SKENARIO (II)
“Tidak Cukupkah Nakes?”
Oleh :
KELOMPOK 6
Jubaidah 1810912120019
Muslimah 1810912220015
Asrina Magfiroh 1810912120014
Odelia Bernadette Butar Butar 1810912220018
Nina Fitriana 1810912320019
Muhammad Hasmi Fadhillah 1710912310036
2021
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KASUS
BELAJAR BERDASARKAN MASALAH (BBM)
PELAYANAN KESEHATAN I (MANAJEMEN PUSKESMAS)
SKENARIO (II)
“Tidak Cukupkah Nakes?”
Disusun Oleh :
KELOMPOK 6
Jubaidah 1810912120019
Muslimah 1810912220015
Asrina Magfiroh 1810912120014
Odelia Bernadette Butar Butar 1810912220018
Nina Fitriana 1810912320019
Muhammad Hasmi Fadhillah 1710912310036
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Skenario............................................................................. 1
B. Analisa Kasus..................................................................... 1
1. Langkah 1...................................................................... 1
2. Langkah 2...................................................................... 2
3. Langkah 3...................................................................... 2
4. Langkah 4...................................................................... 3
5. Langkah 5...................................................................... 4
BAB II PEMBASAHAN
A. Tinjauan Kasus Berdasarkan Sasaran Belajar yang
Mengacu pada Pustaka yang Relevan dengan Kasus..... 6
B. Analisis Kasus pada Skenario Lebih Mendalam............... 9
C. Solusi dan Rekomendasi................................................... 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................ 12
B. Saran.................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Skenario
Tidak Cukupkah Nakes?
B. Analisa Kasus
1. Klarifikasi/identifikasi istilah (clarify term)
Pada tahapan ini, kelompok mendaftarkan beberapa istilah atau konsep
yang dirasa masih asing atau bermakna ambigu, kemudian istilah ataun
konsep tersebut diklarifikasi oleh anggota kelompok untuk mencapai
persamaan pendapat dan persepsi. Adapun klarifikasi/identifikasi istilah yang
diidentifikasikan oleh kelompok VI adalah sebagai berikut :
a. Jasa pelayanan dukun adalah jasa yang diberikan oleh seorang wanita
yang dipercaya masyarakat serta memiliki keterampilan menolong
persalinan secara tradisional.
b. Dokter layanan primer adalah dokter utama atau dokter umum yang
mengutamakan pelayanan komprehensif bagi semua orang tanpa batas
usia, penyakit, ras, dan tingkatan sosial dan akan mengarahkan untuk
memeriksakan kondisi lebih lanjut ke ahli spesialis.
c. Perawat D3 adalah alumni D3 keperawatan, berperan sebagai praktisi atau
perawat pelaksana yang membantu dokter dan perawat profesional
dalam mewarat pasien.
d. Laporan tahunan adalah laporan yang merinci aktivitas atau gambaran
organisasi dalam satu tahun yang mencakup laporan keuangan dan
laporan perkembangan serta pencapaian yang diraih organisasi dalam
satu tahun.
e. Dukun kampung adalah seorang perempuan yang diakui masyarakat
untuk membantu persalinan secara tradisional.
f. Persalinan adalah adalah proses pengeluaran hasil konsepsi atau yang
biasa kita sebut sebagai janin atau kandungan.
g. Jaminan kesehatan nasional (JKN) adalah program pelayanan kesehatan
dari pemerintah yang berwujud BPJS Kesehatan dan BPJS
1
Ketenagakerjaan yang sistemnya adalah asuransi dan bersifat wajib, untuk
menjamin pemenuhan biaya kesehatan masyarakat yang diberikan kepada
setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayarkan
pemerintah, berdasarkan prinsip asuransi sosial dan ekuitas.
h. BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan
program jaminan sosial, sebelumnya bernama PT. Askes yang
menyelenggarakan perlindungan kesehatan bagi pesertanya. Sekarang
BPJS terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan dan setiap
WNI wajib mengikuti program BPJS.
2
c. Penyebab masyarakat tidak mengetahui program JKN dikarenakan
kurangnya sosialisasi seputar JKN yang diberikan kepada masyarakat,
kurangnya kinerja puskesmas untuk mensosialisasikan program JKN, dan
kurangnya media informasi yang dapat diakses oleh masyarakat sehingga
menyebabkan masyarakat tidak mengetahui program JKN ini.
d. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pelayanan persalinan di
tolong oleh tenaga kesehatan adalah dengan memberikan edukasi dan
sosialisasi kepada masyarakat menggunakan berbagai media, melakukan
pendekatan persuasif saat ANC agar ibu hamil bersalin di puskesmas atau
dengan tenaga kesehatan, serta melakukan kemitraan antara dukun
kampung dengan bidan desa.
e. Dampak yang dapat terjadi jika persalinan dilakukan oleh tenaga non
medis (dukun)
1) Komplikasi ibu saat persalinan
2) Plasenta tidak keluar
3) Perdarahan
4) Infeksi diakibatkan alat yang digunakan saat persalinan tidak steril
5) Asfiksia pada bayi
6) Kematian atau kecacatan pada bayi akibat adanya komplikasi pada ibu
7) Kematian ibu
f. Upaya yang dapat dilakukan agar dukun kampung dapat memberikan
pelayanan sesuai standar
1) Pemberian pembinaan dan pelatihan kepada dukun kampong
2) Pelatihan lebih kea rah membantu proses persalinan, bisa dilakukan
seperti cara memandikan bayi yang benar dan pijat bayi yang benar.
3) Melakukan kemitraan, dimana menjadikan bidan sebagai penolong
persalinan, dan menjadikan dukun yang sebelumnya penolong
persalinan menjadi mitra dalam merawat ibu dan bayi selama masa
nifas.
3
Rendahnya
Kurangnya Tidak tercapainya
cakupan penolong
pemanfaatan target RPJMN
persalinan tenaga
falititas kesehatan 2020-2024
kesehatan
Effects
Kurangnya O : Rendahnya
Masyarakat lebih Masyarakat Kurangnya tenaga
sosialisasi dampak cakupan penolong
memilih beranggapan
bersalin dengan
dukun kampung
persalinan di pelayanan di
kesehatan di
Puskesmas Causes persalinan tenaga
kesehatan
dukun daripada di Puskesmas
tanpa didampingi
Puskesmas tergolong mahal
bidan
Rendahnya
pengetahuan
masyarakat
tentang JKN
4
g. Faktor-faktor pemilihan penolong persalinan dengan dukun kampung
h. Kinerja Puskesmas
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
b. kematian janin dalam rahim
c. reptur uteri
d. pendarahan akibat pertolongan salah, robekan jalan lahir, dan retensio
plasenta
e. infeksi berat
f. asfiksia janin dan trauma persalinan, bahkan sampai kematian
7
5. Konsep Program KIA di Puskesmas
Pengertian kesehatan ibu dan anak adalah merupakan suatu upaya di
bidang kesehatan menyangkut pelayanan dan pemeiliharaan pada setiap ibu
hamil, saat bersalin,, ibu yang menyusui, bayi dan anak balita serta anak usia
prasekolah. Program KIA selalu menjadi agenda dalam kebijakan pemerintah
yang dilaksanakan secara berjanjang dan berkesinambungan darri tingkat
pelayanan primer seperti puskesmas bahkan sampai pada level pelayanan
desa yang dikenal sebagai pos kesehatan desa/poskesdes (Noer dkk, 2021).
puskesmas harus ada program KIA. Indikator yang digunakan dalam penilaian
program KIA antara lain kunjungan ibu hamil pertama, cakupan k4, cakupan
buku kia, deteksi dini kehamilan beresiko, persalian an oleh tenaga kesehatan,
pelayanan nifas, pelayanan neonatal, pelayanan kesehatan anak balita dan
pelayanan kesehatan anak balita sakit (Lestari dan Tri, 2020). Program KIA
adalah upaya bidan kesehatan meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas, keluarga berencana, bayi baru lahir, dan anak pra sekolah. Tujuan utama
untuk menurunkan akb dan aki melalui pemantauan cakupan pelayanan KIA di
puskesmas (Hayati dkk, 2018).
8
memilih dukun karena jarak dari rumah ketempat pelayanan kesehatan jauh.
Serta pengetahuan dan sikap ibu hamilitu sendiri (Lahal dan Suhartatik, 2017).
Selain itu, faktor yang menyebabkan masyarakat lebih memilih melahirkan
ke dukun beranak yaitu, faktor Ekonomi, Kedekatan Emosional, Tindakan
Tradisonal, Kurangnya perhatian dari Pemerintah dan Pendidikan (Nim, 2017).
Faktor minim informasi dan pendapatan keluarga. Masyarakat kurang
mengetahui jaminan kesehatan karena memikirkan biaya, tingkat ekonomi
rendah tidak mampu memeriksakan kehamilan berdampak pada AKI dan AKB
(Multazam dkk, 2018), tingkat pendidikan, sikap, presepsi ibu, perta
pengetahuan tentang faktor resiko persalinan (Purmahardini, 2019), faktor
pemicu seperti tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan, faktor pemungkin
seperti ketersediaan penolong persalinan dan tranportasi, faktor penguat
seperti peran suami, bidan dan dukun bayi (Nurhayati dan Sugiharto, 2019).
9
“Berdasarkan laporan tahunan puskesmas tahun 2017, bahwa jumlah
persalinan yang ditolong tenaga kesehatan hanya mencapai 50%”. Hal
tersebut dapat terjadi karena kurangnya peran dan fungsi bidan dalam
persalinan di desa tersebut. Selain itu, banyak ibu hamil yang lebih memilih
untuk melakukan persalinan di dukun kampung yang akan berdampak pada
tingginya AKB dan AKI. Tingginya kasus-kasus kematian pada ibu dan
bayi/balita serta rendahnya pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan
disebabkan oleh berbagai faktor yaitu masalah ekonomi, rendahnya
kunjungan ke tenaga kesehatan selama hamil, keterlambatan merujuk,
terlambat sampai di fasilitas pelayanan kesehatan atau terlambat mendapat
pertolongan yang dapat mengakibatkan kematian. Faktor lain yang juga
sangat berpengaruh yaitu budaya. Di beberapa wilayah terutama pedesaan
dan pedalaman, mayoritas masyarakatnya masih mempercayakan sepenuhnya
pelayanan kesehatan kepada tenaga dukun maupun dukun bayi (Anggraini
dkk, 2020).
“Kondisi ini terjadi karena banyak masyarakat yang lebih memilih untuk
menggunakan jasa pelayanan dukun, padahal dukun kampung yang terlatih
masih kurang dari standar”. Hal tersebut perlu mendapat perhatian
pemerintah secara serius. Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah yaitu
melalui perbaikan dan penyediaan sarana dan infrastruktur kesehatan,
peningkatan kualitas sumber daya manusia tenaga kesehatan khususnya bidan
desa, pemberdayaan masyarakat melalui Pembinaan Kesejahteraan Keluarga
(PKK) dan Kader Posyandu serta membangun kemitraan antara bidan dan
dukun bayi. Kemitraan bidan dengan dukun bayi adalah suatu bentuk
kerjasama bidan dengan dukun bayi yang saling menguntungkan dengan
prinsip keterbukaaan, kesetaraan, dan kepercayaan dalam upaya untuk
menyelamatkan ibu dan bayi, dengan menempatkan bidan sebagai penolong
persalinan dan mengalihfungsikan dukun dari penolong persalinan menjadi
mitra dalam merawat ibu dan bayi pada masa nifas, dengan berdasarkan
kesepakatan yang telah dibuat antara bidan dengan dukun, serta melibatkan
seluruh unsur atau elemen masyarakat yang ada (Anggraini dkk, 2020).
“Selain itu, masyarakat beranggapan pelayanan kesehatan di puskesmas
mahal dan hampir 50% masyarakat tidak mengetahui program Jaminan
kesehatan Nasional (JKN) baik di puskesmas maupun dokter layanan primer”.
Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai JKN dapat dilakukan
sosialisasi, pembinaan, dan juga pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk
memberikan pembinaan, pendampingan, konsultasi mengenai program
Jaminan Kesehatan Nasional. Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian
kepada masyarakat adalah melalui pendidikan kesehatan dengan cara
memberikan pengetahuan tentang Jaminan Kesehatan Nasional yang meliputi
pengertian, tujuan, manfaat, prosedur pendaftaran, dan prosedur pelayanan
kesehatan kepada kader. Pengabdian juga dilakukan melalui bimbingan dan
konsultansi yang dilakukan pada sesi diskusi kader dengan memberikan
pengetahuan dan mendampingi kader dalam sosialisasi program Jaminan
Kesehatan Nasional (Susanto, 2018).
10
C. Solusi dan Rekomendasi
Solusi dan rekomendasi yang dapat kami berikan berdasarkan
permasalahan pada skenario yaitu:
1. Puskesmas meningkatkan frekuensi promosi kesehatan untuk
meningkatkan pengetahuan masyarat khususnya mengenai dampak
bersalin pada non medis dan tentang jaminan kesehatan nasional.
2. Tenaga kesehatan mengembangkan hubungan kerjasama dengan dukun
kampung dalam bentuk pengajaran dan bimbingan dalam pertolongan
persalinan serta pendampingan saat pertolongan persalinan.
3. Masyarakat ikut lebih memperhatkan tentang kesehatan atau ibu
terutama dalam proses persalinannya dan diharapkan masyarakat lebih
menyeleksi dalam memilih penolong persalinannya.
4. pemerintah ikut serta dalam memberikan dukungan seperti pelatihan dan
pemberian alat-alat pertolongan peralinan gratis kepada dukun kampung.
5. Dukun kampung agar mau bekerjasama dengan tenaga kesehatan dan
memperbaharui pengetahuan dengan mengikuti pelatihan-pelatihan
terkait dan meningkatkan kinerja dan berusaha semaksimal mungkin
menghindari perbuatan tercela dan melanggar aturan.
6. Puskesmas lebih sering melakukan kunjungan ibu hamil dan melakukan
penyuluhan bagaimana pentingnya bersalin dengan tenaga kesehatan.
7. Dinas kesehatan lebih berkontribusi terhadap program persalinan dengan
tenaga kesehatan dan lebih proaktif terhadap kejadian persalinan dengan
dukun kampung.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
12
13
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini D, Husain MN, Bauto LOM. 2020. Kemitraan bidan desa dan dukun
bayi dalam meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak di Kabupaten
Konawe Selatan. Jurnal Pengabdian Masyarakat ANOA, 1(2): 84-91.
Erna, dkk. 2020. Implementasi program jaminan kesehatan nasional kartu
indonesia sehat (JKN KIS) dalam upaya meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan masyarakat miskin. Jurnal cendekia, 2(2); 96-113.
Fhirawati, dkk. 2020. Konsep dasar keperawatan. Jakarta: Yayasan Kita
Penulis.
Hayati M, Harbiyah, Agustina. 2018. Kemitraan bidan dan dukun dalam
pertolongan persalinan di kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil.
Journal of Healthcare Technology and Medicine, 4(2): 232-248.
Kurniawati, Rachmayanti. 2018. Identifikasi penyebab rendahnya kepesertaan
jkn pada pekerja sektor informal di kawasan pedesaan. Jurnal
Administrasi Kesehatan Indonesia, 6(1): 33-39.
Lahal S, Suhartatik. 2017. Faktor yang mempengaruhi ibu hamil masih memilih
dukun beranak dalam melakukan bantuan persalinan di wilayah kerja
Puskesmas Maritaing Kecamatan Alor Timur Kabupaten Alor-NTT.
Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis, 5(4): 488-493.
Lestari, Tri. 2020. Pencapaian status kesehatan ibu dan bayi sebagai salah satu
perwujudan keberhasilan program kesehatan ibu dan
anak. Kajian, 25(1): 75-89.
Manuaba, dkk. 2007. Buku Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Penerbit buku
kedokteran EGC.
Marataka SK, Rohman H, Arifah IN. 2020. Capaian Indikator Pengelolaan Dan
Pelaporan Data Puskesmas Untuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan. Prosiding e-health.
Meti. 2019. Hubungan bidan dengan kemitraan dukun dengan persalinan oleh
tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tanjung Sari
Kabupaten Lampung Selatan. Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai, 5(1),
59-64.
Multazam, dkk. 2018. Aspek sosial budaya dalam pemilihan pertolongan
persalinan pada suku Bajo Pomalaa Sulawesi Tenggara. In Prosiding
Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan Dan
Teknologi, 1(1): 322-325.
Niha MR, Grace ECK, Chreisye KFM. 2019. Hubungan karakteristik individu dan
pengetahuan tentang jaminan kesehatan nasional-kartu indonesia
sehat (JKN-KIS) dengan status kepesertaan masyarakat dalam program
JKN-KIS di Kecamatan Singkil Kota Manado. KESMAS, 7(5): 1-9.
Nim MU. 2017. Eksistensi dukun beranak Di Desa Sejahtera Kecamatan
Sukadana Kabupaten Kayong Utara. Sociologique, Jurnal Sosiolog, 5(2).
Noer RM, dkk. 2021. Buku Strategi dalam menghadapi tantangan kesehatan
pasca pandemic covid-19. Cirebon: Penerbit INSANIA.
Nurhayati, Sugiharto. 2019. Perilaku memilih tenaga penolong persalinan pada
ibu melahirkan di Desa Blambangan, Kecamatan Penengahan,
Kabupaten Lampung Selatan, Indonesia. Jurnal Penelitian Kesehatan,
47(3): 165-174
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019
Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
Peraturan Menteri Kesehatan tahun 2014.
Purmahardini, 2019. Hubungan pengetahuan ibu tentang faktor resiko
persalinan dengan pemilihan penolong persalinan di Bpm Zaitun
Ernawati, Sst, Mm Di Pamekasan. NERSMID: Jurnal Keperawatan dan
Kebidanan 2(2): 105-115.
Puspitasari. 2017. Faktor yang mempengaruhi partisipasi kepesertaan jaminan
kesehatan nasional pada pekerja bukan penerima upah di desa Kasiyan
Timur wilayah kerja Puskesmas Kasiyan Kabupaten Jember Tahun 2016.
Romadhona YS, Siregar KN. 2018. Analisis sebaran tenaga kesehatan
puskesmas di indonesia berdasarkan peraturan menteri kesehatan
nomor 75 tahun 2014 tentang puskesmas. Jurnal Kesehatan Manarang
4(2): 114-121.
Rubandiyah. 2019. Faktor kinerja puskesmas di Kota Semarang. HIGEIA Journal
of Public Health Research and Development, 3(1): 87-98.
Sofiyah, dkk. 2019. Asuhan kebidanan terhadap an. f dengan perkembangan
meragukan pada motorik kasar di BPM Ferri Yani Mulya Asri Tulang
Bawang Barat. Diss. Poltekkkes Tanjungkarang, 2019.
Sumiarsih M, Adisasmito W. 2018. Analisis impak kebijakan dokter layanan
primer (DLP) di Indonesia tahun 2018. Jurnal Kebijakan Kesehatan
Indonesia (JKKI), 7(3): 108-120.
Susanto E, Sugiyanto, Irmawati, Lestari S. 2018. Pelatihan kader dalam upaya
meningkatkan pengetahuan tentang Jaminan Kesehatan Nasional.
LINK, 14(1): 26-30.
Widia L. 2017. Hubungan antara kemitraan bidan dan dukun dalam program
jamkesda dengan peningkatan persalinan di tolong oleh tenaga
kesehatan di Puskesmas Batulicin I Kecamatan Karang Bintang
Kabupaten Tanah Bumbu. Jurnal Darul Azhar, 2(1): 27-32.