Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN DAN

ASUHAN KEPERAWATAN DERMATITIS

Dosen Pembimbing :
Lutfi Wahyuni.,S.kep.Ns.,M.Kes

Nama kelompok :
1. Sindy Aprilia (201701175)
2. Stefy Melati S. (201701184)
3. Novita Asy’ari (201701195)
4. Risma Pigawati (201701203)
5. Maulidiatul Khamidah (201701212)
6. Mokhammad Faizin (201701216)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TAHUN AJARAN 2019-2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga makalah ini yang berjudul “LAPORAN
PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN DERMATITIS” dapat
kami selesaikan.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran
keperawatan anak semester 5. Kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk kita semua. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk penyusunan makalah di masa depan yang lebih baik lagi.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT meridhai
segala usaha kami,Amin.

Mojokerto, 26 September 2019

Penulis

ii
Daftar isi

LAPORAN PENDAHULUAN DAN.......................................................................i


ASUHAN KEPERAWATAN DERMATITIS.........................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
Daftar isi..................................................................................................................iii
PENDAHULUAN...................................................................................................5
A. Latar Belakang............................................................................................5
B. Rumusan Masalah......................................................................................5
C. Tujuan..........................................................................................................5
D. Manfaat........................................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
LAPORAN PENDAHULAN..................................................................................6
A. Definisi.........................................................................................................6
B. Tanda dan Gejala........................................................................................6
B. Etiologi.........................................................................................................7
C. Patofisiologi.................................................................................................7
D. pathway..........................................................................................................9
E. Manifestasi Klinis......................................................................................10
F. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik................................................10
G. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan............................................10
H. Komplikasi.................................................................................................10
I. Konsep Asuhan Keperawatan.................................................................11
BAB III..................................................................................................................20
TINJAUAN KASUS..............................................................................................20
A. Kasus..........................................................................................................20
B. Pengkajian....................................................................................................20

iii
C. pemeriksaan fisik......................................................................................21
D. Analisa Data..............................................................................................22
E. Diagnosa Keperawatan.............................................................................23
F. Perencanaan keperawawatan..................................................................23
BAB III..................................................................................................................31
PENUTUP..............................................................................................................31
A. KESIMPULAN.........................................................................................31
B. Saran..........................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................32

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dermatitis adalah peradangan non-inflamasi pada kulit yang bersifat akut, sub-
akut, atau kronis dan dipengaruhi banyak faktor. Menurut Djuanda 2006,
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon
terhadap pengaruh faktor eksogen dan endogen, menimbulkan kelainan klinis
berupa efloresensi polimorfik dan keluhan gatal. Terdapat berbagai macam
dermatitis, dua diantaranya adalah dermatitis kontak dan dermatitis okupasi.
Dermatitis kontak adalah kelainan kulit yang bersifat polimorfi sebagai akibat
terjadinya kontak dengan bahan eksogen ,yang disebabkan oleh bahan atau
substansi yang menempel pada kulit dan dikenal dua macam dermatitis kontak
yaitu dermatitis kontak iritan (DKI) dan dermatitis kontak alergik (DKA),
keduanya dapat bersifat akut maupun kronik. Dermatitis iritan merupakan reaksi.
peradangan kulit nonimunologik, jadi kerusakan kulit terjadi langsung tanpa
diketahui proses sensitasi. Sebaliknya, dermatitis alergik terjadi pada seseorang
yang telah mengalami sensitasi terhadap suatu alergen
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimasud dermatitis?
2. Apa penyebab dermatitis ?
3. Bagaimana cara penangan dermatitis ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang disebut dermatitis
2. Untuk mengetahui penyebab dermatitis
3. Untuk mengetahui cara penanganan dermatitis
D. Manfaat
1. Sebagai pengetahuan tentang dermatitis
2. Sebagai pengetahuan penyebab dermatitis
3. Sebagai pengetahuan cara penangan dermatitis

5
BAB II
LAPORAN PENDAHULAN

A. Definisi
Dermatitis kontak iritan (DKI) adalah efek sitotoksik lokal langsung dari
bahan iritan baik fisika maupun kimia yang bersifat tidak spesifik, pada
sel-sel epidermis dengan respon peradangan pada dermis dalam wakttu
dan konsentrasi yang cukup
Dermatitis kontak iritan (DKI) dapat diderita oleh semua orang dari
berbagai golongan umur, ras, dan jenis kelamin. DKI sering terjadi pada
pekerjaan yang melibatkan kegiatan mencuci tangan atau paparan berulang
pada kulit terhadap air, bahan makanan atau iritan lainnya.

B. Tanda dan Gejala

1. Dermatitis kontak iritan akut

Dermatitis kontak iritan akut biasanya timbul akibat paparan bahan


kimia asam atau basa kuat, atau paparan singkat serial bahan kimia,
atau kontak fisik. Sebagian kasus dermatitis kontak iritan akut
merupakan akibat kecelakaan kerja. Kelainan kulit yang timbul dapat
berupa eritema, edema, vesikel, dapat disertai eksudasi, pembentukan
bula dan nekrosis jaringan pada kasus yang berat.

Dermatitis iritan kuat terjadi setelah satu atau beberapa kali olesan
bahan-bahan iritan kuat, sehingga terjadi kerusakan epidermis yang
berakibat peradangan. Bahan-bahan iritan ini dapat merusak kulit
karena terkurasnya lapisan tanduk, denaturasi keratin dan
pembengkakan sel.

2. Dermatitis kontak iritan kronik

DKI kronis disebabkan oleh kontak dengan iritan lemah yang


berulang-ulang, dan mungkin bisa terjadi oleh karena kerjasama
berbagai macam faktor. Bisa jadi suatu bahan secara sendiri tidak
cukup kuat menyebabkan dermatitis iritan, tetapi bila bergabung

6
dengan faktor lain baru mampu. Kelainan baru nyata setelah berhari-
hari, berminggu-minggu atau bulan, bahkan bisa bertahun-tahun
kemudian. Sehingga waktu dan rentetan kontak merupakan faktor
paling penting

Gejala yang akan timbul : kulit kering, eritema, skuama, lambat laun
kulit tebal dan terjadi likenifikasi, batas kelainan tidak tegas. Bila
kontak terus berlangsung maka dapat menimbulkan retak kulit yang
disebut fisura. Adakalanya kelainan hanya berupa kulit kering dan
skuama tanpa eritema, sehingga diabaikan oleh penderita. Setelah
kelainan dirasakan mengganggu, baru mendapat perhatian.

B. Etiologi
Sekitar 80-90% kasus dermatitis kontak iritan (DKI) disebabkan oleh
paparan iritan berupa bahan kimia dan pelarut. Inflamasi dapat terjadi
setelah satu kali pemaparan ataupun pemaparan berulang (keefner,
2004). Dermatitis kontak iritan yang terjadi setelah pemaparan pertama
kali disebut DKI akut dan biasanya disebabkan oleh iritan yang kuat,
seperti asam kuat, basa kuat, garam, logam berat, aldehid, bahan
pelarut, senyawa aromatic, dan polisiklik. Sedangkan, DKI yang
terjadi setelah pemaparan berulang disebut DKI kronis, dan biasanya
disebabkan oleh iritan lemah (Hayakawa, 2000). Iritan yang sering
menumbulkan DKI Asam kuat (hidroklorida, Hidroflorida, asam nitrat,
asam sulfat)basa ,Basa kuat (kalsium Hidroksida, Natrium hidroksida,
Kalium Hidroksida) Detergen ,Resin epoksi ,Etilen oksida
,Fiberglass ,Minyak (lubrikan) ,Pelarut-pelarut organic ,Agen
oksidator ,Plasticizer ,Serpihan kayu .
C. Patofisiologi
Dermatitis kontak alergik termasuk reaksi tipe IV ialah hipersenitivitas
tipe lambat.Patogenesisnya melalui dua fase yaitu fase indukdi (fase
sensitisasi) dan fase elisitasi.Fase induksi ialah saat kontak pertama
alergen dengan kulit sampai limfosit mengenal dan memberikan

7
respon, memerlukan 2-3 minggu. Fase elesitasin ialah saat terjadi
pajanan ulang dengan alergen yang sama atau serupa sampai timbul
gejala klinis.
Pada fase induksi, hapten (proten tak lengkap) berfenetrasi ke dalam
kulit dan berikatan dengan protein barier membentuk anti gen yang
lengkap. Anti gen ini ditangkap dan diproses lebih dahulu oleh
magkrofak dan sel Langerhans, kemudian memacu reaksi limfoisit T
yang belum tersensitasi di kulit, sehingga terjadi sensitasi limposit T,
melalui saluran limfe, limfosit yang telah tersensitasi berimigrasi ke
darah parakortikal kelenjar getah bening regional untuk berdiferensiasi
dan berfoliferasi membentuk sel T efektor yang tersensitasi secara
spesifik dan sel memori. Kemudian sel-sel tersebut masuk ke dalam
sirkulasi, sebagian kembali ke kulit dan sistem limfoid, tersebar di
seluruh tubuh, menyebabkan keadaan sensetivitas yang sama di
seluruh kulit tubuh.Pada fase elisitasi, terjadi kontak ulang dengan
hapten yang sama atau serupa. Sel efektor yang telah tersensitisasi
mengeluarkan limfokin yang mampu menarik berbagai sel radang
sehingga terjadi gejala klinis.

8
D. pathway
Sabun, detergen, Allergen
zat kimia ‘s.sensitizen

Iritan primer Gangguan Sel Langerhans


intregitas kulit & makrofag

Mengiritasi Sel T
kulit

Sensitisasi sel
Peradangan Terpajan
T oleh saluran
kulit (lesi) ulang
limfe

Sel efektor
Reaksi mengeluarkan
hipersensitivitas limfokin
IV

Gejala klinis:
gatal, panas,
Resiko Nyeri kemerahan
Gangguan
infeksi citra tubuh

Gangguan
pola tidur

9
E. Manifestasi Klinis
Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda radang
akut terutama pruritus ( gatal ), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema
misalnya pada muka ( terutama palpebra dan bibir ), gangguan fungsi kulit
dan genitalia eksterna.
a. Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula,
erosi dan eksudasi sehingga tampak basah.
b. Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat mengering
menjadi kusta.
c. Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul
dan likenefikasi.Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak
awal suatu dermatitis sejak awal memberi gambaran klinis berupa
kelainan kulit stadium kronis.
F. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik
1. Pemeriksaan penunjang :
a. Percobaan asetikolin ( suntikan dalam intracutan, solusio asetilkolin
1/5000).
b. Percobaan histamin hostat disuntikkan pada lesi
2. Laboratorium
a. Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total,
albumin, globulin
b. Urin : pemerikasaan histopatolog

G. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


1. Penatalaksanaan medis dan keperawatan dermatitis melalui terapi yaitu
:
a. Terapi sitemik  Pada dermatitis ringan diberi antihistamin atau
kombinasi antihistamin, antiserotonin, antigraditinin, arit – SRS – A dan
pada kasus berat dipertimbangkan pemberian kortikosteroid.
b. Terapi topical  Dermatitis akut diberi kompres bila sub akut cukup
diberi bedak kocok bila kronik diberi saleb.
c. Diet  Tinggi kalori dan tinggi protein ( TKTP ) Contoh : daging, susu,
ikan, kacang-kacangan, jeruk, pisang, dan lain-lain.
H. Komplikasi
a. Infeksi saluran nafas atas
b. Bronkitis
c. Infeksi kulit

10
11
I. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi nama, umur (Dermatitis kontak dapat terjadi pada semua
orang di semua umur sering terjadi pada remaja dan dewasa muda
dapat terjadi pada pria dan wanita), alamat, tempat tanggal lahir,
pendidikan, suku, agama, diagnosa medis, jenis kelamin,
pendidikan, status pernikahan, dan identitas keluarga yang
bertanggung jawab.
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama :
Pada penderita dermatitis biasanya akan ditemukan keluhan
gatal pada kuli, suhu tubuh meningkat/demam, kemerahan,
kering, edema disertai nyeri, dan rasa terbakar pada kulit.
Keluhan tersebut bisamuncul tergantung bagaimana respon
kulitdari masing-masing orang.
2. Riwayat penyakit sekarang :
Biasanya penderita dengan dermatitis akan mengalami rasa
gatal-gatal pada kulit yang dapat menimbulkan lesi akibat
adanya infeksi sehingga suhu tubuh bisa meningkat/demam,
kemerahan, edema disertai rasa nyeri, rasa terbakar/panas pada
kulit.Keluha-keluhan yang muncul dan tidak bisa ditangani oleh
penderita sehingga penderita harus datang ke pelayanan
kesehatan.
3. Riwayat penyakit dahulu:
Biasanya pada pasien dengan dermatitis juga bisa disebakan
oleh adanya riwayat alergi terhadap bahan-bahan tertentu,
kemudian juga dilihat dari sensitivitas kulit seseorang itu
sendiri.
4. Riwayat penyakit keluarga :

12
Pada penderita dermatitis ditanyakan apakah ada penyakit
keluarga yang sama dengan yang dialami penderita, selain itu
pada anak-anak sering ditemukan alergi terhadap bahan tertentu
yang mungkin diketahui oleh keluarganya.
c. Pola fungsi kesehatan
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya pada penderita dermatitis tidak begitu paham dengan
kondisi kesehatan terutama terhadap alergi bahan-bahan kimia
yang dapat menimbulka dermatitis. Jika penderita merasakan
keluhan biasanya pasien minum obat dan apabila penyakitnya
tidak sembuh pasienpergi ke pelayanan kesehatan
2. Pola nutrisi dan metabolik
Biasanya pada penderita dermatitis bisa ditemukan nafsu makan
terganggu karena penyakit yang rasakan seperti rasa panas,
demam dan nyeri bagian kulit yang biasanya membuat nafsu
makan turun tetapi tergantung dari masing-masin idividu yang
mengalami.
3. Pola eliminasi
Pada penderita dermatitis biasanya tidak ditemukan gangguan
pada pola eliminasi, kecuali dermatitis timbul pada bagian
genital sehingga membuat penderita takut untuk BAK.
4. Pola aktivitas dan latihan
Biasanya pada penderita dermatitis tidak mengganggu aktivitas
sehari-hari tetapi tergantung dari tingkat keparahan penyakit dan
rasa nyeri atau lokasi sakit yang dirasakan.
5. Pola tidur dan istirahat
Biasanya pada pola istirahat penderita dermatitis terjadi
gangguan pola tidur dikarenakan rasa nyeri dan rasa gatal
ataupun rasa terbakar yang dialami
6. Pola hubungan dan peran

13
Biasanya hubungan dengan keluarga,teman dan tetangga
terganggu karena penyakitnya yang dirasakan.
7. Pola sensori dan kognitif
Biasanya pada penderita dermatitis tidak ditemukan ganngguan
tetapi tergantung dari masing-masing individu yang mengalami
penyakit tersebut.
8. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya pada penderita dermatitis status mental sadar, bicara
normal, masih mampu berinteraksi social .
9. Pola reproduksi dan seksual
Biasanya penderita dermaitis merasa terganggu dengan pola
seksual jika penyakit tersebut menyerang bagian genetalia
10. Pola penanggulangan stress
Biasanyapada penderita dermatitis mangatasi rasa nyeri dengan
mengkonsumsi obat anti nyeri dan karena nyeri yang dirasakan
biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa khawatir klien
tentang penyakitnya.
11. Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya pada penederita dermatitis menyebabkan malaise,
demam, rasa panas pada kulit sehingga bisa membuat rutinitas
ibadah penderita terganggu.
2. Pemeriksaan fisik
B1 (breathing): pneumonia
B2 (blood): septikemi, hipotermia, dekompensasi, kordis,
thrombophlebitis.
B3 (brain) : nyeri (pruritus)
B4 (bladder) : -
B5 (bowel) : diare
B6 (bone) : pruritus, kulit kering, pitriasis, ruam, eritema,
eksim/krusta, hiperpigmentasi
3. Diagnose keperawatan

14
Adapun diagnosa keperawatan yang kemungkinan muncul pada
penyakit dermatitis diantaranya :
1. Nyeri akut berhubungan dengan lesi pada kulit
2. Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan
fungsi barier kulit.
3. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan Pruritus.
4. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan penampakan
kulit yang tidak baik
5. Defisit pengetahuan tentang perawatan kulit serta cara menangani
kelainan pada kulit
6. Risiko infeksi berhubungan dengan lesi, bercak – bercak merah
pada kulit.
4. Rencana Tindakan Keperawatan
No Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
dx hasil

1 NOC : NIC: 1. Untuk mengalihkan


Tujuan : 1. Berikan tindakan nyaman, rasa nyeri.
Setelah dilakukan misalnya pijatan punggung,2. Untuk mengurangi
tindakan ciptakan lingungan yang rasa nyeri pasien.
keperawatan tenang. 3. Untuk membantu
selama 3x24 jam
2. Kolaborasi pemberian obat meringankan
diharapkan nyeri nyeri. kecemasan pasien
bisa teratasi. 3. Ajarkan tekhnik relaksasi,4. Untuk meningaktkan
Kriteria Hasil: distraksi . kesehatan tubuh.
1. Pasien tampak
4. Kontrol lingkungan yang Untuk mengetahui
rileks. dapat mempengaruhi nyeri keadaan umum
2. Pasien mampu seperti suhu, pencahayaan pasien
tidur/istirahat dan kebisingan.
dengan tenang. 5. Anjurkan untuk
3. Pasien tidak meningkatkan istirahat.
gelisah, tidak

15
merintih Monitor tanda-tanda vital

2 Setelah dilakukan1. Monitor warna kulit 1. Mengetahui


tindakan 2. Monitor adanya infeksi perubahan warna
keperawaan selama3. Monitor temperatur kulit kulit
... x 24 jam,4. Jaga kebersihan kulit agar
2. Mengetahui infeksi
integritas kulit tetap bersih dan kering yang terjadi
klien dapat5. Anjurkan klien untuk
3. Mengetahui
membaik dengan menggunakan pakaian kelembaban kulit
kriteria hasil : longgar 4. Mempermudah
1. Tissue Integrity 6.
: Monitor status nutrisi klien proses penyembuhan
Mucous Membran7. Oleskan lotion pada daerah
5. Agar kulit dapat
Temperatur yang tertekan mendapatkan udara
jaringan baik yang cukup
2. Sensasi baik 6. Agar kebutuhan akan
3. Hidrasi baik nutrisi tercukupi
4. Tidak ada lesi atau 7. Untuk mengurangi
luka infeksi pada kulit

3 Setelah dilakukan1. Tinjau ulang kebutuhan1. Membantumengident


tindakan perubahan tidak normal ifikasi kebutuhan
keperawatan berkenaan dengan pola tidur
selama….x24 jam kehamilan 2. Meringankan rasa
diharapkan 2. Evaluasi tingkat kelelahan, lelah
gangguan pola anjurkan pasien untuk3. Ansietas,
tidur bisa stabil istirahat 1-2 jam pada siang ketidaknyamana
Kriteria hasil : hari dan 8 jam pada malam fisik dapat
1. Tidur pasien sesuai hari mempersulit tidur
kebutuhan/normal 3. Anjurkan tekhnik relaksasi,4. Memungkinkan
2. Pasien tidak cemas dan penurunan aktivitas diafragma menurun,
4. Anjurkan tidur posisi semi membantu
fowler mengembangkan

16
5. Jelaskan pentingnya tidur ekspansi paru
yang adekuat 5. Memahami akibat
6. Ciptakan lingkungan yang dari perubahan pola
nyaman tidur
6. Membuat
kenyamanan pasien
sehingga mudah
tertidur.
4 Setelah dilakukan1. Kaji adanya gangguan pada1. Gangguan citra diri
asuhan citra diri pasien akan menyertai
keperawatan (menghindari kontak mata, setiap penyakit atau
selama …x 24 jam, ucapan yang merendahkan keadaan yang
klien dapat diri sendiri, ekpresi keadaan tampak nyata bagi
menerima keadaan muak terhadap kondisi pasien. Kesan
dirinya dengan kulitnya). sesorang terhadap
baik. 2. Identifikasi stadium dirinya sendiri akan
Dengan Kriteria psikososial tahap berpengaruh pada
Hasil : perkembangan. konsep diri.
1. Mengembangkan 3. Berikan kesempatan untuk2. Terhadap hubungan
peningkatan pengungkapan antara stadium
kemauan untuk4. Bantu pasien yang cemas perkembangan, citra
menerima keadaan dalam mengembangkan diri dan reaksi serta
diri. kemampuan untuk menilai pemahaman pasien
2. Mengikuti dan diri dan mengenali serta terhadap kondisi
turut berpartisipasi mengatasi masalah. kulitnya
dalam tindakan 3. Pasien
perawatan diri. membutuhkan
3. Melaporkan pengalaman yang
perasaan dalam harus didengarkan
pengendalian dan dipahami.
4. Tindakan ini

17
memberikan
kesempatan pada
petugas kesehatan
untuk menetralkan
kecemasan yang
tidak perlu terjadi
dan memulihkan
realitas situasi.
5 Setelah dilakukan1. Tentukan apakah pasien
1. Memberikan data
asuhan mnegetahui (memahami dan dasar untuk
keperawatan salah mengembangkan
selama 3 x 24 jam, mengerti) tentang kondisi rencana penyuluhan.
klien mengetahui dirinya. 2. Pasien harus
tentang 2. Jaga agar pasien memiliki perasaan
penyakitnya. mendapatkan informasi bahwa ada sesuatu
Dengan KH : yang benar ; memperbaiki yang dapat mereka
1. Memiliki kesalahan konsepsi / perbuat. Kebanyakan
pemahaman informasi. pasien merasakan
terhadap perawatan3. Peragakan penerapan terapi manfaatnya.
kulit yang diprogramkan
3. Memungkinkan
2. Mengikuti terapi (kompres basah ; obat pasien memperoleh
seperti yang topical). kesempatan untuk
diprogramkan dan menunjukkan cara
dapat yang tepat unutk
mengungkapkan melakukan terapi.
secara rasional
tindakan yang
dilakukan.
3. Menjalankan
mandi, pencucian,
dan balutan basah

18
sesuai yang
diprogramkan.
4. Memahami
pentingnya nutrisi
untuk kesehatan
kulit.
Tujuan : 1. Observasi dan laporkan1. Mencegah terjadinya
tanda dan gejala infeksi infeksi
Setelah dilakukan
seperti kemerahan, panas. 2. Untuk mengetahui
tindakan
2. Kaji temperature pasien kodisi imun
keperawatan
setiap 4 jam 3. Mencegah infeksi
selama 3x24 jam
3. Cuci tangan sebelum dan 4. Agar tidak terkena
diharapkan infeksi
sesudah melakukan tindakan cairan darah pasien
tidak terjadi
4. Gunakan standar sarung yang 1 dengan yang
Kriteria hasil : tangan selama kontak lain.
dengan darah/cairan. 5. Agar tidak terjadi
1. Tidak terjadi
5. Pastikan tekhnik perawat infeksi.
infeksi.
luka secara tepat. 6. Supaya tubuh tetap
2. Tanda-tanda infeksi sehat.
6. Anjurkan pasien untuk
bisa ditangani. Tanda-tanda tersebut
istirahat yang cukup.
merupakan indikasi
7. Catat adanya tanda lemas,
terjadinya
kedinginan, anoreksia
bakterimia, shock
yang tidak terdeteksi

5.Implementasi
Dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah disusun
6.Evaluasi
Hasil akhir setelah proses keperawatan dilaksanakna
a. Nyeri teratasi, pasien tampak rileks.pasien mampu tidur/istirahat
dengan tenang, pasien tidak gelisah, tidak merintih

19
b. Integritas kulit klien dapat membaik mucous membran temperatur
jaringan baiksensasi baik, hidrasi baik tidak ada lesi atau luka
c. Gangguan pola tidur bisa stabiltidur pasien sesuai kebutuhan/normal,
pasien tidak cemas
d. Mampu menerima keadaan dirinya dengan baik mengembangkan
peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri, mengikuti dan
turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri, melaporkan
perasaan dalam pengendalian
e. Klien mengetahui tentang penyakitnya yaitu memiliki pemahaman
terhadap perawatan kulit, mengikuti terapi seperti yang diprogramkan
dan dapat mengungkapkan secara rasional tindakan yang dilakukan,
menjalankan mandi, pencucian, dan balutan basah sesuai yang
diprogramkan
f. Infeksi tidak terjadi, tanda-tanda infeksi bisa ditangani.

20
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Kasus
Ny.T usia 25 tahun beragama islam. Ny.T datang ke RS dari rumahnya
yang berada di mulyorejo Surabaya. Ny.T mengatakan sejak 1 minggu yang lalu
terdapat bintik-bintik merah dan merasa gatal didaerah wajahnya. Ini bermula
ketika pasien memakai kosmetik yang selama ini belom pernah pasien pakai.
Pasien belom memberikan pengobatan apapun dirumah. Maka pasien periksa di
poli klinik untuk mendapat perawatan. Pasien mengatakan awalnya hanya muncul
sedikit bintik-bintik diwajah yang berwarna kemerahan diwajah. Tapi semakin
hari bintik-bintiknya bertambah banyak samapai ke daerah leher dan berambah
gatal, terlebih saat berkeringat. Beberapa hari ini pasien sudah mengehentikan
pemakaian kosmetik tersebut, dan hanya memberikan bedak bayi pada wajah dan
lehernya. Pasien masih bisa tidur, akan tetapi karena merasa gatal diwajah dan
lehernya, secara tidak sengaja ketika tidur pasien mengaruk-garuk area yang gatal,
sehingga lecet pada daerah yang digaruk. Pasien mengatakan luka yang ada
diwajahnya terasa perih,terlihat ada lesi pada wajah dan leher bekas garukan.
Pasien merasa malu ketika keluar dari rumah, dan malu untuk pergi bekerja,
sehingga jarang keluar rumah, dan malu untuk pergi bekerja, sehinnga jarang
keluar rumah. Pasien sering kali menutupi wajahnya dengan sapu tangan. Pasien
mengatakan selama ini belom pernah mengalami keluhan seperti saat ini. Pasien
juga mengatakan selama ini belom pernah mengalami alergi makanan ataupun
obat. Salah satu keluarga pasien yaitu ayahnya mempunyai alergi udara dingin,
keluarga tidak ada riwayat penyakit menular.

B. Pengkajian
a. Identitas Pasien
1. Nama : Ny. T
2. Umur : 25 Th
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam

21
5. Alamat : Mulyorejo, Surabaya
6. Status : Belum menikah
b. Identitas Medis
1. Tgl Periksa : 1 Mei 2013 pukul 10.00 WIB
2. No Register : 10513
3. Ruang : Poliklinik
c. Keluhan Utama
Terdapat bintik-bintik di wajah dan terasa gatal.
d. Riwayat Penyakit Sekarang
Nn. T mengatakan sejak satu minggu yang lalu terdapat bintik-bintik
merah dan merasa gatal pada daerah wajahnya. Ini bermula ketika pasien
memakai kosmetik yang selama ini belum pernah pasien pakai. Pasien
belum memberikan pengobatan apapun selama di rumah. Maka pasien
periksa ke poliklinik untuk mendapatkan pengobatan.
e. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan selama ini belum pernah mengalami kaluhan seperti
saat ini. Pasien selama ini belum pernah mengalami alergi makanan
ataupun alergi obat.
f. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan keluarga ada satu yang mempunyai riwayat alergi
terhadap udara dingin, yaitu ayahnya. Keluarga tidak ada riwayat penyakit
menular.
C. pemeriksaan fisik
B1 (breathing): normal
B2 (blood): thrombophlebitis.
B3 (brain) : nyeri (pruritus)
B4 (bladder) : -
B5 (bowel) : normal
B6 (bone) : pruritus, pitriasis, ruam, eritema, hiperpigmentasi

22
D. Analisa Data
No. Data Problem Etiologi
1. Data Subjektif Kerusakan Faktor
Pasien mengatakan : integritas kulit eksternal : zat
1) 1. Terdapat bintik-bintik merah di kimia
wajah dan lehernya yang terasa
gatal terlebih saat berkeringat
2) 2. Tidak sengaja ketika tidur
pasien menggaruk-garuk area yang
gatal, sehingga lecet pada daerah
yang digaruk
Data Objektif
1) 1. Terdapat pruritus berwarna
merah pada seluruh wajah dan
leher
2) 2. Terdapat lesi bekas garukan
pada wajah dan leher
3) Kulit wajah dan leher tampak
kering bersisik

2. Data Subjektif Resiko infeksi Pertahanan


Pasien mengatakan : tubuh tidak
1) 1. Tidak sengaja ketika tidur adekuat akibat
pasien menggaruk-garuk area yang kulit terluka
gatal, sehingga lecet pada daerah
yang digaruk
2) 2. Luka yang ada di wajahnya
terasa perih
Data Objektif
1) 1. Terdapat lesi bekas garukan
pada wajah dan leher

23
2) 2. Karakteristik luka : kemerahan,
tidak terdapat drainage

3. Data Subjektif Gangguan body Penyakit :


Pasien mengatakan merasa malu image dermatitis
ketika keluar rumah, dan malu
untuk pergi bekerja, sehingga
jarang keluar rumah
Data Objektif
1) 1. Pasien sering kali menutupi
wajahnya dengan sapu tangan
2) 2. Terdapat pruritus berwarna
merah pada seluruh wajah dan
leher

E. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor eksternal : zat
kimia
2. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh tidak adekuat
akibat kulit terluka
3. Gangguan body image berhubungan dengan penyakit dermatitis

F. Perencanaan keperawawatan
No Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
.
Dx
.
1. Tujuan: pasien mampu 1. Identifikasi 1. Mengetahui
mencapai integritas kulit penyebab penyebab
dan mukosa membran dermatitis dan dermatitis dan
secara adekuat setelah anjurkan pasien mengurangi
dilakukan tindakan menghindari keparahan

24
selama 7 x 24 jam pajanan penyebab penyakit.
Kriteria hasil: rekuren. 2. Untuk
a. Meningkatka 2. Anjurkan pasien mengurangi
n memberikan peradangan.
kenyamanan kompres dingin. 3. Merendam secara
pada 3. Sekurang- penuh sel kulit
verbalisasi kurangnya mandi mati. Pemakaian
kulit satu kali dalam pelembab 2
b. Berkurangnya sehari selama 15 sampai 4 menit
kulit yang sampai 20 menit. setelah mandi
terkelupas Setelah itu merupakan hal
dan memakai pelembab penting dalam
pembersihan yang tepat atau mencegah hidrasi
kerak sesuai dengan yang pada lapisan kulit
c. Berkurangnya dianjurkan. terluar
kemerah- 4. Gunakan air hangat 4. Air panas
merahan (tidak panas). menyebabkan
d. Berkurangnya 5. Gunakan sabun vasodilatasi yang
nyeri pada yang cair (Dove dapat
kulit yang atau Basis) atau meningkatkan
tergores sabun untuk kulit pruritus.
e. Penyembuhan yang sensitif 5. Penggunaan
pada bagian (Neutrogena, sabun batangan
yang rusak Moisturel, Aveeno, dapat mengatasi
f. Kulit utuh Oilatum, Purpose) masalah pada
hindari gelembung kulit. Sabun cair
busa. kurang
6. Oleskan pelembab mengandung
atau sesuai yang unsur basa dan
ditentukan dua kurang
sampai tiga kali mengeringkan

25
dalam sehari. kulit.
7. Jelaskan gejala 6. Salep dan krim
gatal-gatal yang yang
berkaitan dengan mengandung air
penyebabnya dapat
(Contohnya memberikan
kekeringan pada kelembaban pada
kulit) dan prinsip kulit. Pelembab
dari terapi pilihan khusus yang
(hidrasi) dan siklus dipilih
gatal-goresan-gatal. disesuaikan
8. Kerja dan tidur di dengan selera
lingkungan dengan pasien dan
suhu yang konstan. apakah bahannya
Pengaturan suhu dapat
udara di dalam menyebabkan
rumah, secara iritasi pada kulit.
khusus di dalam 7. Memahami
kamar tidur proses psikologis
mungkin dapat prinsip-prinsip
bermanfaat. gatal dan
9. Perhatikan jari meningkatkan
kuku agar tetap kerjasama dalam
pendek, halus dan pengobatan.
bersih. 8. Suhu yang
10. Laksanakan ekstrim
pemberian terapi mengakibatkan
anti-inflamasi tambahan
topikal (kadang- frekuensi pruritus
kadang sistemik) untuk vasolidasi
jangka pendek, dan

26
misalnya steroid meningkatkan
aliran darah pada
kulit. Selain
memberikan
lingkungan yang
sejuk, AC dapat
menurunkan
paparan
aeroallergen.
9. Kuku yang selalu
dipotong
mencegah
kerusakan dan
infeksi pada
kulit.
10. Histamine adalah
perantara gatal
yang paling
umum diketahui.
antihistamin
dapat membantu
menenangkan.
2. Tujuan: pasien mampu 1. Kaji kondisi luka. 1. Untuk
terhindar dari infeksi 2. Kaji adanya tanda- menentukan
setelah dilakukan tanda infeksi. terapi yang tepat.
tindakan selama 7 x 24 3. Kaji temperatur. 2. Untuk
jam 4. Menjelaskan kepada memberikan
Kriteria hasil: pasien tentang tanda tindak lanjut
1. Tidak adanya bisul infeksi dan perawatan dan
atau jerawat, memastikan bahwa pengobatan.
eksudat, atau tanda-tanda tersebut 3. Demam

27
pengerasan membutuhkan mengindikasikan
2. Bebas dari infeksi intervensi medis. adanya infeksi.
sekunder yang 5. Memastikan bahwa Kecuali pada
ditunjukkan dengan pasien mengerti akan pasien dengan
kulit utuh, tanpa pentingnya pasien penurunan
kemerahan atau lesi tidak mengobati diri imunitas dan
3. Tidak ditemukan sendiri dengan sisa diabetes.
tanda-tanda infeksi. obat-obatan di 4. Secara potensial,
rumah. komplikasi
6. Melaksanakan penularan sangat
pemberian terapi serius dari
antibiotik topikal gangguan kulit
sesuai instruksi. yang terbuka.
5. Sisa obat
mungkin sudah
kadaluarsa dan
tidak pantas
digunakan untuk
pengobatan. Obat
dapat
terkontaminasi
dan
menyebabkan
infeksi atau
kehilangan daya
tahan tubuh.
6. Memberi
pengobatan
terhadap infeksi.

3. Tujuan: Pasien mampu 1. Kaji persepsi 1. Karena jalannya

28
mendapatkan bodi terhadap perubahan wabah dapat
image yang positif penampilan bertahan selama
setelah dilakukan 2. Perhatikan referensi beberapa
tindakan selama 3 x 24 verbal untuk lesi minggu, pasien
jam kulit. biasanya perlu
Kriteria hasil: 3. Bantu pasien dalam bekerja dan /
1. Pasien mengartikulasikan atau
mendemonstrasikan tanggapan terhadap melaksanakan
bodi image yang pertanyaan dari rutinitas seperti
positif, yang orang lain tentang biasa, mereka
ditunjukkan dengan lesi dan risiko mungkin
mampu melihat, infeksi. memerlukan
berbicara dan 4. Sarankan pasien pendampingan
merawat lesi penggunaan pakaian menghadapi
2. Pasien mampu untuk perubahan dalam
melakukan aktivitas menyembunyikanlesi penampilan.
sehari-hari sehingga lesi dapat 2. Jaringan parut
dengan mudah dapat terjadi
ditutupi dengan wabah
5. Motivasi pasien berulang atau
untuk mengajarkan jika lesi
kepada orang lain terinfeksi.
bahwa eczema tidak 3. Latihan
menular kecuali tanggapan diatur
terinfeksi parah. untuk
6. Motivasi pasien dan diantisipasi
orang lain untuk dapat
saling menceritakan memberikan
perasaan mereka beberapa
mengenai kepastian.
penampilan dan sifat 4. Hal ini dapat

29
kronis dari eczema. membantu
7. Meyakinkan pasien pasien yang
tentang identitas dan mengalami
kemampuan diri. masalah
Mendorong menyesuaikan
pengelolaan diri diri dengan
terhadap eczema dan perubahan citra
memahami bahwa tubuh.
mengontrol garukan 5. Eczema dapat
akan lebih baik salah untuk
memperkecil luka. impetigo atau
dapat
sebagaiindikasi
dari kekotoran,
menyebabkan
keterasingan
sosial.
6. Ketakutan dan
kekuatiran yang
tidak
teridentifikasi
dapat
menghalangi
relasi
interpersonal.
7. Membiarkan
pasien untuk
menentukan
model
pengobatan
untuk meningkat

30
konsep diri yang
positif.

31
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap
pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis
berubah efloresensi polimorfik ( eritema, edema, papul, vesikel, skuama,dan
keluhan gatal )
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar ( eksogen ), misalnya bahan kimia
( contoh: detergen, asam, basa, oli, semen ), fisik (sinar dan suhu ),
mikroorganisme ( contohnya: bakteri, jamur ) dapat pula dari dalam ( endogen )

B. Saran
Dalam penulisan ini tentunya banyak kurang dan tentunya ada lebihnya juga,
untuk itu penulis atau penyusun megharapkan kritik dan saran kepada pembaca.

32
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, D. (2000). Keprawatan medikal-bedah : buku saku untuk Brunner dan


Suddrath. Jakarta: EGC.

Crown, E. (2009). patofisiologi : buku saku. Jakarta: EGC.

Gulanick, M. (n.d.). Nursing Care Plans Diagnoses, Intervention and Outcome, 7th
Edition. St Louis: Mosby Elsevier.

Herdman, T. (2012). NANDA I Nursing Diagnosis : Difinition and Clasification 2012-2014.


St Louis: Mosby Elsevier.

sularsito, A. D. (2002). Ilmu penyakit kulit kelamin, edisi 3. Jakarta.

33
34

Anda mungkin juga menyukai