Anda di halaman 1dari 13

BERLIANA INDAH OKTARISA

1920009

VOLUMETRI KIMIA ANALITIK

Metoda berdasarkan penentuan volume suatu larutan yang konsentrasinya telah diketahui
dengan teliti yang bereaksi secara kuantitatif dengan larutan dari suatu zat yang diselidiki.
Oleh karena itu dalam analisa volumetri memerlukan :
Pengukuran volume yang tepat
alatnya mempunyai ketelitian yang tinggi
Cara kerja dalam analisa volumetri : TITRASI
Zat pentitrasi : buret
Zat yang dititrasi + indikator : Erlenmeyer
Volumetri : Metoda berdasarkan pengukuran volume larutan standar yang bereaksi
sempurna dengan analit
Buret
Untuk tempat larutan standar, yang dipakai biasanya yang memiliki skala 50 mL, skala 0
terletak diatas dan 50 dibawah, sebelum dipakai ada baiknya buret dibersihkan dengan
larutan K2Cr2O7, kemudian bilas dengan aquades. Lapisi kran bagian bawah dengan vaselin
agar mudah untuk membuka dan menutup pada waktu anda titrasi nanti.
Erlenmeyer
Tempat analit diletakkan, gunakan Erlenmeyer ukuran sedang 250 mL untuk proses titrasi
sebab Erlenmeyer ukuran ini enak dipegang dang kita lebih leluasa untuk megocok
Erlenmeyer.
Labu Ukur
Ingat pada waktu menambahkan pelarut untuk membuat larutan standar maka anda harus
melakukannya di dalam labu ukur, begitu juga untuk mengencerkan larutan. Labu ukur
memiliki ukuran yang bermacam-macam dari 10 mL hingga 1 L.
aA + tT  produk
sejumlah a molekul analit A bereaksi dengan t molekul reagensia T (titran). Penambahan
titran dilakukan sedikit demi sedikit melalui buret. Titik ekuivalen Titik dimana jumlah titran
yang ditambahkan ekuivalen dengan jumlah analit secara stoikhiometri
TITRASI
Cara pengukuran volume larutan standar yang bereaksi dengan analit dengan penambahan
sedikit demi sedikit sampai reaksi sempurna ditandai dengan perobahan warna indikator
Syarat larutan Standar
Stabil
Bereaksi cepat dengan analit
Bereaksi sempurna dengan analit
Bereaksi selektif dengan analit
1. Standar primer
Zat murni digunakan untuk pembanding dalam titrasi Bila dijadikan larutan, konsentrasinya
dapat ditentukan dengan teliti dari massanya yang ditimbang dan volume larutan. Larutan
baku /larutan standar primer ini dapat disimpan beberapa lama tanpa mengalami
perubahan dalam normalitasnya. Zat yang dipakai harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
Zat tersebut harus murni dan memiliki rumus molekul yang pasti.
Zat tersebut harus dikeringkan, tidak menyerap H2O/CO2 dari udara dan mudah ditimbang.
Zat tersebut harus mempunyai BE yang tinggi sehingga kesalahan yang disebabkan dalam
penimbangan sedikit sekali.
Larutan zat tersebut harus stabil. Larutan baku primer ini dapat dipakai untuk menentukan
konsentrasi /normalitas larutan baku sekunder yang kemudian dapat dipakai lagi untuk
menentukan kadar kelarutan yang telah diketahui
2. Standar sekunder
Bila kita melarutkan sejumlah tertentu bahan baku sekunder dalam volume tertentu, maka
konsentrasi tidak dapat ditentukan secara tepat, secara teoritis. Hal ini disebabkan bahan
baku sekunder tidak mantap misalnya:
Menarik CO2 :NaOH,KOH.
Menarik uap air :H2SO4 pekat, NaOH.
Mudah menguap :HCl pekat.
3. Titik ekivalen
Titik (mmol ekivalen ) dimana jumlah titran dan titrat yang secara stoikhiometri sudah
ekivalen (setara). ( NV) pentitrasi = (NV) zat yang dititrasi
4. Titik akhir
Titik ml dimana penitaran harus diakhiri sesuai dengan indikator yang digunakan. Secara
teoritis titik akhir harus sama dengan titik setara, sehingga kesalahan sekecil mungkin.
Selisih antara keduanya disebut kesalahan titrasi.
5. Indikator
Suatu bahan kimia yang ditambahkan dalam suatu penitaran yang memberikan perubahan
warna/kekeruhan pada waktu titik akhir tercapai. 
STANDARISASI
Cara menentukan konsentrasi tepat dari suatu larutan standar dengan cara mentitrasi
dengan larutan standar lainnya yang konsentrasinya tepat Mis : standarisasi NaOH dengan
asam oksalat. Larutan standar sekunder : mengencerkan dengangelas ukur/ gelas piala,
menimbang dengan neraca kasar. Larutan standar primer : Menggunakan neraca analitik/
listerik dan diencerkan harus dalam labu ukur
Untuk menyatakan titik akhir diamati perubahan sifat larutan dekat titik ekivalensi
Perubahan warna larutan /indikator yang ditambahkan
Perubahan potensial elektroda yang dicelupkan dalam larutan (titrasi potensiometri).
Perubahan konduktivitas larutan (titrasi konduktometri).
Perubahan arus listrik dalam larutan
Pembagian volumetri
Titrasi asam basa (asidi-alkalimetri)
Asidimetri → titasi dengan standar asam
Alkalimetri → titrasi dengan standar basa
Titrasi oksidasi reduksi
Permanganometri → titrasi dengan kalium permanganat (KMnO4)
Iodometri → reduksi dengan KI menghasilkan I2 selanjutnya I2 terbentuk dititrasi
dengan natrium tiosulfat
Iodimetri → titrasi dengan larutan I2
Titrasi pengendapan
Argentometri → titrasi menggunakan standar perak nitrat (AgNO3)
Titrasi kompleksometri → titrasi dengan etilen diamina tetra asetat (EDTA)
Penggolongan titrasi
Metoda titrasi berdasarkan dasar jenis reaksi yang digunakan dapat dipakai sebagai berikut :
1. Reaksi metamatik
Suatu reaksi berdasarkan pertukaran ion dengan tidak ada perubahan bilangan oksidasi.
A.Titrasi/Penitaran Asidimetri-Alkalimetri (Asam-Basa).
Reaksi dasar dalam titrasi asam basa adalah netralisasi yaitu reaksi asam dan basa yang
dapat dinyatakan dalam persamaan reaksi seperti berikut;
H+ + OH- → H2O
Titrasi asidimetri
titrasi terhadap larutan basa bebas atau terhadap larutan garam yang berasal dari asam
lemah dengan larutan standar asam.
b.Titrasi Alkalimetri yaitu titrasi terhadap larutan asam bebas atau terhadap larutan garam
yang berasal dari basa lemah dengan larutan standar basa.
B.Titrasi Presipitimetri (Pengendapan)
Dasar penitaran pengendapan adalah reaksi-reaksi yang menghasilkan endapan yang sukar
larut. Termasuk dalam golongan ini antara lain Argentometri
Argentometri adalah penitaran berdasarkan pengendapan ion klorida,iodida,bromida
dengan AgNO3 yang titarnya diketahui konsentrasinya.
NaCl + AgNO3 → AgCl + NaNO3
Menurut cara mohr titik setara argentometri dapat diamati dengan penambahan penunjuk
larutan K2 CrO4 5% yang akan membentuk endapan merah Ag2CrO4 dengan kelebihan
AgNO3.
K2 CrO4 + 2AgNO3 → Ag2 CrO4 + 2KNO3
C. Titrasi Kompleksometri.
Dasar penitaran kompleksometri yaitu terbentuknya senyawaan rangkai (kompleks) yang
mantap dan larut dalam air, bila larutan baku/ standar bereaksi dengan kation-kation yang
diuji kadarnya.
Komplekson yang banyak digunakan yaitu Versene (EDTA) yaitu Na-etilena-diamin
tetraasetat
2. Reaksi redoks
Dalam reaksi ini terjadi perpindahan elektron/perubahan bilangan oksidasi. Ada empat
metoda yang terkenal dalam cara ini yaitu:
a.Titrasi Permanganometri
Sebagai penitar digunakan kalium permanganat. Dalam lingkungan asam dua molekul
permanganat dapat melepaskan lima atom oksigen (bila ada zat yang dapat dioksidasikan
oleh oksigen itu).
2KMnO4 + 3H2SO4 → K2SO4 + 2MnSO4 + 3H2O + 5O2.

Karena larutan KMnO4 mempunyai warna larutan tersendiri maka tidak dipergunakan
penunjuk. Satu tetes larutan KMnO4 0,1N dalam ± 200 ml air akan menghasilkan warna
merah jambu muda yang nyata
b. Titrasi iodimetri
Zat-zat yang bersifat pereduksi dapat langsung dititar dengan iod (cara langsung atau
iodimetri)
H2SO3 + I2 + H2O → H2SO4 + 2HI
c. Titrasi Iodometri
Zat-zat yang bersifat pengoksidasi dalam larutan asam membebaskan Yod dari KI (cara tidak
langsung= titrasi iodometri
2FeCl3 + 2KI FeCl2 + 2KCl + I2
d. Cerimetri
Sebagai pengoksidasi dipakai Ce2(SO4)3
SYARAT –SYARAT REAKSI KIMIA YANG DIBOLEHKAN DALAM ANALISA VOLUMETRI
1.Reaksi harus berlansung cepat
- titrasi selesai dalam beberapa menit
- Kalau perlu diberi bantuan katalisator/ pemanasan
2. Reaksi harus stoikiometri
- tidak ada reaksi samping
- Hasil utama reaksi harus tunggal dan zat lain selain hasil utama reaksi tidak
mengganggu hasil utama reaksi tersebut
- Persamaan reaksi harus jelas
3. Harus ada perobahan yang nyata pada saat reaksi sudah sempurna
4. Harus ada indikator yang dapat menunjukkan perobahan pada saat reaksi sudah
sempurna
Tahap pertama pada analisa volumetri  pembuatan larutan baku (standar primer)
Zat murni ditimbang dengan teliti, kemudian dilarutkan dalam labu ukur sampai volume
tertentu dengan tepat
Normalitasnya diperoleh dengan perhitungan, penimbangan dilakukan dengan neraca
analitik yang mempunyai ketelitian 0,1 mg. Perhitungan dilakukan sampai desimal ke-4,
misal n=0,1304 dan bukan n=0,13 atau n=0,1304256.
Dengan jalan ini dapat diperoleh larutan standar primer dari Kalium Bikromat, Natrium
Oxalat, Boraks, Natrium Karbonat dan lain sebagainya.
Cara Pelaksanaan Titrasi
Mula-mula buret diisi dengan titran (larutan baku) hingga tanda garis nol (awas jangan ada
gelembung udara).
Dengan menggunakan pipet larutan contoh dimasukkan kedalam labu erlenmeyer dan
tambahkan kedalamnya beberapa tetes larutan penunjuk yang cocok (kecuali bila salah satu
larutan yang direaksikan merupakan penunjuk pula)
Kemudian kedalam larutan yang berada dalam erlenmeyer teteskan sedikit larutan penitar
dari buret hingga warna larutan berubah.

Pada permulaan hendaknya larutan penitar dialirkan sebagai aliran kecil kedalam
erlenmeyer yang terus digoyang-goyang.
Bila telah mendekati titik akhir penambahan larutan penitar diatur lebih pelan dan akhirnya
tetes demi tetes.
Selama penitaran cerat buret harus dipegang dengan tangan kiri, sedangkan labu yang berisi
larutan contoh dipegang dengan tangan kanan sambil digoyangkan agar larutan bercampur
dengan baik.
Hasil titrasi dinyatakan betul, bila pada titik akhir warna larutan yang sedang dititar berubah
dengan tajam pada penambahan tetes terakhir larutan penitar. Agar perubahan warna
dapat diamati lebihmudah, simpan dibawah erlenmeyer penitar tegel putih/sehelai kertas
putih.
Disamping itu baik pula disiapkan larutan pembanding (40 – 50) ml air suling dibubuhi
setetes bahan baku dan sekian tetes larutan penunjuk yang sama banyaknya seperti larutan
(untuk larutan dititar).
Kemudian dibandingkan warna larutan pembanding dengan warna larutan yang dititar.
Akhirnya titik akhir titrasi dapat dicek dengan menambahkan setetes larutan yang
disamakan kedalam larutan yang telah dititar, warna larutan harus berubah dengan tajam
penitaran yang dilakukan sedikitnya 2 x (duplo) kalau perlu 3 x (triplo). Hasil dari dua titrasi
hendaknya jangan berbeda lebih dari 0,05 ml.

Titrasi Penetralan
Adalah : titrasi yang berdasarkan atas reaksi asam dan basa atau sebaliknya.
Bila asam/basa elektrolit kuat, larutan pada titik ekivalen akan mempunyai pH = 7.
Tetapi bila asam atau basa merupakan elektrolit lemah, garam yang terjadi akan mengalami
hidrolisis dan pada titik ekivalen larutan akan mempunyai pH< 7 (bereaksi asam) atau pH >7
(berarti basa).
Harga pH yang tepat dapat dihitung dari harga tetapan ionisasi asam/basa lemah tersebut
dan dari kosentrasi larutan yang diperoleh.
Alkalimetri
Alkalimetri adalah cara menentukan konsentrasi asam/ garam dari basa lemah secara titrasi
dengan larutan standar basa
Larutan standar basa : NaOH, KOH
Basa tersebut tidak memenuhi syarat standar primer, maka harus distandarisasi dengan
standar primer
Standar Primer:
1. Kalium hidrogen ftalat, KHC8H4O4 (Mr = 204,224)
2. Kalium hidrogen iodat, KH(IO3)2 (Mr = 390,001)
3. Asam oksalat, H2C2O4.2H2O (Mr = 126,066)
Titik Akhir Suatu Titrasi Asam Basa Dapat Ditentukan Dengan :
1. Perubahan warna indikator yang dipakai
Titik Akhir Suatu Titrasi Asam Basa Dapat Ditentukan Dengan :
HI + H2O  H3O++ In-
InOH  OH + In+
Warna A Warna B
Sifat utama indikator
perubahan warna dari asam kewarna basa berlangsung dalam suatu interval pH yang kecil
(biasanya 2 satuan pH yang dinamakan trayek perubahan warna indikator
Setiap indikator mempunyai trayek perubahan warna tertentu karena itu untuk titrasi asam
basa, dapat dipilih indikator yang sesuai, yang akan mempunyai perubahan warna pada titik
ekivalen ?.
2. Mengikuti perubahan pH (H+) selama titrasi dengan pH meter
Suatu kurva titrasi digambar dengan memplot pH terhadap ml pentitrasi. Selama titrasi , pH
berubah perlahan-lahan pada penambahan pentitrasi. Sekitar titik ekivalen terjadi
perubahan pH yang mendadak. Kecepatan perubahan itu (∆ pH per ml titrasi) adalah paling
besar pada titik ekivalen
Suatu pH meter mengukur pH larutan dari selisih potensial 2 elektroda yang dicelupkan
dalam larutan tersebut. Suatu elektroda gelas bertindak sebagai elektroda indikator, karena
potensialnya sebanding dengan pH larutan. Suatu elektroda kalomel dipakai sebagai
elektroda pembanding, karena potensialnya tidak bergantung pada pH larutan.
Teori indikator asam – basa
Pada reaksi penetralan asam basa kita perlu memakai penunjuk (indikator). Indikator asam
basa adalah suatu asam atau basa organik yang mempunyai perbedaan warna dalam bentuk

ion atau molekulnya. Asam organik adalah suatu asam lemah sehingga dalam air akan
terionisasi sebagian misalnya asam itu H Ind yang terionisasi sesuai dengan persamaan :
H Ind H + + Ind-
Bentuk molekul Bentuk ion
( warna M ) ( Warna I )

Kurva Penitaran Asam-basa


adalah suatu kurva yang dibuat dengan memplot ml penitar sebagai sumbu x dan kepekatan
zat yang dianggap penting atau berperan sebagai sumbu y. Pada kurva penetralan asam
basa zat yang dianggap penting ialah H+ atau dinyatakan dalam pH.
Ada 4 titik atau daerah penitaran yang perlu diperhatikan, yaitu :
Sebelum penitaran dimulai
Selama penitaran, sebelum titik setara
Titik setara
Selama penitaran setelah titik setara
Titrasi Asam Kuat + Basa Kuat
Sebelum Titrasi : pH ditentukan oleh Asam Kuat
Sebelum Titik Ekivalen : pH ditentukan oleh sisa Asam Kuat
Pada Titik Ekivalen : pH ditentukan oleh larutan garam
dari asam Kuat dan Basa Kuat
Sesudah Titik Ekivalen: pH ditentukan oleh kelebihan basa
Untuk menentukan pH ada 2 cara :
Secara teoritis yaitu dengan perhitungan, Secara praktek yaitu dengan pH meter
Dari kurva penitaran kita dapat memilih indikator yang tepat
Titrasi asam kuat - basa kuat
misalkan 50ml HCl 0,1 M dititrasi dengan NaOH 0,1M
HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l) atau
H+(aq) + OH-(aq) H2O(l)
sebelum penambahan NaOH
HCl adalah asam kuat dan terdisosiasi lengkap, jadi [H+] = 0,1
pH = - log [H+] = 1
Setelah penambahan 10 ml NaOH reaksi yang terjadi selama titrasi adalah
H+(aq) + OH-(aq) H2O(l)
(50 ml) x (0,1 mmol/ml) H= bereaksi dengan
(10 ml) x (0,1 mmol/ml) OH-
H+(aq) + OH-(aq)  H2O(l)
5,00 mmol 1,00 mmol
1,00 mmol 1,00 mmol
4,00 mmol 0

dalam kesetimbangan terdapat 4,00 mmol H= dalam 60 ml larutan. Jadi,


[H+] = 4,00 mmol / 60ml = 6,67 x 10-2 mmol/ml
pH = - log [H+] = 2 - log 6,67 = 1,18
hitung pH larutan setelah penambahan 20, 30, 40, 45 dan 49,9 ml NaOH
Setelah penambahan 50 ml NaOH
reaksi berlangsung sempurna, garam yang dihasilkan yaitu NaCl tidak asam dan dan tidak
pula basa dalam larutan air (tidak dihidrolisis), maka larutan itu netral; [H+] = [OH-] = 1,0 x
10-7 pH = 7
Setelah penambahan 60 ml NaOH
H+(aq) + OH-(aq)  H 2O(l)
5,00 mmol 6,00 mmol
5,00 mmol 5,00 mmol
0 1,00 mmol
dalam kesetimbangan terdapat 1,00 mmol OH- dalam 110 ml larutan. Jadi,
[OH-] = 1,00 mmol / 110ml = 9,1 x 10-3 mmol/ml
pOH = - log [OH-] = 3 - log 9,1 = 2,04
pH = 14 - pOH = 11,96
Perhatikan: setelah titik ekuivalen tercapai (besar pH = 7,00), penambahan 0,05 ml titran
akan merubah pH menjadi 9,7 nilai tersebut diperoleh dari
H+(aq) + OH-(aq)H2O(l)
5,00 mmol 5,05 mmol
5,00 mmol 5,00 mmol
0 0,05 mmol
dalam kesetimbangan terdapat 0,05 mmol OH- dalam 100,05 ml larutan. Jadi,
[OH-] = 0,05 mmol / 100,05 ml = 0,0005 mmol/ml
pOH = - log [OH-] = 3,30125
pH = 14 - pOH = 9,7
Pada Titik Ekivalen:
Jumlah mmol NaOH yang ditambahkan (pentitrasi )= jumlah mmol HCl (yang dititrasi )
Sesudah reaksi akan didapatkan hasil reaksi ( NaCl)
Titik Ekivalen = Titik Netralisasi ( Titrasi AK + BK )
Untuk menentukan titik ekivalen suatu titrasi, ke dalam erlenmeyer ditambahkan indikator.
Indikator : zat warna yang warnanya berubah pada titik ekivalen

BILA SUATU INDIKATOR , KITA GUNAKAN UNTUK MENUNJUKKAN TITIK AKHIR PADATITRASI
ASAM BASA, MAKA :
Perobahan warna indikator tersebut pada daerah pH sekitar titik ekivalen agar tidak terjadi
kesalahan titrasi ( selisih titik ekivalen dengan titik akhir.
Syarat :
Trayek indikator harus mencakup pH larutan pada titik ekivalen/ sangat mendekatinya.
Trayek indikator harus memotong bagian yang sangat curam dari kurva
2. Perobahan warna harus terjadi dengan mendadak agar tidak ada keraguan tentang kapan
titrasi harus dihentikan, tetes akhir menyebabkan warna berbeda titik akhir tegas/tajam
Perhatikan baik-baik kurva diatas, pada penambahan NaOH setetes sebelum dan sesudah
titik setara, terjadi perubahan pH yang sangat besar sekali, akibatnya kurva menjadi tegak.
Indikator yang mengalami perubahan warna pada daerah tegak kurva titrasi, dapat dipakai
sebagai indikator pada penitaran asam-basa, karena pada satu tetes sebelum titik setara
indikator menunjukan warna asam sedangkan satu tetes sesudah titik setara menunjukan
warna basa
Kesalahan titrasi (penitaran) pada kedua daerah ini bila 1 tetes = 0,05 ml adalah :
0,05/50,00 x 100 % = 0,10 %
suatu kesalahan yang cukup kecil Pada Gb. III.1 penitaran asam kuat – basa kuat, daerah
tegak pada kurva pH 4,30 – 9,70. sehingga indikator yang dapat dipakai adalah :
Fenol Ptalin (pp) pH = 8,0 – 9,8
Biru Bromotimol pH = 6,0 – 7,6
Merah Metil (mm) pH = 4,4 – 6,3
Titrasi asam lemah - basa kuat
misalkan 50ml suatu asam lemah HA Ka =1,0 x 10-5 0,1 M dititrasi dengan NaOH 0,1M
sebelum penambahan NaOH.HA adalah asam lemah dan terdisosiasi dengan lemah
HA + H2O  H3O+ + A-
Maka dianggap [H3O+] ~ [A-] dan [HA] = 0,1 - [H3O+] ~ 0,1
[H3O+][A-] = Ka
[HA]
[H3O]2 = 10-5
0,1
[H3O+] = 1,0 10-3 x
pH = 3,00
Setelah penambahan 10 ml NaOH reaksi yang terjadi selama titrasi adalah
HA + OH-  H2O + A-
(50 ml) x (0,1 mmol/ml) HA bereaksi dengan (10 ml) x (0,1 mmol/ml) OH-

HA + OH-  H2O + A-
5,00 mmol 1,00mmol
1,00 mmol 1,00mmol
4,00 mmol 0 1,0mmol 1,0mmol
dalam kesetimbangan terdapat 4,00 mmol HA dan 1,0 mmol A- dalam 60 ml larutan.
Setelah penambahan 60 ml NaOH
setelah tercapai titik ekuivalen, masih terdapat 10 ml OH- 0,1M atau 1,0 mmol sementara
OH- yang dihasilkan dari reaksi
A- + H2O HA + OH-
-3
[OH-] = 1,0 mmol = 9,1 x 10
110 ml
pOH = 2,04
pH = 11,96
Perhatikan: setelah titik ekuivalen tercapai (besar pH = 8,85), penambahan 0,10 ml titran
akan merubah pH menjadi 9,7 nilai tersebut diperoleh dari
APLIKASI TITRASI ASAM BASA

Alkalimetri
Alkalimetri adalah cara menentukan konsentrasi asam secara titrasi dengan larutan standar basa
Larutan standar basa : NaOH, KOH
Basa tersebut tidak memenuhi syarat standar primer, maka harus distandarisasi dengan standar
primer
Standar Primer:
1. Kalium hidrogen ftalat, KHC8H4O4 (Mr = 204,224)
2. Kalium hidrogen iodat, KH(IO3)2 (Mr = 390,001)
3. Asam oksalat, H2C2O4.2H2O (Mr = 126,066)
Asidimetri
Penentuan konsentrasi basa dengan cara titrasi dengan standar asam0
Larutan standar asam: HCl, H2SO4, HClO4. Asam-asam tersebut tidak bisa sebagai standar primer
Standar primer:
1. Natrium karbonat, Na2CO3 (Mr = 105,989)
2. Natrium tetraborat, Na2B4O7.10 H2O
(Mr = 381,372)
M = m/MrxV m = M x Mr x V
N = m/BE x V m = N x BE x V
Pembuatan larutan NaOH
Bagaimana membuat 2,00 L larutan NaOH 0,10 M dan 0,10 N dari pelet NaOH.
Pengaruh CO2
1,000 L larutan NaOH 0,0987 M yang baru distandarisasi, terletak tidak tertutup dan menyarap 0,652
g CO2. Berapa konsentrasi NaOH diperoleh kembali bila dititrasi menggunakan indikator
a. fenolftalein
b. brom cresol green
Perkiraan masa standar primer
Untuk standarisasi NaOH 0,1 M dengan asam oksalat, dengan perkiraan volume titrasi 25 mL,
berapa masa asam oksalat harus ditimbang
Standarisasi NaOH
Untuk standarisasi NaOH, 0,1298 g asam oksalat tertimbang, diperlukan 18,96 mL NaOH untuk
mentitrasinya. Berapa konsentrasi NaOH.
Pembuatan larutan HCl
Bagaimana membuat 2,00 L larutan HCl 0,1 N dari asam klorida 31,5 % dengan densiti 1,149 g/mL
Standarisasi HCl
0,4532 g natrium tetraborat (Mr = 391) dilarutkan dengan 50 mL akuades, dititrasi dengan larutan
HCl, terpakai 26,78 mL untuk mencapai titik akhir. Berapa konsentrasi HCl.
Aplikasi
Penentuan asam lemak bebas dari minyak lemak
Penentuan angka penyabunan minyak
Penentuan protein
Penentuan alkalinitas air
Penentuan protein (Metoda Kjeldahl)
Sampel didestruksi dengan H2SO4 pekat menggunakan katalisator Cu atau Se hingga nitrogen dalam
sampel berubah jadi amonium, NH4+, dan bahan organik lain menjadi CO2 dan H2O.

CxHyNzOw + H2SO4 → (NH4)2SO4 + CO2 + H2O + SO2


Kemudian NH3 dari NH4+ dibebaskan dengan penambahan basa yang selanjutnya dikeluarkan
secara destilasi.
(NH4)2SO4 + NaOH → NH3 + Na2SO4 + H2O
Penentuan protein
Kjeldahl makro, NH3 ditampung dengan HCl berlebih, dan kelebihan HCl dititrasi dengan NaOH
NH3 + HCl → NH4Cl
HCl + NaOH → NaCl + H2O
Kjeldahl mikro, NH3 ditampung dengan asam boraks membentuk amonium borak yang selanjutnya
dititrasi dengan standar HCl
NH3 + H3BO3 → NH3B(OH)3
NH3B(OH)3 +HCl → NH4Cl + H3BO3
Perhitungan:
1. Hitung persen Nitrogen dalam sampel
2. Persen potein = persen N x faktor
Faktor → daging = 6,25, susu = 6,38, biji-bijian = 5,70
Kadar asam anggur
Untuk menentukan kadar asam dalam nimuman anggur, 50,00 mL anggur putih dititrasi dengan
NaOH 0,0378 M, terpakai 21,48 mL. Berapa kadar asam anggur tersebut (dalam g asam tatarat,
Mr=150,09, per 100 ml anggur)
Kadar asam asetat
25,00 mL cuka diencerkan jadi 250 mL dalam labu ukur. 25,00 mL larutan encer ini dititrasi dengan
standar NaOH 0,0960 M, titik akhir tercapai pada 17, 44 mL. Berapa konsentrasi asam asetat dalam
cuka (dalam g/100 mL)
Asam benzoat dalam saus tomat
106,3 g saus tomat diekstrak asamnya dan ditirasi dengan NaOH 0,0514 M, terpakai 14,76 mL.
Berapa persen kandungan asam benzoat dalam sari tomat.
Kandungan amonia
25,00 mL cairan pembersih diencerkan jadi 250,0 mL dalam labu ukur. 25,0 mL larutan ini dititrasi
dengan standat HCl 0,1253 M mengunakan indikator brom cresol green, terpakai 40,38 mL. Berapa
kandungan amonia dalam cairan tersebut (dalam g/100 mL)
Soal
Neohetramin, C16H21ON4 (Mr = 285,7) merupakan bahan antihistamin. 0,1247 g sampel
mengandung senyawa tersebut, Ditentukan dengan metoda Kjeldahl menggunakan penampung
asam borat. Asam borat yang sudah bereaksi dengan amonia dititrasi dengan 26,13 mL HCl 0,01477
M. Berapa persen antihistamin dalam sampel.

Anda mungkin juga menyukai