Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS DAMPAK KEPENDUDUKAN TERHADAP TINGKAT

KRIMINALITAS DI PROVINSI BANTEN

Riny Handayani
gmriny@yahoo.co.id

Program Studi Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Jl. Raya Jakarta Km 4 Pakupatan Serang Banten, Telp. 0254-280330

Abstrak : Masalah kemiskinan, pengangguran dan keadaan kependudukan seperti


Fertilitas, Mortalitas dan Mobilitas/Migrasi penduduk memberikan kontribusi terhadap
terjadinya konflik sosial dan kriminalitas secara langsung maupun tidak langsung.
Kriminalitas di wilayah Provinsi Banten mengalami peningkatan cukup signifikan atau
mencapai 68 persen sepanjang tahun 2014 dibandingkan tahun 2013. Peningkatan
kriminalitas konvensional dan transnasional di wilayah hukum Polda Banten
dibandingkan tahun lalu merujuk data, tindak kriminalitas tahun 2013 sebanyak 3.569
kasus, sedangkan ditahun 2014 meningkat menjadi 5.857 kasus. dari 5.857 kasus yang
terjadi di wilayah Polda Banten, sebanyak 2.191 kasus dapat diselesaikan. Jumlah
tersebut menurun dibanding 2013, dari 3.569 kasus yang terjadi, sebanyak 2.077 kasus
yang dapat terselesaikan (Polda Banten, 2015). Pertumbuhan penduduk yang cepat
sebagai provinsi baru, tingkat pengangguran yang tinggi, kesenjangan pendidikan dan
antar kabupaten/kota, kesenjangan kesejahteraan antar kabupaten/kota dan wilayah
rawan kriminalitas merupakan latarbelakang penelitian ini. Menggunakan Teori Ekologi
Kriminalitas (Meliala, 2011). hasil analisis bahwa dari variabel Kualitas Penduduk yang
berperan kuat mempengaruhi kejadian kriminalitas adalah aspek Kepadatan Penduduk,
variabel Kuantitas Penduduk adalah aspek Angka Partisipasi Sekolah usia 19-24 tahun,
Ketersediaan Fasilitas Kesehatan dan, Persentase Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT). Sedangkan untuk variabel Mobilitas Penduduk yang berpengrauh secara positif
secara kuat dan signifikan adalah aspek Migrsi Risen.Dua solusi utama mengatasi
permasalahan ini adalah melaksanakan secara konsisten aturan yang berkaitan dengan
administrasi kependudukan agar semua penduduk terutama migran terdata dengan baik
dan pemerataan pembangunan dan menyediakan lapangan pekerjaan di setiap wilayah
terutama desa atau kota-kota kecil lainnya sehingga kepadatan penduduk tidak
terkonsentrasi pada satu atau beberapa wilayah saja dan mengantisipasi kejadian
kriminalitas akibat migrasi.

Kata Kunci : Dampak Kependudukan, Tingkat Kriminalitas

149
Abstract : Problems of poverty, unemployment and population conditions such as
Fertility, Mortality and Mobility / Population Migration contributes to the occurrence
of social conflicts and criminality directly or indirectly. Criminality in the Province of
Banten has increased significantly or reached 68 percent during the year 2014
compared to the year 2013. Increase in conventional and transnational criminality in
the jurisdiction of Banten Police compared to last year referring data, crime in 2013 as
many as 3,569 cases, while in 2014 increased to 5.857 case. of 5,857 cases that
occurred in the Banten Police Region, as many as 2191 cases can be resolved. The
number decreased compared to 2013, from 3,569 cases, 2,077 cases that can be
resolved (Banten Police, 2015). Rapid population growth as a new province, high
unemployment rate, education gap and inter-district / city, welfare gaps between
districts / municipalities and crime prone areas are the background of this study. Using
Ecological Theory of Crime (Meliala, 2011). result of analysis that from variable of
Quality of Population which have strong role affecting crime incident is aspect of
Population Density, Population Quantity variable is aspect of School Participation Rate
of age 19-24 years, Availability of Health Facility and, Percentage of Open
Unemployment Rate (TPT). As for the variable Mobility of People who have positively
influenced strongly and significantly is the aspect of Migrsi Risen. The two main
solutions to overcome this problem are consistent implementation of rules relating to
population administration so that all residents, especially migrants, are well-regulated
and equitable with development and provide employment in each region, especially
villages or other small towns, so that the population density is not concentrated in one
or some areas and to anticipate the crime caused by Migration.

Keywords: Population Impact, Crime Level

1. PENDAHULUAN terlahirnya konflik. Hal tersebut di atas


Masalah kemiskinan, setidaknya yang terjadi di wilayah
pengangguran dan tekanan hidup dalam kajian penelitian yaitu Provinsi Banten
hal ini memberikan kontribusi .Tingginya angka kriminal di Indonesia
Terhadap terjadinya konflik sosial dan disebabkan oleh berbagai macam faktor,
kriminalitas secara langsung maupun antara lain kemiskinan, disfungsi norma
tidak langsung dipengaruhi oleh tekanan dan hukum, ketidak harmonisan unsur
penduduk. Jumlah penduduk yang terkait serta karakter bangsa yang sudah
terlalu banyak dan terdistribusi tidak bergeser. Hal ini diperparah dengan
merata, sumberdaya yang terbatas dan system pendidikan yang tidak lagi
perpindahan/pergerakan penduduk mengajarkan nilai-nilai etika termasuk
memberikan sumbangan untuk pendidikan agama yang hanya

150
menekankan pada aspek kognitif saja masyarakat seperti pencurian dengan
(Randan, 2012). kekerasan, pencurian dengan
Kriminalitas di wilayah Provinsi pemberatan, curanmor penipuan dan
Banten mengalami peningkatan cukup narkotika, secara kualitas justru
signifikan atau mencapai 68 persen meningkat (Polda Banten, 2015).
sepanjang tahun 2014 dibandingkan Untuk tipologi kasus 3 besar di
tahun 2013. Peningkatan kriminalitas wilayah Polda Banten, kasus terbesar
konvensional dan transnasional di adalah Pencurian Kendaraan Bermotor
wilayah hukum Polda Banten Roda Dua (Curanmor R2) sebanyak
dibandingkan tahun lalu merujuk data, 1.387 kasus dengan wilayah tertinggi
tindak kriminalitas tahun 2013 sebanyak kasus di Resort Serang, kasus kedua
3.569 kasus, sedangkan ditahun 2014 adalah Pencurian Dengan Pemberatan
meningkat menjadi 5.857 kasus. dari sebanyak 1.212 kasus dominan di
5.857 kasus yang terjadi di wilayah wilayah Resort Serang dan kasus
Polda Banten, sebanyak 2.191 kasus Penipuan Perbuatan Curang sebanyak
dapat diselesaikan. Jumlah tersebut 673 kasus juga dominan terjadi di
menurun dibanding 2013, dari 3.569 wilayah Resort Serang.
kasus yang terjadi, sebanyak 2.077 Atas dasar uraian di atas, maka
kasus yang dapat terselesaikan (Polda tulisan ini akan membahas dan
Banten, 2015) menguraikan tentang Dampak
Waktu terjadinya tindak pidana Kependudukan Terhadap Tingkat
sepanjang 2014 pun meningkat, dari Kriminalitas di Provinsi Banten.
sebelumnya setiap 1 jam 36 menit 2. TINJAUAN PUSTAKA
terjadi satu kasus kriminal, dari yang Tiga faktor yang mempengaruhi
sebelumnya setiap 2 jam 38 menit langsung pertumbuhan penduduk
terjadi satu kasus kriminalitas pada suatu wilayah adalah kelahiran
tahun 2013. Resiko penduduk yang (fertilitas), kematian (mortalitas) dan
terkena tindak pidana meningkat dari 69 perpindahan/pergerakan penduduk
orang orang di 2013 menjadi 113 orang (migrasi/mobilitas).Fertilitas adalah
di 2014. Sementara itu, kasus kriminal komponen utama pertumbuhan
yang menonjol dan menjadi perhatian penduduk yang bersifat menambah

151
jumlah penduduk. Indikator fertilitas banyaknya kematian pada perempuan
meliputi : 1) Angka Kelahiran Kasar umur tertentu per 1.000 perempuan
(Crude Birth Rate/CBR), yaitu pada umur yang sama pada pertengahan
banyaknya kelahiran per 1.000 periode; 3)Infant Mortality Rate (IMR)
penduduk pada pertengahan tahun ; 2) atau Angka Kematian Bayi, adalah
Angka Kelahiran Menurut Umur (Age jumlah kematian bayi berumur di bawah
Spesific Fertility Rate/ASFR), yaitu 1 tahun selama tahun X dibagi jumlah
perempuan pada umur tertentu adalah kelahiran selama tahun X dikalikan
banyaknya kelahiran pada perempuan 1.000.
umur tertentu per 1.000 perempuan Sedangkan faktor ketiga yang
pada umur yang sama pada pertengahan merupakan komponen utama dalam
periode;3) Angka Kelahiran Total Kependudukan adalah Migrasi;Migrasi
(Total Fertility Rate/TFR), yaitu adalah perpindahan penduduk dengan
mengukur banyak anak yang akan tujuan untuk menetap dari suatu
dilahirkan oleh suatu kohor perempuan tempat/wilayah yang melampaui batas
selama masa reproduksi mereka. administratif suatu wilayah (Setiadi,
Faktor yang kedua adalah 1999). Umumnya migrasi penduduk
Mortalitas; Mortalitas atau kematian mengarah pada wilayah yang ―subur‖
adalah hilangnya tanda-tanda kehidupan pembangunan ekonominya, karena
secara permanen. Ukuran kematian faktor ekonomi sangat kental
menunjukkan suatu angka atau indeks mempengaruhi orang untuk pindah. Hal
yang dipakai sebagai dasar untuk ini dipertegas lagi oleh Sri Rum
menentukan tinggi rendahnya tingkat Giyarsih, 2009 yang menyatakan bahwa
kematian suatu penduduk. Indikator migrasi sebenarnya merupakan suatu
Mortalitas meliputi : 1)Angka Kematian reaksi atas kesempatan ekonomi pada
Kasar/ Crude Death Rate (CDR) yaitu suatu wilayah.
banyaknya kematian per 1.000
penduduk pada pertengahan tahun ; 2) Variabel
Angka Kematian Menurut Umur (Age KependudukandanKriminalitas
Spesific Death Rate/ASDR), yaitu Masalah kemiskinan, pengangguran dan
perempuan pada umur tertentu adalah tekanan hidup dalam hal ini menberikan

152
kontribusi terhadap terjadinya konflik Statistik (BPS) secara nasional, tentang
sosial dan kriminalitas secara langsung angka kejahatan (crime rate) dan resiko
maupun tidak langsung dipengaruhi terjadinya kejahatan pada penduduk
tekanan penduduk, jumlah penduduk (crime clock), dapat diasumsikan bahwa
yang terlalu banyak dan tidak rata provinsi dengan jumlah penduduk
distribusinya, sumber daya alam dan banyak dan kepadatan penduduk tinggi
manusia yang terbatas dan perpindahan adalah tinggi juga angka kejahatannya.
atau pergerakan penduduk memberikan Studi di tiga wilayah (Kalbar,
sumbangan akan lahirnya konflik. Sulsel dan Sumut) dan di tiga kota
Sebagaicontoh, konflik di (Pontianak, Makassar dan Medan) pada
sambas, Sanggau Ledo dan Sampit tahun 2011 menunjukkan bahwa
(semuanya di Kalimantan pada kurun sebagai provinsi yang memiliki banyak
waktu 1996-2000) terjadi antara penduduk di masing-masing pulau dan
penduduk asli dengan pendatang juga kota terbanyak penduduknya di
yang bermigrasike Kalimantan. setiap provinsi, diikuti oleh angka
Perbedaan kultur dan strata kejahatannya yang juga adalah tinggi.
sosial, ekonomi serta kepentingan Berkaitan dengan hal di atas, Di
politik pihak tertentu menyebabkan Provinsi Kalbar, Sulawesi Selatan dan
perbedaan yang nyata sehingga konflik Sumatera Utara juga ditemukan angka
begitu cepat tercipta (Direktorat Penyandang Masalah Kesejahteraan
Analisis Dampak Kependudukan, Sosial (PMKS) yang tinggi, utamanya
BKKBN 2011). untuk anak terlantar, anak bermasalah
Ekologi adalah salah unsur yang dengan hukum, keluarga fakir miskin,
dapat memahami Kriminalitas (Meliala, pekerja seks komersial dan korban
Adrianus, 2011). Dalam kriminologi, penyalahgunaan NAPZA. Dalam
ekologi secara mudah dimengerti banyak kasus, tidak jarang PMKS
sebagai pengaruh eksternal, misalnya kemudian berkembang menjadi pelaku
tinggi rendah pengangguran, urbanisasi, kejahatan (criminal) apabila tidak
pertumbuhan ekonomi, atau kepadatan ditanggulangi dengan baik.
penduduk (densitas) di suatu wilayah Dalam kaitannya dengan
Merujuk data dari Badan Pusat kependudukan, tidak dipungkiri,

153
masalah kemiskinan, pengangguran, hubungan kausal (timbal balik) antara
migrasi, kelaparan dan tekanan dua konstruksi, atau hipotesis
kehidupan memberikan kontribusi konseptual. Pada tingkat definisi
terhadap keamanan negara maupun operasional, pengujian hipotesis
keamanan selaku individu dari dilakukan untuk menentukan tingkat
kriminalitas. keterkaitan antar indikator. Pada tingkat
operasional tingkat biasa digunakan
3. METODOLOGI PENELITIAN korelasi, statistik, kuesioner, dan
Dalam penelitian ini metode sejenisnya. Tingkat ketiga adalah
penelitian yang dilakukan adalah realitas empiris atau keadaan di
metode kuantitatif dengan tehnik lapangan. Indikator operasional (mis.,
deskriptif yang didukung dengan kuesioner item) mulai dijabarkan ke
metode kualitatif Tujuan dari penelitian konstruksi.(Neuman, 2014:209).
kuantitatif adalah mendapatkan Data yang telah dikumpulkan,
gambaran terukur kaitan antara variabel kemudian diolah, dan selanjutnya
kependudukan dengan tingkat dianalisis dengan bantuan SPSS
kriminalitas, sedangkan metode menggunakan metode korelasi Pearson
kualitatif pendukung menggambarkan Product Moment dilanjutkan dengan
realita empirik dibalik fenomena secara menghitung Koefisien Determinasinya,
mendalam, rinci dan tuntas dengan sehingga terlihat berapa besar pengaruh
mencocokkan antara realita empirik variabel bebas X1 = Kuantitas
dengan teori yang berlaku dengan Penduduk, X2 = Kualitas Penduduk dan
menggunakan tehnik kegiatan survei X3 = Mobilitas Penduduk terhadap
dan kajian literatur. variabel terikatnya Y = Angka
proses pengukuran Kriminalitas. Uji normalitas dan
menghubungkan dua variabel dalam reabilitas data dilakukan terlebih dahulu
sebuah teori dan sebuah hipotesis. tiga sebelum dilakukan uji analisis di atas.
tingkatan yang harus dipertimbangkan
adalah konseptual, operasional, dan 4. HASIL PENELITIAN
empiris. Pada tingkat yang paling Trend Kejahatan dalam Statistik
abstrak, kita mungkin tertarik pada Kriminal Resmi Kepolisian Daerah

154
Banten dalam analisis ini, trend rata-rata kejahatan per 10.000 penduduk
kejahatan diarahkan pada (Siegel, 2008).
kecenderungan pertumbuhan dan
penurunan angka kejahatan yang Korelasi (hubungan) Kuantitas
Penduduk (X1) dengan Angka
didasari pada data statistik kriminal
Kriminalitas (Y)
resmi Polda Banten, khususnya di
Sebelum menggunakan Uji
wilayah hukum Polres Serang,
Korelasi antara variabel terikat (Y) :
Pandeglang, Lebak dan Cilegon untuk
Angka Kriminalitas dengan variabel
tahun 2012-2013 dan 2014. Untuk
bebas (X1) : Kuantitas Penduduk yang
mengukur trend kejahatan digunakan
dalam hal ini diwakili oleh Laju
rumusan yang dikemukakan oleh Larry
Pertumbuhan Penduduk (LPP),
Siegel, yaitu dengan mengetahui angka
Kepadatan Penduduk dan Total Fertility
perimbangan kejahatan atau Crime rate,
Rate (TFR) maka terlebih dulu
yakni jumlah kejahatan dibandingkan
dilakukan uji normalitas.
dengan jumlah penduduk, atau nilai

Uji Korelasi Product Moment (Pearson) Kuantitas Penduduk (X1) : Laju


Pertumbuhan Penduduk, Kepadatan Penduduk dan Total Fertility Rate/TFR
Terhadap Angka Kriminalitas.

Correlations
LPP logpdtduduk logkriminalitas
**
LPP Pearson Correlation 1 ,883 ,128
Sig. (2-tailed) ,000 ,692
N 12 12 12
**
logpdtduduk Pearson Correlation ,883 1 ,522
Sig. (2-tailed) ,000 ,082
N 12 12 12
logkriminalitas Pearson Correlation ,128 ,522 1
Sig. (2-tailed) ,692 ,082
N 12 12 12

Korelasi Antara Laju Pertumbuhan Pertumbuhan Penduduk (LPP) dengan


Penduduk (LPP) Dengan Angka
Jumlah Kriminalitas adalah sebesar
Kriminalitas
Dari output di atas terlihat 0,128 dengan nilai signifikansi (2-
bahwa koefisien korelasi antara Laju tailed) sebesar 0,692 >nilai α = 5 %,

155
sehingga dapat disimpulkan hubungan sehingga dapat disimpulkan hubungan
antara LPP dengan Angka Kriminalitas antara Kepadatan Penduduk dengan
adalah sangat lemah (mendekati nilai Jumlah Kriminalitas adalah kuat (di
0), walaupun positif (jika LPP naik, atasnilai 0,500), positif (jika
maka Jumlah Kriminalitas juga Kepadatan Penduduk naik, maka
meningkat, demikian sebaliknya), Angka Kriminalitas juga meningkat,
namun tidak signifikan (nilai koefisien demikian sebaliknya), dan signifikan
korelasi lebih dari nilai α = 5 %). (nilai koefisien korelasi kurang dari
Seperti telah dibahas nilai α = 10 %).
sebelumnya, walaupun korelasinya Dapat diprediksi dengan makin
lemah tetapi terdapat hubungan searah padatnya penduduk di suatu wilayah
antara Laju Pertumbuhan Penduduk berpotensi meningkatkan kejadian
dengan Angka Kriminalitas. kriminalitas. Kepadatan penduduk
Kabupaten Pandeglang memiliki LPP dimana salahsatunya adalah akibat
terendah di Provinsi Banten yaitu migrasi akan menimbulkan persaingan
sebesar 0,86 pada tahun 2014 dan di antara penduduk terutama yang usia
terbukti diikuti oleh Angka kerja untuk memperoleh pekerjaan.
Kriminalitas yang juga rendah. Hal Masalahnya, jumlah Angkatan Kerja
yang sama juga berlaku di Kota yang meningkat belum tentu diikuti
Cilegon yang memiliki LPP relatif oleh ketersediaan lapangan pekerjaan.
tinggi yaitu 1,82 pada tahun 2014 juga Akibatnya, Angkatan Kerja yang
diikuti oleh Angka Kriminalitas yang berstatus menganggur berpotensi
cenderung tinggi. melakukan tindakan kejahatan yang
Korelasi Antara Kepadatan secara langsung meningkatkan angka
Penduduk Dengan Angka
kriminalitas.Hal ini relevan dengan
Kriminalitas
Dari output di atas terlihat bahwa teori yang menyatakan kuantitas
koefisien korelasi antara Kepadatan kejahatan di dalam masyarakat
Penduduk dengan Angka Kriminalitas mempunyai erat dengan kondisi-
adalah sebesar 0,522 kondisi dan pertentangan kebudayaan,
dengannilaisignifikansi (2-tailed) yang terdiri atas proses beberpa aspek
sebesar 0,082 <nilai α = 10 %, kehidupan masyarakat, salah satunya

156
adalah kuantitas penduduk berkorelasi positif dengan tingginya
(Abdulsyani, 1987). Angka Kriminalitas.
Meningkatnya tindakan
kriminalitas di wilayah yang padat yang Korelasi Antara Total Fertility Rate
(TFR) Dengan Angka Kriminalitas
biasanya terjadi pada wilayah bercirikan
perkotaan terjadi karena kesenjangan TFR di Provinsi Banten
sosial antara masyarakat satu dengan mengalami penurunan menurut hasil
masyarakat lainya. Daya tampung SDKI dari 2.64 anak per wanita usia
wilayah yang semakin sempit, lahan subur pada SDKI 2007 menjadi 2.5 per
yang semakin menyusut sementara wanita usia subur pada SDKI 2012.
penduduk terus bertambah. Kepadatan Sebagai informasi TFR merupakan
penduduk dan kendala yang dihadapi potret rata-rata jumlah anak yang akan
oleh pemerintah kota untuk mengatur dilahirkan oleh seorang wanita pada
populasi yang terus meningkat setiap akhir masa reproduksinya. Berikut
tahunnya. Pada akhirnya banyak dari adalah data untuk Total fertility Rate
penduduk yang terabaikan dan luput (TFR) dan Crude Birth Rate (CBR)
dari pengawasan pemerintah yang apada untuk masing-masing kabupaten/kota :
akhirnya memicu kenaikan tindakan Untuk kasus di ProvinsiBanten,
kriminalitas. AngkaKelahiran Total/ Total Fertility
Dalam penelitian ini terbukti, Rate (TFR) yang terlihat tinggi
wilayah yang memiliki kepadatan terdapat di Kabupaten Pandeglang dan
penduduk rendah akan diikuti dengan Lebak, masing-masing 2.98 dan 2.55
kejadian kriminalitas yang juga dan yang paling rendahadalah Kota
rendah, begitupun sebaliknya. Tanggerang Selatan yaitu 1.93. Angka
Kabupaten Lebak yang memiliki Kelahiran Kasar/ Crude Birth Rate
kepadatan penduduk 364 perkm² (CBR) terlihat tinggi terdapat di Kota
memang memiliki Angka Kriminalitas Cilegon dan Kabupaten Pandeglang,
terendah. Sebaliknya, sebagai masing-masing 20.19 dan 19.22
gambaran Kota Tangerang Selatan danyang paling rendahadalah Kota
yang kepadatan penduduknya Tanggerang Selatan yaitu 16.54.
duapuluh kali lipat Kabupaten Lebak Selengkapnya dapat dilihat pada tabel

157
di bawah ini:
AngkaKelahiran Total/ Total Fertility Rate (TFR)
danAngkaKelahiranKasar/ Crude Birth Rate (CBR)
BerdasarkanKabupaten/Kota di ProvinsiBanten

Total Fertility Rate Crude Birth Rate


Kabupaten/Kota
(TFR) (CBR)
Pandeglang 2.98 19.92
Lebak 2.55 17.88
Tanggerang 2.29 19.08
Serang 2.45 18.21
Kota Tanggerang 2.10 18.71
Kota Cilegon 2.52 20.19
Kota Serang 2.59 19.69
Kota Tanggerang Selatan 1.93 16.54
Sumber :Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
ProvinsiBanten, 2015
Angka Kriminalitas untuk tahun 2012,
Dengan menggunakan SPSS, 2013 dan 2014, maka didapat hasil
dicari hubungan antara TFR dengan sebagai berikut
:
Correlations
TFR Logkriminalitas
TFR Pearson Correlation 1 -,445
Sig. (2-tailed) ,147
N 12 12
logkriminalitas Pearson Correlation -,445 1
Sig. (2-tailed) ,147
N 12 12

Hubungan antara Angka korelasi negatif anatara TFR dengan


Kelahiran Total atau Total Fertility Angka Kriminalitas. Telah disebutkan
Rate (TFR) dengan Angka Kriminalitas sebelumnya, ini dapat diartikan jikaTFR
adalah negatif, lemah dan tidak naik maka Angka Kriminalitas akan
signifikan. Hal ini berarti bahwa jika turun demikian sebaliknya. Kasus
TFR naik maka tidak akan diikuti oleh konkret yang teridentifikasi adalah
kenaikan Angka Kriminalitas demikian Kabupaten Pandeglang sebagai wilayah
sebaliknya. dengan TFR tertinggi, sebaliknya
Hal yang menarik adalah terjadi memiliki Angka Kriminalitas yang

158
rendah. Sedangkan, Kabupaten dan wilayah hukum Polda Banten ternyata
Kota Serang yang memiliki TFR di memiliki TFR terendah di Provinsi ini.
bawah Kabupaten Pandeglang malah Maka sudah jelas terlihat pola hubungan
memiliki Angka Kriminalitas tertinggi antara TFR dengan Angka Kriminalitas.
dibanding wilayah lain. Kota Tangerang
Selatan walaupun berada pada wilayah Korelasi (hubungan) Kualitas
hukum Polda Metro Jaya yang notabene Penduduk (X2) dengan Angka
memiliki Angka Kriminalitas dibanding Kriminalitas (Y).
Dalam hal ini Kualitas Penduduk Harapan Hidup (AHH), Angka
diwakili oleh PersentaseTingkat Partisipasi Sekolah usia 19-24 tahun
Pengangguran Terbuka (TPT), dan Ketersediaan Fasilitas Kesehatan
Persentase Penduduk Miskin, Angka
Korelasi Antara Persentase Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Dengan Angka
Kriminalitas
Correlations
logpenganggur logkriminalitas
logpenganggur Pearson Correlation 1 ,422
Sig. (2-tailed) ,172
N 12 12
logkriminalitas Pearson Correlation ,422 1
Sig. (2-tailed) ,172
N 12 12

Korelasi (Hubungan) antara secara langsung meningkatkan angka


Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) kriminalitas. Data statistik menguatkan
dengan Angka kriminalitas positif pola ini, walaupun sifatnya lemah dan
namun lemah dan tidak signifikan. tidak signifikan. Hal ini dapat
Seperti telah dibahas sebelumnya, dimaklumi karena unit analisis wilayah
jumlah Angkatan Kerja yang yang dibandingkan relatif sedikit, tapi
meningkat belum tentu diikuti oleh jika merujuk perbandingan yang
ketersediaan lapangan pekerjaan. terjadi di wilayah Serang yang
Akibatnya, Angkatan Kerja yang memiliki jumlah Tingkat
berstatus menganggur berpotensi Pengangguran Terbuka (TPT) tertinggi
melakukan tindakan kejahatan yang yaitu sebesar 13,69% pada tahun 2013

159
memiliki Angka Kriminalitas yang jumlah Tingkat Pengangguran Terbuka
juga tertinggi di wilayah hukum Polda (TPT) relatif tinggi yaitu sebesar
Banten. Begitupun dengan kondisi di 11,94% pada tahun 2013 diikuti oleh
Kabupaten Tangerang yang memiliki kejadian kriminalitas yang juga tinggi.

Korelasi Antara Jumlah Penduduk Miskin Dengan Angka Kriminalitas


Correlations
logkriminalitas logkemiskinan
Logkriminalitas Pearson Correlation 1 -,345
Sig. (2-tailed) ,273
N 12 12
Logkemiskinan Pearson Correlation -,345 1
Sig. (2-tailed) ,273
N 12 12

Hubungan antara jumlah kaya dan memiliki persentase penduduk


kemiskinan dengan jumlah kriminalitas miskin yang rendah cenderung memiliki
adalah negatif dan tidak signifikan. Pola kejadian tindak kejahatan yang tinggi.
yang unik juga ditemukan kaitannya Heterogen penduduk yang berkaitan
antara persentase penduduk miskin di secara langsung dengan kepadatan
suatu wilayah dengan kejadian penduduk dan kejadian migrasi di
kriminalitas yang terjadi. Di Provinsi wilayah bercirikan perkotaan
Banten teori kaitan searah dan menyebabkan tingginya persaingan
signifikan antara kemiskinan dengan antara penduduk untuk mendapatkan
kriminalitas terbantahkan. Pola yang pekerjaan dan bertahan hidup sehingga
terjadi di wilayah kajian, wilayah yang berdampak pada tingginya Angka
terkategorikan sebagai wilayah miskin Kriminalitas.
dengan indikator persentase penduduk Fakta konkret yang terjadi di
miskin yang tinggi malah memiliki wilayah kajian, Kabupaten Pandeglang
Angka Kriminalitas yang rendah. yang memiliki persentase penduduk
Walaupun memerlukan miskin terbanyak di Provinsi Banten
penelitian lebih lanjut, faktor heterogen yaitu 9,28% malah terdata memiliki
penduduk di wilayah yang bercirikan kejadian kriminalitas yang rendah
perkotaan yang identik dengan wilayah dibandingkan dengan wilayah Cilegon

160
dan Serang.
Korelasi Antara Angka Harapan Hidup (AHH) Dengan Angka Kriminalitas
Correlations
TKRIMINALITAS AHH
TKRIMINALITAS Pearson Correlation 1 ,068
Sig. (2-tailed) ,833
N 12 12
AHH Pearson Correlation ,068 1
Sig. (2-tailed) ,833
N 12 12

Hubungan antara Angka hanya 0,068) tapi terindikasi kejadian


Harapan Hidup (AHH) dengan Angka kriminalitas yang tinggi dijumpai pada
Kriminalitas adalah positif dan sangat wilayah hukum yang penduduknya
lemah juga tidak signifikan. Dapat memiliki Angka Harapan Hidup (AHH)
diartikan, walaupun terjadi secara yang juga tinggi dan begitu pula
kebetulan (karena tidak signifikan) dan sebaliknya.
tidak kuat (karena koefisien korelasi

Korelasi Antara Angka Partisipasi Sekolah Tingkat Tinggi (19-24 tahun) Dengan
Angka Kriminalitas
Correlations
logkriminalitas pendidikan
*
logkriminalitas Pearson Correlation 1 -,614
Sig. (2-tailed) ,034
N 12 12
*
Pendidikan Pearson Correlation -,614 1
Sig. (2-tailed) ,034
N 12 12
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Hubungan antara pendidikan sumberdaya manusia dapat terlihat dari


dengan tingkat kriminalitas adalah peningkatan tingkat pendidikan rata-rata
negatif, kuat dan signifkan (pada level suatu daerah. Peningkatan tersebut
kepercayaan 5 %). Artinya jika merupakan dampak dari peningkatan
pendidikan mengalami peningkatan permintaan akan pendidikan untuk
maka tingkat kriminalitas akan mendapatkan pekerjaan dengan
menurun, demikian sebaliknya. penghasilan yang lebih baik. Hal ini
Peningkatan kualitas karena untuk memperoleh pekerjaan di

161
sektor modern sangat ditentukan oleh bersekolah (Lochner, 2007)
tingkat pendidikan (Todaro & Smith, Anak-anak yang tumbuh dalam
2004). Dari sisi lain, tingginya keluarga yang tidak menekankan
partisipasi masyarakat untuk bersekolah pentingnya mendapatkan pendidikan
juga akan menurunkan kemampuan lebih mungkin untuk tinggal di jalanan
mereka untuk melakukan tindak dan melakukan hal-hal yang cenderung
kriminalitas karena waktu mereka kriminal.
sebagian besar akan habis untuk

Korelasi Antara Ketersediaan Fasilitas Kesehatan Dengan Angka Kriminalitas


Correlations
TKRIMINALITAS Kesehatan
TKRIMINALITAS Pearson Correlation 1 -,471
Sig. (2-tailed) ,122
N 12 12
kesehatan Pearson Correlation -,471 1
Sig. (2-tailed) ,122
N 12 12

Hubungan antara kesehatan maka tingkat kriminalitas menurun


dengan tingkat kriminalitas adalah namun hubungan ini terjadi secara
negatif, lemah dan tidak signifikan. kebetulan saja (tidak signifikan = tidak
Meskipun terdapat hubungan negatif nyata).
yaitu jika fasilitas kesehatan ditambah,

Korelasi (hubungan) Mobilitas Penduduk (X3) dengan Tingkat Kriminalitas (Y)


Correlations
TKRIMINALITAS Migrasirisen
**
TKRIMINALITAS Pearson Correlation 1 ,745
Sig. (2-tailed) ,005
N 12 12
**
migrasirisen Pearson Correlation ,745 1
Sig. (2-tailed) ,005
N 12 12
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

162
Hubungan antara Migrasi Risen Kabupaten Pandeglang.
dengan tingkat kriminalitas adalah positif, Salah satu pemicu dari munculnya
kuat dan signifikan (pada level tindakan kejahatan di masyarakat
kepercayaan 1 %).Artinya jika migrasi perkotaan yang dicirikan dengan angka
risen mengalami kenaikan, maka tingkat migrasi yang tinggi yaitu lemahnya nilai-
kriminalitas juga akan meningkat, nilai sosial pada masyarakat kota,
demikian sebaliknya. masyarakat kota cenderung memilki gaya
Provinsi Banten yang memiliki hidup indivualistik. Dari kondisi itulah
letak geografis strategis disatu sisi yang dimanfaatkan oleh pelaku kriminal.
berpengaruh langsung terhadap kejadian Pelaku kriminal menganggap kota yang
kriminalitas utamanya karena proses memiliki kegiatan mobilitas penduduk
pergerakan (mobilitas) dan perpindahan tinggi sebagai ‗perpustakaan‘ untuk
(migrasi) penduduk. Panjangnya garis belajar kejahatan sehingga kriminalitas
pantai yang dimiliki Provinsi Banten akan terus berulang. Dalam wilayah
menjadikan wilayah berada di paling kajian, Tangerang walaupun berada di
barat pulau Jawa ini rawan akan luar wilayah hukum Polda Banten
terjadinya berbagai tindak kriminalitas. memiliki tingkat migrasi yang relatif
Salah satu, kriminalitas yang paling tinggi di Provinsi Banten memang diikuti
rawan adalah penyelundupan atau oleh kejadian kriminalitas yang juga
kedatangan imigran ilegal melalui tinggi. Hal yang sama juga terjadi di
pelabuhan tikus. Berdasarkan data dari wilayah Banten bagian Selatan yang
Polda Banten, sejak tahun 2008 hingga diwakili Kabupaten Pandeglang dan
2013 jumlah imigran ilegal sebanyak Lebak yang terdata masih memiliki
2.369 jiwa. WNA ilegal terbanyak berasal tingkat migrasi yang relatif rendah juga
dari Afganistan sebanyak 1.022 jiwa. diikuti oleh pola kriminalitas yang juga
Provinsi Banten menjadi pintu masuk dan rendah.
keluar kasus people smugling. Lokasi
pintu masuk dan keluar itu adalah
wilayah Anyer, Panimbang dan Sumur,

163
Dampak Kependudukan Terhadap koefisien korelasi kurang dari nilai α =
Kriminalitas di Provinsi Banten
10 %). Sedangkan faktor Laju
Berdasarkan hasil analisis yang Pertumbuhan Penduduk (LPP) suatu
diperoleh dari hasil penghitungan secara wilayah walaupun berkorelasi positif
statistik dari variabel kependudukan yang (jika LPP tinggi maka Angka
diwakilkan oleh variabel Kualitas, Kriminalitas tinggi) tetapi kontribusinya
Kuantitas dan Mobilitas Penduduk dapat dikatakan relatif rendah. Hal
terhadap Kriminalitas di Provinsi Banten sebaliknya ditemukan data bahwa
didapat hasil sebagai berikut : hubunganantaraAngka Kelahiran Total
Pertama, kaitannya dengan atau Total Fertility Rate (TFR) dengan
Kuantitas Penduduk yang diwakilkan Angka Kriminalitas adalah negatif,
oleh Laju Pertumbuhan Penduduk lemah dan tidak signifikan. Hal ini
(LPP), Kepadatan Penduduk dan Total berarti bahwa jika TFR naik maka tidak
Fertility Rate (TFR), maka yang akan diikuti oleh kenaikan Angka
berkontribusi sangat kuat dan signifikan Kriminalitas demikian sebaliknya.
adalah hubungan antara Kepadatan Kedua, kaitan antara Kualitas
Penduduk dengan Jumlah Kriminalitas Penduduk yang diwakilkan
(di atas nilai 0,500), positif (jika olehPersentase Tingkat Pengangguran
Kepadatan Penduduk naik, maka Angka Terbuka (TPT), Persentase Penduduk
Kriminalitas juga meningkat, demikian Miskin, Angka.
sebaliknya), dan signifikan (nilai
Pengangguran Terbuka (TPT) yaitu
Harapan Hidup (AHH), Angka sebesar 0,42 walaupun jika dihitung
Partisipasi Sekolah usia 19-24 tahun dan kontribusinya hanya sebesar 16%
Ketersediaan Fasilitas Kesehatan. Dari terhadap Angka Kriminalitas
analisis didapatkan hasil bahwa yang seluruhnya. Kejadian kriminalitas
berkorelasi positif dan signifikan tertinggi ditemukan pada wilayah
terhadap Angka Kriminalitas diantara hukum yang terindikasi memiliki
kelima faktor adalah Persentase Tingkat Persentase Tingkat Pengangguran

164
Terbuka (TPT) terbanyak. Kemudian Penduduk Miskin rendah dan begitupula
faktor kedua yang berkorelasi positif sebaliknya. Korelasi yang didapat adalah
adalah Angka Harapan Hidup (AHH) -0,35 dan berkontribusi sekitar 12,25 %.
yaitu sebesar 0,07 atau kontribusinya Ketiga, kaitan antara Mobilitas
terhadap kejadian kriminalitas sebesar Penduduk yang diwakili oleh Migrasi
0,5% terhadap Angka Kriminalitas Risen terhadap Angka Kriminalitas
seluruhnya. %. Hal yang sama juga menunjukkan korelasi positif dan
terjadi pada faktor Angka Partisipasi signifikan dengan koefisien korelasi
Sekolah usia 19-24 tahun dan sebesar 0,75 atu berkontribusi sebesar
Ketersediaan Fasilitas Kesehatan. Kedua 56,25% terhadap Angka Kriminalitas
faktor ini menghasilkan korelasi negatif seluruhnya. Dari hasil ini dapat
atau dapat diartikan kejadian disimpulkan bahwa faktor migrasi
kriminalitas yang tinggi ditemui pada dominan menyebabkan kejadian
wilayah yang penduduknya memiliki kriminalitaas terjadi disuatu wilayah.
Angka Partisipasi Sekolah usia 19-24 Hasil penghitungan ini juga
tahun dengan angka korelasi -0,61 atau menghasilkan kesimpulan bahwa
berkontibusi sebesar 36% dan wilayah yang memiliki angka migrasi
Ketersediaan Fasilitas Kesehatan.yang tinggi diikuti oleh kejadian kriminalitas
rendah dengan angka korelasi -0,471 yang juga tinggi dan begitu pula
atau berkontribusi sebesar 22,10% % sebaliknya.
terhadap Angka Kriminalitas Sebenarnya, ketiga variabel
seluruhnya. kependudukan ini memang tidak dapat
Hal yang di luar perkiraan adalah dipisahkan satu sama lain. Ketiganya
terdapatnya korelasi yang negatif antara memiliki keterikatan yang secara
Persentase Penduduk Miskin dengan langsung maupun tidak langsung
Angka Kriminalitas. Hal ini dapat berpengaruh terhadap kejadian
diartikan bahwa berdasarkan data, kriminalitas. Tetapi, berdasarkan
kejadian kriminalitas banyak ditemukan penghitungan secara statistik variabel
di wilayah yang memiliki Persentase mobilitas penduduk selain memiliki

165
kontribusi paling besar dalam dan secara tidak langsung berpengaruh
memengaruhi kejadian kriminalitas, pada kenaikan kriminlaitas.
Mobilitas penduduk juga berpengaruh
langsung terhadap kepadatan penduduk. 5. PENUTUP
Dengan makin meningkatnya jumlah Dalam kajian Dampak
penduduk Provinsi Banten sedangkan Kependudukan Terhadap Kriminalitas di
disisi lain luas geografisnya tidak Provinsi Banten ini didapatkan hasil
berubah akan menyebabkan kepadatan analisis bahwa dari variabel Kualitas
penduduknya semakin tinggi. Kejadian Penduduk yang berperan kuat
ini diperparah dengan terjadinya mempengaruhi kejadian Kriminalitas
kesenjangan kepadatan antar adalah aspek Kepadatan Penduduk,
kabupaten/kota yang ada di Provinsi variabel Kuantitas Penduduk adalah
Banten. aspek Angka Partisipasi Sekolah usia 19-
Variabel perpindahan (migrasi) 24 tahun, Ketersediaan Fasilitas
dan pergerakan (mobilitas) penduduk Kesehatan dan, Persentase Tingkat
dalam penelitian ini berperan paling Pengangguran Terbuka (TPT). Sedangkan
signifikan terhadap tingkat kriminalitas. untuk variabel Mobilitas Penduduk yang
Meningkatnya kepadatan penduduk berpengrauh secara positif secara kuat
suatu wilayah akibat migrasimasuk dan dan signifikan adalah aspek Migrasi
mobilitas pendudukyang tinggi di suatu Risen.
wilayah mengiringi pertumbuhan Terjadi temuan unik dalam kajian
Angkatan Kerja yang juga naik di ini, yaitu didapat hasil korelasi yang
wilayah tersebut. Pertumbuhan negatif dan kuat antara Persentase
Angkatan Kerja yang tinggi dalam hal Penduduk Miskin dengan Angka
ini menjadi masalah karena Kriminalitas. Koefisien korelasi sebesar -
menyebabkan sumber-sumber ekonomi 0,35 dalam hal ini dapat diartikan bahwa
semakin terbatas sehingga wilayah yang memiliki kejadian
mengakibatkan persaingan pencarian kriminalitas tinggi justru terjadi di
kerja semakin tinggi di wilayah tersebut wilayah yang memiliki Persentase

166
Penduduk Miskin rendah. Tidak seperti Di Provinsi Banten untuk tahun 2012
yang terjadi pada wilayah lain pada 2013 sampai 2014 Angka Kriminalitas
umumnya yang relatif berkesesuaian menunjukkan korelasi positif dan
dengan teori yang ada bahwa kemiskinan signifikan dengan koefisien korelasi
yang tinggi akan diikuti oleh kejadian sebesar 0,75 atu berkontribusi sebesar
kriminalitas yang juga tinggi. 56,25% terhadap Angka Kriminalitas
Meningkatnya jumlah penduduk seluruhnya. Dari hasil ini dapat
yang digambarkan dengan Kepadatan disimpulkan bahwa faktor migrasi dan
Penduduk mengakibatkan persaingan mobilitas penduduk dominan
yang makin meningkat antar penduduk menyebabkan kejadian kriminalitaas
salahsatunya dalam mendapatkan terjadi disuatu wilayah. Hasil
pekerjaan. Permintaan lapangan pekerjaan penghitungan ini juga menghasilkan
juga disesuaikan dengan penyediaan kesimpulan bahwa wilayah yang
industri yang menampungnya. Jika memiliki angka migrasi dan mobilitas
jumlah industri menurun, maka penduduk tinggi diikuti oleh kejadian
kesempatan kerja akan semakin menurun kriminalitas yang juga tinggi dan begitu
dan akan meningkatkan jumlah pula sebaliknya. `
pengangguran, sehingga timbul berbagai
macam aksi kriminalitas. Wilayah yang Saran
bercirikan perkotaan salahsatunya Berdasarkan hasil analisis penelitian dan
memiliki masalah pergerakan (mobilitas) kesimpulan di atas, maka peneliti
dan perpindahan (migrasi) penduduk mengajukan beberapa saran sebagai
yang tinggi. berikut:
Walaupun memerlukan kajian a. Melaksanakan secara konsisten
lebih lanjut, dapat disimpulkan bahwa aturan yang berkaitan dengan
variabel kependudukan yang berperan administrasi kependudukan agar
paling besar dalam kaitannya dengan semua penduduk terutama migran
peningkatan kejadian kriminalitas adalah terdata dengan baik.
aspek mobilitas dan migrasi penduduk.

167
b. Pemerataan pembangunan dan kriminalitas. Hal ini merujuk pada
menyediakan lapangan pekerjaan hasil penelitian ini yang
di setiap wilayah terutama desa mengindikasikan aspek migrasi
atau kota-kota kecil lainnya yang memegang peranan dominan
sehingga kepadatan penduduk terhadap kejadian kriminalitas di
tidak terkonsentrasi pada satu atau Provinsi Banten.
beberapa wilayah saja dan
mengantisipasi kejadian DAFTAR PUSTAKA
kriminalitas akibat migrasi.
Bintarto, R.,1993, Urbanisasi dan
c. Membangun sentra Permasalahannya, Ghalia
Indonesia, Jakarta.
pengembangan ekonomi setempat,
BPS Kabupaten Serang, 2012,
misalnya membuka lapangan KabupatenSerangDalamAngka
2012
pekerjaan baru untuk mengatasi
Dewi Ayu, dkk. Analisis Trend
permasalahan pengangguran. Kejahatan Dalam Statistik
Kepolisian. Studi Kasus Kota
d. Menghidupkan kembali sistem
Bandar Lampung tahun 2007-
pelaporan dimana setiap 2011. Jurusan Sosiologi FISIP
Universitas Lampung. 2011
pendatang di suatu tempat paling
DirektoratAnalisisDampakKependudukan
lambat dalam tempo 24 jam harus Dampak Kependudukan
Terhadap Kriminalitas dan
melapor ke pihak aparat setempat.
Keamanan Individu. 2011.
Hal ini dilakukan untuk BKKBN
Kantor Menteri Negara Kependudukan
memudahkan pengawasan
(BKKBN) dan Lembaga
terhadap kriminalitas akibat Demografi FE-UI, Jakarta. 1997.
Mobilitas Penduduk dan
mobilitas atau migrasi penduduk.
Pembangunan Daerah
e. Diharapkan ada penelitian Leonardus, 2012. Pola Spatial
Kriminalitas Pencurian
lanjutan yang mengangkat
Berdasarkan Faktor Ekologi
permasalahan serupa guna Kriminal di Kota Malang.
Skripsi Fakultas Tehnik Sipil
mendapatkan gambaran yang
Institut Tehnologi Nasional
menyeluruh dari dampak Malang.
Mantra, Ida Bagus, 1984, Analisa
kependudukan terhadap

168
Migrasi Indonesia 1970-1980, Kutanegara, Setiadi.
BPS Jakarta, Indonesia MobilitasPendudukIndonesia
Mundiharto, 2000, Dinamika Kebijakan :TinjauanLintasDisiplin. 2010.
Kependudukan Yogyakarta
:Perkembangan, Ekses Negatif, :PusatstudiKependudukandanKebi
Perbaikan dan Harapan, Warta jakanUniversitasGadjahMada
Demografi No.1 Yosephine.Susane. 1989. Faktor-
LembagaDemografi FEUI, FaktorPenentuMigrasiMasukda
Jakarta. nKeluarAntarProvinsi di
Soekanto, S. (2004). Sosiologi Suatu Indonesia.Jakarta : Program
Pengantar. Jakarta: Rajawali SarjanaEkonomi, Universitas
Pers. Indonesia
Tukiran, Abdul Haris, Pande Made

169

Anda mungkin juga menyukai