Anda di halaman 1dari 3

5.

Huruf

Huruf dirangkai menjadi perkataan, dari perkataan menjadi pendapatan; Pendapatan


bersama dengan perkataan akan menjadi bilangan. Pendapatan disatukan dengan
bilangan perkataan, dan bilangan perkataan disatukan dengan bilangan pendapatan
menimbulkan kekuatan magis. Dan atas dasar hukum “Peringatan” hal yang demikian
adalah masuk dalam kekufuran.

Hukum bilangan kata adalah hukum bantah-membantah (senketa) yang satu berlawanan
dengan yang alin, hal demikian membawa kepada kepiluan dan kecemasan, hal yang
demikian adalah kemustahilan belaka dan menjadikan ketergantungan dan keguncangan.

Asma’ (nama-nama) dan sifat-sifat dan Af’al (perbuatan-perbuatan) adalah hijab


belaka atas Zat Ilahiat. Karena sesungguhnya Zat Illahiat itu tidak dapat menerima
pembatasan. Zat Illahiat itu berada pada tingkat ketinggian, sedang pelepasan
(Penanggalan  -  Tajried) dan Ama’ dan Sifat adalah urut-urutan yang menurun
(Tanazzilat).

Asma’ dengan zat asmanya berdiri tanpa perbuatan, asma’ dapat berbuat hanya
dikarenakan Zat Allah semata. Dan... sesungguhnya persoalannya berkisar bagaikan
perkakas dan alat-alat. Dan Huruf di dalam Surga adalah merupakan alat-alat dan
perkakas.

Para Malaikat yang membangun Mahligai-mahligai dan memancarkan sumber-sumber mata


air, yang menciptakan makanan-makanan dan menyediakan minuman-minuman, kesemuanya
adalah huruf. Dan huruf itu adalah Maqam (kedudukan) yang diberikan kepada para
Malaikat, dan pra Malaikat tiada kesanggupan untuk melampauinya (melangkah lebih
dari batas yang ditugaskan padanya).

Adapun manusia, maka ia memperoleh kesanggupan untuk lewat melalui dan melangkah
serta melampaui lalu keluar daripadanya agar bisa sampai kepada maqam bersanding
“Kedudukan bertetangga dekat” kepada Zat Illahiat sepenuhnya.

Allah berseru kepada hamba-Nya :

“Huruf itu sifatnya lemah, tidak berkesanggupan untuk memberitakan tentang dirinya,
apalagi memeberitakan tentang-Ku.

Akulah pencipta huruf dan mahruf – apa yang diberitakan oleh huruf.

Aku jadikan dari rangkaian huruf itu menjadi Asma, dan susunannya menjadi bahasa
dan bberapa ibarat agar dengannya manusia yang menjadi penghuni alam ini dapat
berbicara. Jangan dilupakan bahwa kesemuanya ini Aku yang menjadikan dan Aku berada
di atas segala.

Apa yang Aku ciptakan sebagaimana halnya huruf, tidaklah mempunyai kemampuan hukum
apapun atas Ku dan tiada menyentuh sedikit pun atas Zat Ku”.

Telah kukatakan kepada huruf dengan gaya huruf itu sendiri, maka tiadalah lesan
(penyalur huruf) itu dapat menyaksikan Daku dan tiadalah Aku dikenal oleh huruf
itu.

“Barangsiapa yang telah kucintai daripada penyanding-penyanding Ku dan pencinta-


pecintaKu, maka Aku pun berkenan berkata-kata kepadanya, kata-kataku tanpa ibarat
(tanpa bahasa dan tanpa rangkaian huruf); Dan orang itu pun akan diajak bicara oleh
batu-batu dan bata-bata, dan bagi orang itu cukup mengatakan terhadap sesuatu
“Jadilah” maka “Jadi”. Andaikan Ku katakan dengan ibarat, tentu saja ucapan Ku itu
akan dikembalikan oleh ibarat kepada diri ibarat itu tentang apa-apa yang
diibaratkan dan dengan apa-apa yang diibaratkan. Dan pastilah hal yang demikian
menjadikan tirai pendinding karena kembalinya itu dan sekalipun yang mana berarti
tiak dapat berbuat apa-apa”.

Allah berseru kepada seorang bijak (yang sudah mencapai pengenalan sejati) :

“Enyahkan jauh-jauh dari dirimu segala apa yang engkau lihat, lepaskan dirimu dari
daya tarik apapun dan dari pengaruh yang bagaimanapun juga, terutama dari
rangsangan-rangsangan. Keluarlah engkau dari ilmu pengetahuan, amal-amalmu,
pengenalan ma’rifatmu, bahkan dari dirimu dan namamu sekalipun. Keluarlah engkau
dari huruf dan mahruf.

Lemparkan segala ibarat ke belakang punggungmu dan campakan arti makna ke belakang
ibarat, dan lemparkan pendapat ke belakang arti makna dan masuklah engkau seorang
diri (tunggal), niscaya engkau akan melihat Aku sendiri. (Itulah kebenaran
pandangan matahati)Selanjutnya untuk mencapai tingkat yang demikian bagi si salik
(orang yang berjalan menuju kepada Allah) memerlukan melepas-bebaskan dirinya dari
segala sesuatu, baik pengetahuannya, ama perbuatannya, sifatnya bahkan diri dan
namanya dalam ari keluar dari kebanggan diri. Janagan hendaknya sampai terucapkan
dari lesan “Aku si anu yang telah mencapai derajat demikian, aku adalah seorang
arif yang bijak, yang berilmu dan yang telah membuat karangan-karangan”. Bukan
hanya itu saja, tetapi ia harus keluar dari sihirnya, kalimat dan fitnahnya ibarat
(ucapan) ... keluar dari tabiat dan keinginan-keinginan (syahwat)... keluar dari
adat istiadatnya, dan dari kesemuanya itu dikembalikan apapun yang ada pada dirinya
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala (Semata-mata). Ia harus mencuci tangannya
(sebersih-bersihnya) baik dari pangkat dan kejayaannya serta kekuasaannya.

Itulah sebenarnya penelenjangan yang sewajibnya untuk dapat masuk ke Hadirat


Illahy, dan itu adalah suatu perjalanan rohani yang tidak dapat dicapai oelah
setiap orang, malainan oleh orang-orang tertentu.

   

Allah berseru kepada seorang yang Arif :

“Andaikan perjalananmu berhenti hanya sampai kepada huruf, lalu engkau dikuasainya
sebagaimana tawanan, dan terpengaruhlah oleh rahasia-rahasianya,  dan tergoda oleh
teka-tekinya, agar supaya engkau dapat merajalela atas manusia-manusia, niscaya
akan Ku catat engkau dari golongan ahli sihir yang tidak berjaya, dan dari
penyembah-penyembah huruf yang mereka itu adalah (terang-terangan) berlaku syirik
kepada Ku  mereka adalah penyembah-penyembah huruf selain daripada Ku, dan menuntut
nama itu dari selain Ku”.

“(Bila) Aku memberitahukan kepadamu tentang rahasia huruf, maka itu adalah suatu
malapetaka yang gawat segawat-gawatnya.

Engkau dapat mengenal rahasia huruf, sedang engkau berada di dalam kemanusiaanmu,
niscaya gilalah akal budimu.

Engkau dapat mengenal rahasia Asma (Nama-nama), sedangkan engkau berada di dalam
kemanusiaanmu, biscaya gilalah akal budimu.

Hai hamba!! “Tiada ijin bagimu, kemudian tiada ijin bagimu, kemudian tujuhpuluh
kali tiada ijin bagimu untuk membeberkan terhadap apa yang Daku percayakan kepadamu
dari rahasia-rahasia huruf-Ku dan nama-nama Ku. Dan ... bagaimana engkau masuk ke
dalam khazanah Ku, dan bagaimana engkau mengambil dari huruf-huruf itu satu huruf
dengan keperkasaan Ku dan Kekuasaan Ku, dan... bagaimana engkau melihat Ku???”

Anda mungkin juga menyukai