bersangkutan mengalami luka berat yang sebagaimana diuraikan di dalam
pasal 90 KUHP.
Hal ini perlu dipahami oleh dokter karena ini merupakan jembatan untuk
menyampaikan derajat kualifikasi luka dari sudut pandang medik untuk penegak hukum.4
Penerapan penyampaian pendapat dokter dalam VeR tentang luka yang
menimbulkan bahaya maut, misalnya bila seorang korban mendapat luka di perut yang
mengenai hati, yang menyebabkan perdarahan hebat sehingga dapat mengacam jiwa.
Walaupun pasien akhirnya sembuh tetapi di dalam VeR dokter dapat menggambarkan
keadaan ini dalam kata kata, korban mengalami luka tusuk di perut mengenai jaringan
hati yang menyebabkan perdarahan banyak yang dapat mengancam jiwa pasien.
Ungkapan ini akan mengingatkan para penegak hukum bahwa korban telah mengalami
luka berat.4
2.6 Penyebab kematian
Penyebab kematian dapat terjadi segera atau langsung, tetapi perlukaan dapat juga
menyebabkan kematian secara tidak langsung. Penyebab kematian langsung dapat
berupa:4
1. Perdarahan luas (syok hipovolemik)12,4 dan banyak dapat terjadi di dalam rongga tubuh
atau di luar rongga tubuh. Volume darah ada kira kira 7 -10 % atau 1/13 berat badan.
Kehilangan 1/3 bagian dari volume darah tubuh secara tiba- tiba dapat menyebabkan
kematian. Kehilangan darah yang demikian ini mengakibatkan syok dan meninggal
bila tidak dilakukan penanganan yang tepat dan cepat, sedangkan kehilangan darah
secara perlahan - lahan
mengkompensasinya. Perdarahan di dalam rongga tubuh dapat kita jumpai pada luka
tusuk yang mengenai organ organ dalam seperti jantung, paru paru, hati dan limpa.
kalau dijumpai lebih dari satu luka, maka harus ditentukan yang mana yang
menyebabkan kematian korban.4
2. Luka pada organ vital. Bila yang terluka adalah organ vital, seperti jantung, paru,
limpa, hati, ginjal, pembuluh darah besar akan menyebabkan kematian lebih cepat.
Perdarahan pada kantung pericardium sebanyak 300- 400 cc telah dapat menyebabkan
kematian karena terjadi tamponade jantung. Demikian juga darah sejumlah 200 300
cc yang menyumbat saluran pernafasan dapat menyebabkan kematian karena
asfiksia.12,4
Kematian yang timbul dalam jangka waktu yang lama, yang bukan primer
oleh karena lukanya, disebut penyebab kematian secara tidak langsung. Yang termasuk
hal hal ini adalah :12,4
1. Inflamasi dari organ organ dalam tubuh, seperti meningitis, encephalitis, pleuritis
dan peritonitis.
2. Infeksi sepsis dari luka yang dapat mengakibatkan septikemia dari luka lama yang
tidak sembuh dan luka ini bisa primer ataupun sekunder.
3. Gangren atau nekrosis sebagai akibat kerusakan jaringan jaringan dan pembuluh
darah.
4. Trombosis pada pembuluh darah vena dan emboli yang terjadi akibat immobilisasi.
kejelasan
mengenai
jenis
luka
yang
terjadi,
jenis
BAB III
LAPORAN KASUS
PRO JUSTITIA
VISUM ET REPERTUM
Nomor : R/43/VIII/2011/DOKPOL
Atas permintaan tertulis dari Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Jawa Tengah Resort
Semarang, melalui suratnya tanggal 20 Januari 2015, Nomor Polisi :R/39/XI/2014/Reskrim,
yang ditandatangani oleh , Hadi Rochsetyo, pangkat Ajun Komisaris Polisi, NRP 72070297, dan
diterima tanggal 20 Januari 2015, pukul 12.30 WIB, maka dengan ini saya dr F. sebagai dokter
yang bekerja pada Rumah Sakit Bhayangkara Semarang, menerangkan bahwa telah dilakukan
pemeriksaan luar dan dalam pada tanggal 20 Januari 2015 pukul 14.30 WIB di Kamar Jenazah
Rumah Sakit Bhayangkara Semarang , atas jenazah, yang berdasarkan surat permintaan tersebut
di atas nama Agus bin Suleman, umur 34 tahun, jenis kelamin laki-laki, pekerjaan sopir truk,
alamat.........Kabupaten
Temanggung.
Jenazah
tersebut
ditemukan
di
Jalan., Banyumanik Semarang, diduga meninggal dunia akibat
pembunuhan.............................................................
HASIL PEMERIKSAAN
Dari pemeriksaan luar dan dalam atas tubuh jenazah tersebut di atas ditemukan faktafakta sebagai berikut:
A. FAKTAYANG BERKAITAN DENGAN IDENTITAS JENAZAH :
1. Identitas Umum Jenazah :
a. Jenis kelamin : Laki-laki.......................................................................................
b. Umur : tiga puluh empat tahun..............................................................................................................
c. Berat badan : tujuh puluh kilogram
d. Panjang badan : Seratus enam puluh lima sentimeter................................................
e. Warna kulit : Sawo matang...................................................................................
f. Ciri rambut : Warna hitam, lurus, pendek ...................................................................................................
g. Keadaan gizi : Gizi cukup..........................................................................................................................
2. Identitas Khusus Jenazah
a. Penutup jenazah : kain berwarna putih tanpa merk...........................................
b. Pakaian:
kemeja
levis
merah........................................................................................................................
c. Tato : Tidak terdapat tato...................................................................................
d. Jaringan parut : Tidak ada................................................................................
e. Tahi lalat : Tidak ada.............................................................................................
f. Tanda lahir : Tidak ada.............................................................................................
2.
3.
4.
5.
6.
TULANG-TULANG
1. Tulang tengkorak : tidak ada kelainan.................................................................
2. Tulang wajah : tidak ada kelainan......................................................................
3. Tulang belakang : tidak ada kelainan......................................................................
4. Tulang-tulang dada : tidak ada kelainan.............................................................
5. Tulang-tulang punggung : tidak ada kelainan.....................................................
6. Tulang-tulang panggul : tidak ada kelainan........................................................
7. Tulang anggota gerak : tidak ada kelainan............................................................
D. FAKTA DARI PEMERIKSAAN TUBUH BAGIAN DALAM
1. Kepala bagian dalam:
a. Kulit kepala bagian dalam : Terdapat tiga resapan darah. Resapan darah pertama
berukuran dua kali dua sentimeter. Resapan darah kedua berukuran dua kali dua
setengah setimeter. Resapan darah ketiga berukuran dua kali satu setengah
sentimeter..................................................................................................................
b. Tulang Tengkorak : tidak ada kelainan..............................................................
c. Selaput keras otak : tidak ada kelainan....................................................................
d. Selaput lunak otak : tidak ada kelainan....................................................................
e. Otak besar : tidak ada kelainan....................................................................
KESIMPULAN
Berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dari pemeriksaan atas jenazah tersebut, maka
saya simpulkan bahwa telah diperiksa jenazah seorang laki-laki, berumur tiga puluh empat
tahun, warna kulit sawo matang, kesan gizi cukup. Dari hasil pemeriksaan luar dan dalam
didapatkan luka akibat kekerasan benda tajam. Berupa satu luka tusuk masuk di dada kiri
menembus serambi kiri jantung dan tiga luka tusuk masuk di dada kanan. Didapatkan adanya
perdarahan hebat sebanyak dua setengah liter. Sebab kematian perdarahan hebat akibat luka
tusuk pada dada kiri yang menembus jantung....................................... ..
PENUTUP
Demikianlah keterangan tertulis ini saya buat dengan sesungguhnya, dengan mengingat
sumpah pada waktu menerima jabatan sebagai dokter.
Semarang, 20 Januari 2015
Dokter Yang Memeriksa,
dr F, Sp.F
BAB IV
PEMBAHASAN
mengenai jantung dan paru paru. Kematian dapat terjadi akibat perdarahan
hebat yang diakibatkan luka tusuk yang mengenai jantung.
BAB V
KESIMPULAN
1. Kematian karena luka tusuk yang menembus organ vital, terutama jantung sehingga
terjadi perdarahan hebat.
2. Dari fakta fakta yang ditemukan saat pemeriksaan, bahwa telah diperiksa jenazah
laki laki, umur tiga puluh empat tahun, panjang badan seratus enam puluh lima
centimeter, kulit sawo matang, kesan gizi cukup. Dari pemeriksaan luar dan dalam
disimpulkan korban meninggal akibat luka tusuk yang menembus ke organ vital,
terutama jantung sehingga terjadi perdarahan hebat.
\
DAFTAR PUSTAKA
1.
Shkrum MJ, Ramsay DA. Penetrating Trauma, Sharp-Force Injuries In Forensic Pathology of
2.
Trauma Common Proplems for Pathologist. Humana Press. 2007 p 357 - 397
James-payne J, Vanezis P. Sharp and cutting Edge Wounds. Encyclopedia of Forensic and
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Anonim, 2009, Tren Pembunuhan, http://radarlampung.co.id/read/opini/tajuk/1065tren-pembunuhan, diunduh pada tanggal 16 november 2014.
10.
Anonim,
Pelaku
Pembunuhan
Berantai
Paling
Kejam
di
Dunia,
2010,