Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri jamu di Indonesia mulai ada sejak tahun 1658 (Amir & Lestari, 2013) . Jamu
terbuat dari campuran sari berbagai tanaman yang mempunyai manfaat untuk menyembuhkan
berbagai penyakit (Siti, Roshayati, & Purnamasari, 2019).Jamu mulai dikomersialisasi seiring
dengan pesatnya perkembangan industri jamu. Perkembangan ini didukung oleh semakin
tingginya minat masyarakat terhadap jamu tradisional, karena harganya lebih murah dan
dipandang lebih aman (Wahyuningsih, 2010) . Berkembangnya industri jamu berpengaruh
terhadap limbah yang dihasilkan (Siti et al., 2019). Dari pengoalahan industri tersebut
menghasilkan berbagai macam limbah, salah satunya adalah limbah padat. Salah satu limbah
padatnya adalah ampas jahe. Pemanfaatan limbah ampas jahe pada industri jamu yang ada di
Indonesia saat ini hanya berupa pembuatan bahan bakar dan pupuk organik saja, padahal dalam
ampas jahe tersebut mengandung senyawa aktif yaitu oleoresin yang tinggi (Amir & Lestari,
2013).
Di dalam ampas jahe terdapat senyawa oleoresin yang bisa diambil dan dimanfaatkan
kembali (Budi, 2009). Senyawa- senyawa oleoresin yang terdapat di dalam jahe diperkirakan
bersifat nonpolar (Hart H, 2003). Di dalam senyawa oleoresin ampas jahe terdapat senyawa lain
yaitu gingerol,zingiberol,shaogaol, dan zingiberene (Wresdiyati, Astawan, & Adnyane, 2003).
Komponen utama oleoresin adalah gingerol yang dimana senyawa ini sangat peka terhadap suhu
(Nurlaili, Darmadji, & Pranoto, 2014). Gingerol dapat berubah menjadi zingerone dan heksanal
melalui reaksi pemecahan retroaldol serta menjadi shaogaol melalui reaksi dehidrasi pada
pemanasan diatas 200ºC (Grosch & H–D, 1999)
Beberapa teknik ekstraksi dapat digunakan untuk mengisolasi senyawa aktif dari bahan
alam, diantaranya ekstraksi maserasi,sokletasi,refluks,sonikasi,destilasi,dan lain-lain. Efektivitas
ekstraksi sangat bergantung pada kondisi-kondisi percobaan yang digunakan seperti waktu
ekstraksi, sampel pelarut, dan jenis pelarut (Oktavia, 2011). Ekstraksi yang menggunakan
pelarut seperti etanol, methanol, aseton, diklorometan, dan heksan dinyatakan sebagai proses
yang efektif. Namun proses tersebut berpotensi meninggalkan residu pelarut yang bersifat
toksik, pelarut tidak dapat direcycle, dan proses handling (penanganan) yang tidak mudah
(C.Moesomo et al., 2013). Ekstraksi fluida superkritis merupakan teknologi yang menarik untuk
industri makanan, kosmetik dan industri farmasi, sebagai alternatif untuk proses konvensional
seperti ekstraksi pelarut dan destilasi uap, untuk mendapatkan oleoresin yang bebas dari residu.
Jenis ekstraksi ini mempunyai kelebihan yaitu lebih efisien karena waktu untuk ekstraksi
pendek, tidak beracun, kemurnian dan kelarutan tinggi serta ramah lingkungan (Sondari &
Pusrpitasari, 2017). Namun, pada proses ini memiliki kelemahan yaitu harga alat yang
digunakan sangat mahal dikarenakan tekanan operasi yang sangat tinggi sehingga diperlukan
peralatan yang tahan terhadap tekanan tinggi (Setiawan, 2000).
Pada saat ini, penelitian terhadap ekstrak senyawa aktif pada jahe sudah banyak
dilakukan seperti ekstrak oleoresin jahe menghasilkan volume sebesar 4,1 ml dengan waktu 5,5
jam, suhu 60ºC (Budi, 2009), ekstraksi untuk mendapatkan gingerol dan shaogaol dengan
menggunakan pelarut etanol mendapatkan hasil sebesar 22,57 mg/g dan 6,68 mg/g (Fathona,
2011) . Lalu ekstrak oleoresin menghasilkan oleoresin sebesar 12,2% dengan suhu 40ºC dengan
waktu 5.5 jam menggunakan pelarut etanol (Amir & Lestari, 2013). Ekstraksi untuk
mendapatkan oleoresin sebesar 1,0364 g/ml dengan suhu 30ºC (Putri, Poku, Yani, & Wiyani,
2016). Selanjutnya, ekstraksi hidrothermal untuk mendapatkan senyawa paradol sebesar 19%
(Kusumo, Yulianto, Hartati, & Alamsyah, 2017).
Zingerone atau vanilly acetone merupakan salah satu senyawa aktif yang ada di dalam
ampas jahe. Senyawa ini diketahui mempunyai aktivitas farmakologis yang kuat (Zhang, Li,
Chen, Peng, & Cai, 2012). Senyawa ini berwarna coklat kemerahan hingga coklat kehijauan
(Reineccius, 2006). Zingerone dapat diambil denggan menggunakan ekstraksi. Ekstraksi dipilih
karena beberapa keuntungan yaitu mengurangi biaya transportasi hingga penyimpanan, lebih
higenis karena tempat penyimpanan terisolasi dengan baik, dan komponen aktif dalam ekstrak
dapat distandarkan (Jayanudin, Rochmadi, Mohammad, & Sang, 2019).
Oleh karenanya perlu pengembangan ekstraksi untuk mengambil senyawa aktif pada
ampas jahe. Salah satunya adalah penerapan ektraksi hidrotermal yang dewasa ini telah di
kembangkan oleh para peneliti. Proses ekstraksi ini menggunakan pelarut green solvet dalam
bentuk air subkritis. Penggunaan air pada kondisi yang subkritis untuk proses esktraksi akan
efektif jika pada suhu yang tinggi. Hal tersebut disebabkan, pada suhu tinggi, viskositas dan
tegangan permukaan air akan menurun sehingga akan mendorong laju perpindahan massa,
sehingga penyerapan ke dalam pastikel matrik dan selektivitas meningkat (Teo, Tan, Yong,
Hew, & Ong, 2010) . Keuntungan yang lain adalah proses pemurnian produk yang menjadi
relative sederhana. (Eckert, Liotta, Brown, & Harlet, 2004). Ekstraksi hidrothermal telah berhasil
digunakan pada proses esktraksi senyawa herbal seperti thymbra spicata (Ozela, Gogusb, &
Lewis, 2003),cumin (Eikani, Golmohammad, Mirza, & Rowshanzamir, 2007), centela asiactica
(Kim et al., 2009), oil fuil dreg (Yu, Zhu, Zhong, Li, & Ma, 2015). Penggunaan air pada kondisi
subkirtis tidak hanyak berfungsi sebagai green solvent saja tetapi juga dapat digunakan pada
proses esktraksi selektif (Kusumo et al., 2017). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
kadar zingerone dari ampas jahe menggunakan ekstraksi hidrotermal dengan menggunakan
pelarut air subkritis yang dapat digunakan untuk memproduksi minuman untuk mencegah
osteoporosis. Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang telah di lakukan oleh
(Kusumo., et al. Ekstraksi Hidrotermal Senyawa Paradol dari Jahe). Sedangkan pada penelitian
ini menggunakan ampas jahe dan senyawa yang diambil adalah zingerone. Diharapkan pada
penelitian ini senyawa zingerone yang dihasilkan dapat lebih optimal.

1.2 Rumusan Masalah


Ekstraksi perkolasi yang dikaji pada penelitian sebelumnya oleh (Amir & Lestari, 2013)
mampu menghasilkan ekstrak ampas jahe dengan kandungan senyawa oleoresin pada konsentrasi
yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena senyawa oleoresin termasuk senyawa yang bersifat
polar sehingga dapat larut dalam pelarut polar. Pada penelitian yang telah dilakukan (Kusumo et
al., 2017) ekstraksi hidrotermal paradol dari jahe dengan menggunakan air subkritis, hasilnya
menunjukkan kadar paradol lebih tinggi daripada menggunakan senyawa polar. Berdasarkan hal
tersebut, pada penelitian ini pelarut air pada kondisi subkritis dipilih dengan berbagai
pertimbangan yaitu, memiliki kelarutan yang lebih tinggi akibat dari perubahan sifat fisis air
seperti: turunnya nilai konstanta dielektrik air seiring dengan meningkatnya suhu (Eikani et al.,
2007) , tidak beracun serta ramah dengan lingkungan (Sondari & Pusrpitasari, 2017) , diharapkan
dapat lebih mengoptimalkan hasil uji.
Kajian optimasi untuk variabel - variabel proses yang berpengaruh untuk ekstraksi
hidrotermal untuk mendapatkan senyawa zingerone diperlukan karena senyawa ini diperoleh saat
degradasi termal gingerol. Oleh karena itu data kondisi operasi yang terbaik dari optimasi proses
ini sangat diperlukan dalam komersialisasi produk dengan tingkat akurasi hasil uji pada
lingkungan.
Mempertimbangkan bahwa oleoresin merupakan senyawa polar yang larut dalam air yang
dimana komponen utamanya adalah gingerol dan saat ekstraksi akan terjadi degradasi termal
pembentukan zingerone melalui reaksi retro-aldol serta mempertimbangkan berbagai kelebihan
teknik ekstraksi hidrotermal dengan menggunakan pelarut air subkritis, maka teknik tersebut
diduga sesuai untuk diterapkan dalam proses ekstraksi guna selanjutnya digunakan sebagai
minuman funsgional pencegah osteoporosis.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Akademik
1. Dapat mengaplikasikan alat esktraksi hidrotermal untuk mengekstraksi senyawa
zingerone dari ampas jahe.
2. Mampu mengaplikasikan alat uji spektrofotometer visible
3. Mengembangkan dan melatih kreatifitas mahasiswa dalam berpikir serta mengemukakan
gagasan secara ilmiah yang praktis sesuai dengan spesialisasinya secara sistematis dan
ilmiah.

1.3.2 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh temperature, waktu dan volume
pelarut terhadap peningkatan kadar konsentrasi zingerone pada ekstrak ampas jahe dengan
menggunakan ekstraktor hidrotermal dengan pelarut air subkritis.

1.4 Manfaat
1. Sebagai salah satu acuan dan referensi pengetahuan mahasiswa untuk mengetahui
pengaruh suhu, volume pelarut, dan waktu terhadap hasil Analisa kadar zingerone pada
ekstrak ampas jahe.
2. Mampu mengetahui kadar zingerone yang optimal dengan menggunakan Response
Surface Methodology (RSM).
3. Mampu menganalisa produk yang dihasilkan.
4. Mampu dan terampil dalam mengoperasikan dan menggunakan alat-alat industry.
5. Memberikan kontribusi positif bagi pengembangan parameter serta riset Program
Diploma IV Teknologi Rekayasa Kimia Industri, Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro

Anda mungkin juga menyukai