Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Menghitung Jumlah Hydrant Pillar dan Hydrant Box

Dalam perencanaan dan perancangan sistem pemadam kebakaran


hydrant pada tugas akhir ini, perlu memperhatikan beberapa faktor penting
berdasarkan NFPA dan SNI berikut :

a. Klasifikasi bangunan menurut tinggi dan jumlah lantai adalah


klasifikasi bangunan ‘E’ dengan ketinggian 54,4 m dan 16 lantai
b. Pasokan air untuk indoor hydrant box adalah 100 Gpm atau 379
liter/menit dan waktu pengoprasian minimal selama 30 menit
c. Pasokan air untuk outdoor hydrant box adalah 250 Gpm atau 946
liter/menit waktu pengoperasian minimal 45 menit
d. Untuk perlindungan bagian dalam bangunan dipasang indoor hydrant
box dengan panjang selang sepanjang 30 m
e. Untuk perlindungan bagian luar bangunan dipasang outdoor hydrant
box dengan panjang 30 m
f. Selain itu dipasang juga sismese connection untuk pengisian air ke
dalam jaringan sistem hydrant dari dinas pemadam kebakaran

Tabel 4.1 Klasifikasi bangunan menurut tinggi dan jumlah lantai [9]
Tabel 4.2 Peletakan Hydrant berdasar Luas Lantai Klasifikasi Bangunan

Untuk menentukan jumlah hydrant yang dibutuhkan adalah, lihat


Tabel 4.1 dan Tabel 4.2. Peletakan hydrant berdasarkan luas lantai,
klasifikasi bangunan dan jumlah lantai. Maka berdasarkan data yang ada
di BAB III (3.4) diketahui jumlah hydrant yang dibutuhkan adalah

Tabel 4.3 Jumlah Hydrant yang dibutuhkan

Hidrant box dipasang dengan ketinggian 75 cm dari permukaan


lantai, mudah dicapai, mudah terlihat tidak terhalang oleh benda-benda
lain dan dicat warna merah ditengah – tengah hidrant box diberi tulisan
“HIDRANT” dengan warna putih, tinggi tulisan minimum 10 cm.

4.2 Menghitung Head Sprinkler

Dalam perencanaan dan perancangan sistem pemadam kebakaran


sprinkler, setelah dilakukan penelitian di lapangan dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :

a. Data yang diperlukan dalam perhitungan adalah NFPA-13 dan SNI


03-3989-2000 karena tingkat bahaya kebakarannya adalah ringan.
Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem sprinkler otomatis
untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung. Untuk
kategori bahaya kebakaran sedang.
b. Kebutuhan air untuk bahaya kebakaran ringan 225 liter/menit = 3,75
liter/detik (SNI 03-3989-2000)
c. Arah pancaran air ke bawah (head sprinkler tipe pendant) untuk area
office
d. Automatic head sensitive nozzle lengkap dengan glass bulb dengan
tingkat suhu 680C dan warna cairan dalam glass merah.
e. Sprinkler yang dipakai ukuran 0,5 Inchi dengan kapasitas 25 GPM
f. Kepadatan pancaran 5 mm/menit dan jarak maksimum antar titik
sprinkler adalah 3,75 m dengan jari-jari pancaran sprinkler 1,875 m.
g. Jarak maksimum sprinkler dari dinding tembok 1,75 m
h. Kebutuhan air sprinkler untuk bahaya kebakaran sedang 375
liter/menit, dengan waktu pengoperasian 60 menit.
i. Satu buah sprinkler dapat menjangkau area sebesar 3,5 x 3,5 m
j. Direncanakan antara satu sprinkler dengan sprinkler yang lain terjadi
overlapping sebesar ¼ area jangkauan, sehingga tidak ada titik yang
tidak terkena pancaran air.
Adapun cara menentukan jumlah head sprinkler adalah dengan
mengunakan rumus:
A
N= (4.1)
π x r2
Dimana :
A = luas bangunan (m2)
π x r 2 = Luas perlindungan, di mana (radius dalam perancangan
ini penulis mengambil nilai 1,875 m). Maka jumlah head sprinkler
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4 Jumlah Head Sprinkler tiap lantai
4.3 Ukuran Ground Water Tank

Dalam pengoperasiannya, dibutuhkan air yang dapat


mengoperasikan sprinkler tersebut. Volume kebutuhan air sprinkler perlu
diperhatikan sehingga tidak menyebabkan kelebihan air pada sprinkler
tersebut. Perhitungan volume kebutuhan air sprinkler per gedung dapat
menggunakan rumus :
V=QxT

Dimana Q adalah kebutuhan air (liter/menit) dan T adalah waktu operasi


sistem. Q ditentukan sebesar 750 gpm (2839 liter/menit) dan T atau
waktu operasi sistem adalah 45 menit. Maka Volume kebutuhan airnya
adalah:

V = 2839 liter/menit x 45 menit = 127755 liter/menit atau 127,75


m3/menit.

Sedangkan bak air (reservoir) tidak boleh diisi penuh karena dari
hasil volume air yang dibutuhkan dalam menjaga faktor keamanannya,
dapat ditentukan kosntruksi bak airnya, yaitu:

Vbak = P x L x T  12m x 12m x 4m = 576 m3

Selisih volume ΔV = 576 – 127,75 = 448,25 m3

ΔV 448,25
Tinggi freeborad =  =9,3 m
A 12 x 4

4.4 Penentuan Sistem Pompa


Gabmabr 4.1 Skematik Pompa Elektrik (dokumen pribadi)

Gambar 4.2 Skematik Jockey Pump (dokumen pribadi)

Gambar 4.3 Skematik Diesel Pump (dokumen pribadi)


Gambar 4.4 Skematik Pompa Transfer (dokumen pribadi)

Tabel 4.5 Diameter Pipa (ASTM A-888 and CISPI 301 Pipe & Fittings)

4.5 Sistem Perpipaan


4.5.1 Pipa Hisap

Dengan jenis material besi tuang (cast iron) berukuran 6” dapat dilihat pada
tabel diameter pipa diatas.

- Diameter luar pipa 160,02 mm = 0,16002 m

- Diameter dalam pipa 150,88 mm (D) = 0,15088 m

- Tebal pipa 9,14 mm = 0,00914 m

- Panjang pipa terjauh (L) =3m

Sebelum menghitung jerugian gesek terlebih dahulu harus mengetahui tipe


aliran airnya maka. Tipe aliran dapat dihitung dengan menggunakan rumus
Bilangan Reynolds (Re) Dimana nilai μ berdasarkan dengan suhu 300C maka m=
0,801 x 10-6 m2/s
VxD
Re =
μ
2 x 0.15088
Re = = 374531.8 (turbulen)
0,801 X 10−6 m/ s
Setelah menentukan tipe aliran selanjutnya adalah menghitung kerugian
gesek pada pipa. Namun sebelumnya kita harus mencari nilai λ terlebih dahulu
sebelum melakukan perhitungan kerugian gesek mayor. Dimana nilai λ dapat

0,0005
ditentukan dengan persamaan λ = 0,020+ sehingga didapat nilai λ adalah
D
0,023. Dengan begitu kerugian gesek mayor dapat dihitung dengan menggunakan

L X V2
persamaan Hlp = λ sehingga didapat hasil Hlp =
2XDxg

3 X 22
0,023 =0,093 m. Kemudian selanjutnya adalah menghitung
2 X 0,15088 x 9,81
head loss minor. Nilai koefisien kerugian pada katup didapat berdasarkan tabel di
bawah dengan diameter 6’ yang mana katup pada pipa ini menggunakan Check
valve, Y-strainer, dan gate valve maka nilai k dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 4.6 Tabel Equivaken panjang pipa

V2
. Maka head loss minor dapat dihitung dengan f =k jika diketahui v
2x g
kecepatan laju airnya adalah 2 m/s maka hasilnya adalah:
Kerugian pada Y-Strainer = 8.5 m
Kerugian pada Gate Valve = 0,24 m
Kerugian pada Check Valve = 2,44
H = kerugian mayor + kerugian minor  0,093 + 8,5 + 0,24 + 2,44 = 11,3 m.

4.5.2 Pipa Pembagi Utama


Pipa jenis ini menggunakan material yang sama dengan pipa hisap,
berukuran 6’’ dengan ketentuan:

- Diameter luar pipa 160,02 mm = 0,16002 m

- Diameter dalam pipa 150,88 mm (D) = 0,15088 m

- Tebal pipa 9,14 mm = 0,00914 m

- Panjang pipa terjauh (L) = 110 m


L X V2
Maka dengan menggunakan rumus Hlp = λ untuk menghitung head loss
2XDxg

V2
mayor dan f =k untuk menghitung head minor. Maka di dapat untuk head
2x g
110 X 22
mayornya adalah: Hlp = 0,023 = 3,42 m. Pada pipa pembagi
2 X 0,15088 x 9,81
utama ini terdapat 8 buah elbow 90 0, dan Tee Branch 2 buah maka berdasarkan
tabel 4.6 didapat nilai k nya sebesar 6.0 untuk elbow dan 9.0 untuk Tee Branch
maka dapat dihitung headloss minor nya sebagai berikut elbow

22
f =6,0 x x 8 maka hasilnya adalah 10 m. Headloss minor Tee Branch
2 x 9,81

22
f =9 , 0 x x 2 = 3,7 m. Maka Head loss totalnya adalah 10 + 3,42 + 3,7 =
2 x 9,81
17,12 m.

4.5.3 Pipa Cabang


Pipa cabang terjauh adalah dengan data sebagai berikut:

- Diameter luar pipa 160,02 mm = 0,08509 m

- Diameter dalam pipa 150,88 mm (D) = 0,07520 m

- Tebal pipa 10 mm = 0,01 m

- Panjang pipa terjauh (L) = 50 m

-Q = 387,5 lpm (0,0065 m/s)

-t = 300C

π π
Luas penampang pipa (A) = x d 2 → x 0,075202 =0,0044 m 2
4 4

Kecepatan aliran air (v) = Q/A  0,0065/0,004 = 1,6 dibulatkan mejadi 2 m/s

v xD 2 x 0,07520
Tipe aliran. Re = → =187765,3 (aliran turbulen)
μ 0,801 x 10−6

Sebelum menentukan headloss mayor kita cari terlebih dahulu koefisien geseknya

0,0005
(λ) dengan menggunakan persamaan Darcy. λ=0,020+ = 0,027. Maka
D
50 X 22
kerugian mayornya adalah 0,0 27 =0,37 m. Setelah itu kita
2 X 0,07 5 2 0 x 9,81
dapat menghitung rugi minor, menghitung kerugian belokan pipa.

Jika kita melihat pada tabel equivalen panjang pipa didapat nilai k untuk
belokan 90 derajat adalah 3,0 dengan jumlah 10 buah. Maka dapat dihitung

V2 22
dengan cara f =k x n→ f =3,0 =6,1m. Maka dengan ini kerugian
2x g 2 x 9,81
totlnya adalah 6,1 + 0,37 = 6,47 m. Diketahui terdapat 16 buah pipa pembagi,
maka hasilnya adalah 6,47 x 16 = 103 m.

4.5.4 Head kerugian Pipa (H1)

Head total =

∑ headlosstotal hisap+headloss total pembagi utama+headloss total cabang


Maka didapat hasilnya adalah ∑ 11,3 +17,12+103=131,42 m

4.5.5 Head Statis

Head perbedaan tinggi antar muka air sisi luar (Z2) dengan sisi hisap (Z1)

Ha = Z2 – Z1  5 – 0 = 5 m

4.5.6 Head Tekanan (∆ hp)

Tekanan hisap (P1)

kg m
P1 = ρ x g x Ha →995,7 3
x 9,81 2 x 5 m = 48839.1 kg/m2
m s

Tekanan untuk sprinkler dan hidran maksimum (P2) adalah 8,5 Bar. Maka
tekanan instalasi pipa adalah sebesar:

P2 = 8,5 Bar – Tekanan udara  8,5 Bar – 1,01325 Bar = 7,5 Bar

Keterangan: 1 bar = 1 kg/cm2 maka 1 Bar = 10000 kg/m2. Sehingga 7,5 bar
adalah 75000 kg/m2.
Maka dapat diketahui Head tekanannya adalah

kg kg
75000 2
−48839,1 2
P 2−P1 m m
→ = 2,67 kg/m3
ρxg kg m
995,7 3 x 9,81 2
m s

4.5.7 Head Total Instalasi perpipaan

22
Ht = Hl + Ha + ∆ hp  131,42 m + 5 + 2,6 + = 139,2 m
2 x 9,81

4.7 Daya Pompa

Penentuan daya pompa pada sistem ini dapat dihitung pada perhitungan di
bawah ini.

 Daya Air

Pw = ρ x g x h x Q→ 997,5 x 9,81 x 139,2 x 0,05=68107 Watt

 Daya Poros

P 68107 Watt
Pporos = → = 97296 Watt atau 97,3 kW. Untuk pompa
η 70 %
dengan daya 97,3kW tidak tersedia di pasaran, maka disesuaikan dengan
yang tersedia di pasaran yaitu sebesar 110 kW

 Daya Mekanik (Pm)

P (1+ α ) 110 kW (1+0,2)


Pm = → P m= = 138, 9 kW
ηt 0,95

Anda mungkin juga menyukai