PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN KOH TERHADAP DERAJAT PDF
PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN KOH TERHADAP DERAJAT PDF
ABSTRACT
Chitin is one of the most abundant polysaccharides found in nature. The objective of
this experiment were to find out: 1. The effect of 40%, 50% NaOH and 40%, 50% KOH on
chitin deacetylation degree; 2. The best of chitin deacetylation degree. The kind of this
experiment was two factor experiment. The factor one was the kind of base (NaOH and
KOH). The factor two was variation of base concentration (40% and 50%). The result of
experiment showed that KOH and NaOH in concentration 40%, 50% were no significantly
affected on chitin deacetylation degree. The best of chitin deacetylation degree was using
50% NaOH.
2 Minda Azhar
(Purwantiningsih, 1992). Selain itu kitosan bahwa molekul memiliki frekuensi vibrasi
dapat dimodifikasi strukturnya melalui yang spesifik. Frekuensi ini terjadi dalam
gugus-gugus fungsi tersebut. spekt rum el ekt rom agn et i k daer ah
Kitosan merupakan senyawa yang inframerah pada bilangan gelombang 4000
tidak larut dalam air, larutan basa kuat, – 400 cm-1.
sedikit larut dalam HCl dan HNO3 dan Derajat deasetilasi kitin ditentukan
tidak larut dalam H2SO4. Kitosan mudah dengan metoda base-line. Metoda ini
mengalami degradasi. Kitosan dapat berdasarkan perbandingan nilai absorbansi
dengan mudah berinteraksi dengan zat-zat pita serapan dari spektrum inframerah pada
organik seperti protein. Oleh sebab itu bilangan gelombang 1655 cm-1 dan 3450
kitosan lebih banyak ada bidang industri cm-1. Absorbansi (A) dinyatakan sebagai
t erapan d an i ndu st ri kesehat an persamaan (1), sedangkan nilai DD
(Purwantingsih, 1992). Pelarut kitosan dinyatakan sebagai persamaan (2).
yang baik adalah asam asetat (Widodo,
P0
2006). A log .............................................. (1)
Kitosan mempunyai banyak kegunaan P
dan keunggulan dibandingkan kitin Dimana:
sehingga kitosan dijuluki sebagai magic of P0 = % transmitan pada base-line
nature. Kitosan dapat digunakan pada (serapan maksimum)
pros es i ng m akan an , pen gobat an, P = % transmitan pada serapan
bioteknologi dan menjadi material yang maksimum
menarik pada aplikasi biomedical dan
pharmaceutical. Hal ini karena kitosan %DD = 100-[(A1665/A3450)x115]............ (2)
t i dak t oksi k, bi ol ogi cal act i vi t y, Nilai A1655 dan A3450 merupakan nilai A
biocompatibility, biodegradability, dan yang sesuai untuk pita serapan 1655 cm-1
dapat dimodifikasi secara kimia dan fisika dan 3450 cm-1. Pita serapan 1655 cm-1
(Lee, 2004). Lee (2004) memodifikasi merupakan pita serapan karbonil gugus N-
kitosan yang dapat digunakan untuk asetil sedangkan pita serapan 3450 cm-1
det oks i fi kasi . Mel l o et al (2006 ) merupakan pita serapan gugus NH2 (Khan
memodifikasi kitosan menjadi N-succinil- et al., 2002:3; Mello et al., 2006: 666).
kitosan yang merupakan turunan kitosan Proses deasetilisasi kitin dapat
yang lebih mudah larut dalam air. Sifat ini dilakukan dengan cara memanaskan kitin
sangat penting pada penggunaan kitosan dalam larutan basa kuat konsentrasi tinggi
pada sistem biologi. Pada prosesing (Bastaman, 1989; Hang, 1989). Fahmi
makanan kitosan dapat dimanfaatkan (1997) menggunakan NaOH 50% diperoleh
sebagai pengawet ikan dan tahu (Hardjito, kitosan dengan DD 73,5%. Ardiato (2007)
2006). Kitosan dapat juga digunakan menggunakan NaOH 40% diperoleh
sebagai bioabsorben logam-logam berat ki t osan dengan DD 72,28%. KOH
beracun pada limbah perairan. Dengan m erupakan b asa ya ng l ebi h kuat
demikian limbah kulit udang sangat dibandingkan NaOH. Keefektifan kedua
potensial untuk dimanfaatkan. basa ini untuk merubah gugus asetamida (–
Karakteristik kitosan yang penting NHCOCH 3 ) pada kitin menjadi gugus
adalah derajat deasetilasi (DD). Nilai DD amina (–NH2) belum pernah dilaporkan.
dapat ditentukan dengan FTIR (Fourier- Oleh sebab itu diteliti pengaruh NaOH dan
Transform Infrared). FTIR adalah suatu KOH terhadap derajat deasetilasi kitin dari
metoda karakterisasi gugus fungsi atau limbah kulit udang. Penelitian ini terbatas
senyawa berdasarkan pada serapan radiasi pada hal berikut:
inframerah oleh atom yang mengalami (a). Variasi konsentrasi basa adalah 40%
vibrasi. Analisa ini berdasarkan pada fakta dan 50%
4 Minda Azhar
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji Biuret kulit udang telah bebas
protein memberikan uji negatif yaitu tidak
P em bahasa n pene l i t i an i ni
t erbent ukn ya w arn a un gu aki bat
dikelompokkan tiga yaitu isolasi kitin dari
pembentukan komplek Biuret yang
limbah kulit udang, DD kitin hasil
merupakan komplek koordinasi dari atom
deasetilasi dan spektrum FTIR kitin dan
Cu+2 pada reagen Biuret dengan empat
kitin hasil deasetilasi.
atom nitrogen pada untai peptide/protein
1. Isolasi kitin dari limbah kulit udang dalam larutan alkalin (Clark, 1977).
Limbah kulit udang dipisahkan dari Proses penghilangan mineral dari kulit
kulit kepala, dan ekor udang. Kulit udang udang di k enal d engan i st i l ah
dibersihkan dan dikeringkan pada oven (40 demineralisasi. Mineral yang dihilangkan
– 45 °C) selama 3 jam. Kulit udang kering adalah CaCO3 dalam jumlah besar dan
digiling kasar. Kulit udang kering Ca3(PO4)2 dalam jumlah kecil. Mineral ini
dipisahkan dari protein dengan merendam dipisahkan dari kulit udang dengan cara
dalam larutan NaOH. Kulit udang bebas merendam kulit udang dalam larutan HCl.
protein dipisahkan dari mineral dengan cara Akibatnya adalah dilepaskan gas CO2 dan
merendam dalam larutan HCl. Dekloronasi terbentuk ion Ca+2 , ion H 2 PO4 - yang
pada kulit udang yang bebas protein dan terlarut dalam larutan berair. Persamaan
mineral dilakukan dengan cara merendam reaksi dapat ditulis seperti di bawah ini.
dalam larutan Na 2 S 2 O4 . Kitin yang
CaCO3(s) + 2HCl(aq) → CaCl2(aq) +
diperoleh 27,97 gram dari 135 gram kulit
H2O + CO2(g)
udang kering. Foto kitin dimuat pada
Ca3(PO4)2(s) + 4HCl(aq) → 2CaCl2(aq) +
Gambar 2.
Ca(H2PO4)2(aq)
Isolasi kitin dari kulit udang pada
prinsipnya adalah memisahkan kitin dari Warna pada kulit udang terutama
komponen-komponen protein dan kalsium disebabkan oleh senyawa karoten, beberapa
karbonat. Hal ini karena kulit udang terdiri kom ponen ast acen e , ast hax ant i n,
dari tiga komponen utama yaitu protein chataxanthin dan lutein (Robert, 1992: 58),
(25%-44%), kalsium karbonat (45%-50%), Senyawa ini dihilangkan dari kulit udang
dan kitin (15%-20%) (Fohcher, 1992). dengan bl e achi n g d engan N aS 2 O 4 .
Proses penghilangan protein dari kulit Selanjutnya gugus asetil pada kitin
udang dikenal dengan deproteinisasi. dilepaskan yang dikenal dengan deasetilasi.
Keef ekt i fan proses deprot ei ni sasi
2. DD Kitin Hasil Deasetilasi
tergantung pada kekuatan basa yang Kitin hasil isolasi dideasetilasi
digunakakan (Purwaningsih, 1993). Pada menggunakan larutan NaOH dan KOH
penelitian ini digunakan larutan basa NaOH masing-masing dengan konsentrasi 40%
3,5%. dan 50%. DD kitin diperoleh besar dari
45%. Dengan demikian proses deasetilasi
kitin dengan NaOH dan KOH konsentrasi
40% dan 50% telah diperoleh kitosan
(Gambar 3).
8 Minda Azhar