Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS

BELAJAR BERDASARKAN MASALAH (BBM)


PELAYANAN KESEHATAN I (MANAJEMEN PUSKESMAS)

SKENARIO (II)
“Tidak Cukupkah Nakes?”

Oleh :
KELOMPOK 6

Jubaidah 1810912120019
Muslimah 1810912220015
Asrina Magfiroh 1810912120014
Odelia Bernadette Butar Butar 1810912220018
Nina Fitriana 1810912320019
Muhammad Hasmi Fadhillah 1710912310036

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2021
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KASUS
BELAJAR BERDASARKAN MASALAH (BBM)
PELAYANAN KESEHATAN I (MANAJEMEN PUSKESMAS)

SKENARIO (II)
“Tidak Cukupkah Nakes?”

Disusun Oleh :
KELOMPOK 6

Jubaidah 1810912120019
Muslimah 1810912220015
Asrina Magfiroh 1810912120014
Odelia Bernadette Butar Butar 1810912220018
Nina Fitriana 1810912320019
Muhammad Hasmi Fadhillah 1710912310036

Telah disahkan dan diterima dengan baik oleh:

Banjarbaru, 06 Mei 2021

Koordinator BBM-Manajemen Puskesmas Tutor,

Nur Laily, SKM., M.Kes Ayu Riana Sari, SKM., M.Kes


NIP. 19930415 201903 2 013 NIP. 19891230 20190120 9 001

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Skenario............................................................................. 1
B. Analisa Kasus..................................................................... 1
1. Langkah 1...................................................................... 1
2. Langkah 2...................................................................... 2
3. Langkah 3...................................................................... 2
4. Langkah 4...................................................................... 3
5. Langkah 5...................................................................... 4
BAB II PEMBASAHAN
A. Tinjauan Kasus Berdasarkan Sasaran Belajar yang
Mengacu pada Pustaka yang Relevan dengan Kasus..... 6
B. Analisis Kasus pada Skenario Lebih Mendalam............... 9
C. Solusi dan Rekomendasi................................................... 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................ 12
B. Saran.................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Skenario
Tidak Cukupkah Nakes?

Puskesmas Mekarsari yang terletak di Kecamatan A memiliki tenaga


kesehatan yang terdiri dari 5 orang bidan, 1 orang dokter umum, 8 orang
perawat D3. Selain dokter umum Puskesmas, Desa tersebut juga memiliki 2
orang Dokter layanan primer yang bekerjasama dengan BPJS. Berdasarkan
laporan tahunan puskesmas tahun 2017, bahwa jumlah persalinan yang ditolong
tenaga kesehatan hanya mencapai 50%. Kondisi ini terjadi karena banyak
masyarakat yang lebih memilih untuk menggunakan jasa pelayanan dukun,
padahal dukun kampung yang terlatih masih kurang dari standar. Selain itu,
masyarakat beranggapan pelayanan kesehatan di puskesmas mahal dan hampir
50% masyarakat tidak mengetahui program Jaminan kesehatan Nasional (JKN)
baik di puskesmas maupun dokter layanan primer.

B. Analisa Kasus
1. Klarifikasi/identifikasi istilah (clarify term)
Pada tahapan ini, kelompok mendaftarkan beberapa istilah atau konsep
yang dirasa masih asing atau bermakna ambigu, kemudian istilah ataun
konsep tersebut diklarifikasi oleh anggota kelompok untuk mencapai
persamaan pendapat dan persepsi. Adapun klarifikasi/identifikasi istilah yang
diidentifikasikan oleh kelompok VI adalah sebagai berikut :
a. Jasa pelayanan dukun adalah jasa yang diberikan oleh seorang wanita
yang dipercaya masyarakat serta memiliki keterampilan menolong
persalinan secara tradisional.
b. Dokter layanan primer adalah dokter utama atau dokter umum yang
mengutamakan pelayanan komprehensif bagi semua orang tanpa batas
usia, penyakit, ras, dan tingkatan sosial dan akan mengarahkan untuk
memeriksakan kondisi lebih lanjut ke ahli spesialis.
c. Perawat D3 adalah alumni D3 keperawatan, berperan sebagai praktisi atau
perawat pelaksana yang membantu dokter dan perawat profesional
dalam mewarat pasien.
d. Laporan tahunan adalah laporan yang merinci aktivitas atau gambaran
organisasi dalam satu tahun yang mencakup laporan keuangan dan
laporan perkembangan serta pencapaian yang diraih organisasi dalam
satu tahun.
e. Dukun kampung adalah seorang perempuan yang diakui masyarakat
untuk membantu persalinan secara tradisional.
f. Persalinan adalah adalah proses pengeluaran hasil konsepsi atau yang
biasa kita sebut sebagai janin atau kandungan.
g. Jaminan kesehatan nasional (JKN) adalah program pelayanan kesehatan
dari pemerintah yang berwujud BPJS Kesehatan dan BPJS

1
Ketenagakerjaan yang sistemnya adalah asuransi dan bersifat wajib, untuk
menjamin pemenuhan biaya kesehatan masyarakat yang diberikan kepada
setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayarkan
pemerintah, berdasarkan prinsip asuransi sosial dan ekuitas.
h. BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan
program jaminan sosial, sebelumnya bernama PT. Askes yang
menyelenggarakan perlindungan kesehatan bagi pesertanya. Sekarang
BPJS terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan dan setiap
WNI wajib mengikuti program BPJS.

2. Membuat daftar masalah (define the problem)


Dalam tahapan ini, kelompok mendaftarkan beberapa masalah yang ada
di dalam skenario. Masalah dapat berupa semua istilah, fakta atau fenomena
yang oleh kelompok masih perlu dijelaskan lebih lanjut. Adapun daftar
masalah yang disusun oleh kelompok VI adalah sebagai berikut:
a. Mengapa masyarakat lebih memilih dukun kampung daripada pelayanan
kesehatan oleh tenaga kesehatan?
b. Apakah jumlah tenaga keehatan di Puskesmas Mekarsari sudah sesuai
standar?
c. Apakah yang menyebabkan masyarakat tidak mengetahui program JKN?
d. Apakah upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pelayanan
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan di Kecamatan A?
e. Apa dampak yang dapat terjadi jika persalinan dilakukan oleh tenaga non
medis (dukun)?
f. Apakah upaya yang dapat dilakukan agar dukun kampung dapat
memberikan pelayanan sesuai standar?

3. Mengenali masalah (analyze the problem)


Dalam tahapan ini, mahasiswa berdiskusi mengenai masalah-masalah
yang sudah didaftarkan sebelumnya dan berusaha menjawab beberapa
pertanyaan menggunakan pengetahuan awal yang dimiliki oleh masing-
masing anggota kelompok. Adapun analisis masalah yang dilakukan oleh
kelompok VI diantaranya adalah:
a. Alasan masyarakat memilih dukun kampung daripada pelayanan
kesehatan oleh tenaga kesehatan.
1) Masyarakat beranggapan pelayanan di puskesmas mahal dan
masyarakat tidak mengetahui program JKN.
2) Faktor sosial budaya, ekonomi, dan sarana prasarana
3) Dukun kampung adalah orang yang dekat dengan masyarakat
sehingga masyarakat lebih mudah memeriksakan kehamilannya
kepada dukun.
b. Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Mekarsari belum sesuai dengan
standar karena belum ada dokter gigi, tenaga kesehatan masyarakat, dan
gizi.

2
c. Penyebab masyarakat tidak mengetahui program JKN dikarenakan
kurangnya sosialisasi seputar JKN yang diberikan kepada masyarakat,
kurangnya kinerja puskesmas untuk mensosialisasikan program JKN, dan
kurangnya media informasi yang dapat diakses oleh masyarakat sehingga
menyebabkan masyarakat tidak mengetahui program JKN ini.
d. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pelayanan persalinan di
tolong oleh tenaga kesehatan adalah dengan memberikan edukasi dan
sosialisasi kepada masyarakat menggunakan berbagai media, melakukan
pendekatan persuasif saat ANC agar ibu hamil bersalin di puskesmas atau
dengan tenaga kesehatan, serta melakukan kemitraan antara dukun
kampung dengan bidan desa.
e. Dampak yang dapat terjadi jika persalinan dilakukan oleh tenaga non
medis (dukun)
1) Komplikasi ibu saat persalinan
2) Plasenta tidak keluar
3) Perdarahan
4) Infeksi diakibatkan alat yang digunakan saat persalinan tidak steril
5) Asfiksia pada bayi
6) Kematian atau kecacatan pada bayi akibat adanya komplikasi pada ibu
7) Kematian ibu
f. Upaya yang dapat dilakukan agar dukun kampung dapat memberikan
pelayanan sesuai standar
1) Pemberian pembinaan dan pelatihan kepada dukun kampong
2) Pelatihan lebih kea rah membantu proses persalinan, bisa dilakukan
seperti cara memandikan bayi yang benar dan pijat bayi yang benar.
3) Melakukan kemitraan, dimana menjadikan bidan sebagai penolong
persalinan, dan menjadikan dukun yang sebelumnya penolong
persalinan menjadi mitra dalam merawat ibu dan bayi selama masa
nifas.

4. Mendaftar semua penjelasan terhadap 3 poin di atas secara sistematis


lalu meringkas menjadi problem tree
Pada tahap ini, kelompok VI menetapkan inti masalah (core
problem/focal problem), sebab timbulnya masalah (causes) dan dampak
(effect) dari masalah itu sendiri sesuai dengan skenario ke dalam bentuk
pohon masalah (problem tree). Adapun pohon masalah yang disusun oleh
kelompok disajikan dalam gambar berikut:

3
Rendahnya
Kurangnya Tidak tercapainya
cakupan penolong
pemanfaatan target RPJMN
persalinan tenaga
falititas kesehatan 2020-2024
kesehatan

Tidak maksimalnya Meningkatnya


Meningkatnya
pelayanan Tidak tercapainya kejadian
kematian ibu dan
persalinan pada SPM di Puskesmas komplikasi pada
kematian bayi
puskesmas proses persalinan

Effects

Pelayanan persalinan di tolong tenaga


kesehatan masih rendah

Kurangnya O : Rendahnya
Masyarakat lebih Masyarakat Kurangnya tenaga
sosialisasi dampak cakupan penolong
memilih beranggapan
bersalin dengan
dukun kampung
persalinan di pelayanan di
kesehatan di
Puskesmas Causes persalinan tenaga
kesehatan
dukun daripada di Puskesmas
tanpa didampingi
Puskesmas tergolong mahal
bidan

Rendahnya
pengetahuan
masyarakat
tentang JKN

Gambar 1.1 Problem Tree

5. Menetapkan sasaran belajar (formulate learning objective)


Adapun hal yang harus dipelajari sebagai sasaran belajar untuk kegiatan
mandiri diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Upaya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai program
JKN
b. Jumlah standar tenaga kesehatan di Puskesmas dalam ruang lingkup
kecamatan
c. Dampak persalinan dilakukan oleh tenaga non medis (dukun)
d. Hubungan kemitraan tenaga kesehatan dengan dukun kampung
e. Konsep Program KIA di Puskesmas
f. Konsep JKN dan kendala dalam pelaksanaan JKN di Puskesmas

4
g. Faktor-faktor pemilihan penolong persalinan dengan dukun kampung
h. Kinerja Puskesmas

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tinjauan Kasus Berdasarkan Sasaran Belajar yang Mengacu pada Pustaka


yang Relevan dengan Kasus
Berdasarkan pada sasaran belajar yang didapatkan, maka hasil dari
tinjauan kasus dari setiap anggota kelompok adalah sebagai berikut:
1. Upaya untuk Meningkatkan Pengetahuan Masyarakat Tentang Program
JKN
Dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan ibu
dan anak, program jaminan kesehatan nasional sangat berperan dalam
mempermudah masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan. Jaminan
Kesehatan Nasional yang mulai diberlakukan tahun 2014 bertujuan untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif kepada seluruh
masyarakat Indonesia. Namun, belum bantyak masyarakat yang sadar akan
pentingnya mengikuti program Jaminan Kesehatan Nasional melalui
kepesertaan BPJS Kesehatan. Selain itu, masyarakat juga masih mengalami
kebingungan dalam alur pelayanaan dalam Jaminan Kesehatan Nasional.
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentnag
program JKN yaitu dengan sosialisasi serta pelatihan kader menganai
pentingnya jkn bagi masyarakat, pengabdian kpd masyarakat dengan
melakukan pembimbingan dan pembinaan dgn memberikan pendidikan
kesehatan mengenai pengertian, prosedur dan bimbingan konsultasi kepada
kader dalam sosialisasi jkn (Susanto dkk, 2018). Selain itu bisa juga dengan
menyediakan ruang konsultasi jika ada masalah JKN KIS, melakukan
penyuluhan program JKN KIS melalui posyandu agar meningkatkan
pengetahuan masyarakat Kemudian jga bisa menggunakan poster di dinding
mengenai wajib dan pentingnya JKN KIS (Erna dkk, 2020). Salah satu program
BPJS Kesehatan yang mendukung Indikator Keluarga Kesehatan Kementerian
Kesehatan adalah promosi kesehatan melalui media misalnya poster, spanduk,
leaflet dan sejenisnya (Kurniawati dan Rachmawati, 2018).

2. Jumlah Sumber Daya Manusia Dalam Ruang Lingkup Kecamatan


Berdasarkan scenario tersebut untuk sumber daya manusianya masih
belum mencukupi di karenakan tidak terdapat tenaga kesehatan masyarakat,
gizi, analis dan sanitasi sedangkan harus ada memiliki analis, kesehatan
masyarakat, gizi dan sanitasi (Sofiyah dkk, 2019). Yang mana berdasarkan data
terbaru jenis tenaga kesehatan minimal ada dokter gigi, dokter umum,
perawat bidan, tenaga promosi dan perilaku, tenaga apoteker, dan ahli
laboratorium medik (Permenkes, 2019).

3. Dampak Persalinan dilakukan oleh Tenaga Non Medis (Dukun)


Akibat pertolongan persalinan tidak adekuat dapat terjadi hal sebagai
berikut (Manuaba dkk, 2017):
a. pesalinan kasep

6
b. kematian janin dalam rahim
c. reptur uteri
d. pendarahan akibat pertolongan salah, robekan jalan lahir, dan retensio
plasenta
e. infeksi berat
f. asfiksia janin dan trauma persalinan, bahkan sampai kematian

4. Cara Membangun Kemitraan Nakes dengan Dukun Kampung


Bentuk kerjasama dimana setiap kali ada pasien yang bersalin dukun
akan memanggil bidan yang mana dukun membantu bidan (Meti, 2019). Dukun
membawa ibu hamil memerikaskan kebidan dan bersalin kebidan, bidan dapat
mengajak dukun bayi dalam acara kebidanan, bidan dapat memberikan pujian
kepada dukun bayi setiap dukun bayi memberikan laporan adanya kehamilan
baru dan kehamilan yang belum masuk daftar registrasi kunjungan ibu hamil
yang baru ditemukan (Nurmawati dkk, 2019). Bertujuan untuk meningkatkan
cakupan layanan kesehatan ibu, dan bayi baru lahir, perawatan prenatal
komprehensif, dan layanan persalinan ke personil yang terlatih dan kompeten
serta mengubah peran dukun menjadi mitra kerja untuk merawat ibu dan bayi
(Hayati, 2018).
Dalam Program Jamkesda tahun 2015 dalam rangka meningkatkan
jumlah persalinan oleh Tenaga Kesehatan terdapat kebijakan tentang
kemitraan dimana bidan menjalin kemitraan dengan dukun bayi, salah satu
bentuk kemitraan itu yaitu dengan melakukan pertolongan persalinan hadir
bersama-sama dalam membantu melakukan persalinan bagi ibu-ibu yang
melahirkan. Kemitraan bidan dan dukun dapat meningkatan persalinan oleh di
tolong oleh tenaga kesehatan sekarang ini. Dukun yeng bersedia menjalin
kemitraan dengan bidan dalam menolong persalinan akan mendapatkan
insentif sebesar Rp. 300.000, ini membuktikan bahwa bidan dan dukun bayi
sudah sebagian besar telah melakukan kemitraan dengan baik (Widia, 2017).
Dengan adanya kemitraan bidan dan dukun ini dapat memberikan
manfaat bagi ibu agar bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan serta agar
dapat mencegah terjadi nya komplikasi secara dini, sehingga diharapkan dapat
menurunkan AKI (Angka Kematian Ibu) dan AKB (Angka Kematian Bayi).
Diketahui bahwa pertolongan persalinan oleh dukun akan menimbulkan
berbagai komplikasi kesehatan yang dapat membahayakan keselamatan ibu
dan bayi. Kemitraan bidan dengan dukun adalah suatu bentuk kerjasama bidan
dengan dukun yang saling menguntungkan dengan prinsip keterbukaaan,
kesetaraan, dan kepercayaan dalam upaya untuk menyelamatkan ibu dan bayi,
dengan menempatkan bidan sebagai penolong persalinan dan
mengalihfungsikan dukun dari penolong persalinan menjadi mitra dalam
merawat ibu dan bayi pada masa nifas, dengan berdasarkan kesepakatan yang
telah dibuat antara bidan dengan dukun, serta melibatkan seluruh
unsur/elemen masyarakat yang ada (Widia, 2017).

7
5. Konsep Program KIA di Puskesmas
Pengertian kesehatan ibu dan anak adalah merupakan suatu upaya di
bidang kesehatan menyangkut pelayanan dan pemeiliharaan pada setiap ibu
hamil, saat bersalin,, ibu yang menyusui, bayi dan anak balita serta anak usia
prasekolah. Program KIA selalu menjadi agenda dalam kebijakan pemerintah
yang dilaksanakan secara berjanjang dan berkesinambungan darri tingkat
pelayanan primer seperti puskesmas bahkan sampai pada level pelayanan
desa yang dikenal sebagai pos kesehatan desa/poskesdes (Noer dkk, 2021).
puskesmas harus ada program KIA. Indikator yang digunakan dalam penilaian
program KIA antara lain kunjungan ibu hamil pertama, cakupan k4, cakupan
buku kia, deteksi dini kehamilan beresiko, persalian an oleh tenaga kesehatan,
pelayanan nifas, pelayanan neonatal, pelayanan kesehatan anak balita dan
pelayanan kesehatan anak balita sakit (Lestari dan Tri, 2020). Program KIA
adalah upaya bidan kesehatan meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas, keluarga berencana, bayi baru lahir, dan anak pra sekolah. Tujuan utama
untuk menurunkan akb dan aki melalui pemantauan cakupan pelayanan KIA di
puskesmas (Hayati dkk, 2018).

6. Konsep JKN dan Kendala dalam Pelaksanaan JKN di Puskesmas


Jaminan Kesehatan Nasional merupakan program jaminan kesehatan
yang ditrapkan di Indonesia sejak tahun 2014, bersifat universal dan
menyeluruh, di selenggarakan oleh Bapan Penyelenggara Jaminan Sosial/BPJS
(Fhirawati dkk, 2020). Dalam pelaksanaan suatu kegiatan sering kali
menghadapi kendala yang dapat menyebabkan pelaksanaan suatu kegiatan
tidak berjalan dengan lancar. Begitu juga dengan pelaksanaan program JKN
terkait penerimaan pasien, pengolahan data medis, pelaporan serta
pendanaan di puskesmas masih ditemukan kendala dalam pelaksanaannya
(Marataka dkk, 2020). Program pemerintah yang bertujuan untuk memberikan
jaminan kesehatan yang menyeluruh agar hidup sehat, produktif, dan
sejahtera. Untuk kendalanya keterbatasan tenaga kesehatan propesi/jabatan
tertentu, jumlah sumber daya manusia tidak merata, kurang lengkap
laboratorium, belum tersedia jaringan internet perangkat komputer
(Puspitasari, 2017). Jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta
dapat memperoleh manfaat kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi
perlindungan dasar yang di berikan kepada setiap orang, di wajibkan,
dilaksanakan oleh bpjs (Niha dkk, 2019). Manfaatnya ada medis seperti
promotif, preventif, kuratif, rehabilitafif dan non medis seperti akomodasi &
ambulan (Permenkes, 2014).

7. Faktor Pemilihan Penolong Persalinan dengan Dukun Kampung


Banyak faktor yang menyebabkan sehingga ibu hamil lebih memilih
dukun beranak dalam melakukan bantuan persalinan, diantaranya adalah
sosial ekonomi dimana biaya persalinan yang mahal memaksa ibu hamil lebih
memilih dukun sebagai empat untuk melakukan bantuan per salinan.Jarak
juga merupakan salah satu faktor menyebabkan sehingga ibu hamil lebih

8
memilih dukun karena jarak dari rumah ketempat pelayanan kesehatan jauh.
Serta pengetahuan dan sikap ibu hamilitu sendiri (Lahal dan Suhartatik, 2017).
Selain itu, faktor yang menyebabkan masyarakat lebih memilih melahirkan
ke dukun beranak yaitu, faktor Ekonomi, Kedekatan Emosional, Tindakan
Tradisonal, Kurangnya perhatian dari Pemerintah dan Pendidikan (Nim, 2017).
Faktor minim informasi dan pendapatan keluarga. Masyarakat kurang
mengetahui jaminan kesehatan karena memikirkan biaya, tingkat ekonomi
rendah tidak mampu memeriksakan kehamilan berdampak pada AKI dan AKB
(Multazam dkk, 2018), tingkat pendidikan, sikap, presepsi ibu, perta
pengetahuan tentang faktor resiko persalinan (Purmahardini, 2019), faktor
pemicu seperti tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan, faktor pemungkin
seperti ketersediaan penolong persalinan dan tranportasi, faktor penguat
seperti peran suami, bidan dan dukun bayi (Nurhayati dan Sugiharto, 2019).

8. Bagaimana Kinerja Puskesmas Berdasarkan Skenario


Berdasarkan skenario kinerja puskesmas masih kurang terutama pd
bidan mencapai target spm masih banyak ibu yg bersalin kedukun dan
rendahnya cakupan persalinan hanya 50%, adanya kegiatan belum mencapai
target, kurangnya kunjungan ibu hamil, persalinan serta pemeriksaan balita ke
puskesmas di pengaruhi oleh faktor pengetahun dan penilaian kinerja
puskesmas, faktor pergantian kepemimpinan komunikasi, lingkungan kerja
yang belum aman dan nyaman (Rubandiyah, 2019).

B. Analisis Kasus pada Skenario Lebih Mendalam


“Puskesmas Mekarsari yang terletak di Kecamatan A memiliki tenaga
kesehatan yang terdiri dari 5 orang bidan, 1 orang dokter umum, 8 orang
perawat D3”. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun
2014 menyebutkan bahwa tenaga kesehatan yang bekerja berdasarkan
standar ketenagaan di Puskesmas minimal memiliki 9 jenis tenaga kesehatan.
Masih ada Puskesmas yang tenaga kesehatannya berdasarkan jenisnya belum
memenuhi standar, sehingga dibutuhkan perencanaan dan pengadaan tenaga
kesehatan yang adekuat dari setiap satuan unit kerja. Beberapa puskesmas
tidak memiliki tenaga kesehatan misalnya Dokter gigi, atau petugas ahli
teknologi laboratorium medik, tetapi berlebih tenaga kesehatan seperti
Dokter umum, perawat dan bidan. Puskesmas Mekarsari yang terdapat pada
scenario ini merupakan salah satu Puskesmas yang tidak memenuhi standar
ketenagakerjaan di Puskesmas (Romadhona, 2018).
“Selain dokter umum Puskesmas, Desa tersebut juga memiliki 2 orang
Dokter layanan primer yang bekerjasama dengan BPJS”. Berdasarkan kalimat
tersebut, dapat dinyatakan bahwa jumlah dokter layanan primer di Desa
tersebut sudah memenuhi standar. Dokter Layanan Primer (DLP)
mengedepankan paradigma pelayanan kesehatan paripurna yang berorientasi
pada kebutuhan pasien secara utuh sehingga mengefektifkan penyelesaian
masalah kesehatan di tingkat individu, keluarga maupun komunitas
(Sumiarsih, 2018).

9
“Berdasarkan laporan tahunan puskesmas tahun 2017, bahwa jumlah
persalinan yang ditolong tenaga kesehatan hanya mencapai 50%”. Hal
tersebut dapat terjadi karena kurangnya peran dan fungsi bidan dalam
persalinan di desa tersebut. Selain itu, banyak ibu hamil yang lebih memilih
untuk melakukan persalinan di dukun kampung yang akan berdampak pada
tingginya AKB dan AKI. Tingginya kasus-kasus kematian pada ibu dan
bayi/balita serta rendahnya pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan
disebabkan oleh berbagai faktor yaitu masalah ekonomi, rendahnya
kunjungan ke tenaga kesehatan selama hamil, keterlambatan merujuk,
terlambat sampai di fasilitas pelayanan kesehatan atau terlambat mendapat
pertolongan yang dapat mengakibatkan kematian. Faktor lain yang juga
sangat berpengaruh yaitu budaya. Di beberapa wilayah terutama pedesaan
dan pedalaman, mayoritas masyarakatnya masih mempercayakan sepenuhnya
pelayanan kesehatan kepada tenaga dukun maupun dukun bayi (Anggraini
dkk, 2020).
“Kondisi ini terjadi karena banyak masyarakat yang lebih memilih untuk
menggunakan jasa pelayanan dukun, padahal dukun kampung yang terlatih
masih kurang dari standar”. Hal tersebut perlu mendapat perhatian
pemerintah secara serius. Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah yaitu
melalui perbaikan dan penyediaan sarana dan infrastruktur kesehatan,
peningkatan kualitas sumber daya manusia tenaga kesehatan khususnya bidan
desa, pemberdayaan masyarakat melalui Pembinaan Kesejahteraan Keluarga
(PKK) dan Kader Posyandu serta membangun kemitraan antara bidan dan
dukun bayi. Kemitraan bidan dengan dukun bayi adalah suatu bentuk
kerjasama bidan dengan dukun bayi yang saling menguntungkan dengan
prinsip keterbukaaan, kesetaraan, dan kepercayaan dalam upaya untuk
menyelamatkan ibu dan bayi, dengan menempatkan bidan sebagai penolong
persalinan dan mengalihfungsikan dukun dari penolong persalinan menjadi
mitra dalam merawat ibu dan bayi pada masa nifas, dengan berdasarkan
kesepakatan yang telah dibuat antara bidan dengan dukun, serta melibatkan
seluruh unsur atau elemen masyarakat yang ada (Anggraini dkk, 2020).
“Selain itu, masyarakat beranggapan pelayanan kesehatan di puskesmas
mahal dan hampir 50% masyarakat tidak mengetahui program Jaminan
kesehatan Nasional (JKN) baik di puskesmas maupun dokter layanan primer”.
Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai JKN dapat dilakukan
sosialisasi, pembinaan, dan juga pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk
memberikan pembinaan, pendampingan, konsultasi mengenai program
Jaminan Kesehatan Nasional. Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian
kepada masyarakat adalah melalui pendidikan kesehatan dengan cara
memberikan pengetahuan tentang Jaminan Kesehatan Nasional yang meliputi
pengertian, tujuan, manfaat, prosedur pendaftaran, dan prosedur pelayanan
kesehatan kepada kader. Pengabdian juga dilakukan melalui bimbingan dan
konsultansi yang dilakukan pada sesi diskusi kader dengan memberikan
pengetahuan dan mendampingi kader dalam sosialisasi program Jaminan
Kesehatan Nasional (Susanto, 2018).

10
C. Solusi dan Rekomendasi
Solusi dan rekomendasi yang dapat kami berikan berdasarkan
permasalahan pada skenario yaitu:
1. Puskesmas meningkatkan frekuensi promosi kesehatan untuk
meningkatkan pengetahuan masyarat khususnya mengenai dampak
bersalin pada non medis dan tentang jaminan kesehatan nasional.
2. Tenaga kesehatan mengembangkan hubungan kerjasama dengan dukun
kampung dalam bentuk pengajaran dan bimbingan dalam pertolongan
persalinan serta pendampingan saat pertolongan persalinan.
3. Masyarakat ikut lebih memperhatkan tentang kesehatan atau ibu
terutama dalam proses persalinannya dan diharapkan masyarakat lebih
menyeleksi dalam memilih penolong persalinannya.
4. pemerintah ikut serta dalam memberikan dukungan seperti pelatihan dan
pemberian alat-alat pertolongan peralinan gratis kepada dukun kampung.
5. Dukun kampung agar mau bekerjasama dengan tenaga kesehatan dan
memperbaharui pengetahuan dengan mengikuti pelatihan-pelatihan
terkait dan meningkatkan kinerja dan berusaha semaksimal mungkin
menghindari perbuatan tercela dan melanggar aturan.
6. Puskesmas lebih sering melakukan kunjungan ibu hamil dan melakukan
penyuluhan bagaimana pentingnya bersalin dengan tenaga kesehatan.
7. Dinas kesehatan lebih berkontribusi terhadap program persalinan dengan
tenaga kesehatan dan lebih proaktif terhadap kejadian persalinan dengan
dukun kampung.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Persalinan adalah adalah proses pengeluaran hasil konsepsi atau yang


biasa kita sebut sebagai janin yang cukup bulan melalui jalan lahir. Saat ini,
proses persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan masih rendah
dikarenakan masih adanya persalinan yang dilakukan oleh tenaga non medis
atau dukun kampung. Dampak yang dapat terjadi jika persalinan dilakukan
oleh tenaga non medis atau dukun kampung yaitu komplikasi ibu saat
persalinan, plasenta tidak keluar, perdarahan, infeksi diakibatkan alat yang
digunakan saat persalinan tidak steril, asfiksia pada bayi, kematian atau
kecacatan pada bayi akibat adanya komplikasi pada ibu, serta kematian ibu.
Faktor yang menyebabkan masyarakat lebih memilih melakukan
persalinan oleh dukun kampung yaitu faktor sosial budaya, ekonomi, sarana
prasarana, serta masyarakat yang tidak mengetahui program JKN sehingga
masyarakat mengira bahwa pelayanan persalinan difasilitas kesehatan masih
sangat mahal. Penyebab masyarakat tidak mengetahui program JKN
dikarenakan kurangnya sosialisasi dan media informasi yang dapat diakses
oleh masyarakat sehingga menyebabkan masyarakat tidak mengetahui
program JKN. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pelayanan
persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan adalah dengan memberikan
edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat menggunakan berbagai media,
melakukan pendekatan persuasif saat ANC agar ibu hamil bersalin di
puskesmas atau dengan tenaga kesehatan, serta melakukan kemitraan antara
dukun kampung dengan bidan desa.

B. Saran

Sebaiknya tenaga kesehatan memberikan edukasi mengenai faktor


resiko jika melakukan persalinan oleh tenaga non medis dan sosialisasi terkait
program JKN untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai
program JKN. Selain itu, pihak Puskesmas juga bisa meletakkan media
informasi berupa poster atau gambar mengenai Program JKN yang di tempel
di dinding Puskesmas, agar masyarakat kurang mampu yang belum
menggunakan kartu JKN mengetahui penting dan wajibmya menggunakan
kartu JKN. Terkait dukun kampung, sebaiknya tenaga kesehatan khususnya
bidan melakukan kemitraan dengan dukun kampung seperti dukun bayi yang
membawa ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan dan bersalin kebidan,
bidan dapat mengajak dukun bayi hadir dalam acara kebidanan, atau bidan
dapat memberikan pujian kepada dukun bayi setiap dukun bayi memberikan
laporan adanya kehamilan baru dan kehamilan-kehamilan lain yang belum
masuk daftar register kunjungan ibu hamil atau ibu bersalin yang baru
ditemukan.

12
13
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini D, Husain MN, Bauto LOM. 2020. Kemitraan bidan desa dan dukun
bayi dalam meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak di Kabupaten
Konawe Selatan. Jurnal Pengabdian Masyarakat ANOA, 1(2): 84-91.
Erna, dkk. 2020. Implementasi program jaminan kesehatan nasional kartu
indonesia sehat (JKN KIS) dalam upaya meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan masyarakat miskin. Jurnal cendekia, 2(2); 96-113.
Fhirawati, dkk. 2020. Konsep dasar keperawatan. Jakarta: Yayasan Kita
Penulis.
Hayati M, Harbiyah, Agustina. 2018. Kemitraan bidan dan dukun dalam
pertolongan persalinan di kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil.
Journal of Healthcare Technology and Medicine, 4(2): 232-248.
Kurniawati, Rachmayanti. 2018. Identifikasi penyebab rendahnya kepesertaan
jkn pada pekerja sektor informal di kawasan pedesaan. Jurnal
Administrasi Kesehatan Indonesia, 6(1): 33-39.
Lahal S, Suhartatik. 2017. Faktor yang mempengaruhi ibu hamil masih memilih
dukun beranak dalam melakukan bantuan persalinan di wilayah kerja
Puskesmas Maritaing Kecamatan Alor Timur Kabupaten Alor-NTT.
Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis, 5(4): 488-493.
Lestari, Tri. 2020. Pencapaian status kesehatan ibu dan bayi sebagai salah satu
perwujudan keberhasilan program kesehatan ibu dan
anak. Kajian,  25(1): 75-89.
Manuaba, dkk. 2007. Buku Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Penerbit buku
kedokteran EGC.
Marataka SK, Rohman H, Arifah IN. 2020. Capaian Indikator Pengelolaan Dan
Pelaporan Data Puskesmas Untuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan. Prosiding e-health.
Meti. 2019. Hubungan bidan dengan kemitraan dukun dengan persalinan oleh
tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tanjung Sari
Kabupaten Lampung Selatan. Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai,  5(1),
59-64.
Multazam, dkk. 2018. Aspek sosial budaya dalam pemilihan pertolongan
persalinan pada suku Bajo Pomalaa Sulawesi Tenggara. In  Prosiding
Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan Dan
Teknologi, 1(1): 322-325.
Niha MR, Grace ECK, Chreisye KFM. 2019. Hubungan karakteristik individu dan
pengetahuan tentang jaminan kesehatan nasional-kartu indonesia
sehat (JKN-KIS) dengan status kepesertaan masyarakat dalam program
JKN-KIS di Kecamatan Singkil Kota Manado. KESMAS,  7(5): 1-9.
Nim MU. 2017. Eksistensi dukun beranak Di Desa Sejahtera Kecamatan
Sukadana Kabupaten Kayong Utara. Sociologique, Jurnal Sosiolog, 5(2).
Noer RM, dkk. 2021. Buku Strategi dalam menghadapi tantangan kesehatan
pasca pandemic covid-19. Cirebon: Penerbit INSANIA.
Nurhayati, Sugiharto. 2019. Perilaku memilih tenaga penolong persalinan pada
ibu melahirkan di Desa Blambangan, Kecamatan Penengahan,
Kabupaten Lampung Selatan, Indonesia. Jurnal Penelitian Kesehatan,
47(3): 165-174
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019
Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
Peraturan Menteri Kesehatan tahun 2014.
Purmahardini, 2019. Hubungan pengetahuan ibu tentang faktor resiko
persalinan dengan pemilihan penolong persalinan di Bpm Zaitun
Ernawati, Sst, Mm Di Pamekasan. NERSMID: Jurnal Keperawatan dan
Kebidanan  2(2): 105-115.
Puspitasari. 2017. Faktor yang mempengaruhi partisipasi kepesertaan jaminan
kesehatan nasional pada pekerja bukan penerima upah di desa Kasiyan
Timur wilayah kerja Puskesmas Kasiyan Kabupaten Jember Tahun 2016.
Romadhona YS, Siregar KN. 2018. Analisis sebaran tenaga kesehatan
puskesmas di indonesia berdasarkan peraturan menteri kesehatan
nomor 75 tahun 2014 tentang puskesmas. Jurnal Kesehatan Manarang
4(2): 114-121.
Rubandiyah. 2019. Faktor kinerja puskesmas di Kota Semarang. HIGEIA Journal
of Public Health Research and Development,  3(1): 87-98.
Sofiyah, dkk. 2019. Asuhan kebidanan terhadap an. f dengan perkembangan
meragukan pada motorik kasar di BPM Ferri Yani Mulya Asri Tulang
Bawang Barat. Diss. Poltekkkes Tanjungkarang, 2019.
Sumiarsih M, Adisasmito W. 2018. Analisis impak kebijakan dokter layanan
primer (DLP) di Indonesia tahun 2018. Jurnal Kebijakan Kesehatan
Indonesia (JKKI), 7(3): 108-120.
Susanto E, Sugiyanto, Irmawati, Lestari S. 2018. Pelatihan kader dalam upaya
meningkatkan pengetahuan tentang Jaminan Kesehatan Nasional.
LINK, 14(1): 26-30.
Widia L. 2017. Hubungan antara kemitraan bidan dan dukun dalam program
jamkesda dengan peningkatan persalinan di tolong oleh tenaga
kesehatan di Puskesmas Batulicin I Kecamatan Karang Bintang
Kabupaten Tanah Bumbu. Jurnal Darul Azhar, 2(1): 27-32.

Anda mungkin juga menyukai