Anda di halaman 1dari 11

BAB 2

Hukum Archimedes (Mengapung, Melayang, Tenggelam)

 Sejarah Archimedes

Archimedes adalah seorang matematikawan, ilmuwan, insinyur, penemu, dan astronomer


dari Yunani yang diperkirakan hidup sekitar 287 hingga 212 sebelum Masehi. Kisahnya yang
paling terkenal adalah ketika ia menemukan satu metode untuk menentukan volume suatu
objek yang memiliki bentuk yang tidak rata (irregular). Alkisah sebuah mahkota untuk Raja
Hiero II dipesan oleh sang raja dengan bahan baku yang disuplai dari sang raja yakni emas
murni. Setelah mahkota emas tersebut telah dibuat dan dipersembahkan kepada raja,
namun sang raja menduga adanya kecurangan yang dilakukan oleh si pembuat mahkota.
Oleh karena itu, Archimedes diperintahkan oleh raja untuk menentukan apakah mahkota
tersebut terbuat seluruhnya dari emas murni atau dipalsukan dengan mengganti bahan
bakunya menjadi perak seperti dugaan raja.

Archimedes harus memecahkan masalah tersebut tanpa harus merusak mahkota raja
tersebut yang berarti ia tidak boleh mencairkan mahkota tersebut untuk kemudian dicetak
menjadi bentuk yang rata agar dapat dihitung massa jenisnya. Ketika ia sedang berendam di
bak mandinya, dia menyadari bahwa ketinggian air pada bak mandi bertambah seiring ia
masuk ke dalam air. Iapun menyadari bahwa efek ini dapat digunakan untuk menentukan
volume mahkota raja (yang kita sebut dengan hukum Archimedes).

Air dianggap fluida yang tidak mampu mampat, jadi mahkota yang dicelupkan ke air akan
memindahkan volume air sebanyak volume mahkota tersebut. Dengan membagi massa
mahkota dengan volume air yang dipindahkan maka didapatkan massa jenis mahkota
(massa jenis emas lebih berat dari massa jenis perak, dan nilanya telah diketahui). Saking
gembiranya mengetahui hal ini, Archimedes kemudian berlari dari bak mandinya dengan
keadaan telanjang sambil meneriakkan “Eureka!” (dari bahasa Yunani yang berarti “Aku
telah menemukannya”). Hasil tes sesungguhnya dari mahkota raja telah menunjukkan
bahwa mahkota emas tersebut telah dicampur dengan perak. Dengan itu pula Archimedes
membuktikan bahwa mahkota Raja Hieron II dicampur perak, tukang yang membuat
mahkota dihukum mati.

 Bunyi Hukum Archimedes


“Jika sebuah benda dicelupkan ke dalam zat cair, maka benda tersebut akan memperoleh
gaya yang disebut gaya apung (gaya ke atas) sebesar berat zat cair yang dipindahkannya.”

 Rumus Hukum Archimedes


FA = W
F A = Mb . g
FA = (Vc.ρc)g
F A = v c ρc g

FA = gaya keatas (N)


vc = volume zat cair yang dipindahkan oleh benda (m 3)
ρc = massa jenis zat cair (kgm-3)
Mb = massa benda (kg)
g = percepatan gravitasi bumi (ms-2)

Conso :
Sebuah batu dengan volume 1 m3 tercelup seluruhnya kedalam air dengan massa jenis 1000
kg/m3. Jika percepatan gravitasi bumi = 10 m/s 2, maka batu akan mengalami gaya ke atas
sebesar …. N

Pembahasan

Diketahui :
Vc = 1 m3
ρc = 1000 kg/m3
g = 10 m/s2

Ditanya :
FA = …

Jawab:

FA = ρc . Vc . g
FA = 1000 kg/m3 . 1 m3 . 10 m/s2
FA = 10.000 N

 Posisi Benda Menurut Hukum Archimedes

Mengapung

 Keadaan ini terjadi saat massa jenis zat cair lebih besar dari massa jenis benda. Contohnya
sterofoam atau plastik akan terapung jika dimasukkan ke dalam air.

WB = Berat Benda Sebenarnya (Kg.m/s2);


FA = Gaya Apung (N);
MB = Massa Benda (Kg);
g = Gravitasi 9,8 atau 10 (Kg.m/s 2);
VB = Volume Benda Tercelup (m3);
ρB = Massa Jenis Benda (Kg/m3);
Vf = Volume Zat Cair Yang Dipindahkan (m3);
ρc = Massa Jenis Zat Cair (Kg/m3).
Jika diperhatikan dengan seksama, maka volume air akan lebih kecil dibandingkan dengan volume
benda. Hal ini disebabkan volume air dihitung dari volume benda yang tercelup. Sedangkan, pada
kondisi terapung, tidak semua bagian dari benda tercelup. Dengan kata lain,

Apa yang terjadi jika ternyata volume keduanya berbeda? Karena percepatan gravitasi sama, maka
massa jenis keduanya akan berbeda. Ruas kanan sama dengan ruas kiri. Maka, akan ada penyesuaian
nilai massa jenis agar menjadi sebuah persamaan. Mudahnya perhatikan ilustrasi berikut
X + 5 = Y + 3
Kita sudah tahu bahwa lima lebih besar dari tiga. Maka bisa dipastikan bahwa X lebih kecil dari Y
berapapun nilai Y. dari ilustrasi tersebut bisa disimpulkan bahwa massa jenis benda lebih kecil dari
massa jenis air. Atau bisa dituliskan,

Melayang
Keadaan ini terjadi saat massa jenis zat cair sama dengan massa jenis benda. Contohnya telur yang
dimasukkan ke dalam air yang ditambahkan sedikit garam akan melayang karena massa jenis
keduanya sama.

Jika dilihat, ada dua gaya yang bekerja gaya berat benda dan gaya ke atas. Karena benda dalam
keadaan diam, dapat dipastika bahwa resultan gaya keduanya sama dengan nol. Artinya, besar gaya
ke atas dan gaya berat adalah sama serta arahnya berlawanan.
WB = Berat Benda Sebenarnya (Kg.m/s2);
FA = Gaya Apung (N);
MB = Massa Benda (Kg);
g = Gravitasi 9,8 atau 10 (Kg.m/s 2);
VB = Volume Benda Tercelup (m3);
ρB = Massa Jenis Benda (Kg/m3);
Vf = Volume Zat Cair Yang Dipindahkan (m 3);
ρc = Massa Jenis Zat Cair (Kg/m3).
Karena Volume benda sama dengan volume air, maka massa jenis air sama dengan massa jenis
benda (benda tercelup seluruhnya)

Tenggelam

Keadaan ini terjadi saat massa jenis zat cair lebih kecil dari massa jenis benda. Contohnya besi atau
baja akan tenggelam jika dimasukkan ke dalam air.

Gerak benda kebawah tidak hanya dilawan oleh gaya keatas, tetapi juga gaya normal yang
diakibatkan oleh interaksi antara benda dengan sisi dasar gelas.

WB = Berat Benda Sebenarnya (Kg.m/s 2);


FA = Gaya Apung (N);
MB = Massa Benda (Kg);
g = Gravitasi 9,8 atau 10 (Kg.m/s 2);
VB = Volume Benda Tercelup (m3);
ρB = Massa Jenis Benda (Kg/m3);
Vf = Volume Zat Cair Yang Dipindahkan (m3);
ρc = Massa Jenis Zat Cair (Kg/m3).
Karena volume dan percepatan gravitasi sama besar, maka yang berbeda adalah massa jenisnya.
Mengapa berbeda? bisa kita lihat bahwa pada persamaan tersebut, di sisi kiri hanya dipengaruhi
oleh massa jenis benda. Sedangkan di sisi kanan dipengaruhi oleh massa jenis air dan gaya normal.
Logikanya, jika ruas kiri sama dengan ruas kanan maka massa jenis air harus lebih kecil dibandingkan
dengan massa jenis benda. Mudahnya, 
X = Y + 2
maka X akan lebih besar dari Y berapapun nilai Y.
Jika massa jenis benda lebih besar dibanding massa jenis air, karena volume air dan benda sama
(benda tercelup seluruhnya) maka bisa dipastikan massa benda lebih besar dari pada massa air.

Contoh :
Tiga buah benda akan dimasukkan ke dalam air yang memiliki massa jenis 1000 kg/m³. Benda A
memiliki massa jenis 800 kg/m³ dan benda B memiliki massa jenis 1200 kg/m³ dan benda C memiliki
massa jenis 1000 kg/m³.

Bagaimanakah kedudukan ketiga benda itu?

Diketahui :

massa jenis benda A = 800 kg/m³


massa jenis benda B = 1200 kg/m³
massa jenis benda C = 1000 kg/m³
massa jenis air = 1000 kg/m³.

Benda yang massa jenisnya "kurang" dari air akan terapung


Benda yang massa jenisnya "sama" dengan air akan melayang
Benda yang massa jenisnya "lebih besar" dari air akan tenggelam

Benda A ternyata massa jenisnya lebih kecil dari air, maka benda A akan terapung.
Benda B memiliki massa jenis yang lebih besar dari air, maka benda B akan tenggelam.
Benda C memiliki massa jenis sama dengan air, maka ia akan melayang.

 Penerapan Hukum Archimedes

Kapal Selam
Kapal selam mampu mengatur massa jenisnya di dalam air agar bisa menyelam, melayang
dan mengapung di permukaan air dengan cara mengeluarkan atau memasukkan air untuk
mengurangi atau menambahkan massanya.

Balon Udara
Penerapan Hukum Archimedes juga berlaku pada benda jenis gas yaitu pada balon udara.
Agar dapat melayang di udara, balon udara diisi dengan gas yang memiliki massa jenis lebih
kecil daripada massa jenis udara di atmosfer.

Kapal Laut
Kapal laut biasanya terbuat dari baja atau besi, tetapi dapat mengapung di atas laut.
Mengapa demikian? Hal ini karena gaya angkat kapal sebanding dengan berat kapal. Kapal
laut memiliki bentuk berongga sehingga volume air yang dipindahkan lenih besar dan gaya
angkat ke atas lebih besar juga.

Hidrometer
Penerapan hukum archimedes juga diterapkan untuk mengukur massa jenis zat cair dengan
hidrometer. Hidrometer berbentuk tabung yang ruang udara dan pemberat sehingga akan
terapung tegak dan stabil seketika.

Jembatan poton
Jembatan poton merupakan jembatan yang berasal dari kumpulan drum kosong yang
mengapung di atas air da diatur sehingga bisa menyerupai sebuah jembatan. Atau biasa juga
disebut dengan jembatan apung.
Agar dapat mengapung, drum yang dijadikan sebagai jembatan poton harus dalam keadaan
kosong dan tertutup rapat agar udara di dalam drum tidak bisa keluar dan air tidak bisa
masuk ke dalam drum.
Tegangan Permukaan

Tegangan permukaan adalah gaya atau tarikan ke bawah yang menyebabkan permukaan cairan
berkontraksi dan benda dalam keadaan tegang. Hal ini disebabkan oleh gaya-gaya tarik yang tidak
seimbang pada antar muka cairan. Gaya ini biasa segera diketahui pada kenaikan cairan biasa dalam
pipa kapiler dan bentuk suatu tetesan kecil cairan. Tegangan permukaan merupakan fenomena
menarik yang terjadi pada zat cair (fluida) yang berada dalam keadaan diam (statis).

Rumus Tegangan Permukaan


γ = F/l

γ (dibaca : gamma) = tegangan permukaan (Nm-1)


F = gaya (N)
l = panjang permukaan (m)

Conso:

Sebatang kawat dibengkokkan seperti huru U. Kemudian kawat kecil PQ yang bermassa 0,2 gram
dipasang dalam kawat tersebut(perhatikan gambar). Kemudian kawat tersebut dicelupkan ke dalam
cairan sabun dan diangkat vertikal sehingga ada lapisan tipis sabun di antara kawat tersebut. Ketika
ditarik ke atas kawa kecil mengalami gaya tarik ke atas oleh lapisan sabung. Agar terjadi
keseimbangan, maka pada kawat kecil PQ digantungkan benda dengan massa 0,1 gram. Jika panjang
kawat PQ = 10 cm dan nilai gravitasi 9,8 m/s 2, berapa tegangan sabun tersebut?
Pembahasan:
Diketahui :
Massa kawat = 0,2 gram = 2 x 10-4 kg;
Panjang kawat (l) = 10 cm = 10-1 m;
Massa benda = 0,1 gram = 1 x 10-4 kg; g = 9,8 m/s2

Ditanyakan : tegangan permukaan lapisan sabun (g)

Dijawab :
γ = F/d ( d = 2l)

F = berat kawat ditambah berat benda


= 3 x 10-4 kg x 9,8
= 2,94 x 10-3 N
γ = 2,94 x 10-3/ 2x 10-1 
= 1,47 x 10-2 N/m.
Jadi besarnya tegangan permukaan adalah 1,47 x 10 -2 N/m.

Meniskus

Meniskus adalah sifat kelengkungan zat cair pada sebuah tabung reaksi. Jadi zat cair tersebut
dimasukan ke dalam tabung reaksi maka akan terbentuk pada bagian atas permukaannya apakah
cekung atau cembung. Meniskus dipengaruhi oleh gaya kohesi dan adhesi.

Kohesi adalah gaya tarik-menarik antar molekul yang sama. Salah satu aspek yang memengaruhi
daya kohesi adalah kerapatan dan jarak antar molekul dalam suatu benda. Kohesi berbanding lurus
dengan kerapatan suatu benda, sehingga bila kerapatan semakin besar maka kohesi yg akan
didapatkan semakin besar.

Adhesi adalah gaya tarik-menarik antar molekul yang tidak sejenis. Contohnya antara wadah dengan
cairan.

1. Meniskus Cekung
Contoh meniskus cekung adalah apabila air berada di dalam tabung reaksi maka pada
permukaannya akan berbentuk cekung. Air juga akan membasahi dinding kaca.
Peristiwa meniskus cekung ini terjadi apabila gaya kohesi lebih kecil daripada gaya adhesinya. Jadi
gaya adhesinya yang lebih besar antara air dan kaca sehingga air tersebut membasahi dinding kaca.

2. Meniskus Cembung
Contoh meniskus cembung adalah apabila air raksa berada di dalam tabung reaksi maka pada
permukaannya akan berbentuk cembung. Air raksa tidak membasahi dinding kaca
Peristiwa meniskus cembung ini terjadi apabila gaya kohesi air raksa lebih besar daripada gaya
adhesinya. Jadi gaya adhesi antara kaca tabung reaksi dengan air raksa lebih kecil dibandingkan
dengan gaya kohesi air raksanya.

Kapilaritas

Kapilaritas adalah fenomena naik atau turunnya permukaan zat cair dalam suatu pipa kapiler (pipa
dengan luas penampang yang sempit). Peristiwa kapilaritas disebabkan adanya gaya adhesi dan gaya
kohesi yang menentukan tegangan permukaan zat cair. Tegangan permukaan akan mempengaruhi
besar kenaikan atau penurunan zat cair pada pipa kapiler.

Kejadian sehari-hari banyak yang memanfaatkan prinsip kapilaritas. Peristiwa naiknya minyak tanah
melalui sumbu kompor adalah peristiwa kapilaritas. Pengisapan air dan unsur hara oleh tumbuhan
melalui jaringan kapiler merupakan peristiwa kapilaritas. Hal lainnya yaitu pengisapan air oleh kertas
atau kain juga merupakan peristiwa kapilaritas.
Rumus kapilaritas

Conso:

1. Suatu tabung berdiameter 0,4 cm jika dimasukkan secara vertikal ke dalam air, sudut kontaknya
60°. Jika tegangan permukaan air 0,5 N/m dan g = 10 m/s2, tentukanlah kenaikan air pada tabung.
Jawab
Diketahui: dtabung = 0,4 cm r = 0,2 cm, θ = 60°, . γ = 0,5 N/m, dan g = 10 m/s2.
h = (2γcosθ)/ρgR
h = (2 . 0,5 . cos 60)/(1 . 10 . 0,2)
h = 0,025m

2. Berapa tinggi air yang naik dalam pipa yang jari-jarinya 0,15 mm jika sudut kontaknya nol? γ untuk
air adalah 0,073.
Penyesuaian :
Diketahui :
r = 0,15 mm = 1,5 x 10-4m, ρ =1.000 kg/m3
Jawab :
Ketinggian air h adalah:
h = (2γcosθ)/ρgR = (2 . 0,073 .cos0)/(1 . 10. 0,0015)
h = 9,93 x 10-2m = 9,93 cm
Jadi, tinggi air dalam pipa =9,93 cm

3. Tegangan permukaan air raksa adalah 0,465 N/m. Sudut kontak air raksa dengan pipa kapiler
berjari-jari 2,5 mm pada mangkuk sebesar 150°. Berapa ketinggian air raksa relatif terhadap
permukaan air raksa dalam mangkuk?
Penyelesaian :
Diketahui :
r = 2,5 mm, γ = 0,465 N/m, θ = 150,
Jawab :
h= (2γcosθ)/ρgR = (2 . 0,465 . cos 150)/(
Jadi, ketinggian air raksa negatif, atau ketinggian air raksa dalam pipa kapiler di bawah permukaan
air raksa di mangkuk.

Anda mungkin juga menyukai