Anda di halaman 1dari 11

1.

Pembuatan Amoniak
1.1. Pembuatan amoniak skala industri
1.1.1. Proses Haber-Bosch
Fritz Haber pada 1908-1913 berhasil mensintesis amoniak langsung dari unsur-
unsurnya, mendapat hadiah Nobel pada tahun 1918
Karl Bosch berhasil menyempurnakannya dan meraih Nobel pula pada 1931
Step 1
Bahan baku N2 diperoleh dari destilasi udara cair (udara mengandung 78 % N2) Gas
H2 diperoleh melalui gas alam (metana) yang dialirkan bersama uap air melalui
katalis nikel pada suhu dan tekanan tinggi:
CH4(g) + H2O(g)  CO(g) + H2(g)
CO(g) + H2O  CO2(g) + H2(g)
Step 2
Pembuatan amoniak adalah suatu reaksi kesetimbangan:
N2(g) + 3 H2(g)  2 NH3(g)
1.1.2. Beberapa aspek penting
Untuk mempercepat tercapainya kesetimbangan digunakan serbuk besi (efek
katalitik)
Asas Le Chatellier: kesetimbangan akan bergeser kekanan apabila suhu diturunkan,
padahal katalis besi hanya aktif pada suhu 400 – 500 oC. Jadi suhu tetap dipaksakan
tinggi untuk membuat katalis bekerja dengan baik
Untuk mencegah reaksi agar jangan bergeser kekiri, maka tekanan diperbesar hingga
beberapa ratus atm
Amoniak yang terbentuk dipisahkan dengan cara pendinginan, cairan amoniak dapat
ditampung dengan mudah dan gas N2 dan H2 sisa dapat dialirkan kembali ke reaktor
sedangkan cairan amoniak
1.2. Pembuatan amoniak skala laboratorium
Mereaksikan NH4Cl dengan air kapur atau larutan NaOH sbb:
2 NH4Cl + Ca(OH)2  CaCl2 + H2O + 2 NH3
NH4Cl + NaOH NaCl + H2O + NH3
2. Pembuatan Asam Nitrat
2.1. Pembuatan asam nitrat skala industri
2.2. Sejarah asam nitrat
Perak hanya bisa larut dalam asam nitrat, jadi dahulu asam nitrat disebut aqua fortis
Bangsa Sumeria dari Mesopotamia menggunakan asam nitrat untuk memisahkan
emas dengan perak
Asam nitrat dahulu diperoleh dari garam-garamnya yang banyak dijumpai dikulit
bumi
Di zaman kini, tak kurang dari 8 juta ton amoniak diproduksi setiap tahun melalui
proses Ostwald (Jerman), yang meraih Nobel pada 1909
2.3. Proses Ostwald
Campuran gas NH3 dan udara berlebihan dialirkan melalui katalis platina pada suhu
750-900 oC sehingga terjadi oksidasi menjadi gas NO
4 NH3(g) + 5 O2  4 NO(g) + 6 H2 (g) ∆H = -970 kJ/mol
Dengan udara berlebihan, maka NO dioksidasi lebih lanjut menjadi gas NO2
2 NO(g) + O2(g)  2 NO2(g) ∆H = -114 kJ/mol
Supaya kesetimbangan bergeser kekanan, maka dilakukan proses pendinginan
Selanjutnya gas NO2 yang terbentuk dilarutkan kedalam air sehingga mengalami
reaksi otoredoks menghasilkan HNO3:
3 NO2(g) + H2O(l)  2 HNO3(aq) + NO(g)
Gas NO akan dioksidasi kembali menjadi NO2 sehingga proses selalu berulang
sampai semua zat habis bereaksi
2.4. Pembuatan asam nitrat skala laboratorium
Di lab, HNO3 dapat dihasilkan dari memanaskan campuran NaNO3 padat dan H2SO4
pekat:
NaNO3(s) + H2SO4(l)  NaHSO4(s) + HNO3(g)
Manfaat Senyawa Anorganik
Amonia
Amonia, NH3, adalah gas beracun dan tak bewarna (mp -77.7 oC dan bp -33.4 oC)
dengan bau mengiritasi yang khas.
Walaupun gas ini digunakan dalam banyak kasus sebagai larutan amonia dalam air,
yakni dengan dilarutkan dalam air, amonia cair juga digunakan sebagai pelarut non-
air
untuk reaksi khusus. Sejak dikembangkannya proses Harber-Bosch untuk sintesis
amonia di tahun 1913, amonia telah menjadi senyawa yang paling penting dalam
industri kimia dan digunakan sebagai bahan baku banyak senyawa yang
mengandung nitrogen.
Amonia juga digunakan sebagai refrigeran (di lemari pendingin).
Asam Nitrat
Asam nitrat komersial adalah larutan dalam air dengan konsentrasi sekitar 70% dan
distilasi vakum larutan 70 % ini dalam kehadiran fosfor pentoksida akan
menghasilkan asam nitrat murni.
Karena asam nitrat adalah oksidator kuat dan pada saat yang sama adalah asam
kuat, asam nitrat dapat melarutkan logam (tembaga, perak, timbal, dsb.) yang tidak
larut dalam asam lain.
Emas dan platina bahkan dapat dilarutkan dalam campuran asam nitrat dan asam
khlorida (air raja).
Ion nitrat, NO3 dan ion nitrit, NO2 membentuk berbagai macam koordinasi bila
menjadi ligan dalam senyawa kompleks logam transisi.
Asam Sulfat
Asam sulfat adalah senyawa dasar yang penting dan dihasilkan dalam jumlah
terbesar (ranking pertama dari segi jumlah) dari semua senyawa anorganik yang
dihasilkan industri.
Asam sulfat murni adalah cairan kental (mp 10.37 oC), dan melarut dalam air dengan
menghasilkan sejumlah besar panas menghasilkan larutan asam kuat.
Natrium Klorida
NaCl, padatan tak bewarna (mp 801 °C dan bp 1413 °C). NaCl memiliki struktur
garam dapur.
Dalam fasa gas, NaCl adalah molekul dua atom.
Walaupun larut dalam gliserol maupun air, NaCl sukar larut dalam etanol.
Kristal tunggal berukuran besar digunakan sebagai prisma untuk spektrometer
inframerah.
Asam Fosfat
Asam fosfat adalah asam utama yang digunakan dalam industri kimia
dihasilkan dengan hidrasi fosfor pentoksida, P4O10.
Asam fosfat komersial memiliki kemurnian 75-85 %.
Asam murninya adalah senyawa kristalin (mp. 42.35 °C).
Satu atom oksigen terminal dan tiga gugus OH diikat pada atom fosfor di pusat
tetrahedral.
Ketiga gugus OH dapat melepaskan proton, membuat asam ini adalah asam berbasa
tiga (pK1 = 2.15). Bila dua asam fosfat berkondensasi dan melepaskan satu molekul
air, dihasilkan asam pirofosfat, H4P2O7.
Kalsium Klorida
Kalsium khlorida, CaCl2. Kristal tak bewarna (mp 772 oC dan bp di atas 1600 oC).
CaCl2 berstruktur rutil terdistorsi dan kalsium dikelilingi oleh enam khlorin dalam
koordinasi oktahedral.
CaCl2 larut dalam air, etanol, dan aseton. CaCl2 menyerap air dan digunakan sebagai
desikan.
Dikenal hidratnya dengan 1, 2, 4, atau 6 molekul air terkoordinasi.
Fosfor Pentoksida
Fosfor pentoksida, P4O10, adalah padatan kristalin putih dan dapat tersublimasi,
terbentuk bila fosfor dioksidasi dengan sempurna.
Empat atom fosfor menempati tetrahedra dan dijembatani oleh atom-atom oksigen
Karena atom oksigen diikat ke setiap atom fosfor, polihedra koordinasi oksigen juga
tetrahedral.
Bila P4O10 molekular dipanaskan, terbentuk isomer yang berstruktur gelas. Bentuk
gelas ini merupakan polimer yang terdiri atas tetrahedra fosfor oksida dengan
komposisi yang sama dan dihubungkan satu sama lain dalam lembaran-lembaran.
Karena senyawa ini sangat reaktif pada air, senyawa ini digunakan sebagai bahan
pengering.
Tidak hanya sebagai desikan, tetapi merupakan bahan dehidrasi yang kuat, dan
N2O5 atau SO3 dapat dibentuk dengan mendehidrasikan HNO3 dan H2SO4 dengan
fosfor pentoksida.
Fosfor pentoksida membentuk asam fosfat, H3PO4, bila direaksikan dengan
sejumlah air yang cukup, tetapi bila air yang digunakan tidak cukup, berbagai bentuk
asam fosfat terkondensasi akan dihasilkan bergantung kuantitas air yang digunakan.

Kimia Koordinasi / Kimia Komplek


Pengertian Dasar
Kimia Koordinasi atau kimia komplek adalah bagian dari ilmu kimia yang mempelajari
senyawa – senyawa koordinasi atau senyawa komplek.
Senyawa Koordinasi ini molekul-molekulnya tersusun dari gabungan dua atau
lebih molekul yang sudah jenuh misalnya :
BF3 + NH3  BF3.NH3
4KCN + Fe(CN)2 Fe(CN)2. 4KCN
CoCl3 + 6NH3  COCl3. 6NH3
Senyawa-senyawa Komplek yang mempunyai arti penting dalam berbagai lapangan
seperti :
A. Hasil-hasil Alam
Vitamin B12 merupakan senyawa kompleks antara kobal dengan porfirin,
hemoglobin dalam darah yang berfungsi mengangkut oksigen dan juga berisi
kompleks yaitu antara besi dengan porfirin. Klorofil yang mempunyai fungsi penting
pada fotosintesis dalam tumbuhan adalah kompleks antara magnesium dengan
porfirin
B. Industri kimia An organik
Pemisahan logam-logam platina, emas, dan perak, dari bijinya berdasarkan
pembentukan senyawa – senyawa kompleks logam-logam Yang bersangkutan
dengan kaliumsianida.Pemisahan logam-logam seri lantan serta ekstraksi logam-
logam aluminium dan nikel juga berdasarkan pembentukan senyawa- senyawa
kompleks. Elektrolisis serta elektroplating banyak yang menggunakan senyawa
senyawakompleks.
C. Analisis
Baik pada analisis kualitatif ataupun kuantitatif, banyak dijumpai pemakaian
senyawa-senyawa kompleks. Penetapan ion perak dalam larutan, berdasarkan
pembentukan perak klorida dengan amonia :
Ag+ + Cl-  AgCl putih
AgCl + NH3  Ag(NH3) 2 + + Cl- larutan jernih
Ag(NH3 ) + 2 H+  AgCl putih + 2NH4+
2+

Dalam analisis kuantitatif gravimetri, kita telah mengenal penggunaan dimetilglioksin


untuk penetapan nikel dan 8-hidroksiquinoline untuk aluminium serta dalam analisis
volumetri penggunaan EDTA untuk penetapan kalsium, magnesium dan logam-
logam lain.
d.Katalisator
Katalisator yang dipakai dalam proses teknik kimia, banyak digunakan senyawa-
senyawa komplek. Dr.K.Ziegler dari Jerman dan Prof.G.Natta dari Italia pada tahun
1963 mendapatkan nobel karena penemuan katalisator yang berupa komplek logam
aluminium dan titan.Katalisator Ziegler-Natta dipakai untuk polimerisasi etena
menjadi poli etena pada tekanan rendah
E. Bahan sehari hari
Pembentukan kompleks logam – logam, kadang – kadang diikuti dengan perubahan
warna yang tajam. Contohnya yang paling mudah adalah penggunaan COCl2 sebagai
tinta rahasia. Bila larutan COCl2 Jika dituliskan pada kertas, tulisannya tidak tampak
tetapi bila panaskan maka tampak berwarna biru. Hal ini disebabkan karena pada
pemanasan terbentuk komplek CO(COCl4) yang baru. Reaksi pembentukan
kompleks ini revesible. Hingga setelsh dingin tulisan hilang lagi
2CO(OH2)6 → CO(COCl4) + 12H2O
PINK BIRU ( BILA ENCER TIDAK BERWARNA)
Contoh yang lain adalah silika gel, suatu zat higrokopis yang banyak dipakai untuk
menghilangkan udara lembab pada alat-alat optik dan elektronik, seperti kamera,
radio, tape recorder dsb, biasanya juga diberi zat diatas untuk petunjuk.warna biru
menyatakn silika gel masih dapat menyerap air dan warna pink berati silika gel sudah
banyak menyerap air.Untuk dapat dipakai sebagai zat higrokopis, zat ini harus
dipanaskan agar airnya keluar.
SejarahKimiaKoordinasi
Kimia tentang senyawa-senyawa kompleks, relatif belum lama. Senyawa kompleks
yang mula-mula didapatkan adalah biru prusia : KCN.Fe(CN)2. Fe (CN)3. Senyawa ini
didapatkan oleh pembuat zat warna Diesbach di Berlin pada awal abad 18.
Teori Rantai Blomstrand-Jorgensen
Dalam tahun 1850-1870 timbul persoalan tentang struktur dari senyawa-senyawa
kompleks. Pada saat itulah ahli-ahli kimia organik mendapatkan atom karbon selalu
mempunyai valensi empat dan senyawa-senyawa organik mempunyai struktur
rantai.
Contohnya :
CH3 (CH2) 3 Cl
Strukturnya : CH3 - CH – CH2 – CH2 - Cl
Atas dasar ini Blomstrand (Swedia 1869) mengajukan teori rantai untuk struktur
kompleks logam.Karena tiap-tiap unsur mempunyai valensi yang tetap, maka
Blomstrand dan Jorgensen mengatakan bahwa dalam komplek kobalt III hanya ada
tiga ikatan. Dengan ini maka dapat digambarkan struktur dari kompleks-kompleks :
CoCl3.6NH3 ; CoCl3.5NH3 ; CoCl3.4NH3 ; CoCl3.3NH3
NH3 - Cl
I. Co-NH3-NH3-NH3-NH3 –Cl
NH3 - Cl

Cl
II. Co-NH3-NH3-NH3-NH3 –Cl
NH3 - Cl
Cl
III.Co-NH3-NH3-NH3-NH3 –Cl
Cl

Cl
IV.Co-NH3-NH3-NH3–Cl
NH3 - Cl
Atom-atom Cl yang terikat langsung pada atom kobalt sukar dilepaskan sedangkan
yang tidak terikat langsung mudah dilepaskan , hingga mudah dapat diendapkan
dengan perak nitrat.Hasil-hasil untuk struktur I,II,III cocok untuk teori, hanya
Jorgensen tidak berhasil membuat senyawa IV. Namum demikian dia dapat
membuat senyawa IrCl3 .3 NH3 yang tidak menghantarkan aliran listrik dan tidak
memberikanendapan dengan larutan perak nitrat.
Teori Koordinasi Werner
Profesor Kimia yang bernams Alfred Werner di Zurich pada tahun 1913 mendapat
hadiah nobel karena telah bekerja selama 30 tahun (1891-1920) untuk menyelidiki
senyawa-senyawa komplek . Pada tahun 1892-1893 ia memberikan teori senyawa-
senyawa komplek, yang sekarang terkenal sebagai teori koordinasi. Tiga postulat
terpenting dari teorinya adalah :
a. Kebanyakan unsur mempunyai dua jenis valensi, yaitu :
Valensi primer (------), yang sekarang disebutelektrovalensi atau bilangan
oksidasi.
Valensi skunder ( ) yang sekarang disebut kovalensi atau bilangan
koordinasi.
b.Tiap-tiap unsur berkehendak untuk menjenuhkan baik valensi primernya atau
valensi skundernya.
c. Valensi skunder diarahkan pada kedudukan tertentu didalam ruang
Teori dalam Senyawa Komplek
VBT ( Valence Bond Energy) adalah Teori Ikatan Valensi.
CFT ( Crystal Field Theory) adalah Teori Medan Kristal.
MOT ( Molekular Orbital Molekul ) adalah Teori Orbital Molekul.
Teori Ikatan Valensi
Teori dikemukakan oleh Pauling yaitu Pembentukan suatu suatu senyawa komplek
merupakan suatu reaksi antara basa lewis (ligan ) dan asam lewis (ion logam) dengan
pembentukan suatu ikatan kovalen koordinat antara ligan dan logam.
Terbentuknya Kovalen Koordinat
Atom logam pusat harus menyediakan orbital yang sama banyaknya dengan
bilangan koordinasinya untuk membentuk ikatan kovalen dengan orbital ligan yang
sesuai.
Ikatan kovalen sigma yang terbentuk merupakan hasil dari tumpang tindih/overlap
dari orbital kosong atom logam dan sebuah orbital sigma penuh (gugus
donor/ligan).Paling sedikit ligan tersebut harus punya sepasang elektron penyendiri.
Orbital logam menjadi orbital hidrid yang terbentuk dari orbital s,p,d,f yang tersedia.
Prinsip Elektroneutrality dari Pauling
Menurut Pauling elektron dalam molekul akan tersebar sedemikian rupa sehingga
setiap atom penyusun molekul bermuatan nol (mendekati nol) kecuali pada atom-
atom yang sangat tinggi elektronegatifnya dan pada atom hidrogen akan bermuatan
sedikit positif dan atom-atom sedikit elektronegatif akan bermuatan sedikit negatif
Berdasarkan prinsip ini dapat diamalkan mengapa ion logam dengan bilangan
oksidasi tertentu dapat membentuk kompleks stabil dengan ligan yang satu tidak
stabil bila dibandingkandenganliganlain
1. Telah diketahui logam transisi deret pertama mudah membentuk ion M+2.
2. Bila keelektronegatifan antara M+2 dengan nitrogen jauh lebih kecil dibandingkan
dengan beda keelektronegatifan M+2 tadi dengan dengan atom oksigen.
Ini berarti ikatan M dengan N menjadi lebih kovalen dari pada ikatan M dengan O.
Maka elektron bebas pada nitrogen akan relatif lebih banyak dipinjamkan dari pada
elektron bebas oleh atom oksigen.Jadi ion pusat M bermuatan relatif lebih negatif
pada M padaN dari pada M pada O.Berdasarkan prinsip elektroneutrality maka
logam M yang sekarang kelebihan muatan negatif harus menyerahkan kembali
muatan itu ke atom nitrogen akan menetralkan muatan negatif tersebut.Bila cara
kedua harus ditempuh maka ion pusat M harus mempunyai bilangan oksidasi yang
lebih besar dari semula.
Co (NH3)6 +2 diudaraO2 teroksidasi Co(NH3)6
+3

1.Komplek antara ion logam (yang punya bilangan oksidasi besar) dengan ligan yang
punya keelektronegatifan yang besar merupakan komplek yang stabil.
2.Bila ion logam punya bilangan oksidasi ›3 (punya harga keelektronegatifan yang
besar)maka ion logam itu dapat menarik elektron dari ligan sehingga ion logam
tereduksi (prinsip elektroneirality). Jadi ion logam dengan bilangan oksidasi besar
merupkan pengoksidasi kuat dan hanya daoat membentuk komplek stabil dengan
ligan-ligan yanga sangat elektronegatif seperti ligan yang mengandung unsur
oksigen, flor

3. Tapi ada kalanya ion pusat dengan bilangan oksidasi besar dapat membentuk
komplek stabil dengan ligan yang punya keelektronegatifan rendah, seperti ligan CO
(karbonil), CN- , ini disebabkan karena terbentuk Phi komplek.
Kelemahan Teori Pauling
Terjadinya penimbunan muatan negatif yang luar biasa tinggi disekitar atom pusat,
jika seandainya masing-masing ligan menyumbangkan sepasang elektron bebasnya
maka untuk mengatasinya adalah dengan phi komplek.
Jenis Ikatan phi komplek Logam antara M-L yang stabil :
M (d phi)  L (p phi)
Pemberian elektron d phi atom logam pada orbital kosong p phi ligan.
contoh : CN- , CO, NO2-.
M (d phi)  L ( d phi)
Pemberian elektron d phi atom logam pada orbital kosong d phi ligan.
contoh : PR3 , SR2.
L (p phi)  M (p phi) NH2- , N3-
contoh : O-2 , F-
L (p phi)  M (d phi)
contoh : NH2- , N3- NH2- , N3-
Struktur Senyawa Kompleks
Stereokimia adalah bagian ilmu yang mempelajari struktur senyawa kimia. Untuk
stereokimia an organik melibatkan atom pusat yang mempunyai bilangan koordinasi
2-9 dan oleh karena itu perlu memperhatikan bentuk–bentuk orbital atom s,p,d dan
f. Bentuk struktur senyawa koordinasi sesuai dengan bilangan koordinasi logam
pusat.
Struktur senyawa komplek kimia anorganik:
1.Komplek dengan bilangan koordinasi
2.Relatif sangat jarang terutama ditemui dalam ion-ion(+1)
Contoh: Diamintembaga(I), Diaminargentat(I)
Geometri : Linear
Komplek dengan bilangan koordinasi Relatif sangat jarang. Contoh: tri iodo merkurat
(II),Geometri:segitigaeqilateral(sp2)
Komplek dengan bilangan koordinasi4. Geometri utama : tetrahedral dan
bujursangkar Komplek
Komplek Tetrahedral Dari dari kation transisi dan non transisi Contoh:[Li(H2O)4]+
[AlCl4][BF][FeCl4]-[CoBr4]2-[Cd(CN)4]2-
komplek bujur sangkar : dibentuk oleh ion logam dengan spesies sistem d8 contoh :
[PtCl4]2-[PdCl4]2-[AuCl4]-
Untuk komplek ini dengan formula[MA2B2].Komplek dengan formula ini akan
menunjukkan sifat cis dan trans adalah (M2B2)
Contoh :
Cis diamin dikloro platinum (II)
Trans diamin dikloro platinum (II)
Komplek dengan bilangan koordinasi 5
Trigonal bipiramidal, contoh: Anion penta kloro kuprat (II) (CuCl5)-3
Piramidal bujur sangkar, contoh: (Ni(CN)5)3-
Dari kedua struktur diatas meskipun kedua struktur tampak sangat berbeda yakni
antara trigonal bipiramidal dan piramidal bujursangkar tetapi biasanya energi tidak
terlalu jauh berbeda, yang satu struktur dapat berubah menjadi struktur lain dengan
sedikit perubahan sudut.
Banyak komplek dengan bilangan koordinasi 5 ini tidak punya struktur yang tepat
tapi merupakan struktur peralihan antara keduanya secra stereokimia tidak kaku
berarti ligan tidak tinggal diam pada tempatnya, tapi ligan saling bertukarbtemp[at
secara tepat.
Kompleks dengan bilangan koordinasi6.
Hampir semua kation membentuk kompleks dengan bilangan koordinasi
6 yang struktur berbentuk oktahedral dan distorsi tetragonal.
Kompleks dengan bilangan koordinasi 7,8,9. Senyawa kompleks dengan bilangan
koordinasi jarang dan sangat sedikit
Untuk kompleks dengan bilangan koordinasi 7 ada 3 bentuk geometri :
Pentagonal bipirimid,Tatanan yang diturunkan dari oktahedron dengan melebarkan
sebuah permukaan untuk memberikan ruang bagi ligan yang ke 7.
Tatanan yang diturunkan dari prismatrigonal (ligan ke 7 dipermukaan empat persegi
panjang)
Untuk komplek dengan bilangan koordinasi 8 :
Kubus
Distori kubus membentuk segitiga dodekahedron
Distorsi squere anti prisma
Untuk komplek dengan bilangan koordunasi 9 :
Terdapat dalam senyawa lantanida
Kompleks hibrid
Teori Medan Kristal (CFT)
Sebab-sebab Timbulnya Teori Medan Kristal karena Teori Valensi mempunyai
beberapa kelemahan :
Terdapatnya warna-warna dalam senyawa kompleks tidak dapat diterangkan
dengan teori ini.
Ion-ion Ni2+, Pd2+, Pt2+ dan Au3+ yang biasanya membentuk kompleks planar segi
empat dapat membentuk kompleks tetrahedral atau kompleks dengan bilangan
koordinasi 5.
Adanya beberapa kompleks yang memilih bentuk outer orbital complexes.
Teori ikatan valensi tidak dapat menjelaskan terjadinya spektra elektronik.
Keterangan tentang terjadinya kompleks planar segi empat dari Cu ( N3)4 2+ .
Perbedaan antara kompleks ionik dan komlpleks kovalen.
Menurut Teori Medan Kristal :
Interaksi Antara atom logam pusat dengan ligan-ligan disekitarnya bersifat murni
elektrostatik (100 %). Dalam teori ini senyawa komplek dianggap sebagai satu
molekul tunggal yang terisolasi dimana elektron-elektron atom logam pusat
(khususnya yang beredar dalam orbital d) dipengaruhi oleh medan elektrostatik yang
dibangkitkan/ditimbulkan oleh ligan-ligan sekitarnya.
Efek yang ditimbulkan oleh potensial penggangu dari medan kristal tersebut
terhadap efek kuantitatif yang ditimbulkan oleh potensial penggangu dari potensial
tersebut terhadap d atom logam. Dalam gambar tersebut atom logam pusat M yang
dikelilingi oleh muatan titik dalam tatanan oktahedral yang mewakili 6 ligan identik.
Atom logam pusat M dikelilingi oleh 6 muatan/ dwi kutub titik yang mewakili 6 ligan
identik dimana 6 muatan titik tersebut akan menempatkan dirinya akibat interaksi
elektrostatik pada sudut-sudut oktahedral sepanjang sumbu-sumbu koordinat
kartesian. Kedua orbital d (yang cupingnya/lobe terletak disepanjang sumbu
koordinat yakni dz2 dan dx 2-dy2) ) mengarah langsung pada muatan ligan.Hal ini
mengakibatkan kedua orbital ini memiliki tingkat energi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan ketiga orbital d yang cupingnya/lobenya terletak diantara
sumbu koordinat yakni dxy,dxz,dzy.
Untuk memahami dengan baik teori medan kristal ini sangat perlu memahami
bentuk dan orientasi ruang orbital-orbital atom d, interaksi antara inti kation logam
dengan elektron-elektron ligan akan menimbulkan tarikan elektrostatik sedangkan
interaksi antara elektron dari kation logam dengan elektron ligan akan menimbulkan
penolakan.
Energi Kestabilan Medan Kristal ( Crystal Field Stabilization Energy /CFSE)
Energi kestabilan medan kristal ini mempengaruhi distribusi elektron dalam
senyawa komplek dimana ada 2 hal yang mempengaruhi untuk tiap sistem keadaan
medan lemah dan medan kuat tergantung pada besarnya energi pembelahan medan
kristal yaitu E = 10 Dq dan tergantung pada energi rata-rata pasangan
elektron/Pairing Energi (P).
Jika Nilai 10 > Dq akan terbentuk kompleks medan kuat ( komplek low spin).
Nilai 10 < Dq akan terbentuk kompleks medan kuat ( komplek high spin).
Kesimpulan :
Untuk konfigurasi elektronik d1,d2,d3,d8,d9,d10 untuk medan lemah dan
medan kuat nilai CFSEnya sedangkan untuk sistim d4,d5,d6,d7 ini mempunyai 2
kemungkinan :
Jika nilai 10 > Dq akan terbentuk kompleks medan kuat ( komplek low spin).
JIKA nilai 10 < Dq akan terbentuk kompleks medan kuat ( komplek high spin).

Jika kita lihat untuk konfigurasi elektronik d 4 (t2g4 ) konfigurasi terjadi karena nilai 10
Dqnya > energi yang dibutuhkan memasang elektron maka kompleks ini disebut
komplek low spin. Jika nilai kestabilan sebesar 16 Dq artinya spliting dari orbital d
total energi di sistim direndahkan sebesar 16 Dq.
Nilai Δ E (energi spliting) tersebut besarnya tergantung pada medan ligan.
Secara eksperimen nilai ΔE (energi Spliting) bisa ditentukan defenisi dari E
(energi spliting).
Definisi dari ΔE /energi spliting :
“Besarnya energi yang dibutuhkan untuk memindahkan elektron dari tingkat
energi yang rendah ke tingkat energi yang tinggi.
Jadi harga ΔE dapat diukur dengan mengukur panjang gelombang dari energi
radiasi yang diserap senyawa tersebut untuk mengeksitasikan elektron dari t2g ke
eg.
Ion logam pusat
Menyangkut tingkat oksidasi atom logam pusat.
contoh :
Co (NH3)6 mempunyai nilai 10 Dq/ Δ E 2 kali dari senyawa Co (NH3)6 2+.
3+

Hal ini disebabkan muatan (+) yang lebih besar akan mengakibatkan tarikan
yang kuat muatan (-) sehingga 10 Dqnya besar (tarikan elektrostatik).
Sifat dari gugus/ligan :
I- < Br- < S-2 < SCN- < Cl-< NO3- < F- <OH- < Ox2- <H2O<
NCS<CH3CN< NH3< en < dipy < phen < NO2- <Pospat <CN-<CO
2. Jenis orbital d untuk atom logam pusat.
5d > 4d > 3d pengaruh ketika berinteraksi dengan ligan maka nilai Dqnya 5d
> 4d > 3d.
contoh :
3+
Co (NH3)6 dibandingkan dengan Rh (NH3)6 3+
3+
dan Ir (NH3)6 maka pembelahan medan kristal yang paling besar adalah
Teori Orbital Molekul
Menurut teori molekul ikatan kovalen akibat terjadinya orbital molekul dalam
kompleks yaitu orbital yang terjadi dari kombinasi orbital atom pusat dan orbital
atom ligan.Seperti pada pembentukan orbital molekul untuk molekul-molekul
sederhana yang terbentuk orbital bonding dan anti bonding untuk tiap gabungan
dua orbital atom.Orbital atom ini lebih sulit karena orbital atom yang bergabung
banyak dan tidak terarah dan merupakan milik komplek secara keseluruhan bukan
milik ikatan tertentu.
Pembentukan ikatan sigma
Perbedaan energi antara orbital atom dan orbital molekul yaitu tergantung pada
overlap orbital atom, makin besar overlap makin besar /kuat ikatan.
Orbital ligan biasanya berenergi lebih rendah daripada orbital ion pusat karena
bersifat sebagian ionik dan orbital molekul lebih mirip orbital ligan dan muatan
elektron ion logam dipindahkan ke ligan.
Karena adanya splitting yang disebabkan karena adanya ikatan kovalen.

Pembentukan orbital π
Orbital ion logam Px,, Py, Pz dan t2g dapat membentuk orbital molekul π dengan
orbital ligan yang tidak searah dengan orbital logam. Orbital ligan ini berupa orbital p
yang biasanya disebut orbital π.
Overlapping orbital ini terjadi secara sisi membentuk orbital molekul π jadi ikatan π
ada antara ion pusat dan ligan.
Orbital-orbital ligan dapat bergabung dengan orbital ion pusat yaitu orbital p yang
simetri yang sama.
Jenis-jenis π akseptor (π acid), syaratnya :
Mempunyai orbital d yang kosong
Mempunyai orbital p yang kosong
Mempunyai orbital π antibonding yang kosong
Perhatikan komplek heksaflourokobalt(III), dalam kompleks ini selain mengandung
ikatan sigma juga mengandung ikatan π .
Jawaban :
Menurut sigma kompleks elektron ligan sebanyak 12 elektron. Elektron ion pusat
sebanyak 6 elektron. Elektron p dari ligan dalam bentuk simetri t2g juga dapat
menyumbangkan elektron kepada ion pusat (3 buah orbital) dengan simetri t2g
ligan (3buahorbital).
Disini elektron ligan sebanyak 6 buah elektron selama interaksi antara orbital dan
simetrit2g, orbital-orbital yang lain menjadi nonbonding. Jadi jumlah elektron yang
ikut ambil bagian pada ikatan sigma dan ikatan π adalah sebanyak 18 elektron + 6
elektron = 24 elekton
Dalam senyawa komplek heksasiano besi (II), selain terbentuk nya ikatan sigma
terbentuk juga ikatan π yang terjadi dari orbital d ion besi (III) yang berisi elektron
dari orbital π anti bonding dari ion CN - yang kosong. Pada pembentukan ikatan
sigma ligan berkelakuan sebagai basa lewis yang memberikan pasangan elektronnya
pada orbital eg dari ion besi (II) yang kosong.
Ketiga teori yaitu teori ikatan valensi, teori medan kristal dan teori orbital molekul
masing–masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Ketiga teori ini satu sama
lain saling melengkapi. Namun demikian teori orbital molekul yang merupakan teori
yang paling lengkap, tetapi juga paling sukar.

Anda mungkin juga menyukai