Anda di halaman 1dari 6

Karina & Aila Karyus | Penatalaksanaan Holistik Pada Seorang Lansia Usia 70 Tahun Dengan Hipertensi Grade II Tidak

Terkontrol Melalui
Pendekatan Kedokteran Keluarga

Penatalaksanaan Holistik pada Seorang Lansia Usia 70 Tahun dengan


Hipertensi Grade II Tidak Terkontrol Melalui Pendekatan Kedokteran
Keluarga
Karina1, Aila Karyus2
1
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2
Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Hipertensi merupakan penyakit yang tidak terlepas dari gaya hidup. Oleh karena itu, salah satu penanganan hipertensi ini
adalah memodifikasi gaya hidup. Kasus, pasien wanita, 70 tahun dengan keluhan sakit kepala dan pandangan mata kabur.
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi hipertensi pada pasien ini, diantaranya faktor internal meliputi usia dan
faktor keturunan. Sedangkan faktor eksternal berupa pola gaya hidup yang kurang baik, kurang aktivitas fisik, perilaku
berobat kuratif. Pasien memiliki tekanan darah 180/100 mmHg. Dilakukan intervensi terhadap pasien dan keluarga tentang
penyakitnya, pola hidup yang baik dan pentingnya tindakan preventif untuk mencegah komplikasi penyakitnya dalam 3 kali
kunjungan rumah. Pasien diberikan edukasi mengenai pola makan yang baik, pola olahraga, dan pentingnya meminum obat
secara rutin dan kontrol tekanan darah. Dalam evaluasi ditemukan keluhan pasien berkurang, pengetahuan yang cukup
mengenai penyakitnya dan penurunan tekanan darah. Pasien wanita lansia dengan hipertensi grade II yang tidak terkontrol
membutuhkan dukungan keluarga untuk membantu pasien mengendalikan tekanan darah. Masalah klinis yang kompleks
membutuhkan waktu yang lama dan kerjasama antara dokter keluarga dan keluarga pasien. Dokter keluarga tidak hanya
menyelesaikan masalah klinis pasien, tetapi juga mencari dan memberi solusi atas hal-hal yang mempengaruhi kesehatan
pasien dan keluarga.

Kata kunci: tekanan darah, hipertensi, lansia, dokter keluarga.

Holistic Management in Elderly who is 70 Years Old with Urgency


Hypertension Through Family Medicine Approach
Abstract
Hypertension is a disease that cannot be separated from the lifestyle. Therefore, one of the treatment of this hypertension
is to modify the lifestyle. Case, a female Patient, 70 years old withheadache. There are several factors that affect
hypertension in these patients, including internal factors such as age and heredity. While external factors such as lifestyle
patterns that are less good, less physical activity, curative treatment behavior. The blood pressure was 180/100 mmHg.
Intervention to patients and families about the disease, diet and the importance of preventive measures to prevent
complications of the disease in three visits to their home. Patients were given education about healthy diet, exercise
patterns, and the importance of taking medication regularly to control blood pressure level. The evaluation was found less
symptoms, adequate knowledge about the disease, and decrease blood pressure level. Elderly women with
uncontrolledurgency hypertension need family support to help control the patient's blood pressure levels. Complex clinical
problems takes a long time and the cooperation between the family doctor and the patient's family. The family doctor is
not only solve the problem of clinical patients, but also seek and provide solutions for the things that affect the health of
the patient and family.

Keywords: blood pressure, hypertension, elderly,family doctor.

Korespondensi: Karina, alamat Jalan Way Kanan No.8 Pahoman Bandar Lampung, HP 085273388489, e-mail
karinanellova@gmail.com

Pendahuluan
Hipertensi atau tekanan darah tinggi prevalensi hipertensi pada umur lebih dari 18
adalah suatu keadaan tekanan darah sistolik tahun di Indonesia sebesar 26,5%. Sedangkan
melebihi 140 mmHg dan tekanan darah prevalensi hipertensi di Provinsi Lampung
diastolic melebihi 90mmHg. Penyakit ini sebesar 24,7%, terjadi peningkatan
disebut sebagai silent killer karena penyakit ini dibandingkan yang sebelumnya sebesar
mematikan namun sering kali tidak 24,1%.2 Di Kabupaten Pesawaran menunjukkan
menunjukkan gejala.1 Pada tahun 2013,

Majority | Volume 6 | Nomor 3 | Juli 2017 63


Karina & Aila Karyus | Penatalaksanaan Holistik Pada Seorang Lansia Usia 70 Tahun Dengan Hipertensi Grade II Tidak Terkontrol Melalui
Pendekatan Kedokteran Keluarga

prevalensi hipertensi pada tahun 2015 sebesar <150 mmHg dan tekanan darah diastolic <90
6,12 (8.131 jiwa).3 mmHg.1
Hipertensi dianggap sebagai faktor
resiko utama bagi berkembangnya penyakit Kasus
jantung dan berbagai penyakit vaskuler pada Pasien Ny. E, seorang wanita berusia 70
orang-orang yang telah lanjut usia. Lansia tahun datang dengan keluhan sakit kepala dan
sering terkena hipertensi disebabkan oleh pusing. Keluhan ini sudah terjadi selama
kekakuan pada arteri sehingga tekanan darah kurang lebih 2 bulan yang lalu. Awalnya pasien
cenderung meningkat.4 sering mengalami sakit kepala yang hilang
Menurut World Health Organization timbul, sakit kepala sering muncul terutama
(WHO), seseorang dapat dikatakan lanjut usia saat pasien beraktivitas.Keluhan dirasakan
apabila umurnya 60 tahun atau lebih. makin lama makin berat. Lalu, pasien berobat
Prevalensi hipertensi pada lansia di Indonesia di puskesmas dan dilakukan pemeriksaan,
pada tahun 2013, usia 65-74 tahun sebesar didapatkan hasil bahwa pasien mengalami
63,8% dan ≥75 tahun sebesar 63,8%. Dua tekanan darah tinggi. Sebelumnya pasien
kelompok umur ini merupakan kelompok umur sudah mengetahui bahwa dirinya selama ini
dengan prevalensi tertinggi. Dari data diatas mengalami tekanan darah tinggi, namun pasien
dapat disimpulkan dari tahun ke tahun tidak rutin kontrol tekanan darahnya.
terdapat meningkatan lansia yang menderita Pasien memang sering mengeluh sakit
hipertensi dan ini perlu mendapatkan kepala sampai tengkuk belakang, sulit tidur
perhatian dan penanganan yang baik, akibat sakit kepala tersebut dan terkadang
mengingat prevalensi yang tinggi dan pandangan mata pasien kabur. Menurut pasien
komplikasi yang ditimbulkan cukup berat.6 keluhan ini sudah berlangsung cukup lama dan
Banyak faktor yang berperan untuk hilang timbul, pasien mengira ini hanya akibat
terjadinya hipertensi meliputi faktor risiko yang pasien kelelahan sehingga pasien tidak pernah
tidak dapat dikendalikan (mayor) dan faktor memeriksakan dirinya ke dokter atau
risiko yang dapat dikendalikan (minor). Faktor Puskesmas. Pasien tidak mengetahui bahwa
risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) keluhan-keluhan yang sering pasien alami
seperti keturunan, jenis kelamin, ras dan umur. tersebut merupakan gejala dari tekanan darah
Sedangkan faktor risiko yang dapat tinggi. Pola pengobatan pasien dan
dikendalikan (minor) yaitu olahraga, makanan keluarganya adalah kuratif yaitu berobat
(kebiasaan makan garam), alkohol, stres, apabila telah sakit. Adik pasien juga memiliki
kelebihan berat badan (obesitas), kehamilan riwayat tekanan darah tinggi.
dan penggunaan pil kontrasepsi. Penyakit Pasien memiliki kebiasaan buruk dalam
hipertensi merupakan penyakit yang tidak hal pola makan. Pasien sering mengkonsumsi
terlepas dari gaya hidup. Gaya hidup yang tidak makanan yang asin dan berminyak. Pasien juga
sehat dapat menjadi faktor pencetus suka meminum kopi. Pasien mengatakan sudah
munculnya hipertensi, atau bahkan jarang berolahraga dikarenakan pasien sudah
memperparah kejadian hipertensi.6 tidak memiliki tenaga untuk berolahraga.
Bagi pasien yang berusia 60 tahun atau Pasien tidak mengkonsumsi alkohol ataupun
lebih, pengobatan dimulai dengan cara merokok.
menurunkan tekanan darah sistolik hingga Pasien memiliki satu orang anak dan
mencapai angka 150 mmHg atau lebih atau sudah menikah. Hubungan pasien dengan
tekanan darah diastolik hingga mencapai angka anaknya cukup terjalin baik dan saling bertukar
90 mmHg atau lebih dan mengobati sampai kabar walaupun anaknya tinggal diluar kota.
mencapai target terapi.7 Pasien tinggal bersama adiknya, Tn. S (64
Panduan The Joint National Committee tahun), beserta kedua anak laki-lakinya dan
Eighth (JNC 8) merekomendasikan skrining dua anak perempuannya.
tekanan darah secara teratur dan penanganan Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik
yang sesuai, termasuk modifikasi gaya hidup didapatkan berat badan 50 kg dan tinggi badan
dan terapi farmakologik. Pada lansia, tekanan 158 cm. Tampak sakit sedang, kesadaran
darah sistolik harus dikelola mencapai target compos mentis. Tekanan darah 180/100
Majority | Volume 6 | Nomor 3 | Juli 2017 64
Karina & Aila Karyus | Penatalaksanaan Holistik Pada Seorang Lansia Usia 70 Tahun Dengan Hipertensi Grade II Tidak Terkontrol Melalui
Pendekatan Kedokteran Keluarga

mmHg, nadi 92 x/menit, frekuensi napas 160 mmHg dan/atau tekanan darah diastolic ≥
20x/menit dan suhu tubuh 36,5 oC. Mata, 100 mmHg.
telinga, hidung, kesan dalam batas normal. Pada Pedoman Tatalaksana Hipertensi
Pada pemeriksaan leher, JVP tidak meningkat. pada Penyakit Kardiovaskular di Indonesia yang
Abdomen, datar dan supel, tidak didapatkan dibuat oleh Perhimpunan Dokter Spesialis
organomegali ataupun ascites, kesan dalam Kardiovaskular Indonesia (PERKI) dijelaskan
batas normal. Ekstremitas, tidak didapatkan bahwa penatalaksanaan penyakit Hipertensi
parese, kesan dalam batas normal. dapat dilakukan dengan menjalani pola hidup
Diagnosis kerja pada pasien ini yaitu sehat. Ini telah banyak terbukti dapat
Hipertensi Grade II yang tidak terkontrol. menurunkan tekanan darah, dan secara umum
Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien sangat menguntungkan dalam menurunkan
ini adalah edukasi dan konseling mengenai risiko permasalahan kardiovaskular. Pada
penyakitnya, dan pencegahan agar penyakit pasien yang menderita hipertensi, maka
tidak muncul kembali. Penatalaksanaan strategi pola hidup sehat merupakan
farmakologi berupa antihipertensi Captopril tatalaksana tahap awal, yang harus dijalani.
tablet 2x25 mg, Amlodipine tablet 1x10 mg, Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan
analgetik Paracetamol 3x500 mg. oleh banyak guidelines adalah yang pertama
yaitu penurunan berat badan, ini dapat
Pembahasan dilakukan dengan mengganti makanan tidak
Masalah kesehatan yang dibahas pada sehat dengan memperbanyak asupan sayuran
kasus ini adalah seorang wanita berusia 70 dan buah-buahan yang juga dapat memberikan
tahun yang terdiagnosa hipertensi grade II manfaat yang lebih selain penurunan tekanan
yang tidak terkontrol. darah, seperti menghindari diabetes dan
Ketika memeriksakan diri ke Puskesmas dislipidemia. Selanjutnya adalah mengurangi
Rawat Inap Gedong Tataan, Ny.E datang asupan garam. Di negara kita, makanan tinggi
karena keluhan sakit kepala sampai ke tengkuk garam dan lemak merupakan makanan
dan pusing yang hilang timbul. Pasien juga tradisional pada kebanyakan daerah. Tidak
mengeluh sulit tidur dan terkadang pandangan jarang pula pasien tidak menyadari kandungan
mata pasien menjadi kabur, saat dilakukan garam pada makanan cepat saji, makanan
pemeriksaan, didapatkan tekanan darah pasien kaleng, daging olahan dan sebagainya.
180/100 mmHg dengan dua kali pemeriksaan. Pada pasien hipertensi derajat ≥ 2
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah dianjurkan untuk asupan garam tidak melebihi
sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan atau 2 gr/hari, selanjutnya adalah olah raga. Olah
diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua raga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30
kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit – 60 menit/hari, minimal 3 hari/minggu, dapat
dalam keadaan cukup istirahat (tenang). menolong penurunan tekanan darah. Terhadap
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National pasien yang tidak memiliki waktu untuk
Committee on Detection, Evaluation and berolahraga secara khusus, sebaiknya harus
Treatment of High Blood Pressure sebagai tetap dianjurkan untuk berjalan kaki,
tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg.1 mengendarai sepeda atau menaiki tangga
Berdasarkan anamnesis dan dalam aktivitas rutin mereka di tempat
pemeriksaan fisik yaitu tekanan darah kerjanya. Selanjutnya adalah mengurangi
tersebut dapat disimpulkan bahwa pasien konsumsi alkohol. Walaupun konsumsi alkohol
mengalami hipertensi. Diagnosis hipertensi belum menjadi pola hidup yang umum di
grade II pada pasien ditegakkan berdasarkan negara kita, namun konsumsi alkohol semakin
keluhan sakit kepala sampai ke tengkuk serta hari semakin meningkat seiring dengan
pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 180/100 perkembangan pergaulan dan gaya hidup,
mmHg. Sesuai dengan gambaran klinis terutama di kota besar. Konsumsi alkohol lebih
hipertensi berupa sakit kepala sampai ke dari 2 gelas per hari pada pria atau 1 gelas per
tengkuk belakang, yang akan berkurang bila hari dan merokoko pada wanita, dapat
pasien beristirahat.7 Berdasarkan JNC 8, meningkatkan tekanan darah. Dengan
hipertensi grade II apabila tekanan sistolik ≥ demikian membatasi atau menghentikan
Majority | Volume 6 | Nomor 3 | Juli 2017 65
Karina & Aila Karyus | Penatalaksanaan Holistik Pada Seorang Lansia Usia 70 Tahun Dengan Hipertensi Grade II Tidak Terkontrol Melalui
Pendekatan Kedokteran Keluarga

konsumsi alkohol sangat membantu dalam dengan strategi berikut: 1) Memberikan obat
penurunan tekanan darah. Walaupun hal ini tunggal hingga dosis maksimal sebelum
sampai saat ini belum terbukti berefek menambahkan obat kedua, 2) Memberikan
langsung dapat menurunkan tekanan darah, obat kedua sebelum obat pertama mencapai
tetapi merokok merupakan salah satu faktor dosis maksimal, 3) Memulai dua obat
risiko utama penyakit kardiovaskular.1 bersamaan dari golongan berbeda, dengan
Secara umum, terapi farmakologi pada dosis kombinasi. Pada pasien diberikan
hipertensi dimulai bila pada pasien hipertensi Amlodipin 1x10mg dan Captopril 2x25mg
derajat 1 yang tidak mengalami penurunan sebagai terapi untuk menurunkan tekanan
tekanan darah setelah > 6 bulan menjalani pola darah pasien.9
hidup sehat dan pada pasien dengan hipertensi Pembinaan pada pasien ini dilakukan
derajat ≥ 2. Beberapa prinsip dasar terapi dengan mengintervensi pasien beserta
farmakologi yang perlu diperhatikan untuk keluarga sebanyak 3 kali, dimana dilakukan
menjaga kepatuhan dan meminimalisasi efek kunjungan pertama. Pada kunjungan keluarga
samping, yaitu: bila memungkinkan, berikan pertama dilakukan pendekatan dan perkenalan
obat dosis tunggal; berikan obat generic (non- terhadap pasien serta menerangkan maksud
paten) bila sesuai dan dapat mengurangi biaya; dan tujuan kedatangan, diikuti dengan
berikan obat pada pasien usia lanjut (diatas anamnesis tentang keluarga dan perihal
usia 80 tahun) seperti pada usia 55–80 tahun, penyakit yang telah diderita. Dari hasil
dengan memperhatikan faktor komorbid; kunjungan tersebut, sesuai konsep Mandala of
jangan mengkombinasikan angiotensin Health, dari segi perilaku kesehatan pasien
converting enzyme inhibitor (ACE-i) dengan masih mengutamakan kuratif daripada
angiotensin II receptor blockers (ARBs); berikan preventif dan memiliki pengetahuan yang
edukasi yang menyeluruh kepada pasien kurang tentang penyakit-penyakit yang ia
mengenai terapi farmakologi; lakukan derita.
pemantauan efek samping obat secara Human biology, pasien mengetahui
teratur.1 bahwa dirinya memiliki riwayat hipertensi.
Berdasarkan algoritme tatalaksana Namun pasien belum mengetahui bahwa
hipertensi A Statement by the American Society penyakit hipertensi yang menyebabkan pasien
of Hypertension and the International Society menimbulkan keluhan-keluhan yang
of Hypertension, dapat dipahami bahwa yang mengganggu aktivitasnya. Selain itu, pasien
menjadi dasar utama adalah pola hidup sehat. belum rutin memeriksakan tekanan darahnya,
Bila pasien tidak mengalami penurunan dan belum rajin kontrol untuk mengambil obat
tekanan darah setelah > 6 bulan menjalani hipertensinya.
gaya hidup sehat, maka diberikan satu Lingkungan psikososial, pasien merasa
golongan obat untuk hipertensi derajat 1 bahagia dengan keadaan keluarganya saat ini,
pilihan awal berupa golongan thiazide dan hubungan antar anggota keluarga juga
pertimbangkan juga golongan ACEI dan ARB, terbilang cukup dekat.
BB dan CCB. Dan kombinasi dua golongan obat Ekonomi, uang untuk memenuhi
yang cara kerjanya berbeda untuk hipertensi kebutuhan rumah tangga bergantung pada
derajat 2, contohnya golongan thiazide dan adik dan keponakan pasien sebagai tulang
ACEI.9 punggung keluarga. Adik pasien bekerja
Penatalaksaan secara farmakologis sebagai buruh. Sedangkan keponakan pasien
pada pasien ini juga telah sesuai dengan JNC 8 bekerja sebagai karyawan swasta. Adik dan
bahwa terapi farmakologis dimulai pada tekana keponakan pasien mengatakan bahwa dengan
darah sistolik ≥ 140 mmHg atau diastolic ≥ 90 pendapatan dari pekerjaannya tersebut hanya
mmHg dengan target terapi untuk sistolik < cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
150 mmHg dan diastolic < 90 mmHg. Menurut dan sulit untuk menabung untuk melakukan
JNC 8, pemberian obat daapat diawali dengan perencanaan keluarga. Namun pasien telah
golongan obat diuretic tiazid atau ACE- memiliki asuransi kesehatan BPJS sehingga
inhibitor, atau ARB atau CCB. Pemberian dapat dapat dikatakan bahwa pasien sudah cukup
diberikan secara tunggal atau kombinasi
Majority | Volume 6 | Nomor 3 | Juli 2017 66
Karina & Aila Karyus | Penatalaksanaan Holistik Pada Seorang Lansia Usia 70 Tahun Dengan Hipertensi Grade II Tidak Terkontrol Melalui
Pendekatan Kedokteran Keluarga

memanfaatkan pelayanan kesehatan mengalami peningkatan menjadi tinggi (44,3%


pemerintah. menjadi 89,23%). Perubahan juga terlihat pada
Dalam hal lingkungan rumah, pasien kedua aspek lainnya yaitu peningkatan sikap
sesekali keluar rumah untuk bersosialisasi dari sedang menjadi tinggi (66,21% menjadi
dengan tetangga sekitar rumah. Pasien cukup 81,29%), dan tindakan dari rendah menjadi
sering mengikuti kegiatan pengajian rutin yang sedang (50% menjadi 60%).
diselenggarakan lingkungan sekitar. Ada beberapa langkah sebelum orang
Lingkungan fisik, pemukiman sekitar tidak mengadopsi perilaku baru. Pertama adalah
padat penduduk. Lingkungan tampak tidak awareness (kesadaran) yaitu menyadari
teratur karena masih dikelilingi hutan dan stimulus tersebut dan mulai tertarik (interest).
kebun. Selanjutnya, orang tersebut akan menimbang-
Life style, pola makan sudah sesuai nimbang baik atau tidaknya stimulus tersebut
dengan anjuran dokter, karena pasien masih (evaluation) dan mencoba melakukan apa yang
mengkonsumsi makanan tinggi garam dan dikehendaki oleh stimulus (trial). Pada tahap
berminyak. Perilaku olahraga ringan tiap akhir adalah adoption, berperilaku baru sesuai
harinya sudah dijalani. Keadaan rumah belum dengan pengetahuan, kesadaran dan
ideal, rumah cukup luas namun kurang bersih sikapnya.10
dan rapi, rumah pasien memiliki septiktank dan Edukasi pada pasien hipertensi meliputi
pencahayaan, serta ventilasi yang cukup baik. pemantauan tekanan darah, konsumsi obat
Kunjungan kedua dilaksanakan untuk secara rutin, pemantauan efek samping obat,
melakukan intervensi terhadap pasien dengan olahraga atau meningkatkan aktivitas fisik, dan
menggunakan media lembar balik tentang mengurangi asupan garam. Dengan tujuan
penyakit hipertensi dari definisi sampai tekanan darah dapat terkontrol degan target
komplikasinya dan leaflet mengenai makanan tekanan darah yang telah banyak
yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan direkomendasikan oleh berbagai studi pada
untuk pasien. Pada kunjungan kedua ini juga pasien hipertensi dengan penyakit jantung dan
dilakukan pemeriksaan tekanan darah pembuluh darah, adalah tekanan darah sistolik
terhadap pasien dengan menggunakan alat < 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik
spigmomanometer jenis jarum dan didapatkan < 90 mmHg.
tekanan darah sebesar 180/100 mmHg. Edukasi juga memuat tentang gaya
Sebelum intervensi dilakukan, pasien hidup yang baik dengan olahraga sesuai
diberikan kuisioner yang berisi pertanyaan dengan kondisi penyakit pasien. Berdasarkan
tentang pengetahuan pasien mengenai aturan terkahir yang dikeluarkan oleh PERKI,
penyakit hipertensi. Ini bertujuan sebagai Olah raga yang dilakukan secara teratur
indikator keberhasilan intervensi. Ketika sebanyak 30-60 menit/hari, minimal 3
intervensi dilakukan, keluarga pasien yaitu adik hari/minggu, dapat menolong penurunan
juga turut serta mendampingi dan tekanan darah. Pasien dianjurkan untuk jalan
mendengarkan apa yang disampaikan pada pagi di sekitar rumah. Edukasi ini disampaikan
pasien. Intervensi ini dilakukan dengan tujuan menggunakan media lembar balik.
untuk merubah pengetahuan sikap dan Rekomendasi PERKI, penderita
perilaku pasien tentang penyakit hipertensi hipertensi dianjurkan untuk asupan garam
dan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. yang tidak melebihi 2 gr/ hari. Ini dapat di
Evaluasi intervensi mengenai aplikasikan dalam makanan sehari-hari yang
pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap jadwalnya dietnya dapat disusun dan dibantu
penyakit hipertensi kepada pasien dan dengan mengikuti media lembar balik yang
keluarga dilakukan dengan menggunakan telah disediakan.
kuesioner dengan hasil ≤ 50% tergolong
rendah, 51-75% sedang dan > 75% tinggi. Simpulan
Kuesioner diberikan pre dan post intervensi Pada pasien lansia, Ny. E terdapat
dan didapatkan hasil yang memuaskan. beberapa faktor internal dan faktor eksternal
Pengetahuan pasien dan keluarga yang pada yang dapat mempengaruhi tekanan darah
awalnya masih tergolong rendah sudah diantaranya usia dan kurangnya pengetahuan.
Majority | Volume 6 | Nomor 3 | Juli 2017 67
Karina & Aila Karyus | Penatalaksanaan Holistik Pada Seorang Lansia Usia 70 Tahun Dengan Hipertensi Grade II Tidak Terkontrol Melalui
Pendekatan Kedokteran Keluarga

Telah dilakukan penatalaksanaan pada pasien darahnya terlihat setelah pasien diberikan
secara holistik dan komprehensif, patient intervensi dan akhirnya mengubah pola
center, family appropried. Terdapat perubahan hidupnya menjadi lebih sehat.
perilaku pada Ny. E untuk mengontrol tekanan

Daftar Pustaka
1. PERKI (Perhimpunan Dokter Spesialis klinis proses penyakit. Edisi ke-6. Jakarta:
Kardiovaskular Indonesia). Pedoman EGC; 2006.
tatalaksana kardiovaskuler Indonesia 6. Martono, H. Proses Penuaan pada Lanjut
[internet]. Jakarta: PERKI; 2015 [disitasi usia. Dalam: Martono, H, Pranarka, K,
tanggal 9 Mei 2017]. Tersedia dari: editor. Buku Ajar Boedhi Darmaja Geriatri
www.inaheart.org/Pedoman_TataLaksana_ (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi ke-4.
Gagal_Jantung_2015.pdf Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2011.
2. Badan Penelitian dan Pengembangan 7. Yogiantoro M. Ilmu penyakit dalam.
Kesehatan RI. Laporan riset kesehatan Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
dasar (riskesdas) 2013. Jakarta: Indonesia; 2006.
Balitbangkes; 2014. 8. European Society of Hypertension (ESH)
3. Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. Profil and of the European Society of Cardiology
kesehatan Provinsi Lampung tahun 2015. (ESC). ESH/ESC Guidelines for the
Lampung [internet]. 2016 [Disitasi tanggal management of arterial hypertension. Jour
9 Mei 2017]; Tersedia dari: of Hypertension. 2013; 31: 1281-357.
dinkes.lampungprov.go.id/profil- 9. Bell K, Twiggs J, Olin BR. Hypertension: the
kesehatan-lampung-2015/ silent killer: update JNC-8 guideline
4. Ritu J. Pengobatan alternative untuk recommendations. Alabama Pharmacy
mengatasi tekanan darah. Jakarta: Association; 2015.
Gramedia Pustaka Utama; 2011. 10. Notoatmojo S. Pendidikan dan prilaku
5. Price S, Wilson L. Patofisiologi: konsep kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2003.

Majority | Volume 6 | Nomor 3 | Juli 2017 68

Anda mungkin juga menyukai