Oleh :
KELOMPOK I
Disusun Oleh :
KELOMPOK I
ii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL …………………………………………...................................... i
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………….. . ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Skenario......................................................................................... 1
B. Analisis Kasus................................................................................ 1
1. Langkah 1............................................................................... 1
2. Langkah 2................................................................................ 3
3. Langkah 3................................................................................ 3
4. Langkah 4................................................................................ 8
5. Langkah 5................................................................................ 9
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan.................................................................................. 23
B. Saran........................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA
iii
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Skenario
Malangnya nasib mu.....
Mahasiswa PSKM telah melakukan survei terhadap Kabupaten X.
Hasil survei diperoleh bahwa Kabupaten X termasuk dalam kategori makmur
dengan melihat ketersediaan pangan tingkat rumah tangganya. Berdasarkan
data dinas kesehatan Kabupaten X ternyata sejumlah 2% balitanya mengalami
gizi buruk dan beberapa 10 indikator PHBS belum tercapai. Hal ini
mengejutkan kepala dinkes, mengingat kegiatan surveilans gizi selalu rutin
dilakukan. Namun ini sudah terlambat, karena seharusnya dengan sistem
infomasi yang baik, kejadian gizi buruk dapat dicegah. Selanjutnya kepala
dinas kesehatan melakukan kajian agar kasus dapat diatasi serta memperbaiki
manajemennya selama ini?
B. Analisa Kasus
1. Klasifikasi/Identifikasi Istilah (Clarify term)
Dalam tahapan ini, kelompok mendaftarkan beberapa istilah/konsep yang
dirasa masih asing atau bermakna ambigu, kemudian istilah/konsep tersebut
diklarifikasi oleh anggota kelompok untuk menyamakan pendapat dan
persepsi. Adapun klasifikasi /identifikasi istilah yang diidentifikasi oleh
kelompok 1 adalah sebagai berikut:
a. Balita mengalami gizi buruk
1) Balita yang mengalami gizi buruk adalah balita yang berat badan < -3
standar defisiasi.
2) Balita yang mengalami gizi buruk juga dapat dilihat dari pengukuran
BB/TB.
3) Balita yang mengalami gizi buruk dapat dilihat dari terdapat tanda-tanda
marasmus.
3
4) Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan
oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam waktu yang cukup
lama.
b. Sistem informasi
1) Sistem informasi adalah proses pengumpulan atau pemantauan tentang gizi
anak menurut BB dan TB.
2) Sistem informasi adalah proses pengukuran secara terus menerus pada
masyarakat.
3) Sistem informasi adalah proses pengolahan data secara sistematis.
c. Surveilans gizi
1) Surveilans gizi adalah teknik pengumpulan data secara terus menerus
tentang gizi .
2) Surveilans gizi adalah proses pengamatan kepada masyarakat mengenai
gizi.
3) Surveilans gizi adalah pemantauan dari rumah ke rumah kepada
masyarakat tentang status gizi.
d. Ketersediaan pangan tingkat rumah tangga
1) ketersediaan pangan tingkat rumah tangga adalah terpenuhinya bahan yang
ingin dikonsumsi.
2) ketersediaan pangan tingkat rumah tangga adalah terpenuhinya gizi di
tingkat rumah tangga.
3) ketersediaan pangan tingkat rumah tangga adalah pangan yang cukup dan
tersedia dalam jumlah yang dapat memenuhi kebutuhan konsumsi rumah
tangga.
2. Membuat Daftar Masalah (define the problem)
Dalam tahapan ini, kelompok mendaftarkan beberapa masalah yang ada di
dalam skenario. Masalah dapat berupa semua istilah, fakta atau fenomena yang
oleh kelompok masih perlu dijelaskan lebih lanjut. Adapun daftar masalah
yang disusun oleh kelompok 1 adalah sebagai berikut:
a. Faktor apa saja yang mempengaruhi gizi buruk?
b. Bagaimana cara sistem surveilans gizi yang baik?
4
c. Mengapa masih ada kasus 2% gizi buruk padahal sistem informasi baik?
d. Apakah gizi buruk dapat dicegah dengan sistem informasi yang baik?
e. Bagaimana konsep ketahanan pangan dan gizi?
f. Bagaimana langkah untuk mencapai elemen gizi dari 10 indikator PHBS?
g. Apakah kasus 2% sudah termasuk kejadian luar biasa (KLB)?
tidak seluruh masyarakat yang ada disekitar pustu tersebut. Jika dari data
primer yang diperoleh teknisi surveilans juga tidak diterima dengan baik
berarti kemungkinan dari masyarakat sendiri yang tidak transparan dalam
memberikan informasi.
3) Faktor perilaku dan pengetahuan, ini berarti dari masyarakat itu sendiri
yang masih kurang mengetahui mengenai gizi buruk, faktor penyebab,
serta dampak yang ditimbulkan dari gizi buruk itu sendiri dan sikap
mereka juga mengenai gizi buruk. Hal ini juga mungkin terjadi karena
informasi mengenai gizi buruk yang tidak transparan mengakibatkan
kurangnya data dan informasi yang didapatkan masyarakat mengenai gizi
buruk menjadi kurang sehingga mereka tidak mengetahui informasi yang
berkaitan dengan masalah gizi buruk.
4) Bias informasi, dalam melakukan surveilans gizi para teknisi yang
melakukan pengamatan langsung kepada masyarakat mungkin sebagian
merasakan kesulitan karena informasi yang mereka dapatnya dari
masyarakat langsung itupun terkadang bias, karena keraguan masyarkat
dalam menjawab pertanyaan atau bahkan ada ketidak jujuran yang
menyebabkan bias informasi dalam surrveilans gizi.
d. Gizi buruk apakah hanya dapat dicegah dengan sistem informasi yang baik
Adapun penjelasan menurut kelompok mengenai gizi buruk apakah
hanya dapat dicegah dengan sistem informasi yang baik, adalah sebagai
berikut :
Jawabannya tidak, sistem informasi yang baik hanya sebagai
penunjang untuk memperoleh data agar bisa mengcover seluruh
masyarakat di suatu daerah. Sedangkan untuk mencegah gizi buruk dapat
dengan cara :
Primer : Misalnya pada balita dengan pemberian vitamin A
Sekunder : Orang tua dengan pemberian penyuluhan gizi
Tersier : Pemangku kebijakan dengan mengelola manajemen
7
Problem Tree
Adapun apa saja yang harus dipelajari sebagai sasaran belajar untuk
kegiatan mandiri diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Mahasiswa mampu menjelaskan konsep gizi buruk (pengertian,
faktor risiko, jenis dan macam, serta pencegahannya).
b) Mahasiswa mampu menjelaskan kaitan surveilans gizi dan
manajemen informasi dengan kejadian gizi buruk.
c) Mahasiswa mampu mengetahui teknik surveilans gizi yang baik
dan benar.
d) Mahasiswa mampu menyebutkan teknik promosi kesehatan yang
tepat dalam menangani gizi buruk.
e) Mahasiswa dapat mengetahui konsep ketahanan pangan.
f) Mahasiswa mampu menjelaskan konsep KLB (Kejadian Luar
Biasa) gizi buruk.
g) Mahasiswa mampu menjelaskan 5 dari 10 elemen PHBS (Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat) rumah tangga yang berhubungan dengan
skenario.
BAB II
PEMBAHASAN
a. BBLR
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir <
2500 gram).
b. Anak Balita Pendek
Salah satu jenis kurang gizi yang disebabkan oleh selama 1000 hari
kehamilan kurang mendapatasupan gizi, pola asuh yang tidak baik, dan
buruknya sanitasi lingkungan.
10
11
c. Anemia Anak
Anemia anak terjadi akibat kekurangan zat besi (Fe) pada anak.
Gejala dari anemia ini kadang tidak disadari.
d. GAKY
GAKY adalah singkatan dari Gangguan Akibat Kekurangan
Yodium, yaitu sekumpulan gejala yang timbul karena tubuh kekurangan
unsur yodium secara terus menerus dalam kurun waktu yang cukup lama.
Menurut Depkes RI (2008) keadaan gizi buruk adalah keadaan
kurang gizi tingkat berat pada anak yang berdasar indeks berat badan
menurut tinggi badan (BB/TB) <-3 SD dan atau ditemukan tanda-tanda
klinis marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-kwashiorkor (3).
Faktor risiko gizi buruk antara lain :
Persediaan pangan yang cukup secara nasional maupun regional
tidak menjamin adanya ketahanan pangan rumah tangga/individu. Studi
Saliem et al. (2001) menunjukkan bahwa walaupun ketahanan pangan di
tingkat regional (provinsi) tergolong tahan pangan terjamin namun di
provinsi yang bersangkutan masih ditemukan rumah tangga yang
tergolong rawan pangan dengan proporsi relatif tinggi. Dampak dari
kerawanan pangan dan kekurangan gizi dapat terjadi pada semua umur,
baik orang tua, dewasa, anak-anak, bayi maupun ibu hamil. Hasil analisis
BPS (4) menunjukkan lebih dari setengah jumlah kabupaten/kota di
Indonesia memiliki prevalensi balita kurang gizi lebih dari 25 persen,
sementara proporsi penduduk yang mengkonsumsi energi kurang dari
2.100 kkal/kap/hari sebesar 64 persen. Kasus gizi buruk yang muncul di
Provinsi Nusa Tenggara Barat yang selama ini dikenal sebagai daerah
lumbung beras menunjukkan bahwa ketahanan pangan regional tidak
menjamin ketahanan pangan rumah tangga. Di Nusa Tenggara Barat, anak
balita yang menderita gizi buruk atau bahkan busung lapar mencapai 10
persen dari total anak balita, atau sekitar 49.000 anak balita.
12
1. Asupan makanan
Asupan makanan yang kurang disebabkan oleh berbagai faktor,
antara lain tidak tersedianya makanan secara adekuat, anak tidak cukup
atau salah mendapat makanan bergizi seimbang, dan pola makan yang
salah.2 Kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan balita adalah air, energi,
protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.Setiap gram protein
menghasilkan 4 kalori, lemak 9 kalori, dan karbohidrat 4 kalori.Distribusi
kalori dalam makanan balita dalam keseimbangan diet adalah 15% dari
protein, 35% dari lemak, dan 50% dari karbohidrat.
2. Sosial ekonomi
Rendahnya ekonomi keluarga, akan berdampak dengan rendahnya
daya beli pada keluarga tersebut. Selain itu rendahnya kualitas dan
kuantitas konsumsi pangan, merupakan penyebab langsung dari
kekurangan gizi pada anak balita.12Balita dengan gizi buruk pada
umumnya hidup dengan makanan yang kurang bergizi.
3. Pendidikan Ibu
Rendahnya pendidikan dapat mempengaruhi ketersediaan pangan
dalam keluarga, yang selanjutnya mempengaruhi kuantitas dan kualitas
konsumsi pangan yang merupakan penyebab langsung dari kekurangan
13
dan sabun sebesar 94%. Indikator 5 untuk penggunaan air bersih sebesar
100%. Indikator 6 untuk penggunaan jamban sehat sebesar 88%. Indikator
7 untuk Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) sebesar 62%. Indikator 8
untuk diet sayur dan buah setiap hari hanya sebesar 50%. Indikator 9
untuk aktivitas fisik setiap hari sebesar 90% dan indikator 10 untuk tidak
merokok sebesar 54% (12).
Terdapat beberapa indikator PHBS yang berkaitan erat dengan status
gizi masyarakat terutama balita yang berkaitan dengan skenario. Yaitu
indikator 1,2,3,4 dan 8. Untuk indikator 1 yaitu persalinan oleh tenaga
kesehatan sebesar 100%. Jika hal ini tidak terpenuhi dapat memicu kasus
gizi buruk karena bayi yang dilahirkan dengan bantuan tenaga kesehatan
beresiko BBLR yang menyebabkan anak akan menderita gangguan gizi
saat tumbuh besar. Indikator penggunaan air bersih turut mempengaruhi
karena berkaitan dengan lingkungan yaitu sanitasi masyarakat. Jika
sanitasi tidak sehat akan menimbulkan banyak agen penyakit hidup dan
infeksi penyakit terjadi yang menyebbakan gangguan status gizi.
Beberapa indikator PHBS yang masih jauh dari target nasional
penting untuk terus ditingkatkan mengingat pentingnya perilaku tersebut.
Perilaku diet sayur dan buah setiap hari ditujukan agar kebutuhan gizi
seimbang dapat terpenuhi. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif
artinya memberikan ASI saja pada bayi dari usia 0–6 bulan. Pemberian
ASI saja maksudnya adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa ada makanan
tambahan baik itu air, madu ataupun makanan seperti bubur dan lainnya
(12).
Salah satu penyebab rendahnya PHBS adalah rendahnya
pelaksanaan promosi kesehatan di puskesmas. Pedoman pembinaan PHBS
tahun 2011 menjelaskan bahwa pembinaan PHBS dilaksanakan melalui
penyelenggaraan promosi kesehatan di puskesmas. Upaya meningkatkan
PHBS dilakukan melalui promosi kesehatan di luar gedung puskesmas
yang terdiri dari kunjungan rumah, pembentukan kemitraan serta
pemberdayaan masyarakat melalui UKBM. Penyelenggaraan promosi
18
23
24
C. Saran
1. Pemerintah sebaiknya lebih meningkatkan program gerakan tuntas gizi
buruk, perawatan balita gizi buruk dan sangat kurus serta upaya
pemulihan dan tindakan lanjut bagi balita gizi buruk dan sangat kurus
paska perawatan.
2. Pemerintah sebaiknya juga menyediakan Pemberian Makanan
Tambahan (PMT), membentuk kadarzi, pos gizi dan pedamping balita
gizi buruk.
3. Petugas kesehatan melakukan monitoring dan evalusi serta diberikan
pelatihan agar program yang telah di rencanakan pemerintah dapat
terjalin dengan baik dan dapat mencegah adanya gizi buruk bagi balita.
4. Meningkatkan Penyuluhan kepada masyarakat tentang masalah gizi
agar tidak terjadi lagi masalah gizi buruk.
5. Masyarakat sebaiknya diberikan pengetahuan tentang makanan yang
bergizi yang baik dikonsumsi anak balita agar kecukupan gizinya
tercukupi dan petugas kesehatan senantiasa memperbaiki pola asuh
anak balita dengan membekali ibu-ibu ilmu tentang penata laksanaan
makan pada anak yaitu berupa gizi seimbang.
6. Dengan adanya masalah gizi kurang dan gizi buruk pada anak balita di
masyarakat maka diperlukan ketahanan pangan di tingkat Rumah
Tangga.
7. Diharapkan bagi masyarakat agar tidak tinggal diam jika melihat anak
yang mengalami gizi buruk, dan sekiranya dapat di laporkan ke
posyandu atau puskesmas terdekat agar dapat segera di tangani.
DAFTAR PUSTAKA
1. Baculu EPH, Juffrie M, Helmyati S. Faktor Risiko Gizi Buruk pada Balita di
Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal Gizi dan Dietetik
Indonesia. 2015; 3(1): 51-59.
2. Kalsum U, Jahari AB. Strategi Menurubkan Pravelensi Gizi Kurang pada Balita
di Provinsi Jambi. JMU. 2015; 3(1): 45-59.
4. Wardhani. Gizi Dasar Plus 30 Resep Masakan Lezat Nan Praktis Untuk Pemula.
Yogyakarta: Diandra Kreatif. 2018.
6. Dewi N.A. F. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Gizi Buruk Pada Balita Yang
Dirawat di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Skripsi. Semarang: Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro. 2012.
10. Ariska Y, Kustiyah L, Widodo Y. Perubahan status gizi balita pada Program
edukasi dan rehabilitasi gizi. Jurnal Gizi Pangan, 2015; 10(3):157-164.
11. Pratiwi H, Bahar H, Rasma. Peningkatan Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Ibu
Dalam Upaya Pencegahan Gizi Buruk Pada Balita Melalui Metode Konseling
Gizi Di Wilayah Kerja Puskesmas Wua-Wua Kota Kendari Tahun 2016. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, 2016. 1(3): 1-8.
12. Sari IIK, Sulistyowati M. Analisis Promosi Kesehatan Di Puskesmas Kalijudan
Terhadap Phbs Rumah Tangga Ibu Hamil. Jurnal Promkes, 2015. 3(2): 159–170.
13. Direktorat Bina Gizi Kemenkes RI. Petunjuk Pelaksanaan Surveilans Gizi.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI, 2012.
14. Mulyani EDS, Erwandi D, Aryanti N. Sistem Pakar Diagnosis Gizi Buruk Pada
Balita Menggunakan Metode Forward Chaining di Puskesmas Tinewati.
Konferensi Nasional Sistem & Informatika. 2015.
15. Yasa IWRP, Putra IGLAR, Swastika IPA. Sistem Informasi Geografis Pemetaan
Penyakit Kronis dan Demam Berdarah di Puskesmas 1 Baturiti Berbasis
Website. SNATIKA, 2017 ; 4 : 43-49.
16. Tri Hasanah B.A & Edo Prasetyo. Sistem informasi angka kesehatan masyarakat
pada Puskesmas Sumberharta berbasis Web Mobile. Jutim. 2017 ; 2(2) : 122-127
18. Dinar Aditya, Hartuti Purnaweni. Implementasi program perbaikan gizi alita di
Puskesmas Wonosalam I Kabupaten Demak. Journal of Public Policy and
Management Review. 2017 ; 6(4) : 1-10
Lampiran Lembar Penilaian Makalah
KELOMPOK :I
A. FORMAT (60-80)
1. Kesesuaian format :
2. Tata bahasa :
Total Nilai A+ (2 x B) + C =
Rata-rata nilai Total nilai = Banjarbaru, 02 Mei 2018
Penilai.
4
(...........................................)
NIP/NIK. 1990.2017.2.230
Keterangan :
1. Rentang nilai :
3. ** Sumber kepustakaan