Anda di halaman 1dari 82

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BIOLOGI

DISUSUN OLEH :
INDAH AMELIA
F1D016032

PEMBIMBING :
Prof. Dr. Ir. Bambang Sulistyo, Dipl.GIS, M.Si

Asisten :
1. Erizan Risarman (E1F016032)
2. Yolanda Eka Safitri (E1F016022)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas perkenaan nyalah
penulisan laporan Sistem Informasi Geografis ini dapat diselesaikan.
Kompilasi laporan Sistem Informasi Geografis ini disusun dengan tujuan agar
praktikan yang mengambil mata kuliah Sistem Informasi Geografis memahami
tentang pemanfaatan lahan baik secara manual maupun secara aplikasi yang
digunakan.
Penyusunan laporan dimulai pada acara ke – 1 yang membahas tentang
penentuan arahan fungsi pemanfaatan lahan secara manual, dan acara ke – 2 yang
membahas tenang penentuan arahan fungsi pemanfaatan lahan secara digital dengan
menggunakan program ArcView, dengan harapan agar praktikan dapat membedakan
keunggulan dari Sistem Informasi Geografis secara langsung dengan memanfaatkan
pengalaman masa lalu yaitu dengan tanpa adanya Sistem Informasi Geografis dan
masa kini dengan adanya Sistem Informasi Geografis. Acarake -3 yang membahas
tentang penentuan luas hasil analisis arahan fungsi pemanfaatan lahan secara digital,
acarake – 4 yang membahas tentang penyusunan layout peta MuaraBangkahulu,
acarake – 5 yang membahas tentang onscreen digitizing.
Pada Kesempatan ini saya menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-
besarnya pada dosen pembimbing matakuliah sistem informasi geografis serta asisten
yang membantu saya dalam menyelasaikan laporan praktikum mata kuliah sistem
informasi geografis ini. Akhir kata saya mengharapkan semoga laporan praktikum ini
dapat bermanfaat baik bagi saya sendiri maupun bagi pembaca.

Bengkulu, Desember 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………..ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………iii-iv

ACARA PRAKTIKUM KE – 1 : PENENTUAN ARAHAN FUNGSI


PEMANFAATAN LAHAN SECARA MANUAL
Landasan Teori………………………………………………………...……1-5
Tujuan Praktikum……………………………………………………….….....6
Metode………………………………………………………………………...6
Hasil pengamatan/hasil praktikum………………………………………....6-8
Pembahasan…………………………………………………………………8-9

ACARA PRAKTIKUM KE –2 : PENENTUAN ARAHAN FUNGSI


PEMANFAATAN LAHAN SECARA DIGITAL
Landasan Teori…………………………………………………………….9-13
Tujuan Praktikum………………………………………………………...….14
Metode……………………………………………………………………14-23
Hasil pengamatan/hasil praktikum………………………………………23-24
Pembahasan………………………………………………………………….25

ACARA PRAKTIKUM KE –3 : PENENTUAN LUAS HASIL ANALISIS


ARAHAN FUNGSI PEMANFAATAN LAHAN SECARA DIGITAL
Landasan Teori…………………………………...……………………...26-29
Tujuan Praktikum...…………………………………………………………30
Metode……………………………………………………………………30-43
Hasil pengamatan/hasil praktikum………………………………………..... 44
Pembahasan………………………………………………………………….44

iii
ACARA PRAKTIKUM KE –4: PENYUSUNAN LAYOUT PETA PENGGUNAAN
LAHAN
Landasan Teori…………………………………………………………...45-49
Tujuan Praktikum……………………………………………………………49
Metode……………………………………………………………………49-67
Hasil pengamatan/hasil praktikum………………………………………..…68
Pembahasan………………………………………………………………….68

ACARA PRAKTIKUM KE –5 : ONSCREEN DIGITIZING


Landasan Teori…………………………………………………………...68-72
Tujuan Praktikum……………………………………………………………73
Metode……………………………………………………………………73-75
Hasil pengamatan/hasil praktikum…………………………………….….....75
Pembahasan………………………………………………………………….76

PENUTUP…………………………………………………………………………...77
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..77

iv
ACARA PRAKTIKUM KE – 1 :
PENENTUAN ARAHAN FUNGSI PEMANFAATAN LAHAN SECARA
MANUAL

DASAR TEORI
SIG adalah suatu sistem yang dirancang untuk mengerjakan atau menganalisis
data spasial yang terdiri atas sub sistem masukan data, penyimpanan data, pengolahan
data serta keluarannya (Star & Estes, 1990). Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah
suatu sistem berbasis komputer yang memberikan empat kemampuan untuk
menangani data bereferensi geografis, yaitu : input data, pengolahan data, manipulasi
dan analisis keluaran. Keunggulan SIG yang lainnya adalah kemampuan manipulasi
dan analisis data spasial dengan mengkaitkan data dan informasi atribut untuk
menyatukan tipe data yang berbeda dalam suatu analisis tunggal. Menurut Aronoff
(1989), SIG terdiri dari beberapa komponen yang dapat digunakan untuk menangani
data spasial, yaitu komponen masukan data, pengolahan data, manipulasi dan analisis
dataserta keluaran data. Uraian selanjutnya mengenai komponen-komponen SIG
mengacu berikut ini.
Keunggulan SIG yang lainnya adalah kemampuan manipulasi dan analisis data
spasial dengan mengkaitkan data dan informasi atribut untuk menyatukan tipe data
yang berbeda dalam suatu analisis tunggal. Menurut Aronoff (1989), SIG terdiri dari
beberapa komponen yang dapat digunakan untuk menangani data spasial, yaitu
komponen masukan data, pengolahan data, manipulasi dan analisis dataserta keluaran
data. Menurut Aronoff SIG terdiri dari beberapa komponen yang dapat digunakan
untuk menangani data spasial, yaitukomponen masukan data, pengolahan data,
manipulasi dan analisis dataserta keluaran data. Uraian selanjutnya mengenai
komponen-komponen SIG mengacu berikut ini;
1.Komponen Masukan Data
Komponen masukan data merupakan sumber data yang dapat digunakan dalam
SIG. Sumber data ini antara lain berupa peta-peta, foto udara, citra satelit, data
lapangan maupun tabel-tabel atribut yang berkaitan. Komponen ini harus dapat

1
menjamin kosistensi kualitas data dalam proses pemasukan dan penerimaan data agar
hasilnyabenar dan dapat dimanfaatkan.
2.Komponen Pengolahan Data
Komponen pengolahan data SIG meliputi fungsi-fungsi yang dibutuhkan untuk
menyimpan atau menimbun dan memanggil kembalidata dari arsip data
dasar.Efisiensi fungsi ini harus diutamakan sehingga perlu dipilihsesuai dengan
struktur data yang digunakan.
3.Komponen Manipulasi dan Analisis Data
Fungsi-fungsi manipulasi dan analisis data membedakan informasi yang dapat
dihasilkan oleh SIG. Komponen ini dapat digunakan untuk mengubah format data
dan memperoleh parameter.
4.Komponen Keluaran Data
Keluaran data dapat digunakan sebagai dasar identifikasi informasi yang
diperlukandalam pengambilan keputusan dan/ atau perencanaanLahan merupakan
salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia.Lahan banyak digunakan oleh
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, selain itu lahan juga digunakan
sebagai tempat tinggal manusia. Food Agricultural Organizationdalam Setya Nugraha
(2007:3) menyatakan bahwa lahan ialahbagian dari bentangalam (landscape)yang
mencakuppengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, hidrologi
bahkan keadaan vegetasi alami (natural vegetation)yang semuanya secara potensial
akan berpengaruh terhadappenggunaan/pemanfaatanlahanPemanfaatanlahan diartikan
sebagai setiap bentuk intervensi(campurtangan) manusia terhadap lahan dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya baik materiil maupun spirituil(Setya
Nugraha,2007:7).
Terdapat dua pendekatan dalam penentuan tata guna lahan. Pendekatan
pertama adalah berdasarkan asumsi bahwa tata guna lahan ditentukan oleh kondisi
fisik lahan, sedangkan pendekatan kedua berdasarkan asumsi bahwa tata guna lahan
ditentukan oleh kekuatan ekonomi. Selain itu pemanfaatan lahan juga dipengaruhi
oleh lokasi, ketersediaan modal dan distribusinya, ketersediaan dan biaya tenaga
kerja, ketersediaan sarana transportasi serta iklim sosial dan politik di lokasi tersebut.

2
Dalam Listumbinang Halengkara menjelaskan bahwa arahan fungsi
pemanfaatanlahan merupakan kajian potensi lahan untuk peruntukan suatu kegiatan
ke dalam suatu kawasan tertentu berdasarkan fungsi utamanya. Arahan fungsi
pemanfaatan lahanjuga dapat diartikan sebagai upaya untuk menata pemanfaatan
lahan pada suatu kawasan sesuai dengan kemampuannya.
Tujuan dari arahan fungsi pemanfaatan lahan adalah untuk mencapai
keseimbangan antara kemampuan lahan dengan jenis pemanfaatan dan teknologi
yang digunakan sebagai upaya untuk melindungi kelangsungan fungsi dan manfaat
sumber daya alam di suatu wilayah.Penetapan arahan untuk pemanfaatan lahan,
diperlukan data, data spasial, seperti kemiringan lereng, jenis tanah, dan curah hujan
sedangkan untuk evaluasi pemanfaatan lahan yang sesuai dengan arahan
pemanfaatannya dibutuhkan data penggunaan lahaneksisting di lapangan dalam
proses pengumpulan dan manipulasi data untuk memperoleh zonasi arahan
pemanfaatan lahan melalui petapeta konvensional membutuhkan proses yang
cukuprumit dan memakan waktu lama sehingga dibutuhkan suatu sistem pengolahan
data yang mudah dan cepat dalam melakukan analisis dan perubahan data. Salah satu
sistem pengolahan data tersebut yaitu berupa Sistem Informasi Geografi (SIG)yang
bekerja secara digital.
Lahan adalah Bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup
pengertian lingkungan fisik (iklim, topografi, hidrologi, bahkan keadaan fegetasi
alami) yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan
lahan. Lahan menurut Aldrich (1981) dalam Rita(2007:16) lahan merupakan material
dasar dari suatu lingkungan yang diartikan berkaitan dengan sejumlah karakteristik
alami yaitu iklim, geologi, tanah, topografi, hidrologi dan biologi. Penggunaan
Lahan: Semua jenis penggunaan atas lahan oleh manusia yang meliputi pertanian,
lapangan olah raga, rumah mukim, rumah sakit hingga kuburan Lendgreen (1985)
dalam Rita (2008 : 18).
Malingreau (1977) dalam Muryono (2005:6) mengemukakan bahwa Lahan
merupakan suatu daerah di permukaan bumi yang ciri -cirinya mencakup semua
pengenal yang bersifat cukup mantab dan dapat diduga berdasarkan daur dari biosfer,

3
tanah, air, populasi manusia pada masa lampau dan masa kini sepanjang berpengaruh
atas penggunaan lahan pada masa kini dan masa yang akan datang. Lahan memiliki
sifat atau karakteristik yang spesifik. Sifat-sifat lahan (land characteristics) adalah
atribut atau keadaan unsur-unsur lahan yang dapat diukur atau diperkirakan, seperti
tekstur tanah, struktur tanah, kedalaman tanah, jumlah curah hujan, distribusi hujan,
temperatur, drainase tanah, jenis vegetasi dan sebagainya. (Djaenudin, dkk 1993)
dalam Muryono (2008: 6).
Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi
(campurtangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidupnya baik materiil maupun spiritual Arsyad (1989) dalam Muryono (2008: 6).
Penggunaan lahan dapat dikelompokan ke dalam dua golongan besar yaitu
penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian. Penelitian
mengenai lahan biasanya menggunakan satuan analisis dan satuan pemetaan berupa
satuan lahan. Menurut FAO, (1977) dalam R.A. van Zuidam and F.I. van Zuidam-
Cancelado dalam Muryono (2008 : 7). Satuan lahan merupakan suatu wilayah yang
memiliki kesamaan bentuklahan dan timbulan, bahan induk dan penggunaan lahan
atau penutup lahan pada saat sekarang. Satuan lahan dapat dibuat dari hasil
tumpangsusun peta geologi, peta tanah, peta kemiringan lereng dan peta penggunaan
lahan. Dengan demikian satuan lahan tersebut akan mencerminkan adanya pengaruh
sifat batuan, tanah, relief dan lereng serta penggunaan lahan pada suatu wilayah.
Adanya variasi penyusun lahan yang berupa batuan, tanah, kemiringan lereng
dan penggunaan lahan menyebabkan terjadinya perbedaan sifat dan karakteristik
lahan. Perbedaan ini mengakibatkan pada setiap lahan mempunyai daya dukung dan
daya tampung yang berbeda. Artinya, setiap lahan mempunyai fungsi kawasan
tersendiri dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup. (Nugraha, dkk 2006: 62).
Penelitian mengenai lahan biasanya menggunakan satuan analisis dan satuan
pemetaan berupa satuan lahan. Menurut FAO, (1977) dalam R.A. van Zuidam and
F.I. van Zuidam-Cancelado (1979: 3) satuan lahan adalah satuan bentang alam yang
digambarkan serta di petakan atas dasar sifat fisik atau karakteristik lahan tertentu.
Satuan lahan merupakan suatu wilayah yang memiliki kesamaan bentuklahan dan

4
timbulan, bahan induk dan penggunaan lahan atau penutup lahan pada saat sekarang.
Satuan lahan dapat dibuat dari hasil tumpangsusun peta geologi, peta tanah, peta
kemiringan lereng dan peta penggunaan lahan. Dengan demikian satuan lahan
tersebut akan mencerminkan adanya pengaruh sifat batuan, tanah, relief dan lereng
serta penggunaan lahan pada suatu wilayah.
Fungsi kawasan terbagi menjadi tiga yaitu kawasan lindung, kawasan
penyangga, dan kawasan budidaya.UU RI No. 26 2007 dalam Muryono (2008 : 8)
menyebutkan bahwa “Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan
fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya
alam dan sumberdaya buatan”. Fungsi utama kawasan lindung adalah sebagai
perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir,
mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah.
(Nugraha, dkk 2006) dalam Muryono (2008: 8). Berdasarkan fungsinya tersebut
maka penggunaan lahan yang diperbolehkan adalah pengolahan lahan dengan tanpa
pengolahan tanah (zero tillage) dan dilarang melakukan penebangan vegetasi hutan.
(Nugraha, dkk 2006) dalam Muryono (2008 :8).
Kawasan penyangga adalah kawasan yang ditetapkan untuk menopang
keberadaan kawasan lindung sehingga fungsi lindungnya tetap terjaga. (Nugraha,
dkk 2006) dalam Muryono (2008 : 8). Kawasan penyangga ini merupakan batas
antara kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan budidaya adalah kawasan
yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan
potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan. (Nugraha,
dkk 2006) dalam Muryono (2008 : 9). Kawasan budidaya dibedakan menjadi
kawasan budidaya tanaman tahunan dan kawasan budidaya tanaman semusim.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi


kawasan merupakan pemintakatan lahan berdasarkan karakteristik fisiknya berupa
lereng, jenis tanah dan curah hujan harian rata-rata menjadi kawasan lindung,
penyangga, budidaya tanaman tahunan dan budidaya tanaman semusim, dimana setiap
kawasan mempunyai fungsi utama yang spesifik.

5
TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat menentukan arahan fungsi
pemanfaatan lahan secara manual.

BAHAN, ALAT DAN DATA


Bahan dan alat yang digunakan untuk acara praktikum ini meliputi :
 Plastik transparansi
 Spidol
 Ketas millimeter
 Peta arahan pemanfaatan lahan
 Alat tulis
Data yang digunakan yaitu data jenis tanah, slope (kemiringan), dan intensitas
curah hujan. Data tersebut disajikan pada peta di dalam buku ajar mata kuliah sistem
informasi geografis.

PROSEDUR KERJA
1. Kertas transparansi letakkan diatas peta intesitas curah hujan, lalu gambar
pola peta dengan menggunakan OHP marker untuk setiap batasnya
2. Kertas transparani yang telah di gambar peta, dengan peta intesitas curah
hujan, lalu letakkan lagi di atas peta jenis tanah gambar kembali dengan OHP
marker lalu gunakanlah warna yang berbeda untuk masing-masing peta.

HASIL PENGAMATAN/ HASIL PRAKTIKUM


Tabel 1. Hasil dari penentuan fungsi pemanfaatan lahan secara manual
Nilai Skor Arahan
Kelerengan Jenis Tanah Intensitas Curah
NO. Jumlah Skor Pemanfaatan
Hujan
Lahan
1 40 30 40 110 Budidaya
2 60 30 40 130 Penyangga
3 60 30 50 140 Penyangga
4 100 30 40 170 Penyangga

6
5 100 30 50 180 Lindung
6 60 30 50 140 Penyangga
7 20 30 50 100 Penyangga
8 100 15 50 165 Penyangga
9 100 45 50 195 Lindung
10 60 45 50 155 Penyangga
11 0 15 50 65 Budidaya
12 100 45 50 195 Lindung
13 100 15 50 165 Penyangga
14 40 45 50 135 Penyangga
15 40 45 30 115 Budidaya
16 60 45 30 135 Penyangga
17 60 15 50 125 Penyangga
18 60 15 30 105 Budidaya
19 100 15 30 145 Penyangga
20 40 15 30 85 Budidaya
21 100 30 30 160 Penyangga
22 60 30 30 120 Budidaya
23 60 30 50 140 Penyangga
24 40 30 30 100 Budidaya
2 60 30 20 110 Budidaya
26 20 30 20 70 Budidaya
27 40 30 20 90 Budidaya
28 40 75 20 135 Penyangga
29 60 75 20 155 Penyangga
30 20 75 20 115 Budidaya
31 20 75 10 105 Budidaya
32 60 75 10 155 Penyangga
33 20 60 10 90 Budidaya
34 60 60 10 130 Penyangga
35 80 60 10 150 Penyangga

Gambar 1. Hasil peta penentuan fungsi arahan pemanfaatan lahan secara manual

7
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari acara 1 yaitu penentuan arahan fungsi
pemanfaatan lahan secara manual ini diperoleh hasil peta arahan pemanfaatan lahan
yang data pada awalnya didapatkan dari hasil data kemiringan ( Slope ), Intensitas
Curah Hujan, dan data jenis tanah serta dilakukan scoring yang berpedoman pada
kriteria penilaian Balai Rehabilitasi lahan dan Konservasi Tanah, maka diperoleh tiga
kawasan berdasarkan fungsi utamanya. Tiga kawasan tersebut terdiri dari kawasan
lindung, kawasan penyagga dan kawasan budidaya baik kawasan budidaya tanaman
tahunan maupun kawasan budidaya tanaman semusim dan permukiman. Yang mana
kawasan lindung ditandai dengan memiliki skor sama dengan atau diatas 175, pada
kawasan lindung disebut kawasan lindung dikarnakan kawasan tersebut memiliki
wilayah dengan keadaan yang fungsi lindungnya untuk kelestarian sumber daya alam,
air flora dan fauna seperti hutan lindung, hutan suaka, hutan satwa dan daerah yang
berada disekitar mata air dan daerah lainnya. kawasan penyangga diberi dengan
memiliki skor antara 125 - 174 dimana kawasan penyangga merupakan kawasan

8
tersebut terletak antara kawasan lindung dan kawasan budidaya seperti hutan
produksi terbatas, perkebunan (tanaman keras) kebun campur dan lain-lainnya, dan
kawasan budidaya ditandai dengan memiliki skor dibawah atau kurang dari 125.
Dimana kawasan budidaya ini merupakan kawasan dimana kawasan yang diusahakan
dengan tanaman tahunan seperti hutan produksi tetap , perkebunan (tanaman keras)
dan tanaman buah- buahan dan sebagainya.

ACARA PRAKTIKUM KE – 2 :
PENENTUAN ARAHAN FUNGSI PEMANFAATAN LAHAN SECARA
DIGITAL

DASAR TEORI
Lahan merupakan sebagai suatu ruang dipermukaan bumi yang mencakup
semua komponen biosfer yang dapat dianggap tetap atau bersifat siklis yang berada

9
diatas dan dibawah wilayah tersebut, termasuk atmosfer, tanah, batuan induk, relief,
hidrologi, tumbuhan dan hewan, serta segala akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas
manusia di masa lalu atau sekarang yang kesemuanya itu berpengaruh terhadap
penggunaan lahan oleh manusia pada saat sekarang atau masa mendatang. Lahan
merupakan sumber daya yang sangat penting, di mana makhluk hidup menggunakan
lahan untuk tinggal dan bertahan hidup di atasnya. Lahan merupakan komponen fisik,
yang terdiri dari iklim, topografi, tanah, hidrologi, dan vegetasi di atasnya di mana
komponen tersebut mempengaruhi potensi penggunaannya (FAO, 1976).
Seiring dengan berjalannya waktu, kebutuhan masyarakat akan lahan semakin
besar. Jumlah penduduk yang semakin meningkat secara signifikan, mengakibatkan
berkembangnya kegiatan pembangunan yang dilakukan semakin pesat. Masalah yang
sering terjadi saat ini adalah terbatasnya lahan yang sesuai untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat akan lahan. Hal ini mengakibatkan banyak masyarakat
membuka lahan baru atau disebut dengan alih fungsi lahan yang tidak sesuai dengan
fungsi lahannya. Terbatasnya lahan yang baik membuat petani-petani terpaksa harus
membuka lahan pertanian di lahan marjinal.
Penggunaan lahan adalah segala macam campur tangan manusia, baik secara
permanen ataupun secara skill terhadap suatu sekumpulan sumber daya alam dan
sumber daya buatan, yang secara keseluruhan disebut lahan, dengan tujuan untuk
mencukupi kebutuhan-kebutuhan manusia baik secara spirituil ataupun secara
kebendaan ataupun keduanya (Malingreau, 1982).
Alih fungsi lahan ini dapat memicu proses geomorfik yang mengakibatkan
degradasi atau kerusakan lahan. Permasalahan tersebut muncul ketika alih fungsi
lahan terus menerus terjadi. Lahan hutan yang terus dirubah menjadi lahan
permukiman maka kandungan hara di lapisan tanah atas (top soil) akan hilang,
akibatnya keadaan kimia, fisik dan juga semakin berkurang. Adanya fungsi dan
degradasi lahan ini disebabkan oleh lemahnya manajemen lahan (FAO, 2008),
sehingga diperlukan adanya arahan fungsi kawasan lahan.
Arahan fungsi kawasan lahan di Indonesia telah diatur dalam UU Nomor 26
tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Keputusan Presiden Nomor 32 tahun 1990, dan

10
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.41/PRT/M/2007. Peraturan-peraturan
tersebut mengatur sedemikian rupa tentang pemanfaatan ruang dan lahan. UU
Penataan Ruang khusus mengatur penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) dari skala nasional hingga detil perkotaan. Salah satu acuan dalam
penyusunan Rencana Tata Ruang adalah arahan fungsi kawasan dan pemanfaatan
lahan wilayahnya. Setiap pemerintah daerah perlu memperhatikan karakteristik
daerahnya dalam pembuatan arahan fungsi kawasan lahan untuk penyusunan RT/RW.
Salah satu daerah yang perlu diawasi dengan ketat pemanfaatan lahannya
adalah di daerah aliran sungai atau yang biasa disingkat menjadi DAS. DAS
merupakan ekosistem yang mencakup komponen lingkungan secara menyeluruh, di
dalam DAS terdapat keempat 5 fungsi kawasan, yaitu kawasan lindung, kawasan
budidaya, kawasan budidaya tanaman tahunan, kawasan budidaya tanaman semusim
dan permukiman. DAS terbagi menjadi tiga bagian, yaitu hulu, tengah dan hilir.
Setiap bagian-bagiannya mempunyai fungsi penting dan saling berkaitan satu sama
lain. Daerah hulu berfungsi sebagai daerah tangkapan hujan dan mempunyai fungsi
perlindungan dari keseluruhan DAS. Daerah tengah merupakan daerah peralihan dari
hulu ke hilir dan biasanya mempunyai fungsi kawasan budidaya. Daerah hilir
merupakan output dari sistem DAS, menjadi cerminan dari proses atau fenomena
yang terjadi di hulu dan di tengah DAS.
Sistem Informasi Geografis dibutuhkan dalam pemodelan arahan fungsi
kawasan lahan, dengan menggunakan metode pengharkatan dan teknik overlay
beberapa parameter arahan fungsi kawasan lahan, maka arahan fungsi kawasan yang
akan dibuat lebih tepat dan cepat. Parameter fisik yang dibutuhkan dalam penyusunan
arahan fungsi kawasan adalah beberapa parameter yaitu intensitas curah hujan,
kemiringan lereng, jenis tanah, sempadan sungai dan kawasan rawan bencana.
a. Faktor Kemiringan Lereng
Tabel 1. Harkat Kemiringan Lereng Kelas Kemiringan Lereng

Kela Kemiringan Lereng (%) Keterangan Skor


s
1 0-8 Datar 20

11
2 8-15 Landai 40
3 15-25 Agak Curam 60
4 25-45 Curam 80
5 >45 Sangat Curam 100
Sumber: Departemen Kimpraswil (2007)
b. Faktor Jenis Tanah
Tabel 2. Harkat Jenis Tanah

Kelas Jenis Tanah Keterangan Bobot


1 Aluvial, tanah glei, planosol, Tidak peka 15
hidromorf kelabu, laterik tanah
2 Latosol Kurang peka 30
3 Brown forest soil, non-calcic brown, Agak Peka 45
mediteran
4 Andosol, laterit, grumusol podsol, Peka 60
podsolic
5 Regosol, litosol, organosol, renzina Sangat peka 75
Sumber: Departemen Kimpraswil (2007)
c. Faktor Intensitas Curah Hujan
Tabel 3. Harkat Intensitas Curah Hujan

Kelas Curah Hujan (mm/hari) Keterangan Bobot

1 <13,60 Sangat rendah 10

2 13,61 – 20,70 Rendah 20

3 27,71 – 34,80 Tinggi 30


4 27,71-34,80 Sedang 40

5 >34,80 Sangat tinggi 50


Sumber: Departemen Kimpraswil (2007)

Kriteria arahan fungsi kawasan sebagai berikut,


a. Kawasan Fungsi Lindung
Suatu satuan lahan ditetapkan sebagai kawasan fungsi lindung, apabila
besar skor fungsi kawasan lahannya ≥175, atau memenuhi beberapa syarat
yaitu mempunyai lereng lebih dari 45%, jenis tanah sangat peka terhadap

12
erosi, merupakan jalur pengaman aliran sungai yaitu sekurang-kurangnya 100
meter di kanan-kiri sungai, merupakan pelindung mata air, radius 200 meter di
sekeliling mata air, mempunyai ketinggian (elevasi) 2000 mdpal atau lebih,
sempadan pantai < 200 meter dari garis pantai, dan kepentingan khusus
sebagai kawasan lindung (flora, fauna, cagar budaya).
b. Kawasan Fungsi Penyangga
Suatu satuan lahan ditetapkan sebagai kawasan fungsi penyangga
apabila besarnya nilai skor fungsi kawasannya lahannya sebesar 125-174 dan
atau memenuhi kriteria umum yaitu keadaan fisik lahan memungkinkan untuk
dilakukan budidaya secara ekonomis, lokasinya secara ekonomis mudah
dikembangkan sebagai kawasan penyangga, dan tidak merugikan segi-segi
ekologi atau lingkungan hidup apabila dikembangkan sebagai kawasan
penyangga.
c. Kawasan Fungsi Budidaya Tanaman Tahunan
Suatu satuan lahan ditetapkan sebagai kawasan dengan fungsi
budidaya tanaman tahunan apabila besarnya nilai skor fungsi kawasan
lahannya ≤ 125 serta mempunyai tingkat kemiringan lahan >8% dan
memenuhi kriteria umum seperti pada kawasan fungsi penyangga.
d. Kawasan Fungsi Budidaya Tanaman
Semusim dan Permukiman Suatu satuan lahan ditetapkan sebagai
kawasan dengan fungsi budidaya tanaman tahunan apabila besarnya nilai skor
fungsi kawasan lahannya ≤ 125 serta mempunyai tingkat kemiringan lahan
≤8% dan memenuhi kriteria umum seperti pada kawasan fungsi
penyangga.fungsi kawasan lahannya ≤ 125 serta mempunyai tingkat
kemiringan lahan ≤8% dan memenuhi kriteria umum seperti pada kawasan
fungsipenyangga.

TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat menentukan arahan fungsi
pemanfaatan lahan secara digital.

13
BAHAN, ALAT DAN DATA
Bahan dan alat yang digunakan untuk acara praktikum ini meliputi :
 Laptop
 Aplikasi ArcView
 Data Slope (Kemiringan)
 Data Jenis Tanah
 Data Intensitas Curah Hujan
Data yang digunakan meliputi data slope (kemiringan), data jenis tanah, dan data
intensitas curah hujan. Data tersebut disajikan dalam bentuk file.
PROSEDUR KERJA
1. Pertama buka aplikasi Arc-view

2. Akan muncul gambar di bawah ini

3. Klik No

14
4. Akan muncul seperti gambar di bawah ini

5. Kemudian klik add theme

6. Kemudian akan muncul tampilan data seperti di bawah ini, lalu masukkan
data slope, jenis tanah dan intensitas curah hujan dan klik ok.

7. Lalu akan muncul data slope, jenis tanah dan intensitas curah hujan pada peta.
Ceklis semua pilihan seperti pada gambar dibawah ini.

15
8. Klik open theme table

9. Selanjutnya, akan muncul tabel slope sperti dibawah ini

10. Kemudian, pilih table dan klik start editing

11. Selanjutnya, pilih edit dan klik add field seperti ada gambar dibawah in

16
12. Kemudian, akan muncul seperti pada gambar di bawah ini dan klik OK
(catatan : name(skor slope))

13. Selanjutnya akan muncul tabel skor slope dan diisi skor sesuai penuntun
seperti pada gambar dibawah ini

14. Kemudian lakukan hal yang seperti langkah ke 8 sampai ke 13 untuk jenis
tanah dan intensitas curah hujan
15. Kemudian klik file dan klik extensions seperti pada gambar di bawah ini

17
16. Selanjutnya pilih geoprocessing dan klik OK seperti pada gambar di bawah ini

17. Langkah selanjutnya yaitu pilih view dan klik geoprocessing wizard seperti
pada gambar

18. Kemudian akan muncul gambar seperti di bawah ini dan pilih union to theme
dan pilih next

18
19. Kemudian akan muncul gambar seperti di bawah ini dan klik next
(catatan : untuk output sesuaikan dengan tempat penyimpanan data)

20. Kemudian akan muncul gambar seperti di bawah ini dan klik finish
(catatan : untuk output sesuaikan dengan tempat penyimpanan data)

19
21. Selanjutnya dari gabungan 1( slope+tanah) seperti gambar digabung dengan
intensitas curah hujan dan klik finish (catatan : untuk output sesuaikan dengan
tempat penyimpanan data)

22. Selanjutnya akan muncul gambar sperti di bawah ini dan hanya centang
gabungan 2

23. Kemudian klik gabungan 2 dan pilih open theme table dan akan muncul
gambar seperti di bawah ini

20
24. Selanjutnya pilih edit-start editing-pilih skor slope, kemudian pilih query
builder. Seperti pada gambar di bawah ini

Akan muncul seperti di bawah ini lalu klik skor slope = 0 kemudian pilih new
set

Setelah itu akan muncul seperti pada gambar dibawah ini lalu pilih delete
record untuk meghilangkan warna kuning pada data

21
25. Lakukan hal yang sama pada jenis tanah dan intensitas curah hujan .
26. Kemudian Tambahkan tabel jumlah dan keterangan dengan memilih edit lalu
klik add field kemudian untuk jumlah klik calculate .

27. Selanjutnya, pilih view-geoprocessing wizard, pilih disolpe feature dan klik
next.

22
28. Selanjutnya akan muncul gambar seperti di bawah ini dan gabungan kedua
diganti menjadi keterangan seperti pilihan pada gambar di bawah ini.
Selanjutnya output disimpan sesuai dengan nama yang inginkan dan klik next

29. Kemudian klik finish

30. Hasil dari langkah ke 29 di ceklis hanya arahan pemanfaatan lahan seperti
gambar di bawah ini

23
HASIL PENGAMATAN/ HASIL PRAKTIKUM
Hasil penentuan arahan fungsi pemanfaatan lahan secara digital :
Tabel 1. Hasil penentuan arahan fungsi pemanfaatan lahan

24
Gambar 1. Hasil penentuan arahan fungsi pemanfaatan lahan

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari acara 2 yaitu penentuan arahan fungsi
pemanfaatan lahan secara digital ini diperoleh hasil yang dimana dari overlay peta
kemiringan, peta jenis tanah dan peta curah hujan serta dilakukan scoring yang
berpedoman pada kriteria penilaian Balai Rehabilitasi lahan dan Konservasi Tanah,
maka diperoleh tiga kawasan berdasarkan fungsi utamanya. Tiga kawasan tersebut
terdiri dari kawasan lindung, kawasan budidaya dan kawasan penyangga. Yang mana
kawasan lindung ditandai dengan pemberian warna kuning, kawasan lindung pada
peta ada 3 dengan jumlah skor yaitu lebih dari 175, pada kawasan lindung disebut
kawasan lindung dikarnakan kawasan tersebut memiliki wilayah dengan keadaan
yang fungsi lindungnya untuk kelestarian sumber daya alam, air flora dan fauna
seperti hutan lindung, hutan suaka, hutan satwa dan daerah yang berada disekitar
mata air dan daerah lainnya. kawasan penyangga diberi dengan warna hijau, kawasan
penyangga pada peta ada 15 dengan jumlah skor yaitu antara 125-174. dimana
kawasan penyangga merupakan kawasan dimana kawasan tersebut berfungsi lindung
dan kawasan budidaya contohnya seperti daerah hutan produksi terbatas, perkebunan
(tanaman keras), dan yang lain lain. Dan kawasan budidaya ditandai dengan
pemberian warna coklat bata diketahui kawasan budidaya pada peta gabungan ada 12
dengan jumlah skor yaitu 124 atau kurang dari itu. Dimana kawasan budidaya ini
merupakan kawasan dimana kawasan yang diusahakan dengan tanaman tahunan.

25
ACARA PRAKTIKUM KE –3 :
PENENTUAN LUAS HASIL ANALISIS ARAHAN FUNGSI PEMANFAATAN
LAHAN SECARA DIGITAL

DASAR TEORI
Arahan fungsi pemanfaatan lahan dapat diartikan sebagai upaya untuk
menata pemanfaatan lahan pada suatu kawasan sesuai dengan kemampuannya
Dalam hal ini tujuan dari arahan fungsi pemanfaatan lahan adalah untuk mencapai
keseimbangan antara kemampuan lahan dengan jenis pemanfaatan dan teknologi
yang digunakan sebagai upaya untuk melindungi kelangsungan fungsi dan manfaat
sumberdaya alam di suatu DAS. Artinya apabila penggunaan lahan pada masing-
masing kawasan tidak sesuai dengan fungsi utamanya maka perlu dilakukan tindakan
arahan fungsi pemanfaatan lahan dengan menerapkan tindakan rehabilitasi lahan dan
konservasi tanah secara vegetatif dan mekanik yang bertujuan untuk mengembalikan
dan menjaga fungsi utama kawasannya.
Pemanfaatan lahan di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 26
Tahun 2007 dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41 tahun 2007.
Peraturan-peraturan tersebut mengatur sedemikian rupa tentang pemanfaatan ruang
dan lahan (arahan fungsi kawasan). Aturan tersebut menjadi pedoman dalam
penyusunan arahan fungsi kawasan, agar kondisi lahan sesuai dengan peruntukannya
dan mencegah terjadinya alih fungsi lahan di kawasan lindung.
Perubahan tata guna lahan yang tidak mengindahkan rencana tata ruang yang
telah ditetapkan memberikan kontribusi terbesar dalam rusaknya fungsi kawasan
lindung. Perubahan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya dapat
mengakibatkan banjir dan longsor. Pemanfaatan lahan untuk berbagai kebutuhan
hidup masyarakat pun telah mendorong terjadinya perubahan tata guna lahan di
beberapa wilayah di Sulawesi Selatan, dan satu diantaranya adalah Kabupaten
Enrekang. Dengan luas wilayah 178.601 Ha dan cenderung mengalami peningkatan
jumlah penduduk dalam 5 tahun terakhir, menggambarkan bahwa secara perlahan
ketersediaan lahan menjadi sempit untuk memenuhi segala kebutuhan penduduk.

26
Pertumbuhan penduduk yang pesat telah mendorong peningkatan kebutuhan
lahan untuk pemukiman, pertanian, dan kebutuhan lainnya. Perubahan tata guna
lahan di wilayah ini untuk menunjang aktivitas hidup masyarakat sebagian sudah
tidak sesuai lagi dengan arahan fungsi kawasan, tidak terkecuali lahan pertanian
termasuk kawasan lindung yang tidak seharusnya “dikorbankan” untuk
memaksimalkan perekonomian masyarakat setempat. Persoalan peningkatan ekonomi
masyarakat bahkan perlahan tapi pasti mendorong pembukaan lahan-lahan baru yang
tidak terkendali sehingga menyebabkan terjadinya degradasi fungsi kawasan lindung
yang dapat mengancam keberlanjutan produksi pertanian. Dengan kondisi ini,
penetapan fungsi kawasan menjadi sangat penting dalam menjaga kelestarian dan
mencegah kerusakan lingkungan. Mencermati hal tersebut, maka diperlukan upaya
untuk meminimalisir degradasi fungsi kawasan lindung di wilayah ini melalui
pemetaan lahan kawasan lindung berdasarkan sistem informasi geografis.
Dibutuhkan arahan pengelolaan dengan memberikan akses kepada masyarakat
sekitar, agar dapat mengelola dan memanfaatkan kawasan lindung untuk peningkatan
kesejahteraannya tanpa mengesampingkan pengelolaan kawasan yang sesuai dengan
arahan fungsinya evaluasi kemampuan lahan merupakan salah satu upaya untuk
memanfaatkan lahan (sumberdaya lahan) sesuai dengan potensinya. Penilaian potensi
lahan sangat diperlukan terutama dalam rangka penyusunan kebijakan, pemanfaatan
lahan dan pengelolaan lahan secaraberkesinambungan. Untuk menyusun kebijakan
tersebut sangat diperlukan peta-peta yang salah satunya adalah
petakemampuanlahan(Sadyohutomo, 2012).
Analisis dan evaluasi kemampuan lahan dapat mendukung proses dalam
penyusunan rencana penggunaan lahan di suatu wilayah yang disusun dengan cepat
dan tepat sebagai dasar pijakan dalam mengatasi benturan pemanfaatan penggunaan
lahan/sumberdayaalam
Klasifikasi kemampuan lahan adalah penilaian komponen lahan yang menurut
Arsyad (1989) adalah penilaian komponen-komponen lahan secara sistematis dan
pengelompokan ke dalam berbagai kategori berdasar sifat-sifat yang merupakan
potensi dan penghambat dalam penggunaan lahan.Lahan digolongkan kedalam 3

27
(tiga) kategori utama yaitu kelas, sub-kelas dan satuan kemampuan lahan.Lahan
digolongkan kedalam 3 (tiga ) kategori utama yaitu kelas, sub-kelas dan satuan
kemampuan lahan.
Perencanaan penggunaan lahan di wilayah propinsi dapat menggunakan
klasifikasi padatingkat kelas dan untuk wilayah kabupaten menggunakan sub kelas
.Kemampuan lahan dapat dicerminkan dalam bentuk peta kemampuan lahan. Peta
kemampuan lahan dapat menggambarkan tingkat kelas potensi lahan secara
keruangan dan dapat dipakai untuk menentukanarahan penggunaan lahan pedesaan
secara umum.Klasifikasi kemampuan lahan dapat diterapkan sebagai metode
perencanaan penggunaan lahan.
Sistem informasis Geografis (SIG) tidak dapat dilepaskan dengan basis data,
sebab SIG sendiri memerlukan data (spasial dan atribut) yang disimpan di dalam
basis data spasial (dimana data atribut terdapat didalamnya). Selain itu,
semuaperangkat SIG-pun secara inherent telah dilengkapi dengan kemampuan dalam
mengelola basis data. Di dalam usaha membentuk bangunan informasi yang penting
(enterprise). Berikut adalah beberapa pengertian dari basis data yang telah di
kembangkan atas dasar sudut pandang yang sedikit berbeda(Modul ArcGis, 2007):
Data Spasial
Data Spasial merupakan data yang menunjuk posisi geografi dimana setiap
karakteristik memiliki satu lokasi yang harus ditentukan dengan cara yang unik.
Untuk menentukan posisi secara absolut berdasar sistem koordinat. Untuk area kecil,
sistem koordinat yang paling sederhana adalah grid segiempat teratur. Untuk area
yang lebih besar, berdasarkan proyeksi kartografi yang umum digunakan (Setya,
1997).
Analisa Spatial Karakteristik utama Sistem Informasi Geografi adalah
kemampuan menganalisis sistem seperti analisa statistik dan overlay yang disebut
analisa spasial. Analisa dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi yang sering
digunakan dengan istilah analisa spasial, tidak seperti sistem informasi yang lain
yaitu dengan menambahkan dimensi ‘ruang (space)’ atau geografi. Kombinasi ini
menggambarkan attributeattribut pada bermacam fenomena seperti umur seseorang,

28
tipe jalan, dan sebagainya, yang secara bersama dengan informasi seperti dimana
seseorang tinggal atau lokasi suatu jalan (Setya,1997). Analisa Spasial dilakukan
dengan mengoverlay dua peta yangkemudian menghasilkan peta baru hasil analisis
(Setya, 1997).
Overlay Spasial
Salah satu cara dasar untuk membuat atau mengenali hubungan spasial
melalui proses overlay spasial. Overlay Spasial dikerjakan dengan melakukan operasi
join danmenampilkan secara bersama sekumpulan data yang dipakai secara bersama
atau berada dibagian area yang sama. Hasil kombinasi merupakan sekumpulan data
yang baru yang mengidentifikasikan hubungan spasial baru.
Overlay Peta
Merupakan proses dua peta tematik dengan area yang sama dan
menghamparkan satu dengan yang lain untuk membentuk satu layer peta baru.
Kemampuan untuk mengintegrasikan data dari dua sumber menggunakan peta
merupakan kunci dari fungsi-fungsi analisis Sistem Informasi Geografi. Konsep
Overlay Peta Alamat Overlay Peta merupakan hubungan interseksi dan saling
melengkapi antara fitur-fitur spasial
Secara teknis SIG mengorganisasikan dan memanfaatkan data dari peta digital
yang tersimpan dalam basis data. Dalam SIG, dunia nyata dijabarkan dalam data peta
digital yang menggambarkan posisi dari ruang (space) dan klasifikasi, atribut data,
dan hubungan antar item data. Kerincian data dalam SIG ditentukan oleh besarnya
satuan pemetaan terkecil yang dihimpun dalam basis data. Dalam bahasa pemetaan
kerincian itu tergantung dari skala peta dan dasar acuan geografis yang disebut
sebagai peta dasar.
Dengan berkembangnya komunikasi mobile dan popularitas pengguna ponsel,
terutama penerapan J2ME, GPRS, dan teknologi lainnya, maka sangat
memungkinkan untuk menggabungkan teknologi komunikasi mobile dengan GIS dan
internet, yang kemudian membentuk teknologi baru mobile GIS. Dengan
mengintegrasikan GIS, GPS, dan jaringan komputer, akan didapatkan data informasi
mengenai banjir. Teknologi ini juga merupakan cara yang aman dan ekonomis untuk

29
pengguna yang ingin mengakses dan mempublikasikan informasi, misalnya
berdasarkan lokasi

TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu menentukan luas hasil
analisis arahan fungsi pemanfaatan lahan secara digital.
BAHAN, ALAT DAN DATA
Bahan dan alat yang digunakan untuk acara praktikum ini meliputi :
 Laptop
 Aplikasi ArcView
 Data Slope (Kemiringan)
 Data Jenis Tanah
 Data Intensitas Curah Hujan
Data yang digunakan meliputi data slope (kemiringan), data jenis tanah, dan data
intensitas curah hujan. Data tersebut disajikan dalam bentuk file.

PROSEDUR KERJA
1. Pertama buka aplikasi Arc-view

2. Akan muncul gambar di bawah ini

30
3. Klik No

4. Akan muncul seperti gambar di bawah ini

5. Kemudian klik add theme

6. Kemudian akan muncul tampilan data seperti di bawah ini, lalu masukkan
data slope, jenis tanah dan intensitas curah hujan dan klik ok.

31
7. Lalu akan muncul data slope, jenis tanah dan intensitas curah hujan pada peta.
Ceklis semua pilihan seperti pada gambar dibawah ini.

8. Klik open theme table

9. Selanjutnya, akan muncul tabel slope sperti dibawah ini

32
10. Kemudian, pilih table dan klik start editing

11. Selanjutnya, pilih edit dan klik add field seperti ada gambar dibawah in

12. Kemudian, akan muncul seperti pada gambar di bawah ini dan klik OK
(catatan : name(skor slope))

33
13. Selanjutnya akan muncul tabel skor slope dan diisi skor sesuai penuntun
seperti pada gambar dibawah ini

14. Kemudian lakukan hal yang seperti langkah ke 8 sampai ke 13 untuk jenis
tanah dan intensitas curah hujan
15. Kemudian klik file dan klik extensions seperti pada gambar di bawah ini

34
16. Selanjutnya pilih geoprocessing dan klik OK seperti pada gambar di bawah ini

17. Langkah selanjutnya yaitu pilih view dan klik geoprocessing wizard seperti
pada gambar

18. Kemudian akan muncul gambar seperti di bawah ini dan pilih union to theme
dan pilih next

35
19. Kemudian akan muncul gambar seperti di bawah ini dan klik next
(catatan : untuk output sesuaikan dengan tempat penyimpanan data)

20. Kemudian akan muncul gambar seperti di bawah ini dan klik finish
(catatan : untuk output sesuaikan dengan tempat penyimpanan data)

36
21. Selanjutnya dari gabungan 1( slope+tanah) seperti gambar digabung dengan
intensitas curah hujan dan klik finish (catatan : untuk output sesuaikan dengan
tempat penyimpanan data)

22. Selanjutnya akan muncul gambar sperti di bawah ini dan hanya centang
gabungan 2

37
23. Kemudian klik gabungan 2 dan pilih open theme table dan akan muncul
gambar seperti di bawah ini

24. Selanjutnya pilih edit-start editing-pilih skor slope, kemudian pilih query
builder. Seperti pada gambar di bawah ini

38
Akan muncul seperti di bawah ini lalu klik skor slope = 0 kemudian pilih new
set

Setelah itu akan muncul seperti pada gambar dibawah ini lalu pilih delete
record untuk meghilangkan warna kuning pada data

25. Lakukan hal yang sama pada jenis tanah dan intensitas curah hujan .
26. Kemudian Tambahkan tabel jumlah dan keterangan dengan memilih edit lalu
klik add field kemudian untuk jumlah klik calculate .

39
27. Selanjutnya, pilih view-geoprocessing wizard, pilih disolpe feature dan klik
next.

28. Selanjutnya akan muncul gambar seperti di bawah ini dan gabungan kedua
diganti menjadi keterangan seperti pilihan pada gambar di bawah ini.
Selanjutnya output disimpan sesuai dengan nama yang inginkan dan klik next

29. Kemudian klik finish

40
30. Hasil dari langkah ke 29 di ceklis hanya arahan pemanfaatan lahan seperti
gambar di bawah ini

31. Kemudian klik 2x pada warna di arahan pemanfaatan lahan, lalu pilih legend
type menjadi Unique Value

32. Selanjutnya pilih value field dan klik keterangan

41
33. Selanjutnya akan muncul gambar seperti pada gambar dan klik apply

34. Selanjutnya klik properties, kemudian map units dan distance units dirubah
menjadi meters dan klik OK

35. Kemudian ganti skala sesuai dengan yang dinginkan(misalnya 1:400.000)


36. Selanjutnya pilih arahan klik table

42
37. Selanjutnyapilih file-Extension-dan pilih Xtools dan klik OK

38. Selanjutnya pilih close

39. Kemudian klik Xtools dan pilih calculate area.

43
HASIL PENGAMATAN/ HASIL PRAKTIKUM
Tabel hasil penentuan luas hasil analisis arahan fungsi pemanfaatan lahan
seacara digital :

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari acara 3 yaitu penentuan luas arahan
fungsi pemanfaatan lahan secara digital dengan skoring didapatkan hasil yaitu fungsi
lahan itu sendiri terbagi menjadi tiga. Yaitu kawasan lindung (KL) kawasan lindung
ini dapat ditetapkan dengan skoring atau berdasarkan nilai kepentingan obyek atau
dikenal dengan istilah kawasan lindung setempat, kawasan penyangga dan kawasan
budidaya. Dari tabel yang telah dihitung luas nya secara digital, didapat hasil yaitu
kawasan budidaya ada 12 dengan area feet yaitu 253125606.316, perimeter feet
213238.141, acres 5810.964, dan hectares 2351.623. Untuk kawasan lindung ada 3
dengan area feet yaitu 45862308.433, perimeter feet 42130.479, acres 1052.854, dan
hectares 426.076. Dan yang terakhir kawasan penyangga ada 15 dengan area feet
yaitu 457472193.027, perimeter feet 234385.428, acres 10502.116, dan hectares
4250.073.

44
ACARA PRAKTIKUM KE – 4 :
PENYUSUNAN LAYOUT PETA PENGGUNAAN LAHAN

DASAR TEORI
Sistem Informasi Geografis merupakan suatu bentuk pengolahan informasi
geografis atau spasial yang berupa sistem dengan komponen input, manajemen data,
analisis, dan output, yang dalam pelaksanaan nya menggunakan computer sebagai
media dan software seperti ArcView, ArcGIS, Surfer dan lain-lain. Sistem Informasi
Geografis merupakan metode untuk mempermudah dalam memahami data spasial
yang dimiliki. Data spasial dalam Sistem Informasi Geografis dapat berupa data
topografi seperti data ketinggian lahan dan data kemiringan lereng, selain itu data
lainnya dapat berupa data antropologi seperti data sebaran penduduk, kepadatan
penduduk, dan data-data berbasis spasial lainnya. Sistem Informasi Geografis
memiliki keunggulan dalam menyajikan data-data spasial tersebut sehingga lebih
mudah untuk dianalisis dan diketahui polanya.
Salah satu bentuk penyajian data spasial dalam Sistem Informasi Geografis
adalah peta. Ilmu yang mempelajari khusus tentang peta adalah kartografi, yaitu ilmu
teknologi dan seni untuk menyampaikan data atau informasi tentang objek atau area
dipermukaan bumi dalam bentuk peta. Kartografi disebut pula sebagai kartografi
adalah teknik memperkecil (reduksi) karakteristik keruangan dari daerah yang luas
(dari permukaan bumi) atau benda angkasa dan membuatnya lebih mudah diamati.
Peta merupakan media komunikasi dalam sistem informasi dan geografis, sehingga
keberadaannya sangat penting dalam transfer informasi spasial (Setya, 1997).
Pembuatan peta dapat dilakukan dengan menggunakan kartograf, namun pada
masa kini peta dapat dibuat dengan menggunakan komputer dengan lebih cepat dan
lebih mudah. Salah satu perangkat lunak komputer yang dapat digunakan untuk
membuat peta adalah ArcView versi 3.3. Dalam pembuatan peta hendaknya
memperhatikan komponen- komponen utama peta yang harus dimiliki oleh sebuah
peta, seperti skala, judul peta, sistem proyeksi, orientasi, arah mata angin, legenda,
sumber data dan sebagainya. Pembuatan peta merupakan hal yang sangat bermanfaat

45
di zaman modern ini karena hamper semua data dapat disajikan dalam bentuk data
spasial, sehingga keahlian untuk membuat peta merupakan kemampuan yang sangat
bermanfaat bagi seseorang di zaman ini.
Layout adalah tata letak dari suatu element desain yang berupa gambar dan
teks sehingga hasil menjadi lebih baik dan mudah untuk dipresentasikan. Pembuatan
layout peta merupakan pekerjaan terakhir setelah input data , editing data , analisis
data , penambahan label dan pembahasan-pembahasan lainnya. Layout ini akan
bermanfaat untuk memperjelas peta dan memperindah secara tampilan selain itu
tujuan yang lebih penting mengenai layout peta adalah sebagai atribut pelengkap
yang mampu menjelaskan isi peta yang merupakan isi-isi penting dari peta tersebut.
Tanpa adanya layout , sebuah peta tidak akan berarti apa-apa karena sistem peletakan
desain peta ada dilayot , tanpa layout peta akan sulit dimengerti dan sukar untuk
dipahami sehingga akan bermakna seperti gambar biasa, sehingga perlu dilakukan
pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampiran layout yang baik.
Pengetahuan tentang layout ini sangat diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampiran dalam desain peta.
Pembuatan layout peta merupakan pekerjaan terakhir setelah input data,
editing data, analisis data, penambahan label, dan pengaturan legenda daftar isi telah
dilakukan. Melalui fasilitas layout dapat membuat dan mengatur data mana saja yang
akan digunakan sebagai output dari proses atau analisis gis yang digunakan serta
bagaimana data tersebut akan ditampilkan. Layout peta merupakan output yang
dikehendaki oleh sebagian besar user's adalah layout peta yang menarik dan mudah
dimengerti serta mengandung presisi yang baik. Setidaknya dalam suatu layout peta,
seperti judul peta, skala peta, arah utara, koordinat/grid, legenda peta, tahun
pembuatan, penerbit peta, dan  index peta.
Layout ini akan bermanfaat untuk memperjelas peta dan memperindah secara
tampilan, selain itu tujuan yang lebih penting mengenai layout peta adalah sebagai
atribut pelengkap yang mampu menjelaskan isi peta, yang merupakan informasi-
informasi penting. Tanpa adanya layout, sebuah peta tidak akan berarti apa-apa, dan
hanya bermakna sebagai gambar biasa. Pentingnya layout ini pada sebuah peta,

46
sehingga perlu dilakukan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam mendesain layout yang baik.
Berikut ini adalah keterangan mengenai komponen layout peta.
1. Judul Peta
Mencerminkan isi sekaligus tipe peta. Penulisan judul biasanya di bagian atas
tengah, atas kanan, atau bawah. Walaupun demikian, sedapat mungkin diletakan di
kanan atas.
2. Legenda
Legenda adalah keterangan dari symbol-simbol yang merupakan kunci untuk
memahami peta.

3. Skala Peta
Skala adalah perbandingan jarak pada peta dengan jarak sesungguhnya di
lapangan. Skala ditulis di bawah judul peta, di luar garis tepi, atau di bawah legenda.
4. Orientasi / Tanda Arah
Pada umumnya, arah utara ditunjukkan oleh tanda panah kea rah atas peta.
Letaknya di tempat yang sesuai jika ada garis lintang dan bujur, koordinat dapat
sebagai petunjuk arah.
5. Koordinat/grid
Sistem koordinat yang biasa digunakan adalah Universal Transverse Mercator
(UTM) dan sistem koordinat geografis yang menunjukan suatu titik di bumi
berdasarkan garis lintang dan bujur.
6. Symbol Peta
Simbol Peta adalah tanda atau gambar yang mewakili kenampakan yang ada
permukaan bumi yang terdapat pada peta kenampakannya, jenis-jenis symbol peta
antara lain :
a. Symbol titik, digunakan untuk menyajikan tempat atau data posisional.
b. Symbol garis, digunakan untuk menyajikan data yang berhubungan dengan
jarak.

47
c. Symbol area, digunakan untuk mewakili suatau area tertentu dengan symbol
yang mencakup area tertentu.
7. Insert
Insert merupakan peta kecil yang disisipkan di dalam peta utama , macam
macam insert antara lain :
a. Insert penunjuk lokasi, berfungsi untuk menunjukkan letak suatu daerah
yang belum diketahui dan dikenali.
b. Insert penjelas yang dapat berfungsi untuk memperbesar daerah yang kita
anggap penting
c. Insert penyambung berfungsi untuk menyambungkan daerah yang
terpotong pada peta utama.
Layout dalam bahasa artinya tata letak, dalam membuat suatu layiut harus
menyeimbangkan komposisi , irama , wide space dan yang lebih penting yaitu
mengatur grid. Dalam melayout terdapat kesalahan yang sering dilakukan tanpa
sengaja ataupun disengaja contohnya :
1. Terlalu banyak jenis font
2. Terlalu banyak efek
3. Terlalu banyak hiasan
4. Terlalu padat
5. Terlalu banyak warna
Pembacaan peta selain tergantung pada lettering/penempatan nama-nama
geografi, juga terkait dengan penyajian yang baik dari semua infromasi
yang berkaitan dengan kebutuhan pembaca peta, terutama dalam hal kemudahannya
untuk dibaca dan diintepretasi, yang biasa disebut layout peta.
Pada umumnya informasi tersebut ditempatkan dalam informasi tepi(marginal
information) yang mencakup berbagai informasi penting, seperti judul peta, kala peta,
legenda/keterangan, gratikul (bujur dan lintang), diagram lokasi peta indeks, sumber
data serta informasi lain yang penting. Penentuan tata letak peta atau komposisi peta
harus mempertimbangkan cara-cara yang dapat menyentuh perasaan tertarik sensible)

48
dan unsur keindahan perlu juga dipertimbangkan. Salah satu faktor utama yang perlu
diperhatikan adalah adanya keseimbangan (balances) dalam tata letak informasi tepi.

TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan praktikum ini adalah agar mahasiswa agar dapat menyusun layout peta
penggunaan lahan.

BAHAN, ALAT DAN DATA


Bahan dan alat yang digunakan untuk acara praktikum ini meliputi :
 Laptop
 Aplikasi ArcView
 Data Slope (Kemiringan)
 Data Jenis Tanah
 Data Intensitas Curah Hujan
Data yang digunakan meliputi data slope (kemiringan), data jenis tanah, dan data
intensitas curah hujan. Data tersebut disajikan dalam bentuk file.

PROSEDUR KERJA
1. Pertama buka aplikasi Arc-view

49
2. Akan muncul gambar di bawah ini

3. Klik No

4. Akan muncul seperti gambar di bawah ini

5. Kemudian klik add theme

6. Kemudian akan muncul tampilan data seperti di bawah ini, lalu masukkan
data slope, jenis tanah dan intensitas curah hujan dan klik ok.

50
7. Lalu akan muncul data slope, jenis tanah dan intensitas curah hujan pada peta.
Ceklis semua pilihan seperti pada gambar dibawah ini.

8. Klik open theme table

9. Selanjutnya, akan muncul tabel slope sperti dibawah ini

51
10. Kemudian, pilih table dan klik start editing

11. Selanjutnya, pilih edit dan klik add field seperti ada gambar dibawah in

12. Kemudian, akan muncul seperti pada gambar di bawah ini dan klik OK
(catatan : name(skor slope))

13. Selanjutnya akan muncul tabel skor slope dan diisi skor sesuai penuntun
seperti pada gambar dibawah ini

52
14. Kemudian lakukan hal yang seperti langkah ke 8 sampai ke 13 untuk jenis
tanah dan intensitas curah hujan
15. Kemudian klik file dan klik extensions seperti pada gambar di bawah ini

16. Selanjutnya pilih geoprocessing dan klik OK seperti pada gambar di bawah ini

17. Langkah selanjutnya yaitu pilih view dan klik geoprocessing wizard seperti
pada gambar

18. Kemudian akan muncul gambar seperti di bawah ini dan pilih union to theme
dan pilih next

53
19. Kemudian akan muncul gambar seperti di bawah ini dan klik next
(catatan : untuk output sesuaikan dengan tempat penyimpanan data)

20. Kemudian akan muncul gambar seperti di bawah ini dan klik finish
(catatan : untuk output sesuaikan dengan tempat penyimpanan data)

54
21. Selanjutnya dari gabungan 1( slope+tanah) seperti gambar digabung dengan
intensitas curah hujan dan klik finish (catatan : untuk output sesuaikan dengan
tempat penyimpanan data)

22. Selanjutnya akan muncul gambar sperti di bawah ini dan hanya centang
gabungan 2

23. Kemudian klik gabungan 2 dan pilih open theme table dan akan muncul
gambar seperti di bawah ini

55
24. Selanjutnya pilih edit-start editing-pilih skor slope, kemudian pilih query
builder. Seperti pada gambar di bawah ini

Akan muncul seperti di bawah ini lalu klik skor slope = 0 kemudian pilih new
set

Setelah itu akan muncul seperti pada gambar dibawah ini lalu pilih delete
record untuk meghilangkan warna kuning pada data

56
25. Lakukan hal yang sama pada jenis tanah dan intensitas curah hujan .
26. Kemudian Tambahkan tabel jumlah dan keterangan dengan memilih edit lalu
klik add field kemudian untuk jumlah klik calculate .

27. Selanjutnya, pilih view-geoprocessing wizard, pilih disolpe feature dan klik
next

28. Selanjutnya akan muncul gambar seperti di bawah ini dan gabungan kedua
diganti menjadi keterangan seperti pilihan pada gambar di bawah ini.
Selanjutnya output disimpan sesuai dengan nama yang inginkan dan klik next

57
29. Kemudian klik finish

30. Hasil dari langkah ke 29 di ceklis hanya arahan pemanfaatan lahan seperti
gambar di bawah ini

31. Kemudian klik 2x pada warna di arahan pemanfaatan lahan, lalu pilih legend
type menjadi Unique Value

58
32. Selanjutnya pilih value field dan klik keterangan

33. Selanjutnya akan muncul gambar seperti pada gambar dan klik apply

34. Selanjutnya klik properties, kemudian map units dan distance units dirubah
menjadi meters dan klik OK

59
35. Kemudian ganti skala sesuai dengan yang dinginkan(misalnya 1:400.000)
36. Selanjutnya pilih arahan klik table

37. Selanjutnyapilih file-Extension-dan pilih Xtools dan klik OK

38. Selanjutnya pilih close

60
39. Kemudian klik Xtools dan pilih calculate area dan akan muncul hasil seperti
pada gambar di bawah ini.

40. Kemudian untuk pembuatan layout. Klik View pilih layout

Akan muncul tampilan seperti gambar di bawah ini, kemudian pilih Lanscape
dan klik OK

61
41. Selanjutnya akan muncul peta arahan pemanfataan lahan. Emudian di block
dan di delete. Kemudian hasil akan seperti pada gambar di bawah ini

42. Kemudian klik Draw Point dan klik simbol persegi panjang

43. Selanjutnya klik view frame dan pilih pilihan yang paling atas

62
44. Selanjutnya tarik garis ujung sudut atas sampai ¾ bagian dan muncul gambar
seperti pada gambar di bawah ini dan klik OK

Setelah itu akan muncul gambar peta arahan pemanfataan lahan. Kemudian
pilih File-Extention- centang(Graticules dan Legend tools) dan klik OK
45. Selanjutnya pilih Graticules an Grids

46. Selanjutnya klik Next

63
47. Kemudian setelah klik Finish akan muncul hasil seperti gambar di bawah ini

48. Kemudian ¼ bagian dibuat kotak kembali sperti cara sebelumnya

49. Selanjutnya klik Text dan pilih dan tulus sesuai dengan keinginan (misalnya :
PETA ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN) dan klik OK

50. Kemudian untuk menambahkan simbol arah mata angin klik North Arrow dan
kemudian akan muncul seperti gambar dan pilih simbol arah mata angin yang
kita inginkan lalu klik OK

64
51. Selanjutnya untuk menambahkan logo Universitas Bengkulu pilih Picture
Frame dan klik bagian yang paling bawah pilihan. Kemudian akan muncul
seperti pada gambar di bawah ini. Klik Browse dan pilih logo Universitas
Bengkulu dalam format JPEG.

Setelah itu akan mendapatkan hasil seperti di bawah ini

52. Selanjutnya untuk menambahkan keterangan legenda klik Custome Legend


Tool dan klik dibagian luar Layout/peta dan akan muncul seperti di bawa ini.
Lalu, klik Next

65
Selanjutnya Klik data arah pemanfaatan lahan. Kemudian klik >> kemudian
klik data arahan pemanfaatan lahan lalu klik Preview

Dan akan muncul gambar seperti di bawah ini

Selanjutnya klik Ctrl+U sebanyak mungkin agar yang tidak penting dapat
dihapuskan seperti gambar di bawah ini.

66
Selanjutnya untuk menggabungkan legenda kembal dengan Ctrl+G

Kemudian buat sumber(Nama+NPM) sesuai dengan yang diingkan


berdasarkan langkah pembuatan prodi

Selanjutnya untuk menyimpan data dalam format JPEG dapat dilakukan


dengan klik File-Export-

Kemudian simpan file ditempat yang diingikan dan ganti format menjadi
JPEG.

67
HASIL PENGAMATAN/ HASIL PRAKTIKUM
Gambar hasil penyusunan layout peta penggunaan lahan :

PEMBAHASAN
Pada praktikum acara ke – 4 ini berdasarkan hasil tersebut didapatkan berupa
layout peta arahan pemanfaatan fungsi lahan yang didalam nya terdapat tiga kawasan
yaitu kawasan fungsi lindung, kawasan fungsi penyangga dan kawasan fungsi
budidaya. Pada fungsi lindung ditandai dengan warna kuning dengan perolehan
skoring sama dengan atau diatas 175, pada fungsi penyangga ditandai dengan warna
hijau dengan perolehan skoring antara 125 – 174, dan pada kawasan fungsi budidaya
ditandai dengan warna coklat bata dengan perolehan skoring sama dengan atau
kurang dari 124. Adapun layout peta tersebut bersumber dari gabungan dari tiga data
yaitu data slope (kemiringan), data intensitas curah hujan dan data jenis tanah. Yang
telah digabungkan atau dibuat peta arahan fungsi pemanfaatan lahan dan kemudian
dibuat layout peta seperti yang ada pada hasil dengan menggunakan aplikasi arch
view 3.3. Pada layout ini juga dibuat skala dan arah mata angin.

68
ACARA PRAKTIKUM KE – 5 :
ONSCREEN DIGITIZING

DASAR TEORI
Digitasi adalah Proses pemasukan data spasial melalui konversi data analog
(hardcopy) ke data digitasi dan disimpan dalam bentuk titik, garis dan poligon atau
area. Digitasi dapat dilakukan dengan cara dua hal, antara lain;
1. Digitasi manual
Digitasi manual adalah penelusuran poligon atau kumpulan pixel
terklasifikasi pada hardcopy menggunakan digitizer. Adapun langkah-langkah
dalam digitasi manual, yaitu tetapkan Titik Ikat Converage (TIC) pada batas area
yang akan digitasikan, setelah itu tetapkan batas koordinat area tersebuta, dalu
tentukan user identitas (user_id) (Setya, 1997).
2. Digitasi on Screen
Digirasi on screen adalah penelusuran batas kenampakan objek pada citra
yang akan ditayangkan pada layar monitor. Digitasi on screen merupakan suatu
teknik digitasi atau proses konversi dari data format raster ke dalam format
vektor. Pada teknik ini, peta yang akan digitasi terlebih dahulu harus dibawa ke
dalam format raster baik itu melalui proses scanning dengan alat scanner atau
dengan pemotretan (Subagio, 2002).
Screen digitizing merupakan proses digitasi yang dilakukan di atas layar
monitor denganbantuan mouse. Screen digitizing atau sering disebut juga dengan
digitasi on screen dapat digunakan sebagai alternatif input data digital tanpa
menggunakan meja digitizer. Tiga unsur spasial (feature) yang dapat dibentuk melalui
digitasi on screen ini antara lain point (titik), line (garis), dan polygon (area)
(Subagio, 2002).
Proses digitasi on-screen adalah digitasi yang dilakukan pada layar monitor
komputer dengan memanfaatkan berbagai perangkat lunak sistem informasi geografis
seperti Arc View, Map Info, AutoCad Map, dan lain-lain (Subagio,2002).

69
Data sumber yang akan didigitasi dalam metode ini tidak dalam bentuk peta
analog atau hardcopy. Data sumber tersebut terlebih dahulu disiam (scan) dengan
perangkat scanner. Penyiaman ini akan membentuk sebuah data yang mirip dengan
hardcopy yang disiam, dalam bentuk data raster dengan format file seperti .jpg, .bmp,
.tiff, .gif, dan lain-lain (Setya, 1997).
Menurut Prahasta (1980),Arcview GIS mengorganisasikan sistem perangkat
lunaknya sedemikian rupa sehingga dapat dikelompokkan ke dalam beberapa
komponen-komponen penting sebagai berikut :
1. Project
Suatu unit organisasi tertinggi di dalam ArcView GIS. Sebuah project berisi
pointers yang merujuk pada lokasi fisik (direktori dalam disk) di mana dokumen-
dokumen tersebut disimpan, selain juga menyimpan informasi- informasi pilihan
pengguna (user preferences) untuk project-nya (ukuran, simbol, warna dan
sebagainya).Semua dokumen yang terdapat di dalam sebuah project dapat
diaktifkan, dilihat, dan diakses melalui project window.
2. Theme
Suatu bangunan dasar sistem ArcView. Themes merupakan kumpulan dari
beberapa layer ArcView yang membentuk suatu “tematik” tertentu. Sumber data
yang dapat direpresentasikan sebagai theme adalah shapefile, coverage (ArcInfo),
dan citra raster.
3. View
Representasi grafis informasi spasial dan dapat menampung beberapa
”layer” atau “theme” informasi spasial (titik, garis, poligon, dan citra raster).
4. Table
Berisi informasi deskriptif mengenai layer tertentu. Setiap baris data
(record) mendefinisikan sebuah entry (misalnya informasi mengenai salah satu
poligon batas propinsi) di dalam basisdata spasialnya; setiap kolom (field)
mendefinisikan atribut atau karakteristik dari entry (misalnya nama, luas, keliling
atau populasi suatu propinsi) yang bersangkutan.

70
5. Chart
Hasil suatu query terhadap suatu tabel data. Bentuk chart yang didukung
oleh ArcView adalah line, bar, column, xy scatter, area, dan pie.
6. Layout
Untuk menggabungkan semua dokumen (view, table, dan chart) ke dalam
suatu dokumen yang siap cetak (biasanya dipersiapkan untuk pembuatan
hardcopy).
7. Script
Bahasa (semi) pemrograman sederhana (makro) yang digunakan untuk
mengotomasikan kerja ArcView. ArcView menyediakan bahasa sederhana ini
dengan sebutan Avenue. Dengan Avenue, pengguna dapat memodifikasi tampilan
(user interface).
Pemetaan adalah suatu proses penyajian informasi muka bumi yang fakta (dunia
nyata), baik bentuk permukaan buminyamaupun sumbu alamnya, berdasarkan skala
peta, system proyeksi peta, serta symbol-symboldari unsur muka bumi yang disajikan
(Paryono, 1994). Kemajuan di bidang teknologi khususnya di bidang computer
mengakibatkan suatu peta bukan hanyadalam bentuk nyata (pada selembar kertas,
real maps, atau hardcopy), tetapi juga dapatdisimpan dalam bentuk digital, sehingga
dapat disajikan pada layar monitor yang dikenal dengan peta maya (Virtualmapsatau
softcopy).
Pemetaan digital adalah suatu proses pekerjaan pembuatan peta dalam format
digital yang dapat disimpan dan dicetak sesuai keinginan pembuatnya baik dalam
jumlah atau skala peta yang dihasilkan.Format digital terdiri dari 2 macam :
1. Raster
Merupakan format data dengan satuan pixel (resolusi/kerapatan) ditentukan
dalam satuan ppi (pixel per inch). Tipe format initidak bagus digunakan untuk
pembuatan peta digital, karena akan terjadi korupsi data ketika dilakukan
pembesaran atau pengecilan. Contoh format data raster : bitmap (seperti tiff,
targa, bmp), jpeg, gif, dan terbaru PNG (Setya, 1997).

71
2. Vektor
Merupakan format data yang dinyatakan oleh satuan koordinat (titik dan
garis termasuk polygon) format ini yang dipakai untuk pembuatan peta digital
atau sketsa. Contoh format ini : dxf (autocad), fix (xfig), tgif (tgif), dan ps/eps
(postscrift). Oleh karena itu, pekerjaan pemetaan saatini tidak hanya membuat
peta saja, tetapi mengelolanya menjadi informasi spasial melalui pengembangan
basis data (Setya,, 1997).
Basis data tersebut dapat diolah lebih lanjut sehingga dapat menghasilkan
berbagai informasi kebumian (geo informasi) yang dibutuhkan oleh para perencana
ataupengambilan keputusan.Karakteristik pemetaan digital sangat cocok untuk
perencanaan tata runag yang perubahan informasi spasialnya relative capat perubahan
tata ruang dapat langsung direkam sgera mungkin oleh peta digital sehingga
informasi yang dibutuhkan oleh perencana selalu dapt mengikuti perubahan di
lapangan pada saai ini (Setya,1997). Adapun Tahap-tahap dalam pemetaan digital :
1. Membangun basis geografi
2. Informasi sistem geologi terdiri dari batas batuan, nama batuan, sesar, kekar, dan
morfologi
3. Untuk pemetaan sistem irigasi ini, seluruh data yang dibutuhkan dimasukkan
kedalam bentuk digital.

TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan praktikum ini adalah agar mahasiswa agar dapat melakukan digitasi
diatas layar monitor.

BAHAN, ALAT DAN DATA


Bahan dan alat yang digunakan untuk acara praktikum ini meliputi :
 Laptop
 Software ArchView 3.3
 File citra satelit resolusi tinggi (CSRT) dan data-data penunjang seperti latar
untuk mahasiswa shp, jalan dir m.dbf, dan lain-lain.

72
PROSEDUR KERJA
1. Pastikan Program ArcView sudah terinstal. Bukalah Program ArcView dan
centrang Extension yang diperlukan  JPG, TIF (karena akan menayangkan
file TIF dan JPG pada saat menyusun layout). Centang juga pada bagian
XTools

2. Bukalah View baru dan klik View properties  beri nama, kemudian
satuannya diganti meter -> meter

3. T a y a n g k a n d a
dalam
melakukan on-screen digitization. Lalu klik Add theme  dan klik jalan di
rm.shp serta latar untuk mhsw.shp

73
-
-
-
Mulailah melakukan digitasi bangunan permukiman. Pertama, klik New
Theme  Polygon. Lalu simpan file New Theme sebelumnya di dalam
komputer kita dengan nama yang baru.
- Klik Draw Rectangle dan pilih icon . Kemudian klik satu persatu rumah
yang ada pada peta hingga semua (atau sebagian)nya terdigitasi

74
- Selanjutnya, mulailah menuliskan ID pada peta yang sudah dibuat
polygon sebelumnya dengan cara mengklik Theme  Table. Klik Edit
dan arahkan ke ID pada tabel. Setelah itu tuliskan ID satu persatu hingga
selesai seperti pada gambar berikut. Kemudian klik OK
4. Simpan proyek yang telah didigitasi dengan menekan CTRL+S. Setelah itu
cobalah exit dari program ArcView, kemudian buka kembali project yang tadi
telah kerjakan.
HASIL PENGAMATAN/ HASIL PRAKTIKUM
Berikut hasil dari digitasi yang telah kami lakukan:

75
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil acara praktikum ke lima didapatkan hasil digitasi dari peta.
Digitasi adalah proses mengkonversi obyek geografis dari peta analog/ cetak ke
format digital ArcView desktop mendukung beberapa metode digitasi dengan
digitizer tablet dan on screen digitizing. Digirasi on screen adalah penelusuran batas
kenampakan objek pada citra yang akan ditayangkan pada layar monitor. Digitasi
secara umum dapat didefinisikan sebagai proses konversi data analog ke dalam
format digital meliputi objek-objek yang ada dalam peta. Digitasi on screen
merupakan suatu teknik digitasi atau proses konversi dari format raster ke dalam
format vector.
Tiga unsur spasial (feature) yang dapat dibentuk melalui digitasi on screen ini
antara lain point (titik), line (garis), dan polygon (area) Digitasi on screen ini dibagi
dalam 3 kelompok berdasarkan tipe shape file nya yaitu point (digitasi untuk
membuat simbol fasilitas umum, tempat wisata, gunung, kota, pabrik dan lain-lain.
Yang kedua yaitu line (digitasi untuk membuat jalan tol, jalan arteri, jalan kolektor,
dan sungai. Kemudian yang ketiga yaitu polygon ( digitasi untuk membuat wilayah
kabupaten, kota dan lain-lain. Berdasarkan peta yang telah di digitasi, dapat dilihat
yaitu wilayah ditandai dengan warna ungu yang sudah di digitasi. Dan yang dapat
dilihat lagi yaitu jalan yang ditandai dengan warna kuning.

76
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan percobaan acara 1 mengenai penentuan arahan fungsi
dan pemanfaatan lahan seacara manual, dapat mengelompokkan fungsi hutan lindung,
penyangga dan budidaya secara manual. Acara 2 mengenai penentuan arahan fungsi
dan pemanfaatan lahan seacara digital, didapat peta yang sudah dikelompokkan
fungsi hutan lindung, penyangga dan budidaya secara digital dengan skoring pada
aplikasi arch view. Acara 3 mengenai penentuan luas hasil analisis arahan fungsi
pemanfaatan lahan seacara digital, dapat diketahui luas dari arahan fungis
pemanfaatan tersebut. Acara 4 mengenai penyusunan layout peta penggunaan lahan,
dapat membuat output dalam format JPEG layout peta ( yang disertai dengan arah
mata angin, nama, legenda, skala). Acara 5 mengenai onscreen digitizing, dapat
membuat digitasi suatu wilayah dan juga menentukan jalan.

Saran
Sebaiknya praktikan diberikan pemahaman yang lebih, dalam penggunaan
aplikasi arch view untuk pemanfaatan lahan. Supaya lebih mudah dipahami dan
memudahkan dalam pengaplikasiannya.

77
DAFTAR PUSTAKA

Forest Watch Indonesia. 2010. Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis.Bogor :


FWI.

GIS Consortium Aceh-Nias. 2007. Modul Pelatihan ArcGIS Tingkat Dasar.Banda


Aceh :PEMDA Kota Aceh.

Subagio. 2002. Pengetahuan Peta. Bandung. Penerbit ITB.

Trisasongko, Bambang H., Diar Shiddiq. 2012.Manajemen dan Analisis


DataSpasial dengan ArcView GIS.Bogor : IPB.

Hockensmith, R.D. and Steele J.B. (1943). “Recent Trend in Use of Land Capability
Classification”. Proc Soil Sci Soc Am 14

Klibengiel, A.A. and Montgomery, P.H, (1961). “LandCapabilityClassification.


Agricultural”, Handbook No.210 US Dept. Agric Soil Serv Washington DC

Nugraha, Setya. 1997. Studi Morfokonservasi DAS Nagung Kabupaten Kulonprogo


DIY. Yogyakarta : UGM Press.

Nugraha, S. Sudarwanto. 2006. Potensi dan Tingkat Kerusakan Sumber Daya Lahan
Di Daerah Aliran Sungai Samin Kabupaten Karanganyar dan Sukoharjo
Provinsi Jawa Tengah. 2006. Surakarta : LPPM UNS

Prahasta, Eddy. 2002. Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Bandung :


Informatika .

Sitorus, Santan R.P. (1985). Evaluasi Sumberdaya Lahan. Bandung: PT. Tarsito.

Sitanala Arsyad (1989). Konservasi Tanah dan Air.Bogor :IPB.

Suratman Worosuprojo, Suharyadi, Suharyanto (1993).EvaluasiKemampuan Lahan


untuk Perencanaan Penggunaan Lahan dengan Metode GIS di Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta :UGM

Tukidal Yunianto (2006), Bahan Ajar Evaluasi lahan untuk Perencanaan Lahan,
Yogyakarta : UGM,

78

Anda mungkin juga menyukai